• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR

SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

OLEH:

HERYANTO

1002147

(2)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR

SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

(Studi eksperimen di Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Cimahi)

Oleh:

Heryanto

1002147

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Heryanto 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

HERYANTO

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. BambangAbduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

(4)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd NIP. 197508122009121004

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

FPOK UPI

Drs. Mudjihartono, M.Pd

(5)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar

Siswa SMK PGRI 2 Cimahi.

Pembimbing I: Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd Pembimbing II: Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd.

Heryanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif dan konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap minat belajar siswa SMK PGRI 2 Cimahi, 32 siswa dikenai model pembelajaran kooperatif, dan 32 siswa dikenai model pembelajaran konvensional, desain Pretest-Posttest Control Group Design, alat mengumpulkan data berupa angket skala minat. Hasil pengolahan data menggunakan program IBM SPSS statistic 20, kelompok eksperimen p-value (0.00) ≤ (0,05) berarti “Terdapat pengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa pada kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif, kelompok kontrol p-value (0.821) ≤ (0,05)”, berarti “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar siswa pada kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional” dan “Hasil gain skor kelompok eksperimen dan control adalah 417 dan -9 membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.” Hasil akhir membuktikan aktivitas gerak jasmani pada kelompok siswa secara kooperatif berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar pada pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional, Minat Belajar

(6)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Effect of Cooperative Learning Model and Conventional Learning Against The SMK PGRI 2 Cimahi Student Interests in Learning

the Physical Education .

Supervisor I : Dr. Bambang Abduljabar , M.Pd Supervisor II : Lukmannul Haqim Lubay , M.Pd. Heryanto

The purpose of this study was to determine the effect of cooperative learning and conventional learning to SMK PGRI 2 Cimahi student interest in physical education. An experimental study , 32 students have been subjected to cooperative learning models, and 32 other students subjected to conventional learning models by pretest - posttest control group design, and the instrument that used for this research is a scale of interest questionnaire. The result of the data by using IBM SPSS 20 software showed the experimental group p-value (0.00 ) ≤ ( 0.05 ) That means "The students interest in learning physical education is affected by

Cooperative learning model significantly” and the result for the control group with p-value ( 0.821 ) ≤ ( 0.05 ) , so it means " The students interest in learning physical education is not affected by Conventional learning model " and " Results of the experimental group and the control group gain scores was 417 and -9 that mean the students interest in learning physical education is affected by Cooperative learning model significantly and the students interest in learning physical education is not affected by Conventional learning model. " The results of this research is proved that The SMK PGRI 2 Cimahi students interest in learning physical education is affected by Cooperative learning model significantly.

(7)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

b. Keterkaitan Pembelajaran Kooperatif Terhadap Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 35

(8)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil PenelitianDan Analisis Data ... 61

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 62

1. Uji Normalitas Data ... 62

2. Pengujian Homogenitas ... 64

3. Pengujian Hipotesis ... 64

C. Pembahasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA.……….. 77

LAMPIRAN

(9)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Mekanisme Perilaku Manusia ... 32

3.1. Desain Penelitian ... 44

3.2. Langkah-langkah Penelitian ... 56

(10)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1. Kisi-kisi Angket Minat Penjas ... 46

3.2. Pola Skor Opsi Alternatif Respons ... 50

3.3. Hasil Pengujian Validitas ... 54

4.1. Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 61

4.2. Hasil Pretest dan Psttest Kelas Kontrol ... 62

4.3. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 63

4.4. Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 63

4.5. Hasil Uji Homogenitas Minat ... 64

4.6. Hasil Uji Signifikansi Pretest dan Posttest Model Kooperatif ... 65

4.7. Hasil Uji Signifikansi Pretest dan Posttest Model Konvensional ... 66

4.8. Skor Gain Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 67

(11)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Skripsi ... Lampiran 2 Surat Penelitian ... Lampiran 3 Surat Balasan Dari Sekolah ...

Lampiran 4 Kisi-kisi Angket ... Lampiran 5 Angket Uji Coba ... Lampiran 6 Data Hasil Uji Coba Angket ...

Lampiran 7 Hasil Analisis Data Uji Angket ... Lampiran 8 Program Penelitian ... Lampiran 9 Jadwal Penelitian ...

Lampiran 10 Angket Minat Siswa ... Lampiran 11 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen ... Lampiran 12 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ...

(12)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lainnya, karena dalam pendidikan jasmani bermaterikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan cabang olahraga dan kesehatan, juga memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan gerak dirinya dalam bidang olahraga. Dalam proses

pembelajaran disekolah, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan yang diselenggarakan disetiap lembaga pendidikan.

Menurut Daryl Siedentop dalam Abduljabar (2009, hlm. 5) mengatakan

bahwa: “pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas

jasmani.” Dan menurut Jasse Feiring Williams dalam Abduljabar (2009, hlm. 5) pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian menurut Mahendara (2009, hlm. 10) tujuan pendidikan adalah “untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga.”

Jadi pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas jasmani yang ingin dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan bertujuan agar siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman gerak untuk meningkatkan kebugaran tubuhnya.

Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang menarik akan menjadi pusat perhatian siswa, sehingga dalam pembelajaran siswa lebih tertarik dan senang, tetapi sebaliknya apabila dalam proses pembelajaran guru hanya menyampaikan materi menggunakan metode ceramah saja atau yang bersifat tradisional, atau teacher center dan tidak praktik melibatkan siswa secara langsung pada

(13)

Dalam hal ini apabila pembelajaran sudah tidak menarik dan siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Jasmani tentunya hasil belajar pada siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani akan semakin menurun.

Pembelajaran Pendidikan Jasmani akan sangat dekat dan mudah dipahami siswa bila situasi atau keadaan belajar siswa diperhatikan, minat siswa akan pembelajaran Pendidikan Jasmani akan tumbuh. Beberapa situasi belajar siswa perlu diketahui seperti: metode pembelajaran, pemikiran siswa, tingkah laku siswa, dan perkembangan motorik, kognitif dan psikomotor siswa. Secara

psikologis tidak semua siswa dapat menerima pelajaran dengan baik karena perkembangan fisik siswa dan kemampuan siswa yang berbeda-beda.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran Penididikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan adalah guru dan peserta didik, guru memiliki peran yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani, pada saat pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, oleh karena itu guru harus menentukan strategi apa yang cocok dalam proses pembelajaran karena apabila guru tidak dapat menggunakan strategi yang cocok dalam pembelajaran maka tujuan pembelajaran sulit dicapai.

Dalam perkembangannya, ternyata dalam pembelajaran pendidikan jasmani banyak sekali berkembang model-model pembelajaran. Perkembangan tersebut tentu harus diikuti dengan pemahaman serta pengaplikasiannya, sehingga seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan serta pemahaman yang baik mengenai model-model pembelajaran. Namun pada kenyataannya masih banyak guru pendidikan jasmani yang kurang memahaminya. Padahal dengan menerapkan banyak model pembelajaran maka akan sangat mendukung terhadap terbentuknya pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif, juga menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani akan berjalan

dengan baik dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai.

(14)

3

menyeluruh. Dalam konteks pembelajaran model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari sistem pembelajaran, serta berupaya menjelaskan keterkaitan berbagai kompenen sistem pembelajaran ke dalam suatu pola/kerangka pemikiran yang disajikan secara utuh. Suatu model pembelajaran meliputi keseluruhan sistem pembelajaran yang menyangkup komponen tujuan, kondisi pembelajaran, proses belajar-mengajar, dan evaluasi hasil pembelajaran.

Model pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar

pemikiran “getting better together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.

Menurut Eggen & Kauchak dalam Juliantine (2013, hal. 63) pembelajaran kooperatif adalah “sebuah kelompok strategi pengajar yang melibatkan siswa bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan bersama.”

Jika dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan jasmani, pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Dalam proses mengajar pendidikan jasmani salah satu yang dapat dimaksimalkan adalah minat semua siswa, karena minat siswa dapat menjadikan atmosfir dalam pembelajar akan semakin menyenangkan dan keadaan lingkungan belajar semakin lebih kondusif. Maka dari itu dalam pembelajaran penjas itu sendiri dengan banyaknya model-model pembelajaran untuk diterapkan kedalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif.

(15)

http://www.gadis.co.id/gaul/ngobrol/apa.itu.bakat.dan.minat/001/007/905.

Diakses 20 Oktober 2014 menyatakan bahwa “minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu. Bisa diartikan, minat adalah dorongan kuat dalam diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan. Minat jadi salah satu faktor yang dapat mengarahkan bakat.“

Untuk meningkatkan minat belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan masih belum optimal, dan manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan, belum sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat dari pengalaman penulis di lapangan, siswa masih kesulitan dalam memahami konsep pembelajaran dan penguasaan terhadap teknik dasar cabang-cabang olahraga, sisi lainnya guru Pendidikan Jasmani mengalami kesulitan alat dan sumber pelajaran serta penguasaan teknik dasar cabang olahraga yang terbatas, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

Pengamatan sepintas ketika guru mengajarkan pendidikan jasmani banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar peserta didik antara lain pada awal pembelajaran masih ada saja siswa yang telat datang kelapangan atau kedalam kelas, siswa yang tidak memakai pakaian olahraga yang disarankan sekolah, membuat alasan-alasan palsu yang dibuat siswa agar tidak mengikuti proses pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam melakukan pemanasan pada awal pembelajaran, ditambah lagi dengan terbatasnya alat dan sumber pelajaran, sarana prasarana yang membuat siswa kurang termotivasi karena terlalu lama menunggu giliran melakukan passing dalam pembelajaran bola basket misalnya. Masih ada beberapa guru yang menggunakan metode pembelajaran tradisional atau seperti melatih olahraga, pembelajaran penjas yang itu-itu saja tidak ada perkembangan jadi terasa situasi dan kondisi pembelajaran yang monoton dan seadanya. Didalam proses pembelajaran masih ditemukan siswa yang berdiam diri, seperti malas bergerak, berkumpul ditempat yang teduh, dan penugasan tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan

(16)

5

Setiap guru harus memiliki perhitungan di dalam memilih model pengajaran yang dipakai sehari-hari dikelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang sudah ada, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model pembelajaran kooperatif, Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran berbasis kelompok, dimana

semua siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Pendekatan ini mampu mengaktifkan siswa dan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan orang lain melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab kepada teman sebayanya, serta mengharuskan setiap anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu anggota lainnya yang mengalami kesulitan.

