INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Oleh:
Aan Aprianto
0513010352/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh:
Albertus Mario Hertanto
0513010198/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
Oleh:
Albertus Mario Hertanto
0513010198/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH
UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI
TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
3.
Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
4.
Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
6.
Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
7.
Keluarga besar dari kedua orang tuaku, teman – teman Mudika St. Yusup dan
sahabat-sahabatku, serta orang terdekat lainnya yang tak bisa saya sebutkan
satupersatu yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi.
8.
Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2010
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 6
1.3.
Tujuan Penelitian ... 6
1.4.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 8
2.2.
Landasan Teori ... 13
2.2.1.
Laporan Keuangan ... 13
2.2.1.1.
Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.2.
Pemakai Laporan Keuangan ... 17
2.2.2.
Pengertian Laba ... 18
2.2.3.
Perataan Laba ... 19
2.2.3.1.
Pengertian Perataan Laba ... 19
2.2.3.2.
Teori Keagenan (Agency Theory) ... 20
2.2.4.
Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik
Perataan Laba ... 24
2.2.4.1.
Ukuran Perusahaan ... 24
2.2.4.2.
Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran
Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 25
2.2.4.3.
Profitabilitas ... 26
2.2.4.4.
Teori Yang Membahas Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 27
2.2.4.5.
Leverage Operasi ... 28
2.2.4.6.
Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage
Operasi Terhadap Perataan Laba ... 28
2.3.
Diagram Kerangka Pikir ... 29
2.4.
Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1.
Variabel Bebas (X) ... 31
3.1.2.
Variabel Terikatnya (depedent variabel) ... 32
3.2.
Teknik Penentuan Sampel ... 34
3.3.
Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.3.1.
Jenis Data ... 36
3.4.1.
Regresi Logit ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1.
Deskripsi Obyek Penelitian ... 39
4.1.1.
Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 39
4.1.2.
Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 40
4.1.3.
Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 42
4.1.4.
Sejarah PT. Astra International Tbk ... 43
4.1.5.
Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk ... 44
4.1.6.
PT. Prima Alloy Steel Tbk ... 45
4.1.7.
PT. Gajah Tunggal Tbk ... 45
4.1.8.
PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 46
4.1.9.
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk ... 46
4.1.10.
PT. Indospring Tbk ... 47
4.1.11.
PT. Multi Prima Sejahtera Tbk ... 48
4.1.12.
PT. Nipress Tbk ... 49
4.1.13.
PT. Selamat Sempurna Tbk ... 49
4.2.
Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.2.1.
Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan
(X
1) ... 50
4.2.2.
Deskripsi Mengenai Variabel Profitabilitas (X
2) ... 51
4.3.1.
Hasil Pengujian Hipotesis ... 55
4.4.
Hasil Pengujian Regresi Logistic ... 57
4.5.
Pembahasan ... 59
4.5.1.
Implikasi Hasil Penelitian ... 63
4.5.2.
Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang
Dengan Penelitian Terdahulu ... 64
4.6.
Keterbatasan Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1.
Kesimpulan ... 67
5.2.
Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008 ... 4
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Sekarang ... 12
Tabel 3.1
Seleksi Sampel ... 35
Tabel 4.1
Data Ukuran Perusahaan (X
1) Perusahaan Otomotif di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 50
Tabel 4.2
Data Profitabilitas (X
2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 51
Tabel 4.3 Data Leverage (X
3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 53
Tabel 4.4
Data Perataan Laba (Y) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 54
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Model Summary ... 55
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow ... 56
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Regresi Logistik Metode Enter ... 57
Tabel 4.8
Perbedaan Penelitian ... 64
ix
Lampiran 2
Rekapitulasi Data Variabel Profitabilitas (X
2)
Lampiran 3
Rekapitulasi Data Variabel Leverage (X
3)
Lampiran 4
Rekapitulasi Data Variabel Perataan Laba (Y)
Lampiran
5 Hasil Perhitungan Keofisien Indeks Eckel Pada Perusahaan
Lampiran 2
Rekapitulasi Data Variabel Profitabilitas (X
2)
Lampiran 3
Rekapitulasi Data Variabel Leverage (X
3)
Lampiran 4
Rekapitulasi Data Variabel Perataan Laba (Y)
Lampiran
5 Hasil Perhitungan Koefisien Indeks Eckel Pada Perusahaan
Albertus Mario Hertanto
Abstrak
Krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekarang ini
memberikan dampak dalam dunia perinvestasian. Hal ini pula yang mendorong
manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Kecenderungan
investor yang berpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang
digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut disadari oleh manajemen.
Sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (disfunctional behaviour)
yang salah satu bentuknya adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).
Perataan laba digunakan untuk menciptakan laba yang stabil, mengurangi
fluktuasi yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk
meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel penelitian adalah ukuran perusahaan (Xı), profitabilitas (X
2),
leverage (X
3) dan perataan laba (Y) Sampel penelitian ini 10 perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2008 sedangkan Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi
responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh
sampel. Teknik analisis dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa diduga
ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak dapat terbukti kebenarannya..
Keywords: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,perataan laba
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekarang ini memberikan dampak dalam dunia perinvestasian. Hal ini pula yang mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar aktivitas operasi perusahaan tetap terjaga sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga dapat mengurangi dampak dari krisis ekonomi global.
Kinerja manajemen tercermin atau terlihat dari laporan keuangan yang dibuat. Laporan keuangan perusahaan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak–pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal yaitu : manajemen, karyawan perusahaan, pemegang saham atau pemilik perusahaan, kreditor dan Pemerintah.
Menurut Jin dan Machfoedz (1998) diantara pihak–pihak tersebut, terdapat pertentangan kepentingan antara pihak internal dan pihak eksternal yang dapat mendorong timbulnya pihak–pihak yang bertentangan tersebut. Pertentangan yang dapat terjadi diantara pihak–pihak tersebut antara lain : 1. Manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraan sedangkan
2. Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.
3. Manajemen ingin membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan pusat perhatian utama dari pihak–pihak yang berkepentingan tersebut karena informasi laba dapat membantu pihak–pihak tersebut untuk menaksir kelangsungan usaha (going concern) perusahaan di masa yang akan datang.
Kecenderungan investor yang berpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut disadari oleh manajemen. Sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (disfunctional behaviour) yang salah satu bentuknya adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).
Dalam penelitian sebelumnya diketahui tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan perusahaan dalam industri yang berisiko karena perusahaan tersebut ingin memperlihatkan bahwa laporan keuangannya lebih baik dan tingkat fluktuasinya tidak terlalu tinggi sehingga dapat menarik investor.
Efek Jakarta dan mengindikasikan bahwa faktor–faktor yang mendorong praktek perataan laba diantaranya adalah leverage operasi, ukuran perusahaan, keberadaan perencanaan bonus dan sektor industri. Penelitian dari Albretch dan Richardson (1990) dalam Suwito dan Herawaty (2005) yang menyatakan bahwa perusahaan–perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan–perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor.
Adapun motivasi manajer melakukan perataan laba yaitu : a. Mengurangi total pajak.
b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena pelaporan
penghasilan yang meningkat tajam memberikan kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
informasi yang akurat tentang laba yang dihasilkan oleh mereka. Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktek perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai penyalahgunaan yang umum dalam pelaporan keuangan seharusnya diwaspadai oleh pemakainya dan McHugh (1992) menjelaskan bahwa perataan laba merupakan manipulasi atas laporan keuangan (Jatingrum, 2006)
Tabel 1.1 Data Laba (jutaan Rupiah) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008
LABA PERUSAHAAN AVERAGE
No NAMA PERUSAHAAN
2006 2007 2008
1 PT. Astra Internasional, Tbk 3,712,097 6,519,273 9,191,000 6,474,123
2 PT. Astra Otoparts, Tbk 282,058 454,907 566,025 434,330
3 PT. Prima Alloy Steel, Tbk -2,761 2,773 -14,813 -4,933 4 PT. Gajah Tunggal, Tbk 118,401 90,841 -624,788 -415,546
5 PT. Goodyear Indonesia, Tbk 25,397 42,399 512 22,769
6 PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk 1,248 1,382 40,830 14,827
7 PT. Indospring, Tbk 2,172 9,888 31,827 14,809
8 PT. Multi Prima, Tbk -939 18,034 4,763 7,286
9 PT. Nipress, Tbk 7,650 6,394 1,550 5,198
10 PT. Selamat Sempurna, Tbk 66,175 80,324 91,471 79,323
Rata-rata 421,150 722,621 928,863
Sumber : Indonesian capital Market Directory dan LPM GiKA
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan berusaha menganalisis bagaimana pengaruh faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006–2008. Variabel ukuran perusahaan dipilih karena dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser dan Herlina (2003 dalam Juniarti dan Corolina (2005) menyimpulkan bahwa perusahaan besar lebih cenderung melakukan perataan laba karena ingin menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan mengakibatkan kanaikan pajak dan penurunan laba yang drastis akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dari pihak eksternal.
