• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS

JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

R. Mira Rif’ah Kamilah

1001658

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS

JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG

Oleh

R. Mira Rif’ah Kamilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© R. Mira Rif’ah Kamilah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ratusan kelompok

etnis. Etnis-etnis tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap etnis

yang ada di Indonesia, tentunya memiliki identitas tersendiri yang khas. Dalam

sejarah Nusantara, etnis-etnis di Indonesia mempertahankan identitas

masing-masing. Selain karena tempat-tempat yang terpisah secara geografis, juga karena

adanya pengaruh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan

sebagainya (Sarwono, 2006, hlm. 28).

Walaupun Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dibatasi oleh selat dan

laut, tetapi hal tesebut tidak membatasi penduduk Indonesia untuk mendatangi

pulau atau daerah lain. Hal tersebut dikenal dengan istilah merantau. Merantau

adalah suatu aktivitas dimana seseorang meninggalkan tempat tinggalnya untuk

pergi ke tempat lain yang jauh dari tempat asalnya. Biasanya mereka hidup dan

tinggal di daerah rantau dalam waktu yang lama (Dewi, 2008).

Etnis yang memiliki penduduk terbanyak di Indonesa, yaitu Etnis Jawa,

merupakan salah satu etnis yang memiliki budaya merantau (Pandapotan, 2012,

hlm. 5). Efek dari budaya merantau pada etnis Jawa menyebabkan saat ini

banyak etnis Jawa yang tinggal di daerah lain selain daerah aslinya, termasuk di

daerah Jawa Barat. Mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan

Cirebon (Abdurrahman, Marajohan, Indraswari & Maylasari, 2013). Di Kota

Bandung, yang merupakan ibukota dari provinsi Jawa Barat pun, tentunya

banyak Etnis Jawa yang bermukim.

Masyarakat di Kota Bandung, Jawa Barat, rata-rata beretnis Sunda. Maka

dalam kehidupan sehari-hari, penduduk Etnis Sunda dan Etnis Jawa sering kali

melakukan interaksi sosial dan berbaur dalam wilayah pemukiman penduduk dan

aktivitas yang sama. Menurut Sears, Fredman & Peplau (1994), interaksi sosial

(6)

individu lain sehingga menimbulkan sikap dan perilaku tertentu. Selain itu,

interaksi sosial dapat pula mempengaruhi prasangka sosial dalam diri seseorang

(Sears, Fredman & Peplau, 1994). Oleh sebab itu, besar kemungkinan prasangka

etnis antara Etnis Jawa terhadap Etnis Sunda, maupun sebaliknya dapat timbul.

Selain adanya interaksi antara Etnis Jawa dan Etnis Sunda, kedua etnis

tersebut pun memiliki perbedaan kebudayaan dan hal tersebut dapat pula

menimbulkan prasangka. Menurut Sobur (2009), latar belakang kebudayaan yang

berbeda dari berbagai kelompok etnis dapat menimbulkan prasangka etnis

(Sobur, 2009). Prasangka etnis adalah sikap negatif yang ditujukan suatu

kelompok etnis tertentu kepada kelompok etnis lainnya dan difokuskan pada

ciri-ciri negatif sehingga menghambat hubungan antar etnis (Ali, Indrawati &

Masykur, 2010, hlm.19).

Menurut Sherif & Sherief (1969, dalam Sobur, 2009, hlm. 388), prasangka

adalah suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan

(unfavorable attitude) yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok

terhadap kelompok lain berikut anggota-anggotanya yang didasarkan atas

norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang-orang di luar kelompok.

Norma-norma yang ada pada tatanan kehidupan kedua etnis tersebut

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam penyeleksian calon

pasangan hidup. Penyeleksian calon pasangan hidup merupakan salah satu dari

tugas perkembangan pada masa dewasa awal (Huvigurst, dalam Wrightsman,

1994, Turner & Helmes, daram Dariyo, 2003, dalam Silalahi & Meinarno, 2010,

hlm. 42). Memilih pasangan hidup, merupakan fase yang sulit untuk diputuskan.

Muncul beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan agar dapat mendapatkan

pasangan hidup yang dapat membawa kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Selain

itu, pengambilan keputusan dalam memilih pasangan hidup menyangkut dua

keluarga. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki semacam kedudukan dalam

sistem lapisan masyarakat yang salah satunya dipengaruhi oleh kepada siapakah

(7)

Selain itu, banyak keluarga yang menempatkan garis keturunan sebagai

sebuah tata nilai. Istilah bibit-bebet-bobot atau siksik lebe maka tindes yang

bermakna “telusuri asal usulnya” menggaris bawahi bahwa garis keturunan memainkan peran penting dalam tata nilai keluarga (Surbakti, 2008). Asal usul

calon pasangan perlu ditelusuri, seperti dari agama apa, keturunan siapa,

bagaimana keadaan ekonominya, bahkan berasal dari etnis mana calon pasangan.

