• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak dengan Niat Wajib Pajak sebagai Pemoderasi (Studi pada Wajib Pajak Badan Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak dengan Niat Wajib Pajak sebagai Pemoderasi (Studi pada Wajib Pajak Badan Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar)."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

TESIS

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI NIM : 1491661005

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN

PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT

WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Pajak Madya Denpasar)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI LUH GEDE MAHAYU DICRIYANI NIM 1491661005

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 18 Juli 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi.,Ak.,CPA Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak NIP. 19591202 198702 1 001 NIP. 19660726 199203 2 002

Mengetahui

Ketua Direktur

Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

(5)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 18 Juli 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor : 3087/UN14.4/HK/2016, Tanggal 01 Juli 2016

Ketua : Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA

Sekretaris : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak

Anggota :

1. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak

2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak

(6)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani

NIM : 1491661005

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan

Pada Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Niat Wajib Pajak

Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di

Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya

sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat

plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun

2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Denpasar, 01 Juli 2016

Mahasiswa,

Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas

Asung Wara Nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi.,Ak.,CPA

pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan

saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan

tesis. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr.Ni Made

Dwi Ratnadi,SE,MSi.,Ak, selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, MSi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

(8)

vii

rasa terima kasih kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak., Ketua

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr.

Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, AK, Ketua Program Magister Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih

penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE,

MSi.,Ak, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi.Ak., dan Dr. Maria M. Ratna Sari

SE, MSi. Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi

sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis

selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan

XIV atas kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama perkuliahan.

Kedua orang tua Bapak I Made Marsa Arsana dan Ibu Ni Nyoman Yuniati dan

adik tercinta I Made Mahayuda Sedana yang selalu memberikan dukungan

morilnya kepada penulis.

Denpasar, 01 Juli 2016

(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak

Madya Denpasar)

Tujuan penelitian yang dilakukan pada sektor Perdagangan Besar dan eceran; reparasi mobil dan motor adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak memoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta niat wajib pajak memoderasi pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.

Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui teknik survei dengan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah moderation regression analysis (MRA). Penentuan sampel dilakukan dengan metode non-probability dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 83 wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar.

Hasil yang diperoleh adalah kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta niat wajib pajak memperlemah pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak.

(10)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE QUALITY OF TAX SERVICE AND KNOWLEDGE OF TAXTION AGAINST BEHAVIOR COMPLIANCE

TAXPAYERS WITH THE INTENTION OF TAXPAYERS AS MODERATING VARIABLE

(a study of taxpayers agency listed in the tax office madya denpasar)

The purpose of this research at sector wholesale and retail; repair of car and motorcycles is to find and get empirical evidence influence the quality of tax and taxpayers behavior on conduct compliance taxpayers, intention taxpayers moderating influence the quality of tax on conduct compliance taxpayers and intention taxpayers moderating influence knowledge set in compliance taxpayers behavior.

The data used was primary data gathered to technique survey with the questionnaire. Analysis techniques the data used was moderation regression (MRA) analysis. The determination of sample done with the probability to technique purposive sampling. The total sample used as many as 83 taxpayers body enrolled in the tax office Madya Denpasar.

The results showed that the quality of the tax service has not been affecting the behavior compliance taxpayers, knowledge taxation impact on behavior compliance taxpayers, intention taxpayers strengthen the influence of the quality of tax service on conduct compliance taxpayers and intention taxpayers weakened the influence of knowledge tax on conduct compliance taxpayers.

(11)

x

RINGKASAN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN

WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar)

Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan Negara Indonesia. Besarnya penerimaan pajak dalam APBN mengharuskan fiskus lebih mengawasi wajib pajak, hal tersebut dikarenakan sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment. Besaran rencana penerimaan negara dari sektor pajak tidak diimbangi dengan peningkatan tax ratio, dimana tax ratio Indonesia tahun 2015 masih di bawah 11 persen. Seharusnya, untuk negara besar seperti Indonesia, tax ratio harus mencapai 13 sampai 14 persen. Hal tersebut terlihat dari penerimaan negara di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) madya denpasar yang tidak mencapai target. Rendahnya realisasi penerimaan pajak dan tax ratio, dikarenakan masalah kepatuhan wajib pajak (WP), hal tersebut terlihat dari banyak WP yang tidak menyampaikan kewajiban sesuai dengan seharusnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak serta menguji niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada kepatuhan wajib pajak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan metode penentuan sampel adalah puposive sampling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian sebanyak 83.

