• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP

Yang diajukan

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi Oleh

Pembimbing Utama

Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen

Drs.Ec.Gendut Sukarno, Ms

NIP : 030.202.389

(2)

Yang diajukan

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….

Mengetahui

a.n. Dekan Fakultas Ekonomi Pembantu Dekan 1

Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi

(3)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh:

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR

(4)

SKRIPSI

Oleh:

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR

(5)

(Studi Pada De Boliva Ice Cream Surabaya)

Disusun oleh:

KARTIKA YUS AGUSTIN

0413010134/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 24 Oktober 2008.

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dr. Sumarsono, MSi Dr. Sumarsono, MSi

Sekretaris

Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi

Anggota

Dra. Ec. Tituk D. W, Maks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

(6)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP ”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Ec. Gendut Sukarno, MSi. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, Desember 2008

(8)

Keywords: Atribut Lingkungan, Penetrasi Teknologi Komunikasi dan Struktur Organisasi

Oleh :

Agung Pambudi Maha Putra

Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 115 responden dengan menggunakan Structural Equation Modelling.

Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

a. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, tidak dapat diterima.

b. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap variabel KT Penatration, tidak dapat diterima.

(9)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. (Panjaitan, 2006:27)

Dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan kegiatan manajemen perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, dengan memperhatikan azas-azas ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Informasi memiliki peran penting dalam membantu memprediksi konsekuensi yang mungkin akan terjadi atas berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Apalagi dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi ini, untuk mencapai kinerja yang maksimal tentunya manajer memerlukan suatu informasi yang berhubungan dengan tugas yang akan dilaksanakannya. Sebab informasi yang bernilai potensial dapat memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai alternatif tindakan. Dengan adanya informasi juga akan meningkatkan kemampuan manajer untuk memahami keadaan lingkungan yang sebenarnya dan berfungsi

(10)

pula dalam mengidentifikasi aktivitas yang relevan. Karakteristik informasi yang bermanfat berdasarkan persepsi para manajer sebagai pengambilan keputusan dikategorikan kedalam empat sifat yaitu : broadscope, timeliness, agregasi, dan informasi yang terintegrasi.

Pada organisasi terdesentralisasi para manajer membutuhkan informasi yang lebih dibandingkan dengan organisasi sentralisasi, sebab organisasi sentralisasi manajer hanya menjalankan tugas atas perintah atasannya saja. Manajer memerlukan informasi disini digunakan untuk mendukung kebutuhan mereka dalam pengambilan keputusan. Kondisi tersebut menimbulkan perlunya mempertimbangkan suatu keselarasan antara tingkat desentralisasian dengan tingkat ketersediaan karakteristik informasi akuntansi manajemen, kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuat keputusan akan mendukung kualitas keputusan yang akan diambil dan pada akhirnya dapat memecahkan permasalahan yang ada.

(11)

Sedangkan proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi manajemen hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

Lee dan Grover dalam Nasir (2003:70) menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan variabel yang mempengaruhi kekuatan hubungan kausal antara ketidakpastian dengan struktur organisasi.

(12)

secara meluas, sumber daya yang tidak disalurkan, peningkatan koneksi menggangu unsur-unsur lingkungan keterkaitan diantara mereka.

Secara umum, Informasi Teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Pfeffer dan Leblebici menegaskan bahwa “Adalah saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa Informasi Teknologi perlu dan sama-rata”. Huber [juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat, sedangkan Lee dan Leifer berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi (IS) adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese menyajikan model “relasional” Informasi Teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.

(13)

Karena itu diharapkan dengan adanya ketidakpastian lingkungan disini dan dengan penetrasi komunikasi ini akan dapat membentuk suatu struktur organisasi dan strategi organisasi yang dapat digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan perusahaan sejenis.

PT. Sulfa Group adalah perusahaan yang membawahi lima belas perusahaan antara lain :

Tabel 1.1. Anak Perusahaan PT. Sulfa Grup

ANAK PERUSAHAAN BIDANG USAHA

PT. GHALAYA ABADI PERSADA LINE

Bergerak dalam bidang pelayaran dan angkutan laut

PT. INSAM JAYA REKSA Bergerak di bidang bunker service dan jasa

transportasi laut. PT. MUTIARA INDAH ABADI

PERSADA

Bergerak di bidang bunker service dan memiliki SPBB di Pelabuhan Surabaya dan Gresik

PT. SUMUR EMAS WAHYULOKA Bergerak di bidang Persewaan kendaraan

ringan penumpang

PT. BUMI TEDUH BERSINAR Bergerak di bidang transportir darat dan

bahan bakar minyak.