Kehidupan etnis Sunda dan etnis Jawa yang hidup berdampingan di Kota

Bandung, memungkinan munculnya rasa saling tertarik antara wanita Sunda dan

pria Jawa atau sebaliknya. Menurut Ineichen (1979, dalam Matsumoto, 2008),

orang yang tinggal di wilayah yang berdekatan, lebih besar kemungkinannya

untuk saling menikah. Namun, hubungan ketertarikan antaretnis tersebut dapat

berjalan kurang baik karena ada beberapa penduduk etnis Jawa yang meyakini

adanya norma sosial yang melarang atau menyarankan kedua etnis tersebut tidak

melangsungkan pernikahan.

Berdasarkan wawancara pendahuluan yang penulis lakukan dengan

beberapa teman beretnis Jawa yang tinggal di Bandung, mereka disarankan oleh

orang tua dan keluarganya untuk memilih pasangan hidup dari etnis yang sama.

Alasannnya, yaitu untuk memperkecil derajat perbedaan antara etnis Sunda dan

etnis Jawa dalam upacara pernikahan. Alasan lainnya menyebutkan bahwa orang

dari etnis Jawa lebih suka bekerja keras daripada orang dari etnis Sunda,

sehingga orang dari etnis Jawa-lah yang didambakan menjadi pendamping

hidupnya. Ada pula yang menghindari pernikahan anatara Etnis Jawa dan Sunda

karena saran dari orang tua. Usaha untuk mempertahankan kebudayaan pun

menjadi salah satu alasan mengapa orang dari etnis Jawa disarankan untuk

memilih pasangan hidup dari etnis yang sama.

Selain itu, ada pula yang menghindari pernikahan antara Etnis Sunda dan

Jawa karena adanya stereotip negatif yang melekat pada masyarakat Etnis Sunda.

Stereotip yang sering terdengar di lingkungan masyarakat mengenai Etnis Sunda,

yaitu perempuannya hanya bisa berdandan, dan laki-laki Sunda suka kawin cerai,

(8)

lelaki Sunda karena Suku Jawa dianggap lebih tua daripada Suku Sunda

(Mulyana, 2011, hlm. 238).

Stereotip adalah sikap, keyakinan atau pendapat yang baku (fixed) tentang

orang-orang yang berasal dari budaya lain (Matsumoto, 2008, hlm. 10). Melalui

stereotip individu bertindak menurut apa yang sekiranya sesuai terhadap

kelompok lain (Rohmiati, 2011). Oleh sebab itu, stereotip yang merebak

mengenai suatu etnis di masyarakat sering dijadikan alasan untuk menghindari

pemilihan pasangan dari etnis tersebut.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Warnaen (2002) mengenai

stereotip etnis, dapat diketahui bahwa sifat khas yang tampil pada stereotip

tentang orang Sunda menurut etnis Jawa yang tinggal di Jakarta, yaitu kolot,

sopan, percaya takhayul, senang menerima tamu, baik hati, suka kesenangan,

tradisional, matrealistis, rapi, ramah, rajin, periang (Warnaen, 2002, hlm. 208).

Sedangkan sifat khas yang tampil pada stereotip tentang orang Jawa menurut

etnis Sunda yang tinggal di Jakarta, yaitu kolot, sopan, bisa dipercaya, percaya

takhayul, jujur, baik hati, ikatan keluarga kuat, tradisional, jorok dan rajin

(Warnaen, 2002, hlm. 207).

Selain itu, dapat diketahui pula stereotip tentang Etnis Sunda menurut etnis

Jawa yang tinggal di luar Jakarta, yaitu agresif, ambisius, artistik, sopan, jujur,

suka pesta, senang menerima tamu, suka kesenangan, tradisional, matrealistis,

pengoceh, ramah, rajin, dan periang (Warnaen, 2002, hlm. 211). Sedangkan

stereotip orang dari Etnis Jawa menurut etnis Sunda yang tinggal di luar Jakarta,

yaitu ambisius, kolot, sopan, percaya takhayul, senang menerima tamu, ikatan

keluarga kuat, tradisional, humoris, pelit, cepat marah, jorok, dan rajin

(Warmaen, 2002, hlm. 210). Karena manusia sering menghemat proses

kognitifnya, stereotip tersebut sangat mudah diyakini dan akhirnya terus

dilekatkan pada etnis yang bersangkutan.

