HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS
JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh
R. Mira Rif’ah Kamilah
1001658
DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS
JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG
Oleh
R. Mira Rif’ah Kamilah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© R. Mira Rif’ah Kamilah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ratusan kelompok
etnis. Etnis-etnis tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap etnis
yang ada di Indonesia, tentunya memiliki identitas tersendiri yang khas. Dalam
sejarah Nusantara, etnis-etnis di Indonesia mempertahankan identitas
masing-masing. Selain karena tempat-tempat yang terpisah secara geografis, juga karena
adanya pengaruh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya (Sarwono, 2006, hlm. 28).
Walaupun Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dibatasi oleh selat dan
laut, tetapi hal tesebut tidak membatasi penduduk Indonesia untuk mendatangi
pulau atau daerah lain. Hal tersebut dikenal dengan istilah merantau. Merantau
adalah suatu aktivitas dimana seseorang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
pergi ke tempat lain yang jauh dari tempat asalnya. Biasanya mereka hidup dan
tinggal di daerah rantau dalam waktu yang lama (Dewi, 2008).
Etnis yang memiliki penduduk terbanyak di Indonesa, yaitu Etnis Jawa,
merupakan salah satu etnis yang memiliki budaya merantau (Pandapotan, 2012,
hlm. 5). Efek dari budaya merantau pada etnis Jawa menyebabkan saat ini
banyak etnis Jawa yang tinggal di daerah lain selain daerah aslinya, termasuk di
daerah Jawa Barat. Mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan
Cirebon (Abdurrahman, Marajohan, Indraswari & Maylasari, 2013). Di Kota
Bandung, yang merupakan ibukota dari provinsi Jawa Barat pun, tentunya
banyak Etnis Jawa yang bermukim.
Masyarakat di Kota Bandung, Jawa Barat, rata-rata beretnis Sunda. Maka
dalam kehidupan sehari-hari, penduduk Etnis Sunda dan Etnis Jawa sering kali
melakukan interaksi sosial dan berbaur dalam wilayah pemukiman penduduk dan
aktivitas yang sama. Menurut Sears, Fredman & Peplau (1994), interaksi sosial
individu lain sehingga menimbulkan sikap dan perilaku tertentu. Selain itu,
interaksi sosial dapat pula mempengaruhi prasangka sosial dalam diri seseorang
(Sears, Fredman & Peplau, 1994). Oleh sebab itu, besar kemungkinan prasangka
etnis antara Etnis Jawa terhadap Etnis Sunda, maupun sebaliknya dapat timbul.
Selain adanya interaksi antara Etnis Jawa dan Etnis Sunda, kedua etnis
tersebut pun memiliki perbedaan kebudayaan dan hal tersebut dapat pula
menimbulkan prasangka. Menurut Sobur (2009), latar belakang kebudayaan yang
berbeda dari berbagai kelompok etnis dapat menimbulkan prasangka etnis
(Sobur, 2009). Prasangka etnis adalah sikap negatif yang ditujukan suatu
kelompok etnis tertentu kepada kelompok etnis lainnya dan difokuskan pada
ciri-ciri negatif sehingga menghambat hubungan antar etnis (Ali, Indrawati &
Masykur, 2010, hlm.19).
Menurut Sherif & Sherief (1969, dalam Sobur, 2009, hlm. 388), prasangka
adalah suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan
(unfavorable attitude) yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok
terhadap kelompok lain berikut anggota-anggotanya yang didasarkan atas
norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang-orang di luar kelompok.
Norma-norma yang ada pada tatanan kehidupan kedua etnis tersebut
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam penyeleksian calon
pasangan hidup. Penyeleksian calon pasangan hidup merupakan salah satu dari
tugas perkembangan pada masa dewasa awal (Huvigurst, dalam Wrightsman,
1994, Turner & Helmes, daram Dariyo, 2003, dalam Silalahi & Meinarno, 2010,
hlm. 42). Memilih pasangan hidup, merupakan fase yang sulit untuk diputuskan.