PT. SULFATAMA KENCANA Bergerak di bidang perdagangan umum

PT. INSAM LUBER KENCANA Bergerak di bidang penyewaan alat berat,

konstruksi

SPBU RATNA – SURABAYA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU SEGOROMADU – GRESIK Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU GILANG – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU MALUK – SUMBAWA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU KOTOLEBU – JAMBI Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU TAMAN – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

PT. INSAM JATRA Angkutan material non BBM, pengurusan

transportasi

PT. MATRA NALURI MUDA Perdagangan umum, export import.

(14)

Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak, berdasarkan observasi sementara melalui wawancara kepada General Manager dari Sulfa Group, perusahaan memang kurang bergerak cepat dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal tersebut, hal ini berdasarkan terlambatnya distribusi ke SPBU, memberitahu kepada SPBU untuk melarang para spekulan untuk memborong bahan bakar minyak dengan membeli secara banyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.

Tabel 1.2. Laporan Penyusutan BBM Akibat Keterlambatan Pengiriman PT. Sulfa Group

RUGI

(15)

Kerugian yang dialami PT. Sulfa Group akibat penyusutan BBM yang dikarenakan keterlambatan pengiriman BBM dari Bulan Maret 277 liter, pada bulan April 324 liter dan pada bulan Mei kerugian yang dialami sebesar 599 liter. Dari bulan April 2008 – bulan Mei 2008 kerugian yang dialami mengalami kenaikan, kemungkinan disebabkan manajer kurang pengkoordinasian dan kurang mempertimbangkan perubahan lingkungan yang terjadi dalam setiap kegiatannya, serta kurang dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dalam menghadapi menghadapi ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi pada suatu perusahaan.

(16)

Sedangkan Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian terhadap struktur organisasi dapat lebih intensif. Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, dan operasional perusahaan. Informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Lee dan Grover (2000:18)

Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas timbul ketertarikan untuk mengadakan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Atribut Lingkungan Dan Penetrasi Teknologi Komunikasi

Terhadap Struktur Organisasi Pada PT. Sulfa Group”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi ? b. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi

komunikasi ?

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah

a. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap struktur organisasi.

b. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap penetrasi teknologi komunikasi.

c. Untuk menganalisis pengaruh penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan mutu dari informasi komunikasi bagi pihak manajemen guna pengambilan keputusan dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Bagi Akademis

Dapat dipergunakan sebagai referensi, tambahan khasanah kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang untuk dapat memahami atribut lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi dan struktur organisasi dalam kebutuhan dunia usaha dan menjawab tantangan globalisasi. 

(18)

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti sebelumnya berkaitan dengan kualitas layanan yang telah dilakukan oleh:

1. CHOONG C. LEE dan VARUN GROVER dengan judul : Menggali Mediasi Antara Pelengkap-Pelengkap Lingkungan Dan Struktural: Penetrasi Teknologi Komunikasi Pada Perusahaan Manufaktur

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari Teknologi Komunikasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan dan dampaknya pada struktur organisasi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penetrasi teknologi komunikasi dan lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. Hasil lain dari penelitian ini adalah dukungan untuk sebuah peranan perantara dari Teknologi Komunikasi antara pelengkap pasti dari lingkungan dan struktur

2. Diana Rahmawati dan Mohammad Nasir dengan judul: Pengaruh Kesan Atribut Lingkungan Terhadap Atribut Struktur Organisasi : Penetrasian Teknologi Komunikasi Sebagai Moderating Variabel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Teknologi Komunikasi terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(19)

penetrasian teknologi komunikasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan struktur organisasi untuk perusahaan manufaktur baik itu yang listing maupun non listing di BEJ.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mendapatkan laba.

Pada saat ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha. Kadang-kadang istilah pemasaran ini diartikan sama dengan istilah seperti penjualan, perdagangan dan pendistribusian. Salah satu pengertian ini timbul karena pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kegiatan dan kepentingan yang berbeda-beda.

Kenyataannya pemasaran merupakan konsep yang menyeluruh yang meliputi penentuan daripada kebutuhan dan keinginan konsumen, sasaran, dan kemudian bagaimana menyerahkan produk secara efisien dan efektif. Sedangkan istilah yang lain tersebut hanya merupakan satu bagian atau kegiatan dalam sistem pemasaran keseluruhannya.

