9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Sistem Hukum
Untuk mempelajari pengertian hukum sebagai suatu sistem Lon L Fuller berpendapat bahwa terdapat depalan nilai-nilai yang harus diwujudkan oleh hukum. Kedepalapan nilai tersebut yang dinamakan
“Delapan Prinsip Legalitas” adalah :
a. Harus ada peraturan-peraturan terlebih dahulu, hal ini berarti tidak ada tempat bagi keputusan-keputusan secara ad-hoc atau tindakan- tindakan yang bersifat abiter;
b. Peraturan-peraturan itu harus di umumkan secara layak;
c. Peraturahn itu tidak boleh berlaku surut;
d. Perumusan peraturan-peraturan itu harus jelas terperinci, ia harus dapat dimengerti oleh rakyat;
e. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya hal-hal yang tidak mungkin;
f. Diantara sesama peraturan tidak boleh bertentangan satu sama lain;
g. Peraturan harus tetap, tidak boleh sering diubah-ubah;
h. Harus terdapat kesusaian antara tindakan-tindakan para pejabat hukum dalam peraturan-peraturan yang telah dibuat.12
Sebagai suatu system norma hukum juga menurut tiga hal untuk dapat di pengaruhi agar tujuan hukum dapat tercapai dan dapat efektif seperti yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch yaitu keadilan, kegunaan (kemanfaatan) dan adanya Kepastian Hukum. Pengertian ini
12 Esmi Warasih. 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang : Suryanadaru Utama, hlm 31
commit to user commit to user
hamper sama dengan terpenuhinya unsur filosofi, yuridis dan sosiologis dalam hukum13 :
a. Unsur filosofis yaitu bahwa rumusan atau norma-normanya mendapat pembenaran bila dikaji secara filosofis mempunyai alas an yang dapat dibenarkan apabila dipikirkan secara mendalam. Alasan yang dimaksud sesuai dengan cita-cita kebenaran, cita-cita keadilan, dan cita-cita kesusilaan;
b. Unsur yuridis yaitu bahwa hukum atau peraturan Perundang- undangan memounyai dasar yuridis maupun legalitas yang merupakan dasar yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya;
c. Unsur sosiologis yaitu ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan masyarakat umum atau kesadaran hukum masyarakat.
Ada beberapa ahli hukum yang mengemukakan teori normatif dan kebanyakan adalah mereka yang beraliran positivis. Karena hukum dianggap sebagai suatu norma atau suatu peraturan yang dibuat untuk dapat ditaati, agar tujuan dari hukum tersebut dapat tercapai. Salah satu yang menggunakan teori normatif tentang hukum yaitu Hans Kelsen.
Teori Hans Kelsen yang bersifat dasar Grundnorm. Adapun Grundnorm merupakan induk yang melahirkan peraturan Perundang-undangan dalam suatu tatanan sistem hukum tertentu. Teoru yang dikemukakan sebagai berikut, Bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis lapis dalam suatu hierarki tatanan susunan. Suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesa dan fiktif, yaitu norma dasar (Grundnorm).
13 Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti, hlm 19
commit to user commit to user
Hans Kelsen menyebutkan hukum memiliki suatu susunan berjenjang, menurun dari norma positif tertinggi sampai kepada perwujudan yang paling rendah. Masing-masing tindakan deduksi dan penerapan merupakan suatu perubahan kreatif, dan keseluruhan tertib hukum itu merupakan suatu system yang sangat padu dari pendelegasian yang progresif. Melalui proses pengkongkritan yang demikian itu hukum diterima sebagai suatu yang terus menerus mampu berbuat kreatif. Teori Hans kelsen ini akan terkait pula dengan asas-asas hukum. Dalam penelitian hukum normatif terdapat kajian penelitian tentang asas-asas hukum. Seperti yang diketahui bahwa penelitian hukum normatif tersebut meliputi :
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;
b. Penelitian terhadap sistematika hukum;
c. Penelitian terhadap taraf singkronisasi hukum;
d. Penelitian perbandingan hukum;
e. Penelitian sejarah hukum.
Beberapa asas tersebut berhubungan dengan asas-asas dalam peraturan Perundang-undangan. Karena norma positif identic dengan peraturan perundang-undangan. Beberapa asas-asas tersebut adalah a. Undang-undang tidak berlaku surut, dipergunakannya asas non
retroaktif;
b. Undang-undang yang dibuat penguasa lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi (disebut dengan Lex Superior Derogat Lex Inferior). Hal-hal ini mempunyai akibat sebagai berikut :
1) Peraturan yang lebih tinggi tidak dapat diubah, atau dihapuskan oleh peraturan yang lebih rendah akan tetapi proses sebaliknya bisa;
2) Hal-hal yang wajib diatur oleh peraturan atasan tidak boleh diatur oleh peraturan rendah, sedangkan sebaliknya adalah boleh; commit to user commit to user
3) Peraturan yang lebih rendah dapat merupakan peraturan pelaksana sebaliknya peraturan atasan bukan merupakan peraturan pelaksana.
