ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP
Yang diajukan
Agung Pambudi mahaputra
0312010203 / FE / EM
Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
Drs.Ec.Gendut Sukarno, Ms
NIP : 030.202.389
Yang diajukan
Agung Pambudi mahaputra
0312010203 / FE / EM
Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….
Mengetahui
a.n. Dekan Fakultas Ekonomi Pembantu Dekan 1
Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
Agung Pambudi mahaputra
0312010203 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh:
Agung Pambudi mahaputra
0312010203 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
(Studi Pada De Boliva Ice Cream Surabaya)
Disusun oleh:
KARTIKA YUS AGUSTIN
0413010134/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 24 Oktober 2008.
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Dr. Sumarsono, MSi Dr. Sumarsono, MSi
Sekretaris
Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi
Anggota
Dra. Ec. Tituk D. W, Maks
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP ”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec. Gendut Sukarno, MSi. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, Desember 2008
Keywords: Atribut Lingkungan, Penetrasi Teknologi Komunikasi dan Struktur Organisasi
Oleh :
Agung Pambudi Maha Putra
Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 115 responden dengan menggunakan Structural Equation Modelling.
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
a. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, tidak dapat diterima.
b. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap variabel KT Penatration, tidak dapat diterima.
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. (Panjaitan, 2006:27)
Dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan kegiatan manajemen perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, dengan memperhatikan azas-azas ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Informasi memiliki peran penting dalam membantu memprediksi konsekuensi yang mungkin akan terjadi atas berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Apalagi dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi ini, untuk mencapai kinerja yang maksimal tentunya manajer memerlukan suatu informasi yang berhubungan dengan tugas yang akan dilaksanakannya. Sebab informasi yang bernilai potensial dapat memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai alternatif tindakan. Dengan adanya informasi juga akan meningkatkan kemampuan manajer untuk memahami keadaan lingkungan yang sebenarnya dan berfungsi
pula dalam mengidentifikasi aktivitas yang relevan. Karakteristik informasi yang bermanfat berdasarkan persepsi para manajer sebagai pengambilan keputusan dikategorikan kedalam empat sifat yaitu : broadscope, timeliness, agregasi, dan informasi yang terintegrasi.
Pada organisasi terdesentralisasi para manajer membutuhkan informasi yang lebih dibandingkan dengan organisasi sentralisasi, sebab organisasi sentralisasi manajer hanya menjalankan tugas atas perintah atasannya saja. Manajer memerlukan informasi disini digunakan untuk mendukung kebutuhan mereka dalam pengambilan keputusan. Kondisi tersebut menimbulkan perlunya mempertimbangkan suatu keselarasan antara tingkat desentralisasian dengan tingkat ketersediaan karakteristik informasi akuntansi manajemen, kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuat keputusan akan mendukung kualitas keputusan yang akan diambil dan pada akhirnya dapat memecahkan permasalahan yang ada.
Sedangkan proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi manajemen hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
Lee dan Grover dalam Nasir (2003:70) menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan variabel yang mempengaruhi kekuatan hubungan kausal antara ketidakpastian dengan struktur organisasi.
secara meluas, sumber daya yang tidak disalurkan, peningkatan koneksi menggangu unsur-unsur lingkungan keterkaitan diantara mereka.
Secara umum, Informasi Teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Pfeffer dan Leblebici menegaskan bahwa “Adalah saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa Informasi Teknologi perlu dan sama-rata”. Huber [juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat, sedangkan Lee dan Leifer berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi (IS) adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese menyajikan model “relasional” Informasi Teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.
Karena itu diharapkan dengan adanya ketidakpastian lingkungan disini dan dengan penetrasi komunikasi ini akan dapat membentuk suatu struktur organisasi dan strategi organisasi yang dapat digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan perusahaan sejenis.
PT. Sulfa Group adalah perusahaan yang membawahi lima belas perusahaan antara lain :
Tabel 1.1. Anak Perusahaan PT. Sulfa Grup
ANAK PERUSAHAAN BIDANG USAHA
PT. GHALAYA ABADI PERSADA LINE
Bergerak dalam bidang pelayaran dan angkutan laut
PT. INSAM JAYA REKSA Bergerak di bidang bunker service dan jasa
transportasi laut. PT. MUTIARA INDAH ABADI
PERSADA
Bergerak di bidang bunker service dan memiliki SPBB di Pelabuhan Surabaya dan Gresik
PT. SUMUR EMAS WAHYULOKA Bergerak di bidang Persewaan kendaraan
ringan penumpang
PT. BUMI TEDUH BERSINAR Bergerak di bidang transportir darat dan
bahan bakar minyak.