(20)

mereka butuhkan dan inginkan dalam menciptakan, menawarkan dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (1990 : 5) pemasaran adalah sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Perusahaan harus menerapkan konsep pemasaran dalam praktek agar keuntungan yang terkandung didalamnya dapat direalisasikan, dan dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran ini merupakan tindakan dari konsep pemasaran.

Banyak definisi yang diungkapkan oleh ahli ekonomi mengenai manajemen pemasaran, diantaranya Kotler dan Armstrong (2003 : 16) manajemen pemasaran adalah merupakan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

(21)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dan dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.

Penentuan produksi, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen dan sebaiknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.

2.2.1.3. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997 : 17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memandukan kegiatan pemasaran dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

(22)

kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan engan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan.

Ringkasan konsep pemasaran pada penelitian ini adalah upaya pemasaran terkoordinasi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komunikasi yang tepat dan sesuai dikembangkan untuk mengatasi perubahan lingkungan guna merumuskan struktur organisasi yang tepat dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai kunci mencapai organisasi.

2.2.2. Pengertian Atribut Lingkungan

Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Atribut lingkungan secara umum, dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas-batas organisasi. Menurut Robbins (1990:23). Lingkungan organisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Lingkungan Umum

Lingkungan umum (Robbins, 1990:23) meliputi kondisi yang mungkin memiliki dampak terhadap organisasi namun relevansinya tidak dapat diketahui secara jelas, misalnya :

(23)

dalam lingkungan umum yang dapat mempengaruhi praktek-praktek manajemen dalam sebuah organisasi.

Kondisi Politik. Keadaan politik mencakup stabilitas umum negara – negara di mana organisasi beroperasi dan sikap-sikap khusus yang dimiliki oleh pejabat-pejabat Pemerintah terpilih terhadap dunia usaha

Kodisi Sosial. Manajer-manajer harus menyelesaikan praktek mereka dengan harapan masyarakat yang berubah-ubah di mana mereka bekerja. Sewaktu nilai, kebiasaan dan cita rasa berubah, manajer-manajer harus pula berubah. Ini berlaku baik terhadap tawaran produk maupun jasa mereka dan kebijakan operasi internal mereka.

Global. Globalisasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi para manajer dan organisasi. Sebagai bagian dari lingkungan luar, para manajer perusahaan besar maupun kecil di tantang oleh meningkatnya jumlah pesaing global.

(24)

teknologi internet dan dapat di akses hanya oleh para karyawan organisasi tersebut) guna membantu para karyawan mengerjakan tugas mereka secara efektif dan efisien. Bagi para manajer di semua organisasi, kemajuan-kemajuan teknologi ini berarti kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat dan lebih baik.

2. Lingkungan Khusus

Lingkungan khusus (Robbins, 1990:23) merupakan lingkungan organisasi yang secara langsung, relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus ini merupakan pusat perhatian manajemen karena terdiri dari konstituen kritis yang secara langsung, baik positif maupun negatif mempengaruhi keefektifan organisasi secara spesifik, yang termasuk lingkungan khusus adalah :

Pemasok-Pemasok. Apabila kita merenungkan pemasok-pemasok sebuah organisasi, lazimnya kita membayangkan perusahaan-perusahaan yang menyediakan bahan-bahan dan peralatan. Tetapi, istilah pemasok-pemasok mencakup pula penyedia masukan keuangan dan tenaga kerja. Pemegang saham, bank, perusahaan asuransi, dana-dana pensiun, dan lembaga-lembaga serupa lain yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan pasokan modal terus-menerus.

(25)

pemerintah. Pelanggan-pelanggan jelas merupakan kemungkinan ketidakpastian bagi sebuah organisasi. Cita rasa pelanggan-pelanggan dapat berubah. Mereka dapat menjadi tidak puas dengan jasa atau produk sebuah organisasi. Tentu saja, sejumlah organisasi menghadapi ketidakpastian yang jauh lebih besar sebagai akibat pelanggan-pelanggan mereka dari pada organisasi-organisasi lain.

Pesaing-Pesaing. Semua organisasi, sekalipun yang monopoli, mempunyai satu pesaing atau lebih. Para manajer tidak boleh mengabaikan persaingan. Apabila mereka mengabaikannya, mereka akan membayar mahal.

Pemerintah. Pemerintahan setempat mempengaruhi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi. Terlebih dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat memperluas dan memodifikasi banyak pedoman dan peraturan serta perundang-undangan dalam bidang perekonomian.

Kelompok-Kelompok Penekan. Para manajer harus menyadari kelompok-kelompok keputusan khusus seperti lembaga-lembaga yang melindungi hak-hak konsumen yang berusaha untuk mempengaruhi tindakan-tindakan organisasi tersebut.

(26)

Organisasi-organisasi tergantung pada lingkungan mereka sebagai sumber masukan dan sebagai penerima pengeluarannya.

Kurang dari sebagian pemimpin-pemimpin tertinggi itu merasa bahwa perusahaan mereka sangat mampu menghadapi kekuatan-kekuatan lingkungan yang berubah. Sedangkan kekuatan-kekuatan lingkungan itu bersifat dinamis dan menciptakan cukup banyak ketidakpastian bagi manajemen.

2.2.2.1 Dimensi dan Indikator Atribut Lingkungan

Atribut lingkungan dalam penelitian ini meliputi lingkungan umum dan khusus yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:13) :

a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk memasarkan produknya.

- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.

(27)

- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu tanggap melihat selera konsumen di pasaran.

b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang ada di daerah pemasaran.

- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan oleh perusahaan pesaing.

- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.

2.2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah mekanisme formal pada organisasi yang

dikelola. (Lee dan Grover, 2000:14) Struktur organisasi menunjukkan kerangka

dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. (Handoko, 1992:169)

(28)

Pengorganisasian merupakan suatu proses penciptaan hubungan-hubungan antar fungsi-fungsi, personalia dan faktor agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Proses pengorganisasian akan menghasilkan organisasi formal yaitu lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi, disisi lain mungkin juga akan menimbulkan oraganisasi tidak rormal (informal) yaitu suatu wadah hubungan antara anggota tertentu di dalam organisasi formal. (Handoko, 1992:169)

Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian rupa sehingga tercapainya tujuan organisasi, untuk itu kemudian diciptakan struktur organisasi tertentu. (Handoko, 1992:169)

(29)

2.2.3.1. Pembagian kerja

Pembagian kerja sebenarnya merupakan pemecahan tugas yang dilakukan sedemikian rupa sehingga orang perorang di dalam organisasi bertanggungjawab pada tugas dan melaksanakan kegaitan tertentu yang dibebankan kepadanya saja. Pembagian kerja ini cenderung mengarah kepada spesialisasi perseorangan dan pekerjaan yang ditanganinya. Pelopor pembagian kerja adalah Adam Smith, ia berpendapat bahwa dengan pembagian kerja akan membentuk seseorang untuk cakap dan trampil dalam menangani tugas yang dibebankan kepadanya, dapat mempelajari tugasnya dalam waktu singkat dan cenderung melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Dengan adanya pembagian kerja maka akan menghasilkan lebih banyak kepuasan kerja yang dicapai, dengan demikian akan membuka peluang bagi seseorang untuk maju dan untuk kepentindan organisasi, proses ini akan berkembang secara terus menerus (sustainble), organisasi menjalankan pembagian kerja bagi anggotanya, sedangkan anggota organisasi akan memberikan kontribusi sesuai dengna kemampuan dirinya demi kemajuan organisasinya.

2.2.3.2. Wewenang, tanggung jawab dan pelaporan

(30)

dan harus dilaksanakan oleh anggota organisasi di dalam rangka menjalankan fungsinya dan mencapai tujuan organisasi.

Wewenang adalah hak memerintah atau berbua. Apabila dihayati secara benar, maka wewenang dapat berasal dari tiga sumber yaitu :

1. Lembaga Sosial menurut teori wewenang formal 2. unsur penerimaan bawahan menurut teori penerimaan 3. kemampuan atau kharisma seseorang.

Namun dalam kenyataan wewenang mungkin saja merupakan kombinasi dari ketiga sumber tersebut.

Tanggung jawab, adalah merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Wewenang dapat didelegasikan, tanggungjawab tercipta dengan diterimanya tugas oleh bawahan. Bagaimanapun juga atasan tetap bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dengan demikian pda dasarnya tanggung jawab tidak dapat didelegasikan.

Pertanggungjawaban tugas dan hasil pekerjaan dengan cara memberikan laporan, terutama pada atasan langsung. Dengan demikian laporan juga merupakan tanggungjawab bawahan.

(31)

sebagai dasar pengambilan keputusan atau penyelesaian persoalan yang timbul.

2.2.3.4. Wewenang garis (line) dan staff

Fungsi Garis (Line) adalah fungsi dengan tanggungjawab langsung demi tercapainya tujuan organisasi, sedangkan staff adalah unsure organisasi yang membantu orang-orang Fungsional di dalam usaha mereka secara efektif mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa hubungan garis merupakan hubungan berdasarkan prinsip rantai skalar (Schalar Chains) dimana atasan dapat memberikan perintah langsung kepada bawahannya. Staff hanyalah mempunyai hak untuk memberikan nasihat. Biasanya orang mempersoalkan konflik yang timbul dari hubungan antara garis dan staff, hal ini di sebabkan :

a. Orang staff, karena mereka merasa ahli dan muda, ada kesan selalu meremehkan orang garis.

b. Orang staff merasa tak selalu bertanggungjawab terhadap hasil kegiatan, karena mereka bukanlah orang yang melaksanakan operasi.

c. Orang garis selalu merasa lebih berpengalaman, oleh sebab itu sering tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh orang staff.

(32)

2.2.3.4. Pendelegasian Dan Desentralisasi Wewenang

Pendelegasian merupakan alokasi atau pembebanan tugas, wewenang dan permintaan akan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Pendelegasian harus jelas kepada posisi tertentu, siapa yang akan menempati posisi tersebut dan bagaimana pelasanaannya. Tentu saja perlu fleksibilitas tertentu agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Prinsip-prinsip Pendelegasian mestinya :

a. Prinsip Definisi Fungsi, bahwa isi setiap posisi atau kedudukan harus dibatasi dengan jelas, sedangkan wewenang perlu digariskan dalam semacam deskripsi jabatan.

b. Prinsip Skalar, yaitu kebaikan akan adanya rantai hubungan wewenang langsung atasan bawahan secara menyeluruh, bawahan harus tahu siap atasannya.

c. Prinsip Tingkat Wewenang, bahwa wewenang mengambil keputusan itu selalu ada dan keputusanan yang tidak dapat dilakukan pada suatu tingkatan, hendaknya dilakukan oleh atasanya dilakukan.

d. Prinsip kemutlakan Tanggungjawab, hal ini berarti tanggungjawab bawahan pada atasan itu mutlak, sebaiknya atasa tidak dapat menghindari tanggungjawab walaupun dia telah mendelegasikan wewenangnya.

(33)

f. Prinsip Paritas antara Wewenang dan Tanggungjawab, yang berarti bahwa manajer di dalam menjalankan wewenangnya juga harus bertanggung jawab yang sama terhadap hasil-hasilnya

g. Prinsip Kesatuan Perintah, berarti bawahan harus melapor pada satu atasan saja, kecuali dalam hal-hal seperti wewenang bersama dan dipecah antara atasan dengan bawahan.

2.2.3.5 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi

Struktur organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:14):

a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36)

- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran distribusi dan pembelian bahan baku.

- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah perusahaan dalam memasuki pasar yang baru dijangkau.

(34)

b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas pegawai

- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.

- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam produksi barang.

- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam menghadapi persaingan.

(35)

- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control.

- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik baru.

2.2.4. Penetrasi Teknologi Komunikasi

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72). Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kataa yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan lain sebagainya. (Handoko, 1992:273).

(36)

Sedangkan penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan

2.2.4.1. Informasi

Menurut Baridwan [1994 : 5], informasi adalah fakta atau jumlah yang mempunyai kegunaan dalam pengambilan keputusan. Informasi ini merupakan keluaran (output) dari data yang diproses dalam sistem.

Sedangkan menurut Murdick [1993: 6], informasi terdiri dari data yang telah diambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informatif atau kesimpulan, argumentasi, atau sebagai dasar untuk kriteria peramalan atau pengambilan keputusan.

Dari beberapa definisi informasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah :

a. Data yang diolah.

b. Menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya. c. Menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata.

d. Digunakan pengambilan keputusan.

2.2.4.2. Kriteria Informasi

Menurut Yogianto [2000 : 30], kriteria informasi terdiri dari tiga hal : 1. Akurat

(37)

harus akurat karena dari informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat merusak atau merubah informasi tersebut.

2. Tepat waktu

Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan bagi pengambilan keputusan. Apabila keputusan terlambat, maka akan berakibat fatal bagi organisasi.

3. Relevan

Informasi harus mempuyai manfaat bagi pemakainya.

2.2.4.3. Penyajian Informasi

Menurut Winarno [1994 : 23], informasi disajikan dalam dua wujud yaitu : 1. Secara tertulis

Informasi ini disediakan dengan cara formalitas melalui penulisan yang ditujukan kepada pihak pemakai informasi, misalnya pada media cetak, media elektronik dalam bentuk visual, dan lain sebagainya.

2. Secara lisan

(38)

2.2.4.4 Dimensi dan Indikator Penetrasi Teknologi Komunikasi

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72) yang diindikatori :

- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai perusahaan.

- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan. - Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan

harus menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen memilih.

- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan penghematan di beberapa bagian.

- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam menghadapi persaingan yang ketat.

2.2.5. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Struktur Organisasi

(39)

2.2.6. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Penetrasi Teknologi

Komunikasi

Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi sebagai variabel mediating, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian dapat lebih intensif. 

Sedangkan Lee dan Leifer dalam Lee Dan Grover (2000:18) berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese dalam Lee Dan Grover (2000:18) menyajikan model “relasional” informasi teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.

2.2.7. Pengaruh Penetrasi Teknologi Komunikasi Terhadap Struktur

Organisasi

(40)

umum, informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Grover (2000:18) menegaskan bahwa “Adalah pada saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa informasi teknologi perlu”. Huber dalam Lee Dan Grover (2000:18) juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat.

(41)
(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun suatu hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah penelitian dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah:

a. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. b. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi

komunikasi

c. Diduga penetrasi teknologi komunikasi berpengaruh terhadap struktur organisasi.

(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk kemudahan dalam memahami penilitian ini serta menghindari

kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi opersional variabel-variabel

yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Atribut Lingkungan (X)

Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan

perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Adapun dimensi dan

indikatornya adalah sebagai berikut :

a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan

perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi

perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk

memasarkan produknya.

- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang

dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.

- Kemampuan Memprediksi Pesaing, yaitu menganalisis dan

mengevaluasi para pesaing perusahaan yang sejenis.

(44)

- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu

tanggap melihat selera konsumen di pasaran.

b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan

seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang

ada di daerah pemasaran.

- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan

oleh perusahaan pesaing.

- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat

yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.

2. Struktur Organisasi (Y)

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal

pada organisasi yang dikelola (Lee dan Grover, 2000:14). Yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor , antara lain :

a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat

tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan

keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan,

yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru

hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran

distribusi dan pembelian bahan baku.

- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah

(45)

- Kebijakan Personil yaitu ketetapan dan peraturan perusahaan dalam

melakukan strategi bisnis.

b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan

perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara

peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover,

2000:36):

- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas

pegawai.

- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan

yang dikeluarkan perusahaan.

- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang

dikeluarkan perusahaan.

c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi

tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover,

2000:36):

- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.

- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan

dalam produksi barang.

- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam

(46)

d) Integrasi (Y.4) adalah aktivitas terpisah dalam perusahaan yang dapat

dikoordinasi melalui mekanisme koordinasi formal, yang diindikatori

(Lee dan Grover, 2000:36) :

- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi

antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control..

- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk

mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik

baru.

3. Penetrasi Teknologi Komunikasi (Z)

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang

merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem

kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam

Nasir (2003:72)

- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai

perusahaan.

- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan

yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan.

- Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan harus

menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen

(47)

- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan

penghematan di beberapa bagian.

- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam

menghadapi persaingan yang ketat.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan ialah Skala Likert, yaitu skala jarak

antara data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol

absolut (Indriantoro dan Supomo, 2002: 105). Analisis dilakukan dengan meminta

responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang

berkaitan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam 2 (dua) sisi.

Skala ini disusun dalam suatu garis kontinue jawaban sangat positifnya

terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya disebelah kiri, atau

sebaliknya skala data yang digunakan adalah skala interval 1 sampai 7,

digambarkan sebagai berikut :

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam tentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing, dimana 1

menunjukkan nilai terendah, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak

setuju dengan pernyataan sangat setuju dan 7 merupakan nilai tertinggi.

Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 2 cenderung sangat

(48)

setuju, 4 sampai 5 cenderung cukup setuju, 5 sampai 6 cenderung setuju dengan

pernyataan yang diberikan dan nilai 6 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju,

dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan individu atau kelompok yang memiliki ciri atau

karakteristik yang sama dan menjadi obyek dalam penelitian. Populasi yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer

dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah

teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden

tersebut. Ciri-ciri Responden tersebut adalah 1). Manajer dan asisten manajer PT.

Sulfa Group dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. 2). Manajer dan assisten

manajer PT. Sulfa Group yang berusia antara 30 sampai dengan 55 tahun. 3).

Manajer dan assisten manajer PT. Sulfa Group yang menggunakan teknologi

informasi dalam perusahaan.

Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002: 48):

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

(49)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini terdapat 23 indikator maka jika dikalikan dengan 5

sama dengan 115 responden, jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

sebesar 115 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuisioner kepada Manajer dan asissten Manajer di PT. Sulfa Group.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data tentang PT. Sulfa Group yang meliputi data sejarah

perusahaan, lokasi perusahaan dan lain sebagainya.

3.3.2. Sumber Data

Beberapa sumber yang dimanfaatkan oleh peneliti antara lain :

a. Manajer dan assisten manajer di PT. Sulfa Group sebagai responden.

b. Buku-buku serta literatur-literatur.

3.3.3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

(50)

a. Metode Observasi

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

b. Metode Wawancara

Yaitu mengumpulkan data atau bahan – bahan keterangan dilakukan

dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang

berwenang di PT. Sulfa Group.

c. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang

berhubungan dengan penulisan usulan penelitian ini.

d. Metode Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group

untuk diisi.

3.4. Uji Kualitas Data

3.5. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002 : 52).

3.4.1.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

(51)

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Ferdinand, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.1.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ² pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya

lebih besar dari nilai χ² Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam

daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini

(52)

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct

validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang

sebenarnya yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach.

Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi

dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat

diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ± 2,58 maka

distribusi adalah tidak normal.

b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ± 2,58 maka

distribusi adalah normal.

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

(53)

lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi

menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Persamaan Dimensi variabel kepuasan kerja :

Z1 = λ1penetrasi teknologi komunikasi + er_1

Z2 = λ2 penetrasi teknologi komunikasi + er_2

Z3 = λ3 penetrasi teknologi komunikasi + er_3

Z4 = λ4 penetrasi teknologi komunikasi + er_4

Z5 = λ5 penetrasi teknologi komunikasi + er_5

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model

pengukuran dengan contoh faktor penetrasi teknologi komunikasi akan nampak

sebagai berikut:

(54)

Keterangan :

X1.1 = pertanyaan tentang perancanaan strategi

X1.2 = pertanyaan tentang analisis penjualan

X1.3 = pertanyaan tentang desain produk

X1.4 = pertanyaan tentang pembelian

X1.5 = pertanyaan tentang perencanaan

er_j = error term X1j

3.6. Asumsi Model [Structural EquationModelling]

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat

diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien

sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya

disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji

normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika

nilai Z lebih besar dari nilai kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi

data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].

4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih

pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada

(55)

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p

< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel

bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2 adalah multivariate

outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi [Hair,1998].

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila

determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi

multikolinieritas dan singularitas

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal

dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai

dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk

yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/

(56)

obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan

construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan

Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :

      [ΣStandardize Loading]

Var iance Ext r act ed =  [Σ Standardize Loading]

Const r uct Reliabilit y = [ΣStandardize Loading] + Σ εj]

       [Σ Standardize Loading] + Σ εj]

Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize

Loading]Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7

dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat

diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct

standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti signifikan.

3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan

untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach

(57)

dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step

Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan

model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan

dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement

model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988].

Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah

sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar

= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala

yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung

dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson

dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliabilityΨ] telah dijelaskan

pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan

bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]

terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada

analisis model pengukuran SEM.

(58)

: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu

sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.

: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu

variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya

melalui instrumen-instrumen survei.

Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan

yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah

merupakan variable dependen.

Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan

yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.

3.6.3. Evaluasi Model 

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis

menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut

mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

(59)

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.

Goodness of Fit Indices

GOODNESS

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan

Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada

sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. ≥ 0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

≥ 0,94

(60)

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang

digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan

dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil

nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan

dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,

maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.

X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel

yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya

sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji

signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu

dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat

(61)

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI

adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila

AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun

AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar dapat diinterprestasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai

antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.

Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya

sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

(62)

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai

yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin

mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini

besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

(63)

4.1.Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian

Nama Perusahaan : PT. SULFATAMA KENCANA

Tempat Kedudukan : Surabaya Jawa Timur, Indonesia

Kantor Pusat : JI. Teluk Kumai Barat 70

Email : pt_sulfa@rad.net.id

Nama Direktur Utama : Drs. H. Abdul Murady Darmansyah

Akta Pendirian : Nomor 112

Tanggal 14 Januari 1980 Notaris Sutjipto, SH

Akta Perubahan : Nomor 3

Tanggal 26 Maret 2008

Notaris : Wina Ustriani, SH

Pengesahan : Dep. Kehakiman Nomor AHU—27493.AH.01.02

Tahun 2008

Tanggal 26 Mei 2008

Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor

503/6491A/436.5.9/2007

(64)

Nomor Pokok Wajib Pajak : 01.108.282.3-631.000

Pengusaha Kena Pajak : PEM-01533-/WPJ.11/KP.1103/2008

Tanda Daftar Perusahaan : Nomor 13.01.1.51.04738

Tanggal 21 Nopember 2007

Bidang Usaha Perdagangan Umum - Usaha dibidang Pembangunan

- Usaha di bidang perdagangan umum

- Usaha dibidang pertanian, perkebunan, peternakan dan agrobisnis

- Usaha di bidang transportasi darat dan jasa

4.1.2. Kegiatan Perusahaan

Kegiatan Utama :

a. SPBU 54. 61 115 Segoromadu Gresik

SPBU yang terletak di Jl. Veteran 168 A Gresik mulai dioperasikan pada

tanggal 16 September 1999, merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Minyak untuk Umum (SPBU) untuk melayani kebutuhan masyarakat yang

terdiri 5 (lima) tangki pendam dan 4 (empat) pompa dengan 12 (dua belas)

nozzle yang terdiri atas 6 (enam) nozzle Premium, 4 (empat) nozzle Solar dan

2 (dua) nozzle Pertamax. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah

menjadi pelanggan tetap di SPBU 54.61115 Gresik antara lain :

PT. Semen Gresik, PT. Varia Usha, PT. Swadaya Graha, KWSG, PT. Kodeco.

PT. Barata, PT. Marga Bumi Matraraya, PT. Indospring, PT.Nippon Paint dll.

Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 4.0354/F5000/SPBU/III/1999

(65)

b. SPBU 54. 60 270 JI. Ngagel - Surabaya

SPBU yang terletak di kawasan strategis di JI. Ngagel 133 yang mulai

dioperasikan pada tanggal 26 Mei 2004 ini memiliki 6 tangki pendam dan 7

pompa nozzle teridiri atas 2 (dua) nozzle Pertamax, 2 (dua) nozzle Pertamax

Plus, 10 (sepuluh) nozzle Premium dan 4 (empat) nozzle Solar yang

dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap

nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta

penjualan Pelumas. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah menjadi

pelanggan tetap di SPBU 54.60270 Surabaya antara lain :

PT. IGLAS, Hotel Novotel, Taxi Ble Bird, Merpati Nusantara Airlines,

PabrikKarung Rosela, PT. Hutama Karya, Pusvetma, DPU Bina Marga Prop

Jawa Timur, DPU Bina Marga Suramadu, KPP Tegalsari, KPP Sawahan.

Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 122/E25000/SPBU/V/2004

tanggal 26 Mei 2004.

c. SPBU 54.61 247 Sidoarjo

SPBU yang terletak di Jl. Raya Taman km 16 Sidoarjo mulai dioperasikan

pada tanggal 12 September 2007 memiliki 5 (lima) tangki pendam dan 10

(sepuluh) pompa dispenser yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) nozzle

Premium, 14 (empat belas) nozzle Solar dan 4 (empat) buah nozzle Pertamax,

dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap

nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta

Gambar

Tabel 1.1. Anak Perusahaan PT. Sulfa Grup
Tabel 1.2. Laporan Penyusutan BBM Akibat Keterlambatan Pengiriman PT. Sulfa Group
Gambar 4.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor penetrasi teknologi
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penulisan ini adalah agar dapat memberikan kritik dan saran bagi Bank Lampung mengenai strategi yang tepat dalam memasarkan produknya pada masa yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa strategi pemasaran yang diterapkan dalam memasarkan produk gadai emas dan apakah strategi pemasaran yang

Price Harga Pengertian harga adalah sejumlah uang sebagai alat ukur untuk memperoleh produk dan jasa.Perusahaan harus bisa menerepkan harga yang tepat dalam memasarkan

Produk UMKM memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dalam memasarkan produknya. Namun memang dengan daya saing yang sangat ketat sehingga membutuhkan

Strategi komunikasi pemasaran menjadi pedoman yang penting untuk memperkenalkan, memberikan informasi dan memasarkan produk kepada konsumen. Terdapat banyak bentuk strategi

Penelitian ini merupakan studi kasus untuk PT Esplanade Teknologi Indonesia dalam memasarkan produk OmegaSoft Cloud, yang berfokuskan pada strategi pemasaran viral marketing

Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk makanan untuk menciptakan loyalitas konsumen adalah penggunaan strategi marketing

VOL:3,NO:1,TAHUN:2022 313 Strategi pemasaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Pembinaan Usaha Mikro dalam memasarkan produk Di Kota TanjungpinangHasil