Dari berbagai permasalahan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah adalah karena didalam pembelajaran belum mengoptimalkan keterlibatan, minat dan keterampilan seluruh peserta didik.

Pada penelitian ini peneliti berupaya untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani memalui pendekatan pembelajaran kooperatif di SMK PGRI 2 Cimahi. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran berbasis kelompok, dimana semua siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani melalui pembelajaran penjasorkes.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pentingnya pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sebagai upaya peningkatan minat belajar penjasorkes, maka peneliti mencoba mengangkat permasalahan tersebut ke dalam suatu karya

(17)

Konvensional Dalam Pembelajaran PENJASORKES Terhadap Minat

Belajar Siswa SMK PGRI 2 Cimahi.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Kurangnya antusias siswa disekolah menjadi masalah penting pada proses pembelajaran terutama pada pembelajaran pendidikan jasmani. Salah satu masalah yang disorot peneliti adalah masalah minat siswa. Dimana minat siswa dalam

proses pembelajaran itu sangat penting bagi berlangsungnya proses dan tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat masalah yang muncul, yaitu:

Masih ada siswa yang tidak memakai pakaian seragam olahraga pada saat pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam melakukan pemanasan, siswa yang membuat alasan palsu agar tidak mengikuti pembelajaran, masih ditemukan siswa yang berdiam diri, seperti malas bergerak, berkumpul ditempat yang teduh, dan penugasan tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh peserta didik dalam kesehariannya.

Ada beberapa indikator minat menurut Safari [Online]. Tersedia di:

http://pedoman-skripsi.blogspot.com/2011/07/indikator-minat-belajar.html

Diakses 14 Juni 2014 analisa minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Perasaan senang 2. Ketertarikan siswa 3. Perhatian

4. Keterlibatan siswa

(18)

7

berkelompok dengan anggota yang berbeda untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik agar dapat memotivasi sesama teman.

Adapun indikator pada model pembelajaran kooperatif yang dikutip oleh Abnes [Online]. Tersedia di:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf Diakses 14 Juli 2014 sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif. 2. Tanggung jawab perseorangan. 3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota. 5. Evaluasi proses kelompok.

Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok kontrol adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang dimana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan minat siswa pada kelompok eksperimen yang di treatment dengan model pembelajaran kooperatif.

Pada penelitian ini, minat menjadi sorotan utama. Dimana rasa minat siswa sebelum dan sesudah penelitian akan diukur. Nuryanti (2008, hlm. 59) Minat adalah “kecendrungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang

disukai seseorang untuk dilakukan.” Pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang sesuai dengan minatnya (yang disukai) dari pada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Belajar dalam keadaan hati senang tentu saja akan lebih mudah dari pada belajar dengan suasana hati yang terpaksa.

(19)

[Online]. Tersedia di: http://pustakabakul.blogspot.com/2012/02/pengertian-minat.html Diakses 25 Oktober 2014

Ada beberapa alat atau metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat yaitu:

1. Observasi 2. Interview 3. Kuesioner 4. Inventori

Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan antusias siswa khususnya minat belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, karena minat siswa dalam proses pembelajaran itu sangat penting bagi berlangsungnya proses dan tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan alat atau metode yang dipergunakan dalam pengukuran minat siswa yaitu kuesioner (angket).

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang muncul, diantaranya yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan minat belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan minat belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

(20)

9

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini mungkin merupakan titik pijak untuk merealisasikan pesan yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini pun perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada tingkat pemecahannya, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMK PGRI 2 Cimahi.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMK PGRI 2 Cimahi.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan minat belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

E. Manfaat/Signifikasi Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai kajian dalam batang tubuh pedagogik tentang teori pengajaran, terutama mengenai mengajar pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi

2. Secara Praktis

a. Bagi guru atau pengajar pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi:

(21)

b. Bagi siswa: diharapkan berguna untuk meningkatkan pengetahuan, minat belajar dan keteramilan dalam aktivitas gerak yang disenaginya.

c. Bagi masyarakat dan pembina olahraga: hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi kepentingan perkembangan dunia pendidikan, kemajuan proses pembelajaran penjasorkes di sekolah-sekolah dan juga berguna dalam kegiatan yang bertujuan untuk pemanduan bakat.

F. Batasan Masalah

Supaya masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dari itu penulis memberikan batasan-batasan masalah pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup permasalahan yang ingin dibahas adalah:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensial. Dimana pada model ini siswa kelompok eksperimen akan berbaur dengan yang lain dengan orang yang berbeda setiap minggunya. Sedangkan siswa kelompok kontrol akan diberikan pembelajaran seperti biasa.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat siswa.