Variabel penelitian terdiri dari kualitas pelayanan pajak (X1) dan

pengetahuan perpajakan (X2) sebagai variabel independen, perilaku kepatuhan

wajib pajak (Y) sebagai variabel dependen, sedangkan niat wajib pajak (X3)

sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Sebelum melakukan analisis regresi moderasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari data residual yang berdistribusi tidak normal, gejala multikolinearitas, serta model regresi mengandung heteroskedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji F dan uji t. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model sudah fit, dapat dilihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,900 yang berarti bahwa 90 persen variabel perilaku kepatuhan wajib pajak mampu dijelaskan oleh variabel kualitas pelayanan wajib pajak, pengetahuan perpajakan, interaksi kualitas pelayanan wajib pajak dengan niat wajib pajak, interaksi pengetahuan perpajakan dengan niat wajib pajak, sedangkan sisanya sebesar 10 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. Hasil uji F memiliki nilai

(12)

xi

penelitian ini adalah layak (fit). Rumusan hipotesis pertama, yaitu: kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa Hasil uji hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b1) adalah -0,070 dengan angka

probabilitas dan signifikansi sebesar 0,062> 0,05; maka H1 tidak terbukti. Hasil

analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H2). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa

nilai koefisien beta (b2) adalah 0,654 dengan angka probabilitas dan signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05;maka H2 terbukti. Hasil analisis menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Niat wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H3). Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa nilai

koefisien beta (b4) adalah 0,002 dengan angka probabilitas dan signifikansi

sebesar 0,001< 0,05;maka H3 terbukti. Hasil analisis menunjukkan bahwa niat

wajib pajak memperkuat pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Niat wajib pajak memperkuat pengaruh pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak (H4). Hasil uji hipotesis keempat

menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b5) adalah -0,007 dengan angka

probabilitas dan signifikansi sebesar 0,017< 0,05;maka H4 tidak terbukti. Hasil

(13)

i

PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 30

3.2 Konsep Penelitian ... 33

3.3 Hipotesis Penelitian ... 33

3.3.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 33

(14)

ii

3.3.3 Niat wajib pajak memoderasi hubungan kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib

pajak ………... 35

3.3.4 Niat wajib pajak memoderasi hubungan pengetahuan perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak ………... 36

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 39

4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

4.6 Instrumen Penelitian ... 45

4.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45

4.6.2 Skala Pengukuran ... 45

4.6.3 Method of Succesive Interval (MSI) ... 46

4.6.4 Pengujian Validitas dan reliabilitasnya ... 47

4.8 Analisis Data ... 48

4.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.8.2 Uji Kelayakan Model………... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 53

5.1.1 Sample Penelitian ... 53

5.1.2 Transpormasi Data ... 54

5.1.3 Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

5.1.4 Deskripsi Responden Penelitian ... 56

5.1.5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

5.1.6 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 63

5.4.1 Pengaruh kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak... 68

(15)

iii

5.4.3 Niat wajib pajak memoderasi hubungan kualitas pelayanan pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak ………... 70 5.4.4 Niat wajib pajak memoderasi hubungan pengetahuan

perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak

………... 72

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ... 74 6.2 Saran ... 75

(16)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuisioner ... 53

5.2 Deskripsi Responden ... 57

5.3 Statistik Deskripsi Variabel Kualitas Pelayanan Pajak ... 58

5.4 Statistik Deskripsi Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 59

5.5 Statistik Deskripsi Variabel Niat Wajib Pajak ... 61

5.6 Statistik Deskripsi Variabel Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak ... 62

(17)

v

DAFTAR GAMBAR

(18)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Lampiran 2 Tabulasi Data Lampiran 3 Transformasi Data Lampiran 4 Uji Validitas Lampiran 5 Uji Realiabilitas

Lampiran 6 Deskripsi Data Penelitian Lampiran 7 Uji Normalitas

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan

Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) Tahun Anggaran 2016 pendapatan Negara direncanakan sebesar Rp1.822

triliun, pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan direncanakan sebesar

Rp1.546 triliun atau sekitar 85 persen APBN dari sektor pajak (UU 14 TAHUN

2015). Besarnya penerimaan pajak dalam APBN mengharuskan fiskus lebih

mengawasi wajib pajak, hal tersebut dikarenakan sistem perpajakan Indonesia

menganut sistem self assessment. Self assessment merupakan suatu sistem dimana

wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan

jumlah pajak yang terhutang.

Besaran rencana penerimaan negara dari sektor pajak tidak diimbangi dengan

peningkatan tax ratio. Menurut Menteri Keuangan, Bambang dalam

www.kompas.com (2015), keterbatasan menggali potensi pajak membuat tax ratio

pajak tahun 2014 sangat kecil hanya 11 persen dibandingkan Produk Domestik Bruto

(PDB). Pada tahun 2015 tax ratio tidak mengalami peningkatan, dimana tax ratio

Indonesia tahun 2015 masih di bawah 11 persen. Seharusnya, untuk negara besar

seperti Indonesia, tax ratio harus mencapai 13 sampai 14 persen. Kecilnya

pencapaian tax ratio dikarenakan keterbatasan pada kemampuan menggali potensi

pajak itu sendiri. Maulana (2015) menyebutkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah

melakukan berbagai cara untuk dapat meningkatkan tax ratio, salah satunya melalui

(20)

2

dari hasil perhitungan World Bank tax ratio Indonesia pada tahun 2012 sebesar 12

persen tidak jauh berbeda sebelum diadakan sunset policy pada tahun 2007 sebesar

12,43 persen, Jika dibandingkan dengan negara ASEAN pada tahun 2012, tax ratio

Indonesia bisa dibilang masih dibawah rata-rata. Hal tersebut terlihat dari tax ratio

Malaysia 16,1 persen, Singapura 14 persen, dan Thailand 16,5 persen.

