• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010703 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010703 Full text"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang sangat unik. Artinya, kegiatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal tidak seperti kegiatan lainnya, seperti misalnya menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, mengikuti perlombaan cerdas cermat, menulis artikel.Komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran, dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat dalam komunikasi, dengan kata lain para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan dan sebagainya (Rakhmat, 2001). Komunikasi interpersonal ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan manusia. Komunikasi interpersonal dapat diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan manusia. De Vito (1997) menjelaskan komunikasi interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau sekelompok orang (komunikator) dan di terima oleh orang yang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung.

(2)

mahasiswa lain yang belum dikenalnya, berada dalam kelas yang baru, atau kurangnya minat mahasiswa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal.Menurut Bandura (1999), faktor tersebut diantaranya adalah trust, perilaku sportif, sikap terbuka dan self efficacy.Di dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan satu faktor yaitu self efficacy, yaitu keyakinan tentang sejauhmana individu untuk mampu mempertahankan kemampuan dirinya dalam melaksanakan suatu tugas atau melakukan suatu tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Bandura, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif. Penilaian seseorang terhadap self-efficacy memainkan peran besar dalam hal bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan (Bandura, 1999).

Dalam penelitianya, Byers dan Weber (1995) menyatakan bahwa seorang yang mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi tidak dianggap secara positf oleh orang lain. Mereka tidak dianggap responsif, tidak komunikatif, sulit untuk mengerti, tidak memiliki ketertarikan sosial, tidak kompeten, tidak dapat dipercaya, tidak berorientasi pada tugas, tidak suka bergaul, tidak suka menjadi pemimpin dan tidak produktif dalam kehidupan profesionalnya. Intinya bahwa kesulitan dalam berkomunikasi menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap kehidupan ekonomi, akademis, politik dan sosial individu.

Nuraeni (2010) mengungkapkan dalam penelitianya berdasarkan hasil korelasi analisis uji korelasi product moment antara self efficacy dengan komunikasi interpersonal siswa SLTPN 1 Lumbang Pasuruan.Analisis semakin tinggi kepercayaan diri siswa maka semakin rendah komunikasi interpersonalnya.

(3)

interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan signifikan dan positif antara self efficacy dengan komunikasi interpersonal pada mahasiswa psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

C. Tujuan Penelitian

Menguji secara empirik hubungan yang signifikan dan positif antara self efficacy dengan komunikasi interpersonal pada mahasiswa psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan dan bahan reverensi penelitian yang akan datang, khususnya dalam bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa psikologi, dan secara khusus bagi mahasiswa terkait dapat dilakukan dengan mengambil langkah-langkah yang lebih bijak.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

(4)

atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Muhammad, 2004).

Komunikasi interpersonal menurut De Vito (1997) adalah suatu proses mengirim dan menerima pesan antara dua individu atau lebih, atau antara suatu kelompok kecil individu dengan beberapa efek dan umpan balik segera.

Jadi dalam penelitian ini, yang dimaksud komunikasi interpersonal adalah komunikasi interpersonal adalah suatu proses mengirim dan menerima pesan antara dua individu atau lebih, atau antara suatu kelompok kecil individu dengan beberapa efek dan umpan balik segera. 2. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (1997) aspek komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

a. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga indikator dari komunikasi interpersonal.Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, sebaliknya harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

(5)

Indikator ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan dapat dipertanggung jawabkan.Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

b. Empati (empathy)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih, sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Seseorang dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap mendukung (supportiveness)

(6)

d. Sikap positif (positiveness)

Seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

Aspek-aspek komunikasi interpersonal dari Devito (1997) ini yang akan digunakan sebagai pedoman pembuatan penyusunan angket dalam penelitian.

B. Self Efficacy

1. Pengertian Self Efficacy

(7)

kejadian-kejadian di lingkungannya. Bandura (dalam Indarti & Rostiani, 2008) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Sedangkan Cromie (dalam Indarti & Rostiani, 2008) menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Mattenson dan Ivancevich (dalam Innovani, 2002) menyatakan bahwa self-efficacy berhubungan pada keyakinan individu mengenai kompetensi dan kemampuan. Lebih lanjut secara khusus dikatakan pula bahwa self-efficacy menunjuk pada keyakinan individu atas kemampuannya untuk menyelesaikan tugas secara sukses. Individu-individu dengan tingkat self-efficacy yang tinggi yakin terhadap kapabilitas performasi mereka.

Schunk (dalam Miskiyah, 2003) memberikan batasan mengenai self-efficacy sebagai suatu perkiraan seseorang mengenai seberapa jauh dirinya mampu mengorganisasikan dalam melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi-situasi pada masa mendatang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan seringkali penuh takaran.

Penelitian ini menggunakan definisi dari Bandura (2001), bahwa self-efficacy merupakan keyakinan tentang kemampuan dalam melakukan tugas yang diberikan atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan dalam mencapai hasil tertentu.

1. Aspek-aspek Self Efficacy

Gerrits(1999) dalam penelitiannya menggunakan 3 (tiga) aspek self-efficacy, yaitu:

(8)

b. Pengharapan efikasi (efficacy expectancy), yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan individu berkaitan dengan kesanggupan melakukan suatu perilaku yang dikehendaki.

c. Nilai hasil (out-come value), yaitu nilai kebermaknaan atas hasil yang diperoleh individu. Nilai hasil (out-come value) sangat berarti mempengaruhi secara kuat motif individu. Untuk memperolehnya kembali, individu harus mempunyai out-come value yang tinggi untuk mendukung out-come expectancy dan efficacy expectancy yang dimiliki.

Selanjutnya aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Gerrits tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun angket self-efficacy.

C. Hubungan Antara Self Efficacy Terhadap Komunikasi Interpersonal Permasalahan utama dalam kemampuan komunikasi interpersonal adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap dirinya (apa yang disampaikannya dan bagaimana ia menyampaikannya) akibat dari rendahnya kepercayaan diri yang dimiliki. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri (Bandura, 1997).

Keyakinan diri (self efficacy) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan keyakinan diri (self efficacy) seseorang akan mengusahakan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dan situasi yang dihadapi. Keyakinan diri (self efficacy) merupakan petunjuk bahwa seseorang tersebut merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa (Bandura, 1997).

(9)

(self efficacy) mengarah pada keyakinan individu bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam batasan tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Selain itu, Schwarzer (2001) menjelaskan bahwa keyakinan diri yang rendah akan diasosiasikan dengan keadaan depresi, kecemasan serta ketidakberdayaan.

Dalam hal pemikiran keyakinan diri dapat mempengaruhi proses kognitif seseorang termasuk didalamnya adalah kemampuan pengambilan keputusan yang tepat serta pencapaian prestasi. Dalam hal tindakan keyakinan diri dapat meningkatkan atau menghambat motivasi seseorang. Individu dengan keyakinan diri tinggi akan memilih melakukan tugas-tugas yang lebih menantang, dirinya akan menetapkan tujuan yang tinggi serta berusaha untuk mencapainya sampai berhasil (Bandura, 1997).

Bandura (1997) berpendapat bahwa harapan mengenai kemampuan untuk melakukan tindakan yang diperlukan itu menentukan apakah orang yang bersangkutan akan berusaha untuk melakukannya, seberapa tekun seseorang melakukannya, dan pada akhirnya akan menentukan seberapa keberhasilan yang akan diperolehnya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lent (1991) bahwa keyakinan yang kuat dalam diri untuk mencapai performansi yang diharapkan akan memberi dorongan dan kekuatan pada diri individu itu sendiri. Selain itu, Myers (1996) menambahkan bahwa individu dengan self efficacy yang tinggi tidak mudah mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara interpersonal serta memiliki pola hidup yang terfokus, sehingga dapat hidup lebih sukses dalam bidang akademis.

(10)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yg digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

B. Partisipan Penelitian

Dalam penelitian ini karakteristik partisipan yang ditetapkan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa psikologi UKSW b. Angkatan aktif (2008-2013) c. Melakukan registrasi kuliah

Tabel 1

Jumlah Populasi dan Sampel

Angkatan Jumlah Mahasiswa Jumlah Sampel

2008 81 17

2009 130 28

2010 115 18

2011 113 18

2012 133 30

Total 572 111

Untuk menganalisis antara self-efficacy dengan komunikasi interpersonal, digunakan analisis korelasi. Metode analisa yang digunakan adalah korelasi product moment.

C. Teknik Pengambilan Data

(11)

peneliti menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1997), dan untuk angket komunikasi interpersonal peneliti menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Devito (1997).

a. Angket Self-Efficacy

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self efficacy, adalah skala self efficacy yang dirancang berdasarkan aspek-aspek yang self-efficacy yang digunakan oleh Gerrits (2009) yaitu komponen pengharapan hasil, pengharapan efikasi dan nilai hasil.

Tabel 2

Sebaran Item Angket Self-Efficacy No

.

ASPEK Indikator Item Jumlah

(12)

3. Nilai hasil  Nilai

kebermaknaan atas hasil yang dicapai individu  Nilai hasil

sangat berarti mempengaruhi secara kuat motif individu

3, 9, 15, 19

6, 12, 24, 26 8

Total Item 28

b. Angket Komunikasi Interpersonal

Untuk mengukur komunikasi interpersonal, dalam penelitian ini menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Devito (1997) yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.Model skala ini menggunakan skala likert.

Tabel 3

Sebaran Item Angket Komunikasi Interpersonal

No ASPEK Indikator Item Jumlah

Item Favorable Unfavorable

1. Keterbukaan

 Efektif, harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi  Kesediaan

komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang

(13)

 Perasaan dan pikiran

4. Sikap positif  Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri

5. Kesetaraan  Upaya memahami perbedaan

5, 17, 29 11, 23, 24 6

(14)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif a. Self-Efficacy

Dari hasil analisa deskriptif menunjukan bahwa variabel self-efficacy memiliki nilai mean sebesar 72,8018 dan nilai standart deviasi sebesar 8,81096. Kemudian dilakukan pengkatagorian terhadap skor nilai dan rata-rata self-efficacy. Dari 24 item yang digunakan sebagai alat ukur self-efficacy, diketahui skor terendah adalah 54 dan skor tertinggi adalah 96 dengan 5 katagori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Berikut adalah pengkatagorian tinggi rendahnya atau interval self-efficacy: Skor Kriteria Frekuensi

(15)

terdapat 6,30% mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang sangat tinggi. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 72,8018 yang termasuk dalam kategori sedang dalam tingkat self-efficacy. Skor minimum adalah 24 dan skor maksimum adalah 96 dengan standar deviasi 8,81096.

b. Komunikasi Interpersonal

Dari hasil analisa deskriptif menunjukan bahwa variabel komunikasi interpersonal memiliki nilai mean sebesar 68,9459 dan nilai standart deviasi sebesar 8,04062. Kemudian dilakukan pengkatagorian terhadap skor nilai dan rata-rata komunikasi interpersonal. Dari 22 item valid diketahui skor terendah 45 dan skor tertinggi adalah 88 dengan 5 katagori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Berikut adalah rumus pengkatagorian tinggi rendahnya atau interval komunikasi interpersonal: Skor Kriteria Frekuensi

(F)

61,6≤ x<74,8 Tinggi 61 54,95 68,9459

74,8≤ x≤88 Sangat tinggi 39 35,13 88

Jumlah 111 100 SD = 8,04062

(16)

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa 2,70% dari mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW memiliki komunikasi interpersonal yang rendah dan 7,20% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW memiliki komunikasi interpersonal yang sedang. 54,95% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW memiliki komunikasi interpersonal yang tinggi. Kemudian 35,13% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW memiliki komunikasi interpersonal yang sangat tinggi. Nilai rata-rata yang diperoleh 68,9459 yang termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal tinggi. Skor minimum adalah 22 dan skor maksimum adalah 88 dengan standar deviasi 8,04062.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara self-efficacy dan komunikasi interpersonal dengan menggunakan SPSS version 15.0 for windows dengan pengujian korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil rxy = 0,551 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara self-efficacy dengan komunikasi interpersonal.Maka semakin tinggi tingkat self-efficacy maka semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Bandura (1999), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal, faktor tersebut diantaranya adalah trust, perilaku sportif, sikap terbuka dan self-efficacy. Prakosa (1996) keyakinan terhadap diri sendiri sangat diperlukan mahasiswa. Keyakinan ini akan mengarahkan kepada pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut kita berperilaku secara mantap dan efektif.

(17)

stress, cemas, dan pemikiran yang dangkal untuk menyelesaikan suatu tugas (Eccles dalam McGrew, 2008).

Menurut hasil deskriptif self-efficacy, nilai rata-rata yang diperoleh dari penelitian ini adalah 72,8018 dengan persentase sebesar 82,88%. Hal ini berarti tingkat rata-rata self-efficacy dari 111 mahasiswa Fakultas Psikologi berada dalam kategori tinggi.

Dalam dunia pendidikan komunikasi memegang peranan yang penting untuk kelancaran proses belajar dan hasil yang baik. Menurut Jourdan (dalam Yusuf 1990) bidang pendidikan tidah akan berjalan tanpa dukungan komunikasi. Seorang mahasiswa diharapkan dapat menjadi pembicara, pendengar, dan pelaku media (media participant) yang kompeten dalam berbagai setting lingkungan, seperti dalam situasi personal dan sosial, di dalam kelas, di tempat kerja, maupun sebagai anggota masyarakat. Di dalam setting kelas pada khususnya, esensi dari proses belajar mengajar adalah komunikasi yang terdiri dari transaksi verbal dan nonverbal antara dosen dan mahasiswa maupun antar mahasiswa (Connor, 1996).

Berdasarkan tabel deskriptif komunikasi interpersonal diperoleh nilai rata-rata komunikasi interpersonal sebesar 68,9459 dengan persentase 54,95% dalam kategori tinggi dan 35,13% berada dalam kategori sangat tinggi.

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara self-efficacy dengan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar r = 0,551 (p < 0.05). Hal ini berarti semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi komunikasi interpersonal.

2. Self-efficacy menghasilkan nilai rata-rata sebesar 72,8018 yang termasuk dalam katagori sedang.Komunikasi Interpersonal menghasilkan nilai rata-rata sebesar 68,9459 yang termasuk dalam katagori tinggi.

3. Sumbangan efektif self-efficacy terhadap komunikasi interpersonal sebesar 30,36%.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

Mahasiswa sangat diharapkan memiliki serta menumbuhkan self-efficacy mereka agar dapat mencapai prestasi dalam bidang akademik. Dengan adanya komunikasi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW, mahasiswa diharapkan agar tidak menjadikannya hanya sebatas komunikasi saja, namunmahasiswa diharapkan mau melatih komunikasi interpersonal mereka bukan hanya sebatas untuk keperluan pergaulan saja tetapi juga untuk kepentingan peningkatan prestasi mereka.

2. Bagi peneliti selanjutnya

(19)

menambah variabel lain yang ikut memberikan sumbangan efektif kepada komunikasi interpersonal.

Daftar Pustaka

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bandura, A, (1991), Self Efficacy Mechanism in Psychological and Health-Promoting Behavior, Prentice Hall, New Jersey.

, A (1997). Self-Efficacy (The Exercise Of Control).New York: W. H. Freeman and Company.

, A. (1999). Self efficacy : toward a unifying theory of behavior change. Psychological Review. No 84 : 191-215

, A., Barbaranelli, C., Caprara, G. V., & Pastorelli, C. (2001). Self‐efficacy beliefs as shapers of children's aspirations and career trajectories.Child Dev, 72(1), 187‐206.

Connor, M. A. (1996).The importance of Speaking, Listening and Literacy .[On-line]. (http://WWW.scassn.org/k12stds.htm).

Devito, Joseph, A. (1997). Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima, Professional Books, Jakarta

Feist, J. & Feist, G.J. (2006).Theories of Personality, ed. VI.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

George dan Cristian. (1990). Counselling Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon

Golightly. (2007). Devining The Components Of Academic Self Efficacy In Najavo American Indian High School Students. Departement of Counseling Psychology and Special Education Brigham Young University (http://contentdm.lib.byu.edu/ETD/image/etd1592.pdf).

(20)

diterbitkan). Salatiga. Fakultas Psikologi. Universitas Kristen Satya Wacana.

Indarti, Rostiani. (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang, dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis

Indonesia, vol.23, no. 4, Oktober 2008.

(http://nurulindarti.files.wordpress.com/2009/03/indarti-rostiani-jebi-2008.pdf)

Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Martiani, (1991). Kompetensi social dan kepercayaan diri remaja. Jurnal Psikologi, thn XVIII, 1, 17-20

McGrew. (2008). Academic Self Efficacy: Definition and Conceptual Background. (http://www.iapsych.com/acmcewok/academicself-efficacy.html)

Mohammad, (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mulyana, Deddy, (2004). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2004

Nuraeni, (2010). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Kelas Vii & Viii Di Sltpn I Lumbang Pasuruan. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang

Partini, (2011). Motivasi Belajar Ditinjau Dari Komunikasi Interpersonal Kelompok Belajar Dan Self Efficacy. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prakosa, H. (1996). Cara Penyampaian Hasil Belajar untuk Meningkatkan Self Efikasi Mahasiswa. Jurnal Psikologi. No.2, 11-22.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi edisi Revisi. Bandung: Remaja Karya.

Schwarzer, R. (2001-in press). Social-cognitive factors in changing health-related behavior. Current Directions in Psychological Science

(21)

Gambar

Jumlah Populasi dan SampelTabel 1
Tabel 2 Sebaran Item Angket Self-Efficacy
Tabel 3 Sebaran Item Angket Komunikasi Interpersonal
Interval Tabel 4 self-efficacy
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan positif menyatakan bahwa per- usahaan akan memberikan kompensasi seiring de- ngan berhasilnya keputusan investasi yang dilaku- kan oleh direktur, sehingga kompensasi

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang- orang yang sangat berarti dalam hidup saya selalu mendukung dan membantu.. saya dalam menyelesaikan skripsi

Pengertian belajar menurut W.S Winkel (2002) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan

Kepada kita diperkenalkan lima tokoh penting, yang pertama Ompu Soribuntu Sidabutar yaitu raja pertama di daerah Tomok Samosir, yang kedua Ompu Sojoloan yaitu cucu

Image BackPilGanLev2 Text Soal Text Jawaban Text JawabanB Text JawabanC Text JawabanD Text Skor count Button BackToBermain link Text Soal1 Text Soal2 Text Soal3 Text Soal4 Text

Membudayakan nilai-nilai agama dalam komunitas sekolah memiliki lan- dasan yang kokoh baik secara normatif religius maupun konstitusional. Apalagi krisis

•   Semua kepala perwakilan diplomatik pada suatu negara tertentu biasanya bertempat tinggal di ibu kota negara merupakan satu corps diplomatique (CD)...

Hasil penelitian dari 25 responden, sebanyak 22 responden menunjukkan indikator partisipasi dari kesadaran dalam kategori tinggi, sedangkan tiga orang dalam