3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

(22)

11

G. Batasan Istilah

Jika dilihat dari sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu berbeda-beda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Mahendra (2009, hlm. 21) pendidikan jasmani adalah proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Menurut Juliantine, dkk (2013, hlm. 65) pembelajaran kooparatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

c. Menurut Djamarah [Online]. Tersedia di:

http://belajar-nonstop.blogspot.com/2013/03/metode-pembelajaran-konvensional.html?m=1 Diakses 26 Juli 2014 metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

(23)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan dipergunakan oleh peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan dengan permasalahan yang diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Winarmo Surakhmad (1995, hlm. 131) dalam [Online]. Tersedia di:

http://pustakaaslikan.blogspot.com/2013/04/pengertian-metode-penelitian.html

Diakses 25 Oktober 2014

Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknis atau alat tertentu.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah serta dalam

rangka membuktikan hipotesis yang diajukan pada Bab I, perlu dilakukan penelitian terhadap kelompok subjek dan objek pokok sebagai bahasan penelitian. Oleh karena itu penulis menggunakan metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Mengenai metode penelitian dikemukakan oleh Arikunto (2009, hlm. 100) bahwa: “Metode penelitian adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya.”

Dalam penelitian ini, tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan jasmani. Maka akhir penelitian yang ingin dicapai yaitu peningkatan minat belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

(24)

40

mencobakan sesuatu perlakuan atau treatment untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment tersebut. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 72) bahwa ”Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Dari uraian yang telah dikemukakan dan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan percobaan penelitian dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu

hal atau masalah dengan mencoba menerapkan perlakuan atau treatment sehingga diperoleh hasil akan perlakuan tersebut.

Karena penelitian yang akan dilakukan penulis adalah ingin mengetahui kontribusi dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Penulis anggap bahwa metode eksperimen lebih tepat untuk mencari jalan pemecahan masalah hubungan sebab akibat. Hal ini pun dikemukakan oleh Suryadibrata dalam Nur (2014, hlm. 41) bahwa:

Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan, dan membandingkan hasilnya.

Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan orang untuk mengadakan penelitian suatu permasalahan, seperti metode historis, deskriptif dan eksperimen.Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang penulis ajukan maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu mengadakan kegiatan percobaan terhadap variabel-variabel yang diselidiki untuk mendapatkan suatu hasil.

Metode ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini

(25)

Sebenarnya mungkin masih banyak lagi variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi terhadap hasil penelitian ini, diantaranya adalah: jenis kelamin, usia, kemampuan, motivasi dan bakat.

B. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi

Agar penelitian ini jelas maka, penulis akan melakukan penelitian di SMK PGRI 2 Cimahi. Jalan Encep Kartawiria No. 153. Telepon (022) 6654310 Cimahi 40512.

Untuk memecahkan suatu masalah penelitian diperlukan sumber data dan pada umumnya sumber data itu disebut populasi dan sampel penelitian.

2. Populasi

Setiap penelitian memerlukan sejumlah objek yang akan diteliti, populasi merupakan sumber data yang sangat penting. Populasi memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena populasi merupakan keseluruhan sumber data atau objek yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK PGRI 2 Cimahi, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas XI SMK PGRI 2 Cimahi. Berdasarkan ketentuan tersebut maka jumlah populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI Farmasi SMK PGRI 2 Cimahi sebanyak 64 siswa.

3. Sampel

(26)

42

tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Berdasarkan pengertian tersebut, sampel yang diambil harus dapat memiliki karakteristik yang sama dengan populasi, sehingga apa yang diteliti tersebut benar-benar mewakili populasi penelitian. Salah satu syarat dalam penarikan sampel adalah bahwa sampel itu bersifat representative, artinya sampel yang ditetapkan harus mewakili populasi. Sifat karakteristik populasi harus tergambar dalam sampel. Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini harus

berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, metoda, dan instrument penelitian. Disamping itu perlu diperhatikan masalah waktu, tenaga, dan dana.

Berdasarkan metode penelitian eksperimen yang ciri utamanya adalah penugasan random, maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada sebagai sampel. Jadi peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu tetapi dalam bentuk kelas, alasannya adalah karena apabila pengambilan sampel dilakukan secara individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi tidak alami.

Lalu penulis berpedoman pada pendapat Arikunto dalam Nur (2014, hlm. 43) yang mengemukakan sebagai berikut:

Untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih.

(27)

C. Desain Penelitian

Menurut Nazir dalam Nur (2014, hlm. 44) Desain penelitian adalah “semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.” Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya pengumpulan dan analisis data saja. Dalam desain penelitian terdapat beberapa proses yang tercakup didalamnya, yaitu sebagai berikut Nazir dalam Nur (2014, hlm. 44-45)

a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.

b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.

c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkauan (scope), dan hipotesis untuk diuji.

d. Membangun penyelidikan atau percobaan.

e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel. f. Memilih prosedur serta teknik sampling yang digunakan.

g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

h. Membuat coding, serta mengadakan editingdan prosesing data.

i. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi secara inferensi statistic.

j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi, serta interprestasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Melihat dari permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini ”rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “pre test and

post test designs” yang dapat digambarkan sebagai berikut: Desain penelitian

(28)

44

Gambar 3.1

Bentuk Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Eksperimen = Y1 X1 Y2

Kelompok Kontrol = Y1 Y2

Keterangan :

Kelompok 1: kelompok eksperimen

Kelompok 2: kelompok kontrol Y1 : tes awal

Y2 : tes akhir

X1 : perlakuan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-postest control design, di mana dua kelompok dipilih, kemudian diberi tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional dan kelompok eksperimen yang menerapkan model pembalajaran kooperatif.