Penulis berasumsi, adanya norma sosial untuk menghindari pernikahan

antara etnis Jawa dan Sunda merupakan hasil dari prasangka sosial. Menurut

(9)

salah satu bentuk tindakan dari prasangka. Di era modern, prasangka

diekspresikan dengan lebih halus. Pengekspresian prasangka ditutup-tutupi di

tempat umum atau disamarkan dengan pernyataan lain, tetapi diekspresikan di

tempat yang dinilai aman atau disampaikan kepada keluarga atau teman dekat.

Seorang individu dapat menyatakan bahwa ia menentang pernikahan antarras

atau antaretnis karena anak-anak hasil dari pernikahan tersebut akan banyak

mengalami kesulitan. Pandangan-pandangan tersebut bearakar dari prasangka

dan keyakinan bahwa anggota dari kelompok ras atau etnis tertentu berbeda dari

sudut pandang orang yang membicarakannya (Baron & Byrne 2004, hlm. 17).

Selain itu, pandangan-padangan tersebut merupakan gambaran yang dibuat

sendiri atau diberikan kepadanya oleh orang lain (Warnaen, 2002).

Munculnya mitos yang diyakini masyarakat untuk tidak melangsungkan

pernikahan antara etnis Jawa dan Sunda menyebabkan pernikahan antaretnis ini

semakin dihindari. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan timbul malapetaka

atau terkena musibah. Mitos dalam pandangan Lappe & Collin (Rahardjo, 1996,

dalam Sobur, 2006, hlm. 224) dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum

dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentangan dengan fakta. Salah satu mitos

yang masih sering terdengar, yaitu mitos larangan menikah antara etnis Sunda

dan Jawa. Kedua etnis tersebut konon dilarang melangsungkan pernikahan

sebagai akibat dari Perang Bubat di masa Kerajaan Majapahit. Peristiwa itulah

yang menyisakan jejaknya hingga sekarang, yaitu berupa hubungan antara Sunda

dan Jawa yang harus terganggu oleh peristiwa tersebut (Hariadi, 2006).

Selain itu, dalam masyarakat etnis Jawa, persetujuan orang tua terhadap

perkawinan merupakan kebutuhan utama dan mempunyai suara dalam

menentukan pasangan hidup yang layak dan sesuai bagi anak-anak mereka. Pada

akhirnya, betapa pun berhasilnya orang dari etnis Jawa, baik dari segi sosial

maupun ekonomi, orang dari etnis Jawa selalu tetap tergantung pada restu orang

tua jika mereka mengharapkan suatu eksistensi yang slamet (Mulder, 1996, hlm.

40). Kewajiban untuk menghormati orang tua diperkuat oleh kepercayaan yang

(10)

tergantung pada kehendaknya pribadi. Pembalasan semacam itu terjadi dari

gangguan perasaan mereka dan ditimbulkan oleh kritik dan pembangkangan

anak-anak mereka, atau tindakan-tindakan lain yang mendatangkan malu bagi

mereka (Mulder, 1996, hlm. 42). Untuk mendapatkan restu dari orang tua dan

menghindari walat, maka masyarakat Jawa sangat patuh terhadap

wejangan-wejangan orang tua, termasuk wejangan-wejangan untuk menghindari pernikahan Etnis

Sunda-Jawa.

Dalam forum online kaskus.com, pemilik id Kaskus “L” menuturkan,

saudaranya, “A” adalah pria dari Semarang dan beretnis Jawa. Ketika akan bekerja di Jawa Barat, ibu “A” menasehati “A” agar tidak mendapatkan istri dari etnis Sunda. “A” tidak menuruti nasehat ibunya dan menikah dengan “S” yang

berasal dari etnis Sunda. Di awal pernikahan, mereka hidup seperti keluarga pada

umumnya, suami pergi bekerja dan istri dirumah mengurusi keperluan rumah

tangga. Mereka dikarunia seorang anak. Pernikahan yang biasa-biasa saja,

semakin lama semakin sering muncul masalah-masalah yang menyebabkan

terjadinya percekcokan. Klimaksnya pada saat “A” mendapatkan masalah dalam pekerjaannya dan di PHK, “S” mengajukan cerai dan ternyata telah berselingkuh

dengan lelaki lain. Setelah bercerai, “S” menikah dengan selingkuhannya

(Kaskus.co.id, 2008).

Penelitian serupa dilakukan oleh Rahmi (2005, dalam Sarwono 2006, hlm.