Bambang (2015) juga menyatakan bahwa penerimaan negara dari sektor

pajak kuartal I tahun 2016 baru mencapai Rp194 triliun lebih rendah dari realisasi

penerimaan pajak periode yang sama tahun 2015. Pada tahun 2015 kuartal 1

pencapaian penerimaan pajak Rp198,23 triliun atau sekitar 15 persen dari total

keseluruhan target 2015 sebesar Rp1.294 triliun.

Rendahnya pencapaian target penerimaan pajak juga terjadi di DJP Kantor

Wilayah Bali. Hal tersebut terlihat dari dua tahun terakhir DJP Kantor Wilayah Bali

gagal memenuhi pencapaian target penerimaan pajak. Antawidjaja (2015)

menyatakan bahwa pada 2014 DJP Kantor Wilayah Bali berhasil mengumpulkan

penerimaan pajak sebesar Rp6,27 triliun dari target penerimaan pajak sebesar Rp6,8

triliun. Melesetnya realisasi pajak itu dikarenakan selama ini petugas masih

mengandalkan proyek-proyek besar, selain itu melesetnya realisasi pajak juga

dikarenakan dari 8 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di Bali hanya 2 KPP saja

yang mampu memenuhi target penerimaan pajak mencapai 100 persen. Hal yang

sama juga terjadi pada tahun 2015, Tumakaka (2016) menyatakan bahwa pencapaian

target DJP Kator Wilayah Bali di tahun 2015 sebesar Rp 7,6 triliun atau 83,69 persen

dari target penerimaan pajak yang ditentukan sebesar Rp9,08 triliun. Melesetnya

(21)

3

tidak memenuhi traget, salah satunya adalah KPP Madya Denpasar yang pencapaian

targetnya tidak mencapai target 100 persen. Pencapaian target KPP Madya Denpasar

hanya 85,32 persen dari target yang telah ditentukan, jika dibandingkan dengan

pencapaian target KPP yang ada di Bali lainnya KPP Madya Denpasar menduduki

peringkat ke 4 dalam pencapaian target penerimaan negara. Berdasarkan persentase

pencapaian target penerimaan pajak seharusnya pencapaian target penerimaan negara

dapat mencapai 100 persen, hal tersebut dikarenakan wajib pajak yang terdaftar di

KPP Madya Denpasar adalah wajib pajak besar yang telah ditentukan oleh DJP,

dimana penetapan wajib pajak masuk ke KPP Madya salah satunya adalah jumlah

pajak yang telah dibayarkan.

Rendahnya realisasi penerimaan pajak dan tax ratio yang tidak mengalami

peningkatan menurut Bambang (2015), dikarenakan masalah kepatuhan wajib pajak

(WP), hal tersebut terlihat dari banyak WP yang tidak menyampaikan kewajiban

sesuai dengan seharusnya. Pencapaiaan target pajak perlu ditumbuhkan terus

menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan

kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan

pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan. Masalah kepatuhan pajak

merupakan masalah klasik yang dihadapi di hampir semua negara yang menerapkan

sistem perpajakan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan kesimpulannya adalah

masalah kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegakan hukum,

(22)

4

Rustiyaningsih (2011) yang menyatakan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi

penerimaan perpajakan di Indonesia adalah tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak

yang disiplin dan taat, serta tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran

pajak.

Heider (1958) menyatakan dalam teori atribusi setiap individu pada dasarnya

adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti

tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan

informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang

sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Menurut Heider (1958) terdapat dua

sumber atribusi tingkah laku: Atribusi internal atau atribusi disposisional dan

Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Atribusi internal merupakan tingkah laku

seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang

mendahului tingkah laku). Atribusi eksternal merupakan tingkah laku seseorang

disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.

Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan sudut pandang psikologi, yaitu

sesuai dengan teori atribusi perilaku kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan

teori atribusi dapat ditentukan dari kekuatan internal berupa pemahaman akan

peraturan perpajakan yang ada di Indonesia dan keuatan eksternal yang dapat dilihat

dari kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani

(23)

5

Menurut Fuadi dan Mangoting (2013), rendahnya kepatuhan wajib pajak

terhadap peraturan pajak diakibatkan oleh rendahnya kualitas pelayanan petugas

pajak. Menurut Zulaikha (2012) kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab membayar

pajak dan memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas. Hal tersebut didukung

oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fuadi dan Mangoting (2013), Murti

dkk. (2014), Hardiningsih dan Yulianawati (2011), Siregar dkk. (2012) dan Syahril

(2013) menyatakan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin meningkatnya kualitas pelayanan pajak,

maka kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya semakin

meningkat. Hasil yang berbeda dikemukan oleh Masruroh dan Zulaikha (2013),

Setiyoningrum dkk. (2014) dan Rukmana (2014) yang menyatakan bahwa kualitas

pelayanan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga tingkat

kepatuhan wajib pajak tidak dipengaruhi oleh peningkatan kualitas pelayanan pajak.

Kepatuhan wajib pajak selain dipengaruhi oleh kualitas pelayanan wajib

pajak yang sebagai faktor eksternal dari wajib pajak terdapat faktor internal wajib

pajak yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu pengetahuan perpajakan.

Menurut Razman (2005), rendahnya kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak

diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap

perpajakan. Richardson (2006) menyatakan bahwa pengetahuan pajak penting dalam

rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak. Dimana, wajib pajak akan mematuhi

(24)

6

Menurut penelitian Siregar dkk. (2012), Muarifah (2013), Adiasa (2013),

Handayani dkk. (2011) dan Murti dkk. (2014) menyatakan bahwa pengetahuan pajak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian Pranadata (2014) menyatakan bahwa pemahaman wajib

pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil yang

sama juga diperoleh oleh Hardiningsih dan Yulianawati (2011) menyatakan bahwa

pengetahuan peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar

pajak. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan yang diterima wajib pajak atau

pengetahuan wajib pajak tidak menjamin wajib pajak untuk patuh terhadap sistem

perpajakan.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa adanya ketidakkonsistenan

hasil penelitian yang diperoleh. Maka penelitian ini ingin mengkaji kembali

pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan pada perilaku

kepatuhan wajib pajak. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian

ini menambahkan variabel niat wajib pajak sebagai variabel moderasi pengaruh

kualitas pelayanan wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap perilaku wajib

pajak.

Menurut Feld and Frey (2002) kepatuhan wajib pajak juga dapat dilihat dari

aspek psikologi. Hal tersebut dikarenakan dalam suatu negara yang menganut sistem

demokrasi, hubungan antara pembayar pajak dengan otoritas pajak dapat dilihat

sebagai suatu kontrak psikologi. Suatu kontrak psikologi menuntut adanya hubungan

yang setara antara pembayar pajak dan otoritas pajak dan keberhasilan pemungutan

(25)

7

mematuhi atau memenuhi komitmen dalam kontrak psikologi ini. Pajak, walaupun

dapat dipandang dari sisi kontrak psikologi di atas, namun Allingham and Sandmo

(1972) menyatakan bahwa keputusan individu untuk melaksanakan kepatuhan pajak

didasari oleh keputusan yang rasional untuk memaksimalkan utilitas ekonomi

individu itu sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas pemerintah untuk mengawasi

pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan masyarakat.

Aspek psikologis wajib pajak dapat dikaji dengan Theory of Planned

Behavior (TPB) atau perilaku yang direncanakan merupakan satu teori yang

digunakan untuk mengkaji perilaku yang lebih spesifik, yaitu perilaku untuk tidak

patuh terhadap ketentuan perpajakan. Model TPB digunakan karena mengkaji

perilaku yang lebih spesifik, yaitu perilaku untuk tidak patuh terhadap ketentuan

perpajakan. TPB pada penelitian Ajzen (1991), menjelaskan bahwa perilaku individu

untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan dipengaruhi oleh niat (intention)

untuk berperilaku tidak patuh. Niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor,

pertama adalah behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku

(outcome belief) dan evaluasi terhadap hasil perilaku tersebut. Keyakinan dan

evaluasi terhadap hasil ini akan membentuk variabel sikap (attitude) terhadap

perilaku itu. Kedua adalah normative belief, yaitu keyakinan individu terhadap

harapan normatif orang lain yang menjadi rujukannya, seperti keluarga, teman, dan

konsultan pajak, dan motivasi untuk mencapai harapan tersebut. Harapan normatif

ini membentuk variabel norma subjektif (subjective norm) atas suatu perilaku. Ketiga

adalah control belief, yaitu keyakinan individu tentang keberadaan hal-hal yang

(26)

8

hal-hal tersebut mempengaruhi perilakunya. Control belief membentuk variabel

kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control).

Berdasarkan dari ketiga dimensi TPB yang terdiri dari behavior belief,

normative belief dan control belief, merupakan suatu dasar dari kepercayaan (trust).

Mayer et al (1995) mendefinisikan trust merupakan kemauan seseorang untuk peka

terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan

melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung

pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya. Menurut Woro dan

Supramono (2013) trust atas sistem perpajakan akan menimbulkan kesadaran atau

niat atas pajak. Kesadaran atau niat atas pajak ini akan mendorong kepatuhan Wajib

Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakan.

Ajzen (1991), Bobek dan Hatfield (2003) dan Hanno dan Violette (1996)

menyatakan bahwa sikap terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara

signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Dalam penelitian Mustikasari (2007)

menyimpulkan bahwa tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan

positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Perilaku ketidakpatuhan pajak menurut

Hidayat dan Nugroho (2010) didasari oleh niat untuk tidak patuh pajak.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini mengkaji kembali

pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap perilaku

kepatuhan wajib pajak, niat wajib pajak sebagai variabel moderasi. Penambahan

variabel niat sebagai variabel moderating berdasarkan dengan teori TPB dan hasil

(27)

9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan

dalam penelitian ini, yaitu:

a. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib

pajak?

b. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh pada perilaku kepatuhan wajib

pajak?

c. Apakah niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh kualitas pelayanan

pajak pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

d. Apakah niat wajib pajak sebagai pemoderasi pengaruh pengetahuan

perpajakan pada perilaku kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai sebagai

berikut:

a. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan pajak pada

perilaku kepatuhan wajib pajak.

b. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pengetahuan perpajakan pada

perilaku kepatuhan wajib pajak.

c. Untuk memberikan bukti empiris niat wajib pajak sebagai pemoderasi

pengaruh kualitas pelayanan pajak pada kepatuhan wajib pajak.

d. Untuk memberikan bukti empiris niat wajib pajak sebagai pemoderasi

(28)

10

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian

diatas penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat melengkapi kajian-kajian teori yang berkaitan dengan

teori atribusi mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak.

b. Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh wajib pajak untuk mengaplikasikan

kendala-kendala yang dihadapi untuk pemenuhan kepatuhan wajib pajak.

c. Manfaat Regulator

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah

selaku pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak

(29)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Atribusi

Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori yang

menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana

seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan

ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dan lain-lain ataupun

eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan

pengaruh terhadap perilaku individu.

Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang

terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas

kejadian yang dialami. Pada teori ini dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang

berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa

hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang

tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi

tertentu. Dalam hidupnya, seseorang akan membentuk ide tentang orang lain dan

situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial

yang disebut dengan dispositional atributions dan situational attributions.

Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku

individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri,

kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal

yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti

(30)

12

tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal individu tersebut.

Heider (1958) juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal

seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut lingkungan

seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku manusia. Dia

menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah determinan paling

penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah dinyatakan dapat

mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya dalam menentukan

bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan mempengaruhi sikap dan

kepuasaan individu terhadap kerja. Orang akan berbeda perilakunya jika mereka

lebih merasakan atribut internalnya dari pada atribut eksternalnya.

Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan teori atribusi dapat ditentukan

dari kekuatan internal berupa pemahaman akan peraturan perpajakan yang ada di

Indonesia dan keuatan eksternal yang dapat dilihat dari kualitas pelayanan pajak

yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani wajib pajak. Hal tersebut juga

didukung oleh penelitian-penelitian yang terdahulu.

2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of

Reasoned Action (TRA), Teori ini menjelaskan suatu kerangka untuk mempelajari

sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku

seseorang adalah niat (intensi) untuk berperilaku. Intensi individu untuk

(31)

13

perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi

kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma

subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah

makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin

baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka

sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan

perilaku-perilaku tertentu.

Ajzen dan Fishbein (1969) dalam penelitiannya mengindentifikasi penentu

dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi adalah suatu fungsi dari dua

penentu utama, yaitu: sikap terhadap perilaku dan norma subjektif dari perilaku.

Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah

kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu.

Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang

individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia

menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu

mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs),

ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation).

Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi

berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived behavioral

control. Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang

secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku.

(32)

14

kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat

menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain

yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang

penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara

menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi

cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang

dimaksud.

Ajzen (1991) dalam penelitinnya menjelaskan bahwa Theory of Planned

Behavior bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat

untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor

penentu yaitu:

1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan

evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation).

2) Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivation to

comply).

3) Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung

atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan

persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat

perilakunya tersebut (perceived power).

Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal

dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs

(33)

15

menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau

norma subyektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived

behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (Ajzen, 1991)

dalam Mustikasari (2007).

2.3 Teori Kepercayaan

Mayer et al (1995) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kemauan

seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa

orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya,

tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya.

Luarn dan Lin (2003) juga menyatakan bahwa trust adalah sejumlah keyakinan

spesifik terhadap integritas, kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan

menepati janji. Woro dan Supramono (2013) kepercayaan (trust) atas sistem

perpajakan akan menimbulkan kesadaran atau niat atas pajak. Kesadaran atau niat

atas pajak ini akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban

perpajakan. Mayer et al (1995) faktor yang membentuk kepercayaan seseorang

terhadap yang lain ada tiga yaitu kemampuan (ability), niat baik (benevolence), dan

integritas (integrity) (Mayer et al,1995). Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi

(34)

16

Tadisina (2003) menyatakan bahwa ability meliputi kompetensi, pengalaman,

pengesahan institusional, dan kemampuam dalam ilmu pengetahuan.

2. Niat baik (Benevolence)

Niat baik merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang saling

menguntungkan dengan konsumen. Menurut Kim dan Tadisina (2003),

benevolence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima. Seseorang

dapat bersandar pada kehendak baik lain untuk bertindak minat seseorang

terbaik (Hoy & Tarter, 2004)

3. Integritas (Integrity)

Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam

menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah

benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kim dan Tadisina (2003) mengemukakan

bahwa integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan

(fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-terangan (honestly), keterkaitan

(dependability), dan kehandalan (reliabilty). Sedangkan integritas adalah

kejujuran, keadilan, dan kepercayaan yang diberikan kepada konsumen

(Koeszeig, 2004).