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
LEVERAGE OPERASI TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)”
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia ?”
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti lain
2. Bagi investor
Memberikan informasi kepada para investor dalam mengambil keputusan mengenai investasi saham atau menanamkan modalnya, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Bagi kreditor
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan
skripsi yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah
dilakukan. Hanya saja yang membedakan adalah waktu dan objek
penelitiannya. Dan penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh
a. Juniarti dan corolina (2005)
Judul : “Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Surabaya”.
Rumusan Masalah :
Apakah besaran perusahaan, profitabilitas, sektor industri perusahaan
memiliki pengaruh terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan go public di BES ?
Hipotesis :
1. Tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara besaran perusahaan,
profitabilitas, sektor industri perusahaan perata laba dengan
perusahaan bukan perata laba.
2. Besaran perusahaan, profitabilitas, sektor industri perusahaan tidak
Kesimpulan :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata dengan
bukan perata laba, sedangkan variabel total aktiva dan sektor industri
tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
2. Faktor besaran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri
perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan
laba.
3. Hasil pengujian hipotesis kedua (H02) diperkuat dengan hasil
pengujian multivariate kedua dan multivariate ketiga yang
menunjukkan nilai signifikan diatas 5%, berarti variabel independen
TA, PRFT, dan DSI konsisten dengan pengujian multivariate pertama,
yaitu tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
b. Tuty dan Indrawaty (2007)
Judul : “Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi”.
Rumusan Masalah :
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage perusahaan,
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba selama
periode krisis ekonomi.
Hipotesis :
2. Ukuran perusahaan mempengaruhi indeks perataan laba selama periode krisis ekonomi.
3. Profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi indeks perataan laba selama periode krisis ekonomi.
4. Financial leverage mempengaruhi indeks perataan laba selama krisis ekonomi.
Kesimpulan :
1. Perhitungan statistik menunjukkan indeks perataan laba sebelum krisis periode 1994-1997 tidak berbeda dengan indeks perataan laba selama
krisis ekonomi periode 1998-2001.
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001
3. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001. Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi
periode 1998-2001. Ini dibuktikan dari t hitung sebesar -5,126..
Dengan koefisien regresi -0,0553 , berarti bahwa setiap kenaikan
sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan indeks perataan laba
selama krisis ekonomi sebesar 0,052 %.
4. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001. Ini dibuktikan dari t hitung
Dengan koefisien regresi 0.06, berarti bahwa leverage sebesar 1%
akan mengakibatkan kenaikan indeks perataan laba selama krisis
ekonomi sebesar 0,06%.
c. Suwito dan Herawaty (2005)
Judul : “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta”.
Rumusan Masalah :
Apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio
profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit
margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di BEJ ?
Hipotesis :
Ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas
perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin
perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di BEJ ?
Kesimpulan :
Tidak ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas
perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin
perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Nama Judul Variabel
Tahun
Penelitian Sample
1. Juniarti dan Corolina (2005)
" Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Perusahaan Go Public di Bursa
Efek Surabaya "
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Sektor Industri
Y = Perataan Laba 1994-2001 tidak termasuk tahun 1997dan1998 54 perusahaan 2. Tuty dan Indrawaty (2007) " Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi "
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Financial Leverage Perusahaan Y = Perataan Laba 1994-2001 170 perusahaan 3. Suwito dan Herawaty (2005)
" Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang
Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta "
X1 = Jenis Usaha X2 = Ukuran Perusahaan X3 = Profitabilitas X4 = Leverage Operasi X5 = Net Profit Margin
Y = Perataan Laba 2000-2002 60 perusahaan 4. Hertanto (2009)
" Pengaruh Ukuran Perusahaan, profitabilitas, Leverage Operasi Terhadap
Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Leverage Operasi
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1997:17).
Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan meliputi
laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus
kas.urut urutan penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam
laporan-laporan tersebut adalah :
1. Laporan laba rugi adalah laporan yang melaporkan pendapatan dan
beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep
penandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan
menandingkan beban dan pendapatan yang dihasilkan selama
periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga
melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang
terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan (net
income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan maka
disebut rugi bersih (net loss).