38-40). Penelitian tersebut membahas mengenai prasangka etnis dalam konteks

kekerabaran dan perkawinan antara etnis Jawa, Batak, dan Minangkabau.

Penelitian dilakukan terhadap 159 orang Jawa berusia dewasa muda di Jakarta.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara prasangka responden beretnis Jawa dengan persepsi mereka tentang

perkawinan antaretnis, baik terhadap etnis Batak maupun Minang. Semakin

tinggi prasangka responden terhadap etnis yang lain, semakin tinggi pula persepsi

(11)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Prasangka Etnis dengan Penyeleksian Calon Pasangan Hidup dari Etnis Sunda pada Masyarakat Etnis Jawa yang Tinggal di

Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profil prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda di Kota

Bandung?

2. Bagaimana profil penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada

masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung?

3. Apakah terdapat hubungan antara prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda

dengan penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada masyarakat

Etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui profil prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda di Kota

Bandung.

2. Mengetahui profil penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada

masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara prasangka etnis Jawa dengan

penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada masyarakat etnis

Jawa yang tinggal di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun praktis.

1. Kegunaan teoritis, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama

dalam bidang Psikologi mengenai prasangka etnis yang muncul di masyarakat,

(12)

2. Kegunaan praktis, yaitu:

a. Memberikan informasi mengenai penyeleksian calon pasangan hidup etnis

Jawa di masa sekarang.

b. Memberikan gambaran mengenai prasangka etnis dan penyeleksian calon

pasangan hidup serta hubungan antara keduanya, yang dapat dijadikan

acuan untuk bertindak dan saling memahami perilaku antara masyarakat

etnis Jawa dan etnis Sunda.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi mengenai konsep-konsep tentang teori prasangka etnis dan

penyeleksian calon pasangan hidup, kerangka pemikiran dan hipotesis.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Menyajikan motode penelitian yang berisi penjelasan secara rinci

mengenai lokasi dan subjek peneliti, jenis dan desain penelitian, instrumen

penelitian, teknik keabsahan data dan analisis data

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Menguraikan temuan-temuan yang ditemukan dalam penelitian dan

pembahasan yang terdiri dari masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan

tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan saran

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, mulai

dari lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik penelitian, teknik analisis data, dan

prosedur pelaksanaan penelitian.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung. Pemilihan Kota Bandung

sebagai lokasi penelitian, karena dalam penelitian ini subjek yang diteliti,

yaitu masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung, yang merupakan

daerah tujuan merantau masyarakat etnis Jawa dan salah satu kota asal dari

etnis Sunda.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat etnis Jawa yang tinggal

di Kota Bandung. Adapun jumlah masyarakat etnis Jawa yang tinggal di

Bandung tidak diketahui secara pasti jumlahnya.

3. Sampel dan Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling

karena jumlah populasi tidak diketahui dan tidak semua anggota populasi

dapat dijadikan sampel (Riduwan, 2009), artinya tidak semua masyarakat

etnis Jawa yang tinggal di Bandung dapat menjadi responden dalam penelitian

ini. Teknik probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling,

karena sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria tertentu (Riduwan,

(14)

1. Berasal dari etnis Jawa

2. Sedang menetap di Kota Bandung.

3. Usia dewasa awal (20-30 tahun)

4. Belum menikah

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Digunakannya metode

kuantitatif dalam penelitian ini, karena penelitian ini bertujuan untuk menguji

teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel

tersebut diukur dengan instrument penelitian, sehingga data yang diperoleh berupa

angka-angka dan dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik

(Creswell, 2013, hlm. 3).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode

deskriptif korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan dua variabel atau

lebih yang dilakukan dengan cara menghitung korelasi antar variabel yang akan

dicari hubungannya, sehingga diperoleh arah dan kuatnya hubungan antar dua

variabel atau lebih yang diteliti (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti

akan mencari hubungan dua variabel, yaitu prasangka etnis dan penyeleksian calon

pasangan hidup.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel prasangka

etnis dan variabel penyeleksian calon pasangan hidup.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel X; Prasangka Etnis

Prasangka etnis dalam penelitian ini adalah sikap negatif masyarakat

(15)

genealisasi yang salah atau generalisasi yang tidak luwes terhadap etnis

Sunda yang dilihat dari derajat skor yang diperoleh subjek terhadap

item-item yang disusun berdasarkan aspek-aspek prasangka menurut Allport

(1964), yaitu (1) antilokusi (antilicution), (2) menghindar (avoidance), (3)

diskriminasi (discrimination), (4) penyerangan fisik (physical attack), (5)

