• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi dan Teknologi Informasi pada Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi dan Teknologi Informasi pada Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ii

MOTIVASI SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH

KOMPETENSI DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA

PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Tesis untuk Memperoleh Gelas Magister Pada Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

FENTY HERLINA SARI NIM. 1391662040

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebelum tahun 2003 dalam pengelolaan keuangan negara Indonesia masih

menggunakan Undang-undang perbendaharaan yang diadopsi pada masa kolonial

Belanda. Pengelolaan keuangan pada masa itu masih bersifat sederhana, yaitu :

laporan keuangan hanya berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN), sistem

pencatatan akuntansi menggunakan single entry, pelaporan keuangan masih

berbasis kas, standar akuntansi pemerintah belum ditetapkan, pengolahan data

masih belum terintegrasi, transaksi keuangan disajikan tidak berdasarkan data-data

yang telah direkonsiliasi, adanya time lag yang panjang antara pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan Negara. Tuntutan pelaksanaan pengelolaan

keuangan negara agar dijalankan dengan transparan dan akuntabel merupakan isu

yang sangat penting, mengakibatkan pemerintah harus melakukan perbaikan

kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia.

Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan oleh pemerintah,

yaitu dengan diterbitkannya tiga paket Undang-Undang (UU) keuangan negara.

Ketiga paket UU tersebut yaitu : UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15

tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan

(4)

pada international best practices dan terbitnya beberapa peraturan pemerintah

yang intinya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,

terutama berkaitan dengan pengelolaan keuangan.

Salah satu kunci penting dalam pengelolaan keuangan negara tersebut

adalah terkait dengan sistem akuntansi pemerintahan Indonesia. Perubahan yang

paling substansial dalam reformasi pengelolaan keuangan Negara adalah

diharuskannya pemerintah menyusun dan menyajikan laporan keuangan berbasis

akrual sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.

Menurut pemerintah, melalui penerapan akuntansi berbasis akrual, kualitas dan

penyajian informasi keuangan dapat ditingkatkan (Setyaningsih, 2013).

Refomasi pengelolaan keuangan negara di bidang akuntansi sesuai dengan

yang diamanatkan dalam UU no. 17 tahun 2003 ditandai dengan ditetapkannya

peraturan pemerintah (PP) no. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP). PP no. 24 Tahun 2005 merupakan SAP pada masa transisi

dari basis kas menuju basis akrual penuh. SAP ini mulai diberlakukan untuk

penyusunan pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Penetapan PP no. 71 tahun 2010 menandai berakhirnya PP no. 24 tahun

2005. Penggantian PP ini didasarkan pada ketentuan yang ada dalam pasal 36 ayat

1 UU no. 17 tahun 2003 dan pasal 70 ayat 2 UU no. 1 tahun 2004 yang

menetapkan bahwa basis akrual dalam sistem akuntansi pemerintah akan

(5)

ditetapkan atau pada tahun anggaran 2008. Pemerintah memberikan fleksibilitas

pada masa transisi, selama basis akrual belum dapat dilaksanakan maka dapat

digunakan basis kas untuk pendapatan dan belanja. Pemberian fleksibilitas ini

dikarenakan pemerintah belum siap menerapkan akuntansi pemerintah berbasis

akrual yang diakibatkan belum cukup pengalaman dalam menyusun laporan

keuangan berbasis akrual dan infrastruktur yang belum memadai. PP no. 71 tahun

2010 terdiri dari dua lampiran, yaitu lampiran I memuat pernyataan standar

akuntansi pemerintah (PSAP) yang berbasis akrual, dan lampiran II memuat PSAP

berbasis kas menuju akrual. Bagian tanggal efektif pada PP no. 71 tahun 2010

memuat bahwa PSAP berbasis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas

pertanggungjawaban pelaksanaan mulai tahun anggaran 2010. Tahun 2010

pemerintah belum mampu menerapkan akuntansi pemerintah berbasis akrual,

sehingga menunda lagi pelaksanaannya paling lambat empat tahun setelah tahun

anggaran 2010, yaitu 2014. Harapan pemerintah pada tahun 2015 semua

organisasi pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah, sudah melaksanakan

akuntansi pemerintah berbasis akrual, sehingga pemerintah menerapkan strategi

penerapan berbasis akrual sebagai berikut:

1) Tahun 2010: (a) mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan

akuntansi berbasis akrual, (b) menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis

(6)

2) Tahun 2011: (a) menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk penerapan

akuntasi berbasis akrual, (b) menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi

untuk penerapan akuntansi berbasis akrual.

3) Tahun 2012: (a) mengembangkan sistem akuntansi dan pedoman yang akan

digunakan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual, (b) melaksanakan

capacity building berupa training dan sosialisasi SAP berbasis akrual kepada

seluruh stakeholders yang terlibat, (c) mengembangkan teknologi termasuk

sistem aplikasi yang digunakan.

4) Tahun 2013: (a) melakukan uji coba implementasi konsolidasi laporan

keuangan (LK), penyempurnaan sistem dan capacity building, (b) penyusunan

peraturan yang ada.

5) Tahun 2014: (a) melakukan uji coba implementasi konsolidasi LK,

penyempurnaan sistem dan capacity building, (b) penyusunan peraturan yang

berkaitan, (c) evaluasi dan finalisasi sistem yang akan digunakan.

6) Tahun 2015: penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual. LK

yang diberi opini adalah yang berbasis akrual

(htp://kpp ter ate. et/arikel/ e yo gso g–pe erapa aku ta sipe eri taha

--berbasis-akrual).

