• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011132 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011132 Full text"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

RAYMOND MANDALA 80 2011 132

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Studi Psikologi Cover uksw

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

TERHADAP ETNIS ROTE DI KOTA KUPANG

Raymond Mandala Ratriana Y.E. Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(9)

i

Timor, dan Alor terhadap Etnis Rote. Penelitian dilakukan di Kota Kupang. Subjek penelitian yang dipergunakan sebagai narasumber dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang subjek, yang masing-masing subjeknya tidak pernah terlibat konflik langsung dengan etnis Rote. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendeketan kualitatif. Teknik sampling yang dipergunakan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang ditemukan mengungkapkan ada perbedaan dari segi hasil stereotip yang muncul pada masing-masing subjek. Kesamaan stereotip yang muncul dari semua partisipan riset adalah perilaku negatif yang selalu dihubungkan dengan perilaku licik,mafia, dan sombong. Kesimpulan lain yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah setiap subjek menganggap faktor kontrol diri yang di bawa oleh orang Rote dari kampung merupakan salah alasan munculnya streotip terhadap orang Rote. dan komunikasi dari semua pihak yang ikut ambil andil dalam kehadiran serta komunikasi antar budaya ini menjadi salah satu faktor penentu dari terjalinnya lingkungan yang harmonis Kota Kupang

(10)

ii

timor ethnic, and alor ethnic about Rote ethnic in kupang city. The research’s located is

in Kupang City. The subject as informant in this research consist of 4 man that never

directly conflicting with Rote ethnic. This research used qualitative method. The

researcher used purposive sampling technique. The conclusion of this research revealed

that there are many differences in stereotype that occur on each subject. The similarity

of stereotype from all of the participants was the negtive behavior which always been

connected with slick, mafia, and arrogant. Another conclusion in this research is every

subject consider that self control of Rote Ethnic which is the nature of Rote itself is one

of the reason for the stereotype. And the interculural communication from all parts that

was joined is the essential factor of environmental harmony in Kupang City.

Keyword: stereotype, Rote Ethnic, Sabu Ethnic, Sumba Ethnic, Alor Ethnic, Timor

(11)

PENDAHULUAN

Setiap insan selalu memerlukan hubungan dengan lingkungan yang menggiatkannya, merangsang perkembangannya, dan membentuk identitasnya agar memberikan sesuatu yang diperlukan oleh lingkungan sosialnya. Identitas hadir supaya manusia dapat saling mengenal sesama dan dapat membedakan sesama. Tajfel (dalam Purkhardt, 1993) mendefinisikan identitas sosial sebagai pengetahuan individu di mana individu merasa sebagai bagian anggota kelompok yang memiliki kesamaan emosi serta nilai. Identitas sosial juga merupakan konsep diri seseorang sebagai anggota kelompok (Abrams & Hogg, 1988). Identitas bisa berbentuk kebangsaan, ras, etnik, kelas pekerja, agama, umur, gender, keturunan. Biasanya, pendekatan dalam identitas sosial erat kaitannya dengan hubungan interpersonal, serta kehidupan alamiah masyarakat (Hogg & Abrams, 1988).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistik, sehingga banyak perbedaan budaya dan norma-norma yang berlaku di setiap daerah. Bahkan dalam satu wilayah pun bisa saja terjadi adanya pertentangan budaya yang berbeda. Salah satunya Kota Kupang, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Luas wilayah adalah 180,27 km² dengan jumlah penduduk sekitar 450.000 jiwa (2014). Daerah ini terbagi menjadi 6 kecamatan dan 45 desa. Kota Kupang adalah kota multietnis dan multikultural, karena masyarakat Kupang berasal dari latar belakang etnis, agama dan budaya yang berbeda-beda didalamnya terdapat suku Sumba, Rote, Sabu, Timor, Alor, dan beberapa suku lain yang berasal dari luar Provinsi Nusa Tenggara Timur (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kupang).

