Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.87464/PP/M.XVB/15/2017 Jenis Pajak : PPh Badan
Tahun Pajak : 2005
Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi positif Penghasilan Neto sebesar Rp159.320.756.860,00 berupa biaya usaha yang dibayarkan kepada kantor pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Terbanding : bahwa dalam persidangan, Terbanding menyerahkan Surat Nomor: S-1675/PJ.10/2014 tanggal 26 Maret 2014 perihal Tanggapan Akhir Sidang Banding yang pada pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut:
DASAR HUKUM
bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (selanjutnya disebut UU PPh), menyatakan:
Pasal 5 ayat (3)
Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap:
a. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
Penjelasan :
Biaya-biaya administrasi yang dikeluarkan oleh kantor pusat sepanjang digunakan untuk menunjang usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap di Indonesia, boleh dikurangkan dari penghasilan bentuk usaha tetap tersebut. Jenis serta besarnya biaya yang boleh dikurangkan tersebut ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya adalah :
1) royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya;
2) imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;
3) bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
c. pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Obyek Pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
Penjelasan huruf b dan c
Pada dasarnya bentuk usaha tetap merupakan satu kesatuan dengan kantor pusatnya, sehingga pembayaran oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya, seperti royalti atas penggunaan harta kantor pusat, merupakan perputaran dana dalam satu perusahaan. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan ini pembayaran bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya berupa royalti, imbalan jasa, dan bunga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bentuk usaha tetap. Namun apabila kantor pusat dan bentuk usaha tetapnya bergerak dalam bidang usaha perbankan, maka pembayaran berupa bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai biaya;
Sebagai konsekuensi dari perlakuan tersebut, pembayaran-pembayaran yang sejenis yang diterima oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya tidak dianggap sebagai Objek Pajak, kecuali bunga yang diterima oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya yang berkenaan dengan usaha perbankan;
P3B Indonesia - Amerika, menyatakan sebagai berikut:
Pasal 3 ayat (2)
"Any other term used in this Convention and not defined in this Convention shall, unless the context otherwise requires, have the meaning which it has under the laws of the Contracting State whose tax is being determined. Not with standing the preceding sentence, if the meaning of such a term under the laws of one of the Contracting States is different from the meaning of the term under the laws of the other Contracting State, or if the meaning of such a term is not readily determinable under the laws of one of the Contracting States, the competent authorities of the Contracting States may, in order to prevent double taxation or to further any other purpose of this Convention, establish a common meaning of the term for the purposes of the Convention"
“lstilah-istilah lain yang tidak didefinisikan namun digunakan dalam Perjanjian ini, kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus diartikan lain, mempunyai arti yang sesuai dengan perundang- undangan Negara Pihak pada Perjanjian yang akan menetapkan pajak. Menyimpang dari ketentuan tersebut, jika arti dari suatu istilah menurut perundang-undangan salah satu Negara Pihak pada Perjanjian berbeda dengan arti menurut perundang-undangan Negara Pihak Iainnya pada Perjanjian, atau jika arti dari suatu istilah tersebut tidak dapat segera ditentukan menurut perundang-undangan salah satu Negara Pihak pada Perjanjian, maka pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara Pihak pada Perjanjian tersebut untuk mencegah pengenaan pajak berganda atau untuk tujuan lain dari Perjanjian ini, dapat menetapkan arti umum dari suatu istilah tersebut untuk kepentingan Perjanjian ini;
Pasal 8 ayat (3)
"In the determination of the business profits of a permanent establishment, there shall be allowed as deductions expenses which are reasonably connected with such profits, including executive and general administrative expenses, whether incurred in the Contracting State in which the permanent establishment is situated or elsewhere;
However, no such deduction shall be allowed in respect of amounts, if any, paid (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees or other similar payments in return for the use of patents or other rights, or by way of commission for specific services performed or for management, or by way of interest on moneys lent to the permanent establishment;
Likewise, no account shall be taken, in the determination of the profits of a permanent establishment, for amounts charged (otherwise than towards reimbursement of actual expenses), by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees or other similar payments in return for the use of patents or other rights or by way of commission for specific services performed or for management or by way of interest on moneys lent to the head office of the enterprise or any of its other offices";
"Dalam menentukan besarnya laba usaha suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang berkaitan dengan laba usaha tersebut, termasuk biaya-biaya pimpinan dan administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara Pihak pada Perjanjian di mana bentuk usaha tetap tersebut berada maupun yang dikeluarkan di tempat lain. Namun demikian, tidak diperkenankan untuk dikurangkan biaya-biaya, jika ada, yang dibayarkan (selain penggantian biaya-biaya yang benar- benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya, dalam bentuk royalti, ongkos, atau pembayaran serupa Iainnya sehubungan dengan penggunaan paten atau hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk usaha tetap tersebut. Sebaliknya, tidak perlu diperhitungkan dalam penentuan laba bentuk usaha tetap, jumlah yang ditagihkan (selain penggantian biaya-biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya, dalam bentuk royalti, ongkos, atau pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan penggunaan paten atau hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya"
OECD Commentary on article 7 paragraf 3 angka 27, menyatakan:
“This paragraph clarifies, in relation to the expenses of a permanent establishment, the general directive laid down in paragraph 2. The paragraph specifically recognises that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on ratio that the permanent establishment's turnover (or perhaps gross profits) bears to that of the enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amount so incurred.