Muncul beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan agar dapat mendapatkan
pasangan hidup yang dapat membawa kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Selain
itu, pengambilan keputusan dalam memilih pasangan hidup menyangkut dua
keluarga. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki semacam kedudukan dalam
sistem lapisan masyarakat yang salah satunya dipengaruhi oleh kepada siapakah
Selain itu, banyak keluarga yang menempatkan garis keturunan sebagai
sebuah tata nilai. Istilah bibit-bebet-bobot atau siksik lebe maka tindes yang
bermakna “telusuri asal usulnya” menggaris bawahi bahwa garis keturunan memainkan peran penting dalam tata nilai keluarga (Surbakti, 2008). Asal usul
calon pasangan perlu ditelusuri, seperti dari agama apa, keturunan siapa,
bagaimana keadaan ekonominya, bahkan berasal dari etnis mana calon pasangan.
Kehidupan etnis Sunda dan etnis Jawa yang hidup berdampingan di Kota
Bandung, memungkinan munculnya rasa saling tertarik antara wanita Sunda dan
pria Jawa atau sebaliknya. Menurut Ineichen (1979, dalam Matsumoto, 2008),
orang yang tinggal di wilayah yang berdekatan, lebih besar kemungkinannya
untuk saling menikah. Namun, hubungan ketertarikan antaretnis tersebut dapat
berjalan kurang baik karena ada beberapa penduduk etnis Jawa yang meyakini
adanya norma sosial yang melarang atau menyarankan kedua etnis tersebut tidak
melangsungkan pernikahan.
Berdasarkan wawancara pendahuluan yang penulis lakukan dengan
beberapa teman beretnis Jawa yang tinggal di Bandung, mereka disarankan oleh
orang tua dan keluarganya untuk memilih pasangan hidup dari etnis yang sama.
Alasannnya, yaitu untuk memperkecil derajat perbedaan antara etnis Sunda dan
etnis Jawa dalam upacara pernikahan. Alasan lainnya menyebutkan bahwa orang
dari etnis Jawa lebih suka bekerja keras daripada orang dari etnis Sunda,
sehingga orang dari etnis Jawa-lah yang didambakan menjadi pendamping
hidupnya. Ada pula yang menghindari pernikahan anatara Etnis Jawa dan Sunda
karena saran dari orang tua. Usaha untuk mempertahankan kebudayaan pun
menjadi salah satu alasan mengapa orang dari etnis Jawa disarankan untuk
memilih pasangan hidup dari etnis yang sama.
Selain itu, ada pula yang menghindari pernikahan antara Etnis Sunda dan
Jawa karena adanya stereotip negatif yang melekat pada masyarakat Etnis Sunda.
Stereotip yang sering terdengar di lingkungan masyarakat mengenai Etnis Sunda,
yaitu perempuannya hanya bisa berdandan, dan laki-laki Sunda suka kawin cerai,
lelaki Sunda karena Suku Jawa dianggap lebih tua daripada Suku Sunda
(Mulyana, 2011, hlm. 238).
Stereotip adalah sikap, keyakinan atau pendapat yang baku (fixed) tentang
orang-orang yang berasal dari budaya lain (Matsumoto, 2008, hlm. 10). Melalui
stereotip individu bertindak menurut apa yang sekiranya sesuai terhadap
kelompok lain (Rohmiati, 2011). Oleh sebab itu, stereotip yang merebak
mengenai suatu etnis di masyarakat sering dijadikan alasan untuk menghindari
pemilihan pasangan dari etnis tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Warnaen (2002) mengenai
stereotip etnis, dapat diketahui bahwa sifat khas yang tampil pada stereotip
tentang orang Sunda menurut etnis Jawa yang tinggal di Jakarta, yaitu kolot,
sopan, percaya takhayul, senang menerima tamu, baik hati, suka kesenangan,
tradisional, matrealistis, rapi, ramah, rajin, periang (Warnaen, 2002, hlm. 208).
Sedangkan sifat khas yang tampil pada stereotip tentang orang Jawa menurut
etnis Sunda yang tinggal di Jakarta, yaitu kolot, sopan, bisa dipercaya, percaya
takhayul, jujur, baik hati, ikatan keluarga kuat, tradisional, jorok dan rajin
(Warnaen, 2002, hlm. 207).
Selain itu, dapat diketahui pula stereotip tentang Etnis Sunda menurut etnis
Jawa yang tinggal di luar Jakarta, yaitu agresif, ambisius, artistik, sopan, jujur,
suka pesta, senang menerima tamu, suka kesenangan, tradisional, matrealistis,
pengoceh, ramah, rajin, dan periang (Warnaen, 2002, hlm. 211). Sedangkan
stereotip orang dari Etnis Jawa menurut etnis Sunda yang tinggal di luar Jakarta,
yaitu ambisius, kolot, sopan, percaya takhayul, senang menerima tamu, ikatan
keluarga kuat, tradisional, humoris, pelit, cepat marah, jorok, dan rajin
(Warmaen, 2002, hlm. 210). Karena manusia sering menghemat proses
kognitifnya, stereotip tersebut sangat mudah diyakini dan akhirnya terus
dilekatkan pada etnis yang bersangkutan.