(12)

lingkungan baru. Dalam proses beradaptasi individu-individu di tempat yang baru maka terjadi fase komunikasi, adaptasi, asimilasi, dan bahkan pembentukan stereotip, serta asumsi-asumsi individu di tempat baru. di sinilah muncul sebuah fenomena, dimana terjadinya sikap tidak menyukai yang di tunjukan Etnis di Kota Kupang terhadap Etnis Rote (wawancara pribadi terhadap salah satu Etnis asli Kota Kupang 2/2/2014). Hal ini sesuai dengan yang dibahas oleh Sarwono (2001) bahwa dari perbedaan tersebut, seringkali terjadi ketidakselarasan, percekcokan, dan kesenjangan dengan orang lain, atau bahkan dapat menimbulkan perkelahian atau konflik orang-perorangan yang akhirnya menjadi konflik yang berdampak negatif.

Kalau di runtut memang perilaku yang di tunjukan etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap etnis Rote tidak mengarah ke konfrontasi langsung yang bersifat anarkis, destruktif walaupun secara sporadis ini bisa tampak sesekali. Perilaku yang cenderung di tunjukan adalah lebih berhati-hati di dalam menjalin kerjasama dengan etnis Rote. Fenomena ini muncul karena adanya Prasangka yang terhadap Etnis Rote dan mungkin saja muncul karena pengalaman pribadi atau cuma berdasarkan keanggotaan individu berdasarkan kelompok etnis (Hasil pengamatan dan Wawancara pribadi terhadap ketua adat Etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor pada tanggal 19-12-2014).

Berikut data konflik yang pernah terjadi di lingkungan masyarakat pada tahun 2012 yang melibatkan etnis Rote.

(13)

Rabu, 5 Desember 2012. Kedua kelompok pemuda terlibat aksi saling pukul yang berlanjut dengan aksi saling lempar batu. Welhelmus Woda Kodi, salah seorang pemuda asal Sumba yang ikut dalam konvoi, menjadi korban meninggal dunia akibat pemukulan pemuda asal Rote Ndao. Sebab, seorang pemuda asal Rote Ndao juga menjadi korban pemukulan oleh pemuda Sumba (Tempo, 2012).

Perbedaan budaya dan etnis yang sangat signifikan mengakibatkan perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat Kota Kupang diendapkan dalam ranah kognitif dan distereotipkan sebagai perilaku umum orang Rote. Setelah terendapkan maka stereotip ini menjadi prasangka ketika terjadi komunikasi dan interaksi antara etnis yang ada dan etnis Rote. Kemudian menurut Taylor (1994), stereotip itu merupakan kesan kaku yang jauh dari kenyataan, keyakinan yang berlebih-lebihan yang tidak akurat dan irasional.

“Kesan-kesan yang muncul terhadap orang Rote adalah licik didalam

kehidupan sosial. Perilaku-perilaku lain yang muncul pun tidak luput dalam pengorganisasian kesan terhadap orang Rote. Misalnya perilaku suka menikam dari belakang, suka mengintimidasi, dan pamrih dalam menolong. Hal ini sepertinya sudah diajarkan oleh nenek moyang mereka, sehingga sudah mendarah daging, serta melekat pada orang Rote. Selain itu, mereka juga pintar dalam memainkan pola kata dan tindakan untuk membenarkan diri mereka meskipun mereka salah. Ya, bisa menjadi kanibal pada saat situasi terdesak seperti menghancurkan kerabat atau keluarga sendiri.” (Wawancara pribadi terhadap

(14)

Dari kesan-kesan tersebut tampak adanya stereotip yang dimunculkan terhadap etnis Rote. Spesifikasi ini dikuatkan oleh pemahaman mengenai stereotip, yang menurut Baron dan Byrne (2004). Samovar, Porter, dan Jain (dalam Sendjaya, dkk., 2001) menyatakan bahwa stereotip-stereotip terhadap suku, etnis, dan agama tertentu merupakan sebuah hambatan dalam membangun komunikasi antarbudaya yang efektif.

Penelitian-penelitian terhadap stereotip sudah pernah dilakukan Al Qadrie (1999) yang mengangkat tentang konflik etnis di Kalimantan antara Etnis Dayak dan Melayu terhadap Etnis Madura. Stereotip yang berkembang adalah Etnis Melayu yang dikenal lemah lembut, taat beragama, menyukai seni, dan tidak pernah melawan (orang Madura di Kalimantan Barat menjuluki mereka: “krupuk”) serta orang Dayak yang memiliki stereotip primitif (orang Madura menjuluki mereka: ”kafir”).

Al Qadrie (1999) juga dalam penelitiannya mengenai stereotip dan relasi antar etnis Cina dan etnis Jawa pada mahasiswa di Semarang.Dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa subjek mahasiswa etnis Jawa memiliki stereotipikalitas yang lebih tinggi ketika mempersepsi out-group dibandingkan ketika mempersepsi in-group.Sementara pada mahasiswa etnis Cina menunjukkan taraf stereotipikal yang lebih tinggi ketika mempersepsikan in-group dibandingkan ketika mempersepsikan out-group.

(15)

Definisi stereotip dalam berbagai literatur dirumuskan dengan cara yang berbeda-beda menurut cara penulis merumuskannya. Namun dibalik keragaman itu terkandung konsep sentral tentang stereotip. Menurut Taylor (2006), stereotip adalah keyakinan tentang karakteristik anggota yang khas dari kelompok atau kategori sosial tertentu. Dalam konteks relasi antar etnis, stereotip memiliki peran penting. Stereotip menurut Osgood, Suci, dan Tannenbaum (dalam Rahayu, 2011) dapat dibagi menjadi 2 dimensi dasar yang saling terkait, yaitu deskriptif dan evaluatif. Dimensi deskriptif yang dimaksud di sini adalah isi stereotip yang berupa sifat-sifat sedangkan dimensi evaluatif menyangkut penilaian terhadap sifat-sifat tersebut dalam arah positif atau negatif. Yang dalam penelitian ini adalah menyoroti stereotip etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap orang Rote. Oleh karena itu banyak peneliti melakukan penelitian tentang apa isi atau konten dari stereotip itu sendiri.

Lebih lanjut, Operario dan Fiske (dalam Brown dan Gaertner, 2003) juga menjelaskan prinsip-prinsip mendasar dari konten stereotip menjadi tiga bagian, yakni:

(1) mengandung keyakinan stereotip ambivalen (pertentangan) yang mencerminkan hubungan antara kelompok.

(2) meningkatkan persepsi stereotip perilaku negatif dan ekstrim, dan (3) mempertahankan stereotip pemisahan antara in-groups ("kami") dan out-group ("mereka").

Lebih lanjut, Brown & Gaertner (2003) memaparkan proses stereotip dalam beberapa sifat fungsional manusia antara lain :

(16)

Merupakan proses kategorisasi seseorang terhadap orang lain yang terjadi secara segera setelah pertemuan mereka.

b. Interpretasi informasi (Information interpretation).

Setelah kategorisasi otomatis awal, perceivers melakukan pengolahan berpikir lebih lanjut. Hal ini tergantung pada motivasi perceivers untuk mengerahkan upaya kognitif untuk melampaui tahap kategorisasi, serta ketersediaan informasi yang ada untuk membentuk informasi baru sehingga perceivers bisa membuat interpretasi dari informasi yang didapatkan.

c. Merevisi keyakinan kategoris (Revising categorical beliefs).

Merupakan perubahan stereotip yang dapat terjadi dengan merevisi keyakinan terhadap sebuah kriteria atau kategori tertentu melalui motivasi untuk memperhatikan informasi yang didapat. Perceivers dapat pula membentuk penggolongan kategori-kategori yang lebih spesifik dalam konsep stereotip yang luas, yang disebut sebagai subtyping.

d. Membentuk kesan terindividuasi (Forming individuated impressions).

(17)

Taylor dkk (2009) mengatakan, bahwa tindakan mengkategorisasikan juga dapat dengan cepat mengelompokan orang menjadi “kita” (in-group) dan “mereka” (out-group). Menganggap

orang lain sebagai anggota dari in-group dan out-group sehingga menurut mereka dapat menimbulkan 3 konsekuensi penting yakni antara lain:

1. In-group favoritism effect (efek favoritisme in-group)

Orang-orang pada umumnya mengevaluasi anggota in-group secara lebih positif, memberi atribut yang lebih positif atas perilaku mereka, lebih menghargai mereka, memperlakukan mereka secara lebih baik, dan menganggap mereka lebih menarik ketimbang out-group. (Taylor, dkk. 2009).

2. Assumed similarity effect

Anggota in-group cenderung memandang anggota in-group memiliki banyak kesamaan dengan diri mereka. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Holtz & Miller, 1985 (dalam Taylor, dkk. 2009) mengenai “assumed

similarty effect” yang mengatakan bahwa anggota suatu asrama mahasiswa

memandang diri mereka lebih mirip dengan sesama penghuni asrama ketimbang dengan mahasiswa yang tinggal di luar asrama (out-group). 3. Out-group homogeneity effect

(18)

personalitas, dan bahkan jumlah subtipenya: “Mereka semua sama,

sedangkan kita semua berbeda dengan mereka”.

Lebih lanjut, Warnaen (2002) berpendapat bahwa stereotip merupakan hambatan paling utama dalam hubungan antarkomunitas yang berkembang dalam keseharian pergaulan masyarakat. Sementara Taylor dan Moghaddam (1994) menganggap bahwa stereotip merupakan proses kognitif fundamental yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan relasi antarkelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa stereotip muncul atas dasar pengalaman individu maupun kelompok yang diendapkan dalam ranah kognitif, sehingga dapat dimunculkan langsung ketika individu ataupun kelompok berinteraksi dengan anggota yang lain, dan hal ini yang merupakan terhambatnya terjalin komunikasi yang efektif dalam lingkungan sosial masyarakat.

Rumusan Masalah

Bagaimana proses stereotip dan isi streotip Etnis Sabu, Sumba, Alor, dan Timor terhadap Etnis Rote di Kota Kupang.

Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui stereotip etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap etnis Rote di Kota Kupang.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(19)

2. Manfaat Praktis

a. Menambah informasi bagi masyarakat Kota Kupang mengenai apa yang terjadi pada etnis Rote dalam menghadapi situasi sosial yang majemuk dan cara penyelesaiannya.

b. Memberikan gambaran yang utuh tentang Etnis Rote sehingga bisa memunculkan streotip positif dalam suatu kerangka pembangunan dan rekonsiliasi hubungan yang lebih baik antar etnis di Kota Kupang.

(20)

METODE Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam hal ini dibutuhkan kedalaman pendapat dari partisipan penelitian. Karena menganggap sikap, perilaku dan pengalaman penting, maka tidak banyak orang yang terlibat dalam penelitian, tetapi dibutuhkan kontak atau relasi dengan orang tertentu dengan jangka waktu tertentu (Dawson, 2002).

Dengan maksud menggambarkan atau mendeskripsikan stereotip masyarakat kota Kupang terhadap Etnis Rote, maka metode kualitatif yang dipilih dalam penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Subjek dan Lokasi Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka akan dipilih masyarakat Kota Kupang. Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Kemudian populasi penelitian ini adalah masyarakat Kota Kupang memiliki kriteria-kriteria tertentu, seperti: (1) merupakan salah satu etnis asli Kota Kupang, (2) bertempat tinggal di Kota Kupang, (3) belum mengalami konflik secara langsung dengan Etnis Rote, (4) menetap di Kupang lebih kurang 20 tahun.

Teknik Pengambilan Data

(21)

Reeding (dalam Stewart dan Cash Jr., 1999) membedakan wawancara berdasarkan fungsinya.

Kemudian akan dilakukan observasi untuk memeriksa kesesuaian gambaran ideal dengan pelaksanaan dengan menggunakan observasi partisipan. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998), observasi, dalam penelitian ini, juga dilakukan berdasarkan tujuan, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai stereotip yang muncul atau ada pada masyarakat Kota Kupang terhadap etnis Rote.

Analisis Data

Menurut Moleong, L.J., (2010) secara umum proses analisis data kualitatif mencakup:

1. Reduksi data

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

2. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

3. Kategorisasi

(22)

4. Pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayaan. Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan triangulasi.

5. Penafsiran data

Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangan dalam kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data (Schaltzman dan Strauss dalam Moleong, L.J.,2010).

6. Kesimpulan

Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang keseluruhan data yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan atas permasalahan dalam penelitian.

Uji Keabsahan Data

(23)

HASIL PENELITIAN

Tabel Proses Stereotip Subjek 1

Subjek

Tabel Konten/Isi Stereotip Subjek 1 Subjek

1

Konten/ Isi Stereotip

Pertentangan Sistem Keyakinan Perilaku yang Ekstrim dan

(24)

- Selama mereka baik ya tidak apa-apa. Asal tidak punya maksud yang lain. Yang buruk yang bisa merusak hubungan kita di sini sa. - Iya pernah, namun harus pintar2 dalam

Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 1 Subjek

1

Pembentukan In-Group dan Out-Group Efek Favoritisme omong kosong. Seperti itu. licik, mafia itu jelas ada. - Benci terhadap omongan

(25)
(26)

ada, saling menghargai, menghormati

Tabel Konten/Isi Stereotip 2

Subjek 2

Konten/Isi Stereotip

Pertentangan Sistem Keyakinan Perilaku yang Ekstrim dan

Negatif - Hubungan dekat ya kita di daerah rantau.

Misalnya kita tetangga. Kita hidup saling menghoramti, menghargai, kita tidak membedakan. Misalnya ada kedukaan atau acara2 kita gotong royong saling membantu.

- Kalau orang

Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 2 Subjek

2

Pembentukan In-Group dan Out-Group Efek

Favoritisme In-Group

(27)

saling membantu.

Tabel Proses Stereotip Subjek 3

(28)

Tabel Konten/Isi Stereotip Subjek 3 Subjek

3

Konten/Isi Stereotip

Pertentangan Sistem Keyakinan Perilaku yang Ekstrim dan Negatif

- Emmm selama pergaulan saya saya belum pernah alami itu. Karena saya belum pernah berbisnis yang besar dengan orang Rote.

- Orang rote itu kalau sudah

- Mereka itu pemberani. - Bayar berapa saja untuk

bunuh orang, orang rote. - Orang sombong paling suka

omong tinggi. tambah lai kalau dia su mabok, dia bilang lu tahu to rote jago itu orang rote.

Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 3

Subjek 3

(29)

bunuh orang dan

- Punya persekutuan juga orang alor iya to.

- Pergaulannya bagus. suka bicara banyak.

- Orang rote sombong. - Dalam berdebat. - Orang rote jug a

hebat berdebat itu jangan main2.

Tabel Proses Streotip subjek 4

(30)

- Itu Licik

Tabel Konten/Isi Stereotip Subjek 4 Subjek

4

Konten/ Isi Stereotip Pertentangan Sistem

Keyakinan

Perilaku yang Ekstrim dan Negatif

- Ya tentu pasti kerjasama

Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 4

Subjek 4

(31)

budaya mereka, bisa kita tiru kan.

(32)

- Banyak

(33)

Tabel Konten/Isi Stereotip Subjek 1-4

Perilaku yang Ekstrim dan Negatif pasti ada kerjasama.

- Sudah marah sudah emm punya musuh pasti ambil parang. - Mereka itu Licik seperti Ular

Terus mereka itu sedikit Sombong Kan mereka cukup pintar tuh dalam politiknya. Jadi - menyalahkan orang lain, emmm padahal mereka yang salah nah gitu.

- Kan mereka cukup pintar tuh dalam politiknya

Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 1-4

Subjek 1-4

Pembentukan In-Group dan Out-Group Efek Favoritisme suka omong kosong. - Rasa hormat yang

tinggi

- Terlalu baik. Terus apa perkumpulan mereka itu juga artinya bagus. - Ya banyak orang rote

(34)

alor lebih bajingan. - Orang sabu,

orang rote. Kita orang

sabu,orang rote kalau mau cerita itu satu sebenarnya.

kota kupang dan banyak orang rote yang sudah merubah hidupnya dari yang tidak ada menjadi ada.. - Mereka berdebat itu di

mana-mana, artinya hebatlah.

(35)

PEMBAHASAN

Stereotip Etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap etnis Rote Komunikasi antarbudaya cenderung mengalami kemudahan jika pelaku komunikasi yang berlainan budaya memiliki derajat persamaan dalam persepsi, sebaliknya jika terdapat kesulitan dalam persamaan persepsi maka komunikasi yang berlangsung tidak akan efektif dan menimbulkan kecenderungan untuk menguatkan akan perbedaan kelompok (Abrams & Hogg, 1988).

(36)

Rote, setiap subjek masih menjalin komunikasi serta kerjasama dengan orang rote Operario dan Fiske (dalam Brown dan Gaertner, 2003). Sedangkan untuk persepsi perilaku negatif yang di streotipkan setiap subjek tehadap etnis rote sendiri antara lain: Licik, tindakan main hakim sendiri, sombong, mafia, pemberani. Hal ini sesuai dengan yang dibahas oleh (Al Qadrie, 1999) dimana streotip negatif yang dimunculkan oleh etnis Dayak terhadap orang madura. Lebih lanjut, Hal ini menggambarkan bahwa stereotip memanfaatkan kekhasan konsep negatif dan ekstrim yang disimpan dalam representasi mental masyarakat, sehingga rentan terhadap proses kognitif dengan kekhasan sifat sosial yang tidak diinginkan dari perilaku seseorang, Fiske (dalam Brown & Gaertner, 2003).

(37)

ternyata orang rote ini sangat baik hal ini dimunculkan oleh thema pada subjek ke dua, hal lain yang terdapat pada thema adalah terkait sikap licik dimana subjek menganggap bahwa tidak semua orang rote licik dan suka omong kosong hal ini nampak pada thema yang dimunculkan oleh subjek pertama sesuai dengan hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Menurut Hilton & Von Hippel, 1996 (dalam Brown & Gaertner), perceivers dapat memodifikasi atau merevisi keyakinan kategoris dengan adanya motivasi untuk memperhatikan informasi-informasi yang ada pada kelompok atau individu sasaran steretotip. Sedangkan untuk kesan terindividuasi pada thema setiap subjek adalah perilaku sombong dan licik yang munculkan oleh kesan subjek pertama, sedangkan untuk subjek ke dua sendiri membentuk kesan perilaku main hakim yang diakibatkan oleh kurangnya pendidikan, subjek ke tiga sendiri membentuk kesan bahwa orang rote ini politiknya kuat, budaya dan adat yang masih kental, dan pada subjek ke empat mengatakan bahwa orang rote ini kuat mafia, dan licik seperti ular.

(38)

siapa-siapa. Efek asumsi kesamaan dari thema yang dimunculkan oleh para subjek terhadap orang rote sendiri dimana subjek menganggap subjek menganggap dirinya dan orang rote sama-sama memiliki nilai penghormatan yang sama denga subjek serta komptensi yang sama pula (Taylor, dkk. 2009). Namun hal berbeda ditunjukan oleh thema pada subjek pertama menganggap bahwa etnisnya dan orang rote tidak memilikikesamaan dengan orang rote.

Selain itu para subjek juga menganggap bahwa semua orang rote itu sama dalam hal licik, mafia, sombong, dan tindakan main hakim serta streotipikal positif yang dimunculkan antaranya subjek menganggap orang rote ini pintar dan memiliki nilai budaya serta kompetensi yang banyak dan terkenal hal ini dikemukakan oleh Fiske, Xu, Cuddy, & Glick (dalam Brown & Gaertner 2003). Dalam pandangan ini, kompetensi dan kehangatan merupakan dimensi utama dari sistem keyakinan yang ambivalen dalam konteks pemaknaan isi stereotip.

Stereotip mengenai suatu kelompok dapat berbeda-beda artinya stereotip dapat berubah dari waktu ke waktu Adapun stereotip dan memiliki pengaruh terhadap komunikasi antarbudaya. Pengaruh tersebut antara lain meliputi dan mengarah terhadap 4 macam manifestasi yaitu : Penghindaran diri, diskriminasi, serangan fisik, dan pemusnahan.

(39)
(40)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan ini bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap orang akan mempunyai pandangan stereotip yang mungkin berbeda satu dengan yang lain. Setiap pribadi mendapatkan pengalaman yang berbeda satu dengan yang lain, pemaknaan akan berbagai aktifitas dan kejadian dalam lingkungan bisa jadi dipersepsikan berbeda dari tiap-tiap individu. Latar belakang budaya, latar belakang lingkungan tempat tinggal tidak hanya membentuk pribadi yang berbeda, nilai-nilai yang berbeda, tapi juga membentuk adat dan pemaknaan yang berbeda.Hal inilah yang patut disadari oleh semua pihak yang ada di dalam lingkungan yang heterogen dan campur baur seperti yang berada di Kota Kupang.

Kesamaan stereotip dan pandangan terhadap etnis Rote adalah masalah sikap main hakim yang ditunjukan.Orang dari etnis lain menilai bahwa orang Rote cenderung berpolitik yang berlebihan sehingga menyalahkan orang lain,licik, dan mafia. Hal ini muncul karena dalam keseharian orang Rote sering menunjukan hal-hal negatif seperti ini.

Perilaku yang berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat multietnis di Kota Kupang, serta adat dari kampung yang masih melekat pada etnis Rote semakin memperkuat gambaran stereotip negatif terhadap orang dari etnis Rote.Konflik-konflik masa lalu yang melibatkan orang Rote memperkuat streotip-streotip terhadap orang Rote sendiri.

(41)

batu besar yang menahan derasnya air di baliknya dan tidak menutup kemungkinan bahwa kemungkinan terjadinya konflik antar etnis bisa terjadi dan akan selalu terbuka, dan jika ini terjadi semua pihak yang berada di dalam lingkungan komunikasi antar budaya yang majemuk ini akan merasakan dampak negatifnya. Oleh karena itu kepedulian dari semua pihak yang berada di dalam lingkungan ini sangat-sangat dibutuhkan demi menjaga kelangsungan hidup bersama.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Bagi etnis Rote di Kota Kupang

Peneliti berharap agar dari penelitian ini membuka pemikiran mengenai pemaknaan terhadap perilaku-perilaku, serta perbedaan nilai yang ada di Kota Kupang.Penghargaan dan penghormatan terhadap perbedaan nilai-nilai dan tata cara berperilaku harus selalu diupayakan sebaik mungkin sehingga kemungkinan-kemungkinan konflik yang terjadi bisa diminimalisir.

2. Bagi tokoh masyarakat dan pemerintah

(42)

agar masalah yang mungkin akan terjadi di masa mendatang dapat ditangani dengan lebih baik tanpa merugikan pihak-pihak yang lain. 3. Bagi penelitian selanjutnya

(43)

Daftar Pustaka

Al Qadrie, S.I, (1999). Konflik Etnis Di Ambon Dan Sambas: Suatu Tinjauan Sosiologis, Jurnal Antropologi Indonesia.

Arikunto, S., (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Barth, Frederick, (1988). Kelompok Etnis dan Batasannya. Terjemahan oleh Nining L.S. Jakarta: UI Press.

Brown dan Gaertner, (2003).Blackwell Handbook of Social Psychology: Intergroup Processes. Blackwell Publishers Ltd. Gmunden, Austria. Dawson, C., (2002). Practical Research Methods.A User-Friendly Guide to

Mastering Research Techniques and Projects. United Kingdom: Cromwell Press,

Hoggdan Abram, (1988).Social identification: A Social Psyichology of intergroup relation and group processes. London; routledge.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kupang).

http://nasional.tempo.co/read/news/2012/12/06/058446234/

tawuran-antarpemuda-di-kupang-satu-tewas. Diunduh tanggal 6 Agustus 2015. Hidayah, Z., (1996). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hurlock, E. B., (1978). Development psychology. McGraw-Hill.

Kaumbur, (2013). Stereotip Pemilik Kos di Salatiga Terhadap Mahasiswa Yang Berasal Dari Etnis Timur.Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Djalaludin, (1998). Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J., (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya Offset.

Moleong, L. J., (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya Offset.

(44)

Purwoko. D., (2002). Stereotip Dan Relasi Antar Etnis Cina Dan Etnis Jawa Pada Mahasiswa di Semarang. Tesis (tidak diterbitkan). Jakarta; Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Purkhardt, S.C (1993). Transforming Social Representations. London and New York: University of St-Andrews press.

Rahayu, F. (2011). Stereotip Pada Anak Panti Asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Soegijapranata.

Salim, A. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Taira Wacana.

Sendjaya, S. Djuarsa, dkk., (2001). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sulistyo dan Basuki, (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sarwono, S.W, ( 2001). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Taylor, D.M, dan Moghaddam, F.M., (1994). Theories of Intergroup Relations. London: Praeger.

Taylor, D.M, Peplau, L.A, dan Sears, D., (2006). Social Psychology (International Edition). Pearson Education International, New Jersey.

Gambar

Tabel Konten/Isi Stereotip Subjek 1
Tabel Pembentukan In-Group dan Out-Group Subjek 1
Tabel Proses Stereotip Subjek 2
Tabel Konten/Isi Stereotip 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

dipermasalahkan dalam pronunciation kayak misalnya satu kata dengan kata yang lain itu kan mirip bunyinya tapi cara pengucapannya itu bisa jadi berbeda nah disitu

Meskipun sama-sama menggunakan novel, tetapi penulis memilih novel Keajaiaban Rezeki karya Tasaro GK sebagai objek kajian, sedangkan A’yuni dan Parji memilih novel

Kanula khusus yang mengalirkan darah arteri langsung ke vena yang berdekatan. Kanula arteri dan vena dihubungan dengan konektor sehingga pada saat dialisa konektor

Cara membacanya adalah jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf di atas maka harus dibaca ikhfa’ yaitu dengan menyamarkan huruf nun mati

Dalam tugas akhir ini kami memberikan suatu perencanaan alat untuk memotong spon dari spon sandal dan sepatu, dengan menggunakan sistem pneumatik yang

Pada kondisi yang parah dampak yang ditimbulkan lebih serius yaitu orang yang menderita insomnia lebih mudah mengalami depresi dibandingkan mereka yang bisa tidur dengan

Tujuan dari KUSP ini adalah membantu anggota-anggotanya dalam memperoleh pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain yang mendesak dengan prosedur yang mudah

- Hary Puji, Umboro Lasminto , Permodelan Hujan Debit Pada Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Dengan Distributed Model Menggunakan Integrated Flood Analysis System