The deduction allowable to the permanent establishment for any of the expenses of the enterprise attributed to it does not depend upon the actual reimbursement of such expenses by the permanent establishment”
“Paragraf ini menjelaskan, dalam kaitannya dengan biaya dari suatu bentuk usaha tetap, yang penjelasan umumnya terdapat dalam paragraf 2. Paragraf tersebut secara khusus mengakui bahwa dalam menghitung besarnya laba suatu bentuk usaha tetap dapat diakui adanya biaya, di mana pun terjadi, yang dikeluarkan untuk kepentingan bentuk usaha tetap. Jelas dalam beberapa kasus perlu untuk memperkirakan atau menghitung menggunakan cars konvensional, jumlah biaya yang dapat dikurangkan. Dalam kasus, misalnya, biaya administrasi umum yang dikeluarkan di kantor pusat perusahaan itu, mungkin tepat untuk mengurangkan biaya bagian proporsional berdasarkan rasio omset bentuk usaha tetap itu (atau mungkin laba kotor) dengan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam hal ini, jumlah biaya yang digunakan untuk kepentingan bentuk usaha tetap yang dikurangkan harus merupakan jumlah aktual yang dikeluarkan. Biaya yang dapat dikurangkan bentuk usaha tetap untuk setiap pengeluaran perusahaan tidak tergantung dengan penggantian sebenarnya biaya tersebut oleh bentuk usaha tetap”
bahwa Terbanding (Pemeriksa) melakukan koreksi positif atas pos Penyesuaian Fiskal atas Head Office Allocation Expenses (HO. A.E) sebesar Rp159.320.756.860,00. dengan rincian sebagai berikut :
a. Head Office Allocation (Echo/Non Echo)
Rp 85.995.531.507,00
b. Intercompany Service Charge Rp179.565.309.553,00
c. Jumlah Rp265.560.841.060,00
d. Administration Expenses dari HO dan Asia Pacific Regional Office Lainnya ( sesuai Sertifikasi KAP)
Rp106.240.084.200,00
e. Koreksi Fiskal Positif Rp159.320.756.860,00
bahwa koreksi dilakukan Terbanding dengan mendasarkan pada Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika Serikat;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa pada prinsipnya sesuai ketentuan tersebut tidak diperkenankan untuk dikurangkan biaya-biaya yang dibayarkan (selain reimbursement pengantian dari biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantorkantor lain milik kantor pusatnya dalam bentuk royalti, ongkos dan pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan penggunaan paten dan hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk usaha tetap tersebut;
bahwa oleh karena baik pada proses pemeriksaan maupun keberatan, terdapat fakta-fakta di bawah ini :
bahwa pada dasarnya bentuk usaha tetap merupakan satu kesatuan dengan kantor pusatnya, sehingga pembayaran oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusat maka pembayaran berupa royalti atas penggunaan harta kantor pusat, imbalan jasa ataupun pembayaran bunga, merupakan perputaran dana dalam satu perusahaan;
bahwa Pemohon Banding membebankan biaya alokasi kantor pusat dan intercompany service charge sebesar Rp265.560.841.060,00;
bahwa atas biaya tersebut didukung dengan adanya Laporan Audit (Report of Factual Findings Asia Pacific Corporate & customer Regional Office Shering of Product-Related Support Cost For Period From 1 January 2005 to 31 Desember 2005) Nomor GFS-066994/014 tanggal 30 Oktober 2006 dari QWE (Lampiran 1) serta Head Office Allocation Expenses for the years ended 31 Desember 2006 and 2005) tanpa nomor tanggal 1 Maret 2006 dari KPMG (Lampiran 2) yang disusun berdasarkan prinsip kewajaran (arm's length) sesuai dengan ketentuan dalam OECD dan ditunjukan untuk otoritas perpajakan, bahwa biaya alokasi kantor pusat yang dapat dibebankan sebagai biaya oleh Pemohon Banding (RTY N.A. Indonesia Branch) adalah USD10,807,740.00 (kurs Rp9.830,00 ekuivalent dengan nilai Rp106.240.084.200,00);
bahwa sedangkan sisanya sebesar Rp159.320.756.860,00 menurut Pemohon Banding adalah penggantian/reimbursement, namun Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti bawa atas biaya tersebut benar merupakan reimbursement, diantaranya melalui adanya invoice dari pihak ketiga, bukti pelaksanaan jasa dari pihak ketiga, bukti pembayaran, perjanjian / kontrak dengan pihak ketiga yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan oleh cabang RTY lainnya adalah sebesar actual cost;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas Terbanding berpendapat bahwa dari biaya alokasi kantor pusat yang dilaporkan Pemohon Banding sebesar Rp265.560.841.060,00 yang dapat dibebankan oleh Pemohon Banding adalah Rp106.240.084.200,00, sementara itu sisanya sebesar Rp159.320.756.860,00 tidak dapat dibebankan sebagai biaya;
bahwa Pemohon Banding pada Surat Bandingnya maupun pada persidangan berpendapat bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika, biaya yang dibayarkan kepada kantor pusat dan cabang lainnya sebesar Rp265.560.841.060,00 (termasuk di dalamnya biaya intercompany Direct Charges sebesar Rp159.320.756.860,00) dapat dibebankan untuk menghitung PPh Badan terutang karena merupakan penggantian biaya yang benar-benar terjadi (reimbursement of actual expenses);
bahwa menurut Pemohon Banding biaya "reimbursement" tidak semata-mata hanya mencakup biaya "talangan" tetapi termasuk juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat yang berkenaan dengan RTY Indonesia, misalnya biaya pemeliharaan server yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat (termasuk biaya personal yang menangani server tersebut) dan cabang luar negeri Iainnya dimana server tersebut dipergunakan untuk kepentingan RTY Indonesia;
bahwa dengan demikian terdapat interpretasi/penafsiran yang berbeda terkait ketentuan pada Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika yang menjadi sengketa pokok banding;
bahwa atas pendapat Pemohon Banding di atas, Terbanding berpendapat:
bahwa pemahaman Pemohon Banding yang menyatakan bahwa pengertian penggantian biaya yang benar-benar terjadi (reimbursement actual expense) hanya semata-mata tagihan tanpa margin adalah pemahaman yang keliru;
bahwa pengertian biaya-biaya yang benar terjadi haruslah diartikan bahwa kantor pusat atau cabang Iainnya telah mengeluarkan biaya sejumlah tertentu untuk diminta penggantian kepada cabang yang mendapatkan manfaat atas biaya tersebut;
bahwa menurut Terbanding pengeluaran biaya yang dikeluarkan kantor pusat atau cabang Iainnya tersebut dilakukan kepada pihak ketiga;
bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (2) P3B Indonesia — Amerika Serikat, istilah-istilah lain yang tidak didefinisikan namun digunakan dalam perjanjian ini, kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus diartikan lain, mempunyai arti yang sesuai dengan perundang-undangan Negara Pihak pada Perianjian yang akan menetapkan pajak;
bahwa mendasarkan pada ketentuan tersebut di atas, berdasarkan pada ketentuan perpajakan Indonesia jelas diketahui bahwa definisi reimbursement / pengantian adalah:
(1) Angka 2 huruf d Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-53/PJ/2009 tentang Jumlah bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf C angka 2 UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 tahun 2008 : "pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumiah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga";
(2) Angka 3 huruf b Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor S-831/PJ.53/2005 tentang Perlakuan PPN atas Tagihan Listrik dan Air Sebagai Komponen Service Charge Dalam Persewaan Ruangan : "Atas tagihan reimbursement, yaltu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi jasa atas nama penerima jasa, berupa biaya listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa ruangan, baik nilai tagihannya sama dengan nilai tagihan dari PLN dan PDAM kepada PKP persewaan ruangan maupun berbeda (misalnya dengan alasan adanya biaya penyediaan kabel sebagaimana contoh dalam surat Saudara), terutang PPN karena tagihan listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa tersebut merupakan bagian dari kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan ruangan yang dilakukan oleh PKP persewaan ruangan";
(3) Angka 1 huruf b butir 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE - 79/PJ.53/2004 tentang Perlakuan SE-05/PJ.53/2003 dan Kep-170/PJ/2002 : "PT PPE membayar gaji karyawan yang ditempatkan di perusahaan pengguna jasa terlebih dahulu, baru kernudian menagih kepada pengguna jasa tenaga kerja (reimbursement)";
(4) Angka 5 huruf b Surat Dirjen Pajak Nomor : S - 975/PJ.53/2003 tentang Dasar Pengenaan PPN Dalam Industri Freight Forwarder: "Namun demikian, apabila dalam invoice terdapat biaya reimbursement yaitu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan dahulu oleh pemberi jasa atas nama penerima jasa yang di dalamnya terdapat biaya yang sudah dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai antara lain biaya freight, biaya warehouse, bea masuk, dan biaya bill of lading, maka atas bagian yang direimburs itu tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan antara nilai biaya freight, biaya warehouse, dan biaya lain-lain yang dibayarkan oleh PT. ASD kepada perusahaan pelayaran atau pihak lain dengan yang dimintakan oleh PT. ASD kepada pelanggan, maka selisihnya merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak";
bahwa sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim yang mulia berikut Terbanding sampaikan Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT.44724/PP/M.XII/15/2013 dengan Nomor Sengketa 15- 053727-2003 (Lampiran 3), PUT.41723/PP/M.XII/13/2013 dengan Nomor Sengketa 13053726- 2003 (Lampiran 4) dan pada pertimbangan hukumnya Majelis Hakim XII Pengadilan Pajak menyatakan bahwa:
“bahwa Majelis berpendapat, kata reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) P3B a quo merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih dahulu biaya dimaksud untuk memperoleh barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh entitas lain untuk selanjutnya diganti dengan biaya yang sama besarnya (at cost) bahwa dengan demikian biaya yang benar-benar dikeluarkan Pemohon Banding kepada XXX Bank cabang London untuk biaya IT tidaklah sama dengan kata reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) P3B a quo”
“bahwa Majelis berpendapat, Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Indonesia dengan Negara Amerika Serikat secara tegas mengatur biaya-biaya yang tidak diperkenankan dikurangkan oleh Pemohon Banding sebagai Bentuk Usaha tetap yang dibayar kepada kantor pusatnya atau kantorkantor lain milik kantor pusatnya karena pada dasarnya Teknologi Informasi yang dibayar oleh Pemohon Banding kepada XXX Bank cabang London merupakan milik XXX Bank sebagai satu kesatuan entitas yang terintegrasi secara lnternasional”
bahwa berdasarkan uraian di atas maka tidak berlebihan kiranya dan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalil Terbanding yang menyatakan bahwa reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) P3B a quo merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih dahulu biaya dimaksud untuk memperoleh barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh entitas lain untuk selanjutnya diganti dengan biaya yang sama besarnya (at cost);
bahwa dengan demikian, permintaan Terbanding bahwa atas biaya alokasi kantor pusat yang diklaim Pemohon Banding sebagai reimbursement harus dibuktikan dengan adanya invoice dari pihak ketiga, bukti pelaksanaan jasa, bukti pembayaran, perjanjian / kontrak, PO/DO, bukti penyelesaian jasa, bukti penerimaan barang yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan oleh cabang RTY Iainnya adalah sebesar actual cost, telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku;
bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa pada dasarnya pembayaran yang dilakukan kepada RTY N.A Singapore merupakan pembayaran atas "Direct Charges" atau "Intercompany Direct Charges" namun yang dibayarkan Pemohon Banding adalah sejumlah biaya berdasarkan at cost yang dikeluarkan oleh RTY N.A Singapore tanpa unsur margin sehingga menurut Pemohon Banding meskipun pembayaran tersebut atas jasa namun karena at cost maka transaksi tersebut merupakan pembayaran penggantian biaya (reimbursement expenses) sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) P38 Indonesia-Amerika Serikat dan dijelaskan dalam UN Model Commentary paragraf 17 dan 19 maupun OECD Commentary On Model Tax Convention On Income and on Capital" tahun 2005 paragraf 17) dengan kutipan sebagai berikut:
“19... Subject to this,. it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amount so incurred...
...expenses incurred for the purposes of permanent establishments should be the actual costs of those expenses, normally without adding any profit element”
bahwa atas dalil Pemohon Banding di atas, Terbanding berpendapat sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding mengakui bahwa biaya yang ditagihkan oleh Kantor Pusat atau pun Cabang RTY di luar negeri yang dicatat dalam biaya Intercompany Service Charge adalah berkaitan dengan jasa yang diserahkan Kantor Pusat atau pun Cabang RTY di luar negeri untuk RTY Indonesia, misalnya biaya pemeliharaan server yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat (termasuk biaya personal yang menangani server tersebut) dan cabang luar negeri Iainnya dimana server tersebut dipergunakan untuk kepentingan RTY Indonesia;
bahwa bukti yang disampaikan Pemohon Banding berupa:
(1) Kontrak perjanjian yang mendasari transaksi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat bukti perjanjian jasa (service Agreement) antara Pemohon Banding (BUT RTY N.A Indonesia) dan RTY N.A Singapore, yang mana RTY N.A Singapore menyediakan jasa-jasa kepada Pemohon Banding berupa:
Administrasi Password ,yaitu jasa Pengelolaan Password dan Indentitas Pengguna (User ID) sistem/aplikasi yang dikelola oleh RTY NA cabang Singapore yang digunakan oleh RTY NA Indonesia;
Pemrosesan Transfer Uang, yaitu jasa Pengelolaan pemrosesan transfer uang dan ditunjuk sebagai unit pengolahan terpusat untuk memproses transaksi berdasarkan permintaan nasabah dan bertugas untuk melakukan investigasi atas transaksi tersebut;
Risiko Pasar, yaitu jasa penyediaan laporan risiko pasar dan juga data-data yang berhubungan dengan risiko pasar kepada RTY Indonesia setiap hari;
Information Technology, yaitu jasa pengembangan aplikasi-aplikasi operasional serta menyediakan support terkait Teknologi, pemeliharaan serta perbaikan terhadap aplikasi aplikasi operasional tersebut dan pemeliharaan, pengelolaan atas database dan perbaikan terkait dengan Infrastruktur terkait dengan IT kepada RTY Indonesia;
Kustodi, yaitu jasa yang mencakup pemrosesan instruksi sekuritas, pembaharuan infromasi sekuritas, pembaharuan kode pengamanan sekuritas, pembaharuan informasi Corporate Action dan menyiapkan tagihan ke Nasabah serta menyediakan laporan Nilai Aktiva Bersih dan bertindak sebagai administrasi dari Reksadana yang diperlukan oleh RTY Indonesia;
(2) Surat permintaaan service dari Pemohon Banding kepada RTY N.A Singapore untuk jasajasa yang akan digunakan Pemohon Banding;
(3) Invoice penagihan atas pelaksanaan jasa tersebut yang ditagih langsung oleh RTY N.A Singapore kepada Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan bukti tersebut maka terbukti bahwa pada dasarnya pembayaran dari Pemohon Banding kepada RTY N.A Singapore adalah pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa yang didasarkan pada kontrak perjanjian jasa (service agreement) dan bukan pembayaran atas penggantian biaya (reimbursement) sebagaimana dalil Pemohon Banding;
bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) Indonesia - Amerika Serikat, imbalan sehubungan dengan jasa yang dibayarkan oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya tidak diperkenankan untuk dikurangkan dalam menentukan besarnya laba usaha suatu bentuk usaha tetap;
bahwa pada persidangan Pemohon Banding menyatakan bahwa Laporan Audit (sertifikat) dari KPMG dan QWE ruang lingkup audit hanya meliputi Head Office Allocation (Echo/Non Echo) sebesar Rp85.995.531.507,00 sangat tidak berdasar;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.87464/PP/M.XVB/15/2017
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menyampaikan penjelasan tertulis sebagai berikut : bahwa sesuai Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan bahwa yang menjadi dasar koreksi Terbanding disebutkan:
"Sebagaimana diketahui bahwa dengan dasar juridis Pasal 7 ayat 3, P3B antara Pem. Republik Indonesia dan Pem. USA disebutkan bahwa ... Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari BUT (Termasuk Biaya Pimpinan dan Biaya Administrasi & Umum) baik yang dikeluarkan di Negara dimana BUT itu berada maupun berada di tempat lain”
Ketentuan Yuridis
bahwa sesuai ketentuan P3B antara Rep. Indonesia dan USA, disebutkan bahwa semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha BUT di Indonesia, yang meliputi:
a. Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT (dapat dibuktikan dengan dokumen pengeluaran — invoice, Bank Voucher dsb. dari vendor kepada BUT di Indonesia);
b. Biaya Umum & Administrasi dan Pimpinan (G&A, Executive Expenses) yang terjadi di Head Office (yang merupakan biaya 3-M HO dan BUT di Indomsia serta BUT-BUT lain di seluruh Indonesia); secara jurisdiksi (dasar P3B tersebut) dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto, namun cara pembebanannya (tidak diatur dalam P3B);
sehingga harus tunduk kepada ketentuan Undang-Undang domestik (yaitu : Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang No.7/1983 stdtd. Undang-Undang Nomor Undang-Undang No. 17/2000 serta KEP-62/1995 sebagaimana diuraikan di atas;
Alokasi Biaya
bahwa berdasarkan penelusuran juridis formal dan material, pengalokasian biaya umum dan Administrasi Kantor Pusat di atas tidak sesuai Keputusan Dirjen Pajak Nomor: KEP-62/PJ/1995 dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Pasal 2 mensyaratkan biaya administrasi Kantor Pusat yang diperbolehkan sebagai pengurang Penghasilan bruto BUT adalah setinggi-tingginya sebanding besarnya Peredaran usaha BUT Indonesia Terhadap seluruh Peredaran Usaha di seluruh dunia;
b. Atas dasar ketentuan yuridis fiskal tersebut, Pemohon Banding tidak memberikan data Peredaran Usaha di seluruh dunia, sehingga batasan (maksimal) alokasi biaya dan umum Kantor Pusat tersebut tidak dapat dihitung;
c. Secara formal Pemohon Banding juga tidak memenuhi syarat Pasal 3 dan 4 yaitu : Laporan Konsolidasi dari HO yang mengungkap perincian Peredaran Usaha dan sebagai Lampiran SPT Tahunan PPh Pemohon Banding;
bahwa kemudian pada halaman 21 dan halaman 22 Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) (Lampiran 2) disebutkan pada bagian Hasil Pembahasan Akhir yang merupakan bagian proses pemeriksaan setelah mempelajari tanggapan SPHP dan data yang disampaikan Pemohon Banding, diuraikan bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya Head Office Allocation Expense (HOAE) dan Intercompany Direct Charges dengan mengambil seluruh akun yang berisi transaksi antar afilisi dengan jumlah seluruhnya sebesar Rp265.560.841.060,00 yang kemudian dikurangkan bagian HOAE yang didukung dengan sertifikasi KAP, sehingga koreksi pada yang menjadi sengketa pajak dapat dirinci sebagai berikut :
Biaya Head Office Allocation Expense (HOAE) dan Intercompany Direct Charges
Rp 265.560.841.060 Dikurangi HOAE berdasarkan sertifikat
audit (USD 10.807.740 x Rp 9.830)
Rp 106.240.084.200 Selisih sebagai koreksi menurut Pemeriksa Rp 159.320.756.860
bahwa adapun dasar koreksi tersebut tertera pada bagian kesimpulan yang dikutip pada halaman 22 dari LPP dan Risalah Pembahasan (Lampiran 3) yang menyebutkan, "...pemeriksa berkesimpulan bahwa beban tersebut terdiri dari General Admnistration Expense dari Head Office dan Reimbursement Cost atas jasa oleh vendor dari HO dan cabang lain (BUT/Rep Office diseluruh dunia)...pemeriksa berkesimpulan :
Administration Expense dari Head Office dan Asia Pacific sertifikasi KAP)
bahwa sesuai data dari KPMG LLP New York dan diketahui bahwa terdapat Biaya Administrasi Kantor Pusat yan BUT Indonesia yang memenuhi Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia sebesar USD10,870,740.00 (ekuivalen Rp106.240.084.200,00)
Biaya usaha yang dibayarkan kepada Head Office dan Asia Pacific Regional Office Lainnya bahwa terdapat biaya usaha yang dibayarkan kepada kantor pusat dan cabang lainnya (Singapore, Philipina, India, Australia, China, dll.);
bahwa biaya ini tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika Serikat
=Rp159.320.756.860,00;
bahwa dengan dasar hukum tersebut di atas, pemeriksa melakukan koreksi atas jumlah Rp159.320.756.860,00;
Penjelasan Sengketa Pajak
bahwa dari uraian tentang penjelasan dan dasar koreksi yang menjadi sengketa pajak dapat disimpulkan bahwa:
bahwa pada bagian Ketentuan Yuridis dari SPHP sesuai kutipan di atas, telah diakui oleh Terbanding bahwa terdapat 2 (dua) bagian biaya yang dapat dibebankan sebagai biaya terkait dengan ketentuan P3B (transaksi dengan mitra P3B) yaitu :
1. Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT yaitu dalam aplikasinya pada Pemohon Banding dikenal sebagai "Direct Charges";
2. Biaya Umum & Administrasi dan Pimpinan (G & A, Executive Expenses) yaitu dalam aplikasinya pada Wajib Pajak dikenal sebagai “Head Office Allocation Expenses" (HOAE);
bahwa kemudian dari dua kelompok biaya tersebut merupakan salah satu obyek yang dijadikan fokus temuan pemeriksaan;
bahwa selanjutnya setelah meneliti data dan mempelajari tanggapan SPHP dari Pemohon Banding, Terbanding mengambil kesimpulan sebagaimana yang tertuang dalam Risalah Pembahasan yang juga dikutip pada LPP, bahwa:
Terbanding mengakui adanya biaya HOAE (Head Office Allocation Expenses) sebagaimana telah diatur dalam P3B, sehingga biaya sebesar USD10.870.740 atau ekuivalen sebesar Rp106.240.084.200 tidak dilakukan koreksi dan bukan menjadi sengketa banding;
Biaya "Direct Charges" sebesar Rp159.320.756.860 tetap dikoreksi. Adapun alasan dilakukan koreksi adalah biaya tersebut tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia Amerika Serikat, dan jika diteliti lebih lanjut sebagaimana alasan tersebut tertera pada Ketentuan Yuridis pada SPHP adalah "Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT (dapat dibuktikan dengan dokumen pengeluaran - invoice, Bank Voucher dan sebagainya dari vendor kepada BUT di Indonesia), sehingga secara eksplisit terbanding mengakui bahwa biaya yang bersifat "Direct Charges" dapat dibiayakan dengan syarat dibuktikan dokumen dari vendor (pihak ketiga) kepada BUT di Indonesia;
bahwa berdasarkan SPHP, Risalah Pembahasan dan LPP maka yang menjadi sengketa adalah
"Direct Charges" yang menurut Terbanding harus dibuktikan dengan dokumen pengeluaran berupa invoice, bank voucher dan sebagainya dari pihak ketiga (vendor) kepada BUT RTY di Indonesia sebagaimana diatur pada ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika Serikat;
Pengertian Pasal 8 ayat (3) P3B
bahwa perlu Pemohon Banding pertegas bahwa biaya "Direct Charges" berbeda sifatnya dari biaya HOAE yaitu biaya HOAE merupakan biaya administrasi umum yang dikeluarkan oleh kantor pusat yang memberikan kontribusi kepada perusahaan secara keseluruhan dan oleh karena dibebankan kepada BUT-BUT melalui metode alokasi, sedangkan biaya "Direct Charges" terjadi karena ada proses regionalisasi dari aktifitas-aktifitas tertentu, dalam kasus ini terutama berkaitan dengan IT dan data processing yang di regionalisasi di tempat-tempat tertentu uituk menyokong fungsi business dari BUT-BUT di region tersebut untuk meningkatkan effisiensi, standarisasi, skala ekonomi, konsistensi, dan sebagainya (lihat penjelasan dalam poin III untuk lebih detail) dimana pembebanannya dilakukan hanya apabila suatu BUT memakai dan oleh karenanya mendapatkan manfaat atas fungsi-fungsi tersebut;
bahwa Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika, menyatakan sebagai berikut :
"In the determination of the business profits of a permanent establishment, there shall be allowed as deductions expenses which are reasonably connected with such profits. including executive and general administrative expenses, whether incurred in the Contracting States in which permanent establishment is situated or elsewhere. However, no such deduction shall be allowed in respect of amounts, if any, paid (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees or other similar payments in return for the use of patents or other rights or by way of commission for specific services performed or for management, or by way of interest on moneys lent to the permanent establishment. Likewise, no account shall be taken, in the determination of the profits of a permanent establishment for amounts charged (otherwise than towards reimbursement of actual expenses), by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties. fees or other similar payments in return for the use of patents or other rights or by way of commission for specific services performed or for management or by way of interest on moneys lent to the head office of the enterprise or any of its other offices."
bahwa terkait dengan sengketa banding maka ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
bahwa pemahaman Terbanding sebagaimana tertera dalam SPHP bahwa, "Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT" telah benar dan sesuai dengan kalimat pada P3B yang berbunyi: "In the determination of the business profits of a permanent establishment, there shall be allowed as deductions expense: which are reasonably connected with such profits";
bahwa dengan demikian, atas atas pengeluaran yang dilakukan oleh BUT di Indonesia yang dapat dibuktikan berhubungan dengan operasional perusahaan dalam memperoleh laba maka biaya tersebut dapat dibebankan;
bahwa interprestasi tersebut tidak terdapat perbedaan antara Pemohon Banding dan Terbanding sebagaimana tertuang dalam SPHP, namun terdapat perbedaan adalah Terbanding dalam memahami hal tersebut mensyaratkan pembuktian dokumen pihak ketiga;
bahwa pemahaman Terbanding tidak tepat dalam menginterprestasikan kalimat "otherwise than towards reimbursement of actual expenses" sebagai "dapat dibuktikan dengan dokumen pengeluaran — invoice, Bank Voucher dsb dari vendor kepada BUT di Indonesia".
bahwa menurut Pemohon Banding kata "reimbursement" haruslah diartikan lebih luas tidak terikat hanya pada dokumen dan pihak ketiga;
bahwa kemudian dalam P3B tersebut terdapat pembatasan atas beberapa transaksi yang tidak diperkenankan sebagai beban yaitu royalty, fee, komisi dan bunga;
bahwa pengertian atas royalty, fee, komisi dan bunga adalah berbeda dengan "reimbursement"
sebagaimana tertera pada pasal tersebut;
bahwa adapun pengertian dan definisi masing-masing dapat ditemukan sebagai berikut:
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, anti komersial; pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak...(sumber Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008);
Fee atau imbalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah (1) upah sebagai pembalas jasa; honorarium (sumber KBBI : http ://` );
Komisi adalah sejumlah uang imbalan atau jasa perantara dalam suatu transaksi (sumber Bank Indonesia : http://www.bi.go.idlid/Kamus.aspx?id=K). Menurut KBBI, komisi adalah (2) imbalan (uang) atau presentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan di jualbeli dsb (sumber KBBI : http://kbbi.web.id/komisi).;
bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dan uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Persentase dan pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga" (sumber Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga).
Menurut Bank Indonesia, bunga adalah imbalan yang dibayarkan oleh peminjam atas dana yang diterima, bunga dinyatakan dalam persen (sumber Bank Indonesia : http://www.bi.go.id/id/Kamus.aspx?id=B);
bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa royalti, fee, komisi maupun bunga merupakan suatu hasil/pendapatan dan suatu usaha atau aset/harta sedangkan "reimbursement" bukan merupakan pendapatan namun merupakan sebuah penggantian yang telah dikeluarkan satu pihak oleh pihak lain;
bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian reimbursement dalam ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika adalah bahwa pembebanan dapat dilakukan (sehingga menjadi biaya pengurang di RTY N.A. Indonesia) sepanjang biaya tersebut adalah biaya yang sebenarnya telah dikeluarkan oleh kantor pusat RTY dan cabang luar negeri yang berkenaan dengan kegiatan usaha atau untuk kepentingan BUT RTY N.A. Indonesia, sehingga pendapat Terbanding bahwa pengertian reimbursement adalah sesuai dengan angka 2 huruf d Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-53/P1/2009, angka 3 huruf b Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-831/PJ.53/2005, angka 1 huruf b butir 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-79/PJ.53/2004 dan angka 5 huruf b Surat Dirjen Pajak Nomor: S-975/PJ.53/2003 tidaklah tepat;
bahwa sesuai P3B maka pengertian reimbursement harus dikaitkan dengan operasional BUT di berhubungan dengan mendapat, memelihara dan menagih tersebut dapat dibebankan selain atas royalti, fee, komisi dan surat-surat yang dirujuk Terbanding berkaitan dengan pemotongan pajak dan PPN sehingga sangat tidak tepat untuk dipakai sebagai acuan dalam yang berkenaan dengan
"deductibility";
bahwa kesimpulan di atas konsistensi dengan pengertian yang diberikan dalam UN Model Commentary (2001);
bahwa sebagai catatan, Pasal 8 ayat (3) P3B antara Indonesia dan Amerika mengadopsi UN Model 2001 dan oleh karenanya UN Model Commentary menjadi relevan;
bahwa UN Model itu sendiri didasarkan oleh OECD Model dan oleh karenanya dalam UN Model Commentary terdapat rujukan kepada OECD Model Commentary;
bahwa uraian dengan merujuk pada OECD Commentary Pemohon Banding buat secara terpisah dalam point IV dibawah;
bahwa dalam UN Model Commentary terlihat dengan bahwa pada intinya adalah pembayaran kepada BUT lainnya dan/atau kantor pusat dapat dikurangkan sebagai biaya sepanjang jumlah yang dibebankan merupakan beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atau BUT lainnya tanpa mark-up profit;
bahwa Pemohon Banding kutip beberapa bagian dalam UN Model Commentary dibawah ini : Paragraf 17:
"... In the course of the discussion it was pointed out that the addition to the OECD text would ensure that the permanent establishment would be able to deduct interest, royalties and other expenses incurred by the head office on behalf of the establishment..." (Pemohon Banding — addition yang dimaksud ini adalah:
"However, no such deduction shall be allowed in respect amounts, if any, paid (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees or other similar payments in return for the use of patents or other right or by way of commission for specific services performed or for management, or by way of interest on moneys lent to the permanent establishment. Likewise no account shall be taken, in the determination of the profits of a permanent establishment for amounts charged (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties.
fees or other similar payments in return for the use of patents by way of commission for specific services performed or for management or by way of interest on moneys lent to the head office of the enterprise or any of its other office;
Paragraf 19:
"....Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amount so incurred...."
Paragraph 19:
"..., whilst the wording of paragraph 3 suggested that the deduction for expenses incurred for the purposes of permanent establishments should be the actual costs of those expenses, normally without adding any profit element..."
bahwa khusus mengenai jasa, Paragraf 19 juga menyatakan:
"... The area of services is the one in which dculties may arise in determining whether in a particular case a service should be charged between the various parts of a single enterprise at its actual costs or at that costs plus a mark up to represent a profit to the part of the enterprise providing the service. "Dalam hal ini, paragraf 19 memberikan petunjuk sebagai berikut: "... On the other hand, the answer will be in negative (Pemohon Banding — artinya tanpa mark up profit) if, on the basis of the facts and circumstances of the specific case, it appears that the expense is initially incurred in performing a Anction the essential purposes of which is to rationalize the overall costs of the enterprise or to increase in a general way its sales "
bahwa dalam hal ini, seperti yang Pemohon Banding uraikan dalam bagian III, biaya
"Intercompany Direct Charges" berasal dari regionalisasi sistem dan fungsi support misalnya IT yang bertugas menyokong BUT-BUT nya;
bahwa oleh karenanya, beban-beban tersebut dapat dibebankan di Indonesia karena menyokong BUT di Indonesia dalam operasi usaha untuk mendapatkan penghasilan;
Transaksi Direct Charges
bahwa sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian 1.B. Penjelasan Sengketa Pajak, bahwa yang menjadi sengketa pajak adalah koreksi positif biaya dari cabang kantor pusat yang lain yang bersifat "Direct Charges " atau "Intercompany Direct Charges ";
bahwa Intercompany Direct Charges dilakukan dengan sistem regionalisasi, hal tersebut dilakukan sebagai bagian pemenuhan standar yang telah tetapkan oleh RTY yang beroperasi di banyak negara yang mempunyai geografis dan demografis namun memiliki cukup banyak proses-proses bagian bisnis yang mirip, sehingga Manajemen RTYcorp membentuk regionalisasi untuk mendapatkan keuntungan diantaranya sebagai berikut:
Konsistensi dalam pemberian jasa ke customer;
Tercapainya skala ekonomis;
Standarisasi/parktek bisnis terbaik;
Peningkatan efisiensi;
Memastikan konsistensi atas implementasi prosedur pengendalian Peningkatan kepuasan pelangggan;
Mengeliminasi tingkat kesalahan;
Kemudian, secara ringkas jenis aktifitas yang dilakukan pihak cabang kantor pusat yang lain kepada Pemohon Banding dan manfaat yang Pemohon Banding peroleh terdiri dari :
Administrasi Password
bahwa Regional Password Administration Center (RPAC) merupakan unit usaha dan RTY NA cabang Singapore yang bertugas mengelola Password dan Indentitas Pengguna (User ID) sistem/aplikasi yang dikelola oleh RTY NA cabang Singapore yang digunakan oleh RTY NA Indonesia dalam menjalankan operasional perbankan di Indonesia;
bahwa fungsi administrasi tersebut mencakup:
a. Pembuatan Indentitas Pengguna (User ID);
b. Memodifikasi Indentitas Pengguna (User ID);
c. Penghapusan Indentitas Pengguna (User ID);
d. Pemblokiran Indentitas Pengguna (User ID);
e. Pengaktifan kembali Indentitas Pengguna (User ID)
bahwa adapun manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah :
Tingkat keamanan atas sistem/aplikasi sebagaimana disebutkan di dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), sehingga keamanan dapat ditingkatkan secara maksimal baik atas aplikasi yang dapat digunakan oleh para nasabah Pemohon Banding maupun atas aplikasi yang dipergunakan secara internal sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran keaman atas sistem/aplikasi tersebut yang mana setiap pelanggaran keamanan sistem/aplikasi dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar;
Pemrosesan Transfer Uang
bahwa Regional Cash Process Management Unit (RCPMU) merupakan unit kerja dan RTY NA Singapore yang memberikan mengelola pemrosesan transfer uang dan ditunjuk sebagai unit pengolahan terpusat untuk memproses transaksi berdasarkan permintaan nasabah dan bertugas untuk melakukan investigasi atas transaksi tersebut;
bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;
bahwa pemrosesan transfer uang tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Transaksi pengiriman uang (Outgoing telex) dalam mata uang asing, baik yang diterima melalui formulir pengiriman uang ataupun secara elektronik;
2. Transaksi penerimaan uang (Incoming telex) utk nasabah dalam mata uang asing;
3. Transaksi pindah buku antar nasabah RTY berdasarka instruksi yang diterima secara elektronik;
4. Melakukan investigasi atas point 1-3 apabila ada pertanyaan (inquiry) dari nasabah terhadap transaksi-transaksi tersebut;
5. Operasional atas trasansaksi transfer uang yang diproses melalui RTYconnect. RTYconnect merupakan suatu platform yang terkoneksi dengan internet yang dapat memudahkan para nasabah untuk bertransaksi perbankan;
bahwa manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah pemrosesan transaksi transfer uang Internasional dipusatkan di RTY NA Singapore akan menghasilkan proses operasional yang lebih efektif dan efisien;
Risiko Pasar
bahwa Risk Reporting Unit adalah unit usaha dari RTY NA cabang Singapore yang berfungsi untuk menyediakan laporan risiko pasar dan juga data-data yang berhubungan dengan risiko pasar kepada RTY Indonesia setiap hari;
bahwa manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah:
bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;
bahwa laporan dan data-data risiko pasar ini sangat diperlukan oleh RTY NA Indonesia untuk memantau dan mengelola resiko pasar yang ditimbulkan dari kegiatan RTY NA Indonesia;
bahwa di samping itu, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank di Indonesia untuk memiliki proses Pemantauan dan pengelolaan risiko pasar yang baik, oleh sebab itu fungsi Risk Reporting Unit RTY NA cabang Singapore sangat penting bagi kegiatan perbankan RTY Indonesia;
bahwa selain itu, Risk Reporting Unit RTY Singapore juga ikut serta dalam berbagai project yang ada di RTY NA Indonesia yang berhubungan dengan fungsi pelaporan risiko pasar;
bahwa contoh project tersebut adalah implementasi sistem aplikasi baru yang akan dipakai oleh RTY Indonesia;
Information Technology
bahwa RTY NA cabang Singapore mengelola IT yang mencakup Institutional Client Group dan Consumer Banking terkait dengan pengembangan aplikasi-aplikasi operasional serta menyediakan support terkait Teknologi, pemeliharaan serta perbaikan terhadap aplikasiaplikasi operasional tersebut dan pemeliharaan, pengelolaan atas database dan perbaikan terkait dengan Infrastruktur terkait dengan IT;
bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;
bahwa IT yang terkait dengan Consumer Banking mencakup usaha bisnis Kartu Kredit dan bertanggung jawab atas proses-proses sebagai berikut:
Pelayanan Konsultasi
Mengembangkan aplikasi komputer untuk strategi pemasaran kartu kredit kepada para calon pengguna kartu kredit serta kepada para merchant;
Mendesain dan mengimplementasikan sebuah sistem database guna memonitor perilaku ekonomi serta data statistik yang berhubungan dengan para pengguna kartu dan para merchant;
Memberikan masukan dan mengembangkan apliksi komputer di bidang tehnik-tehnik dan metode pemasaran, termasuk di antaranya korespondensi langsung, pengiklanan dan promosi;
Melakukan koordinasi secara tennis untuk menunjang para pemegang kartu dalam menggunakan kartu kredit RTY NA di seluruh dunia;
Pelayanan dan Proses Data Kartu Kredit
Menyediakan, mengembangkan dan memperbaharui penyimpanan dan proses data transaksitransaksi pemegang kartu kredit dan para merchant, termasuk master file (data induk) dan proses referensi kreditnya;
Menyediakan dan memperbaharui penyimpanan dan pemrosesan data atas pembayaran yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit serta pembayaran kepada para merchant;
Memberikan dukungan atas sistem aplikasi komputer untuk kartu kredit yang relevan lainnya seperti otorisasi on line dan sistem aplikasi komputer yang baru;
Proses Otorisasi
Memproses otorisasi kartu kredit RTY dan kartu kredit lainnya yang diminta oleh para merchant sehubungan dengan para pemegang kartu kredit RTY atau kartu kredit lainnya;
Menyediakan links VISA, MASTERCARD dan database kartu kredit lainnya untuk otorisasi atas transaksi yang menggunakan VISA, MASTERCARD dan kartu kredit lainnya yang dikeluarkan oleh institusi lain;
Pelayanan Desktop, teleponi & penunjang lainnya
Jasa Desktop support meliputi pemusatan operasional teknisi (pembangunan jaringan system operasi / tools / inventory untuk nama pengguna), test integrasi, system administrasi
& help desk yg akan menyediakan jasa dasar support desktop untuk standar lingkungan desktop, manajemen keamanan yg diperlukan untuk menjaga keamanan desktop di seluruh lokasi citibank. Juga termasuk jasa teknisi & operasional support yang terintegrasi;
Jasa desktop server meliputi support & infrastructure untuk standar perangkat keras untuk Unix & Wintel server, pengembangan pengumpulan inventory & manajemen tools, standar operasional & pembangunan sistem keamanan;
Jasa Desktop file & perangkat keras pencetakan termasuk biaya file & server untuk proses pencetakan & jaringan mesin - mesin pencetak;
Jasa perangkat teleponi, yaitu menyediakan jasa teknisi secara global untuk menunjang dan mereview standarisasi design. Juga menyediakan jasa teknis untuk menunjang operasional harian, perawatan, perubahan, upgrades terhadap semua perangkat sistem komunikasi perangkat teleponi termasuk sistem PBX, helpdesk, pesan suara dan perekam pesan suara;
Jasa jaringan yaitu penunjang lalu lintas semua jaringan internasional dan antar lokasi meliputi perangkat jaringan berupa routers yg tersambung pada jaringan intemasional. Juga teknisi global untuk memonitor keamanan jaringan, pusat pengawasan jaringan global;
Jasa penunjang pesan & mobility, meliputi blackberry, email, remote access, meliputi maintain infrastructure, penunjang operasional dan pengadministrasian account, perubahan email account apabila ada perubahan pemakai, termasuk pemeliharaan perangkat keras &
lunaknya;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.87464/PP/M.XVB/15/2017
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sidang banding adalah koreksi Terbanding atas biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp159.320.756.860,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
bahwa rincian koreksi positif Terbanding atas pos Penyesuaian Fiskal atas Head Office Allocation Expenses (HO. A.E) sebesar Rp159.320.756.860,00 adalah sebagai berikut :
- Head Office Allocation (Echo/Non Echo)
Rp 85.995.531.507,00
- Intercompany Service Charge Rp179.565.309.553,00
- Jumlah Rp265.560.841.060,00
- Administration Expenses dari HO dan Asia Pasific Regional Office Lainnya (sesuai sertifikasi KAP)
Rp106.240.084.200,00
- Koreksi fiskal positif Rp159.320.756.860,00
bahwa Terbanding berpendapat bahwa sesuai Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pada dasarnya tidak diperkenankan untuk biaya-biaya yang dibayarkan (selain reimbursement pengantian dari biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya dalam bentuk royalti, ongkos dan pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan penggunaan paten dan hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk usaha tetap tersebut;
bahwa menurut Terbanding, sesuai Pasal 5 ayat (3) huruf b dan c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, mengatur tentang penentuan besarnya laba suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebagai berikut:
b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya adalah :
1) royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya;
2) imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;
3) bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
c. pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Obyek Pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
bahwa menurut Terbanding, pada dasarnya bentuk usaha tetap merupakan satu kesatuan dengan kantor pusatnya, sehingga pembayaran oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya, seperti royalti atas penggunaan harta kantor pusat, merupakan perputaran dana dalam satu perusahaan, sehingga pembayaran bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya berupa royalti, imbalan jasa, dan bunga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan Bentuk Usaha Tetap, kecuali jika kantor pusat dan bentuk usaha tetapnya bergerak dalam bidang usaha perbankan, maka pembayaran berupa bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai biaya;
bahwa menurut Terbanding, pembayaran-pembayaran sejenis yang diterima oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya tidak dianggap sebagai obyek pajak, kecuali bunga yang diterima oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya berkenaan dengan usaha perbankan;
bahwa menurut Pemohon Banding, biaya-biaya aktual yang terdapat di kantor pusat dan cabang lainnya dapat dibebankan sebagai biaya selama biaya-biaya tersebut memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding yang timbul dalam upaya mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan Pemohon Banding;
bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian “reimbursement” dalam ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah bahwa pembebanan dapat dilakukan (sehingga menjadi biaya atau pengurang di Pemohon Bandung) sepanjang biaya tersebut adalah biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh kantor pusat Pemohon Banding dan cabang lainnya di luar negeri yang berkenaan dengan kegiatan usaha atau kepentingan Pemohon Banding;
bahwa menurut Pemohon Banding, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat dikurangkan biaya-biaya yang dibayarkan kepada kantor pusat atau kantor cabang lainnya, selama biaya tersebut benar-benar terjadi dan berkenaan dengan kegiatan usaha dari Pemohon Banding;
bahwa menurut Pemohon Banding yang dimaksud dengan “reimbursement” adalah penggantian atas biaya-biaya yang benar-benar terjadi di kantor pusat dan kantor cabang lainnya di luar negeri dan tidak semata-mata terbatas atas biaya “talangan”;
bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran di atas tidak mengharuskan adanya penggantian atas biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh kantor pusat atau kantor cabang lainnya di luar negeri kepada pihak ketiga pemberi jasa seperti yang ditafsirkan oleh Terbanding;
bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran/commentary a quo merupakan penafsiran yang diakui secara internasional dan tertuang dalam Report on the Attribution of Profits to Permanent Establishment yang diterbitkan oleh OECD untuk memberikan latar belakang interpretasi yang ada dalam OECD Commentary;
bahwa Majelis melakukan pemeriksaan dan penilaian atas dokumen dan bukti-bukti dalam persidangan sebagaimana di atur dalam Pasal 76 dan 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sebagai berikut:
Pasal 76
“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)”
Pasal 78
“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim”
bahwa menurut pendapat Majelis, dari fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan, diketahui bahwa Pemohon Banding merupakan satu kesatuan dengan kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri, sehingga pembayaran yang dilakukan Pemohon Banding kepada kantor pusatnya seperti royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten atau hak- hak lainnya, jasa manajemen dan jasa lainnya merupakan perputaran dana dalam satu perusahaan;
bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai Pasal 5 ayat (3) huruf b dan c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, maka pembayaran Pemohon Banding kepada kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri seperti royalti, imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten atau hakhak lainnya, jasa manajemen dan jasa lainnya, serta bunga (kecuali kantor pusat bergerak dalam bidang usaha perbankan) tidak boleh dikurangkan sebagai biaya oleh Pemohon Banding;
bahwa menurut pendapat Majelis, “reimbursement” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih dahulu biaya dimaksud untuk memperoleh barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh entitas lain untuk selanjutnya diganti dengan biaya yang sama besarnya (at cost) bahwa dengan demikian biaya yang benar-benar dikeluarkan Pemohon Banding kepada kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri tidak sama dengan “reimbursement” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) a quo;
bahwa menurut pendapat Majelis, Pasal 8 ayat (3) a quo secara tegas mengatur biaya-biaya yang tidak diperkenankan dikurangkan oleh Pemohon Banding sebagai bentuk usaha tetap yang dibayar kepada kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri karena pada dasarnya Pemohon Banding dan kantor pusat serta cabang lainnya di luar negeri sebagai satu kesatuan entitas yang terintegrasi secara internasional;
bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan, pada dasarnya pembayaran dari Pemohon Banding kepada RTY S,A. Singapore adalah pembayaran atas imbalan sehubungan jasa yang didasarkan pada kontrak perjanjian jasa (Service Agreement) dan bukan pembayaran atas penggantian biaya (reimbursement);
bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai bukti-bukti yang diperoleh dalam persidangan bahwa Laporan Audit (Sertifikat) yang diterbitkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG dan QWE meliputi seluruh biaya alokasi kantor pusat yang telah dibebankan oleh Pemohon Banding sebesar Rp265.560.841.060,00;
bahwa menurut Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG dan QWE, biaya yang dapat dibabankan oleh Pemohon Banding adalah sebesar USD10,807,740.00 (Kurs Rp9.830,00, ekuivalen dengan nilai Rp106.240.084.200,00;
bahwa dalam persidangan, Majelis memerintahkan kepada Pemohon Banding untuk menyampaikan bukti-bukti dan dokumen atas transaksi reimbursement yang berupa invoice dari pihak ketiga, bukti pelaksanaan kegiatan jasa, bukti pembayaran, perjanjian atau kontrak yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan cabang RTY lainnya di luar negeri sebesar actual cost yang dihitung berdasarkan alokasi;
bahwa bukti-bukti dan dokumen sebagaimana tersebut di atas tidak diberikan oleh Pemohon Banding, sehingga bukti-bukti lainnya tidak dipertimbangkan oleh Majelis;
bahwa sesuai fakta-fakta hukum dan bukti-bukti yang diproses dalam pemeriksaan Majelis di persidangan, serta berdasarkan keyakinan Majelis, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp159.320.756.860,00 berdasarkan sertifikat dari Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG dan QWE, ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan Pasal 8 ayat (3) P3B Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat sudah tepat sehingga tetap dipertahankan;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.87464/PP/M.XVB/15/2017
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menimbang : bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;
Menimbang : bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kompensasi kerugian;
Menimbang : bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, serta berdasarkan musyawarah Majelis, Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk menolak Banding Pemohon Banding;
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;
Memutuskan : Menolak Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP- 197/WPJ.19/2013 tanggal 20 Februari 2013, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 Nomor: 00001/206/05/091/12 tanggal 22 Februari 2012, atas nama: XXX;
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam persidangan yang dicukupkan pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014, oleh Hakim Majelis XVB Pengadilan Pajak yang ditunjuk dengan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor:
Pen.00971/PP/PM/X/2013 tanggal 25 Oktober 2013 jo. Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor:
Pen.0007AS/PP/PM/II/2014 tanggal 10 Februari 2014 dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut :
Drs. ABC, Ak., M.Sc.
Drs. DEF, Ak.
GHI, S.H., LL.M.
JKL
Sebagai Hakim Ketua, Sebagai Hakim Anggota, Sebagai Hakim Anggota, Sebagai Panitera Pengganti,