Penulis berasumsi, adanya norma sosial untuk menghindari pernikahan
antara etnis Jawa dan Sunda merupakan hasil dari prasangka sosial. Menurut
salah satu bentuk tindakan dari prasangka. Di era modern, prasangka
diekspresikan dengan lebih halus. Pengekspresian prasangka ditutup-tutupi di
tempat umum atau disamarkan dengan pernyataan lain, tetapi diekspresikan di
tempat yang dinilai aman atau disampaikan kepada keluarga atau teman dekat.
Seorang individu dapat menyatakan bahwa ia menentang pernikahan antarras
atau antaretnis karena anak-anak hasil dari pernikahan tersebut akan banyak
mengalami kesulitan. Pandangan-pandangan tersebut bearakar dari prasangka
dan keyakinan bahwa anggota dari kelompok ras atau etnis tertentu berbeda dari
sudut pandang orang yang membicarakannya (Baron & Byrne 2004, hlm. 17).
Selain itu, pandangan-padangan tersebut merupakan gambaran yang dibuat
sendiri atau diberikan kepadanya oleh orang lain (Warnaen, 2002).
Munculnya mitos yang diyakini masyarakat untuk tidak melangsungkan
pernikahan antara etnis Jawa dan Sunda menyebabkan pernikahan antaretnis ini
semakin dihindari. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan timbul malapetaka
atau terkena musibah. Mitos dalam pandangan Lappe & Collin (Rahardjo, 1996,
dalam Sobur, 2006, hlm. 224) dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum
dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentangan dengan fakta. Salah satu mitos
yang masih sering terdengar, yaitu mitos larangan menikah antara etnis Sunda
dan Jawa. Kedua etnis tersebut konon dilarang melangsungkan pernikahan
sebagai akibat dari Perang Bubat di masa Kerajaan Majapahit. Peristiwa itulah
yang menyisakan jejaknya hingga sekarang, yaitu berupa hubungan antara Sunda
dan Jawa yang harus terganggu oleh peristiwa tersebut (Hariadi, 2006).
Selain itu, dalam masyarakat etnis Jawa, persetujuan orang tua terhadap
perkawinan merupakan kebutuhan utama dan mempunyai suara dalam
menentukan pasangan hidup yang layak dan sesuai bagi anak-anak mereka. Pada
akhirnya, betapa pun berhasilnya orang dari etnis Jawa, baik dari segi sosial
maupun ekonomi, orang dari etnis Jawa selalu tetap tergantung pada restu orang
tua jika mereka mengharapkan suatu eksistensi yang slamet (Mulder, 1996, hlm.
40). Kewajiban untuk menghormati orang tua diperkuat oleh kepercayaan yang
tergantung pada kehendaknya pribadi. Pembalasan semacam itu terjadi dari
gangguan perasaan mereka dan ditimbulkan oleh kritik dan pembangkangan
anak-anak mereka, atau tindakan-tindakan lain yang mendatangkan malu bagi
mereka (Mulder, 1996, hlm. 42). Untuk mendapatkan restu dari orang tua dan
menghindari walat, maka masyarakat Jawa sangat patuh terhadap
wejangan-wejangan orang tua, termasuk wejangan-wejangan untuk menghindari pernikahan Etnis
Sunda-Jawa.
Dalam forum online kaskus.com, pemilik id Kaskus “L” menuturkan,
saudaranya, “A” adalah pria dari Semarang dan beretnis Jawa. Ketika akan bekerja di Jawa Barat, ibu “A” menasehati “A” agar tidak mendapatkan istri dari etnis Sunda. “A” tidak menuruti nasehat ibunya dan menikah dengan “S” yang
berasal dari etnis Sunda. Di awal pernikahan, mereka hidup seperti keluarga pada
umumnya, suami pergi bekerja dan istri dirumah mengurusi keperluan rumah
tangga. Mereka dikarunia seorang anak. Pernikahan yang biasa-biasa saja,
semakin lama semakin sering muncul masalah-masalah yang menyebabkan
terjadinya percekcokan. Klimaksnya pada saat “A” mendapatkan masalah dalam pekerjaannya dan di PHK, “S” mengajukan cerai dan ternyata telah berselingkuh
dengan lelaki lain. Setelah bercerai, “S” menikah dengan selingkuhannya
(Kaskus.co.id, 2008).