2. Laporan ekuitas pemilik, melaporkan ekuitas pemilik dalam jangka
waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi,
karena dalam laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus
pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah
ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca.
3. Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
pada tanggal tertentu. Seksi aktiva biasanya disusun berdasarkan
urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversi menjadi kas atau
digunakan dalam operasi. Kas berada dalam urutan pertama, diikuti
oleh piutang, perlengkapan, asuransi dibayar dimuka, dan aktiva
lainnya. Kemudian disajikan aktiva yang sifatnya tetap, seperti tanah,
bangunan, dan peralatan. Dan pada seksi kewajiban utang usaha
merupakan satu-satunya kewajiban.
4. Laporan arus kas, laporan ini terdiri dari tiga seksi atau bagian
a) arus kas dari aktivitas operasi, seksi ini melaporkan ikhtisar
penerimaan dan pembayaran kas yang menyangkut perusahaan
b) arus kas dari aktivitas investasi, seksi ini melaporkan transaksi
kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap atau permanen
c) arus kas dari aktivitas pendanaan, seksi ini melaporkan transaksi
kas yang berhubungan dengan investasi pemilik, peminjam dana, dan
pengambilan uang oleh pemilik .
Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan memberikan informasi
mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan
Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Menurut
Baridwan (1997), informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi
ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya,
betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.
2. Dapat Dimengerti
Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam
bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian
para pemakai.
3. Daya Uji
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari
pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan
dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan
penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan
pada realita obyektif semata.
4. Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
5. Tepat Waktu
Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan
sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut.
6. Daya Banding
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi
keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif
diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan
yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara
wajar dan sesuai prinsip akuntansi berlaku umum posisi keuangan, hasil
operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal
perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan.
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.2.1.2. Pemakai Laporan Keuangan
Informasi laporan keuangan disusun sebagai alat untuk
mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi
keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri
dari pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal
perusahaan (pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, dan
profesi akuntansi).
Menurut Munawir (1997:2), pihak-Pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan yaitu :
1. Perusahaan (Manajer) : Untuk mengetahui posisi keuangan
perusahaan pada periode yang lalu, sehingga dapat menyusun
rencana yang lebih baik, dapat memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijaksanan-kebijaksanaannya
2. Kreditur : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan yang
bersangkutan sebelum mengambil keputusan memberi atau
menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan.
3. Investor : memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana
mereka akan menanamkan modal.
4. Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer
dalam menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang
diperoleh.
5. Pemerintah : memerlukan laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan besarnya pajak.
6. Karyawan : untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
7. Masyarakat : memperoleh kontribusi (sumbangan) dari perusahaan
mengenai jumlah orang yang diperkejakan dan perlindungan pada
penanaman modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.
2.2.2. Pengertian Laba
Secara teknis akuntansi, laba adalah selisih antara pendapatan
ditambah utang dan biaya ditambah rugi. Dengan kata lain, laba adalah
selisih bersih penghasilan dikurangi rugi.
Laba sebenarnya mengandung makna bersih atau netto yaitu
sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba
yang diakumulasikan selama beberapa periode disebut dengan
(penghasilan bersih) dalam beberapa periode (jangka panjang). Oleh
karena itu, earnings untuk satu periode disebut juga laba (Suwardjono,
2002 :74)
2.2.3. Perataan Laba
2.2.3.1. Pengertian Perataan Laba
Perataan laba atau income smoothing merupakan salah satu pola
dalam manajemen laba (earnings management). Manajemen laba dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam
batasan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU), untuk mengarah pada
suatu tingkat laba yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Menurut
Belkaoui (1993), perataan laba merupakan normalisasi laba yang
dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu
(Chariri dan Ghozali, 2003:231).
Menurut Beidlemen (1973) dalam Chariri dan Ghozali (2003:231),
definisi perataan laba adalah usaha yang disengaja untuk meratakan atau
mengurangi fluktuasi tingkat laba sehingga pada saat sekarang dianggap
normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan
suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal
laba dalam batas–batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip
manajemen yang wajar. Manajemen melakukan perataan laba untuk
2.2.3.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Praktik perataan laba merupakan salah satu pola dalam manajemen
laba. Sementara itu, teori keagenan menjadi dasar timbulnya manajemen
laba (earnings management), sehingga praktik perataan laba didasari oleh
teori keagenan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2003:153-154), konsep
keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent
Principal mempekerjakan agent. Di dalam perusahaan, pemegang saham
bertidak sebagai principal dan CEO (Chief Executive Officer)sebagai
agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan dan mengharapkan CEO
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Salah satu elemen
kunci dari teori keagenan adalah bahwa principal dan agent mempunyai
perbedaan preferensi dan tujuan.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak
atas kepentingan mereka sendiri sehingga menimbulkan kepentingan
anatara principal dan agent . Pihak principal termotivasi mengadakan
kontrak untuk menyejahterakan dirinya dalam profitabilitas yang selalu
meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan
semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor
dengan keinginan pemegang saham. Tanpa pemonitoran, hanya agent
yang mengetahui apakah dia bekerja atas kepentingan terbaik principal.
