• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dokter Gigi Umum Di Bidang Ortodonti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Dokter Gigi Umum Di Bidang Ortodonti."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DOKTER GIGI UMUM

DI BIDANG ORTODONTI

SEMINAR WISATA DENTISTRY

YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009

Oleh

(2)

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

SEMINAR DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009

Perawatan ortodonti mendapat apresiasi yang sangat besar dari masyarakat. Jika kita perhatikan banyak sekali remaja bahkan orang tua yang memakai alat ortodonti. Apakah perawatan ortodonti hanya dilakukan oleh ortodontis? Tentu saja tidak. Namun berdasarkan kasusnya dokter gigi umum pun dapat berperan aktif dalam melakukan perawatan ortodonti.

Dewasa ini masyarakat juga kritis terhadap perawatan ortodonti yang mereka dapatkan dan juga adanya UU Kesehatan yeng telah di sah kan di Indonesia maka semua profesi khususnya di bidang kedokteran gigi harus bekerja benar-benar sesuai kompetensinya.

(3)

Parameter Diagnostik Untuk Mengevaluasi Maloklusi.

Tujuan penggunaan parameter ini adalah membantu klinisi secara efisien membedakan antara kasus yang memerlukan perawatan ortodonti terbatas dan kasus yang memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif. Perawatan ortodonti terbatas dapat dilakukan oleh dokter gigi umum bergantung pada kemampuan dan keberanian dokter gigi umum tersebut. Untuk kasus maloklusi kompleks yang memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif maka dokter gigi umum harus waspada karena pada kasus maloklusi yang kompleks jika tidak ditangani dengan seksama dengan teknik perawatan yang tepat, maka kemungkinan akan dihadapi berbagai kesulitan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi baru.

Parameter diagnostik yang dapat digunakan oleh klinisi untuk menentukan tingkat kesulitan suatu kasus maloklusui, adalah sebagai berikut:

(4)

2. Klasifikasi malolusi dapat dikenali sebagai maloklusi : kelas 1, kelas II divisi 1 *, kelas II divisi 1 subdivisi *; kelas II divisi 2 *; kelas II divisi 1 subdivisi*; kelas III * ; kelas III subdivisi *. Tanda bintang menunjukkan bahwa pada klasifikasi maloklusi tersebut terdapat faktor penyulit yang harus dicermati selama proses perawatan ortodonti berlangsung. Perawatan ortodonti pada kasus tersebut tidak dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodonti sederhana tetapi memerlukan perawatan komprehensif dengan alat ortodonti yang lebih kompleks. Khusus untuk maloklusi kelas II dan kelas III penanganan kasus ini dibagi menjadi 3 cara pendekatan, yaitu perawatan modifikasi pertumbuhan, perawatan kompromi dan perawatan bedah ortognati. Untuk menentukan ke tiga jenis perawatan tersebut diperlukan penentuan diagnosis dan saat perawatan yang tepat. Penentuan perawatan saat yang tepat tidak dapat dilakukan dengan menggunakan acuan umur kalender tetapi harus menggunakan umur fisiologis, misalnya dengan menggunakan indikator maturasi tulang jari pergelangan tangan, indikator maturasi vertebra servikal dan indikator maturasi gigi. Jenis alat dan teknik perawatan yan gtepat diperlukan untuk mengangani kasus kompleks ini. (Bishara, Fishman, Faltin, dkk.).

(5)

dari 50%. Relasi gigi insisif rahang atas terhadap rahang bawah dapat edge to edge jika tepi insisal gigi insisif rahang atas bertemu dengan tepi insisial gigi insisif rahang bawah dan open bite jika gigi insisif rahang bawah tidak berkontak dengan gigi insisif rahang atas. Openbite dapat terjadi dalam arah vertikal atau horisontal. Relasi deep bite, edge to edge dan openbite merupakan faktor penyulit dalam perawatan ortodonti sehingga memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif dengan menggunakan alat ortodonti cekat atau alat tambahan lainnya.

4. Relasi gigi insisif rahang atas dan rahang bawah yang perlu dicermati adalah overjet. Overjet dikatakan normal jika relasi dalam arah horisontal gigi insisif rahang atas dengan permukaan labial gigi insisif rahang bawah berjarak 1-3 mm, jika lebih besar dari 3 mm maka overjet dikatakan besar. Jika gigi insisif rahang atas dan gigi insisif rahang atas beroklusi pada tepi insisal maka dikatakan edge to edge. Overjet dapat negatif jika gigi insisif rahang atas terletak lebih ke posterior dari gigi insisif rahang bawah. Overjet negatif disebut juga “underjet”. Overjet negatif atau underjet pada keadaan tertentu merupakan faktor penyulit yang memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif dan sulit dirawat dengan alat ortodonti sederhana (Bishara, 2002).

(6)

sulung telah tanggal. Periode gigi dewasa dimulai jika seluruh gigi sulung telah tanggal dan digantikan oleh gigi permanen. Perawatan ortodonti tidak dapat dilepaskan dari tahap perkembangan gigi. Tahap perkembangan gigi penting untuk diperhatikan adalah pada masa transisi antara gigi sulung ke gigi dewasa. Pada tahap ini faktor genetik dan faktor lingungan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi. Gigi permanen pada keadaan tertentu dapat memberikan faktor penyulit sehingga di perlukan perawatan ortodonti yang komprehensif. Tindakan pencegahan untuk mecegah timbulnya maloklusi dapat dimulai sejak masa gigi sulung dengan menjaga jangan terjadi karies atau gigi tanggal sebelum waktunya. Pengamatan perkembangan oklusi perlu dilakukan sejak masa gigi sulung dan gigi campuran. Pada masa ini faktor lingkungan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi, seperti kebiasaan menghisap ibu jari, bernafas melalui mulut atau mendorong lidah. Pengamatan kebiasaan buruk dan menghentikanya pada saat yang tepat dapat mencegah munculnya maloklusi di kemudian hari.

6. Gigitan silang (crossbite) anterior, posterior atau keduanya dengan atau tanpa disertai pergeseran seringkali bukan suatu kasus sederhana. Pada keadaan tertentu gigitan silang anterior, posterior atau keduanya dapat merupakan faktor penyulit dalam perawatan ortodonti, oleh karena itu seringkali memerlukan perawatan yang lebih komprehensif.

(7)

sampai berat (-4mm sampai -6 mm atau lebih)*, spacing 1-3 mm, spacing sedang sampai berat (4 sampai 6 mm atau lebih). Keadaan berjejal sedang sampai parah merupakan faktor penyulit dalam perawtan ortodonti sehingga memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif.

8. Interpretasi foto panoramik. Interpretasi foto panoramik dilakukan untuk banyak kepentingan. Dalam perawatan ortodonti interpretasi foto panoramik dilakukan untuk mengetahui apakah erupsi gigi dalam batas normal, ada tidaknya missing teeth; supernumerary, gigi ektopik dan gigi impaksi, atau dokter gigi sama sekali tidak mempunyai foto panoramik pasien. Erupsi gigi yang tidak normal seringkali menjadi faktor penyulit dalam perawatan ortodonti, dan seringkali memerlukan perawatan ortodonti yang komprehensif. Misalnya kasus gigi impaksi anterior seringkali memerlukan bantuan pembuatan window untuk mengembalikan ke posisi oklusi normal dengan menggunakan alat ortodonti cekat.

(8)

10. Kasus-kasus maloklusi untuk perawatan ortodonti terbatas adalah sebagai berikut: berjejal ringan; spacing ringan; penutupan diastema; space maintenance, space regaining, crossbite anterior; crossbite posterior. Kasus kasus tersebut dalam taraf tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodonti sederhana. Tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya faktor penyulit yang menyertai keadaan tersebut, jika terdapat faktor penyulit maka sebaiknya dipertimbangkan kembali rencana perawatan yang akan dilakukan.

Perawatan Ortodonti Terbatas Pada Kasus Gigi Berjejal Ringan.

Dalam menentukan diagnosis perawatan gigi berjejal ringan, klinisi perlu memeriksa model cetakan gigi, foto wajah dan foto rontgen untuk mengevaluasi berbagai parameter diagnostik. Karena overbite moderat dan keadaan gigi berjejal bukan sebagai faktor penyulit, maka kasus ini dapat di katagorikan sebagai kasus perawatan ortodonti terbatas. Perawatan kasus gigi berjejal ringan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kasus yang memerlukan gerakan tipping sederhana dapat dirawat dengan alat ortodonti lepasan.

(9)

A B

C

Gambar 2: A. Kasus gigi berjejal anterior rahang bawah

B. Model gigi insisif rahang bawah diptong pada interdental dan diatur pada posisi seharusya

C. Alat ortodonti lepasan dengan labial bow dan pegas tertutup rahang bawah di buat pada gigi ang telah diatur.

Parameter Diagnostic Mild Crowding Bishara hal 152 Box 13-2

Parameter Diagnostik

Jawaban Penutupan Diastema

1 a,a,a,a

2 a

3 a

(10)

Perawatan Ortodonti Terbatas Pada Kasus Spacing Ringan

Maloklusi kelas 1 pada masa gigi permanen disertai spacing ringan, overjet normal sampai overbite moderat dan tanpa crossbite termasuk dalam katagori perawatan terbatas. Perawatan dapat dilakukan dengan alat ortodonti lepasan. Namun demikian identifikasi ada tidaknya faktor penyulit harus tetap diperhatikan.

Gambar :

Perawatan spacing ringan

Kasus spacing ringan dapat dilakukan dengan menggunakan coil spring pada alat ortodonti lepasan. Jika terdapat overjet yang mencukupi maka kasus seperti ini dapat dirawat dengan labial bow saja.

(11)

Parameter Diagnostic Mild Spacing hal 154 box 13-3

Parameter Diagnostik

Jawaban Penutupan Diastema

1 A,a,a,a Hubungan molar dan kaninus kelas 1

2 A Maloklusi kelas 1

3 A Overbite normal

4 Overjet normal

5 Gigi permanen

6 Tidak ada crossbite

7 Spacing ringan 1-3 mm di lengkung rahang atas 8 Foto panoramik: interpretasi normal

9 Tidka diperlukan sefalogram lateral

10 Perawatan terbatas

11 Penutupan diastema

Penutupan Diastema di antara gigi –gigi Insisif Rahang atas. Diagnosis:

Pada kasus seperti ini: maloklusi kelas 1 Angle, pada masa gigi permanen disertai overbite, overjet dan tidak ada cross bite maka perawtan dapat dilakukan dengan alat ortodonti lepasan. Evaluasi overjet penting dilakukan pada pasien dengan diastema. Jika gigi –gigi maksila kontak dengan gigi-gigi insisif mandibula maka penuntupan diastema sulit dilakukan dengan tilpping gigi-gigi insisif rahang atas. Faktor ini sangat penting diperhatika pada perawatan diastema. Spacing idealnya hanya mencapai 2 mm untuk gigi-gigi maksila.

Parameter Diagnostik Penutupan Diastema (hal 156 box 13-4)

Parameter Diagnostik

Jawaban Penutupan Diastema

1 a,a,a,a Hubungan molar dan kaninus kelas 1

2 a Maloklusi kelas 1

3 a Overbite normal

4 Overjet normal

5 Gigi permanen

6 Tidak ada crossbite

7 Spsceing ringan 1-3 mm di lengkung rahang atas 8 Fot panoramik: interpretasi normal

9 Tidka diperlukan sefalogram lateral

10 Perawatan terbatas

(12)

Space Maintenance Diagnosis:

Pada masa gigi campuran meskipun sebagian besar parameter diagnostik tidak menunjukkan faktor penyulit, tetapi analisis TSALD pada gigi campuran perlu untuk dilakukan. Analisi dapat menunjukkan spacing berlebih, keadaan gigi berjejal berlebih, atau lengkung rahang yang mencukupi. Pada kasus gigi campuran dengan ruangan yang cukup maka evaluasi dilakukan pada pola erupsi gigi. Jika terdapat gigi permanen yang mengalami tanggal sebelum waktunya maka untuk mempertahankan panjang lengkung gigi perlu dibuat space maintener. Jika tidak ditemui faktor penyulit dan analisis kebutuhan ruangan menunjukkan ruangan cukup maka kasus seperti ini dikatakan sebagai kasu yang memerlukan perawatan terbatas dengan pemasanagn sapace mainteance.

Perawatan

Jika lengkung rahan yang ada cukup untuk gigi –gigi, maka lingual arch pada rahang bawah dapat dipasang untuk mencegah gigi molar pertama driffting ke mesial saat gigi suslug permanen tanggagl. Hal ini dikarenakan bahwa gigi molar pertama permanen cenderung untuk dirifting ke mesial jiak kontak proksimalnya hilang. Oleh karena itu

Parameter Diagnostic space regaining hal 157 box 13-5

(13)

Parameter Diagnostic ? Limeted Treatment Anterior Crossbite 159 box 13-6

Parameter Diagnostic ? Limeted Treatment Posterior Crossbite 161 box 13-7

Parameter

Tanda * : menunjukkan suatu faktor penyulit yang menyebabkan perlunya perawatan ortodonti komprehensif.

Gambar

Gambar 1:  Contoh kasus gigi berjejal ringan pada rahang atas dan rahang bawah                     dapat dirawat dengan  alat ortodonti sederhana
Gambar 2:  A. Kasus gigi berjejal anterior rahang bawah

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Nasional Indonesia, ialah Pendidikan yang baik materiil maupun spiritual membina Manusia dan Bangsa Sosialis Indonesia yang berjiwa

mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional... Schools,

Tujuan penelitian ini: 1) untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan penguasaan tata bahasa siswa setelah diterapkan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

Berdasarkan simpulan hasil penelitian eksperimen dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking stick berbantuan buku cerita terhadap keterampilan membaca

kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan

Simpulan penelitian ini yaitu metode role playing efektif diterapkan pada pembelajaran PKn materi keputusan bersama yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen

Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dibangunlah sebuah aplikasi mobile yang dapat membantu umat Muslim melaksanakan dengan baik dan benar maka dibuatlah