Penelitian serupa dilakukan oleh Rahmi (2005, dalam Sarwono 2006, hlm.
38-40). Penelitian tersebut membahas mengenai prasangka etnis dalam konteks
kekerabaran dan perkawinan antara etnis Jawa, Batak, dan Minangkabau.
Penelitian dilakukan terhadap 159 orang Jawa berusia dewasa muda di Jakarta.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara prasangka responden beretnis Jawa dengan persepsi mereka tentang
perkawinan antaretnis, baik terhadap etnis Batak maupun Minang. Semakin
tinggi prasangka responden terhadap etnis yang lain, semakin tinggi pula persepsi
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Prasangka Etnis dengan Penyeleksian Calon Pasangan Hidup dari Etnis Sunda pada Masyarakat Etnis Jawa yang Tinggal di
Kota Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profil prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda di Kota
Bandung?
2. Bagaimana profil penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada
masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung?
3. Apakah terdapat hubungan antara prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda
dengan penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada masyarakat
Etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui profil prasangka etnis Jawa terhadap etnis Sunda di Kota
Bandung.
2. Mengetahui profil penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada
masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara prasangka etnis Jawa dengan
penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda pada masyarakat etnis
Jawa yang tinggal di Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun praktis.
1. Kegunaan teoritis, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang Psikologi mengenai prasangka etnis yang muncul di masyarakat,
2. Kegunaan praktis, yaitu:
a. Memberikan informasi mengenai penyeleksian calon pasangan hidup etnis
Jawa di masa sekarang.
b. Memberikan gambaran mengenai prasangka etnis dan penyeleksian calon
pasangan hidup serta hubungan antara keduanya, yang dapat dijadikan
acuan untuk bertindak dan saling memahami perilaku antara masyarakat
etnis Jawa dan etnis Sunda.
E. Struktur Organisasi Skripsi
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi mengenai konsep-konsep tentang teori prasangka etnis dan
penyeleksian calon pasangan hidup, kerangka pemikiran dan hipotesis.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Menyajikan motode penelitian yang berisi penjelasan secara rinci
mengenai lokasi dan subjek peneliti, jenis dan desain penelitian, instrumen
penelitian, teknik keabsahan data dan analisis data
4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Menguraikan temuan-temuan yang ditemukan dalam penelitian dan
pembahasan yang terdiri dari masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan
tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis temuan.
5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan saran
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, mulai
dari lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik penelitian, teknik analisis data, dan
prosedur pelaksanaan penelitian.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung. Pemilihan Kota Bandung
sebagai lokasi penelitian, karena dalam penelitian ini subjek yang diteliti,
yaitu masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung, yang merupakan
daerah tujuan merantau masyarakat etnis Jawa dan salah satu kota asal dari
etnis Sunda.
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat etnis Jawa yang tinggal
di Kota Bandung. Adapun jumlah masyarakat etnis Jawa yang tinggal di
Bandung tidak diketahui secara pasti jumlahnya.
3. Sampel dan Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling
karena jumlah populasi tidak diketahui dan tidak semua anggota populasi
dapat dijadikan sampel (Riduwan, 2009), artinya tidak semua masyarakat
etnis Jawa yang tinggal di Bandung dapat menjadi responden dalam penelitian
ini. Teknik probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling,
karena sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria tertentu (Riduwan,
1. Berasal dari etnis Jawa
2. Sedang menetap di Kota Bandung.
3. Usia dewasa awal (20-30 tahun)
4. Belum menikah
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Digunakannya metode
kuantitatif dalam penelitian ini, karena penelitian ini bertujuan untuk menguji
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel
tersebut diukur dengan instrument penelitian, sehingga data yang diperoleh berupa
angka-angka dan dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik
(Creswell, 2013, hlm. 3).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode
deskriptif korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan dua variabel atau
lebih yang dilakukan dengan cara menghitung korelasi antar variabel yang akan
dicari hubungannya, sehingga diperoleh arah dan kuatnya hubungan antar dua
variabel atau lebih yang diteliti (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti
akan mencari hubungan dua variabel, yaitu prasangka etnis dan penyeleksian calon
pasangan hidup.