c. Menyatakan bahwa Undang-Undang yang bersifat khusus mengesampingkan Undang-Undang yang bersifat umum (Lex Specialis Derogat Lex Generali), jika pembuatannya sama. Maksud nya adalah bahwa terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan Undang-Undang yang menyebut peristiwa itu walaupun untuk peristiwa khusus itu dapat pula diperlakukan Undang-Undang yang menyebut peristiwa yang lebih luas atau lebih umum yang mengecek peristiwa khusus tersebut;
d. Undang-Undang belakangan membatalkan yang berlaku terdahulu (Lex Posteriori Derogat Legi Priori). Artinya adalah bahwa Undang- Undang lain yang lebih dulu berlaku dimana alur suatu hal tertentu, tidak berlaku lagi jika Undang-Undang baru (yang berlaku belakangan) yang mengatur pula hal tertentu akan tetapi makna dan tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang-undang yang lama tersebut;
e. Menyertakan bahwa Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat;
f. Undang-Undang sebagai sarana untuk memaksimal mungkin mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun mencapai pribadi, dilakukan melalui pembaharuan dan pelestarian.
Hans Kelsen juga memberikan pendapat bahwa terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip tata urutan, yaitu :
a. Perundang-undangan yang rendah derajatnya dapat mengubah atau mengesampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tertinggi, tetpai yang sebaliknya dapat;
commit to user commit to user
b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dengan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya;
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidaj mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan pertaturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Ketentuan-ketentuan yang lebih tinggi tetap berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, walaupun diubah, ditambah, diganti atau dicabut oleh peraturan perundang- undangan yang lebih rendah;
d. Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya tidak dapat diatur oleh peraturan perundangan- undangan yang lebih rendah, tetapi hal yang sebaliknya dapat.14 2. Teori Efisiensi (Wealth Maximation)
Teori Law and Economic Richard A. Posner menjadi motor penggerak Hukum dan Ekonomi sejak buku Economic Analysis of Law yang kali pertama dipublikasikan pada tahun 1973. Dalam hal keterkaitan sisi keilmuan antara ilmu hukum dan ilmu ekonomi, Posner memaparkan bahwa pada dasarnya ilmu ekonomi merupakan ilmu pengetahuan tentang pilihan rasional di tengah-tengah keterbatasan sumber daya yang diinginkan manusia. Tugas ilmu ekonomi untuk menggali implikasi - implikasi terhadap dasar pemikiran bahwa manusia sebagai mahluk rasional selalu menginginkan perbaikan dikehidupannya, tujuan dan kepuasannya di dalam perbaikannya tersebut dapat dikatakan kepenting an pribadi.15 Menurut Posner, pendekatan ekonomi terhadap hukum selalu diidentikan dengan pembahasan hukum antitrust, hukum pajak, hukum korporasi dan regulasi kepentingan publik. Bahkan lebih jauh dia menjelaskan bahwa pendekatan ekonomi terhadap hukum meliputi
14 Rosjidi Ranggawidjaja. 1998. Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia.
Bandung : Mandar maju, hlm 50
15Fajar Sugianto,2014, “Butir-Butir Pemikiran Dalam Sejarah Intelektuil Dan
Perkembangan Akademik Hukum Dan Ekonomi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 10, No. 19., hlm. 16
commit to user commit to user
pembahasan bidang hukum yang berhubungan dengan masalah tort, kontrak, restitusi, properti, praktik penjatuhan hukuman, prosedur perdata, pidana dan administratif, masalah legislasi, penegakkan hukum dan administrasi pengadilan bahkan sampai pada level konstitusi, hukum keluarga dan jurisprudensi16
“... economics is the science of rational choice in a world-our world- in which resources are limited in relation to human wants. The task of economics is to explore the implications of assuming that man isa rational maximizer ofhis ends in life, his satisfactions-what we shallcall his “self interest. Law is basically a set ofrules and sanctions which are attended for theregulation of the bevaviour of persons whoseprimary insticnt is to maximize the extent oftheir satisfactions, as measured in economicterms. Law is, therefore, created and appliedprimarily for the purpose of maximizingoverall social utility”17
Keberadaan hukum di tengah-tengah kehidupan ini, pada dasarnya sebagai perangkat peraturan atau sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengatur perilaku-perilaku manusia yang pada hakikatnya berkeinginan untuk peningkatan kepuasannya sebagaimana hal ini menjadi bagian dari ekonomi. Oleh karena itu, hukum dibuat dan digunakan untuk tujuan meningkatkan kepentingan umum seluas- luasnya18. Posner menarik kesimpulan bahwa Economic Analysis of lawmerupakan pendekatan yang didasari oleh rasionalitas manusia sebagai mahluk hidup yang secara alamiah mencari kepuasan di dalam kegiatan mereka, di sini melibatkan pilihan. Oleh karena itu, kegiatan- kegiatan yang dapat memuaskan mereka sehingga mendapatkan keuntungan, baik bersifat moneter dan atau non-moneter ini dikatakan rasional19. Posner menambahkan bahwa konsepsi Economic Analysis of Law dapat dijadikan suatu pendekatan untuk menjawab permasalahan
16Richard A. Posner, 1997, “Economic Analysis of Law”, 5th Edition, Aspen Law &
Business, hlm. 25.