Eksterminasi (extermination).

b. Variabel Y; Penyeleksian Calon Pasangan Hidup

Penyeleksian calon pasangan hidup dalam penelitian ini adalah

proses penyeleksian yang dilakukan individu dari etnis Jawa dalam

memilih calon pasangan hidup dari etnis Sunda yang dilihat dari derajat

skor yang diperoleh subjek terhadap item-item yang disusun berdasarkan

pola penyeleksian calon pasangan hidup menurut Stinnet, Walters & Kaye

(1984, hlm. 25), yaitu (1) daya tarik awal, (2) membangun hubungan dan

meningkatnya perhatian, (3) menguji keserasian, (4) Pertukaran Stimulus,

Nilai, dan Peran.

c. Etnis Jawa

Etnis Jawa dalam penelitian ini adalah etnis yang melekat pada diri

subjek yang diperoleh dari pengakuan subjek berdasarkan latar belakang

etnis orang tuanya yang berasal dari Etnis Jawa dan sekarang sedang

tinggal di Kota Bandung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif

yaitu kuesioner berdasarkan skala Likert, dengan empat pilihan jawaban, yaitu

Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner adalah

daftar pertanyaan yang diberikan orang lain yang bersedia memberikan respon

(16)

E. Instrumen Penelitian

1) Kuesioner Prasangka Etnis

a. Spesifikasi Instrumen

Intrumen ini digunakan untuk mengukur variabel prasangka

etnis.dan merupakan modifikasi dari kuesioner Prasangka Etnis yang telah

dibuat oleh Rolando (2012) dengan reabilitas 0,960. Instrumen tersebut

dibuat berdasarkan teori prasangka menurut Allport (1954), yaitu

antilokusi, menghindar (avoidance), diskriminasi (discrimination),

penyerangan fisik (physical attack), dan Eksterminasi (extermination).

Kisi-kisi instrumen prasangka dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1

Kisi-kisi Instrumen Prasangka Etnis

No. Dimensi Item

Favorable Unfavorable

1. Antilokusi 1, 6, 9, 14, 15, 19, 22,

28, 34, 37, 49, 42

29, 33

2. Menghindar 2, 8, 13, 17, 21, 23, 25,

26, 30, 31

10, 16

3. Diskriminasi 20, 32, 35 11, 40

4. Penyerangan Fisik 3, 5, 12, 44 18, 38

5. Eksterminasi 4, 24, 27, 36, 43 7, 41

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih satu dari empat

pilihan jawaban yang sesuai dengan diri responden pada setiap item

pernyataan. Responden menandai pilihan yang dipilihnya pada kolom

pilihan jawaban yang telah disediakan. Pilihan jawaban terdiri dari empat

kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

(17)

c. Penyekoran

Tahapan penyekoran jawaban responden pada instrumen prasangka

etnis, yaitu:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang

terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari

setiap pernyataan memiliki skor sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing pernyataan yang telah

diisi oleh responden.

3) Mengelompokkan hasil data yang diperoleh menjadi beberapa level.

Dalam penelitian ini, hasil data akan dikelompokan menjadi tiga level,

yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rumus tiga level, yaitu:

Tinggi : T > µ + 1σ

Sedang : µ - 1σ ≤ T ≤ µ + 1σ

Rendah : T < µ - 1σ

(18)

2) Kuesioner Penyeleksian Calon Pasangan Hidup

a. Spesifikasi Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur penyeleksian calon

pasangan hidup dari etnis Sunda. Instrumen penelitian ini dibuat oleh

peneliti berdasarkan pola penyeleksian calon pasangan hidup menurut Stinet,

Walters & Kaye (1984, hlm. 25), yaitu daya tarik awal, hubungan dan

meningkatkan perhatian, menguji keserasian, dan pertukaran stimulus, nilai,

dan peran.

Kisi-kisi instrumen penyeleksian calon pasangan hidup dapat dilihat

pada tabel 3.3.

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup

No. Dimensi Item

Favourable Unfavourable

1. Daya Tarik Awal 2, 5, 6, 13, 14, 23,

32

1, 18, 26, 34

2. Membangun Hubungan dan

Meningkatnya Perhatian

7, 8, 15, 16, 24,

27

9, 25, 31

3. Menguji Keserasian 3, 11, 12, 19, 28,

33

10, 17

4. Pertukaran Stimulus, Nilai,

dan Peran

4, 20, 30 21, 22, 29

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih satu dari empat

pilihan jawaban yang sesuai dengan diri responden pada setiap item

pernyataan. Responden menandai pilihan yang dipilihnya pada kolom

(19)

kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS).

c. Penyekoran

Tahap penyekoran yang dilakukan, yaitu:

1) Setiap respon yang diberikan oleh responden pada setiap pernyataan

memiliki skor tersendiri. Skor tersebut, yaitu:

Tabel 3. 4

Penyekoran Kuesioner Penyeleksian calon pasangan hidup

Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing pernyataan yang telah

diisi oleh responden.