PT. SULFATAMA KENCANA Bergerak di bidang perdagangan umum
PT. INSAM LUBER KENCANA Bergerak di bidang penyewaan alat berat,
konstruksi
SPBU RATNA – SURABAYA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
SPBU SEGOROMADU – GRESIK Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
SPBU GILANG – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
SPBU MALUK – SUMBAWA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
SPBU KOTOLEBU – JAMBI Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
SPBU TAMAN – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar
minyak
PT. INSAM JATRA Angkutan material non BBM, pengurusan
transportasi
PT. MATRA NALURI MUDA Perdagangan umum, export import.
Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak, berdasarkan observasi sementara melalui wawancara kepada General Manager dari Sulfa Group, perusahaan memang kurang bergerak cepat dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal tersebut, hal ini berdasarkan terlambatnya distribusi ke SPBU, memberitahu kepada SPBU untuk melarang para spekulan untuk memborong bahan bakar minyak dengan membeli secara banyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.
Tabel 1.2. Laporan Penyusutan BBM Akibat Keterlambatan Pengiriman PT. Sulfa Group
RUGI
Kerugian yang dialami PT. Sulfa Group akibat penyusutan BBM yang dikarenakan keterlambatan pengiriman BBM dari Bulan Maret 277 liter, pada bulan April 324 liter dan pada bulan Mei kerugian yang dialami sebesar 599 liter. Dari bulan April 2008 – bulan Mei 2008 kerugian yang dialami mengalami kenaikan, kemungkinan disebabkan manajer kurang pengkoordinasian dan kurang mempertimbangkan perubahan lingkungan yang terjadi dalam setiap kegiatannya, serta kurang dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dalam menghadapi menghadapi ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi pada suatu perusahaan.
Sedangkan Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian terhadap struktur organisasi dapat lebih intensif. Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, dan operasional perusahaan. Informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Lee dan Grover (2000:18)
Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas timbul ketertarikan untuk mengadakan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Atribut Lingkungan Dan Penetrasi Teknologi Komunikasi
Terhadap Struktur Organisasi Pada PT. Sulfa Group”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi ? b. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi
komunikasi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah
a. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap struktur organisasi.
b. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap penetrasi teknologi komunikasi.
c. Untuk menganalisis pengaruh penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan mutu dari informasi komunikasi bagi pihak manajemen guna pengambilan keputusan dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
b. Bagi Akademis
Dapat dipergunakan sebagai referensi, tambahan khasanah kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang untuk dapat memahami atribut lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi dan struktur organisasi dalam kebutuhan dunia usaha dan menjawab tantangan globalisasi.
2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti sebelumnya berkaitan dengan kualitas layanan yang telah dilakukan oleh:
1. CHOONG C. LEE dan VARUN GROVER dengan judul : Menggali Mediasi Antara Pelengkap-Pelengkap Lingkungan Dan Struktural: Penetrasi Teknologi Komunikasi Pada Perusahaan Manufaktur
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari Teknologi Komunikasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan dan dampaknya pada struktur organisasi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penetrasi teknologi komunikasi dan lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. Hasil lain dari penelitian ini adalah dukungan untuk sebuah peranan perantara dari Teknologi Komunikasi antara pelengkap pasti dari lingkungan dan struktur
2. Diana Rahmawati dan Mohammad Nasir dengan judul: Pengaruh Kesan Atribut Lingkungan Terhadap Atribut Struktur Organisasi : Penetrasian Teknologi Komunikasi Sebagai Moderating Variabel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Teknologi Komunikasi terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penetrasian teknologi komunikasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan struktur organisasi untuk perusahaan manufaktur baik itu yang listing maupun non listing di BEJ.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mendapatkan laba.
Pada saat ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha. Kadang-kadang istilah pemasaran ini diartikan sama dengan istilah seperti penjualan, perdagangan dan pendistribusian. Salah satu pengertian ini timbul karena pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kegiatan dan kepentingan yang berbeda-beda.