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel prasangka
etnis dan variabel penyeleksian calon pasangan hidup.
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel X; Prasangka Etnis
Prasangka etnis dalam penelitian ini adalah sikap negatif masyarakat
genealisasi yang salah atau generalisasi yang tidak luwes terhadap etnis
Sunda yang dilihat dari derajat skor yang diperoleh subjek terhadap
item-item yang disusun berdasarkan aspek-aspek prasangka menurut Allport
(1964), yaitu (1) antilokusi (antilicution), (2) menghindar (avoidance), (3)
diskriminasi (discrimination), (4) penyerangan fisik (physical attack), (5)
Eksterminasi (extermination).
b. Variabel Y; Penyeleksian Calon Pasangan Hidup
Penyeleksian calon pasangan hidup dalam penelitian ini adalah
proses penyeleksian yang dilakukan individu dari etnis Jawa dalam
memilih calon pasangan hidup dari etnis Sunda yang dilihat dari derajat
skor yang diperoleh subjek terhadap item-item yang disusun berdasarkan
pola penyeleksian calon pasangan hidup menurut Stinnet, Walters & Kaye
(1984, hlm. 25), yaitu (1) daya tarik awal, (2) membangun hubungan dan
meningkatnya perhatian, (3) menguji keserasian, (4) Pertukaran Stimulus,
Nilai, dan Peran.
c. Etnis Jawa
Etnis Jawa dalam penelitian ini adalah etnis yang melekat pada diri
subjek yang diperoleh dari pengakuan subjek berdasarkan latar belakang
etnis orang tuanya yang berasal dari Etnis Jawa dan sekarang sedang
tinggal di Kota Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
yaitu kuesioner berdasarkan skala Likert, dengan empat pilihan jawaban, yaitu
Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang diberikan orang lain yang bersedia memberikan respon
E. Instrumen Penelitian
1) Kuesioner Prasangka Etnis
a. Spesifikasi Instrumen
Intrumen ini digunakan untuk mengukur variabel prasangka
etnis.dan merupakan modifikasi dari kuesioner Prasangka Etnis yang telah
dibuat oleh Rolando (2012) dengan reabilitas 0,960. Instrumen tersebut
dibuat berdasarkan teori prasangka menurut Allport (1954), yaitu
antilokusi, menghindar (avoidance), diskriminasi (discrimination),
penyerangan fisik (physical attack), dan Eksterminasi (extermination).
Kisi-kisi instrumen prasangka dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen Prasangka Etnis
No. Dimensi Item
Favorable Unfavorable
1. Antilokusi 1, 6, 9, 14, 15, 19, 22,
28, 34, 37, 49, 42
29, 33
2. Menghindar 2, 8, 13, 17, 21, 23, 25,
26, 30, 31
10, 16
3. Diskriminasi 20, 32, 35 11, 40
4. Penyerangan Fisik 3, 5, 12, 44 18, 38
5. Eksterminasi 4, 24, 27, 36, 43 7, 41
b. Pengisian Kuesioner
Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih satu dari empat
pilihan jawaban yang sesuai dengan diri responden pada setiap item
pernyataan. Responden menandai pilihan yang dipilihnya pada kolom
pilihan jawaban yang telah disediakan. Pilihan jawaban terdiri dari empat
kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
c. Penyekoran
Tahapan penyekoran jawaban responden pada instrumen prasangka
etnis, yaitu:
1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang
terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari
setiap pernyataan memiliki skor sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Penyekoran Kuesioner
Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing pernyataan yang telah
diisi oleh responden.
3) Mengelompokkan hasil data yang diperoleh menjadi beberapa level.
Dalam penelitian ini, hasil data akan dikelompokan menjadi tiga level,
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rumus tiga level, yaitu:
Tinggi : T > µ + 1σ
Sedang : µ - 1σ ≤ T ≤ µ + 1σ
Rendah : T < µ - 1σ
2) Kuesioner Penyeleksian Calon Pasangan Hidup
a. Spesifikasi Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur penyeleksian calon
pasangan hidup dari etnis Sunda. Instrumen penelitian ini dibuat oleh
peneliti berdasarkan pola penyeleksian calon pasangan hidup menurut Stinet,
Walters & Kaye (1984, hlm. 25), yaitu daya tarik awal, hubungan dan
meningkatkan perhatian, menguji keserasian, dan pertukaran stimulus, nilai,
dan peran.
Kisi-kisi instrumen penyeleksian calon pasangan hidup dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3. 3
Kisi-kisi Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup
No. Dimensi Item
Favourable Unfavourable
1. Daya Tarik Awal 2, 5, 6, 13, 14, 23,
32
1, 18, 26, 34
2. Membangun Hubungan dan
Meningkatnya Perhatian
7, 8, 15, 16, 24,
27
9, 25, 31
3. Menguji Keserasian 3, 11, 12, 19, 28,
33
10, 17
4. Pertukaran Stimulus, Nilai,
dan Peran
4, 20, 30 21, 22, 29
b. Pengisian Kuesioner
Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih satu dari empat
pilihan jawaban yang sesuai dengan diri responden pada setiap item
pernyataan. Responden menandai pilihan yang dipilihnya pada kolom
kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS).
c. Penyekoran
Tahap penyekoran yang dilakukan, yaitu:
1) Setiap respon yang diberikan oleh responden pada setiap pernyataan
memiliki skor tersendiri. Skor tersebut, yaitu:
Tabel 3. 4
Penyekoran Kuesioner Penyeleksian calon pasangan hidup
Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing pernyataan yang telah
diisi oleh responden.
3) Mengelompokkan hasil data yang diperoleh menjadi beberapa level.
Dalam penelitian ini, hasil data akan dikelompokan menjadi lima level,
yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Rumus
lima level, yaitu:
Sangat Selektif : T > µ + 1,5 σ
Selektif : µ + 0.5σ < T ≤ µ + 1,5σ
Cukup Selektif : µ - 0,5σ < T ≤ µ + 0,5σ
Tidak Selektif : µ - 1,5σ < T ≤ µ - 0,5 σ
Sangat Tidak Selektif : T ≤ µ - 1,5 σ
F. Analisis Instrumen
1. Uji Konten (Expert Judgement)
Uji validitas isi merupakan validitas instrumen terhadap isi instrumen
yang dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement
untuk memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan dimensi
dan indikator yang hendak diungkapkan (Azwar, 2013)
Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji konten
terhadap instrumen Prasangka Etnis dan penyeleksian calon pasangan hidup.
Uji konten dilakukan melalui expert judgement oleh tiga dosen Psikologi,
yaitu M. Ariez Musthofa, Gemala Nurendah, dan Muhammad Zein Permana.
Berdasarkan hasil penilaian professional judgement, item-item dari
kedua instumen tersebut sudah relevan, tetapi masih terdapat pernyataan yang
ambigu, sehingga perlu diperbaiki sebelum melakukan try out.
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan instrumen dilakukan setelah uji konten dan sebelum uji
validitas dan reliabilitas. Uji keterbacaan instrumen dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui efektivitas dari kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini
penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara hal yang akan
diukur dengan persepsi responden terhadap item yang ada dalam kuesioner.
Pada uji keterbacaan ini, dilakukan oleh mahasiswa Psikologi UPI yang
memenuhi kriteria subjek penelitian, yaitu berasal dari Etnis Jawa, usia
dewasa awal (20-30 tahun), berdomisili di Bandung, dan belum menikah.
3. Uji Validitas Item
Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrument dapat
mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur (Muhidin &
Abdurahman, 2009). Untuk mendapatkan item yang dapat mengukur variabel
yang diteliti, maka dilakukan analisis item. Analisis item dilakukan dengan
hasil try out. Item yang akan dipilih untuk penelitian sebenarnya adalah item
final yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih besar dari 0,30.
Namun, jika sebuah item tidak mencapai 0,30 dan jika tetap dihapus akan ada
indikator yang terbuang, maka kriterianya dapat diturunkan menjadi 0,20
(Ihsan, 2013, hlm. 55).
a. Analisis Instrumen Prasangka Etnis
Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 44 item
instrumen prasangka etnis dengan 158 responden dan menggunakan
software SPSS versi 16.0, diperoleh hasil 36 item yang valid. Secara rinci,
item tersebut, yaitu:
Tabel 3. 5
Analisis Item Instrumen Prasangka Etnis
No. Dimensi Item
Layak Tidak Layak
1. Antilokusi 1, 9, 14, 15, 19, 28, 33,
34, 37, 39, 42
6, 22, 29
2. Menghindar 8, 10, 13, 16, 17, 21,
23, 25, 26, 30, 31
2
3. Diskriminasi 3, 12, 18, 38 5, 44
4. Penyerangan Fisik 11, 20, 32, 35 40
5. Eksterminasi 4, 7, 24, 27, 36, 41 43
Selanjutnya, item yang layak digunakan untuk instrumen penelitian
yang sesunguhnya. Item yang tidak layak dihapus dan tidak digunakan
kembali dalam instrumen penelitian, karena tidak dapat mengukur hal yang
b. Analisis Instrumen Penyeleksian Calon Pasangan Hidup
Berdasarkan analisis item yang telah dilakukan terhadap 34 item
instrumen prasangka etnis dengan 158 responden dan menggunakan
software SPSS versi 16.0, diperoleh hasil 16 item yang valid. Secara rinci,
item tersebut, yaitu:
Tabel 3. 6
Analisis Item Instrumen Penyeleksian calon pasangan hidup
No. Dimensi Item
Layak Tidak Layak
1. Daya Tarik Awal 1, 5, 14, 18, 23, 34 2, 6, 13, 26, 32
2. Membangun Hubungan dan
Meningkatnya Perhatian
9, 15 7, 8, 16, 24, 25,
27, 31
3. Menguji Keserasian 3, 17, 19, 28, 33 10, 11, 12
4. Pertukaran Stimulus, Nilai,
dan Peran
20, 22, 30 4, 21, 29
Selanjutnya, item yang layak digunakan untuk instrumen penelitian
yang sesunguhnya. Item yang tidak layak dihapus dan tidak digunakan
kembali dalam instrumen penelitian, karena tidak dapat mengukur hal yang
akan diukur.
4. Reliabilitas
Sebuah instrumen dikatakan reliabel atau dipercaya jika dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah (Soemantri & Muhidin, 2006). Metode yang digunakan dalam
menguji reliabilitas instrumen ini, yaitu metode koefisien Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas yang telah dilakukan
dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0, diperoleh koefisien
reliabilitas 0.902 untuk instrumen prasangka etnis dan 0.703 untuk instrumen
penyeleksian calon pasangan hidup. Artinya, isntrumen tersebut sangat reliabel.
Tabel 3. 7
Reliabilitas Instrumen Prasangka Etnis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.902 44
Tabel 3.8
Hasil Reliabilitas Penyeleksian calon pasangan hidup Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.703 34
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian (Sontani
& Muhidin, 2011). Teknik analisis data yang dilakukan, yaitu:
1. Uji Korelasi
Berdasarkan desain penelitian, teknik sampling dan jenis data, maka
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Rho
(Riduwan, 2009). Rumus korelasi Spearman Rho, yaitu:
Korelasi Spearman dilambangkan (rs) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai = -1 artinya berkorelasi negatif
sempurna; = 0 artinya tidak adakorelasi; dan = 1 berarti memiliki
korelasi sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi Nilai r sebagai berikut:
Tabel 3. 8 Interpretasi Nilai
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
(Riduwan, 2009, hlm. 138)
2. Korfisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel prasangka etnis terhadap penyeleksian calon pasangan
hidup. Koefisien determinasi menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
3. Uji Perbandingan
Untuk mengetahui perbandingan prasangka etnis dan penyeleksian
calon pasangan hidup berdasarkan jenis kelamin, maka dilakukan uji
perbandingan dengan menggunakan Mann - Whitney Test, dan untuk
mengetahui perbandingan prasangka etnis dan penyeleksian calon
pasangan hidup berdasarkan tingkat pendidikan responden, maka dilakukan
uji perbandingan dengan menggunakan Kruskal Wallis Test dengan
bantuan program SPSS 16 for Windows.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Dalam penelitian ini, beberapa tahap persiapan yang dilakukan, yaitu:
a. Menentukan masalah yang akan diteliti
Peneliti menentukan masalah yang akan diteliti melalui fenomena yang
ditemukan oleh peneliti.
b. Melakukan Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari dan memahami teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
c. Penyusunan proposal penelitian
Penyususnan proposal penelitian dilakukan pada saat Mata Kuliah Seminar
Psikologi Sosial dan di akhir perkuliahan peneliti mengikuti Sidang Seminar
Proposal.
d. Mengajukan proposal penelitian pada Dewan Skripsi
Setelah melaksanakan sidang proposal dan memperbaiki beberapa bagian
yang harus diperbaiki berdasarkan hasil siding proposal, peneliti mengajukan
proposal kepada Dewan Skripsi dan Dosen Pembimbing, kemudian disetujui
dan dibuatkan Surat Keputusan.
e. Penyusunan instrumen
Menyusun dan memodifikasi instrumen penelitian sesuai dengan teori yang
f. Uji Coba Instrumen
Melakukan uji coba instrument kepada 158 responden yang sesuai dengan
kriteria subjek penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menyebarkan kuesioner setelah
melalui uji coba instrumen. Kuesioner yang disebarkan berbentuk kuesioner
online, yang disediakan oleh Google dengan tautan http://goo.gl/bEC2bx.
Peneliti membagikan tautan kuesioner melalui media sosial, seperti Twitter,
Facebook, Path, dan Line.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk mengecek jumlah jawaban kuesioner yang
terkumpul dan mengecek identitas responden, agar dapat dipilih responden
yang memenuhi kriteria.
b. Input dan Skoring Data
Input data adalah memasukan data yang berupa jawaban responden terhadap
suatu pernyataan, sedangkan skoring data, yaitu memberikan bobot nilai
pada jawaban responden.
c. Pengolahan Data secara Statistik
Data yang diolah secara statistik merupakan hasil dari skoring yang telah
dilakukan. Data tersebut di kategorikan, diuji reliabilitas dan reliabilitas,
dikorelasikan, dan diuji hipoteisnya. Pengolahan data tersebut dilakukan
dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007.
4. Tahap Penyelesian
a. Menampilkan data hasil penelitian.
b. Mendeskripsikan dan menginterpretasi data yang telah diolah.
d. Membuat kesimpulan, saran, dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
e. Menyusun laporan hasil penelitian dan dipresentasikan sesuai dengan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan pengambilan data dan melakukan analisis data, maka
diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Simpulan
1. Masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Bandung memiliki tingkat
prasangka sedang cenderung rendah terhadap etnis Sunda. Prasangka
dalam tingkatan sedang cenderung rendah, yaitu suatu pandangan yang
cukup negatif pada masyarakat etnis Jawa terhadap etnis Sunda, namun
masih dalam batas wajar dan perilaku yang diprasangkai masih dapat
diterima dan tidak terlalu dipermasalahkan oleh masyarakat etnis Jawa
yang tinggal di Kota Bandung, sehingga tidak menimbulkan koflik.
2. Penyeleksian calon pasangan hidup pada masyarakat etnis Jawa yang
tinggal di Bandung terhadap etnis Sunda berada pada kategori cukup
selektif. Hal tersebut berarti dalam memilih pasangan hidup, masyarakat
Etnis Jawa di Kota Bandung cukup longgar mempertimbangkan dan
menyeleksi individu dari etnis Sunda untuk menjadi pasangan hidupnya
3. Terdapat korelasi positif, cukup kuat dan signifikan antara prasangka
etnis Jawa dengan penyeleksian calon pasangan hidup dari etnis Sunda
pada masyarakat etnis Jawa yang tinggal di Kota Bandung. Hal tersebut
berarti semakin rendah prasangka etnis Jawa yang tinggal di Bandung
terhadap etnis Sunda, maka semakin rendah penyeleksian calon pasangan
hidup dari etnis Sunda. Oleh karena itu, Ha diterima dan Ho ditolak.
B. Saran
1. Bagi Subjek
a. Mempertahankan prasangka etnis dalam kadar sedang cenderung
rendah terhadap etnis Sunda, bahkan lebih baik lagi jika menghilangkan
prasangka etnis yang ada, sehingga kehidupan mayarakat multietnis di
b. Menghargai pilihan pasangan hidup dari etnis lain yang diambil oleh
sesama individu dari Etnis Jawa dan menyikapinya dengan bijak.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Memperdalam penelitian ini dengan pendekatan multi metode, misalnya
kuantitatif dan kualitatif, agar dapat menggali lebih dalam prasangka
etnis yang muncul, sehingga terlihat dinamikanya.
b. Melakukan penelitian serupa dengan subjek masyarakat etnis lain selain
etnis Jawa, misalnya etnis Minang, Batak, Bali, dan sebagainya.