• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN KARAKTER SISWA PADA MATERI PANAS DAN PERPINDAHANNYA PADA KELAS 5 SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN KARAKTER SISWA PADA MATERI PANAS DAN PERPINDAHANNYA PADA KELAS 5 SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

136

PROFIL KEMAMPUAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS DAN KARAKTER SISWA PADA MATERI PANAS DAN PERPINDAHANNYA PADA KELAS 5 SEKOLAH DASAR

Sofiana Hikmah1) & Nur Ngazizah2) Universitas Muhammadiyah Purworejo

sofiana7737@gmail.com ABSTRAK

Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir yang tidak sekadar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemmpuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan menstransformasikan pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam supaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi yang baru dan itu semua tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Tingkat motivasi belajar dan kepercayaan diri peserta didik di SD Negeri Kepatihan masih 75% akan kemauan belajar di kelas. Pada tingkat keterampilan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam mengikuti pembelajaran IPA juga belum optimal. Di SD Negeri Kepatihan karakter yang ditanamkan kepada peserta didik belum maksimal terutama rasa kebersamaan terhadap teman sesama.

Kata Kunci: HOTS (Higher Order Thinking Skills), Karakter, dan Pembelajaran IPA SD

PENDAHULUAN

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Pasal 1 ayat 1 menyatakan kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1 ayat 16 menyatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah

(2)

137

Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Permendikbud No. 57 Tahun 2014 terdiri atas kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, silabus, pedoman mata pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu.

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap (Susanto Ahmad, 2019:177-179). Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya.

Kompetensi dan pemahaman guru terhadap tahapan bagaimana memahami dan menjalankan proses pembelajaran dengan baik dan tepat dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Kemudian, apabila pembelajaran diarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi (HOTS) lagi yaitu mencipta maka akan terbentuk perencanaan untuk menghadapi kemajuan dan persaingan pada abad ke-21. Dimana keterampilan yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup pada abad ke-21 adalah memiliki keyakinan yang teguh, selalu mau belajar (beradaptasi), mampu berkomunikasi dan melek teknologi, memiliki keahlian professional, mampu menjadi problem solver, dan mampu berkolaborasi serta peduli dengan sesame dan lingkungan.

KAJIAN PUSTAKA

HOTS (Higher Order Thinking Skills)

Higher Order Thinking Skills merupakan suatu keterampilan berpikir yang tidak hanya membutuhkan keterampilan mengingat, tetapi membutuhkan keterampilan lain yang lebih tinggi. Indikator untuk mengukur Higher Order

(3)

138

Thinking Skills meliputi keterampilan menganalisa (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6) (Anderson & Krathwohl, dalam Wardhany, 2015:1). Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite) (Sutanto Purwadi, 2017:3). Higher Order Thinking Skills merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada situasi baru (Dinni N.H, 2018:1). HOTS merupakan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif (Rahmawati Nailur, 2018:1).

Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Menurut Salahudin (2017: 42) berpendapat bahwa perngertian karakter secara khusus adalah nilai-nilai yang baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik dan berdampak baik bagi lingkungan yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Karakter secara koheren memancarkan hasil olahpikir, olahhati, olahraga, olahrasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Sedangkan menurut Aushop (2014: 7) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi perubahan perilaku, perubahan sikap, dan perubahan budaya yang akhirnya kelak mewujudkan komunitas yang beradab. Ramdhani (2014: 29) menambahkan bahwa implementasi pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan, artikel melakukan analisis hubungan antara implementasi pendidikan karakter dengan lingkungan pendidikan.

Pembelajaran IPA SD

Sains adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip

(4)

139

sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2019). Hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode ilmiah (scientific methods), bekerja ilmiah (scientific inquiry) (Rustaman N, dkk., 2010:1.5).

IPA merupakan rumpun ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya (Wisudawati & Sulistyowati, 2014:22),. Pendapat lain dikemukakan oleh (Samatowa, 2016:3) IPA atau science merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa alam yang ada dan terjadi di alam ini. Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut IPA adalah pembelajaran yang menarik, karena di dalamnya terdapat hubungan dengan alam dan lingkungan di sekitar kita. IPA adalah studi tentang fenomena atau peristiwa alam yang terjadi di alam semesta (Hakim & Syofyan, 2017:3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur pengembangan LKS mengacu pada model Thaigarajan yang terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu:

Tahap I. Define (pendefinisian)

Tahap pendefinisian (define) yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, analisis kurikulum, analisis tugas, dan analisis konsep. Adapun tahapannya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Analisis kebutuhan

Langkah ini dilakukan di lapangan yaitu melakukan wawancara dengan guru kelas V mengenai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran tematik.

Adapun permasalahan yang dihadapi di kelas V dalam pembelajaran tematik yaitu bahan ajar berupa LKS. LKS yang digunakan yang digunakan dalam pembelajaran tematik belum sepenuhnya memberikan pengalaman belajar baru untuk peserta didik, penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik

(5)

140

belum menyeluruh karena LKS yang biasa digunakan hanya menekankan aspek kognitif saja. Selain itu HOTS pada peserta didik kelas V SD juga masih rendah. Hal tersebut dinilai berdasarkan aspek/ indikator pada HOTS.

Oleh karena itu pengembangan LKS berbasis HOTS terintegrasi karakter perlu dikembangkan karena belum adanya LKS yang berbasis HOTS, dan belum adanya LKS terintegrasi karakter. Tujuannya agar meningkatkan HOTS, menanamkan karakter dan mempermudah guru menyampaikan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.

Penelitian ini tidak mengembangkan materi pembelajaran baru, tetapi menggunakan materi yang telah ada pada kurikulum 2013 untuk dikemas dalam bentuk LKS. LKS yang dihasilkan merupakan hasil telaah pustaka dari buku tematik, hasil penelitian, artikel, internet serta sumber lain yang terpercaya kebenarannya.

b. Analisis kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SD Negeri 1 Pangenrejo yaitu Kurikulum 2013. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran tematik. Analisis kurikulum 2013 pada tema 6 Panas dan Perpindahannya.

c. Analisis Tugas

Berikut ini adalah penjabaran Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator pada tema 6 Panas dan Perpindahannya, Subtema 1 Suhu dan Kalor dan Sub Tema 2 Perpindahan Kalor di Sekitar Kita. Penjabaran Kompetensi Inti (KI) dan nilai karakter disajikan pada tabel 9, penjabaran Kompetensi Dasar (KD), indikator, aspek HOTS dan nilai karakter subtema 1 disajikan pada tabel 10.

Tabel 1. Penjabaran Kompetensi Inti (KI) dan Nilai Karakter Kompetensi Inti Nilai Karakter yang

Dikembangkan 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama

yang dianutnya.

Religius 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun,

percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara.

Religius Nasionalis Integritas

(6)

141

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

Religius Integritas Mandiri

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Mandiri

Gotong Royong Nasionalis

Tabel 2 Penjabaran Kompetensi Inti, Indikator Aspek HOTS dan Nilai Karakter Subtema 1 Suhu dan Kalor Pada Muatan Pelajaran

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Aspek HOTS Nilai Karakter 3.3 Meringkas teks

penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik.

4.3 Menyajikan ringkasan teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik dengan menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif secara lisan, tulis, dan visual.

3.3.1 Menjelaskan ciri-ciri teks penjelasan (explanation).

3.3.2Mengetahui langkah-langkah meringkas teks bacaan.

4.3.1Membuat ringkasan teks penjelasan(explan ation) dengan tepat.

4.3.2 Menuliskan ringkasan teks penjelasan dengan kosakata yang tepat.

1. Berpikir kritis 2. Berpikir

kreatif

1. Religius 2. Mandiri 3. Gotong

Royong 4. Integritas

d. Analisis konsep

Materi pada Tema 6 Panas dan Perpindahannya Subtema 1 Suhu dan Kalor dan Subtema 2 Perpindahan Kalor di Sekitar Kita. Berikut

(7)

142

merupakan peta konsep tema 6 Panas dan Perpindahannya Subtema 1 Suhu dan Kalor disajikan pada gambar 6.

Tahap II Desain (perancangan)

Tahap perancangan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan LKS berbasis HOTS terintegrasi karakter. Perencanaan dilakukan dengan empat tahap, antara lain sebagai berikut.

1) Mengumpulkan referensi 2) Mengumpulkan draf 3) Menyusun materi 4) Layout

Tahap III Development (pengembangan)

Tahap ini digunakan untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui penilaian dari Validasi ahli (expert apprasial) yang diikuti dengan revisi.

Suhu dan Kalor Bahasa Indonesia

Teks pejelasan (ekspalanasi) dari media cetak atau

elektronik dan teks nonfiksi.

Aspek HOTS 1. Berpikir kritis 2. Berpikir kreatif Nilai karakter 1. Religius 2. Mandiri

3. Gotong Royong

IPA

Perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek HOTS 1. Problem solving 2. Membuat keputusan Nilai karakter

Mandiri

SBdP

Tangga nada dan lagu- lagu daerah.

Aspek HOTS 1. Berpikir kreatif 2. Membuat keputusan

Nilai karakter 1. Nasionalis

2. Mandiri

(8)

143

Tahap pengembangan meliputi: (1) validasi materi (produk) oleh para ahli materi (2) validasi oleh pakar (3) validasi bahan ajar. Teknik menvalidasi atau menilai kelayakan produk ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya.

Tahap IV Dessimination (desiminasi)

Pada penelitian ini hanya dilakukan penyebaran secara terbatas, yaitu dengan menyebarluaskan dan mempromosikan produk akhir LKS secara terbatas di sekolah dan pada kelas yang diujikan, untuk mengatahui respon peserta didik terhadap LKS dan keterlaksanaan pembelajran menggunakan LKS.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap selama 2 bulan, sekitar bulan Maret-April tahun ajaran 2019/2020 di SD Negeri 1 Pangenrejo yang berada di Kecamatan Puworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Subjek penelitian pada percobaan ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 1 Pangenrejo semester 2 yang terdiri dari 30 peserta didik di SD Negeri 1 Pangenrejo tahun ajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode observasi, metode wawancara, dan metode angket. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa skor hasil dari pengisian lembar validasi produk oleh validator untuk mengetahui kelayakan LKS yang telah dikembangkan, skor dari lembar validasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas menggunakan LKS yang telah dikembangkan dan skor hasil penilaian dari lembar angket respon peserta didik, untuk mengetahui respon peserta didik terhadap terhadap LKS yang dikembangkan. Instrumen pembelajaran meliputi Silabus dan RPP. Instrumen penelitian meliputi lembar validasi, lembar respon peserta didik, dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.

SIMPULAN

Pembelajaran IPA yang menekankan budaya berpikir kritis yang memberi nuansa teknologi, lingkungan, dan masyarakat serta pembelajaran IPA yang mengacu pada masa depan, sehingga dihasilkan peserta didik kompeten. Pembelajaran IPA yang demikian sudah memenuhi harapan dari Kurikulum 2013 yaitu pendekatan

(9)

144

tematik terpadu yang terorganisir dalam tema-tema. Pengembangan LKS pada pembelajaran IPA berbasis HOTS di kelas V terintegrasi pada karakter.

DAFTAR PUSTAKA

_______________Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2019) (Aplikasi). Online.

Aushop, A. Z. (2014). Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 7.

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. Program Pascasarjana: Univeritas Negeri Semarang.

Rahmawati, N. (2018). Pembelajaran Bahasa Arab: Menuju Higher Order Thinking Skills (HOTS). Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab IV.

Universitas Negeri Semarang.

Ramdhani, M .A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X:

bandung, 28-37.

Rustama, N., dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Salahudin, A. & Irwanto, A. (2017). Pendidkan Karakter Berbasis Budaya dan Agama. Cet 2. Bndung: CV Pustaka Setia.

Sani, A. R. (2019). Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Tangerang: Tira Smart

Samatowa, U. (2016). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. PT. Indeks.

Sofyan & Hakim. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Belajar IPA Di Kelas IV SDN Kelapa Dua 06 Pagi Jakarta Barat. Journal of Elementary Education.

Vol.1 (4) pp. 249-263.

Sudarsana, I. K. (2016). Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Alam Terbuka. 195-166.

Susanto, A. (2019). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi kedua. Jakarta: Prenadamedia.

Sutanto, P. (2017). Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

(10)

145

Wardany, K., dkk. (2015). Penyusunan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skill Pada Materi Ekosistem SMA Kelas X. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Wisudawati A.W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air minum dan penyediaan air minum yaitu dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kebutuhan air

Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan

Materi disajikan secara menarik dan berbasis pada konsep untuk menggiring kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) para siswa,

memungkinkan interkoneksi wireless pada jalur akses dalam jaringan IEEE 802.11. Hal ini memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa AP

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor Keterangan Perumahan Tahun 2014 Triwulan 1 wilayah Kabupaten Brebes yang

Absensi adalah sebuah kegiatan pengambilan data guna mengetahui jumlah kehadiran Guru dan Siswa pada suatu instansi dalam kegiatan yang membutuhkan informasi mengenai peserta

Bab 4 HAM dan Gender Tutorial,Diskusi, Mahasiswa memahami pengertian dasar HAM pengertian dasar HAM  Pengertian Hak Asasi Manusia dan TM= 3x50” dan Gender dan Gender , dinamika