• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS VII C SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS VII C SMP NEGERI 1 PIYUNGAN."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Wahyu Surya Timur NIM. 09208241038

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

 Adik-adik dan keluarga besar, serta sahabat yang saya sayangi.

 Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa dan Seni, khususnya Jurusan Pendidikan Seni Musik.

(6)

vii

Wahyu Surya Timur NIM 09208241038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran ansambel musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan dengan media pembelajaran Audio Visual. Permasalahan pada penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran ansambel musik.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kolabolator penelitian yaitu Ibu Sri Windaryati, S.Pd., selaku guru seni musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes praktik dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis diskriptif kualitatif dan analisis diskriptif kuantitatif berupa persentase dan rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran ansambel musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya pencapaian rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa yaitu 57,14% pada pra siklus, naik menjadi 71,43% pada siklus I dengan peningkatan sebesar 14,29%. Pada siklus II rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa 92,86% naik sebesar 21,43% dari pencapaian pada siklus I. Hal tersebut sudah sesuai dengan target keberhasilan tindakan, maka dari itu penelitian diakhiri.

(7)
(8)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Prinsip Belajar ... 8

c. Tujuan Belajar ... 8

(9)

x

c. Jenis-Jenis PembelajaranAudio Visual ... 19

d. Manfaat Penggunaan MediaAudio Visual ... 24

4. Ansambel Musik ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 31

C. SettingPenelitian ... 31

D. Data dan Sumber Data ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Tes ... 32

2. Observasi ... 32

F. Validasi Penelitian ... 33

G. Instrumen Penelitian ... 37

1. Tes ... 37

2. Uji Validitas Instrumen ... 37

3. Pedoman Observasi ... 37

H. Desain Penelitian ... 38

I. Teknik Analisis Data ... 47

1. Analisis Diskriptif Kuantitatif ... 47

2. Analisis Diskriptif Kualitatif ... 48

J. Kriteria Keberhasilan ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 50

(10)

xi

d. Observasi... 52

e. Refleksi.. ... 52

3. Siklus II.. ... 56

a. Perencanaan.. ... 56

b. Pelaksanaan... 56

c. Hasil Tindakan Siklus II.. ... 57

d. Observasi... 57

e. Refleksi.. ... 58

B. Pembahasan... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.. ... 66

B. Rencana Tindak Lanjut.. ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68

(11)

xii

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 38 Tabel 3. Interval Hasil Awal Kemampuan Ansambel Musik

Siswa Kelas VII C ... 50 Tabel 4. Interval Hasil Tindakan Siklus I Kemampuan

Permainan Ansambel Musik Siswa ... 52 Tabel 5. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Pra Siklus

dan Siklus I ... 54 Tabel 6. Interval Hasil Tindakan Siklus II Kemampuan

Permainan Ansambel Musik Siswa ... 57 Tabel 7. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Siklus I

dan Hasil Tindakan Siklus II... 58 Tabel 8. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II... 60 Tabel 9. Persentase Perbandingan Kemampuan Permainan Ansambel

Musik Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I kelas VII C ... 63 Tabel 10. Persentase Perbandingan Kemampuan Permainan Ansambel

(12)

xiii

Gambar 2. Cone of Learningdari Edgar Dale ... 18

Gambar 3. Pianika ... 26

Gambar 4. Recorder ... 26

(13)

xiv

Siklus I ... 54 Grafik 2. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Siklus I dan

Siklus II... 59 Grafik 3. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II... 61 Grafik 4. Peningkatan Rata-rata Kemampuan Permainan

(14)

xv

Siklus I ... 70

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 75

Lampiran 3. Rincian Waktu Penelitian ... 80

Lampiran 4. PermohonanExpert Judement... 81

Lampiran 5. Kisi-kisi Pedoman Observasi... 83

Lampiran 6. Hasil Observasi Siklus I ... 84

Lampiran 7. Hasil Observasi Siklus II ... 86

Lampiran 8. Lembar Penilaian Praktik ... 88

Lampiran 9. Rubik Penilaian Ansambel Musik ... 89

Lampiran 10. Hasil Pra Siklus Ansambel Musik kelas VII C ... 92

Lampiran 11. Hasil Tindakan Siklus I ... 93

Lampiran 12. Hasil Tindakan Siklus II ... 94

Lampiran 13. Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Hasil Tindakan Siklus I ... 95

Lampiran 14. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dan Hasil Tindakan Siklus II... 96

Lampiran 15. Perbandingan Hasil Pra Siklus, Tindakan Siklus I, dan Siklus II ... 97

Lampiran 16. Dokumentasi... 98

Lampiran 17. Partitur Lagu Sue Ora Jamu... 100

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seni merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui pendidikan formal (sekolah). Pendidikan seni di sekolah diwujudkan dalam materi pembelajaran yang berupa mata pelajaran seni budaya. Dalam mata pelajaran seni budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni (Agustini dan Wibowo, 2013:69). Dengan demikian, mata pelajaran seni budaya merupakan pendidikan seni berbasis budaya.

Mata pelajaran seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di SMP/ MTs. Mata pelajaran ini bertujuan menggembangkan kemampuan siswa untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial sehingga dapat dapat berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran seni budaya terdiri dari beberapa bahan ajar, salah satunya yaitu seni musik.

(16)

yang seimbang. Dengan demikian, pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu siswa yang nantinya akan berdampak positif pada pertumbuhan akal, fikiran, sosialisasi, dan emosional.

Berdasarkan kurikulum 2013 salah satu materi pembelajaran seni musik yanng diajarkan di SMP adalah ansambel musik. Ansambel musik merupakan permainan musik yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan satu jenis alat musik atau berbagai jenis alat musik. Pembelajaran musik ansambel di sekolah bertujuan untuk melatih kekompakan, membentuk kepribadian, dan membentuk suatu kebersamaan yang dihasilkan secara sadar dan terarah.

(17)

maksimal dalam pembelajaran ansambel musik.

Guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah materi pembelajaran, sarana dan prasarana, metode, media, dan kondisi lingkungan belajar. Salah satu komponen yang belum dioptimalkan adalah penggunaan media dalam pembelajaran seni musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Sehingga, hasil pembelajaran seni musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan belum mencapai hasil yang memuaskan.

Secara umum ada tiga macam media dalam pembelajaran yaitu: 1) mediaaudio, 2) mediavisual, 3) mediaaudio visual. Salah satu bentuk media yang bisa digunakan dalam pembelajaran ansambel di SMP Negeri 1 Piyungan adalah media audio visual. Penggunaan media audio visual dalam kegiatan pembelajaran ansambel di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan akan lebih memudahkan siswa untuk menerima dan memahami materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa tidak hanya dapat melihat materi pembelajaran, siswa juga dapat mendengarkan materi apa yang akan diajarkan.

(18)

SMP Negeri 1 Piyungan. Perbaikan akan dilakukan dengan cara memanfaatkan media audio visualdalam proses pembelajaran ansambel. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kemudahan siswa dalam memahami dan menerima materi pembelajaran. Sehingga, pada proses evaluasi pembelajaran musik ansambel siswa mampu mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan. Harapannya, dengan media audio visual dapat meningkatkan hasil pembelajaran ansambel musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan.

B. Identifikasi Masalah

Dari rumusan latar belakang masalah maka didapat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran ansambel musik sekolah di SMP Negeri 1 Piyungan dengan metode demonstrasi sangat monoton dan membosankan

2. Guru kurang terampil dalam mempraktekkan penggunaan alat musik pada pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 1 Piyungan

3. Penggunaan media dalam pembelajaran seni musik belum dioptimalkan 4. Siswa kurang dapat memahami materi yang diajarkan dalam ansambel

musik di SMP Negeri 1 Piyungan sehingga hasil belajar yang diperoleh belum maksimal

C. Pembatasan Masalah

(19)

pemahaman materi yang diajarkan dalam ansambel musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan sehingga hasil belajar yang diperoleh belum maksimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana upaya meningkatan hasil pembelajaran ansambel musik di kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan dengan menggunakan mediaaudio visual?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran ansambel musik menggunakan mediaaudio visualdi kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1 Piyungan dalam hal kaitannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Piyungan.

2. Manfaat Praktis

(20)

meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

(21)

7 A. Landasan Teori

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Sutikno (2013: 3) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Aunurhman (2009:35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Menurut Sugihartono dkk (2007: 74) belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

(22)

b. Prinsip Belajar

Sutikno (2013: 7-9) mengungkapkan bahwa prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Sutikno menyebutkan delapan prinsip belajar sebagai berikut :

1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar.

2) Belajar harus memiliki tujuan yang jelas dan terarah.

3) Belajar memerlukan situasi yang problematis guna membangkitkan motivasi belajar.

4) Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa.

5) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan guna mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan suatu materi.

6) Belajar memerlukan latihan.

7) Belajar memerlukan metode yang tepat

8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.

Siswa akan berhasil dalam belajarnya jika memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar akan menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar.

c. Tujuan Belajar

Sutikno (2013: 7) mengungkapkan tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai sesuatu yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Sanjaya (2008: 6) tujuan belajar adalah kemampuan atau keterampilan yang diharapakan dapat dimiliki oleh siswa siswa setelah merekan melakukan proses belajar.

(23)

1) Cognitive domain (kawasan kognitif), berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisa, sintesa (memadukan konsep), dan evaluasi. Lebih lanjut, taksonomi belajar direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dan membagi kawasan kognitif ke dalam dua dimensi yaitu:

a) Dimensi proses, terdiri dari enam jenjang tujuan belajar berupa : (1) mengingat materi yang disajikan, (2) mengerti arti dan pesan pembelajaran, (3) memakai prosedur yang diajarkan, (4) menganalisis materi yang diberikan, (5) menilai berdasarkan kriteria dan standar tertentu, (6) mencipta suatu hal baru.

b) Dimensi pengetahuan, terdapat empat kategori yaitu fakta berupa: (1) unsur dasar yang harus diketahui, (2) konsep meliputi skema dan teori dalam berbagai model, (3) prosedur berupa urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melakukan sesuatu, (4) metakognitif berupa pengetahuan tentang pemahaman umum.

2) Affective domain (kawasan afektif), merupakan perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu. Dalam kawasan afektif tujuan belajar terbagi dalam lima jenjang yaitu :

(24)

b) Pemberian respon, berupa sikap terhadap sistem nilai.

c) Pemberian nilai dan penghargaan, meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai, dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tersebut. d) Pengorganisasian, meliputi memilah dan menghimpun sistem

nilai yang digunakan.

e) Karakterisasi, meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya.

3) Psychomotor domain (kawasan psikomotor), merupakan perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Terdapat lima jenjang tujuan belajar dalam kawasan psikomotor berupa :

a) Meniru atau mengamati suatu gerakan. b) Menerapkan gerakan sesuai arahan.

c) Memantapkan kemampuan dengan memberikan respon. d) Merangkai gerakan dengan membuat aturan yang tepat. e) Naturalisasi gerakan secara rutin.

Selain itu, Gagne (dalam Sutikno, 2013: 6-7) terdapat lima macam tujuan atau hasil belajar yaitu:

a) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural.

b) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru.

c) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata.

d) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan.

(25)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Sutikno (2013: 16-24) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar baik dari dalam diri individu yang belajar, maupun yang berasal dari luar diri individu atau gabungan dari kedua faktor tersebut, sebagai berikut:

1) Faktor-faktorInternal

Faktor yang berasal dari dalam individu (internal) diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

a) Faktor Jasmaniah

Faktor kesehatan jasmani dan psikologis sangat berpengaruh dalam proses belajar maupun prestasi belajar anak.

(1) Faktor Kesehatan

(26)

(2) Faktor Cacat Tubuh

Segala sesuatu yang kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau fisik disebut cacat fisik disebut cacat tubuh, misalnya buta, tuli, bisu, atau pincang. Fungsi panca indra sangat berperan penting dalam proses belajar, khususnya indera pengelihatan dan pendengaran. Upaya yang dapat kita tempuh dengan menggunakan alat bantu khusus guna mengatasi kecacatan itu.

b) Faktor Psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor tersebut, yaitu:

(1) Inteligensi. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.

(2) Minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

(27)

mengurangi konsentrasi dalam belajar dan akan menggangu serta menghambat belajar.

(4) Bakat. Bakat merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Orang yang memiliki bakat akan mudah dalam belajar dibanding dengan orang yang tidak berbakat.

(5) Kematangan. Suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, adalah saat alat-alat tubuh sudah siap menerima kecakapan baru.

(6) Kesiapan. Kesiapan merupakan kesedian untuk memberi respons.

2) Faktor-faktorEksternal

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar siswa (faktor-faktor eksternal). Adapun faktor eksternal tersebut adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

a) Faktor Keluarga

(28)

mendidik, (2) relasi antar anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, dan (4) keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Diantara faktor-faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses belajar anak, diantaranya adalah kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, metode pembelajaran, media pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa, dan hubungan antara siswa dengan siswa. c) Faktor Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berada merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap belajar anak. Agar anak dapat belajar dengan baik, tugas orang tua harus mengontrol anak-anaknya dalam memilih teman bergaul. Tentu saja, dalam mengontrol, orang tua tidak boleh terlalu mengekang dan juga tidak terlalu lengah. Dalam hal ini, orang tua harus bisa mengontrol secara proporsional. 2. Pembelajaran

(29)

merubah perilaku siswa dalam proses belajar dan mengajar untuk tujuan membelajarkan siswa.

Ada beberapa komponen yang mempengaruhi pembelajaran (Sutikno, 2013:34-38), yakni:

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar.

b. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa.

c. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dikatakan maksimal bila terjadi interaksi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah dicapai bersama.

d. Metode

Metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

(30)

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pembelajaran terdapat.

f. Evalusi

Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan belajar siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

g. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat sutikno di atas, dapat ditegaskan bahwa ada beberapa komponen yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Salah satu komponen yang terpenting guna mewujudkan suatu pembelajaran yang maksimal adalah media pembelajaran.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

(31)

dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. Sedangkan menurut Daryanto (2013: 5) media pendidikan adalah media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk memberikan informasi dan pengetahuan dari guru kepada siswa dalam proses pengajaran.

Edgar Dale (dalam Nursulistiyo, 2014: 14) membuat piramida model belajar yang disebut dengan kerucut pengalaman (Cone of Experience).

Gambar 1. Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale (http://docplayer.info/docs-images/17/120563/images/7-0.jpg)

(32)

Gambar 2.Cone of Learningdari Edgar Dale

(https://susannahpollvogt.fils.wordpress.com/2011/01/cone_of_learni ng.png)

Gambar 1 dan gambar 2 menunjukan bahwa terdapat sepuluh model belajar yang biasa dilakukan masyarakat. Kesepuluh model belajar tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu pembelajaran pasif terdiri dari membaca, mendengar, melihat gambar, menonton video, menghadiri pertemuan, dan memperhatikan pertunjukan. Selanjutnya, pembelajaran aktif terdiri dari ikut serta dalam pelatihan, menggabungkan bahan ajar, membuat simulasi dan merancang model pembelajaran, serta memaparkan dan melakukan hal nyata.

b. Pengertian MediaAudio Visual

(33)

alat yang memproyeksikan gambar dan suara. Sedangkan menurut Djamarah (dalam Utomo, 2008:25) media yang mampu merangsang indra pengelihatan dan indra pendengaran secara bersama-sama, karena media ini mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mediaaudio visualadalah sumber belajar yang menampilkan gambar dan suara guna memperjelas atau mempermudah dalam memahami bahasa yang sedang dipelajari.

c. Jenis-Jenis Media PembelajaranAudio Visual

Menurut Sanaky (2013:119-126), media audio visual dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1) Televisi

Televisi dalam pengertiannya berasal dari dua kata, yaitu: kata tele (bahasa Yunani), yang berarti jauh, dan visi (bahasa Latin), berarti penglihatan. Televisi adalah suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang terdiri dari gambar dan suara.

(34)

a) Kelebihan media televisi, sebagai berikut: (1) Memiliki daya jangkauan yang cukup luas.

(2) Memiliki daya tarik yang besar, karena sifat audio-visualnya.

(3) Dapat mengantisipasi keterbatasan ruang dan waktu. (4) Dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual. (5) Dapat menampilkan objek belajar seperti benda atau

kejadian aslinya.

(6) Membantu pengajar memperluas referensi dan pengalaman.

(7) Sebutan televisi sebagai jendela dunia, membawa khalayak untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana, dan situasi tempat, kota, daerah-daerah di belahan dunia.

b) Kelemahan media televisi, sebagai berikut: (1) Pengadaan memerlukan biaya mahal.

(2) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disegala tempat.

(35)

(4) Sulit dikontrol, terutama jika terkait dengan jadwal belajar di sekolah.

(5) Mudah tergoda dengan penyajian acara yang bersifat hiburan, sehingga suasana belajar kurang serius dan kurang efektif.

2) Video-VCD

Video-VCD adalah gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui media video dan Video Compact Disk (VCD). Sama seperti media audio, program video yang disiarkan (broadcasted) sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Media Video dan VCD, sebagai media pembelajaran juga tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahannya, sebagai berikut:

a) Kelebihan mediavideodanVCD, sebagai berikut:

(1) Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.

(2) Sifatnya yang audio visualsehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi pembelajar untuk belajar.

(36)

(4) Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditanyangkan.

(5) Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari pembelajar.

(6) Portable dan mudah didistribusikan.

b) Kelemahan mediavideodanVCD, sebagai berikut: (1) Pengadaannya memelukan biaya mahal.

(2) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disegala tempat.

(3) Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk terjadinya umpan balik.

(4) Mudah tergoda untuk menayangkan kasset VCD yang bersifat hiburan, sehingga suasana belajar akan terganggu.

3) Sound Slide

(37)

audio kaset. Sound slide sebagai media pembelajaran juga memiliki kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut:

a) Kelebihan mediasound slide

(1) Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun belakang.

(2) Portable, berukuran kecil, dan mudah didistribusikan sehingga praktis penggunaannya.

(3) Dapat dikontrol sesuai dengan keinginan pengguna, sehingga memungkinkan untuk dihentikan secara spontan dan dapat diselingi dengan tanya jawab dan diskusi singkat.

(4) Memberikan visualisasi tentang objek belajar seperti apa adanya atau autentik, sehingga dapat mengkonkretkan objek belajar bagi pembelajar.

b) Kelemahan mediasound slide

(1) Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.

(2) Untuk memproyeksikan slide proyektor memerlukan penggelapan ruang.

(3) Gambar yang disajikan tidak bergerak (gambar mati), sehingga sedikit banyak kurang menarik, terutama jika dibnadingkan dengan televisi dan film.

(38)

(5) Cukup rumit pembuatannya, karena harus memiliki kamera foto dan juga harus memiliki keahlian fotografi yang benar-benar mumpuni.

d. Manfaat Penggunaan Media PembelajaranAudio Visual

Dale (dalam Arsyad, 1997: 23-24), mengungkapkan bahwa manfaat mediaaudio visualdalam pelajaran adalah:

1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. 2) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.

3) Menunjukan hubungan antara mata pelajaran kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa. 4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar

siswa.

5) Membuat hasil belajar bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.

6) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnyahasil belajar.

7) Memberi umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak yang telah dipelajari oleh siswa.

8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan konsep-konsep yang bermakna dan dapat dikembangkan.

9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran non verbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.

10) Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.

4. Ansambel Musik

(39)

adalah instrumen-instrumen yang dimainkan bisa terdiri dari alat-alat musik sejenis atau berbagai jenis. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ansambel musik adalah kegiatan bermain alat musik secara bersama-sama menggunakan satu jenis alat musik atau berbagai jenis alat musik.

Ansambel musik sekolah dalam kajian ini termasuk ansambel gabungan antara dua alat musik tiup yaitu pianika dan recorder. Berikut akan disampaikan instrumen musik ansambel yang digunakan beserta fungsi dan perannya, yaitu:

a. Pianika

(40)

Gambar 3. Pianika (Sumber: Wahyu, 2016)

b. Recorder

Menurut Kodijat (2004:85) recorder adalah sebutan suling kayu dalam bahasa Inggris. Recorder merupakan alat musik yang seringkali dipakai dalam ansambel musik sekolah. Sama halnya dengan pianika, recorder juga berperan dalam memainkan melodi lagu.

(41)

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penenlitian yang dilakukan oleh:

a. Verdian Angga Saputra dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bermain Trumpet Siswa Kelas X A Melalui Penggunaan Media Audio Visual di SMK Negeri 8 Surakarta” pada tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar trumpet setelah dilakukan tindakan. Hasil belajar siswa secara keseluruhan meningkat dari siklus I 37,5% meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain Trumpet pada mata pelajaran MII Trumpet di SMK Negeri 8 Surakarta.

b. Adrianus Satya Putra dengan judul “Keefektifan Penggunaan Audio Visual Dalam Pembelajaran Musik Mancanegara Di SMP Negeri 1 Prambanan” pada tahun 2014. Penggunaan media audio visual efektif dalam mendukung pembelajaran musik mancanegara di Asia pada siswa yang dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dibandingkan siswa yang dilaksanakan pembelajaran dengan tanpa menggunakan media audio visual di SMP Negeri 1 Prambanan.

C. Kerangka Berpikir

(42)

kepribadian, dan membentuk suatu kebersamaan yang dihasilkan secara sadar dan terarah. Agar dapat bermain ansambel dengan baik diperlukan berbagai hal teknis oleh semua pemain. Hal yang utama yang harus dikuasai adalah teknik bermain alat musik. Disamping itu seluruh pemain juga dituntut hal-hal teknis yang lain guna mendukung terwujudnya permainan musik yang menyatu dalam kelompok, misalnya kekompakan, tempo, balancing, notasi, ritme, dan sebagainya.

Pemilihan media pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dalam pencapaian kompetensi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran ansambel selain penguasaan teknik bermain alat musik. Salah satu bentuk media yang dapat digunakan dalam pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 1 Piyungan adalah media audio visual. Media audio visual bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa tidak hanya dapat melihat materi pembelajaran, siswa juga dapat mendengarkan materi apa yang akan diajarkan.

(43)

selanjutnya siswa bersama guru mempraktikkannya, sehingga materi akan lebih mudah diserap.

Akhir dari kegiatan pembelajaran adalah dengan dilakukannya tes praktik bermain musik ansambel. Dengan harapan setelah menggunakan media audio visual dalam pembelajaran ansambel musik siswa mampu mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan.

D. Hipotesis

(44)

30 A. Pendekatan Penelitian

Penelitian mengenai upaya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran ansambel musik menggunakan media audio visual di SMP Negeri 1 Piyungan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kardiawarman (dalam Paizaludin dan Ermalinda, 2013: 6) PTK berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Suwandi (2011: 12) mengungkapkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dalam hal ini, kelas tidak diartikan sebagai ruang kelas tempat guru mengajar, melainkan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, 2010: 130).

Menurut Sulipan (dalam Paizaludin dan Ermalinda, 2013: 42) terdapat tujuh karakteristik PTK sebagai berikut:

(45)

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C . Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 28 siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 16 siswa dan siswa laki-laki sebanyak 12 siwa. Kelas VII C menjadi subjek penelitian ini dikarenakan hasil belajar ansambel musik di kelas tersebut paling rendah di antara kelas lainnya.

C. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan yang terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 tahun ajaran 2015/2016.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

Terdapat dua jenis data yang hendak dikumpulkan, yaitu:

a. Data kuantitatif, yaitu hasil tes praktik ansambel musik siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Piyungan.

(46)

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari sumber data primer yaitu siswa kelas VII C dan guru mata pelajaran seni musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes

Guna mengetahui hasil belajar ansambel musik dalam penelitian ini dilakukan tes praktik. Tes praktik termasuk dalam pengukuran ranah psikomotor yang dilakukan terhadap hasil-hasil belajar berupa penampilan-penampilan (Arikunto, 2009: 182). Tes praktik ini dilaksanakan pada pertemuan terakhir setelah pemberian materi pembelajaran ansambel musik telah usai. Penilaian dilakukan oleh peneliti bersama kolabolator dengan menggunakan pedoman penilaian yang berisi aspek-aspek yang diukur. Untuk penilaian tes praktik ansambel musik aspek-aspek yang dinilai dapat dilihat pada lampiran instrumen penilaian.

2. Observasi

(47)

partisipatif berarti observer terlibat langsung pada sebagian atau seluruh kegiatan yang diamati.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran seni musik sebagai kolaborator. Hal ini dilakukan guna memperoleh hasil observasi lebih objektif. Observasi dilakukan dengan cara:

a. Mengamati proses pelaksanaan tindakan perbaikan secara keseluruhan pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Beberapa hal yang perlu diamati yaitu 1) siswa, mengenai minat, semangat belajar, keaktifan, dan kerjasama, 2) suasana belajar yang diharapkan kondusif, 3) kelancaran pembelajaran (Arikunto, 2010: 145).

b. Mengamati perkembangan setiap siswa yang berkaitan dengan hasil belajar ansambel musik.

c. Mengamati hambatan-hambatan yang muncul selama proses pembelajaran.

F. Validitas Penelitian

(48)

rinci validitas tersebut dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: a. Validitas Demokratik

Kriteria validitas demokratik terkait dengan jangkauan kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai pendapat atau saran. Dalam hal ini peneliti, kolaborator dan siswa diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialaminya sesuai dengan perannya masing-masing selama penelitian berlangsung. Peneliti dan kolaborator telah berdiskusi bersama mengenai permasalahan apa yang terjadi di lapangan. Akhirnya diperoleh kesepakatan bersama antara peneliti dan kolaborator bahwa permasalahan di lapangan adalah kurangnya optimalnya penggunaan media dalam pembelajaran dan kurangnya pemahan siswa terhadap materi ansambel musik yang diajarkan sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa belum maksimal. Dari persoalan yang ada maka dibutuhkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa. Penggunaan media audio visual dirasa tepat untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut. Diskusi dan saling mengemukakan pendapat antara peneliti dan kolaborator berlangsung sepanjang penelitian, dari awal hingga berakhirnya penelitian.

b. Validitas Hasil

(49)

penelitian ini berhasil. Namun hal tersebut tidak hanya dilakukan dalam satu kali pemberian tindakan, melainkan dilakukan dengan pengulangan siklus-siklus penelitian. Hal ini didasarkan pada masalah yang ditemui pada pelaksanaan siklus I, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus ke II. Dalam penelitian ini adabeberapa siswa yang belum memahami materi yang disampaikan pada siklus I. Untuk mengatasi hal tersebut maka di siklus II peneliti bersama kolaborator menayangkan partitur materi lagu di depan kelas sehingga siswa lebih memahami materi dan tujuan penelitian dapat tercapai. c. Validitas Proses

Validitas proses merupakan salah satu kriteria validitas yang merujuk pada sifat kritis atas proses penelitian dan keberhasilan kerjasama selama proses keberhasilan berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan seksama. Selama proses pembelajaran terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran ansambel. Pada siklus I ada beberapa siswa belum berani menampilkan permainan ansambel dan kurang percaya diri menampilkan permainannya di depan kelas.

(50)

mendorong siswa untuk aktif dalam kerjasama pada kelompok ansambelnya. d. Validitas Katalitik

Validitas katalitik berkaitan dengan pemahaman yang dicapai, kondisi nyata di kelas, dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman siswa serta tindakan yang akan diambil akibat perubahan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti dan kolaborator memahami bahwa kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran ansambel musik adalah pemahaman terhadap materi lagu. Peneliti berupaya melakukan pendekatan secara individu dan menanyakan kesulitan dari siswa dengan harapan dapat menumakan solusi dari masalah tersebut. Dengan adanya pendekatan secara individu diharapkan siswa lebih nyaman dalam mengikuti pembelajaran, sehingga siswa dalam memahami materi pembelajaran akan lebih mudah. e. Validitas Dialogik

(51)

1. Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan biasanya berupa matriks (Arikunto, 2009: 182). Adapun format penilaian tes praktik pembelajaran ansambel musik sekolah dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Format Penilaian Tes Praktik Ansambel Musik

No Aspek penilaian 1 2 3 4 Skor

1 Membaca Notasi

2. Uji Validitas Instrumen

Validitas mempunyai arti tepat dan cermat. Seperti yang diungkapkan Azwar (2012:42) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional melalui panel yang berkompeten atau melalui expert judgement. Tes praktik digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran musik ansambel dengan menggunakan media audio visual. Instrumen tes penilaian praktik dibuat oleh peneliti bersama kolabolator selanjutnya dikonsultasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (expert judgement)yaitu Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd. 3. Pedoman Observasi

(52)

bersama kolabolator selanjutnya dikonsultasikan kepada orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (expert judgement) yaitu Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd.

Untuk membuat pedoman observasi dibutuhkan kisi-kisi pedoman observasi. Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aspek yang

diamati Indikator No. item

Siswa

Minat belajar siswa 1, 2 2

Semangat belajar siswa 3, 4, 5 3

Keaktifan siswa selama mengikuti

proses pembelajaran 6, 7, 8, 9 4

Kerjasama siswa dalam melaksanakan

tugas kelompok 10, 11 2

Sikap bertanggung jawab siswa terhadap proses pemebelajaran dan tugas yang diberikan oleh guru

12, 13 2

Suasana belajar

Suasana belajar yang diharapkan

kondusif 14, 15 2

Kelancaran pembelajaran

Kesiapan bahan ajar 16 1

Kesiapan media pembelajaran 17 1

Kesesuaian bahan ajar 18 1

Kemampuan guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran 19, 20,21 3

Kemampuan guru menggunakan media 22, 23, 24 3 Kemampuan guru menggelola kelas 25, 26 2 Hasil belajar Perkembangan pemahaman siswa 27 1

Hambatan Hambatan yang muncul selama proses

pelaksanaan tindakan 28 1

Jumlah 28 28

H. Desain Penelitian

(53)

Keterangan:

1. Perencanaan (planing) 2. pelaksanaan (acting) dan

observasi (observing), 3. refleksi (reflecting) 4. perencanaan (planing) 5. pelaksanaan (acting) dan

observasi (observing) 6. refleksi (reflecting).

Gambar 5. Siklus PTK oleh Kemmis & Mc. Taggart (Arikunto, 2010: 137) Pada gambar 5, terlihat bahwa tahapan-tahapan dalam PTK merupakan satu putaran/ siklus, artinya setelah tahap refleksi (3) kembali lagi pada tahap perencanaan (4), dan seterusnya. Suatu siklus dapat diulang bila penelitian yang dilakukan dirasa belum mencapai tujuan yang diinginkan. Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas secara rinci dalam setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan dilakukan melalui proses diskusi bersama kolabolator penelitian, yaitu guru Seni Musik kelas VII SMP Negeri 1 Piyungan, sebagai berikut:

(54)

dengan dua kali pertemuan pemberian materi dan satu kali pertemuan untuk melakukan penilaian dengan masing-masing pertemuan 120 menit.

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai materi yang akan diberikan. Materi yang diberikan pada siklus I untuk setiap pertemuan, sebagai berikut:

Pertemuan 1 : menayangkan video dan pemberian materi ansambel Pertemuan 2 : pemberian materi ansambel dan mempraktikkan Pertemuan 3 : pengambilan nilai

4) Membuat pedoman observasi pelaksanaan tindakan perbaikan, dan menentukan cara melaksanakan observasi.

5) Menyiapkan tabel penilaian musik ansambel. b. Pelaksanaan

(55)

a) Persiapan

(1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi teknik bermain pianika dan rekorder.

(2) Menyiapkan alat bantu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang berupa pianika, rekorder, laptop, speaker, dan proyektor.

(3) Menyiapkan pedoman observasi tindakan. b) Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana tindakan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 120 menit pada setiap pertemuan. Materi disampaikan kepada siswa oleh guru seni musik dan peneliti membantu proses pemberian materi apabila diperlukan. Pada setiap pertemuan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

(1) Pembukaan (10 menit)

(a) Memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat memahami teknik bermain rekorder dan pianika dengan benar dalam bermain musik ansambel.

(56)

(a) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tugas yang harus dikerjakan siswa selama proses pembelajaran. (b) Menjelaskan prosedur pengerjaan tugas sebagai berikut:

(i) Membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan lima-enam orang, dengan rincian dua atau 3 siswa memegang pianika dan 3 siswa memegang rekorder siswa.

(ii) Menayangkan video teknik bermain rekorder dan pianika dengan benar.

(iii)Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan cara mencatatkan pendapatnya tentang teknik bermain pianika dan rekorder dengan benar.

(iv)Setiap kelompok memaparkan hasil diskusi kepada kelompok yang lain dan anggota dari kelompok yang lain menanggapinya.

(v) Mempraktikkan teknik bermain pianika dan rekorder bersama-sama.

(vi)Mempraktikkan bermain lagu “SUWE ORA JAMU” secara bersama-sama.

(3) Praktik Ansambel (50 menit)

(57)

masing.

(b) Guru seni musik dan peneliti memantau kinerja siswa pada setiap kelompok. Proses monitoring dilakukan guna mengetahui perkembangan pemahaman siswa dalam bermain musik ansambel.

(4) Penutup (10 menit)

Kegiatan ditutup dengan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran.

2) Pertemuan II

Proses pelaksanaan pada pertemuan II secara umum sama dengan pelaksanaan pada pertemuan I. Namun, terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut:

a) Mengulang kembali (review) inti materi pada pertemuan I. b) Memperlancar lagu “SUWE ORA JAMU” yang telah diberikan

pada pertemuan I.

c) Tujuan pada pertemuan II adalah siswa mampu memainkan lagu suwe ora jamu dengan teknik yang benar secara bersama-sama dengan kelompok ansambel masing-masing.

3) Pertemuan III

(58)

penampilan mereka masing-masing. c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan sejak persiapan hingga pelaksanaan. Keseluruhan hal yang hendak diamati telah tercantum dalam pedoman observasi. Kegiatan observasi yang dilakukan peneliti dan guru seni musik pada siklus I yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan. Observasi dilakukan dengan mengamati hal-hal berikut:

1) Pelaksanaan proses tindakan pada setiap pertemuan dalam siklus I. 2) Proses pembelajaran ansambel musik.

3) Perkembangan pemahaman siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua.

d. Refleksi

(59)

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan perbaikan dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Secara umum terdapat beberapa tindakan yang sama dengan perencanaan dalam siklus I. Namun, terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I, sebagai berikut:

1) Tujuan tindakan siklus II yaitu meningkatkan kemampuan bermain ansambel siswa hingga tidak ada siswa yang berkemampuan rendah. 2) Menayangkan partitur lagu “SUWE ORA JAMU” di depan kelas. b. Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana tindakan bahwa pelaksanaan tindakan pada II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Secara umun pelaksanaan siklus II tidak berbeda dengan proses pelaksanaan pada siklus I. Perbedaan terlihat pada penayangan partitur di depan kelas guna memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan. Perbedaan proses pelaksanaan tindakan siklus II dipaparkan sebagai berikut:

1) Pertemuan I

a) Tujuan pembelajaran pada pertemuan II yaitu siswa paham memainkan lagu sue ora jamu sesuai partitur yang diberikan. b) Guru dan peneliti memonitoring setiap kelompok ansambel,

sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih maksimal. 2) Pertemuan II

(60)

pada pertemuan I dengan melihat dan menirukan partitur yang ditayangkan di depan kelas.

c) Tujuan pada pertemuan II adalah siswa mampu memainkan lagu “SUWE ORA JAMU” dengan teknik yang benar secara bersama-sama dengan kelompok ansambel masing-masing. 3) Pertemuan III

Pada pertemuan III dilakukan penilaian terhadap masing-masing kelompok. namun sebelum dilakukan penilaian, setiap kelompok diberi kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu mempersiapkan penampilan mereka masing-masing.

c. Observasi

Observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi serta menggunakan cara yang sama dengan siklus I. Selain itu, fokus observasi pada siklus II juga sama dengan fokus observasi pada siklus I.

d. Refleksi

(61)

1. Analisis Diskriptif Kuantitatif

Analisis diskriptif kuantitatif yaitu dengan cara penghitungan data kuantitatif sederhana, yakni dengan persentase (%) (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013: 135). Analisis diskriptif kuantitatif digunakan pada data kuantitatif berupa hasil tes praktik ansambel musik pada setiap siklus. Langkah-langkah analisis data kuantitatif pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor yang diperoleh setiap siswa pada hasil tes praktik ansambel musik (skor kelompok dan skor individu) guna memperoleh skor total.

b. Menghitung jumlah siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran seni musik. Standar KKM sendiri disesuaikan dengan ketetapan sekolah, yaitu 7,7.

c. Menghitung rata-rata kelas kemampuan permainan ansambel musik siswa pada hasil studi awal, siklus I, dan siklus II menggunakan rumus berikut:

ܺഥ = ∑ܺ

ܰ

Keterangan :

ܺഥ : Rata-rata skor kemampuan permainan ansambel musik siswa ∑ X : Jumlah skor seluruh siswa

N : Jumlah siswa dalam satu kelas

(62)

ܲ= ݊ݐݑ݊ݐܽݏ

ܰݐ݋ݐ݈ܽ × 100%

Keterangan:

P : Prosentase

n tuntas : jumlah siswa lulus KKM N total : jumlah semua siswa

Apabila jumlah persentase kurang dari 90% maka penelitian belum dikatakan berhasil dan perlu dilakukan tindakan siklus selanjutnya, namun apabila jumlah persentase lebih dari 90% maka penelitian dikatakan berhasil sesuai target.

2. Analisis Diskriptif Kualitatif

Teknik analisis diskriptif kualitatif, yaitu data yang dianalisis dengan membuat penilaian-penilaian kualitatif atau kategori (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013: 135). Teknik analisis ini digunakan pada data kualitatif yaitu data hasil observasi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, yaitu dengan cara memaparkan hasil observasi dengan bentuk daftar cek (check list) ke dalam kalimat naratif. Selain itu, teknik analisis ini juga digunakan untuk memaparkan data kuantitatif yang telah diperoleh ke dalam kalimat naratif yang lebih bermakna.

J. Kriteria Keberhasilan

(63)
(64)

50 A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Ansambel Musik di Kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan dilakukan pada semester genap, tahun ajaran 2015/ 2016 dengan rentang waktu kurang lebih enam minggu yaitu pada bulan Februari hingga Maret 2016. SMP Negeri 1 Piyungan, terletak di Jalan Wonosari Km. 14, Kelurahan Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Rincian waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 80.

Pelaksanaan penelitian ini adalah kelas VII C SMP Negeri 1 Piyungan dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang, yaitu 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Peneliti mengambil hasil nilai pembelajaran ansambel yang dilakukan guru seni musik sebelumnya untuk dijadikan hasil studi awal pada penelitian ini. Hasil studi awal menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan bermain musik ansambel siswa kelas VII C paling rendah dibandingkan dengan seluruh kelas VII. Berdasarkan hasil tersebut, maka kelas VII C layak untuk dijadikan subjek penelitian ini.

1. Hasil Studi Awal

Interval hasil studi awal kemampuan bermain musik ansambel pada siswa kelas VII C dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Interval Hasil Awal Kemampuan Bermain Ansambel Musik Siswa Kelas VII C

Interval Jumlah Siswa

<77 12

(65)

bahwa kemampuan bermain ansambel musik siswa belum tinggi. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai ansambel musik dibawah nilai KKM yaitu 12 siswa. Dengan demikian, diperlukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan permainan musik ansambel siswa. Tindakan yang dipilih dalam rangka meningkatkan kemampuan permainan ansambel musik siswa adalah dengan menerapkan media audio visual dalam pembelajaran ansambel musik. Rincian nilai pra siklus dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 92.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Tujuan dilaksanakannya siklus I adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai ansambel musik dan teknik bermain alat musik dalam ansambel musik yaitu pianika dan rekorder. Perencanaan tindakan perbaikan siklus I berlangsung dengan baik tanpa hambatan. Peneliti dan guru seni musik sanggup membuat perencanaan tindakan siklus I secara bersama-sama guna kelancaran pelaksanaan tindakan, observasi hingga refleksi.

b. Pelaksanaan

(66)

menyebabkan proses penyampaian materi kurang maksimal. c. Hasil Tindakan Siklus I

Guna mengetahui keberhasilan tindakan pada siklus I, dilakukan uji kemampuan permainan ansambel musik pada akhir siklus I. Interval hasil tindakan siklus I kemampuan permainan ansambel musik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Interval Hasil Tindakan Siklus I Kemampuan Permainan Ansambel Musik Siswa

Interval Jumlah siswa

<77 8

77-100 20

Berdasarkan data interval hasil tindakan siklus I kemampuan permainan ansambel musik siswa pada tabel 4 menunjukan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 20 siswa. Hal ini menunjukan bahwa media audio visual mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Rincian hasil tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 93.

d. Observasi

(67)

2) Penyampaian materi sudah baik, namun dalam pertemuan awal antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan kurang baik, sehingga guru seni musik dan peneliti perlu memberi semangat dan dorongan secara terus menerus.

3) Pemahaman siswa akan teknik penjarian pada pianika dan rekorder semakin baik pada setiap pertemuannya, namun masih butuh banyak dorongan dalam penerapannya.

4) Terdapat hambatan dalam pelaksanaan tindakan, dimana siswa belum begitu memahami partitur lagu yang diberikan.

e. Refleksi

Berdasarkan keseluruhan tindakan siklus I yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil observasi, kemudian diperoleh data yang selanjutnya akan menjadi acuan untuk direfleksikan. Pada waktu awal pertemuan siswa masih merasa belum materi yang disampiakan guru. Dalam kegiatan praktikpun siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik. Padahal dalam kegiatan praktik ansambel musik sangat dibutuhkan kekompakan dan kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Namun dengan arahan yang terus menerus dari guru (kolaborator) dan peneliti akhirnya siswa dapat memahami dan berhasil bekerjasama dengan kelompoknya pada kegiatan praktik ansambel.

(68)

Tabel 5. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Pra Siklus dan Siklus I

Skor Kriteria Jumlah Siswa Pra Siklus

Jumlah Siswa Siklus I

86-100 Sangan Baik 3 6

71-85 Baik 17 19

56-70 Cukup 8 3

41-55 Buruk 0 0

25-40 Sangat Buruk 0 0

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa pada akhir siklus I jumlah siswa dengan kriteria “Sangat Baik” dan “Baik” semakin bertambah dibandingkan pada hasil pra siklus. Untuk lebih mudah melihat peningkatan antara hasil pra siklus dan siklus I permainan ansambel musik siswa kelas VII C, dipaparkan pada grafik berikut:

(69)

siswa dalam bermain ansambel musik dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 95. Hasil dalam lampiran tersebut menunjukan bahwa rata-rata persentase pada pra siklus yaitu 57,14% yang mengalami kenaikan sebesar 14,29% pada siklus I menjadi 71,43%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C belum mencapai 90%, maka kriteria keberhasilan penelitian ini belum tercapai.

Apabila disesuaikan dengan hasil obervasi, hal tersebut terjadi akibat adanya hambatan dalam pelaksanaan siklus I. Hambatan dalam pelaksanaan tindakan, yaitu:

1) Siswa enggan bertanya dan memilih diam akan materi yang belum dipahami.

2) Dalam kegiatan praktik ansambel beberapa siswa belum bisa membaur dengan kelompoknya, sebagian siswa belum bisa menerapkan teknik bermain ansambel musik dengan baik.

3) Beberapa siswa belum paham terhadap partitur materi lagu yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I, maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus II dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa agar lebih berani memngungkapkan gagasan dan bertanya akan hal yang belum dipahami.

(70)

yang diberikan guru.

Strategi di atas dilakukan guna mencegah atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus I. Tindakan tersebut akan dilakukan pada siklus II dengan tujuan agar tidak ada lagi siswa yang memiliki kemampuan bermain ansambel musik di bawah nilai KKM.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan permainan ansambel musik siswa hingga tidak ada siswa yang kemampuan bermain ansambel musik di bawah KKM. Perencanaan tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Proses perencanaan siklus II berlangsung dengan baik.

b. Pelaksanaan

(71)

c. Hasil tindakan siklus II

Interval hasil uji kemampuan bermain ansambel musik pada siklus II sebagai berikut:

Tabel 6. Interval Hasil Tindakan Siklus II Kemampuan Permainan Ansambel Musik Siswa kelas VII C

Interval Jumlah siswa

<77 2

77-100 26

Berdasarkan data interval hasil tindakan siklus I kemampuan permainan ansambel musik siswa pada tabel 4 menunjukan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 26 siswa. Hal ini menunjukan keberhasilan tindakan perbaikan pada siklus ke dua. Rincian hasil tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 94.

d. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan secara cermat terhadap pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap keberhasilan tindakan. Selain itu, diamati pula hambatan-hambatan yang terjadi selama proses tindakan berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru seni musik dan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan bahwa:

1) Kesiapan siswa, guru seni musik, dan peniliti untuk melaksanakan tindakan perbaikan sudah baik.

2) Penyampaian materi berjalan dengan baik dan lancar.

(72)

dapat menerjemahkan partitur yang diberikan dengan cukup baik. e. Refleksi

Berdasarkan keseluruhan tindakan siklus II yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil observasi, kemudian diperoleh data yang selanjutnya akan menjadi acuan untuk direfleksikan. Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ansambel musik dengan menggunakan mediaaudio visualpada siklus II telah menunjukan hasil yang maksimal.

Dilihat dari aktivitas siswa pada tindakan siklus II ini semakin membaik. Beberapa siswa yang sebelumnya belum bisa membaur dengan kelompoknya, pada siklus II sudah bisa bekerja sama secara berkelompok. Kerjasama yang baik antar siswa terlihat dari pratik ansambel musik bersama kelompoknya. Pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru sudah semakin baik, hal ini ditandai dengan peningkatan nilai praktik ansambel pada siklus II. Perbandingan peningkatan kriteria siswa pada siklus I dan peningkatan kriteria siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Siklus I dan Hasil Tidakan Siklus II

Skor Kriteria Jumlah Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Siklus II

86-100 Sangan Baik 6 11

71-85 Baik 19 17

56-70 Cukup 3 0

41-55 Buruk 0 0

(73)

dan tidak ada siswa yang mendapat kriteria “Cukup” dibandingkan pada hasil siklus I. Untuk lebih mudah melihat peningkatan antara hasil siklus I dan siklus II permainan ansambel musik siswa kelas VII C, dipaparkan pada grafik berikut:

Grafik 2. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan tabel 7 dan grafik 2 menunjukan adanya peningkatan antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil peningkatan rata-rata kemampuan siswa dalam bermain ansambel musik pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 96. Hasil dalam lampiran tersebut menunjukan bahwa rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa yaitu 71,43% pada siklus I yang mengalami kenaikan sebesar 21,43% pada siklus II menjadi 92,86%. Peningkatan tersebut telah mencapai kriteria keberhasilan penelitian, yaitu rata-rata kemampuan bermain ansambel siswa kelas VII C sebesar 90%.

0

Sangat Baik Baik Cukup

Siklus I

(74)

semakin meningkat dari sebelumnya. Selain itu, siswa mampu mempraktikkan teknik bermain pianika dan rekorder yang dengan lebih baik. Kerja sama siswa dalam kelompok lebih baik dan terlihat lebih kompak. Hambatan yang dialami pada siklus I tidak terulang pada siklus II.

Berdasarkan hasil penilaian kemampuan permaianan ansambel musik pada siklus II dan hasil observasi selama proses tindakan, terlihat bahwa tujuan dilaksanakannya siklus II dapat tercapai. Selain itu, hasil tindakan siklus II telah memenuhi keriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

Untuk lebih mudah mengetahui perkembangan yang terjadi pada kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Piyungan, perlu adanya perbandingan peningkatan kriteria hasil pada pra siklus, siklus I, dan siklus II, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Perbandingan Kriteria Hasil Tindakan pada Pra Siklus, Siklus I, dan Hasil Tidakan Siklus II

Skor Kriteria Jumlah Siswa Pra Siklus

Jumlah Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Siklus II

86-100 Sangan Baik 3 6 11

71-85 Baik 17 19 17

56-70 Cukup 8 3 0

41-55 Buruk 0 0 0

25-40 Sangat Buruk 0 0 0

(75)

Hasil peningkatan rata-rata kemampuan siswa dalam bermain ansambel musik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 97. Hasil pada lampiran menunjukan peningkatan rata-rata persentase kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C, yaitu naik sebesar 14,29% dari studi awal sebesar 57,14 % menjadi 71,43%, pada siklus II naik lagi menjadi 92,86% dengan peningkatan sebesar 21,43%. Untuk lebih mudah melihat peningkatan rata-rata persentase kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C, dipaparkan pada grafik berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sanagat Baik Baik Cukup

Pra Siklus

Siklus I

(76)

Grafik 4. Peningkatan rata-rata Kemampuan Permainan Ansambel Musik Siswa kelas VII C

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Piyungan. Sebelum tindakan perbaikan dilakukan, peneliti mempergunakan data evalusi pembelajaran ansambel musik siswa kelas VII C sebelumnya sebagai hasil studi awal atau hasil pra siklus. Hal ini dilakukan guna mengetahui tingkat kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C sebagai subjek penelitian.

Materi yang diberikan pada siklus I berupa pemahaman teknik bermain pianika dan rekorder serta pemahaman bagaimana bermain ansambel musik dengan baik sesuai partitur lagu yang diberikan. Siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pada akhir siklus dilakukan uji kemampuan atau penilaian permainan ansambel musik, diamana hasilnya cukup baik, yaitu terdapat peningkatan rata-rata kemampuan permainan ansambel musik dibandingkan dengan hasil pra siklus (studi awal). Berikut ini adalah tabel persentase perbandingan kemampuan permainan musik ansambel siswa kelas VII C.

0.00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Permaian Ansambel Musik

Pra Siklus

Siklus I

(77)

Tabel 9. Persentase Perbandingan Kemampuan Permainan Ansambel Musik Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I Kelas VII C

No. Keteranagan Persentase

1. Persentase Kemampuan Kelas pada Pra Siklus 57,14% 2. Persentase Kemampuan Kelas pada Siklus I 71,43%

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman yang baik dan mampu mengaplikasikan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa juga memiliki pemahaman yang cukup mengenai partitur lagu yang diberikan oleh guru. Terdapat hambatan selama tindakan siklus I berlangsung, yaitu ada beberapa siswa yang kurang memahami akan materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal tersebut memicu hasil uji kemampuan permaianan ansambel yang kurang memuaskan, dimana rata-rata kemampuan permaianan anasambel musik siswa pada siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu 90% dari keseluruhan siswa kelas VII C.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilaksanakan siklus II dengan tujuan agar setiap siswa dapat memiliki kemampuan permaianan ansambel musik yang tinggi. Siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan dan dengan uju kemampuan permainan ansambel musik di akhir petemuan. Materi tindakan perbaikan pada siklus II dengan menayangkan partitur lagu menggunakan program encore.. Hal ini dilakukan untuk memperkuat dan menambah pemahaman siswa mengenai kemampuan permaianan ansambel musik. Berbagai hambatan yang dialami pada siklus I diperbaiki sehingga tidak ditemukan lagi hambatan selama proses tindakan ini.

(78)

dan membantu serta memberikan saran yang bermanfaat. Pada pertemuan selanjutnya, guru dan peneliti juga tidak lupa untuk melakukan review hasil pertemuan sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian ini mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan, dimana kemampuan permaianan ansambel musik siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II.

Hasil uji kemampuan permaianan ansambel musik menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa telah mencapai kriteria keberhasilan. Hasil observasi menunjukkan bahwa keseluruhan hasil tindakan lebih baik dibandingkan dengan siklus I, serta tidak ditemukan lagi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tindakan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa tujuan penelitian telah tercapai. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru seni musik mengambil kesepakatan untuk menghentikan penelitian hanya sampai siklus II. Berikut ini adalah tabel presentase perbandingan kemampuan permainan musik ansambel siswa kelas VII C pada siklus I dan siklus II .

Tabel 10. Persentase Perbandingan Kemampuan Permainan Ansambel Musik Siswa pada Siklus I dan Siklus II Kelas VII C

No. Keteranagan Persetase

1. Persentase Kemampuan Kelas pada Siklus I 71,43% 2. Persentase Kemampuan Kelas pada Siklus II 92,86%

(79)
(80)

66 A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Piyungan dapat meningkat dengan menerapkan mediaaudio visualdalam pembelajaran ansambel musik. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya pencapaian rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C yaitu 57,14% pada studi awal, naik menjadi 71,43% pada siklus I dengan peningkatan sebesar 14,29%. Hal ini ditandai dengan 12 siswa yang belum mencapai nilai KKM pada pra siklus menjadi 8 siswa yang belum mencapai nilai KKM pada siklus I. Pada siklus II rata-rata kemampuan permainan ansambel musik siswa kelas VII C mencapai 92,86% naik sebesar 21,43% dari pencapaian pada siklus I. Hai ini ditandai hanya ada 2 siswa yang belum mencapai nilai KKM pada siklus II. Hal tersebut sudah sesuai dengan target keberhasilan tindakan yang sudah ditetapkan yaitu peneliti berhasil apabila jumlah siswa yang mencapai KKM 90% dari keseluruhan siswa kelas VII C.

B. Rencana Tindak Lanjut

(81)

dalam permainan ansambel musik sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal pada pembelajaran ansambel musik.

2. Bagi guru Seni Musik

(82)

68

Musik dengan Menggunakan Media Audio-Visual. Jurnal Kependidikan, Vol.V, No.1,hlm. 69-81.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

_________________. 2009.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Ashar. 1997.Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aunurahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Azwar, Saifuddin. 2012.Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2013.Media Pembelajaran.Yogyakarta: Gava Media.

Hartoyo, Jimmy. 1994. Musik Konvensional Dengan “do” tetap. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusukam.

Kasbolah, Kasihani. 1999.Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Semarang: Depdikbud. Kodijat, latifah-Marzoeki. 2004.Istilah-Istilah Musik.Jakarta: Imograph.

Madya, Suwarsih. 2011. Penelitian dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta.

Nursulistiyo, Eko. 2014. Kajian Metode Power Teaching sebagai Alternatif Metode Pembelajaran Sains di Kelas.Jurnal Kependidikan,Vol.I,No.1,hlm. 8.

Paizaludin., Ermalinda. 2013.Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Prabowo, Aris H. 1996.Kerajinan Tangan dan Kesenian Musik. Surakarta: PT Pibelan. Putra, Adrianus Satya. 2014. Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual dalam

Pembelajaran Musik Mancanegara di SMP Negeri 1 Prambanan. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS UNY.

Sanaky, Hujair AH. 2013.Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

(83)

Surakarta.Skripsi S1.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Seni Musik, FBS UNY. Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Subagyo, Fasih., Purnomo, Wahyu. 2010. Terampil Bermusik untuk SMP dan MTs. Jakarta: PT Wangsa Jatra Lestari.

Sugihartono, dkk. 2007.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Suleiman, Amir Hamzah. 1981.Media Audio Visual untuk Pengajaran Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: PT Gramedia.

Sutikno, M. Sobry. 2013.Belajar dan Pembelajaran.Lombok: Holistica Lombok.

Suwandi, Sarwiji. 2011.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Gambar

Gambar 1. Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale(http://docplayer.info/docs-images/17/120563/images/7-0.jpg)
Gambar 2. Cone of Learning dari Edgar Dale
Gambar 3. Pianika (Sumber: Wahyu, 2016)
Tabel 1. Format Penilaian Tes Praktik Ansambel Musik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan analisa mekanika fluida lebih mendalam mengenai fluks dari aliran serta persamaan-persamaan baru yang dapat diperoleh dari perilaku aliran

materi yang diajarkan serta kurang mengoptimalkan dirinya untuk mengikuti pembelajaran, yang akhirnya hasil belajarnyapun kurang optimal.Kemudian dapat diketahui pula

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan seberapa tingkat kemampuan membaca kritis teks opini siswa kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta tahun

peneliti mampu memfasilitasi peneliti untuk melakukan penggalian data secara langsung dari penderita kanker payudara, sehingga peneliti bisa mendapatkan data

Untuk lebih memahami tentang verba tidak beraturan kala lampau Perfekt, sebaiknya pembelajar bahasa Jerman perlu juga mempelajari pola perubahan bentuk verba tidak

PENGARUH MODIFIKASI BOLA TERHADAP HASIL KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA DI SMPN 1 LEMBANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Remediasi minyak bumi dengan pasokan nutrisit campuran N dan P akan mempercepat proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan pasokan nutrisi campuran N dan P akan

(1999) mengemukakan bahwa komitmen kepada organisasi merupakan hubungan terbalik dengan keinginan untuk meninggalkan organisasi ( turnover intentions ); orang-orang yang berada