2.4 Niat Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia niat merupakan maksud atau tujuan

suatu perbuatan, dan kehendak (keinginan dalam hati) untuk melakukan sesuatu.

Pada penelitian Fishbein dan Ajzen (1969) menjelaskan bahwa niat (intensi)

merupakan representasi kognitif dan konatif dari kesiapan individu untuk

(35)

17

hingga individu memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menampilkan

perilaku tersebut secara nyata. Semakin baik niat yang dimiliki oleh seseorang akan

mengakibatkan semakin baik pula perilaku untuk taat pajak (Metia, 2015).

Jogiyanto (2007) juga menjelaskan niat merupakan suatu keinginan untuk

melakukan suatu perilaku sesuai kehendak individu. Niat berhubungan dengan

perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan dan dapat diprediksi dengan tingkat

keakuratan yang tinggi. Dalam kenyataan di lapangan, niat tidak selalu bersifat tetap

atau statis. Niat dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendak dari individu yang

bersangkutan seiring dengan berjalannya waktu. Semakin lebar rentang waktu ,

semakin besar juga terjadi perubahan dalam niat yang akan dialami. Begitu juga

sebaliknya, apabila rentang waktu semakin kecil, dapat meminimalisir terjadinya

perubahan atas niat.

Berdasarkan Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak

berdasarkan niat apabila ia meiliki kontrol terhadap perilakunya. Teori ini tidak

hanya menekankan pada rasionalitas tetapi juga pada keyakinan individu bahwa

target tingkah laku berada dibawah kontrol kesadaran individu itu sendiri. Niat

memainkan peranan yang khas dalam mengarahkakn tindakan, yaitu

menghubungkan pertimbangan yang diyakini dan diinginkan dengan tindakan

tertentu. Intensi untuk melakukan suatu perilaku dapat diukur melalui tiga prediktor

utama yang memengaruhi intensi tersebut, yaitu Behavioral beliefs, Normative

(36)

18

2.5 Kualitas Pelayanan Pajak

Menurut Supadmi (2009) kualitas pelayanan merupakan “Pelayanan yang

berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan

dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat

dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan terus-menerus”. Sesuai Surat Edaran

Direktorat Jenderal Pajak No. 84/PJ/2011, Kantor Pelayanan Pajak harus

melaksanakan pelayanan kepada Wajib Pajak dengan berpedoman, sebagai berikut:

a. Waktu pelayanan di (Tempat Pelayanan Terpadu) TPT adalah pukul 08.00

sampai dengan 16.00 waktu setempat.

b. Jadwal Petugas di TPT dan petugas di bagian konseling (helpdesk) diatur oleh

Kepala Kantor sesuai kondisi dan situasi setempat.

c. Kepala Kantor menunjuk supervisor harian yang bertanggung jawab atas

pemberian layanan di TPT dan helpdesk secara bergiliran.

d. Memperhatikan beberapa hal mengenai Pelayanan Prima

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat

kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila

penerima pelayanan memperoleh kualitas pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan

dan diharapkan secara terus-menerus. Menurut Parasuraman, et al (1998), untuk

mengukur kepuasan atas pelayanan digunakan instrument Service Quality

(ServsQual). Terdapat lima dimensi dalam instrument Service Quality (ServsQual)

yaitu :

1) Bukti Fisik (Tangibles), berfokus pada barang atau jasa, yang menyangkut

(37)

19

2) Keandalan (Reliability), yaitu pemenuhan pelayanan segera dan memuaskan.

Keandalan mencakup kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat sesuai

dengan yang dijanjikan.

3) Daya Tanggap (Responsiveness) yaitu, Kemampuan karyawan untuk membantu

konsumen menyediakan jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh

konsumen. Keaktifan pemberian pelayanan dengan cepat dan tanggap.

4) Keyakinan (Assurance) yaitu, Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk

melayani dengan ramah dan sopan.

5) Empati (Empathy), yaitu perhatian yang diberikan karyawan secara individual

kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen.

2.6 Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang

wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Siregar dkk. (2012) pengetahuan akan

peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal

akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak.

Pengetahuan dan pemahaman pertaturan perpajakan yang dimaksud mengerti dan

paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi

tentang bagaimana cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran,

tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi,

(38)

20

Pengetahuan perpajakan menurut Handayani dkk. (2012) dapat diukur dengan

4 indikator, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika melakukan pelanggaran

perpajakan

b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai penghasilan tidak kena pajak

(PTKP), penghasilan kena pajak (PKP) dan tarif pajak

c. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi

d. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.

2.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nurmantu (2003) kepatuhan perpajakan merupakan “Kepatuhan

perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Terdapat dua jenis kepatuhan perpajakan, yaitu:

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan,

yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material

dapat juga meliputi kepatuhan formal.

Menurut Siti (2010), kepatuhan perpajakan merupakan “Tindakan Wajib

Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

(39)

21

suatu negara”. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan pasal 3, No.

192/PMK.03/2007 Jo No.74/ PMK.03/2012 untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib

Pajak patuh sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak.

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

d. keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut

e. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.8.Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Murti dkk. (2014) meneliti pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikota Manado. Penelitian ini

menggunakan 100 orang wajib pajak orang pribadi (WPOP) efektif yang terdaftar di

KPP Pratama Manado. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability

yaitu purposive sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

(40)

22

bahwa pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikota Manado.

Demikian pula secara parsial pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan

berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kota

Manado.

Setiyoningrum dkk. (2014) meneliti analisis pengaruh sosialisi perpajakan,

kualitas pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Penelitian ini

menggunakan wajib pajak orang pribadi efektif yang terdaftar pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Manado sebagai populasi. Jumlah sampel yang di

ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 Wajib Pajak orang pribadi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Nonprobability Sampling dengan

penarikan Insidential Sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini

menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi, akan tetapi pada kualitas pelayanan dan sanksi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi tidak terdapat pengaruh.

Secara simultan sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi

perpajakan sebagai variabel independen secara bersama–sama berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebagai variabel dependen.

Rukmana (2014) meneliti pengaruh kualitas pelayanan perpajakan, kinerja

lembaga terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

(41)

23

bekerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjungpinang dan sekaligus

sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai populasi. Sampel yang dipergunakan

dalam penelitian ini berjumlah 56 responden pegawai tetap yang bekerja di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjungpinang dan sekaligus sebagai Wajib Pajak

Orang Pribadi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan

bahwa variabel kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh signifikan dan variabel

kinerja lembaga berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pratama tanjungpinang tetapi secara simultan variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) pratama tanjungpinang.

Syahril (2013) meneliti pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak dan

kualitas pelayanan fiskus terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak Penghasilan

(PPh) orang pribadi (Studi Empiris Pada KPP Pratama Kota Solok). Penelitian ini

menggunakan populasi wajib pajak PPh Orang Pribadi di kota Solok. Sampel pada

penelitian ini adalah wajib pajak PPh Orang Pribadi yang melakukan usaha di bidang

perdagangan. Peneliti mengambil sampel wajib pajak PPh orang pribadi yang

melakukan usaha perdagangan karena sektor perdagangan di kota Solok mengalami

peningkatan dan perkembangan tiap tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh signifikan positif

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak serta kualitas pelayanan fiskus berpengaruh

(42)

24

Adiasa (2013) meneliti pengaruh pemahaman peraturan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dengan moderating preferensi risiko. Penelitian ini

menggunakan populasi seluruh wajib pajak orang pribadi di wilayah Semarang Barat

dan jumlah sampel sebanyak 100 wajib pajak. Metode pengumpulan data

menggunakan Convenience Sampling. Metode analisis data menggunakan analisis

selisih nilai mutlak karena terdapat variabel moderating. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderating tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko terhadap hubungan

antara pemahaman tentang peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak tidak

berpengaruh dan tidak dapat memoderasi hubungan antara kedua variabel tersebut.

Fuadi dan Mangoting (2013) meneliti Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas

Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan populasidari penelitian ini adalah Wajib

Pajak UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur kemudian

ditemukan populasi sejumlah 51 Wajib Pajak UMKM. Penentuan sampel dilakukan

dengan metode probabiliti sampling dengan menggunakan rumus Solvin. Metode

analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwasanksi perpajakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

kepatuhan Wajib Pajak UMKM dan biaya kepatuhan pajak berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Masruroh dan Zulaikha (2013) meneliti pengaruh kemanfaatan NPWP,

(43)

25

wajib pajak (Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal). Penelitian ini

menggunakan populasiWP OP yang melakukan usaha di Kabupaten Tegal. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei melalui

pendistribusian kuesioner yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung

melalui perantara kepada responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Analisis yang digunakan

pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil

penelitan ini menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan

kemanfaatan NPWP, kulitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Woro dan Supramono (2013) meneliti apa kata mereka? pengetahuan, sikap, niat

patuh calon pelaku pajak. Penelitian ini melibatkan 189 mahasiswa yang sedang

mengambil matakuliah perpajakan, laboratorium perpajakan dan manajemen pajak.

Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa pengetahuan dan sikap pajak

pajak secara signifikan berhubungan dengan niat pajak untuk mematuhi. Namun,

pengetahuan pajak tidak memiliki hubungan signifikan positif dengan sikap pajak.

Siregar dkk. (2012) meneliti pengaruh pelayanan fiskus dan pengetahuan

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak di

Semarang Tengah). Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak tunggakan

pajak di KPP Semarang Tengah 1. Sampel yang ditetapkan sebanyak 100 orang, agar

untuk memenuhi syarat sampel minimum untuk penelitian. Analisis yang digunakan

(44)

26

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan terdapat hubungan yang

positif antara variabel pelayanan fiskus dan variabel pengetahuan perpajakan dengan

variabel kepatuhan wajib pajak.

Rustiyaningsih (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya adalah pemahaman

terhadap self assesment system, kualitas pelayanan, tingkat penghasilan, persepsi

wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.

Hardiningsih dan Yulianawati (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

kemauan membayar pajak. Penelitian ini menggunakan populasi Wajib Pajak Orang

Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang berada di KPP Pratama Jepara

khususnya di dua kecamatan yaitu Kecamatan Tahunan dan Kecamatan

Jepara.Adapun sampel terpilih dengan teknik Convinience Random Sampling

diperoleh sebanyak 94 responden. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitan ini

menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak dan kualitas layanan berpengaruh

positif terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan pengetahuan peraturan

perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan dan persepsi efektifitas sistem

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Handayani dkk. (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan

(45)

27

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Purwokerto, Kabupaten Banyumas per Desember 2011. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan Convenience Sampling dengan teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa (1) kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan,

persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan

terhadap sistem pemerintahan dan hukum secara simultan berpengaruh terhadap

kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan

bebas; (2) kesadaran membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum

masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (3) pengetahuan dan

pemahaman tentang peraturan perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap

kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan

bebas.

Hidayat dan Nugroho (2010) meneliti Studi Empiris Theory of Planned

Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib

Pajak Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan populasi jumlah wajib pajak orang

pribadi dengan status efektif yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama,

sampel yang digunakan sebanyak 155 wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian

menghasilkan kesimpulan, pertama, sikap terhadap ketidakpatuhan berpengaruh

(46)

28

norma subyektif berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak

patuh terhadap pajak. Ketiga, kewajiban moral berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Keempat, PBC berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kelima, PBC

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak.

Keenam, niat seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak.

Mustikasari (2007) meneliti kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan

di perusahan industri pengolahan di Surabaya. Penelitian ini menggunakan populasi

perusahaan industri pengolahan kelas menengah dan besar di Surabaya. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Analisis

yang digunakan pada peneliti ini adalah analisis faktor, model struktural dan analisis

jalur. Simpulan yang bisa ditarik dari hasi kajian ini adalah: (1) tax professional yang

memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi,

(2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat

tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki

kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya,

(4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan

mendorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang

diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempunyai pengaruh total

paling besar terhadap variabel niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh,

(5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan

(47)

29

badan yang diwakilinya. Kaitan temuan hipotesis 3 yang arahnya terbalik dengan

temuan ini memperkuat pendapat Ajzen (2000) bahwa niat seseorang belum tentu

diwujudkan dalam perilakunya, (6) tax professional yang memiliki niat

ketidakpatuhan pajak rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya., (7)

jika tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik,

maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan

perusahaan yang dia wakili, (8) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa

fasilitas yang disediakan perusahaan tinggi atau mencukupi maka ketidakpatuhan

pajak badan rendah atau sebaliknya, dan (9) persepsi iklim keorganisasian yang

positif berpengaruh terhadap kepatuhan pajak badan.

Bobek dan Hatfield (2003) meneliti an investigation of the theory of planned

behavior and the role of moral obligation in tax compliance. Responden pada

penelitian ini adalah mahasiswa. Teknik analisis yng digunakan adalah teknik

eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel dalam model TPB dan

kewajiban moral berpengaruh terhadap niat dan perilaku ketidakpatuhan pajak.

Ajzen (1991) meneliti The theory of planned behavior. Penelitian ini

menggunakan siswa untuk mengisi kuesioner pada saat responden melakukan

kegiatan yang berbeda, yaitu spending time at the beach, outdoor jogging or running,

mountain climbing, boating, and biking. Penelitian ini menggunakan teknik

eksperimen. Hasil pengujian menyatakan bahwa model TPB menjelaskan mengenai

perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh niat

(intention) untuk tidak patuh terhadap pajak. Niat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena USG hanya menilai sesaat (pada waktu diperiksa), maka mungkin saja tidak setiap kelainan dapat dideteksi.. Hal ini penting untuk dipahami oleh pasien dan

Sasaran adalah kelompok ternak sapi di beberapa kecamatan di kabupaten Karangasem Bali. Sebelum dilakukan penentuan kelompok ternak sapi dilakukan penentuan

Perbandingannya adalah antara volume langkah dan ruang bakar (V d +V c ) yaitu pada posisi piston di TMB, dengan volume ruang bakar (V c ) yaitu pada posisi

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya

variety of language used in Pasar Pabean make the writer interested in analyzing the request strategies used by the buyers to the sellers of different ethnicity. In brief,

pelayanan lingkungan yang hanya boleh dilewati oleh pembangunan jalur servis atau pelayanan.. 18 Pengadaan Becak Motor Sampah Berpotensi menimbulkan Kemacetan Lalulintas akibat

Dari penelitian terhadap pembelajaran tenses bahasa Inggris berbasis web yang telah dilakukan, terdapat saran yang diusulkan peneliti diantaranya sebagai berikut. Perancangan

Secara umum produksi susu kambing sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan, dimana sebagian besar prokursor untuk sintesis air susu dalam kelenjar ambing berasal