Kenyataannya pemasaran merupakan konsep yang menyeluruh yang meliputi penentuan daripada kebutuhan dan keinginan konsumen, sasaran, dan kemudian bagaimana menyerahkan produk secara efisien dan efektif. Sedangkan istilah yang lain tersebut hanya merupakan satu bagian atau kegiatan dalam sistem pemasaran keseluruhannya.
mereka butuhkan dan inginkan dalam menciptakan, menawarkan dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Assauri (1990 : 5) pemasaran adalah sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Perusahaan harus menerapkan konsep pemasaran dalam praktek agar keuntungan yang terkandung didalamnya dapat direalisasikan, dan dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran ini merupakan tindakan dari konsep pemasaran.
Banyak definisi yang diungkapkan oleh ahli ekonomi mengenai manajemen pemasaran, diantaranya Kotler dan Armstrong (2003 : 16) manajemen pemasaran adalah merupakan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dan dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.
Penentuan produksi, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen dan sebaiknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.
2.2.1.3. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997 : 17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memandukan kegiatan pemasaran dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan engan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan.
Ringkasan konsep pemasaran pada penelitian ini adalah upaya pemasaran terkoordinasi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komunikasi yang tepat dan sesuai dikembangkan untuk mengatasi perubahan lingkungan guna merumuskan struktur organisasi yang tepat dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai kunci mencapai organisasi.
2.2.2. Pengertian Atribut Lingkungan
Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Atribut lingkungan secara umum, dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas-batas organisasi. Menurut Robbins (1990:23). Lingkungan organisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum (Robbins, 1990:23) meliputi kondisi yang mungkin memiliki dampak terhadap organisasi namun relevansinya tidak dapat diketahui secara jelas, misalnya :
dalam lingkungan umum yang dapat mempengaruhi praktek-praktek manajemen dalam sebuah organisasi.
Kondisi Politik. Keadaan politik mencakup stabilitas umum negara – negara di mana organisasi beroperasi dan sikap-sikap khusus yang dimiliki oleh pejabat-pejabat Pemerintah terpilih terhadap dunia usaha
Kodisi Sosial. Manajer-manajer harus menyelesaikan praktek mereka dengan harapan masyarakat yang berubah-ubah di mana mereka bekerja. Sewaktu nilai, kebiasaan dan cita rasa berubah, manajer-manajer harus pula berubah. Ini berlaku baik terhadap tawaran produk maupun jasa mereka dan kebijakan operasi internal mereka.
Global. Globalisasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi para manajer dan organisasi. Sebagai bagian dari lingkungan luar, para manajer perusahaan besar maupun kecil di tantang oleh meningkatnya jumlah pesaing global.
teknologi internet dan dapat di akses hanya oleh para karyawan organisasi tersebut) guna membantu para karyawan mengerjakan tugas mereka secara efektif dan efisien. Bagi para manajer di semua organisasi, kemajuan-kemajuan teknologi ini berarti kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat dan lebih baik.
2. Lingkungan Khusus
Lingkungan khusus (Robbins, 1990:23) merupakan lingkungan organisasi yang secara langsung, relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus ini merupakan pusat perhatian manajemen karena terdiri dari konstituen kritis yang secara langsung, baik positif maupun negatif mempengaruhi keefektifan organisasi secara spesifik, yang termasuk lingkungan khusus adalah :
Pemasok-Pemasok. Apabila kita merenungkan pemasok-pemasok sebuah organisasi, lazimnya kita membayangkan perusahaan-perusahaan yang menyediakan bahan-bahan dan peralatan. Tetapi, istilah pemasok-pemasok mencakup pula penyedia masukan keuangan dan tenaga kerja. Pemegang saham, bank, perusahaan asuransi, dana-dana pensiun, dan lembaga-lembaga serupa lain yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan pasokan modal terus-menerus.
pemerintah. Pelanggan-pelanggan jelas merupakan kemungkinan ketidakpastian bagi sebuah organisasi. Cita rasa pelanggan-pelanggan dapat berubah. Mereka dapat menjadi tidak puas dengan jasa atau produk sebuah organisasi. Tentu saja, sejumlah organisasi menghadapi ketidakpastian yang jauh lebih besar sebagai akibat pelanggan-pelanggan mereka dari pada organisasi-organisasi lain.
Pesaing-Pesaing. Semua organisasi, sekalipun yang monopoli, mempunyai satu pesaing atau lebih. Para manajer tidak boleh mengabaikan persaingan. Apabila mereka mengabaikannya, mereka akan membayar mahal.
Pemerintah. Pemerintahan setempat mempengaruhi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi. Terlebih dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat memperluas dan memodifikasi banyak pedoman dan peraturan serta perundang-undangan dalam bidang perekonomian.
Kelompok-Kelompok Penekan. Para manajer harus menyadari kelompok-kelompok keputusan khusus seperti lembaga-lembaga yang melindungi hak-hak konsumen yang berusaha untuk mempengaruhi tindakan-tindakan organisasi tersebut.
Organisasi-organisasi tergantung pada lingkungan mereka sebagai sumber masukan dan sebagai penerima pengeluarannya.
Kurang dari sebagian pemimpin-pemimpin tertinggi itu merasa bahwa perusahaan mereka sangat mampu menghadapi kekuatan-kekuatan lingkungan yang berubah. Sedangkan kekuatan-kekuatan lingkungan itu bersifat dinamis dan menciptakan cukup banyak ketidakpastian bagi manajemen.
2.2.2.1 Dimensi dan Indikator Atribut Lingkungan
Atribut lingkungan dalam penelitian ini meliputi lingkungan umum dan khusus yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:13) :
a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):
- Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk memasarkan produknya.
- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.
- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu tanggap melihat selera konsumen di pasaran.
b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):
- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang ada di daerah pemasaran.
- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan oleh perusahaan pesaing.
- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.
2.2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah mekanisme formal pada organisasi yang
dikelola. (Lee dan Grover, 2000:14) Struktur organisasi menunjukkan kerangka
dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. (Handoko, 1992:169)
Pengorganisasian merupakan suatu proses penciptaan hubungan-hubungan antar fungsi-fungsi, personalia dan faktor agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Proses pengorganisasian akan menghasilkan organisasi formal yaitu lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi, disisi lain mungkin juga akan menimbulkan oraganisasi tidak rormal (informal) yaitu suatu wadah hubungan antara anggota tertentu di dalam organisasi formal. (Handoko, 1992:169)
Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian rupa sehingga tercapainya tujuan organisasi, untuk itu kemudian diciptakan struktur organisasi tertentu. (Handoko, 1992:169)
2.2.3.1. Pembagian kerja
Pembagian kerja sebenarnya merupakan pemecahan tugas yang dilakukan sedemikian rupa sehingga orang perorang di dalam organisasi bertanggungjawab pada tugas dan melaksanakan kegaitan tertentu yang dibebankan kepadanya saja. Pembagian kerja ini cenderung mengarah kepada spesialisasi perseorangan dan pekerjaan yang ditanganinya. Pelopor pembagian kerja adalah Adam Smith, ia berpendapat bahwa dengan pembagian kerja akan membentuk seseorang untuk cakap dan trampil dalam menangani tugas yang dibebankan kepadanya, dapat mempelajari tugasnya dalam waktu singkat dan cenderung melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
Dengan adanya pembagian kerja maka akan menghasilkan lebih banyak kepuasan kerja yang dicapai, dengan demikian akan membuka peluang bagi seseorang untuk maju dan untuk kepentindan organisasi, proses ini akan berkembang secara terus menerus (sustainble), organisasi menjalankan pembagian kerja bagi anggotanya, sedangkan anggota organisasi akan memberikan kontribusi sesuai dengna kemampuan dirinya demi kemajuan organisasinya.
2.2.3.2. Wewenang, tanggung jawab dan pelaporan
dan harus dilaksanakan oleh anggota organisasi di dalam rangka menjalankan fungsinya dan mencapai tujuan organisasi.
Wewenang adalah hak memerintah atau berbua. Apabila dihayati secara benar, maka wewenang dapat berasal dari tiga sumber yaitu :
1. Lembaga Sosial menurut teori wewenang formal 2. unsur penerimaan bawahan menurut teori penerimaan 3. kemampuan atau kharisma seseorang.
Namun dalam kenyataan wewenang mungkin saja merupakan kombinasi dari ketiga sumber tersebut.
Tanggung jawab, adalah merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Wewenang dapat didelegasikan, tanggungjawab tercipta dengan diterimanya tugas oleh bawahan. Bagaimanapun juga atasan tetap bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dengan demikian pda dasarnya tanggung jawab tidak dapat didelegasikan.
Pertanggungjawaban tugas dan hasil pekerjaan dengan cara memberikan laporan, terutama pada atasan langsung. Dengan demikian laporan juga merupakan tanggungjawab bawahan.
sebagai dasar pengambilan keputusan atau penyelesaian persoalan yang timbul.
2.2.3.4. Wewenang garis (line) dan staff
Fungsi Garis (Line) adalah fungsi dengan tanggungjawab langsung demi tercapainya tujuan organisasi, sedangkan staff adalah unsure organisasi yang membantu orang-orang Fungsional di dalam usaha mereka secara efektif mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa hubungan garis merupakan hubungan berdasarkan prinsip rantai skalar (Schalar Chains) dimana atasan dapat memberikan perintah langsung kepada bawahannya. Staff hanyalah mempunyai hak untuk memberikan nasihat. Biasanya orang mempersoalkan konflik yang timbul dari hubungan antara garis dan staff, hal ini di sebabkan :
a. Orang staff, karena mereka merasa ahli dan muda, ada kesan selalu meremehkan orang garis.
b. Orang staff merasa tak selalu bertanggungjawab terhadap hasil kegiatan, karena mereka bukanlah orang yang melaksanakan operasi.
c. Orang garis selalu merasa lebih berpengalaman, oleh sebab itu sering tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh orang staff.
2.2.3.4. Pendelegasian Dan Desentralisasi Wewenang
Pendelegasian merupakan alokasi atau pembebanan tugas, wewenang dan permintaan akan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Pendelegasian harus jelas kepada posisi tertentu, siapa yang akan menempati posisi tersebut dan bagaimana pelasanaannya. Tentu saja perlu fleksibilitas tertentu agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Prinsip-prinsip Pendelegasian mestinya :
a. Prinsip Definisi Fungsi, bahwa isi setiap posisi atau kedudukan harus dibatasi dengan jelas, sedangkan wewenang perlu digariskan dalam semacam deskripsi jabatan.
b. Prinsip Skalar, yaitu kebaikan akan adanya rantai hubungan wewenang langsung atasan bawahan secara menyeluruh, bawahan harus tahu siap atasannya.
c. Prinsip Tingkat Wewenang, bahwa wewenang mengambil keputusan itu selalu ada dan keputusanan yang tidak dapat dilakukan pada suatu tingkatan, hendaknya dilakukan oleh atasanya dilakukan.
d. Prinsip kemutlakan Tanggungjawab, hal ini berarti tanggungjawab bawahan pada atasan itu mutlak, sebaiknya atasa tidak dapat menghindari tanggungjawab walaupun dia telah mendelegasikan wewenangnya.
f. Prinsip Paritas antara Wewenang dan Tanggungjawab, yang berarti bahwa manajer di dalam menjalankan wewenangnya juga harus bertanggung jawab yang sama terhadap hasil-hasilnya
g. Prinsip Kesatuan Perintah, berarti bawahan harus melapor pada satu atasan saja, kecuali dalam hal-hal seperti wewenang bersama dan dipecah antara atasan dengan bawahan.
2.2.3.5 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi
Struktur organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:14):
a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36)
- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran distribusi dan pembelian bahan baku.
- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah perusahaan dalam memasuki pasar yang baru dijangkau.
b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :
- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas pegawai
- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan yang dikeluarkan perusahaan.
- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang dikeluarkan perusahaan.
c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :
- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.
- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam produksi barang.
- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam menghadapi persaingan.
- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control.
- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik baru.
2.2.4. Penetrasi Teknologi Komunikasi
Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72). Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kataa yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan lain sebagainya. (Handoko, 1992:273).
Sedangkan penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan
2.2.4.1. Informasi
Menurut Baridwan [1994 : 5], informasi adalah fakta atau jumlah yang mempunyai kegunaan dalam pengambilan keputusan. Informasi ini merupakan keluaran (output) dari data yang diproses dalam sistem.
Sedangkan menurut Murdick [1993: 6], informasi terdiri dari data yang telah diambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informatif atau kesimpulan, argumentasi, atau sebagai dasar untuk kriteria peramalan atau pengambilan keputusan.
Dari beberapa definisi informasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah :
a. Data yang diolah.
b. Menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya. c. Menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata.
d. Digunakan pengambilan keputusan.
2.2.4.2. Kriteria Informasi
Menurut Yogianto [2000 : 30], kriteria informasi terdiri dari tiga hal : 1. Akurat
harus akurat karena dari informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat merusak atau merubah informasi tersebut.
2. Tepat waktu
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan bagi pengambilan keputusan. Apabila keputusan terlambat, maka akan berakibat fatal bagi organisasi.
3. Relevan
Informasi harus mempuyai manfaat bagi pemakainya.
2.2.4.3. Penyajian Informasi
Menurut Winarno [1994 : 23], informasi disajikan dalam dua wujud yaitu : 1. Secara tertulis
Informasi ini disediakan dengan cara formalitas melalui penulisan yang ditujukan kepada pihak pemakai informasi, misalnya pada media cetak, media elektronik dalam bentuk visual, dan lain sebagainya.
2. Secara lisan
2.2.4.4 Dimensi dan Indikator Penetrasi Teknologi Komunikasi
Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72) yang diindikatori :
- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai perusahaan.
- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan. - Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan
harus menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen memilih.
- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan penghematan di beberapa bagian.
- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam menghadapi persaingan yang ketat.
2.2.5. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Struktur Organisasi
2.2.6. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Penetrasi Teknologi
Komunikasi
Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi sebagai variabel mediating, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian dapat lebih intensif.
Sedangkan Lee dan Leifer dalam Lee Dan Grover (2000:18) berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese dalam Lee Dan Grover (2000:18) menyajikan model “relasional” informasi teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.
2.2.7. Pengaruh Penetrasi Teknologi Komunikasi Terhadap Struktur
Organisasi
umum, informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Grover (2000:18) menegaskan bahwa “Adalah pada saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa informasi teknologi perlu”. Huber dalam Lee Dan Grover (2000:18) juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun suatu hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah penelitian dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah:
a. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. b. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi
komunikasi
c. Diduga penetrasi teknologi komunikasi berpengaruh terhadap struktur organisasi.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Untuk kemudahan dalam memahami penilitian ini serta menghindari
kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi opersional variabel-variabel
yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:
1. Atribut Lingkungan (X)
Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan
perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Adapun dimensi dan
indikatornya adalah sebagai berikut :
a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan
perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :
- Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi
perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk
memasarkan produknya.
- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang
dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.
- Kemampuan Memprediksi Pesaing, yaitu menganalisis dan
mengevaluasi para pesaing perusahaan yang sejenis.
- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu
tanggap melihat selera konsumen di pasaran.
b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan
seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :
- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang
ada di daerah pemasaran.
- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan
oleh perusahaan pesaing.
- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat
yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.
2. Struktur Organisasi (Y)
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal
pada organisasi yang dikelola (Lee dan Grover, 2000:14). Yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor , antara lain :
a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat
tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan
keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan,
yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :
- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru
hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran
distribusi dan pembelian bahan baku.
- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah
- Kebijakan Personil yaitu ketetapan dan peraturan perusahaan dalam
melakukan strategi bisnis.
b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan
perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara
peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover,
2000:36):
- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas
pegawai.
- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan
yang dikeluarkan perusahaan.
- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang
dikeluarkan perusahaan.
c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi
tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover,
2000:36):
- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.
- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan
dalam produksi barang.
- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam
d) Integrasi (Y.4) adalah aktivitas terpisah dalam perusahaan yang dapat
dikoordinasi melalui mekanisme koordinasi formal, yang diindikatori
(Lee dan Grover, 2000:36) :
- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi
antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control..
- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk
mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik
baru.
3. Penetrasi Teknologi Komunikasi (Z)
Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang
merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem
kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam
Nasir (2003:72)
- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai
perusahaan.
- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan
yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan.
- Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan harus
menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen
- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan
penghematan di beberapa bagian.
- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam
menghadapi persaingan yang ketat.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan ialah Skala Likert, yaitu skala jarak
antara data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol
absolut (Indriantoro dan Supomo, 2002: 105). Analisis dilakukan dengan meminta
responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang
berkaitan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam 2 (dua) sisi.
Skala ini disusun dalam suatu garis kontinue jawaban sangat positifnya
terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya disebelah kiri, atau
sebaliknya skala data yang digunakan adalah skala interval 1 sampai 7,
digambarkan sebagai berikut :
1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang
berada dalam tentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing, dimana 1
menunjukkan nilai terendah, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak
setuju dengan pernyataan sangat setuju dan 7 merupakan nilai tertinggi.
Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 2 cenderung sangat
setuju, 4 sampai 5 cenderung cukup setuju, 5 sampai 6 cenderung setuju dengan
pernyataan yang diberikan dan nilai 6 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju,
dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan individu atau kelompok yang memiliki ciri atau
karakteristik yang sama dan menjadi obyek dalam penelitian. Populasi yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer
dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah
teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden
tersebut. Ciri-ciri Responden tersebut adalah 1). Manajer dan asisten manajer PT.
Sulfa Group dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. 2). Manajer dan assisten
manajer PT. Sulfa Group yang berusia antara 30 sampai dengan 55 tahun. 3).
Manajer dan assisten manajer PT. Sulfa Group yang menggunakan teknologi
informasi dalam perusahaan.
Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002: 48):
1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.
bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dalam penelitian ini terdapat 23 indikator maka jika dikalikan dengan 5
sama dengan 115 responden, jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebesar 115 responden.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuisioner kepada Manajer dan asissten Manajer di PT. Sulfa Group.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data tentang PT. Sulfa Group yang meliputi data sejarah
perusahaan, lokasi perusahaan dan lain sebagainya.
3.3.2. Sumber Data
Beberapa sumber yang dimanfaatkan oleh peneliti antara lain :
a. Manajer dan assisten manajer di PT. Sulfa Group sebagai responden.
b. Buku-buku serta literatur-literatur.
3.3.3. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
a. Metode Observasi
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang diteliti.
b. Metode Wawancara
Yaitu mengumpulkan data atau bahan – bahan keterangan dilakukan
dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang
berwenang di PT. Sulfa Group.
c. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang
berhubungan dengan penulisan usulan penelitian ini.
d. Metode Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group
untuk diisi.
3.4. Uji Kualitas Data
3.5. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik
secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi
kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari
observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002 : 52).
3.4.1.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan
mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut
dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar
satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),
maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk
sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas
dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam
Ferdinand, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang
memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
3.4.1.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun data
yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak
Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan
menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat
dievaluasi dengan menggunakan nilai χ² pada derajat kebebasan sebesar jumlah
item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya
lebih besar dari nilai χ² Tabel adalah Outlier Multivariat.
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam
daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct
validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang
sebenarnya yang kita ukur.
b. Uji Reliabilitas
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach.
Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat
diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).
3.4.3. Uji Normalitas Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari
Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ± 2,58 maka
distribusi adalah tidak normal.
b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ± 2,58 maka
distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi
menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
Persamaan Dimensi variabel kepuasan kerja :
Z1 = λ1penetrasi teknologi komunikasi + er_1
Z2 = λ2 penetrasi teknologi komunikasi + er_2
Z3 = λ3 penetrasi teknologi komunikasi + er_3
Z4 = λ4 penetrasi teknologi komunikasi + er_4
Z5 = λ5 penetrasi teknologi komunikasi + er_5
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model
pengukuran dengan contoh faktor penetrasi teknologi komunikasi akan nampak
sebagai berikut:
Keterangan :
X1.1 = pertanyaan tentang perancanaan strategi
X1.2 = pertanyaan tentang analisis penjualan
X1.3 = pertanyaan tentang desain produk
X1.4 = pertanyaan tentang pembelian
X1.5 = pertanyaan tentang perencanaan
er_j = error term X1j
3.6. Asumsi Model [Structural EquationModelling]
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat
diuji dengan metode-metode statistik.
2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya
disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji
normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika
nilai Z lebih besar dari nilai kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi
data adalah tidak normal.
3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].
4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih
pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.
2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p
< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel
bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2 adalah multivariate
outlier.
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi [Hair,1998].
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila
determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi
multikolinieritas dan singularitas
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya
diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai
dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk
yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/
obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan
construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan
Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :
[ΣStandardize Loading]
Var iance Ext r act ed = [Σ Standardize Loading]
Const r uct Reliabilit y = [ΣStandardize Loading] + Σ εj]
[Σ Standardize Loading] + Σ εj]
Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize
Loading]Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7
dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat
diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct
standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti signifikan.
3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan
untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach
dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas
indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step
Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan
model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan
dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement
model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988].
Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah
sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator
summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap
indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala
yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].
b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung
dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson
dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliability [εΨ] telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan
bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]
terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada
analisis model pengukuran SEM.
: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu
sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui
indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.
: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu
variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya
melalui instrumen-instrumen survei.
Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah
merupakan variable dependen.
Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan
yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.
3.6.3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria
CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model
dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Goodness of Fit Indices
GOODNESS
Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada
sample besar. ≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.
≥ 0,94
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang
digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.
X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel
yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya
sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji
signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu
dilengkapi dengan uji yang lain.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
4.1.Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Lokasi Penelitian
Nama Perusahaan : PT. SULFATAMA KENCANA
Tempat Kedudukan : Surabaya Jawa Timur, Indonesia
Kantor Pusat : JI. Teluk Kumai Barat 70
Email : pt_sulfa@rad.net.id
Nama Direktur Utama : Drs. H. Abdul Murady Darmansyah
Akta Pendirian : Nomor 112
Tanggal 14 Januari 1980 Notaris Sutjipto, SH
Akta Perubahan : Nomor 3
Tanggal 26 Maret 2008
Notaris : Wina Ustriani, SH
Pengesahan : Dep. Kehakiman Nomor AHU—27493.AH.01.02
Tahun 2008
Tanggal 26 Mei 2008
Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor
503/6491A/436.5.9/2007
Nomor Pokok Wajib Pajak : 01.108.282.3-631.000
Pengusaha Kena Pajak : PEM-01533-/WPJ.11/KP.1103/2008
Tanda Daftar Perusahaan : Nomor 13.01.1.51.04738
Tanggal 21 Nopember 2007
Bidang Usaha Perdagangan Umum - Usaha dibidang Pembangunan
- Usaha di bidang perdagangan umum
- Usaha dibidang pertanian, perkebunan, peternakan dan agrobisnis
- Usaha di bidang transportasi darat dan jasa
4.1.2. Kegiatan Perusahaan
Kegiatan Utama :
a. SPBU 54. 61 115 Segoromadu Gresik
SPBU yang terletak di Jl. Veteran 168 A Gresik mulai dioperasikan pada
tanggal 16 September 1999, merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Minyak untuk Umum (SPBU) untuk melayani kebutuhan masyarakat yang
terdiri 5 (lima) tangki pendam dan 4 (empat) pompa dengan 12 (dua belas)
nozzle yang terdiri atas 6 (enam) nozzle Premium, 4 (empat) nozzle Solar dan
2 (dua) nozzle Pertamax. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah
menjadi pelanggan tetap di SPBU 54.61115 Gresik antara lain :
PT. Semen Gresik, PT. Varia Usha, PT. Swadaya Graha, KWSG, PT. Kodeco.
PT. Barata, PT. Marga Bumi Matraraya, PT. Indospring, PT.Nippon Paint dll.
Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 4.0354/F5000/SPBU/III/1999
b. SPBU 54. 60 270 JI. Ngagel - Surabaya
SPBU yang terletak di kawasan strategis di JI. Ngagel 133 yang mulai
dioperasikan pada tanggal 26 Mei 2004 ini memiliki 6 tangki pendam dan 7
pompa nozzle teridiri atas 2 (dua) nozzle Pertamax, 2 (dua) nozzle Pertamax
Plus, 10 (sepuluh) nozzle Premium dan 4 (empat) nozzle Solar yang
dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap
nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta
penjualan Pelumas. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah menjadi
pelanggan tetap di SPBU 54.60270 Surabaya antara lain :
PT. IGLAS, Hotel Novotel, Taxi Ble Bird, Merpati Nusantara Airlines,
PabrikKarung Rosela, PT. Hutama Karya, Pusvetma, DPU Bina Marga Prop
Jawa Timur, DPU Bina Marga Suramadu, KPP Tegalsari, KPP Sawahan.
Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 122/E25000/SPBU/V/2004
tanggal 26 Mei 2004.
c. SPBU 54.61 247 Sidoarjo
SPBU yang terletak di Jl. Raya Taman km 16 Sidoarjo mulai dioperasikan
pada tanggal 12 September 2007 memiliki 5 (lima) tangki pendam dan 10
(sepuluh) pompa dispenser yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) nozzle
Premium, 14 (empat belas) nozzle Solar dan 4 (empat) buah nozzle Pertamax,
dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap
nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta