5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang dimiliki perusahaan. Di dalam perusahaan persediaan yang dimiliki berbeda-beda tergantung dari sifat dan tujuan perusahaan tersebut dan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 PSAK 14 (Revisi 2017) menyatakan bahwa Persediaan merupakan salah satu faktor yang berperan penting di dalam sebuah entitas tertentu yang dapat berupa barang yang tersedia untuk dijual, barang yang sedang dalam proses produksi, maupun bahan yang digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi obyek pokok aktifitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual. Pada perusahaan dagang tentu saja barang-barang yang menjadi obyek pokoknya adalah barang-barang yang diadakan (dibeli) untuk dijual kembali, barang-barang demikian ini disebut persediaan barang dagangan (merchandise inventory). Di perusahaan manufaktur aktifitas pokok perusahaan adalah meningkatkan nilai guna benda melalui proses untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan pada perusahaan jasa tidak mempunyai persediaan barang, segala sesuatu yang disediakan untuk memproduksi jasa tidak dapat diperlakukan sebagai persediaan melainkan sebagai persediaan perlengkapan. (A.S Syakur, 2015: 140) 2. Klasifikasi Persediaan Barang Dagangan
Persediaan dalam sebuah perusahaan dagangan terdiri dari berbagai macam dan jenis. Persediaan memiliki dua karakter penting, yakni
a. Persediaan tersebut merupakan milik perusahaan. b. Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen.
Oleh sebab itu, dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut persediaan barang dagangan. Persediaan ini meliputi segala macam barang dagangan yang dimiliki perusahaan. 3. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung dan mencatat persediaan yang berkaitan dengan perhitungan harga pokok penjualan yaitu :
a. Metode Fisik
Metode fisik atau disebut juga dengan metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan. Dimana arus keluar masuknya barang tidak dicatats secara terinci sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan perhitungan barang secara fisik (stock opname) di gudang. Penggunaan metode fisik mengharuskan perhitungan barang yang ada (tersisa) pada akhir periode akuntansi ketika menyusun laporan keuangan. (Arfan Ikhsan, 2016: 214).
Menurut PSAK No 14 Revisi 2017 menyatakan “sistem pencatatan fisik (phisical inventory system) periodik (periodic inventory system), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stok fisik (phisical stok-take)”.
Dalam akuntansi persediaan diselenggarakan dengan metode fisik. Dalam sistem ini perusahaan tidak menyediakan kartu-kartu untuk mencatat persediaan barang dagangan. Untuk mengetahui nilai persediaan barang dagangan pada suatu saat tertentu diperlukan perhitungan fisik persediaan.
Pemberian nilai tersebut dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah unit fisik persediaan kemudian dikalikan dengan harga per unit menurut faktur pembeliannya. Setiap kali melakukan pembelian persediaan dicatat dengan nama akun pembelian. Nilai persediaan
barang dagangan yang laku terjual diberi nama Harga Pokok Penjualan. Nama-nama ini merupakan istilah baku dalam sistem pelaporan keuangan.
Dengan menggunakan metode fisik, maka perusahaan tidak dapat memantau mutasi persediaan setiap saat melalui catatan akuntansi. Konsekuensinya, jika terjadi kehilangan persediaan barang dagangan, maka kehilangan tersebut nanti akan diketahui pada saat melakukan fisik. Dalam pelaporannya, kehilangan tersebut langsung dibebankan dalam akun harga pokok penjualan. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan akhir barang dagangan, maka hal itu dengan sendirinya akan memperkecil harga pokok penjualan. Pembebanan langsung ini disebabkan manajemen tidak dapat mengidentifikasi jenis dan penyebab persediaan yang hilang. (L.M. Samryn, 2015: 81)
Adapun masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim) misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan. (L.M. Samryn. 2015: 82)
b. Metode Buku (Perpetual)
Metode perpetual adalah metode pengelolaan persediaan dimana arus masuk dan arus keluar persediaan dicatat secara terinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan kartu stok yang mencatat secara rinci keluar masuknya barang di gudang beserta harganya. (Ikhsan Arfan, 2016 : 216).
Menurut PSAK NO 14 Revisi 2017 Pencatatan persediaan secara permanen/perpetual (perpetual inventory system) biaya
persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dapat ditentukan secara langsung dari catatan akuntansi. Namun, jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi dan nilai persedian yang ditentukan melalui pemeriksaan stok fisik, maka jumlah persediaan pada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada catatan akuntansi juga harus disesuaikan
Dengan metode perpetual setiap jenis persediaan mepunyai kartu sendiri. Melalui kartu ini dapat diketahui saldo awal, mutasi, dan saldo akhir persediaan pada setiap kali terjadi transaksi. Nilai persediaan yang tercantum dalam kolom-kolom masuk, keluar dan saldo, semuanya merupakan nilai perolehan yang terdiri dari harga beli dan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai barang yang bersangkutan siap dijual. Bentuk kartu persediaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Contoh Kartu Persediaan
Hasil pengisian kartu ini menunjukkan nilai persediaan akhir barang dagangan setiap hari. Cara perhitungannya tergantung metode penilaian persediaan yang digunakan. Tiap metode alokasi
menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang berbeda. (L.M. Samryn, 2015 : 86-87).
Metode ini dipilah lagi kedalam beberapa metode, antara lain : 1) FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) lebih dahulu akan dikeluarkan (dijual) lebih dahulu. Sehingga yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
Metode ini kurang baik untuk menangani pengaruh inflasi karena peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan persediaan, tetapi metode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat dipercaya. (Arfan Ikhsan, 2016 : 216).
Menurut PSAK NO 14 Revisi 2017 Formula FIFO (First in first out)/MPKP (Masuk pertama keluar pertama). Item persediaan yang pertama dibeli harus dijual terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli kemudian, sehingga nilai persediaan akhir terdiri dari barang yang terakhir masuk dalam suatu perusahaan.
2) LIFO (Last In First Out)
“Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) paling akhir akan dikeluarkan/dijual paling awal). Sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal periode”. (Arfan Ikhsan, 2016 : 216)
Menurut PSAK NO 14 Revisi 2017. Rumus MTKP/LIF0 mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.
3) Rata-Rata Bergerak
Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual maupun barang yang tersisa, dinilai berdasarkan harga rata-rata bergerak. Sehingga
barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang memiliki nilai rata-rata.
Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Perbedaan Metode Fisik dan Perpetual TRANSAKSI METODE FISIK METODE PERPETUAL Pembelian Pembelian Utang Dagang/Kas Persediaan barang Utang dagang/Kas Pembayaran Biaya Angkut Pembelian Beban Angkut Pembelian Kas
Persediaan barang dagang Kas
Penjualan Kas/Piutang Dagang Penjualan
Kas/Piutang Dagang Penjualan (Menurut harga Jual) Harga Pokok Penjualan Persediaan barang dagang (Menurut harga pokok) Utang Dagan/Kas
Retur Pembelian & PH
Utang dagang/Kas
Persediaan barang dag
Retur Penjualan & Potongan
Harga
Retur Penjualan & PH Kas/Piutang Dagang
Retur Penjualan & PH Kas/Piutang (Menurut Harga jual) Persediaan barang dagang HPP (Menurut Harga Pokok/perolehan) Pembayaran utang dalam Utang Dagang Potongan Pembelian Utang Dagang
Persediaan barang dagang Kas
TRANSAKSI METODE FISIK METODE PERPETUAL periode/masa potongan Kas Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan Kas Potongan Penjualan Piutang Dagang Kas Potongan Penjualan Piutang Dagang Pembayaran biaya angkut penjualan
Beban angkut penjualan Kas
Beban angkut penjualan Kas
Perhitungan HPP Seperti yang dijelaskan di atas
HPP akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang Penyesuaian
Persediaan akhir
Iktisar L/R
Persediaan barang dag
Persediaan barang dag Ikhtisar L/R
Tidak perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan
Sumber : Diolah Oleh Penulis
4. Metode Penentuan Harga Perolehan dan Harga Pokok Penjualan
Penentuan harga perolehan persediaan dan harga pokok penjualan dilakukan berdasarkan asumsi arus biaya bukan berdasarkan asumsi arus fisik persediaan.
Untuk dapat menghitung harga pokok persediaan dapat digunakan berbagai cara yaitu :
a. Metode MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama)
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa barang yang pertama dibeli adalah persediaan pertama yang harus dijual. Karena persediaan yang terjual terdiri dari harga perolehan dari persediaan-persediaan yang pertama masuk, maka harga perolehan persediaan barang dagangan yang tersisa terdiri dari harga perolehan dari persediaan-persediaan yang terakhir masuk. (A.S Syakur, 2015 : 152).
Untuk menilai barang yang dikeluarkan dari gudang, dalam metode ini digunakan harga beli barang yang paling terdahulu pembeliannya, dari sekian banyak barang yang masih ada digudang. Nilai persediaan barang yang masih ada di gudang diambil dari harga beli barang yang terakhir dibeli.
Sebagai ilustrasi, misalkan pada tanggal 1 Desember 2014 saldo awal pembelian PT Mustika berjumlah 3 kg dengan nilai Rp10,- per kg. Kuantitas persediaan akhir 31 Desember berjumlah 5 kg. Selama bulan Desember melakukan beberapa pembelian dengan kuantitas dan harga yang berbeda-beda. Berikut adalah kutipan catatan persediaan barang dagangan selama bulan Desember:
Tabel 2.3. Contoh Daftar Persediaan Barang Dagangan
Dari data persediaan ini secara berturut-turut dapat dihitung nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan pada akhir bulan Desember 2014 dengan metode MPKP, MTKP, dan rata-rata sebagai berikut:
MPKP-Fisik. Dalam cara ini kuantitas persediaan akhir berjumlah 5 unit. Persediaan tersebut dapat diidentifikasi sebagai barang berasal dari 3 kali pembelian terakhir. Untuk 5 unit persediaan tersebut diperhitungkan harga beli sebagai berikut:
Tabel 2.4. Contoh Penentuan Harga Pokok MPKP-Fisik
Dalam metode ini volume persediaan awal dijumlahkan dengan total volume pembelian dalam periode berjalan, dikurangi dengan volume persediaan akhir yang diperoleh dari hasil perhitungan fisik persediaan. Dalam perhitungan diatas, volume persediaan yang tersedia untuk dijual berjumlah 11 unit. Volume persediaan menurut perhitungan fisik berjumlah 5 unit. Sehingga dapat dapat dipastikan 11 unit – 5 unit = 8 unit merupakan persediaan yang laku terjual.
Berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan tersebut dapat ditelusuri nilai persediaan akhir Rp55,- yang berasal dari (1 x Rp9,-) + (2 x Rp12,-) + (2 x Rp11,-). Harga Pokok Penjualan = Rp 116 ,- - Rp55,- = Rp61,-, yaitu selisih antara total persediaan yang siap dijual Rp116.- dikurangi dengan nilai persediaan akhir Rp55,-Dalam metode fisik harga perolehan, harga perolehan barang dapat ditelusuri melalui faktur-faktur pembelian barang pada tiga kali pembelian yang terakhir. MPKP - Perpectual. Dengan menggunakan kartu persediaan seperti digambarkan pada Ilustrasi 4 , pencatatan persediaan dalam kartu persediaan dapat di sajikan dalam ilustrasi 5. (L.M. Samryn, 2015 : 89-91).
Tabel 2.5. Contoh Kartu Persediaan MPKP - Perpetual
Sumber : L.M Samryn (2015 : 91)
b. Metode MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama)
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa barang dagangan yang terakhir dibeli adalah barang dagangan yang pertama dijual. Dengan begitu maka harga perolehan persediaan yang tersisa terdiri dari harga perolehan dari persediaan barang dagangan yang pertama masuk. (A.S Syakur, 2015 : 156)
MTKP Fisik. Dalam metode ini volume persediaan akhir yang berjumlah 5 unit dapat diketahui melalui perhitungan fisik barang digudang. Nilainya dapat diambil dari harga perolehan barang dagangan pada awal periode. Dari kasus di atas, nilai persediaan akhir berasal dari pembelian tanggal 1 dan 2 Desember sebagai berikut :
Tabel 2.6. Contoh Penentuan Harga Pokok MTKP - Fisik
Sumber : L.M Samryn (2015:92)
Dalam metode ini, Nilai persediaan akhir menjadi Rp.50,- yang terdiri dari harga perolehan 5 unit persediaan yang berasal dari 3 unit persediaan awal dan 2 unit pemelian pada awal periode. Dengan demikian nilai persediaan akhir menjadi Rp50,- dengan perhitungan ( 3 x Rp10,-) + (2 x Rp10,-). Harga pokok Penjualan = Rp116,- - Rpp50,- = Rp66,- yaitu selisih antara total persediaan yang siap dijual Rp116,- dikurangi dengan nilai persediaan akhir Rp50,-
Dalam kondisi ekonomi yang semakin terus mengalami inflasi,penggunaan metode ini relatif kurang realistis. Semakin besar deviasinilai persediaan akhir menurut catatan dibanding realitas harga pasarnya. Perhitungan ini akan menjadikan nilai [ersedoaam dan laba disajikan terlalu kecil. Perpajakan Indonesia tidak mengizinkan pengunaan metode ini dalam perhitungan nilai persediaan untuk tujuan perpajakan. (L.M. Samryn, 2015 : 91-93).
MPKP – Perpectual. Dengan menggunakan kartu persediaan digambarkan pada ilustasi 4-1, pencatatan persediaan dalam kartu persediaan dapat disajikan dalam ilustrasi 4-3 sebagai berikut :
Tabel 2.7. Contoh Kartu Persediaan MTKP – Perpetual
3). Metode Rata rata
Metode Rata -rata tertimbang. Kombinasi pencatatan persediaan dengan metode fisik dan alokasi nilai persediaan dengan rata – rata menghasilkan metode rata – rata terimbang. Dalam metode ini, nilai persediaan diperhitungkan sama untuk semua item persediaan sepanjang periode pencatatan. Nilai per unit persediaan dapat dihitung dengan menjumlahkan semua nilai perolehan persediaan awal dan pembelian pada periode berjalan kemudian bagi dengan total volumenya. Hasil pembagiannya merupakan nilai rata – rata persediaan per unit. (L.M. Samryn, 2015 : 91-93)
Sebagai ilustrasi, dengan menggunakan data persediaan PT Mustika di atas, Perhitungan persediaan akhir dengan metode rata – rata tertimbang dapat dibuat dengan prosedur sebagai berikut :
Tabel 2.8. Contoh Penentuan Harga Pokok Metode Rata-rata
Sumber : L.M. Samryn (2015 : 93)
Dalam model di atas dapat dilihat hasil perhitungan harga perolehan persediaan rata – rata tertimbang Rp116,-/11 unit = Rp10,55,- per unit. Dengan demikian nilai persediaan akhir menjadi 5 unit x Rp10,55,- = Rp52,70,-(dibulatkan). Harga Pokok Perolehan = ( 11 unit – 5 unit ) x Rp10,55,- = Rp63,30 Atau Rp116,- - Rp52,70,- = Rp63,30,-.
Metode Rata – rata Bergerak. Dalam metode rata – rata bergerak nilai rata – rata persediaan dihitung secara bergerak dari hari ke hari. Dengan demikian, nilai rata – rata persediaan akan berbeda dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan data PT Mustika di atas kartu persediaan menggunakan metode rata – rata bergerak dapat di ilustrasikan sebagai berikut : (L.M. Samryn, 2015 : 93-95).
Tabel 2.9. Contoh Kartu Persediaan Metode Rata-rata
Sumber : L.M. Samryn (2015 : 95)
Persediaan Besi/Minimum
“Persediaan besi adalah persediaan yang selalu ada pada perusahaan yang tidak boleh digunakan, kecuali dengan terpaksa dan hanya untuk sementara saja, kemudian diganti dengan persediaan besi berikutnya”. (Musthafa, 2017 : 21-22)
5. Sistem Komputer
“Sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih koponen yang saling bekerja dan berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu dan perusahaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa dapertemen yang bertindak sebagai subsistem yang membentuk sistem perusahaan tersebut.” (Sri Mulyani. 2016 : 2)
“Komputer adalah setiap mesin yang mampu menerima data, memproses data, menyimpan data, dan menghasilkan bentuk keluaran berupa teks, gambar, simbol, angka, dan suara.” (Suharno Pawirosumarto. 2008 : 1)
Definisi di atas dapat diberi kesimpulan sistem komputer adalah suatu sistem yang dibentuk sedemikian rupa agar komputer dapat melakukan pengolahan data. Tujuan pokok dari sistem komputer adalah mengolah data untuk menghasilkan informasi yang perlu didukung oleh elemen-elemen yang terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan brainware.
6. Sistem Manajemen Basis Data/Database Management System (DBMS) DBMS (Database Management System) adalah data yang saling berhubungan yang dikelompokkan dalam sebuah tabel atau beberapa tabel dan sebuah aplikasi program yang mengatur cara mengakses data tersebut. Kumpulan dari data tersebut biasanya disebut basis data, yang berisikan informasi yang nyata untuk sebuah perusahaan. Tujuan utama DBMS adalah untuk menyediakan sebuah cara untuk menyimpan dan mengambil informasi basis data secara efisien dan nyaman.
Fungsi sistem manajemen basis data saat ini yang paling penting adalah menyediakan basis untuk Sistem informasi manajemen. Tujuan utama Tujuan lain Sistem manajemen basis data antara lain :
a. Menghindari redudansi dan inkonsistensi data b. Menghindari kesulitan pengaksesan data c. Menghindari isolasi data
d. Menghindari tetjadinya anomali pengaksesan konkruen e. Menghjndari masalah-masalah keamanan.
Pada kebanyakan aplikasi, basisdata di bawah kendali DBMS yang disediakan vendor spesialis DBMS. Saat aplikasi hendak melakukan operasi basisdata, apliksi memberi/mengirim pesan permintaan ke perangkat lunak DBMS. Operasi-operasi dasar yang bisa dilakukan pemakai terhadap basisdata (diasumsikan pada basisdata relasional) hanya empat:
a. Menambah informasi, pada basisdata relasional dilakukan dalam menambah baris ditabel (dapat dipandang sebagai operasi C -Create).
b. Mengekstrak informasi, pada basisdata relasional dilakukan dengan mengekstrak baris-baris yang berasal dari satu atau beberapa table (dapat dipandang sebagai operasi R - Read).
c. Memodiflkasi data yang tersimpan, pada basisdata relasional dilakukan dengan memodiflkasi satu atau beberapa baris table (dapat dipandang sebagai operasi U -Update).
“Menghapus data tertentu, pada basisdata relasional dilakukan dengan menghapus baris tertentu di table (dapat dipandang sebagai operasi D - Delete).” (Agus Wahyu Widodo, 2017 : 3)
7. Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity relationship diagram (ERD) adalah untuk mendokumentasikan data perusahaan dengan mengidentifikasi jenis entitas (entity) dan hubungannya. ERD merupakan suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan pada sistem secara abstrak. ERD terbagi atas tiga komponen yaitu :
a. Entitas
Entitas (entity) menunjukkan objek-objek dasar yang terkait didalam sistem. Objek dasar dapat berupa orang, benda atau hal lain yang keterangannya perlu disimpan dalam basis data. Entitas digunakan untuk menerapkan integritas pada tingkat Entity (Tabel), agar setiap Instances (Record/Baris) pada suatu Entity bersifat Unique yang disebut sebagai Primary Key sehingga dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Untuk menggambarkan entitas dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut :
1) Entitas dinyatakan dengan simbol persegi panjang 2) Nama entitas berupa kata benda tunggal
3) Nama entitas sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas “Entitas digunakan untuk menerapkan integritas pada tingkat Entity (Tabel), agar setiap Instances (Record/Baris) pada suatu Entity
bersifat Unique yang disebut sebagai Primary Key sehingga dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya.” (Muhammad Noer, 2016 : 1)
b. Atribut
“Atribut merupakan pemakaian istilah kolom data, atau digunakan dalam perancangan basis data karena istilah itu lebih impresif menunjukkan fungsinya sebagai pembentuk karakteristik (sifat-sifat) yang melekat pada sebuah tabel.” (Fathansyah, 2015 : 43)
Untuk menggambarkan atribut yang dilakukan dengan mengikuti aturan sebagai berikut :
1) Atribut dinyatakan dengan simbol elipps 2) Nama atribut dituliskan dalam simbol elipps 3) Nama atribut berupa kata benda tunggal
4) Nama atribut sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan dapat menyatakan maknanya dengan jelas
5) Atribut dihubungkan dengan entitas yang bersesuaian dengan menggunakan garis.
Setiap Entitas pasti memiliki atribut yang mendeskripsikan karekteristik dari Entitas tersebut. Penentuan/pemilihan atribut-atribut yang relevan bagi sebuah entitas merupakan hal penting lainnya dalam pembentukan model data. Penetapan atribut bagi sebuah entitas umumnya memang didasarkan pada fakta yang ada. (Muhamad Noer, 2016 : 2)
c. Relasi
Derajat relasi (kardinalitas) relasi menunjukkan maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas pada himpunan entitas yang lain. Kardinalisasi relasi yang terjadi diantara dua himpunan entitas (misalkan A dan B) dapat berupa satu ke satu (one to one), satu ke banyak (one to many), banyak ke satu (many to one) dan banyak ke banyak (many to many).
Dalam sebuah sistem komponen yang membentuk sistem tersebut saling berhubungan satu sama lainnya begitupun dengan data model, karena data model adalah sebuah sistem. Setiap entity pada data model tidak mungkin bekerja yang secara individual, oleh karena itu masing-masing entity harus saling berhubungan untuk menghasilkan sebuah informasi Menurut Sri Mulyani (2016 : 105)
8. Normalisasi
Arti normalisasi dalam relational basis data design, adalah proses pengorganisasian data untuk meminimalisasi duplikasi. Normalisasi umumnya melibatkan pembagian basis data ke dalam dua atau lebih tabel dan penentuan relationships antar table-table tersebut. (Agus Wahyu Widodo, 2017 : 93)
Proses Normalisasi
Pada dasarnya terdapat dua proses normalisasi sebuah tabel yaitu:
1. Data diuraikan dalam bentuk table, selanjutnya dianalisis berdasarkan persyaratan tertentu dalam beberapa tingkat. 2. “Apabila tabel yang diuji belum memenuhi persyaratan
tertentu, maka table tersebut perlu dipecah beberapa tabel yang sederhana sampai memenuhi bentuk table yang optimal.” (Agus Wahyu Widodo, 2017 : 94)
9. Microsoft Visual Basic 2015
Microsoft Visual Basic adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak diatas sistem. NET Framework, dengan menggunakan Bahasa BASIC. Dengan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi windows Form, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan aplikasi command-line. Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dan beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, atau visual J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam microsoft visual Studio .NET. (Christopher Lee. 2016 : 2)
Visual Studio berfungsi untuk menunjang produktivitas saat menulis kode program yang tersedia dalam versi berbayar (Visual Studio Professional 2015) dan versi gratis (Visual Studio Community 2015).
Visual Basic merupakan pengembangan dari BASIC yang dibuat sebagai bahasa pemograman yang mudah dipelajari dan digunakan. Visual Basic memungkinkan proses Rapid Application Development (RAD) dari aplikasi antarmuka, mengakses database, dan membuat kontrok dan objek. (Jubilee Enterprise. 2015 : 2)
Tampilan Visual Basic 2015 berisi elemen-elemen sebagai berikut: a. Menu Bar
Menu Bar adalah suatu menu yang terdiri dari 11 (sebelas) menu utama, masing-masing mempunyai sub menu dan perintah lengkap dengan shotcut key.
b. Toolbar
Toolbar adalah sebuah tombol jalan pintas yang terdapat pada menu bar. Terdapat bermacam-macam toolbar namun yang sering digunakan adalah toolbar standart.
c. Design
Jendela ini akan menampilkan form yang dibuat dan dapat mendesain tampilan dari aplikasi yang dibuat. Jendela ini merupakan jendela utama yang paling besar terletak ditengah IDE.
d. Toolbox
Jendela ini berisi kontrol dan komponen yang dapat digunakan sewaktu-waktu dengan menambahkannya ke dalam aplikasi. Terdapat 12 (dua belas) grup komponen sesuai dengan fungsinya masing-masing.
e. Solution Explorer
Jendela ini menampilkan hirarki dari solution. Sebuah solution dapat berisi banyak proyek, dimana proyek dapat mengandung
banyak form, kelas, modul, dan komponen lain untuk menyelesaikan masalah.
f. Properties
Jendela ini menampilkan properti dari objek yang terpilih pada jendela design. Dengan jendela properties ini dapat mengubah properti objek terpilih.
g. Data Source
“Jendela ini digunakan untuk memanipulasi data source yang berhubungan dengan data base.” (Cristopher Lee.2016 : 7). 10.Microsoft SQL Server 2016
Microsoft Sql server merupakan produk RDBMS (Relation Database Management System) yang dibuat oleh Microsoft, yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah data. Pada SQL Server 2012 bisa dilakukan pengambilan dan modifikasi data yang ada dengan cepat dan efisien. Pada SQL server 2012 juga dapat membuat objek-objek yang sering untuk aplikasi bisnis misalnya membuat database table dan lain-lain.
Menurut Wahana Komputer SQL Server 2016 adalah sebuah terobosan baru dari Microsoft dalam bidang database. SQL Server adalah DBMS yang dibuat oleh Microsoft untuk ikut berkecimpung dalam persaingan dunia pengolahan data menyusul pendahulunya seperti IBM dan Oracle.
Microsoft merilis SQL Server 2008 dalam beberapa versi yang sudah disesuaikan dengan segmen-segmennya, yaitu :
Versi 32-bit(x86) untuk komputer dengan single prosesor seperti Pentium 4 dan sistem operasinya menggunakan Windows XP.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sebagai berikut :
Tabel 2.10. Hasil Penelitian Terdahulu Identitas Peneliti Aspek Andri A03130071 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2016 Yuliani A03140091 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2017
Gusti Siti Khofsah D020316008 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin 2018 Judul Rancang Bangun Program Aplikasi Persediaan Barang Dagangan Pada Toko HR. Elektronik
Program Aplikasi Persediaan Barang Dagangan dengan Rumus Biaya Rata-Rata Tertimbang-Perpetual Menggunakan Microsoft Visual Basic 2015 pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin
Program Aplikasi Persediaan Barang Dagangan dengan Rumus Biaya Rata – Rata Bergerak – Perpetual Menggunakan Visual Basic 2015 Pada Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru Tempat Penelitian
Toko HR. Elektronik Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru Permasalahan 1. Penilaian persediaann barang dagang dengan metode rata-rata 1. Bagaimana penentuan harga pokok persediaan barang 1. Bagaimana mengetahui dan menentukan standar akuntansi persediaan yang tepat dengan
tertimbang perpetual pada Toko HR. Elektronik? 2. Bagaimana membangun program aplikasi persediaan berbasis computer pada Toko HR. Elektronik? dagangan dengan rumus biaya rata-rata tertimbang-perpetual pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin ? 2. Bagaimana program aplikasi penentuan harga pokok persediaan barang dagangan menggunakan Visual Basic 2015 pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin ? pencatatan persediaan di Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru ? 2. Bagaimana merancang dan membangun Sistem Informasi Akuntansi persediaan barang untuk mengatasi permasalahan saat terjadinya pendataan barang yang kurang efisien? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sistem informasi akuntansi persediaan yang tepat untuk digunakan HR. Elektronik. 2. Menghasilkan rancang bangun 1. Untuk mengetahui bagaimana penentuan harga pokok persediaan barang dagangan dengan rumus biaya rata-rata 1. Untuk mengetahui dan menentukan standar akuntansi persediaan yang tepat dengan pencatatan persediaan di Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru.
sistem informasi akuntansi persediaan berbasis computer menggunakan software Delphi XE5 pada HR. Elektronik. tertimbang-perpetual pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin. 2. Untuk menghasilkan program aplikasi penentuan harga pokok persediaan barang dagangan menggunakan Microsoft Visual Basic 2015 pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin. 2. Untuk merancang sistem informasi persediaan barang di Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru agar dapat mengatasi permasalahan saat terjadinya pendataan barang yang kurang efisien . Metode Penelitian Pengumpulan data dengan metode wawancara, pengamatan,langsun g dan dokumentasi kemudian mendesain aplikasi pencatatan Pengumpulan data dengan metode pengamatan langsung dan wawancara langsung, serta dengan dokumentasi, kemudian Pengumpulan data dengan metode pengamatan langsung dan wawancara langsung, serta dengan dokumentasi, kemudian mendesain dan merancang
persediaan barang dagangan. mendesain aplikasi pencatatan persediaan barang dagangan. program aplikasi persediaan dengan rumus biaya rata-rata metode perpetual Hasil Penelitian Program Aplikasi
Persediaan Barang Dagangan dengan metode Rata-rata (Average) Perpetual pada Toko HR. Elektronik Program Aplikasi Persedian Barang Dagangan dengan Rumus Biaya Rata-Rata Tertimbang Perpetual pada Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin
Program Aplikasi Persedian Barang Dagangan dengan Rumus Biaya Rata Rata Bergerak -Perpetual pada Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru
Sumber : Andri (2016), Yuliani (2017)
Berikut penjelasan tentang perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu. Perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan hasil penelitian terdahulu pada tahun 2016 oleh Andri dan pada tahun 2017 oleh Yuliani antara lain :
• Andri memilih Toko HR. Elektronik sebagai objek penelitian dan Yuliani memilih Toko Bangunan HAM Fajar Rezki Banjarmasin sebagai objek penelitian, sedangkan Penulis memilih tempat penelitian pada Toko Bangunan Andeska 2 Banjarbaru dengan penelitian tahun 2019. • Yuliani menggunakan metode rata-rata tertimbang dan Andri menggunakan rata-rata sederhana dalam menentukan harga pokok barang sedangkan penulis menggunakan metode rata-rata bergerak dalam menentukan harga pokok barang.
• Yuliani menggunakan sistem periodik dan Andri menggunakan sistem rata-rata sederhana sedangkan penulis menggunakan sistem perpectual. Kelebihan sistem perpectual adalah mempermudah menentukan harga pokok barang yang biasanya disebut kartu persediaan.
Persamaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan hasil penelitian terdahulu pada tahun 2016 oleh Andri dan pada tahun 2017 oleh Yuliani antara lain:
• Penulis menggunakan topik persediaan dengan motode rata-rata. • Pengumpulan data dengan metode pengamatan langsung wawancara,