3) Mengelompokkan hasil data yang diperoleh menjadi beberapa level.

Dalam penelitian ini, hasil data akan dikelompokan menjadi lima level,

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Rumus

lima level, yaitu:

Sangat Selektif : T > µ + 1,5 σ

Selektif : µ + 0.5σ < T ≤ µ + 1,5σ

Cukup Selektif : µ - 0,5σ < T ≤ µ + 0,5σ

Tidak Selektif : µ - 1,5σ < T ≤ µ - 0,5 σ

Sangat Tidak Selektif : T ≤ µ - 1,5 σ

(20)

F. Analisis Instrumen

1. Uji Konten (Expert Judgement)

Uji validitas isi merupakan validitas instrumen terhadap isi instrumen

yang dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement

untuk memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan dimensi

dan indikator yang hendak diungkapkan (Azwar, 2013)

Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji konten

terhadap instrumen Prasangka Etnis dan penyeleksian calon pasangan hidup.

Uji konten dilakukan melalui expert judgement oleh tiga dosen Psikologi,

yaitu M. Ariez Musthofa, Gemala Nurendah, dan Muhammad Zein Permana.

Berdasarkan hasil penilaian professional judgement, item-item dari

kedua instumen tersebut sudah relevan, tetapi masih terdapat pernyataan yang

ambigu, sehingga perlu diperbaiki sebelum melakukan try out.

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan instrumen dilakukan setelah uji konten dan sebelum uji

validitas dan reliabilitas. Uji keterbacaan instrumen dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui efektivitas dari kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini

penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara hal yang akan

diukur dengan persepsi responden terhadap item yang ada dalam kuesioner.

Pada uji keterbacaan ini, dilakukan oleh mahasiswa Psikologi UPI yang

memenuhi kriteria subjek penelitian, yaitu berasal dari Etnis Jawa, usia

dewasa awal (20-30 tahun), berdomisili di Bandung, dan belum menikah.

3. Uji Validitas Item

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrument dapat

mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur (Muhidin &

Abdurahman, 2009). Untuk mendapatkan item yang dapat mengukur variabel

yang diteliti, maka dilakukan analisis item. Analisis item dilakukan dengan

(21)

hasil try out. Item yang akan dipilih untuk penelitian sebenarnya adalah item

final yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih besar dari 0,30.

Namun, jika sebuah item tidak mencapai 0,30 dan jika tetap dihapus akan ada

indikator yang terbuang, maka kriterianya dapat diturunkan menjadi 0,20

(Ihsan, 2013, hlm. 55).

a. Analisis Instrumen Prasangka Etnis

Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 44 item

instrumen prasangka etnis dengan 158 responden dan menggunakan

software SPSS versi 16.0, diperoleh hasil 36 item yang valid. Secara rinci,

item tersebut, yaitu:

Tabel 3. 5

Analisis Item Instrumen Prasangka Etnis

No. Dimensi Item

Layak Tidak Layak

1. Antilokusi 1, 9, 14, 15, 19, 28, 33,

34, 37, 39, 42

6, 22, 29

2. Menghindar 8, 10, 13, 16, 17, 21,

23, 25, 26, 30, 31

2

3. Diskriminasi 3, 12, 18, 38 5, 44

4. Penyerangan Fisik 11, 20, 32, 35 40

5. Eksterminasi 4, 7, 24, 27, 36, 41 43

Selanjutnya, item yang layak digunakan untuk instrumen penelitian

yang sesunguhnya. Item yang tidak layak dihapus dan tidak digunakan

kembali dalam instrumen penelitian, karena tidak dapat mengukur hal yang

(22)

b. Analisis Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup

Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 34 item

instrumen prasangka etnis dengan 158 responden dan menggunakan

software SPSS versi 16.0, diperoleh hasil 16 item yang valid. Secara rinci,

item tersebut, yaitu:

Tabel 3. 6

Analisis Item Instrumen Penyeleksian calon pasangan hidup

No. Dimensi Item

Layak Tidak Layak

1. Daya Tarik Awal 1, 5, 14, 18, 23, 34 2, 6, 13, 26, 32

2. Membangun Hubungan dan

Meningkatnya Perhatian

9, 15 7, 8, 16, 24, 25,

27, 31

3. Menguji Keserasian 3, 17, 19, 28, 33 10, 11, 12

4. Pertukaran Stimulus, Nilai,

dan Peran

20, 22, 30 4, 21, 29

Selanjutnya, item yang layak digunakan untuk instrumen penelitian

yang sesunguhnya. Item yang tidak layak dihapus dan tidak digunakan

kembali dalam instrumen penelitian, karena tidak dapat mengukur hal yang

akan diukur.

4. Reliabilitas

Sebuah instrumen dikatakan reliabel atau dipercaya jika dalam beberapa

kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang

belum berubah (Soemantri & Muhidin, 2006). Metode yang digunakan dalam

menguji reliabilitas instrumen ini, yaitu metode koefisien Alpha Cronbach.

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan

(23)

dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0, diperoleh koefisien

reliabilitas 0.902 untuk instrumen prasangka etnis dan 0.703 untuk instrumen

penyeleksian calon pasangan hidup. Artinya, isntrumen tersebut sangat reliabel.

Tabel 3. 7

Reliabilitas Instrumen Prasangka Etnis

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.902 44

Tabel 3.8

Hasil Reliabilitas Penyeleksian calon pasangan hidup Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.703 34

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian (Sontani

& Muhidin, 2011). Teknik analisis data yang dilakukan, yaitu:

1. Uji Korelasi

Berdasarkan desain penelitian, teknik sampling dan jenis data, maka

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Rho

(Riduwan, 2009). Rumus korelasi Spearman Rho, yaitu:

(24)

Korelasi Spearman dilambangkan (rs) dengan ketentuan nilai r tidak

lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai = -1 artinya berkorelasi negatif

sempurna; = 0 artinya tidak adakorelasi; dan = 1 berarti memiliki

korelasi sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi Nilai r sebagai berikut:

Tabel 3. 8 Interpretasi Nilai

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Riduwan, 2009, hlm. 138)

2. Korfisien Determinasi

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya

kontribusi variabel prasangka etnis terhadap penyeleksian calon pasangan

hidup. Koefisien determinasi menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

(25)

3. Uji Perbandingan

Untuk mengetahui perbandingan prasangka etnis dan penyeleksian

calon pasangan hidup berdasarkan jenis kelamin, maka dilakukan uji

perbandingan dengan menggunakan Mann - Whitney Test, dan untuk

mengetahui perbandingan prasangka etnis dan penyeleksian calon

pasangan hidup berdasarkan tingkat pendidikan responden, maka dilakukan

uji perbandingan dengan menggunakan Kruskal Wallis Test dengan

bantuan program SPSS 16 for Windows.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Dalam penelitian ini, beberapa tahap persiapan yang dilakukan, yaitu:

a. Menentukan masalah yang akan diteliti

Peneliti menentukan masalah yang akan diteliti melalui fenomena yang

ditemukan oleh peneliti.

b. Melakukan Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari dan memahami teori yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

c. Penyusunan proposal penelitian

Penyususnan proposal penelitian dilakukan pada saat Mata Kuliah Seminar

Psikologi Sosial dan di akhir perkuliahan peneliti mengikuti Sidang Seminar

Proposal.

d. Mengajukan proposal penelitian pada Dewan Skripsi

Setelah melaksanakan sidang proposal dan memperbaiki beberapa bagian

yang harus diperbaiki berdasarkan hasil siding proposal, peneliti mengajukan

proposal kepada Dewan Skripsi dan Dosen Pembimbing, kemudian disetujui

dan dibuatkan Surat Keputusan.

e. Penyusunan instrumen

Menyusun dan memodifikasi instrumen penelitian sesuai dengan teori yang

(26)

f. Uji Coba Instrumen

Melakukan uji coba instrument kepada 158 responden yang sesuai dengan

kriteria subjek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menyebarkan kuesioner setelah

melalui uji coba instrumen. Kuesioner yang disebarkan berbentuk kuesioner

online, yang disediakan oleh Google dengan tautan http://goo.gl/bEC2bx.

Peneliti membagikan tautan kuesioner melalui media sosial, seperti Twitter,

Facebook, Path, dan Line.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk mengecek jumlah jawaban kuesioner yang

terkumpul dan mengecek identitas responden, agar dapat dipilih responden

yang memenuhi kriteria.

b. Input dan Skoring Data

Input data adalah memasukan data yang berupa jawaban responden terhadap

suatu pernyataan, sedangkan skoring data, yaitu memberikan bobot nilai

pada jawaban responden.

c. Pengolahan Data secara Statistik

Data yang diolah secara statistik merupakan hasil dari skoring yang telah

dilakukan. Data tersebut di kategorikan, diuji reliabilitas dan reliabilitas,

dikorelasikan, dan diuji hipoteisnya. Pengolahan data tersebut dilakukan

dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007.

4. Tahap Penyelesian

a. Menampilkan data hasil penelitian.

b. Mendeskripsikan dan menginterpretasi data yang telah diolah.

(27)

d. Membuat kesimpulan, saran, dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.

e. Menyusun laporan hasil penelitian dan dipresentasikan sesuai dengan

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pengambilan data dan melakukan analisis data, maka

diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Bandung memiliki tingkat

prasangka sedang cenderung rendah terhadap etnis Sunda. Prasangka

dalam tingkatan sedang cenderung rendah, yaitu suatu pandangan yang

cukup negatif pada masyarakat etnis Jawa terhadap etnis Sunda, namun

masih dalam batas wajar dan perilaku yang diprasangkai masih dapat

diterima dan tidak terlalu dipermasalahkan oleh masyarakat etnis Jawa

yang tinggal di Kota Bandung, sehingga tidak menimbulkan koflik.

2. Penyeleksian calon pasangan hidup pada masyarakat etnis Jawa yang

tinggal di Bandung terhadap etnis Sunda berada pada kategori cukup

selektif. Hal tersebut berarti dalam memilih pasangan hidup, masyarakat

Etnis Jawa di Kota Bandung cukup longgar mempertimbangkan dan

menyeleksi individu dari etnis Sunda untuk menjadi pasangan hidupnya

3. Terdapat korelasi positif, cukup kuat dan signifikan antara prasangka

etnis Jawa dengan penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda

pada masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung. Hal tersebut

berarti semakin rendah prasangka etnis Jawa yang tinggal di Bandung

terhadap etnis Sunda, maka semakin rendah penyeleksian calon pasangan

hidup dari etnis Sunda. Oleh karena itu, Ha diterima dan Ho ditolak.

B. Saran

1. Bagi Subjek

a. Mempertahankan prasangka etnis dalam kadar sedang cenderung

rendah terhadap etnis Sunda, bahkan lebih baik lagi jika menghilangkan

prasangka etnis yang ada, sehingga kehidupan mayarakat multietnis di

(29)

b. Menghargai pilihan pasangan hidup dari etnis lain yang diambil oleh

sesama individu dari Etnis Jawa dan menyikapinya dengan bijak.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Memperdalam penelitian ini dengan pendekatan multi metode, misalnya

kuantitatif dan kualitatif, agar dapat menggali lebih dalam prasangka

etnis yang muncul, sehingga terlihat dinamikanya.

b. Melakukan penelitian serupa dengan subjek masyarakat etnis lain selain

etnis Jawa, misalnya etnis Minang, Batak, Bali, dan sebagainya.

Gambar

Tabel 3. 1
Tabel 3. 3
Tabel 3. 4
Tabel 3. 5
+3

Referensi

Dokumen terkait

komputer, tubuh sama sekali tidak diistirahatkan, atau minimal tubuh sering digerak-gerakan, agar ketika sudah selesai menggunakan komputer, kita dapat terhindari dari leher yang

Dengan cara mempertautkan atau menghubungkan satu dengan yang lain untuk memberi arti pada phenomena-penomena atau data yang telah dilambangkan ke dalam fikiran baik

Untuk mengendalikan pelaksanaan Optimasi Lahan di tingkat Propinsi, Kepala Dinas Pertanian Propinsi melakukan pengendalian kegiatan melalui pembinaan reguler dan

1) Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing- masing harus diungkapkan tersendiri. Bunga dan dividen harus diklasifikasikan secara konsisten antar

Oleh karena itu, pengukuran pangsa pasar di pasar bersangkutan menjadi penting untuk melihat apakah tindakan penetapan syarat-syarat perdagangan tersebut dapat digunakan untuk

Berdasarkan perhitungan energi dari masing-masing sampel dan pembacaan peak dari masing-masing grafik spektrum pengukuran panjang gelombang absorbsi- eksitasi diatas

(3) Bilamana Rapat Pleno memutuskan untuk mengusulkan penggantian Anggota KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka KPI menyampaikan surat pemberitahuan kepada

Mengetahui potensi ekstrak daun binahong ( Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan jumlah neutrofil pada jaringan luka tikus wistar yang diinfeksi