Penerapan akuntansi berbasis akrual harus dilakukan secara hati-hati

dengan persiapan yang matang dan terstruktur terkait dengan peraturan, sistem,

sumber daya manusia, dan komitmen pimpinan Kementerian/ Lembaga,

(7)

yang dikelola oleh pemerintah. Di lingkungan pemerintah pusat, penyusunan dan

penyajian laporan keuangan diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri keuangan

(PMK), sedangkan untuk pemerintah daerah diatur dengan peraturan daerah.

Kementerian keuangan telah menetapkan peraturan-peraturan teknis yang akan

dijadikan acuan pelaksanaan, diantaranya adalah PMK No. 213/PMK.05/2013

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, PMK No.

214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar, PMK No. 215/PMK.05/2013

tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah Pusat, dan PMK No.

219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat.

Penelitian penerapan akuntansi pemerintah akrual merupakan isu yang

menarik. Kewajiban untuk menerapkan akuntansi pada tahun 2015 mengharuskan

setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan harus mempersiapkan diri untuk

mendorong kesuksesan penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

Penundaan pemerintah pada pelaksanaan akuntansi pemerintah pada kurun waktu

tahun 2008 sampai dengan 2015 membuktikan bahwa akuntansi pemerintah

berbasis akrual relatif lebih kompleks dibandingkan dengan pencatatan berbasis

kas maupun berbasis kas menuju akrual. Pengalaman dari negara-negara yang

telah sukses maupun yang mengalami kegagalan perlu dijadikan pelajaran agar

penerapan akuntansi berbasis akrual berhasil diterapkan pemerintah Indonesia.

Faktor-faktor yang mendorong suksesnya penerapan akuntansi pemerintah

berbasis akrual perlu diidentifikasi agar dapat meningkatkan relevansi, netralitas,

(8)

sebagai bagian dari upaya peningkatan tata kelola sektor publik yang lebih baik.

Hasil penelitian empiris sebelumnya yang tidak konsisten juga menyebabkan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan

akuntansi berbasis akrual menarik untuk diteliti.

Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual merupakan proses yang

berkesinambungan dan terpadu. Keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah

berbasis akrual memerlukan upaya dan kerjasama dari berbagai pihak. Jika

penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih banyak menghadapi

hambatan, apalagi jika pemerintah akan menerapkan akuntansi berbasis akrual

(Simanjutak, 2010). Salah satu tantangan dalam penerapan akuntansi pemerintah

berbasis akrual adalah adanya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten

(Simanjuntak, 2010). SDM merupakan faktor penting dalam suatu negara. Ketua

majelis permusyawaratan rakyat (MPR) dalam pidato kenegaraan presiden tanggal

16 agustus 2015 menyatakan bahwa , buruknya SDM merupakan hancurnya suatu

negara. Salah satu faktor yang membuat negara Fiji gagal dalam menerapkan

akuntansi pemerintah berbasis akrual diakibatkan oleh adanya kemampuan tenaga

akuntansi yang rendah (Tickell, 2010). Hal yang sama juga dialami oleh negara

Nepal, salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan penerapan akuntansi

pemerintah berbasis akrual di negara tersebut adalah rendahnya kemampuan

sumber daya manusia (Adhikari dan Mellemvik, 2011). Ardianto (2013: 122)

menyimpulkan bahwa untuk mencegah kesalahan dalam implementasi akrual

(9)

meningkatkan kapasitas SDM yang menguasai bidang akuntansi untuk

ditempatkan pada pos yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah

(2013) menemukan hasil bahwa sumber daya manusia berpengaruh terhadap

kesiapan penerapan PP No. 71 Tahun 2010. Jumriati (2013) menemukan hasil

yang tidak sejalan oleh Ardiansyah dimana sumber daya manusia tidak

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah

berbasis akrual.

Kompleksitas pada akuntansi pemerintah berbasis akrual, dapat dipastikan

bahwa penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual memerlukan sarana

pendukung berupa teknologi informasi yang berbasis sistem.Teknologi informasi

ini berupa hardware dan software, database, dan jaringan. Dibutuhkan teknologi

informasi yang memadai dalam pelaksanaan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

Menurut Nasution (2008:49), salah satu keberhasilan dari penerapan akuntansi

dapat dilihat dari opini wajar tanpa pengecualian (WTP), komponen yang harus

diperhatikan untuk memperoleh opini WTP adalah sistem aplikasi teknologi

komputer (IT related) dalam hasil pemeriksaan. Hasil dari penelitian Romilia

(2011) menunjukkan bahwa perangkat pendukung berpengaruh terhadap

keberhasilan penerapan standar akuntansi pemerintah. Hasil berbeda diperoleh

oleh Adventana (2013), bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap

kesiapan penerapan standar akuntansi berbasis akrual menurut PP no. 71 Tahun

(10)

Ketidakkonsistenan pada hasil penelitian sebelumnya dapat diselesaikan

dengan menggunakan pendekatan kontinjensi (Govindarajan, 1986 dalam Sukardi,

2002). Faktor kontinjensi merupakan penyebab ketidakkonsistenan hasil

penelitian sebelumnya tentang sumber daya manusia dan teknologi informasi pada

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual. Salah satunya adalah faktor

motivasi yang diduga memperkuat pengaruh antara kompetensi sumber daya

manusia dan teknologi informasi pada penerapan akuntansi pemerintah berbasis

akrual. Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan

seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan motivasi. Dengan

adanya motivasi, maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi

untuk meraih tujuan. Tujuan yang ingin dicapai adalah keberhasilan penerapan

akuntansi pemerintah berbasis akrual, yang berdampak pada peningkatan

akuntabilitas dan transparansi. Keberhasilan penerapan akuntansi penerapan

berbasis akrual membutuhkan kemauan dari semua pihak yang terlibat.

Diperlukan kemauan, semangat, dan penerimaan terhadap perubahan akan

mendorong keberhasilan penerapan akuntansi akrual. Menurut Ouda (2008), salah

satu pendekatan untuk meningkatkan williingness to change adalah adanya

kehendak atau dorongan seseorang dalam meningkatkan kualifikasi sumber daya

yang ada. Organisasi yang tidak memilih untuk mengembangkan dan menciptakan

kompetensi motivasi untuk karyawannya, jangan berharap terjadi perbaikan dan

(11)

Setiap perubahan akan menimbulkan resistensi. Menurut Simanjutak

(2010) resistensi terhadap perubahan merupakan faktor yang menghambat

keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual. Diperlukan

penyusunan kebijakan dan berbagai sosialisasi kepada seluruh pihak terkait agar

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual berjalan dengan baik, tanpa ada

resistensi. Salah satu faktor kegagalan Negara Nepal dalam penerapan akuntansi

pemerintah berbasis akrual adalah kurangnya motivasi dari pemerintah.

Kurangnya motivasi ini diakibatkan karena adopsi akrual bukan keinginan sendiri

melainkan pemaksaan dari organisasi eksternal (Adhikari dan Mellemvik, 2011).

Marwata dan Alam (2006) dalam Hasan (2012) menyatakan bahwa perubahan

akuntansi pemerintah berbasis akrual di Indonesia dikarenakan adanya tekanan

dari organisasi international dan organisasi donor, seperti International Monetary

Fund (IMF), World Bank, dan Asian Development Bank (ADB). Diperlukan

motivasi yang tinggi sehingga penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berjalan

dengan baik tanpa ada resistensi. Motivasi yang perlu ditimbulkan adalah bahwa

penerapan akuntansi ditujukan untuk perbaikan akuntabilitas dan transparansi

sehingga dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance) bukan paksaan dari pihak eksternal. Motivasi berprestasi yang tinggi

akan mendorong seseorang melakukan hal yang sukar dengan hasil yang

memuaskan (Mangkunegara, 2005:68). Kompleksnya penerapan akuntansi

pemerintah berbasis akrual, dibutuhkan teknologi informasi memadai. Dibutuhkan

(12)

keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

Lokasi penelitian dilakukan di kantor kementerian agama Prov. Bali. Hal

ini dikarenakan karena adanya kemudahan akses dalam pengumpulan data. Selain

kemudahan akses, kementerian agama hanya memiliki satu entitas pelaporan

dengan jumlah entitas akuntansi yang banyak. Banyaknya cakupan entitas

akuntansi di kementerian agama disebabkan selain kantor, sekolah negeri juga

termasuk didalamnya. Entitas akuntansi merupakan unit yang mengelola anggaran,

kekayaan, dan kewajiban yang wajib menyajikan laporan keuangan. Istilah entitas

akuntansi dalam kementerian/lembaga lebih dikenal dengan satuan kerja (satker).

Satker yang ada di kementerian agama Prov. Bali semuanya merupakan satker

pengeluaran yang berjumlah 98, sehingga data yang diperoleh cukup untuk

dilakukan analisis.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti ingin menguji pengaruh

kompetensi sumber daya manusia dan teknologi informasi terhadap penerapan

akuntansi pemerintah berbasis akrual. Ketidakkonsistenan yang terdapat pada

penelitian sebelumnya, sehingga peneliti menambahkan motivasi sebagai variabel

moderasi.

6).2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1) Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif pada penerapan

(13)

2) Apakah teknologi informasi berpengaruh positif pada penerapan akuntansi

pemerintah berbasis akrual?

3) Apakah motivasi memperkuat pengaruh kompetensi sumber daya manusia pada

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual?

4) Apakah motivasi memperkuat pengaruh teknologi informasi pada penerapan

akuntansi pemerintah berbasis akrual?

4).3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh positif kompetensi sumber daya manusia pada

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

2) Untuk mengetahui pengaruh positif teknologi informasi pada penerapan

akuntansi pemerintah berbasis akrual.

3) Untuk mengetahui kemampuan motivasi memperkuat pengaruh kompetensi

sumber daya manusia pada penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

4) Untuk mengetahui kemampuan motivasi memperkuat pengaruh teknologi

informasi pada penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

4).4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini dapat memberikan

manfaat berikut:

(14)

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi merupakan variabel

moderasi hubungan antara kompetensi SDM dan teknologi informasi pada

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

2) Manfaat Praktis

a. Staf penyusun laporan keuangan sebaiknya berlatar belakang pendidikan

akuntansi, jika tidak terpenuhi dibutuhkan motivasi dan peningkatan

kompetensi SDM dalam menyelesaikan laporan keuangan pemerintah

berbasis akrual sehingga menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas.

b. Teknologi informasi harus diperhatikan terutama dalam penggunaan

aplikasi. Aplikasi sebaiknya dirancang sederhana mungkin, sehingga para

pengguna lebih mudah mengaplikasikannya.

c. Bagi Kantor Kementerian Agama di Provinsi Bali, penelitian ini

diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam keberhasilan penerapan

(15)

ϭϯ BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 New Public Management Theory (Teori NPM)

Konsep New Public Management (NPM) adalah paradigma baru dalam

manajemen publik yang digunakan untuk melukiskan reformasi sektor publik.

Munculnya konsep ini adalah adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja

pemerintah yang dianggap tidak efisien dan efektif dalam pengelolaan sumber

daya. Ketidakpuasan ini dipicu oleh keadaan utang pemerintah yang terus

meningkat, pajak tinggi, dan turunnya pertumbuhan ekonomi (Buhr, 2010).

Administrasi publik mulai mengenalkan New Public Management (NPM)

yang merupakan paradigma baru pada tahun 1990-an. NPM merupakan paradigma

alternatif yang menekankan perubahan perilaku pemerintah menjadi lebih efisien

dan efektif. Karakterisitik dalam NPM meliputi (1) lebih berfokus pada

manajemen, bukan kebijakan, (2) adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas,

(3) lebih ditekankan pada control hasil/keluaran, (4) pembagian tugas ke dalam

unit-unit yang dibawah, (5) ditumbuhkannya persaingan di tubuh sektor publik,

(6) lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektor publik, (7) lebih

menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam menggunakan

(16)

Ï­Ï°

Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, efisien,

selalu rugi, rendah kualitas, kurang inovasi, serta berbagai kekurangan lainnya

(Mahmudi, 2010:34). Gambaran ini sesungguhnya sangat merugikan, mengingat

fakta bahwa organisasi sektor publik mengelola uang yang sangat besar dari

masyarakat. Buruknya pengelolaan organisasi sektor publik mendorong terjadinya

reformasi lembaga publik. NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan

bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik

dibandingkan dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu,

untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan

teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik,

seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi

perusahaan-perusahaan publik (Mardiasmo, 2002:27).

Pada sektor swasta, akuntansi memiliki peran yang sangat penting.

Perkembangan akuntansi di sektor ini sangat pesat dan bergerak dinamis

mengikuti perkembangan perekonomian dibandingkan dengan akuntansi sektor

publik. Akuntansi sendiri telah berperan untuk menghasilkan sumber informasi

yang kemudian digunakan untuk proses pengambilan keputusan ekonomi yang

lebih baik. Informasi yang dihasilkan akuntansi menjadi alat untuk mengukur

sejauh mana efisiensi dilakukan sebagai alat pertanggungjawaban. Lahirnya

konsep NPM menyebabkan reformasi akuntansi di sektor publik, sehingga

dimulailah pengadopsian prinsip-prinsip akuntansi yang ada di sektor swasta oleh

(17)

ϭϱ

Reformasi di bidang akuntansi merupakan bagian dari konsep NPM.

Akuntansi pada sektor publik menjadi alat pengukuran untuk menentukan apakah

sektor publik telah mencapai efisiensi. Salah satu reformasi akuntansi di sektor

publik adalah perubahan basis akuntansi. Perubahan akuntansi dari basis kas ke

basis akrual merupakan salah satu ciri adopsi konsep NPM oleh sektor publik

(Mckendrick, 2007). Perubahan basis akuntansi dari basis kas ke basis akrual oleh

banyak pemerintah dipandang sebagai aspek dari desain NPM yang hampir mirip

dengan usaha bisnis yang berfokus pada kinerja di sektor publik (Coonnely dan

Hyndmen, 2010). Adanya perubahan basis akuntansi pada sektor publik, yaitu

perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi

berbasis akrual diperlukan karena sistem akuntansi berbasis kas dianggap saat ini

tidak lagi memuaskan, terutama karena kekurangannya dalam menyajikan

gambaran keuangan yang akurat dan dalam memberikan informasi manajemen

yang berguna dan memadai untuk memfasilitasi perencanaan dan proses kinerja

(Cohen, et.al., 2007).

Penggunaan akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu ciri praktik

manajemen keuangan modern (sektor publik) yang bertujuan untuk memberikan

informasi biaya (cost) pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan didalam pemerintah dengan menggunakan informasi yang diperluas,

tidak sekedar basis kas. Para manajer sektor publik diminta agar bertanggung

jawab untuk seluruh biaya yang berhubungan dengan output / outcome yang

(18)

ϭϲ

publik dalam pengambilan keputusan secara efektif dan efisien (Organisation for

Economic Co-operation and Development, 2002:11). Perubahan akuntansi

berbasis akrual mendapatkan tantangan dalam proses adopsinya, sehingga

diperlukan pendekatan bertahap (Treasury, 2005:40). Tidak ada perubahan

mendadak dari basis kas ke basis akrual. Perubahan akuntansi dilakukan bertahap

melalui basis kas, basis kas yang dimodifikasi (cash toward accrual), dan basis

akrual. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor yang

berpotensi pada adopsi reformasi akrual.

2.1.2 Teori Kontinjensi

Teori kontinjensi merupakan alat pertama dan paling terkenal untuk

menjelaskan berbagai variasi dalam struktur organisasi. Manfaat dari rumusan

teori kontinjensi yang dapat dirasakan adalah dalam mendesain suatu organisasi

berdasarkan ketidakpastian lingkungan dan ukuran organisasi (Lubis, 2011:358).

Pendekatan kontinjensi yang digunakan oleh para peneliti dalam penelitian seperti

ini adalah dalam rangka memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya

dipertimbangkan dalam perancangan penelitian. Govindarajan (1986) dalam

Sukardi (2002) mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari

berbagai hasil penelitian, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kontinjensi (contingency approach). Berdasarkan pada pendekatan kontinjensi

maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lainnya yang mungkin akan

(19)

ϭϳ

dalam akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi adalah untuk melihat

hubungan variabel-variabel konstekstual seperti ketidakpastian lingkungan (Otley,

1980). Pendekatan kontinjensi tersebut memungkinkan adanya variabel yang

bertindak sebagai variabel moderating dan variabel intervening. Variabel

moderating merupakan variabel yang yang memperkuat atau memperlemah

hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen, sedangkan

variabel intervening merupakan variabel yang terletak diantara variabel

independen dan dependen. (Indriantoro dan Supomo, 1999:65-66).

Keterkaitan interaksi hubungan antara motivasi dengan kompetensi sumber

daya manusia dan teknologi informasi dapat dijelaskan oleh pendekatan

kontinjensi. Motivasi kerja merupakan dorongan dalam diri pegawai yang

menghasilkan suatu sikap untuk mengerahkan seluruh kemampuan dalam

mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, teori kontinjensi dalam penelitian

ini mengargumenkan bahwa kompetensi sumber daya manusia dan teknologi

informasi dalam mencapai keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah berbasis

akrual, akan bergantung pada suatu kondisi tertentu, salah satunya adalah adanya

motivasi dari staf penyusun laporan keuangan.

2.1.3 Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas yang dikemukakan oleh Accounting Principle Board (APB)

dalam Astika (2011:104) dinyatakan bahwa informasi akuntansi menyangkut

(20)

Ï­Ï´

Organisasi dianggap suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri

sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau

yang menanamkan dana dalam organisasi dan kesatuan ekonomik tersebut

menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Dari perspektif ini,

akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, bukan

pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban dan laporan

keuangan merupakan medium pertanggungjawabannya.

Teori atau konsep entitas telah diaplikasikan dalam mekanisme keuangan di

Indonesia. Ketentuan tersebut dibakukan dan dipertegas antara entitas pelaporan

dan entitas akuntansi dalam SAP berbasis berbasis akrual (PP No. 71 Tahun

2010), sebagi berikut :

a. Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola

anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan

menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang

diselenggarakannya.

b. Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau

lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban,

berupa laporan keuangan yang terdiri dari: (i) pemerintah pusat, (ii)

pemerintah daerah, (iii) masing-masing kementerian negara atau lembaga

di lingkungan pemerintah pusat, (iv) satuan organisasi di lingkungan

(21)

ϭϵ

perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan

laporan keuangan.

Satuan kerja sebagai unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja

atau mengelola barang merupakan entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan

akuntansi atas transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan

keuangan menurut SAP yang berlaku. Laporan keuangan tersebut disampaikan

secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka

penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. Setiap unit pemerintah

dapat ditetapkan menjadi entitas akuntansi apabila unit yang dimaksud mengelola

anggaran/barang yang akan ditujukan kepada entitas pelaporan (PSAP 11;

PP.71/2010).

Kaitan dengan penelitian ini adalah satuan kerja sebagai entitas akuntansi

dan faktor-faktor yang ada pada satuan kerja tersebut menjadi obyek penelitian.

Faktor-faktor tersebut mulai dari kompetensi SDM, teknologi informasi, dan

faktor motivasi. Hal tersebut menarik untuk diteliti, karena diharapkan

memberikan gambaran yang lebih nyata terkait dengan keberhasilan dalan

penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual.

2.1.4 Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia

dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

publik, baik di pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai

(22)

ϮϬ

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya melalui suatu media pertanggungjawaban yang

dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003) dalam Mardiasmo (2002:67).

Akuntansi berbasis akrual dalam wacana akuntansi, secara konseptual dipercaya

dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan

dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung

terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang

dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah

dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun

yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran

yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di

masa mendatang.

Perubahan basis akuntansi kas menuju akrual menjadi akrual membawa

dampak terhadap perubahan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang

dihasilkan. Seiring dengan penerapan basis akrual untuk pelaporan keuangan,

penyusunan anggaran tetap dilakukan menggunakan basis kas. Hal ini berarti

proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran

yang tetap menggunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya

menggunakan basis akrual. Struktur standar akuntansi pemerintah (SAP) berbasis

akrual berdasar peraturan pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 terdapat

(23)

Ϯϭ

tentang laporan operasional (LO). Adapun PSAP dalam lampiran I PP no. 71

Tahun 2010 adalah:

1) PSAP nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan

2) PSAP nomor 02 tentang Laporan Realisasi berbasis Kas

3) PSAP nomor 03 tentang Laporan Arus Kas

4) PSAP nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan

5) PSAP nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan

6) PSAP nomor 06 tentang Akuntansi Investasi

7) PSAP nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap

8) PSAP nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

9) PSAP nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban

10) PSAP nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa

11) PSAP nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian

12) PSAP nomor 12 tentang Laporan Operasional

Komponen laporan keuangan pada SAP berbasis akrual berdasarkan PP 71 Tahun

2010 dan SAP berbasis kas menuju akrual berdasarkan PP 24 Tahun 2005 juga

mengalami perubahan. Perbedaan tersebut disajikan pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1

(24)

ϮϮ

4. Catatan atas laporan keuangan 2. Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih (SAL) Laporan Keuangan yang bersifat

Optional 4. Laporan Perubahan Ekuitas

(LPE)

C. Catatan atas Laporan Keuangan Sumber : PP No. 71 Tahun 2010

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

a. Pengertian dan Tujuan

Laporan Realisasi Anggaran merupakan salah satu komponen laporan

keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan

pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah

yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam

suatu periode tertentu.

b. Manfaat

Menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,

surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang

masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut

berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai

alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas

pelaporan terhadap anggaran. Selain itu LRA menyediakan informasi yang

berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk

mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang

(25)

Ϯϯ

informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan

penggunaan sumber daya ekonomi bahwa telah dilaksanakan secara efisien,

efektif, dan hemat; telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya

(APBN/APBD); dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

c. Struktur dan isi

LRA sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut : (i)

pendapatan-LRA, (ii) belanja, (iii) transfer, (iv) surplus/defisit-LRA, (v)

penerimaan pembiayaan, (vi) pengeluaran pembiayaan, (vii) pembiayaan neto,

(viii) sisa lebih/ kurang pembiayaan (SiLPA/SiKPA)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

a. Pengertian dan tujuan

Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi

kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Laporan perubahan SAL hanya disajikan oleh Bendahara Umum

Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi

b. Manfaat

Menyajikan kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya

(26)

Ϯϰ

Laporan perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode

sebelumnya pos-pos berikut: (i) SAL awal, (ii) penggunaan SAL, (iii) sisa

lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan, (iv) koreksi kesalahan

pembukuan tahun sebelumnya, dan (v) SAL akhir

3. Neraca

a. Pengertian dan tujuan

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan

suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal

tertentu.

b. Manfaat

Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban

dan ekuitas pemerintah pada tanggal tertentu.

c. Struktur dan isi

Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.

4. Laporan Operasional (LO)

a. Pengertian dan tujuan

Laporan operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus

akuntansi berbasis akrual, sehingga penyusunan LO, laporan perubahan

ekuitas (LPE), dan neraca mempunyai keterkaitan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(27)

Ϯϱ

Menyediakan mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas

pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan

surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

c. Struktur dan isi

Struktur LO mencakup pos-pos sebagai berikut: (i) pendapatan LO, (ii) beban,

(iii) surplus/defisit dari operasi, (iv) kegiatan non operasional, (v)

surplus/defisit sebelum pos luar biasa, (v) pos luar biasa, (vi) surplus /

defisit-LO.

5. Laporan arus kas (LAK)

a. Pengertian dan tujuan

Laporan arus kas adalah bagian laporan finansial yang menyajikan informasi

penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu berdasarkan aktivitas

operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuannya adalah untuk

memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan

setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada

tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan

pengambilan keputusan. LAK wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit

organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

b. Manfaat

Informasi dalam LAK mempunyai manfaat sebagai indikator jumlah arus kas

(28)

Ϯϲ

taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu LAK merupakan

alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode

pelaporan dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna

laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas

pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan

solvabilitas).

c. Struktur dan isi

LAK menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode

tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan berikut : (i) aktivitas operasi,

(ii) aktivitas investasi, (iii) aktivitas pendanaan, (iv) aktivitas transitoris.

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

a. Pengertian dan tujuan

Laporan perubahan ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau

penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

b. Manfaat

Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

c. Struktur dan isi

LPE menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos : (i) ekuitas awal, (ii) surplus/

(29)

Ϯϳ

menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak

kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi

kesalahan mendasar, (iv) ekuitas akhir.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

a. Pengertian dan tujuan

Catatan atas laporan keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari laporan keuangan dan karenanya setiap entitas pelaporan

diharuskan menyajikan CaLK. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci

atau analisis yang disajikan dalam LRA, Laporan perubahan SAL, Neraca,

LO, LAK dan LPE. Termasuk pula dalam penyajian CaLK laporan keuangan

adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh PSAP serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar atas laporan keuangan seperti: kewajiban kontijensi dan

komitmen-komitmen lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan

transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman yang baik atas

informasi keuangan pemerintah.

b. Manfaat

Memudahkan pengguna dalam memahami laporan keuangan.

c. Struktur dan isi

CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: (i) informasi umum tentang

entitas pelaporan dan entitas akuntansi, (ii) informasi tentang kebijakan

(30)

Ϯϴ

selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam

pencapaian target, (iv) informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan

dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas

transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya, (v) rincian dan

penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan

keuangan, (vi) informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan

dalam lembar muka keuangan, (vii) informasi lainnya yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

2.1.5 Kompetensi Sumber Daya Manusia

Kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi

cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang

dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia (Spencer dan Spencer,

1993:41). Kompetensi menurut Boyatzis (1982:96) merupakan kombinasi

pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam bidang karir tertentu yang

memungkinkan seseorang untuk melakukan tugas atau fungsi sesuai dengan

keahliannya. Wirawan (2009:4) mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik

pengetahuan, ketrampilan, perilaku dan pengalaman untuk melakukan suatu

pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Pengetahun melukiskan apa yang

(31)

Ϯϵ

mengenai sesuatu. Ketrampilan melukiskan kemampuan yang dapat diukur yang

telah dikembangkan melalui praktek, pelatihan, atau pengalaman.

Memiliki sumber daya manusia adalah keharusan bagi entitas. Mengelola

sumber daya manusia berdasarkan kompetensi diyakini bisa lebih menjamin

keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian besar entitas memakai kompetensi

sebagai dasar dalam memilih orang, mengelola kinerja, pelatihan, dan

pengembangan serta pemberian kompensasi.

Menurut Spencer dan Spencer (1993:73) terdapat lima karakteristik

kompetensi, yaitu : (a) motif (motive), adalah hal-hal yang seseorang pikir atau

inginkan secara konsisten yang menimbulkan tindakan; (b) sifat (traits), adalah

karakteristik fisik dan respons-respons konsisten terhadap situasi atau informasi;

(c) konsep diri (self-concept), adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang;

(d) pengetahuan (knowledge), adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk

bidang tertentu; (e) ketrampilan (skill), adalah kemampuan untuk melaksanakan

suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Kompetensi merupakan

suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki keterampilan (skill), pengetahuan

(knowledge) dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan suatu pekerjaan

(Hevesi, 2005:9). Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang

mencapai kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya. Pegawai yang tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup dalam bekerja akan banyak menemui hambatan yang

mengakibatkan pemborosan bahan, waktu dan tenaga. Penetapan standar

(32)

ϯϬ

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pendapat Maarif dan Tanjung ini serupa

dengan pendapat Suprapto (2002:3), bahwa standar kompetensi minimal terdiri

dari pengetahuan, ketrampilan, sikap/perilaku, serta adanya kemampuan untuk

mengembangkan pengetahuan kepada orang lain.

Kompetensi menurut Perka BKN Nomor 7 Tahun 2013 adalah

karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap sesuai tugas dan atau fungsi jabatan. Pengetahuan kerja

adalah pengetahuan yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa fakta,

informasi, keahlian yang diperoleh seseorang melalui pendidikan dan pengalaman,

baik teoritik maupun pemahaman praktis, dan berbagai hal yang diketahui oleh

PNS terkait dengan pekerjaannya serta kesadaran yang diperoleh PNS melalui

pengalaman suatu fakta atau situasi dalam konteks pekerjaan. Ketrampilan kerja

adalah keterampilan PNS untuk melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan

pekerjaan yang meliputi : (a) keterampilan melaksanakan pekerjaan individual

(task skill), (b) keterampilan mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam satu

pekerjaan (task management skill), (c) keterampilan merespon dan mengelola

kejadian/masalah kerja yang berbeda (contingency management skill), (d)

keterampilan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu di

tempat tertentu sesuai dengan tuntutan lingkungan kerja (job/role enviroment

skill), (e) ketrampilan beradaptasi dalam melaksanakan pekerjaan yang sama di

(33)

ϯϭ

yang menekankan aspek perasaan, emosi, berupa minat, sikap, apresiasi, dan cara

penyesuaian diri terhadap pekerjaan (Perka BKN no. 8 Tahun 2013).

2.1.6 Teknologi Informasi

Teknologi informasi (TI) turut berkembang sejalan dengan perkembangan

manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrastuktur

TI seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan

teknologi komunikasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi

informasi merupakan alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki

manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin

tidak mampu melakukannya (Indriasari dan Nahartyo, 2008). Pengolahan data

menjadi suatu informasi dengan bantuan komputer jelas akan lebih meningkatkan

nilai dari nilai informasi yang dihasilkan. Peningkatan nilai informasi tersebut

seperti berikut: informasi yang memiliki nilai tinggi adalah informasi yang

disajikan dalam waktu yang cepat dan tepat. Untuk pemrosesan data manual

biasanya berlaku bahwa semakin cepat waktu yang diinginkan untuk pemrosesan,

maka biaya yang dibutuhkan akan semakin besar. Bantuan komputer menjadikan

pengolahan data bisa diatur sedemikian rupa sehingga informasi dapat disajikan

tepat waktu dan dengan biaya yang masih di bawah manfaat itu sendiri. Dengan

kata lain, kita bisa mengatur pengolahan data sehingga manfaat ekonomis sebuah

(34)

ϯϮ

Teknologi informasi meliputi peranti keras (hardware), peranti lunak

(software), basis data (database), jaringan (network), dan jenis lainnya yang

berhubungan dengan teknologi (Turban et.al., 2006:49). Definisi teknologi

informasi menurut Martin et.al. (2002:1), yaitu teknologi komputer yang

digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi serta teknologi

komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. Definisi teknologi

informasi sangatlah luas dan mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan

dalam menangkap, memanipulasi, mengkomunikasikan, dan menggunakan data

yang akan diubah menjadi informasi (Martin et.al., 2002:19). Teknologi informasi

terdiri dari bagian utama yaitu teknologi komputer dan perlengkapan komputer

yang berfungsi untuk menerima data, menyimpan data dan mengolah data menjadi

informasi, serta mencetak atau membuat dan mengkomunikasikan informasi

tersebut. Sistem informasi yang menggunakan teknologi dengan cara dan alat

manual dan mekanik disebut sistem informasi manual, sedangkan sistem

informasi yang didominasi oleh alat elektronik disebut sistem informasi

elektronik. Sistem informasi elektronik yang menggunakan komputer disebut

sistem informasi berbasis komputer. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut

mencakup adanya (a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen

dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi

informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh

masyarakat di seluruh wilayah negeri ini (Hamzah, 2009 dalam Winidyaningrum

(35)

ϯϯ

2.1.7 Motivasi

Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan melakukan sesuatu

tetapi juga dalam motivasi mereka melakukan sesuatu. Motivasi orang bergantung

pada kekuatan yang mendorong seseorang yang menimbulkan dan mengarahkan

perilaku (Gibson et.al, 2007:103). Peranan manusia sangat penting dalam

pencapaian tujuan organisasi. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan

yang dikehendaki organisasi, maka harus dipahami motivasi manusia bekerja pada

suatu organisasi karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang

untuk bekerja.

Robbins dan Judge (2008:222) mengemukakan bahwa motivasi

merupakan proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan

individu dalam usaha untuk mencapai suau tujuan. Kunci dalam motivasi ialah

ketiga unsur hasil dari proses motivasi yang difokuskan. Intensitas menyangkut

pada seberapa kerasnya seorang pegawai berusaha. Intensitas yang tinggi tidak

akan membawa hasil yang diinginkan kecuali jika upaya tersebut diarahkan pada

pencapaian tujuan organisasi. Upaya diarahkan dengan konsisten menuju

pencapaian tujuan organisasi akan menghasilkan ketekunan. Ketekunan

merupakan ukuran seberapa lama pegawai mempertahankan usahanya. Motivasi

merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah

atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan (Mangkunegara,

(36)

ϯϰ

Faktor motivasi terdiri dari dua indikator yaitu sikap dan situasi. Sikap

dapat diartikan sebagai status mental seseorang dan sikap dapat diekspresikan

dengan berbagai cara dengan kata-kata dan tingkat intensitas yang berbeda. Situasi

dapat diartikan sebagai suasana yang dapat menentukan sikap pegawai tersebut.

Perilaku pegawai banyak dipengaruhi definisi situasi, apabila pegawai

mendefinisikan sesuatu sebagai hal nyata, maka konsekuensinya menjadi nyata.

Dari beberapa pengertian diatas, menunujukkan bahwa motivasi ialah

dorongan dalam diri pegawai yang menghasilkan suatu sikap untuk mengerahkan

seluruh kemampuannya dalam mencapai tujuan organisasi dalam upaya memenuhi

beberapa kebutuhan individual. Terdapat beberapa teori yang menggambarkan

konsep-konsep motivasi kerja (Robbins dan Judge, 2008: 223-230):

1). Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Ada lima hierarki kebutuhan manusia sebagai berikut:

(1). Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik seperti rasa lapar, haus,

perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.

(2). Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan akan keselamatan dan

perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan, atau pemecatan.

(3). Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan akan

menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki

serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kecurangan, persahabatan,

(37)

ϯϱ

(4). Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,

kehormatan diri, reputasi dan prestasi.

(5). Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan pemenuhan diri untuk

mempergunakan potensi diri, untuk mengembangkan diri semaksimal

mungkin ekspresi diri dan melakukan apa yang cocok dengan dirinya.

2). Teori X dan Y

Douglas McGregor membedakan dua tipe pekerja, yaitu:

(1). Teori X, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya malas dan tidak

mau bekerja sama

(2). Teori Y, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya energik,

berorientasi kepada perkembangan, memotivasi diri sendiri, dan tertarik

menjadi produktif.

3). Teori Dua Faktor Herzberg

` Frederick Herzberg mengelompokkan motivasi terdiri dua faktor, yaitu:

(1). Hygeine factors (eksternal), yaitu meliputi gaji, kehidupan pribadi,

kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,

kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.

(2). Motivation factors (internal), yang dikaitkan dengan isi pekerjaan

mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang,

peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan.

(38)

ϯϲ

Ada tiga kebutuhan penting yang mendorong untuk berbuat atau bertindak,

yaitu:

(1). Kebutuhan prestasi, tercermin pada keinginan seseorang mengambil

tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi, keinginan untuk

mencapai tujuan dengan memperhatikan resikonya, dan berusaha

melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.

(2). Kebutuhan afiliasi, tercermin pada keinginan seseorang untuk menjalin

hubungan dengan orang lain, bersahabat, di mana dia lebih

mementingkan aspek hubungan dengan orang lain, bersahabat, di mana

dia lebih mementingkan aspek hubungan pada pekerjaan, senang

bergaul, berusaha mendapatkan persetujuan dari orang lain.

(3). Kebutuhan kekuasaan, tercermin pada keinginan seseorang untuk

mempunyai pengaruh atas orang lain, dia berusaha menguasai orang lain,

mengarahkan dan mengatur dengan cara membuat orang lain terkesan

padanya, serta selalu menjaga reputasinya agar tetap bisa berpengaruh.

2.2. Penelitian sebelumnya

Penelitian sebelumnya tentang penerapan akuntansi berbasis akrual

dilakukan oleh Jumriati (2013) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Pelaporan

Keuangan Daerah Pemerintah Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa

(39)

ϯϳ

berpengaruh signifkan pada keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual,

sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan manfaat akuntansi akrual tidak

berpengaruh siginifikan pada penerapan akuntansi berbasis akrual. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitiannya adalah teknik analisis regresi berganda.

Adventana (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi SAP berbasis akrual menurut PP. No. 71 tahun 2010 di Pemerintah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis regresi berganda digunakan untuk

menganalisis data dengan jumlah responden sebanyak 108 pegawai bagian

keuangan atau bagian akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDM dan

komitmen organisasi berpengaruh positif pada implementasi SAP berbasis akrual,

sedangkan teknologi informasi tidak berpengaruh pada implementasi SAP

berbasis akrual.

Kusuma (2013) melakukan penelitian berjudul analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan akuntansi akrual pada pemerintah. Responden

dalam penelitian adalah kuasa pengguna anggaran (KPA) pada satuan kerja

wilayah KPPN Semarang I sebanyak 156. Analisis regresi linear berganda

digunakan dalam menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelatihan staf berpengaruh pada tingkat penerapan akuntansi berbasis akrual,

sedangkan tingkat pendidikan staf keuangan, teknologi informasi, dukungan

konsultan, pengalaman satuan kerja, latar belakang pimpinan, ukuran satuan kerja

(40)

ϯϴ

Romilia (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang memepengaruhi

keberhasilan penerapan SAP di Kabupaten Bangkalan. Teknik analisis data

mengunakan regresi berganda. Jumlah responden sebanyak 82 yang terdiri dari

kepala subbagian keuangan dinas, staf keuangan dinas, dan bagian keuangan

pemda. Hasil penelitian menujukkan bahwa komunikasi dan perangkat pendukung

berpengaruh positif pada keberhasilan penerapan SAP sedangkan regulasi,

komitmen, dan SDM sebaliknya.

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kompetensi SDM dan teknologi

informasi pada penerapan berbasis akrual. Berdasarkan hasil penelitian yang

berbeda sebelumnya, sehingga penulis menambahkan variabel motivasi sebagai

variabel moderasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi moderasi. Penelitian sebelumnya, lebih lengkap akan disajikan penulis

Referensi

Dokumen terkait

Pada tuturan di atas mengalami campur kode berbentuk baster yang dilakukan penyiar radio musik Radio Most FM Malang. Hal tersebut dikarenakan serpihan yang disisipkan merupakan

Dalam penulisan tugas akhir ini masalah dibatasi pada antrian di bagian Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI) dan pelayanan di ruang perawatan Instalasi Rawat Inap A dan B

Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 70,817 dengan tingkat signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0,05 dengan

Bahwa menurut Pihak Terkait, Permohonan Pemohon bukan termasuk perkara perselisihan penetapan perolehan suara oleh karena permohonan pemohon dalam pokok permohonannya

Adapun judul dari penelitian ini adalah “ Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2013

Untuk menjelaskan semua gambaran umum data penelitian, maka akan dilakukan analisis statistic deskriftif yang akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: Pada

288 PT PT ANUGERAH HUTAN LESTARI JAWA TIMUR SIDOARJO PT MUTUAGUNG LESTARI LVLK-003/MUTU/LK-371 02 OKTOBER 2015 01 Oktober 2021 AKTIF 289 PT PT PRIMA SEJAHTERA INTERNATIONAL JAWA

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan kasih sayang, ilmu, rezeki, dan hidayah- Nya, sehingga