2.2.3.3. Motivasi Melakukan Perataan Laba
Beberapa alasan yang digunakan untuk menjelaskan mengapa
manajer melakukan perataan laba. Dalam Chariri dan Ghozali
(2003:231), Heyworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang
mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki
hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan serta meratakan siklus
bisnis melalui proses pskiologis, misalnya mengurangi pajak terutang,
meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan karena
pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan gaji dan upah, meningkatkan kepercayaan diri
manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung
kebijakan dividen yang stabil pula dan meningkatkan nilai perusahaan.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan,
perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut
terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan
karyawan dan pemilik perusahan, Sedangkan bagi pemilik perusahaan
adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat
2.2.3.4. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya merupakan cara untuk
mencapai perataan angka income. Dasher dan Malcolm (1970) dalam
Belkaoui (2001:107) membedakan perataan laba ke dalam dua tipe,
yaitu :
1. Perataan Riil (Real Smoothing)
Perataan riil menunjuk pada transaksi aktual yang dilakukan atas dasar
pengaruh perataannya terhadap income.
2. Perataan Artifisial (Artificial Smoothing)
Perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi yang
diimplementasikan untuk memindahkan cost atau revenue dari satu
periode ke periode yang lain.
Barnea et.al. (1976) dalam Belkaoui (2001:107-108) membagi
perataan laba ke dalam tiga dimensi, yaitu :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi.
Artinya, manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi
sedemikian rupa sehingga pengaruhnya terhadap income yang
dilaporkan akan cenderung memperkecil variasinya antar waktu atau
mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri,
misalnya pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak
perusahaan yang mengharapkan kebijaksanaan diskon dan kredit
penjualan pada bulan terakhir tiap kuartal, sehingga laba kelihatan
stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.
Artinya, manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan
pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan
meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan
pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode tertentu untuk
menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi
Artinya, ketika statistik laporan keuangan selain net income (selisih
bersih semua revenue dan expenses) merupakan obyek perataan,
manajemen dapat mengklasifikasi item–item laporan income untuk
mengurangi variasi antar waktu dalam statistik tersebut. Manajemen
memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan
pos–pos laba rugi dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika
pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan maka manajer dapat
mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan
non operasi. Hal ini dapat digunakan sewaktu–waktu untuk meratakan
laba dengan melihat kondisi pendapatan periode itu.
2.2.3.5. Tujuan Perataan Laba
Dwiatmini dan Nurkholis (2001:29) dalam Sherlin (2005:16)
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan
tersebut memiliki resiko rendah,
2. memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi
terhadap laba di masa yang akan datang,
3. meningkatkan kepuasan relasi bisnis,
4. meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen dan
5. meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
2.2.4. Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba
dalam penelitian ini antara lain :
2.2.4.1. Ukuran Perusahaan
Chariri dan Ghozali (2003:231), Gordon (1964) mengajukan
proposisi yang berkaitan dengan perataan laba, yaitu kriteria yang
digunakan manajemen dalam memilih metode akuntansi adalah untuk
memaksimumkan kepuasannya yang merupakan fungsi dari salah satu
tingkat pertumbuhan besaran atau ukuran (size) perusahaan.
Jin dan Machfoedz (1998:188), Moses (1987) berhasil
membuktikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataaan
laba yang dilakukan oleh perusahaan. Jin dan Machfoedz (1998:189)
dalam analisis deskriptifnya, dan Narsa et.al. (2003:143) yang
menyebutkan bahwa perusahaan–perusahaan yang melakukan praktik
Menurut Suwardjono (2005:252), Financial Accounting Standards
Board (FASB) menyatakan bahwa “ Assets are probable future economic
benefit obtained or controlled by partycular entity as a result of past
transactions or events. “ Artinya, aset adalah manfaat ekonomi di masa
mendatang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan
oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Aset
merepresentasi kemampuan badan usaha untuk menyediakan barang dan
jasa serta menghasilkan laba.
2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Moses (1987) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi
subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan
masyarakat umum/general public).
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh
Teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas (1763) dalam
Siagian (1987:202) yang dikenal dengan Teori Bayes mengatakan
dengan tindakan atau alternatif yang ada maka kita dapat memperkirakan
resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tindakan dari tiap
keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Maksud dari teori ini adalah
aktiva perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan tidak sesuai dengan
yang diinginkan oleh manajer, sehingga manajer menaikkan atau
menurunkan nilai aktiva agar sesuai dengan yang diinginkannya.
Ukuran perusahaan yang sering digunakan adalah nilai aktiva
perusahaan. Nilai aktiva dipakai sebagai ukuran perusahaan karena
selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena
perusahaan yang besar selalu diidentikan dengan nilai aktiva yang besar
pula. Keadaan ini membuat manajer termotivasi untuk melakukan
perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai laporan
keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai
perusahaan pada angka nilai aktiva.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi yang
mendorong manajer untuk melakukan perataan laba adalah anggapan
bahwa manajer percaya para pemakai laporan keuangan masih
mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka
nilai aktiva.
2.2.4.3. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba. Hanafi dan Halim (2003:83) menuliskan
ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu profit margin, return on total
asset (ROA) dan return on equity (ROE). Profit margin dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan
kemampuan aset perusahaan memperoleh laba dari aktivitas perusahaan
(Hanafi dan Halim, 2003:84). ROE adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham
tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:85). ROE yang diteliti dalam penelitian
ini karena rasio tersebut merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham. Jin dan Machfoedz (1998:189) menemukan
bahwa adanya kecenderungan perusahaan yang memiliki rata–rata
profitabilitas rendah untuk melakukan praktik perataan laba, namun
profitabilitas bukan faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba.
2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa
individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan
dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang
diharapkan dapat berupa intrisic (seperti penghargaan atau harga diri)
maupun ekstrinsik (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam
Robbins, 2003:229).
Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai
dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha
menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja
manajemen terlihat baik. Dalam hubungan profitabilitas dengan perataan
laba Ashari et.al. (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005:138)
kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum
yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan yang
akan dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan.
2.2.4.5. Leverage Operasi
Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana
di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya
tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375).Rasio leverage
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang.
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai resiko
rugi lebih besar tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba
yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah
memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang
menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika
kondisi ekonomi membaik.
2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori akuntansi positif (positive accounting theory) beranggapan
bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam proses
pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal
hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan
hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan
Zimmerman dalam Gumanti, 2001:167).
Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba.
Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan
lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Leverage operasi
timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan
biaya tetap (Atmini, 2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki
leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu,
perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi
biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi
ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.
[image:43.612.178.496.485.650.2]2.3. Diagram Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir
Uji Statisitik
Regresi Logistic
sahaan UkuranPeru X1:
an asPerusaha ofitabilit
X2:Pr
rusahaan LeveragePe
X3:
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
Ha : Diduga ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage
operasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur
konstrak variabel tersebut.
Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari
kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel
sebagai berikut :
3.1.1.Variabel Bebas (X)
a) Ukuran perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan
yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan
dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
UP = Total Aktiva
(Jin dan Machfoedz, 1998)
b) Profitabilitas (X2)
Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk
menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor
Variabel ini diukur menggunakan Net Profit Margin (NPM)
dengan skala pengukuran adalah skala rasio.
Penjualan Total
Pajak Setelah Bersih
Laba NPM =
(Suwito dan Herawaty, 2005)
c) Leverage operasi (X3)
Leverage operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan
mempunyai biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar volume
kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan
penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan
biaya tetap. skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :
Leverage =
Aktiva Total
g Hu
Total tan
(Riyanto, 1995:333)
3.1.2.Variabel Terikatnya (depedent variabel)
a. Perataan Laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target
yang diinginkan.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Perataan
Laba”. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai
1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba
diberi nilai 0. Tindakan perataan laba diuji dengan menggunakan indeks
Indeks Perataan Laba = S CV I CV ∆ ∆ Dimana :
∆I : Perubahan laba dalam suatu periode
∆S : Perubahan penjualan dalam suatu periode
CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan.
Apabila : CV ∆I > CV ∆S , Maka perusahaan tidak digolongkan
sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba.
CV ∆I : koefisien variasi untuk perubahan laba.
CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.
Dimana CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
CV∆I dan CV∆S =
value ected iance exp var atau
CV ∆ I dan CV ∆ S =
− − ∆ − ∆ − ∆ ∑ x n x x : 1 2 Dimana :
∆x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)
antara tahun n dengan n-1
∆X : Rata–rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) penjualan
(S) antara tahun n dengan n – 1
n : Banyaknya tahun yang diamati.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah himpunan individu, unit, unsur atau elemen yang
memiliki cara atau karakteristik yang sama. Populasi yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan tahun 2006 hingga 2008.
b. Sampel
Sampel merupakan elemen dari populasi yang dijadikan objek
penelitian (Indriantora dan Supomo, 2002 : 115). Sampel yang dijadikan
objek dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipilih berdasarkan metode
purposive sampling (pemilihan sampling bertujuan). Metode purposive
sampling yaitu suatu metode pengumpulan sampling berdasarkan data
yang sudah diketahui sebelumnya dari suatu populasi yang dapat menjadi
sumber data yang diinginkan dan diperlukan serta berdasarkan
ketersediaan data yang sangat terbatas.
Pada penelitian ini pemilihan sampel didasarkan pada tipe
pertimbangan (judgement sampling), yaitu tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan
pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 131).
Kriteria pemilihan sampel penelitian ini sebagai berikut :
2) Perusahaan otomotif yang sahamnya masih aktif diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia.
3) Perusahaan otomotif yang menerbitkan laporan keuangan secara
kontinyu selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 di Bursa Efek
Indonesia.
[image:49.612.167.511.282.501.2]4) Perusahaan otomotif yang tidak didelisting selama periode 2006-2008.
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI sampai
tahun 2008.
Perusahaan otomotif yang yang didelisting sampai
dengan tahun 2008.
Perusahaan otomotif yang sahamnya sudah tidak
aktif di perdagangkan di BEI.
14 perusahaan
(3) perusahaan
(1) perusahaan
Jumlah sampel akhir 10 perusahaan
Berdasarkan kualifikasi diatas diperoleh 10 perusahaan yang akan
dijadikan sampel penelitian, perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
PT. Astra Internasional, PT. Astra Otoparts, PT. Prima Alloy Steel , PT.
Gajah Tunggal, PT. Goodyear Indonesia, PT. Indomobil Sukses
International, PT. Indospring, , PT. Multi Prima Sejahtera, PT. Nipress,
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber–sumber
yang telah ada.. berupa neraca per 31 desember 2006–31 desember 2008,
laporan laba rugi untuk periode yang berakhir 31 desember 2006–
31 desember 2008 dan catatan atas laporan keuangan tahunan untuk
periode yang berakhir 31 desember 2006–31 desember 2008 perusahaan
otomotif yang terdaftar di BEI.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory, juga dari perpustakaan Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data
total aktiva (total asset), laba bersih setelah pajak (earning after tax),
penjualan bersih (net sales), harga penutupan saham, dan jumlah saham
yang beredar.
3.3.3. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan jalan mencatat dokumen-dokumen yang ada di BEI yang
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Logistik
Analisis Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh
sejumlah variabel independen x1, x2, … , xkterhadap variabel dependen y
yang berupa variabel kategorik (binomial, multinomial atau ordinal) atau
juga memprediksi nilai suatu variabel dependen y (yang berupa variabel
kategorik) berdasarkan nilai variabel-variabel independen x1, x2, … , xk.
SPSS menyediakan tiga prosedur regresi logistik yaitu :
1. Regresi Logistik Biner, adalah regresi logistik di mana variabel
dependennya berupa variabel biner. Contohnya adalah : sukses–gagal,
ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, pria-wanita dan seterusnya.
2. Regresi Logistik Multinomial, adalah regresi logistik di mana variabel
dependennya berupa variabel kategorik yang terdiri dari dua nilai
seperti : merah, biru, kuning, Kristen, Islam dan seterusnya.
3. Regresi Logistik Ordinal, adalah regresi logistik di mana variabel
dependennya berupa variabel dengan skala ordinal seperti : sangat
setuju, setuju, netral, tak setuju, sangat tidak setuju.
Model logit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi Logistik Biner dengan bentuk sebagai berikut.
Logit (π j)=Ln j j
π π
−
Dimana : β 0 = konstanta
β
1 = koefisienxi = predikator ke-i
π
= probabilitasTahap pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis (H0)
H0 = tidak terdapat pengaruh antara X1,X2,X3terhadap Y.
Hi = Terdapat pengaruh antara X1,X2,X3 terhadap Y.
2. Menentukan kriteria penerimaaan atau penolakan H0 dimana
akan didasarkan pada signifikansi (probabilitas).
• Jika probabilitas >0,05 H0 diterima
• Jika probabilitas <0,05 H0 ditolak
Untuk pengujian analisis dengan statistik deskriptif digunakan
program Microsoft Excel untuk menghitung rata-rata dan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel independen. Sedangkan untuk
pengujian hipotesis dengan statistik inference yaitu multivariate
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Pasar Modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya
sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan pemerintah
kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk
menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik
orang-orang Belanda di Indonesia. Para investor yang berkecimpung di bursa efek
pada waktu itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya.
Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan
didirikannya Vereniging woor de Efefectenhandel di Jakarta pada tanggal 14
Desember 1912. Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu
cukup menggembirakan, sehingga pemerintahan kolonial Belanda terdorong
untuk membuka bursa efek dikota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11
Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang
mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak
menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di
Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan
juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan
ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia
menjadi terhenti.
Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan
dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-undang
darurat No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa efek di
Indonesia. Berdasarkan Undang-undang tersebut, kemudian ditetapkan
sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka
kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum PD II.
Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada
tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia secara resmi
membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public
PT. Semen Cibinong.
Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada
tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang. Pemerintah
memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional tentang
pelaksanaan bursa efek.
4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan
mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912,
didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal
sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan
kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan
oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan
saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda
sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika
pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani
oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah
Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham
pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan
sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. pada tahun 1991,
bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi
salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham
menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak
baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta
Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi
yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat
memfasilitasi perdagangan saham dengan ftrekuensi yang lebih besar dan
lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem
perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan
tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan
saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan
jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar,
efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan
kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang
memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa
lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi
investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa,
trasparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis
dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap
memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk
PT. Astra Internasional Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun
1957 dengan nama PT. Astra International Incorporated, berdasarkan Akta
Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957. Akta pendirian
ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957. Anggaran Dasar Perseroan
telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan seluruh anggaran
dasar agar sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun
1995 dilakukan dengan akta Notaris Benny Kristianto No. 61 tanggal 11
Juni 1997. Perubahan ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-6452HT.01.04.Th.97 tanggal 9
Juli 1997. Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Notaris P.S.A.
Tampubolon, S.H. No. 30 tanggal 25 Maret 1999. Perubahan tersebut
meliputi pemberian wewenang kepada direksi Perseroan untuk melakukan
penerbitan saham dan / atau efek bersifat ekuitas tanpa memberikan hak
diterbitkan menurut peraturan pasar modal yang berlaku saat itu dan dengan
persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran
Dasar ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dan telah diterima dan dicatat berdasarkan Surat Keputusan No.
C2-5625.HT.01.04.Th.99 tanggal 30 Maret 1999.
Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat
berlokasi di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Perseroan
memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1957.
4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk
PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta
notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya,
S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari
1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208
tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11
Mei 2000 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta , terutama mengenai
pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran tersebut
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundangan dengan
surat keputusan No. C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000
dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26
Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan
bermotor baik impor maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang
industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.
Perusahaan ini mulai kegiatan komersialnua pada tahun 1991 dan memiliki
divisi perdaganga yang beroperasi di Singapura.
4.1.6. PT. Prima Alloy Steel Tbk
PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (Perusahaan) didirikan
dengan akta Notaris M.M. Lomanto, S.H. No. 22 tanggal 20 Februari
1984, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. C2-2315-HT.1985 tanggal 25 April 1985
dan diumumkan dalam Berita Negara No. 27 tanggal 3 April 1987.
Kegiatan perusahaan meliputi industri rim, stabilizer dan peralatan
lain dari alloy aluminium dan baja, serta perdagangan umum untuk
produk-produk tersebut. Perusahaan berlokasi di Jl. Muncul No. 1, Gedangan ,
Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1986 dan
berstatus PMDN pada tanggal 12 September 1986.
4.1.7. PT. Gajah Tunggal Tbk
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan