HUBUNGAN KOMUNIKAS I ORANG TUA D ALAM KELUARGA D ENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA D I LINGKUNGAN VI
KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL BARU KEC AMATAN MED AN TIMUR KOTA MED AN
S KRIPS I
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S arjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
AFNI WARIS A S ITEPU 061211320064
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSI TAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang M aha Esa atas segala rahmat dan cinta kasihnya yang selalu menyertai penulis dan memberikan kesehatan serta hikmat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul”Hubungan Komuniksi Orang Tua Dalam Keluarga Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan Medan Timur Kota Medan”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri M edan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi penulis dan telah dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang akhirnya dapat diselesaikan sebagaimana adanya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Faber Simorangkir, M S sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Ibnu Hajar, M .Pd sebagai Rektor Universitas Negeri M edan. 3. Bapak Drs. Nasrun, M S sebagai Dekan Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri M edan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Pendidikan Luar sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri M edan yang telah banyak membantu penulis selama berada di UNIM ED.
6. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Khairul Bakti selaku kepala kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru dan beserta jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan M edan Timur Kota M edan .
7. Teristimewa penulis sampaikan Kepada Ibunda tersayang N. Purba yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, yang senantiasa memberikan doa yang tulus, kasih sayang dan berjerih payah untuk mencukupkan dana bagi penulis. 8. Ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh keluarga dan saudaraku.
abangku Juneri Sitepu, Rionaldi Sitepu dan Andi Oktama yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri M edan hingga selesainya skripsi ini.
9. Ucapan terima kasih kepada abang, kakak dan adik-adik yang ada dalam perkumpulan Sitepu yang memberikan dukungan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10.Terima kasih kepada seluruh pemuda-pemudi GKPS Krakatau yang tetap memberi semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2006 Sondang Situmorang, Farel, Halasson Tampubolon, Asnidar dan Steffy yang saling memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
Medan, Juli 2012 Penulis
ABS TRAK
AFNI WARIS A S ITEPU. NIM. 061211320064. “Hubungan Komunikasi Orang Tua Dalam Keluarga Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan Medan Timur Kota Medan”. S kripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2012.
Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan M edan Timur Kota M edan, adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) banyak kenakalan yang dilakukan remaja dalam berperilaku, (2) banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kegiatan harian mereka, terkadang mereka lupa dengan tanggung jawab mereka sebagai orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak, (3) banyak orang tua kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mendidik anak (remaja) dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang benar dari orang tua terhadap remaja usia 15-18 tahun, (2) untuk mengetahui bagaimana perilaku remaja usia 15-18 tahun yang ada di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru, (3) untuk mengetahui apakah ada hubungan pola komunikasi orang tua dengan remaja usia 15-18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini 25% dari populasi yaitu sebanyak 50 orang yang ditentukan dengan teknik proporsional ramdom sampling. Data dalam penelitian ini seluruhnya 200 keluarga, Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan angket komunikasi orang tua (X) dan angket perilaku menyimpang remaja (Y). Teknik Analisis data menggunakan statistik korelasi Product Moment dan uji –t.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media (Djamarah, 2004:12-13). Simanjuntak dalam buku Sudarsono (2008:10), menyatakan “Suatu perbuatan itu disebut delinquency apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif”.
DAFTAR ISI
C. Operasional Variabel Penelitian ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 46
BAB IV HAS IL PENELIT IAN DAN PEMBAHAS AN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47
1. Data Komunikasi Orang Tua ………... 47
2. Pengujian Hipotesis ………... 55
3. Perhitungan M ean Hipotetik dan M ean Empirik... 57
a. M ean Hipotetik ………. 57
b. M ean Empirik ... 57
4. Hasil Penelitian ... 59
5. Pembahasan ... 61
BAB V KES IMPULAN DAN S ARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUS TAKA ... ... 69
DAFTAR T AB EL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Sampel……… 39
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua ... 47
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Komunikasi Orang Tua Sub Variabel Harus
M enjadi Teladan Dalam Berkomunikasi... 49
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua Sub
Variabel Kultur Kesetaraan Dalam Berkomunikasi... 50
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua SubVariabel
M enyediakan Waktu dan Diri Untuk M endampingi Anak Dalam
Berkomunikasi...52
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua Sub
Variabel M emberikan Kasih Sayang dan Cinta Kasih Dalam
Berkomunikasi ...53
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Data Perilaku Remaja YangM enyimpang..54
Tabel 4.7 Tabel Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 55
DAFTAR GAMB AR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Angket Penelitian Untuk Orang Tua ... 71
Lampiran. 2 Angket Untuk Remaja ... 75
Lampiran. 3 Perhitungan Uji Coba Angket Hubungan Komunikasi Orang Tua Dalam Keluarga... 78
Lampiran. 4 Remaja ... 84
Lampiran. 5 Perhitungan Uji Coba Angket Perilaku M enyimpang Remaja. 85
Lampiran. 6 Orang Tua ... 91
Lampiran. 7 Data Hasil Penelitian ... 92
Lampiran. 8 Perhitungan Statistik Dasar... 93
Lampiran. 9 Perhitungan Koefisien Korelasi ... 108
Lampiran. 10 Pengujian Hipotesis ... 118
Lampiran 11 Nilai-Nilai r Product M oment... 121
Lampiran 12 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 122
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam
kehidupan manusia, dimana pada saat sekarang ini semua informasi tentang apa
saja dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Akan tetapi kemajuan zaman juga
memberikan tekanan kepada manusia terutama orang tua untuk dapat hidup
berkecukupan sehingga manusia terutama orang tua terlihat sangat individualis.
Sifat individualis biasa terjadi di lingkungan masyarakat bahkan juga di
lingkungan keluarga, seperti halnya yang terjadi pada saat ini yang sering disebut
dengan “broken home semu” (Quasi broken home). Quasi broken home ialah
suatu keadaan keluarga yang kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena
masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan
masing-masing sehingga mereka tidak sempat memberikan perhatian dan kas ih sayang
terhadap anaknya.
Fuad Ihsan (2003:57) bahwa ”keluarga merupakan lembaga pendidikan
pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia
dilahirkan, berkembang menjadi manusia dewasa”. Tuntutan ekonomi membuat
orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk
sekedar berbincang (berkomunikasi) dengan anaknya. Hal ini terlihat pada
keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan
karena orang tua harus mencari nafkah, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk
karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka
mengembangkan prestise. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan perkembangan
anak, dalam situasi yang demikian anak mudah mengalami frustasi, mengalami
konflik-konflik psikologis, sehingga dapat mendorong anak menjadi Juvenile
delinquency.
Juvenile delinquency berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya
anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada remaja.
Juvenile delinquency ialah perilaku jahat, atau kejahatan/kenakalan anak-anak
muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang
delinquency atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial yang
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat dan selalu
mempunyai konotasi pelanggaran, serangan, kejahatan yang dilakukan oleh
anak-anak muda. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam
pembentukan atau pengkondisian tingkah laku anak remaja.
Widayatun (2009:218), “Perilaku manusia selalu unik dan khusus, artinya
setiap manusia memiliki perbedaan dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat
maupun kepribadian”. “Perilaku adalah tindakan atau aktifitas manusia dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain
berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya
(Notoatmodjo 2003 hal 11)”.
M enurut Sarwono (2003:204), perilaku menyimpang adalah “tingkah laku
etika peraturan keluarga)”. M enurut M appiare (1982:193) kenakalan (perilaku)
remaja adalah tingkah laku bermasalah yang terdapat pada dirinya sendiri maupun
orang lain, yang melanggar aturan-aturan, nilai-nilai dan norma baik norma
agama, hukum, adat.
Peranan keluarga, terutama tingkah laku dan sikap orang tua sangat
penting bagi seorang anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Tidak semua
anggota dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Besar
kecilnya pengaruh tersebut tergantung dari hubungan emosional antara anggota
keluarga dengan anak. Tidak dapat disangkal lagi, melalui keluargalah anak
memperoleh bimbingan, pendidikan dan pengarahan untuk mengembangkan
dirinya sesuai dengan kapasitasnya. Dari anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan
saudara-saudaranya, anak mempunyai kemampuan dasar, baik intelektual maupun
sosial. Suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh atas taraf-taraf
perkembangan anak dan banyak menentukan apakah yang kelak akan terbentuk,
sikap keras hati atau sebaliknya sikap lemah lembut, tabah serta dasar-dasar
kepribadian lainnya.
Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
terhadap hak-hak anak. Perlindungan anak yang dimaksudkan di sini adalah
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
Perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan meteril belum
kedudukannya dengan benda mahal dan bagus, menggantikannya berarti
melemparkan anak kedalam sekumpulan benda mati. Seorang anak diharapkan
dapat menjadi suatu kebanggaan bagi lingkungannya. Kondisi Negara kita pada
saat sekarang ini juga menuntut agar generasi muda memiliki wawasan yang luas,
berfikir positif dan memiliki perilaku yang baik. Tuntutan yang diberikan keluarga
(orang tua) kepada anak jika dipandang dengan cara yang positif akan membentuk
perilaku yang positif. Namun, pada kenyataannya, segala sesuatu yang
dikomunikasikan orang tua pada anak tidak sepenuhnya dimengerti oleh anak.
Anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang mereka
inginkan karena keinginan orang tua.
Ketidakmampuan remaja menjadi apa yang diaharapkan oleh orang tua
membuat orang tua kesal pada anak. Tidak jarang kekesalan orang tua kepada
anak (remaja) disampaikan melalui ucapan kasar, nada suara yang keras, kata-kata
sindiran dan anak memandang sebagai hinaan bagi dirinya. Kemampuan yang
terbatas menyebabkan anak cenderung menangkap segala sesuatu apa yang dia
dengarkan, dia lihat dan dialaminya tanpa mampu menangkap pesan yang
tersembunyi, sehingga anak merasa dirinya tidak berharga, disepelekan,
dikata-katai dan disalahkan, hal inilah yang di khawatirkan akan menimbulkan kenakalan
(perilaku) bagi remaja.
Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada
(remaja) tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Keluarga
yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa
jengkel dalam jiwa anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan
pada hal-hal yang perlu atau penting saja, anak-anak tidak mungkin
mempercayakan masalah-masalahnnya dan membuka diri melainkan mereka lebih
baik berdiam diri saja. M enurut Walgito (2004:205) disamping “keterbukaan
dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga sebaiknya dilakukan dua arah,
yaitu saling memberi dan saling menerima diantara anggota keluarga”. Dengan
komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan demikian akan
tercipta komunikasi yang hidup, dinamis, masing-masing pihak akan aktif, dan
masing-masing pihak akan memberikan pendapat mengenai masalah yang
dikomunikasikan. Sikap orang tua terhadap anak saat mempengaruhi kepribadian
anak antara lain: penanaman pekerti sejak dini, mendisiplinkan anak, menyayangi
anak secara wajar, menghindari pemberian label “malas” kepada anak,
berhati-hati dalam menghukum anak. Kecenderungan anak untuk berperilaku dapat
berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa
sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan anak memiliki
jalan penyelesain sendiri di luar rumah yang mampu membuat membuat anak
merasa nyaman, tenang dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.
Pada garis besarnya masalah-masalah tersebut akan memilukan, kehidupan
masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman di dalam lingkungannya.
Keresahan dan perasaan terancam pasti terjadi, seperti pencurian, penipuan,
perampokan, pencopetan, suka minum-minuman keras sampai mabuk dan
perbuatan-perbuatan ringan lain, seperti pertengkaran sesama anak dan
minum-minuman keras. M asalah ini juga semakin rumit dengan masuknya unsur-unsur
kemajuan teknologi, maka terjadilah pertemuan dari berbagai unsur kebudayaan
asing, sehingga pengenalan tata kehidupan masyarakatnya akan semakin maju.
Kemajuan ini juga mempengaruhi cara bergaul remaja, terlihat dari
tingkah laku remaja yang saat ini mengikuti gaya budaya asing yang sangat
berbeda dengan budaya asli Indonesia. Seperti halnya yang terjadi di lingkungan
tempat penulis berada, banyak kenakalan-kenakalan dalam berperilaku yang
dilakukan oleh remaja terlebih pada usia 15-18 tahun yang sangat
mengkhawatirkan, seperti begadang/keliaran sampai larut malam, mengutarakan
kata-kata kasar kepada orang tua, berjudi, melawan orang tua, bertengkar dengan
sesama anak dan minum-minuman keras.
Dari latar belakang masalah yang sudah penulis paparkan di atas, penulis
tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya “Hubungan Komunikasi Orang tua
Dalam Keluarga Dengan Perilaku M enyimpang Remaja Usia 15-18 Tahun di
Lingkungan VI, Kecamatan M edan Timur Pulo Brayan Bengkel Baru”. Penulis
melihat masih banyak remaja yang menganggap bahwa orang tua mereka tidak
memberikan perhatian, kasih sayang dan perlindungan yang wajar, maka sering
terjadi pertengkaran antara orang tua dan remaja, sehingga remaja melakukan
penyimpangan yang disebut dengan kenakalan remaja, seperti mencuri, pulang
larut malam, begadang, berjudi, berbicara kurang sopan terhadap orang tua,
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah tentang
masalah yang diteliti, maka perlu di identifikasi masalah yang terkait dengan
judul, yaitu:
1. Banyak kenakalan yang dilakukan remaja dalam berperilaku
2. Banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dalam memenuhi
kebutuhan dan kegiatan harian mereka, terkadang mereka lupa dengan
tanggungjawab meraka sebagai orang tua untuk memberikan perhatian kepada
anak
3. Banyak orang tua kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
mendidik anak dengan baik dan benar
C. Batasan Masalah
Banyak masalah yang harus dipahami seperti dalam identifikasi, tetapi
peneliti akan membatasi penelitian ini pada: ”Hubungan Komunikasi Orang Tua
Dalam Keluarga Dengan Perilaku M enyimpang Remaja Usia 15-18 Tahun.
Alasannya, karena penulis melihat masih banyak orang tua yang kurang
menyadari betapa pentingnya memahami peranan-peranan orang tua dalam
menjalin komunikasi dengan remaja yang masih haus akan kasih sayang dan
perhatian orang tua mereka.
D. Rumusan Masalah
a. Bagaimana komunikasi orang tua dalam keluarga, khususnya dengan remaja di
lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru?
c. Apakah ada hubungan komunikasi orang tua dengan perilaku remaja usia 15-
18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel?
E. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan arah penulisan ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi orang tua dalam keluarga,
khususnya dengan remaja usia 15-18 tahun
b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku remaja usia 15-18 tahun yang ada di
lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru
c. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola komunikasi orang tua dengan
remaja usia 15- 18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel
F. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalm penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. M anfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua, dalam
menjalin komunikasi dua arah antara orang tua dengan remaja.
2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian
kepada remaja usia 15-18 tahun agar tidak menyimpang
3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam
pengembangan ilmu pengetahuan
b. M anfaat Teoritis
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan acuan
bagi peneliti yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih
lanjut mengenai hubungan komunikasi orang tua terhadap kenakalan
BAB V
KES IMPULAN DAN S ARAN
A. Kesimpulan
1. komunikasi yang dapat dilakukan orang tua dengan remaja adalah
komunikasi dua arah, supaya pesan yang disampaikan antara komunikan
dengan komunikator dapat diterima, sehingga komunikasi terjalin dengan
baik dan benar
2. Komunikasi yang dilakukan orang tua dengan anak, seperti orang tua
harus menjadi teladan dalam berkomunikasi, kultur kesetaraan dalam
berkomunikasi, menyediakan waktu dan diri untuk mendampingi anak
dalam berkomunikasi, memberikan kasih sayang dan cinta kasih dalam
berkomunikasi.
3. Hubungan yang berarti antara variabel komunikasi orang tua dalam
keluarga (X) dengan perilaku menyimpang remaja usia 15-18 tahun (Y)
sebesar rxy > rtabel yaitu 0.793 > 0.279 dan thitung > ttabel yaitu 9.021 > 1.67.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara hubungan komunikasi orang tua dalam keluarga dengan perilaku
menyimpang remaja di lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel
B. S aran
Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan penelitian ini,
saran-saran berupa rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan cara berkomunikasi yang baik dan
benar antara orang tua dan anak,sehingga akan terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu orang tua harus melihat beberapa hal yang
dapat membangun komunikasi yang baik dan benar, seperti membangun
komunikasai dua arah antara orang tua dan anak, orang tua harus bisa menjadi
teladan bagi anak, kultur kesetaraan dalam berkomunikasi, menyediakan
waktu dan diri untuk mendampingi anak, memberikan kasih sayang dan cinta
kasih karena di dalam keluargalah anak akan merasa nyaman dan terlindungi.
2. Orang tua juga harus lebih mengerti jiwa dari remaja, karena psikologis
remaja berbeda-beda. Oleh karena itu orang tua harus membuat gaya
komunikasi yan gbaik dan benar.
3. Remaja juga harus lebih terbuka kepada orang tua, agar orang tua mengetahui
keinginan remaja sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman antara remaja
dan orang tua dalam berkomunikasi. Selain itu remaja juga harus dapat
memilih lingkungan tempat remaja bergaul, agar tidak ikut terjerumus dalam
perilaku yang menyimpang.
4. Sebaiknya di adakan kerjasama antara kepala lingkungan dengan wrga
masyarakat untuk membuat penyuluhan mengenai komunikasi orang tua dan
DAFTAR PUS TAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M . 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Daradjat, Z. 1991. Problema Remaja Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang
Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Goelman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa
EQ Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gordon, Thomas.1988. Menjadi Orang Tua Efektif. Jakarta: Gramedia
Gunarsa, D, Singgih. 2000. Azas-Azas Psikologi Keluarga Teladan. Jakarta: BPK-
Gunung M ulia
_____ 2003. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK-Gunung M ulia
Harjaningrum, A gnes Tri. 2007. Peranan Orang Tua dan Praktisi Dalam
Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melaui Pemahaan Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta: Prenada M edia Group
Ihsan, Fuad. 2003. Ilmu Pendidikan Cet. III. Semarang: Rineka Cipta
Kartini, Kartono. 2003. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
_____ . 1990. Psikologi anak. Bandung: M andar M aju.
M antra, I. B. 1997. Departemen Kesehatan Pusat Penyuluhan Kesehatan.
Jakarta: Bulan Bintang
M appiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta: Remaja Grafindo Persada
M ulyana, Deddy. 2001. Nuansa-Nuansa Komunikasi. Bandung Rosdakarya
Narramore, Bruce.1999. Mengapa Anak Berkelakuan Buruk. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup
Nasution, Thamrin Dan Nurhalijah. 1989. Peranan Orang Tua Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: BPK-Gunung M ulia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Shochib, M oh. 2000. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Simanjuntak, B. 2002. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.
Sudarsono, S. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Surbakti, EB. 2008. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta:
Elex M edia Komputindo
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Bandung: Citra Umbara
_____ 10 Tahun 1972 Tentang Keluarga. Bandung: Pradnya Pramita
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Andi
Offset Wahani. 2004. Makalah Filsafat Sains, (Online), dalam
http://wahani.com/makalah/makalah-filsafat/sains/, diakses 24 September 2011
Widayatun, T. R. 2009. Ilmu Perilaku M . A. 104. Jakarta: Agung Seto
Winarti, Euis. 2007. Pengembangan Kepribadian, Jakarta: Graha Ilmu
Yakub, H. M . 2005. Orang Tua Bijaksana Dan Generasi Penerus Yang Sukses.