D. Instrumen Penelitian

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu adanya alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, terutama minat belajar. Instrument penelitian adalah alat untuk memperoleh data, yang pada hakekatnya adalah alat ukur untuk mengukur variable penelitian. Keberhasilan penelitian banyak ditemukan oleh instrument yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan

(29)

Bertolak dari tujuan dan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka instrument yang digunakan adalah berupa skala atau angket pengukuran motivasi belajar dengan menggunakan skala likert. Dibawah ini akan dijelaskan tentang pengertian angket.

1. Angket

Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menggunakan angket minat belajar sebagai alat ukur dalam melakukan penelitian ini. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 199)

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu pasti apa yang akan diharapkan dari responden.

Maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pertanyaan tertutup dalam pembuatan angketnya, karena dengan menggunakan pertanyaan tertutup akan mendapatkan jawaban yang tegas dari responden. Angket tersebut telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan yang tegas, teratur, kongkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban, hanya sesuai dengan alternatif jawaban. Ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009, hlm. 103) yang menyebutkan “angket tertutup atau kuesioner adalah angket yang disajikan dalam

bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai”.

Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu.

(30)

46

kepada responden dalam bentuk angket, penulis membuat kisi-kisi tentang instrumen penelitian, yaitu kisi-kisi minat belajar siswa. Untuk menyusun angket maka kita harus perlu mengacu pada definisi konseptual dan definisi oprasional. Karena aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah minat. Pengertian Minat menurut Slameto dalam Suhendar (2011, hlm. 19) adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minat. Sedangkan menurut Hurlock dalam Suhendar (2011, hlm. 19) ”Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk

melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih.” Dan menurut Dewa

Ketut Sukardi dalam Suhendar (2011, hlm. 20) “Minat merupakan suatu kesukaan, gambaran atau kesenangan akan sesuatu.”

Dari kisi –kisi instrumen penelitian tersebut dijabarkan ke dalam pernyataan-pernyataan yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data atau instrumen penelitian. Berikut adalah kisi-kisi angket yang diberikan kepada sampel penelitian.

Tabel 3.1

KISI-KISI ANGKET PENELITIAN

ANGKET MINAT SISWA

TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Variable Sub-Variabel Indikator Sub-Indikator Butir Soal

Minat 1. Keinginan keinginan yang besar

(31)

mengemukakan bahwa kemauan belajar dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu kemauan peserta didik untuk belajar harus kehendak, harapan yang diinginkan supaya bias tercapai.

2. Perhatian

a. Menurut Hidayat (2008, hlm. 95), dalam proses belajar, siswa harus memperhatikan apa yang guru ajarkan. Dengan kata lain guru harus bisa menjadi model yang baik bagi muridnya sehingga bisa diperhatikan.

b. Menurut Marten yang

maka sesulit apapun masalah yang dihadapi peserta didik pasti ada jalan. Keinginan yang selalu timbul pada peserta didik yaitu hasrat, kehendak, harapan yang diinginkan supaya bisa tercapai.

a. Perhatian merupakan proses kesadaran langsung terhadap informasi atau stimulus yang diterima untuk memutuskan suatu respon dan perhatian merupaka proses kunci untuk mendapatkan informasi. Jadi pada dasarnya peserta didik

(32)

48

dikutif Yusuf Hidayat (2008, hlm. 206) menyatakan perhatian adalah proses kesadaran langsung terhadap informasi atau stimulus yang diterima untuk memutuskan suatu respon.

3. Ketekunan

a. Satiadarma yang dikutif

oleh Yusuf Hidayat (2008, hlm. 96) mengemukakan bahwa

peserta didik harus berusaha keras untuk berlatih dan tidak mudah menyerah dalam proses pembelajaran.

b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994, hlm. 1025) ketekunan adalah bekerja keras dan kesungguhan dalam mencapai sesuatu yang diingnkan.

4. Dorongan atau motivasi

a. Hidayat (2008, hlm. 95) menyatakan tentang motivasi dan penguatan.

pembelajaran harus memperhatikan apa yang guru katakan dan perintahkan.

a. Peserta didik harus berusaha bekerja keras

dan sungguh-sungguh untuk berlatih, tidak mudah menyerah dan

tidak mudah putus asa dalam mengikuti proses pembelajaran.

(33)

Dalam hal ini peserta didik tidak akan menjalani proses belajar yang baik jika peserta didik tersebut tidak termotivasi.

b. Syaiful Bahri Djamarah (2002, hlm. 114) mengemukakan motivasi adalah suatu perbuatan energi didalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi

untuk mencapai tujuan.

didik dapat mengikuti proses pembelajaran.

melakukan dan mengikuti proses pembelajaran.

Sumber: Satibi (2012, hlm. 123)

Setelah kisi-kisi dibuat dan indikator-indikator dirumuskan selanjutnya penulis menyusun item tes dalam angket sesuai dengan spesifikasi data. Item-item tersebut dituangkandalam bentuk pernyataan dengan disediakan alternatif jawaban yang tersedia agar responden dapat menjawab, maka pernyataan-pernyataan disajikan dan disusun dengan berpodoman pada penjelasan Surakhmad dalam Satibi (2012, hlm. 53), sebagai berikut:

a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkasa-ringkasnya. b. Mengajukanpernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. c. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif.

d. Mengajukan hanya pernyataanyang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

(34)

50

Tentang perumusan pernyataan-pernyataan atau item tes menurut pendapat Sudrajat dalam Satibi (2012, hlm. 53) sebagai berikut:

a. Pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan. b. Hindari pertanyaan ganda.

c. Pertanyaan atau pernyataan harus relavan.

d. Pertanyaan atau pernyataan yang pendek adalah yang terpendek adalah yang terbaik.

e. Hindari istilah yang kias.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pernyataan dalam menyusun pernyataan dalam angket harus bersifat jelas, ringkas dan relevan.

Alat yang digunakan adalah berupa skala atau angket pengukuran minat belajar dengan menggunakan skala likert. Skala likert, menurut Sugiyono (2013, hlm. 134) bahwa: “Variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-iteminstrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.”

Lebih lanjut mengenai skala likert, Riduwan (2007, hlm. 87) menjelaskan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala social.”

Penskoran untuk alternatif jawab likert ialah dalam dalam bentuk chek list (√). Pilihan jawaban setiap item memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Model Summated Ratings (Likert)

Alternatif Jawaban Pemberian Skor

(35)

Berdasarkan diatas penulis menetapkan kategori penskoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setujua = 5, Setuju = 4, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Kategori untuk pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak Setuju = 5.

E. Uji Coba Skala

Untuk mengukur tingkat validitas dan realibilitas dari setiap butir pertanyaan

atau pernyataan, maka skala yang telah disusunharus diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengukur tingat validitas dan realibilitas dari setiap butir pernyataan-pernyataan. Dari uji coba skala akan diperoleh sebuah skala yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Uji coba instrumen bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes berupa angket dan apakah tes berupa angket tersebut cocok atau tidak digunakan dalam penelitian tentang minat belajar terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Pada penelitian ini penulis melakukan uji coba angket pada 35 siswa kelas XI SMK PGRI 2 Cimahi tidak termasuk pada sampel penelitian. Skala tersebut diberikan kepada para sampel penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI SMK PGRI 2 Cimahi sebanyak 32 orang dan dalam teknik pengisiannya penulis memberikan langsung untuk mengisi angket tersebut sebelum pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah mengolah data untuk menentukan reliabilitas dan validitas instrumen adalah:

1. Riduwan (2007, hlm. 115) untuk mencari reliabilitas data, menggunakan metode alpa dengan menganalisis alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah:

ᵢ = � − 1 {1 −� ∑ �

� }

Ket:

ri : nilai reliabilitas

(36)

52

st : Varians total k : Jumlah item

2. Untuk mencari validitas data, data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan antara skor tertinggi dan terendah.

3. Menentukan 50% responden yang memperoleh skor tertinggi dan 50% yang memperoleh skor terendah.

4. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tertinggi disebut

kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor terendah disebut kelompok bawah.

5. Riduwan & Sunarto (2010, hlm. 38) Mencari nilai rata-rata (X̅) setiap butir

pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata (X̅) setiap butir kelompok bawah

dengan rumus sebagai berikut:

�̅= ∑ �� � Ket :

�̅ : nilai rata-rata yang dicari Xi : Jumlah Skor

n : Jumlah sampel

6. Abduljabar & Darajat (2012, hlm. 84) dalam mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, peneliti menggunakan rumus :

S = √Σ ��−�̅ �−

Ket :

S : simpangan baku yang dicari

Σ Xi : Jumlah Skor

�̅ : nilai rata-rata yang dicari

(37)

7. Abduljabar & Drajat (2012, hlm. 111) Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

S

2

=

� − � + � − �

� +� −

Ket :

S2 : Varians Gabungan

S1 : Simpangan Baku Kelompok Satu S2 : Simpangan Baku Kelompok Dua n : Sampel

8. Abduljabar & Drajat (2012, hlm. 111) mencari nilai thitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

= �̅ − �̅ √ 1� +1 Ket :

t : Nilai t yang dicari �̅ : Rata-rata satu kelompok S : Simpangan baku gabungan N : Jumlah sampel

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikan, yaitu jika thitung > dari ttabel dengan α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = 35-2 = 33) = 0.334, maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi jika sebaliknya, jika thitung lebih kecil dari ttabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data. Untuk

(38)

54

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas dari Minat Belajar Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah

penelitian untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang yang dilakukan maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya gambaran dalam melakukan penelitian diharapkan penelitian tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah dibuat dalam langkah-langkah penelitian. Peneliti melakukan penelitian di SMK PGRI 2 Cimahi dengan jumlah No

Soal T hitung T tabel Keterangan

No

Soal T hitung T tabel Keterangan

1 0.369 0.334 VALID 25 0.554 0.334 VALID

2 0.441 0.334 VALID 26 0.206 0.334 TIDAK VALID

3 0.685 0.334 VALID 27 0.523 0.334 VALID

4 0.502 0.334 VALID 28 0.409 0.334 VALID

5 0.399 0.334 VALID 29 0.045 0.334 TIDAK VALID

6 0.426 0.334 VALID 30 0.472 0.334 VALID

7 0.611 0.334 VALID 31 -0.232 0.334 TIDAK VALID

8 0.428 0.334 VALID 32 0.391 0.334 VALID

9 0.452 0.334 VALID 33 0.152 0.334 TIDAK VALID

10 0.432 0.334 VALID 34 0.541 0.334 VALID

11 0.419 0.334 VALID 35 -0.052 0.334 TIDAK VALID

12 0.368 0.334 VALID 36 0.095 0.334 TIDAK VALID

13 0.42 0.334 VALID 37 0.475 0.334 VALID

14 0.428 0.334 VALID 38 0.569 0.334 VALID

15 0.509 0.334 VALID 39 0.429 0.334 VALID

16 0.447 0.334 VALID 40 0.465 0.334 VALID

17 0.372 0.334 VALID 41 0.535 0.334 VALID

18 0.351 0.334 VALID 42 0.675 0.334 VALID

19 0.466 0.334 VALID 43 0.491 0.334 VALID

20 0.38 0.334 VALID 44 0.544 0.334 VALID

21 0.418 0.334 VALID 45 0.465 0.334 VALID

22 0.216 0.334 TIDAK VALID 46 0.388 0.334 VALID

23 0.066 0.334 TIDAK VALID 47 0.489 0.334 VALID

(39)

pertemuan sebanyak 12 kali pertemuan dalam 4 minggu karena menurut Tite, dkk dalam Gunawan (2013, hlm. 41) mengatakan bahwa “dalam pelaksanaan pengaturan lama latihan diharuskan untuk mempertimbangkan tingkat kelelahan secara fisiologis.” Dengan kata lain, penelitian dilaksanakan 3 kali dalam seminggu (senin, rabu, sabtu) dimulai dari bulan September 2014. Menurut Habblinck dalam Agustin, M (2011, hlm. 23) “Frekuensi latihan paling sedikit 3 hari dalam seminggu, baik untuk olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan sesorang akan menurun setelah 40

jam tidak melakukan latihan.”

Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan, seperti diuraikan berikut ini:

1. Tahap persiapan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

1. Pengajuan judul pada dosen pembimbing, penyusunan proposal, dan seminar proposal penelitian.

2. Pengajuan surat izin penelitian ke SMK PGRI 2 Cimahi dari Jurusan POR, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, kemudian diserahkan ke pihak Sekolah SMK PGRI 2 Cimahi

3. Melakukan studi pendahuluan ke lokasi peneliatan Sekolah SMK PGRI 2 Cimahi.

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

1. Pemberian perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan : Jadwal dan program perlakuan

dapat di lihat pada lampiran.

2. Melakukan tes dengan menggunakan skala minat belajar yang diberikan kepada siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran.

(40)

56

dilaksanakan satu hari setelah pertemuan ke-12, yaitu pada hari jumat, tanggal Oktober 2014. Dalam pelaksanaannya, perlakuan yang diberikan kepada kelompok kooperatif dan konvensional berbeda.

Kemudian, Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 3.2

POPULASI

SAMPEL

TES AWAL SKALA MINAT BELAJAR

KELOMPOK 1 (TREATMENT)

Pembelajaran menggunakan model Kooperatif

KELOMPOK 2 (KONTROL)

Pembelajaran menggunakan model Konvensional

TES AKHIR SKALA MINAT BELAJAR

KESIMPULAN ANALISIS DATA

(41)

3. Tahap pelaporan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

1. Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul; 2. Membuat kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian;

3. Menyusun naskah skripsi secara lengkap.

G. Teknik Analisi Data

Setelah seluruh persiapan diselesaikan, peneliti siap untuk melakukan penelitian dilapangan dengan menggunakan metode eksperimen. Data yang

terkumpul dari lapangan diolah dan dianalisis untuk dapat membuat kesimpulan. Analisis data dilakukan dengan tujuan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap minat belajar siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani dibandingkan dengan kelompok kontrol. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Riduwan & Sunarto (2010, hlm. 38) menghitung rata-rata dan simpangan baku

a. Mencari nilai rata-rata (�) dari setiap data dengan rumus:

� ̅ = ∑�

Keterangan:

� = Nilai rata-rata

∑� = Jumlah dari seluruh data � = Jumlah sampel

b. Abduljabar & Darajat (2012, hlm. 84) menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

� =∑ �� − �̅� − 1

Keterangan:

(42)

58

� = Nilai rata-rata data � = Jumlah sampel

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan jenis

statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Lilifort.

Prosedur yang digunakan menurut Abduljabar & Darajat (2012, hlm. 85): a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus:

� =��− �̅

(�̅ dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari

sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … ZnZi. Jika proporsi ini

dinyatakan S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

(43)

3. Uji Homogenitas Data

Abduljabar & Darajat (2012, hlm. 120) uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik yang digunkan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:

cil

Variansike

sar

Variansibe

F

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan derajat kebebasan dk = V1 dan V2, nilai V1 = n – 1 dan V2 = n – 2 jadi data setiap butir tes adalah homogen bila F hitung ≤ F table

4. Menguji Hipotesis

Abduljabar & Darajat (2012, hlm. 112) untuk menguji hipotesis yaitu bahwa model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada keterampilan bekerja sama (sebagai kelompok eksperimen) lebih besar pengaruhnya dari pada metode pembelajaran tradisional (konvensional) yang berorientasi pada keterampilan teknik (sebagai kelompok kontrol) terhadap minat belajar siswa, digunakan “pengujian dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test)” yaitu melalui perbandingan kelompok eskperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional kelompok kontrol. Uji Hipotesis dengan ketentuan yang telah disahkan pada saat pengajuan penelitian bahwa untuk menguji hipotesis menggunakan uji hipotesis kesamaan dua rata-rata (satu pihak) adalah sebagai berikut:

= �̅ − �̅ √� + � Separated varian

H0 ditolak jika t-hitung > t-tabel

(44)

60

(45)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan minat belajar siswa SMK PGRI 2 Cimahi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Tidak terdapat pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

minat belajar siswa SMK PGRI 2 Cimahi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran kooperatif dan model konvensional terhadap peningkatan minat belajar siswa SMK PGRI 2 Cimahi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu:

1. Bagi guru bahwa model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani untuk menerapkan model kooperatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Melalui model pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dan lebih menyukai aktivitas yang dilakukannya. Sehingga menumbuhkan rasa keinginan untuk melakukan intruksi yang diberikan guru dan diharapkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran penjas.

(46)

76

5. Bagi rekan mahasiswa khususnya program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang akan mengadakan penelitian tentang minat dan model pembelajaran kooperatif, penulis menganjurkan untuk mencari variable dan sampel penelitian yang lebih relevan, agar hasilnya lebih maksimal demi kemajuan mutu ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidikan jasmani.

(47)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

Abduljabar. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Abduljabar, Bambang & Darajat, Jajat. (2012). Aplikasi Statistika Dalam Penjas.

Bandung. FPOK UPI

Agustin, M.(2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran.Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta.

Damiri, Ahmad. (1992). Anatomi Manusia. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Gunawan, H. (2013). Pertandingan Metode Pembelajaran Bagian Dengan Metode Pembelajaran Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh. Bandung. Tidak

Diterbitkan.

Heriyana. (2013). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dengan Model Konvensional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Sepak Bola di SMPN 1 Lembang. Bandung. Tidak Diterbitkan

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif,Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.

Iqbal Tawaqal.M. (2014). Penerapan Permainan Tradisional dan Permainan Konvensional Dalam Aktivitas Warming Up Terhadap Minat Belajar Penjas. Bandung. Tidak Diterbitkan Juliantine, Tite, dkk. (2011). Meodel-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Bandung: FPOK UPI

Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Juliantine, Tite, dkk. (2013). Meodel-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Redpoint

(48)

78

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nur-Syahbana.F. (2014). Pengaruh Metode Pembelajaran Progresif Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 3 Cimahi Kelas XI Perhotelan Pada Pembelajaran Aktivitas Ritmik. Bandung. Tidak Diterbitkan

Nuryanti , L. (2008). Psikologi Anak. Jakarta : PT. INDEKS

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Riduwan & Sunarto. (2010). Pengantar Statistika. Bandung. Alfabeta

Satibi, Abdul. (2012). Penerapan Permainan Tradisional Dalam Upaya Meningkatkan Minat dan

Keterampilan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung Tidak Diterbitkan

Sugiyono. (2010).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D : Alfabeta, CV. Jl. Geger

Kalong Hilir No. 84 Bandung

Sugiyono. (2013).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D :

Alfabeta, CV. Jl. Geger Kalong Hilir No. 84 Bandung

Suherman, A (2008). Bahan Ajar Diklat PLPG UPI. Bandung

Suhendar Nova. (2011). Kontribusi Pembelajaran Futsal Terhadap Minat Siswa Dalam

Mengikuti Pelajaran Penjas di SMA Lab. School UPI Bandung. Bandung. Tidak Diterbitkan

Syamsudin, Abin. (2012). PsikologiKependidikan.Bandung: Rosda.

Tersedia Online

Merriam-Webster [Online]. Tersedia di:

(49)

Heryanto. 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

Juni 2014

Abnes [Online]. Tersedia di:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14538/1/09E00951.pdf Diakses 14 Juli 2014

Djamarah [Online]. Tersedia di:

http://belajar-nonstop.blogspot.com/2013/03/metode-pembelajaran-konvensional.html?m=1 Diakses 26 Juli 2014 [Online]. Tersedia di:

http://fulkyyanwar28.blogspot.com/2011/02/teori-minat-belajar.html Diakses 21 Agustus 2014

[Online]. Tersedia di: (http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/) Diakses 5 September 2014 [Online]. Tersedia di:

http://pustakabakul.blogspot.com/2012/02/pengertian-minat.html Diakses 25 Oktober 2014

Surakhmad (1995, hlm. 131) dalam [Online]. Tersedia di:

Gambar

Tabel 3.1 KISI-KISI ANGKET PENELITIAN
Tabel 3.3
 Gambar 3.2 POPULASI

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada

Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat Belajar Tinggi .... Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran biologi materi sistem pernapasan pada manusia meningkatkan minat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif think pair share

peneliti melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat belajar dan prestasi belajar matematika melalui penerapan model

Pelaksanan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran