• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DI LINGKUNGAN VI KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL BARU KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DI LINGKUNGAN VI KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL BARU KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKAS I ORANG TUA D ALAM KELUARGA D ENGAN PERILAKU MENYIMPANG REMAJA D I LINGKUNGAN VI

KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL BARU KEC AMATAN MED AN TIMUR KOTA MED AN

S KRIPS I

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S arjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

AFNI WARIS A S ITEPU 061211320064

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSI TAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang M aha Esa atas segala rahmat dan cinta kasihnya yang selalu menyertai penulis dan memberikan kesehatan serta hikmat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul”Hubungan Komuniksi Orang Tua Dalam Keluarga Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan Medan Timur Kota Medan”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri M edan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi penulis dan telah dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang akhirnya dapat diselesaikan sebagaimana adanya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Faber Simorangkir, M S sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Ibnu Hajar, M .Pd sebagai Rektor Universitas Negeri M edan. 3. Bapak Drs. Nasrun, M S sebagai Dekan Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri M edan.

(5)

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Pendidikan Luar sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri M edan yang telah banyak membantu penulis selama berada di UNIM ED.

6. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Khairul Bakti selaku kepala kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru dan beserta jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan M edan Timur Kota M edan .

7. Teristimewa penulis sampaikan Kepada Ibunda tersayang N. Purba yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, yang senantiasa memberikan doa yang tulus, kasih sayang dan berjerih payah untuk mencukupkan dana bagi penulis. 8. Ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh keluarga dan saudaraku.

abangku Juneri Sitepu, Rionaldi Sitepu dan Andi Oktama yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri M edan hingga selesainya skripsi ini.

9. Ucapan terima kasih kepada abang, kakak dan adik-adik yang ada dalam perkumpulan Sitepu yang memberikan dukungan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Terima kasih kepada seluruh pemuda-pemudi GKPS Krakatau yang tetap memberi semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2006 Sondang Situmorang, Farel, Halasson Tampubolon, Asnidar dan Steffy yang saling memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

Medan, Juli 2012 Penulis

(7)

ABS TRAK

AFNI WARIS A S ITEPU. NIM. 061211320064. “Hubungan Komunikasi Orang Tua Dalam Keluarga Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan Medan Timur Kota Medan”. S kripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan M edan Timur Kota M edan, adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) banyak kenakalan yang dilakukan remaja dalam berperilaku, (2) banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kegiatan harian mereka, terkadang mereka lupa dengan tanggung jawab mereka sebagai orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak, (3) banyak orang tua kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mendidik anak (remaja) dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang benar dari orang tua terhadap remaja usia 15-18 tahun, (2) untuk mengetahui bagaimana perilaku remaja usia 15-18 tahun yang ada di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru, (3) untuk mengetahui apakah ada hubungan pola komunikasi orang tua dengan remaja usia 15-18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini 25% dari populasi yaitu sebanyak 50 orang yang ditentukan dengan teknik proporsional ramdom sampling. Data dalam penelitian ini seluruhnya 200 keluarga, Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan angket komunikasi orang tua (X) dan angket perilaku menyimpang remaja (Y). Teknik Analisis data menggunakan statistik korelasi Product Moment dan uji –t.

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media (Djamarah, 2004:12-13). Simanjuntak dalam buku Sudarsono (2008:10), menyatakan “Suatu perbuatan itu disebut delinquency apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif”.

(8)

DAFTAR ISI

C. Operasional Variabel Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

(9)

F. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 46

BAB IV HAS IL PENELIT IAN DAN PEMBAHAS AN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Data Komunikasi Orang Tua ………... 47

2. Pengujian Hipotesis ………... 55

3. Perhitungan M ean Hipotetik dan M ean Empirik... 57

a. M ean Hipotetik ………. 57

b. M ean Empirik ... 57

4. Hasil Penelitian ... 59

5. Pembahasan ... 61

BAB V KES IMPULAN DAN S ARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUS TAKA ... ... 69

(10)

DAFTAR T AB EL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Sampel……… 39

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua ... 47

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Komunikasi Orang Tua Sub Variabel Harus

M enjadi Teladan Dalam Berkomunikasi... 49

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua Sub

Variabel Kultur Kesetaraan Dalam Berkomunikasi... 50

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua SubVariabel

M enyediakan Waktu dan Diri Untuk M endampingi Anak Dalam

Berkomunikasi...52

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Data Komunikasi Orang Tua Sub

Variabel M emberikan Kasih Sayang dan Cinta Kasih Dalam

Berkomunikasi ...53

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Data Perilaku Remaja YangM enyimpang..54

Tabel 4.7 Tabel Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 55

(11)

DAFTAR GAMB AR

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. 1 Angket Penelitian Untuk Orang Tua ... 71

Lampiran. 2 Angket Untuk Remaja ... 75

Lampiran. 3 Perhitungan Uji Coba Angket Hubungan Komunikasi Orang Tua Dalam Keluarga... 78

Lampiran. 4 Remaja ... 84

Lampiran. 5 Perhitungan Uji Coba Angket Perilaku M enyimpang Remaja. 85

Lampiran. 6 Orang Tua ... 91

Lampiran. 7 Data Hasil Penelitian ... 92

Lampiran. 8 Perhitungan Statistik Dasar... 93

Lampiran. 9 Perhitungan Koefisien Korelasi ... 108

Lampiran. 10 Pengujian Hipotesis ... 118

Lampiran 11 Nilai-Nilai r Product M oment... 121

Lampiran 12 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 122

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam

kehidupan manusia, dimana pada saat sekarang ini semua informasi tentang apa

saja dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Akan tetapi kemajuan zaman juga

memberikan tekanan kepada manusia terutama orang tua untuk dapat hidup

berkecukupan sehingga manusia terutama orang tua terlihat sangat individualis.

Sifat individualis biasa terjadi di lingkungan masyarakat bahkan juga di

lingkungan keluarga, seperti halnya yang terjadi pada saat ini yang sering disebut

dengan “broken home semu” (Quasi broken home). Quasi broken home ialah

suatu keadaan keluarga yang kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena

masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan

masing-masing sehingga mereka tidak sempat memberikan perhatian dan kas ih sayang

terhadap anaknya.

Fuad Ihsan (2003:57) bahwa ”keluarga merupakan lembaga pendidikan

pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia

dilahirkan, berkembang menjadi manusia dewasa”. Tuntutan ekonomi membuat

orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk

sekedar berbincang (berkomunikasi) dengan anaknya. Hal ini terlihat pada

keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan

karena orang tua harus mencari nafkah, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk

(14)

karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka

mengembangkan prestise. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan perkembangan

anak, dalam situasi yang demikian anak mudah mengalami frustasi, mengalami

konflik-konflik psikologis, sehingga dapat mendorong anak menjadi Juvenile

delinquency.

Juvenile delinquency berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya

anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada remaja.

Juvenile delinquency ialah perilaku jahat, atau kejahatan/kenakalan anak-anak

muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja

yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang

delinquency atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial yang

disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat dan selalu

mempunyai konotasi pelanggaran, serangan, kejahatan yang dilakukan oleh

anak-anak muda. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam

pembentukan atau pengkondisian tingkah laku anak remaja.

Widayatun (2009:218), “Perilaku manusia selalu unik dan khusus, artinya

setiap manusia memiliki perbedaan dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat

maupun kepribadian”. “Perilaku adalah tindakan atau aktifitas manusia dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain

berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya

(Notoatmodjo 2003 hal 11)”.

M enurut Sarwono (2003:204), perilaku menyimpang adalah “tingkah laku

(15)

etika peraturan keluarga)”. M enurut M appiare (1982:193) kenakalan (perilaku)

remaja adalah tingkah laku bermasalah yang terdapat pada dirinya sendiri maupun

orang lain, yang melanggar aturan-aturan, nilai-nilai dan norma baik norma

agama, hukum, adat.

Peranan keluarga, terutama tingkah laku dan sikap orang tua sangat

penting bagi seorang anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Tidak semua

anggota dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Besar

kecilnya pengaruh tersebut tergantung dari hubungan emosional antara anggota

keluarga dengan anak. Tidak dapat disangkal lagi, melalui keluargalah anak

memperoleh bimbingan, pendidikan dan pengarahan untuk mengembangkan

dirinya sesuai dengan kapasitasnya. Dari anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan

saudara-saudaranya, anak mempunyai kemampuan dasar, baik intelektual maupun

sosial. Suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh atas taraf-taraf

perkembangan anak dan banyak menentukan apakah yang kelak akan terbentuk,

sikap keras hati atau sebaliknya sikap lemah lembut, tabah serta dasar-dasar

kepribadian lainnya.

Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

terhadap hak-hak anak. Perlindungan anak yang dimaksudkan di sini adalah

adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi anak dan

hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi.

Perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan meteril belum

(16)

kedudukannya dengan benda mahal dan bagus, menggantikannya berarti

melemparkan anak kedalam sekumpulan benda mati. Seorang anak diharapkan

dapat menjadi suatu kebanggaan bagi lingkungannya. Kondisi Negara kita pada

saat sekarang ini juga menuntut agar generasi muda memiliki wawasan yang luas,

berfikir positif dan memiliki perilaku yang baik. Tuntutan yang diberikan keluarga

(orang tua) kepada anak jika dipandang dengan cara yang positif akan membentuk

perilaku yang positif. Namun, pada kenyataannya, segala sesuatu yang

dikomunikasikan orang tua pada anak tidak sepenuhnya dimengerti oleh anak.

Anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang mereka

inginkan karena keinginan orang tua.

Ketidakmampuan remaja menjadi apa yang diaharapkan oleh orang tua

membuat orang tua kesal pada anak. Tidak jarang kekesalan orang tua kepada

anak (remaja) disampaikan melalui ucapan kasar, nada suara yang keras, kata-kata

sindiran dan anak memandang sebagai hinaan bagi dirinya. Kemampuan yang

terbatas menyebabkan anak cenderung menangkap segala sesuatu apa yang dia

dengarkan, dia lihat dan dialaminya tanpa mampu menangkap pesan yang

tersembunyi, sehingga anak merasa dirinya tidak berharga, disepelekan,

dikata-katai dan disalahkan, hal inilah yang di khawatirkan akan menimbulkan kenakalan

(perilaku) bagi remaja.

Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada

(remaja) tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Keluarga

yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa

jengkel dalam jiwa anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan

(17)

pada hal-hal yang perlu atau penting saja, anak-anak tidak mungkin

mempercayakan masalah-masalahnnya dan membuka diri melainkan mereka lebih

baik berdiam diri saja. M enurut Walgito (2004:205) disamping “keterbukaan

dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga sebaiknya dilakukan dua arah,

yaitu saling memberi dan saling menerima diantara anggota keluarga”. Dengan

komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan demikian akan

tercipta komunikasi yang hidup, dinamis, masing-masing pihak akan aktif, dan

masing-masing pihak akan memberikan pendapat mengenai masalah yang

dikomunikasikan. Sikap orang tua terhadap anak saat mempengaruhi kepribadian

anak antara lain: penanaman pekerti sejak dini, mendisiplinkan anak, menyayangi

anak secara wajar, menghindari pemberian label “malas” kepada anak,

berhati-hati dalam menghukum anak. Kecenderungan anak untuk berperilaku dapat

berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa

sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak

langsung memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan anak memiliki

jalan penyelesain sendiri di luar rumah yang mampu membuat membuat anak

merasa nyaman, tenang dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.

Pada garis besarnya masalah-masalah tersebut akan memilukan, kehidupan

masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman di dalam lingkungannya.

Keresahan dan perasaan terancam pasti terjadi, seperti pencurian, penipuan,

perampokan, pencopetan, suka minum-minuman keras sampai mabuk dan

perbuatan-perbuatan ringan lain, seperti pertengkaran sesama anak dan

minum-minuman keras. M asalah ini juga semakin rumit dengan masuknya unsur-unsur

(18)

kemajuan teknologi, maka terjadilah pertemuan dari berbagai unsur kebudayaan

asing, sehingga pengenalan tata kehidupan masyarakatnya akan semakin maju.

Kemajuan ini juga mempengaruhi cara bergaul remaja, terlihat dari

tingkah laku remaja yang saat ini mengikuti gaya budaya asing yang sangat

berbeda dengan budaya asli Indonesia. Seperti halnya yang terjadi di lingkungan

tempat penulis berada, banyak kenakalan-kenakalan dalam berperilaku yang

dilakukan oleh remaja terlebih pada usia 15-18 tahun yang sangat

mengkhawatirkan, seperti begadang/keliaran sampai larut malam, mengutarakan

kata-kata kasar kepada orang tua, berjudi, melawan orang tua, bertengkar dengan

sesama anak dan minum-minuman keras.

Dari latar belakang masalah yang sudah penulis paparkan di atas, penulis

tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya “Hubungan Komunikasi Orang tua

Dalam Keluarga Dengan Perilaku M enyimpang Remaja Usia 15-18 Tahun di

Lingkungan VI, Kecamatan M edan Timur Pulo Brayan Bengkel Baru”. Penulis

melihat masih banyak remaja yang menganggap bahwa orang tua mereka tidak

memberikan perhatian, kasih sayang dan perlindungan yang wajar, maka sering

terjadi pertengkaran antara orang tua dan remaja, sehingga remaja melakukan

penyimpangan yang disebut dengan kenakalan remaja, seperti mencuri, pulang

larut malam, begadang, berjudi, berbicara kurang sopan terhadap orang tua,

(19)

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah tentang

masalah yang diteliti, maka perlu di identifikasi masalah yang terkait dengan

judul, yaitu:

1. Banyak kenakalan yang dilakukan remaja dalam berperilaku

2. Banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dalam memenuhi

kebutuhan dan kegiatan harian mereka, terkadang mereka lupa dengan

tanggungjawab meraka sebagai orang tua untuk memberikan perhatian kepada

anak

3. Banyak orang tua kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam

mendidik anak dengan baik dan benar

C. Batasan Masalah

Banyak masalah yang harus dipahami seperti dalam identifikasi, tetapi

peneliti akan membatasi penelitian ini pada: ”Hubungan Komunikasi Orang Tua

Dalam Keluarga Dengan Perilaku M enyimpang Remaja Usia 15-18 Tahun.

Alasannya, karena penulis melihat masih banyak orang tua yang kurang

menyadari betapa pentingnya memahami peranan-peranan orang tua dalam

menjalin komunikasi dengan remaja yang masih haus akan kasih sayang dan

perhatian orang tua mereka.

D. Rumusan Masalah

a. Bagaimana komunikasi orang tua dalam keluarga, khususnya dengan remaja di

lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru?

(20)

c. Apakah ada hubungan komunikasi orang tua dengan perilaku remaja usia 15-

18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel?

E. Tujuan Penelitian

Untuk menentukan arah penulisan ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi orang tua dalam keluarga,

khususnya dengan remaja usia 15-18 tahun

b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku remaja usia 15-18 tahun yang ada di

lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel Baru

c. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola komunikasi orang tua dengan

remaja usia 15- 18 tahun di lingkungan VI Pulo Brayan Bengkel

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalm penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. M anfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua, dalam

menjalin komunikasi dua arah antara orang tua dengan remaja.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian

kepada remaja usia 15-18 tahun agar tidak menyimpang

3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam

pengembangan ilmu pengetahuan

b. M anfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan acuan

bagi peneliti yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih

lanjut mengenai hubungan komunikasi orang tua terhadap kenakalan

(21)

BAB V

KES IMPULAN DAN S ARAN

A. Kesimpulan

1. komunikasi yang dapat dilakukan orang tua dengan remaja adalah

komunikasi dua arah, supaya pesan yang disampaikan antara komunikan

dengan komunikator dapat diterima, sehingga komunikasi terjalin dengan

baik dan benar

2. Komunikasi yang dilakukan orang tua dengan anak, seperti orang tua

harus menjadi teladan dalam berkomunikasi, kultur kesetaraan dalam

berkomunikasi, menyediakan waktu dan diri untuk mendampingi anak

dalam berkomunikasi, memberikan kasih sayang dan cinta kasih dalam

berkomunikasi.

3. Hubungan yang berarti antara variabel komunikasi orang tua dalam

keluarga (X) dengan perilaku menyimpang remaja usia 15-18 tahun (Y)

sebesar rxy > rtabel yaitu 0.793 > 0.279 dan thitung > ttabel yaitu 9.021 > 1.67.

Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara hubungan komunikasi orang tua dalam keluarga dengan perilaku

menyimpang remaja di lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel

(22)

B. S aran

Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan penelitian ini,

saran-saran berupa rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan cara berkomunikasi yang baik dan

benar antara orang tua dan anak,sehingga akan terhindar dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Oleh karena itu orang tua harus melihat beberapa hal yang

dapat membangun komunikasi yang baik dan benar, seperti membangun

komunikasai dua arah antara orang tua dan anak, orang tua harus bisa menjadi

teladan bagi anak, kultur kesetaraan dalam berkomunikasi, menyediakan

waktu dan diri untuk mendampingi anak, memberikan kasih sayang dan cinta

kasih karena di dalam keluargalah anak akan merasa nyaman dan terlindungi.

2. Orang tua juga harus lebih mengerti jiwa dari remaja, karena psikologis

remaja berbeda-beda. Oleh karena itu orang tua harus membuat gaya

komunikasi yan gbaik dan benar.

3. Remaja juga harus lebih terbuka kepada orang tua, agar orang tua mengetahui

keinginan remaja sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman antara remaja

dan orang tua dalam berkomunikasi. Selain itu remaja juga harus dapat

memilih lingkungan tempat remaja bergaul, agar tidak ikut terjerumus dalam

perilaku yang menyimpang.

4. Sebaiknya di adakan kerjasama antara kepala lingkungan dengan wrga

masyarakat untuk membuat penyuluhan mengenai komunikasi orang tua dan

(23)

DAFTAR PUS TAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta

Dalyono, M . 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Daradjat, Z. 1991. Problema Remaja Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang

Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Goelman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa

EQ Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gordon, Thomas.1988. Menjadi Orang Tua Efektif. Jakarta: Gramedia

Gunarsa, D, Singgih. 2000. Azas-Azas Psikologi Keluarga Teladan. Jakarta: BPK-

Gunung M ulia

_____ 2003. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK-Gunung M ulia

Harjaningrum, A gnes Tri. 2007. Peranan Orang Tua dan Praktisi Dalam

Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melaui Pemahaan Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta: Prenada M edia Group

Ihsan, Fuad. 2003. Ilmu Pendidikan Cet. III. Semarang: Rineka Cipta

Kartini, Kartono. 2003. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

_____ . 1990. Psikologi anak. Bandung: M andar M aju.

M antra, I. B. 1997. Departemen Kesehatan Pusat Penyuluhan Kesehatan.

Jakarta: Bulan Bintang

M appiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta: Remaja Grafindo Persada

M ulyana, Deddy. 2001. Nuansa-Nuansa Komunikasi. Bandung Rosdakarya

Narramore, Bruce.1999. Mengapa Anak Berkelakuan Buruk. Bandung: Yayasan

Kalam Hidup

Nasution, Thamrin Dan Nurhalijah. 1989. Peranan Orang Tua Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: BPK-Gunung M ulia

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

(24)

Shochib, M oh. 2000. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta

Simanjuntak, B. 2002. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.

Sudarsono, S. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Surbakti, EB. 2008. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta:

Elex M edia Komputindo

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak. Bandung: Citra Umbara

_____ 10 Tahun 1972 Tentang Keluarga. Bandung: Pradnya Pramita

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Andi

Offset Wahani. 2004. Makalah Filsafat Sains, (Online), dalam

http://wahani.com/makalah/makalah-filsafat/sains/, diakses 24 September 2011

Widayatun, T. R. 2009. Ilmu Perilaku M . A. 104. Jakarta: Agung Seto

Winarti, Euis. 2007. Pengembangan Kepribadian, Jakarta: Graha Ilmu

Yakub, H. M . 2005. Orang Tua Bijaksana Dan Generasi Penerus Yang Sukses.

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi antara lama studi terhadap kesesuaian bidang pekerjaan: • Waktu studi Pendek terhadap kesesuaian bidang pekerjaan • Waktu studi sedang terhadap kesesuaian

perencanaan/pemodelan transportasi empat tahapan, pemodelan dengan metode gravity dan analogi, teknik survei dalam perencanaan transportasi, perencanaan dan analisis

Umum : Mahasiswa dapat memahami konsep dasar perencanaan dan analisis pemodelan transportasi dengan beberapa metode analogi b. Khusus

[r]

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Setalah klik ‘Generate’ pada menu ‘DATA FILE’, maka akan muncul tampilan seperti gamba dibawah ini yang menampil nama file data yang default pada folder default dari excel.

TUGAS AKHIR NIKEN KUSUMANINGRUM L2B009100 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR SEMARANG OKTOBER 2015..

Pengelola memiliki pengertian suatu badan atau individu yang mengelola, dalam pengertian ini maka suatu badan atau individu yang mengelola pasar Kranji Baru