17Posner, R.A.,2007 “Economic Analysis of Law”, 7th ed.,Aspern Publishers, New York, U.S.A., hlm. 3, 249-256.
18Op Cit, hlm. 16
19Ibid
commit to user commit to user
hukum dengan mengutarakan definisiberbeda dan asumsi-asumsi hukum yangberbeda pula untuk mendapatkan gambarantentang kepuasan (satifaction) dan peningkatan kebahagiaan (maximization of happiness)20.
Pendekatan ini erat kaitannya dengankeadilan di dalam hukum. Untuk melakukannya,maka hukum dijadikan economic toolsuntuk mencapai maximization of happiness. Pendekatan dan penggunaan analisa ini harus disusun dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dengan tidak menghilangkan unsure keadilan, sehingga keadilan dapat menjadi economic standard yang didasari oleh tiga elemen dasar, yaitu nilai (value), kegunaan (utility), dan efisiensi (efficiency) yang didasari oleh rasionalitas manusia21. Berdasarkan konsep dasar ini, konsepsi yang dikembangkan oleh Posner kemudian dikenal dengan the economic conception of justice, artinya hukum diciptakan dan diaplikasikan untuk tujuan utama meningkatkan kepentingan umum seluas-luasnya (maximizing overallsocial utility)
The economic conception of justice menjadi acuan untuk menilai sampai sejauh mana dampak pemberlakuan suatu ketentuan hukum/
peraturan perundang-undangan kepada masyarakat luas. Dari sini dapat lebih mudah diketahui reaksi masyarakat dan kemanfaatan yang mampu dberikan oleh ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan tersebut22. Kontribusi Posner lebih fokus ke arah efisiensi ekonomi untuk menjelaskan hukum (common law). Sehingga menurutnya, jika hukum itu lebih diketahui maka akan lebih mudah mengkaji implikasi perkembangannya. Untuk mempertahankan inti pendiriannya Posner mengembangkan Hukum dan Ekonomi melalui bukunya The Economics Justice (1981). Posner mendefinisikan efisiensi sebagai “exploiting economic resources in such a way than human satisfaction as measured by aggregate consumer willingness to pay for goods and services is
20 Bushan J. Komadar, 2007, “Journal: The Raise and Fall of a Major Financial Instrument”, University of Westminster, hlm. 1.
21 Richard A. Posner, Op cit, hlm. 15 22 Fajar Sugianto, Op Cit, hlm. 17
commit to user commit to user
maximized”. Usaha efisiensi yang seperti ini dikatakannya sebagai usaha peningkatan kesejahteraan (wealth maximization)23. Efisiensi berkaitan dengan tujuan dan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Jika sarana yangingin dicapai membutuhkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hal itu dikatakan tidak efisien.
Sebaliknya, jika penggunaan sarana membutuhkan lebih sedikit biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka halitu dikatakan efisien
3. Tinjauan Umum Hukum Lingkungan a. Pengertian Hukum Lingkungan
Istilah Hukum Lingkungan terdiri dari kata "Hukum" dan
"Lingkungan". Mochtar Kusumaatmadja mengartikan hukum sebagai "keseluruhan asas dan norma yang mengatur perilaku manusia di dalam masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan berlakunya norma di masyarakat24.
Istilah Lingkungan secara normatif diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat UUPLH).
Menurut Pasal 1 angka 1 UUPLH, lingkungan hidup ialah:
"Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya".
Unsur-unsur lingkungan hidup mencakup :
1) Lingkungan non hayati yang dibentuk oleh sumber daya alam non-hayati;
2) Lingkungan hayati yang dibentuk oleh sumber daya alam hayati;
3) Lingkungan buatan yang dibentuk oleh sumber daya buatan;
4) Lingkungan sosial yang dibentuk oleh perilaku manusia.
23Ibid, hlm. 18
24 Mochtar Kusumatmadja. 2002. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan. Bandung : Alumni. hlm 15
commit to user commit to user
Hukum lingkungan dengan demikian dapat diartikan sebagai keseluruhan asas dan norma yang mengatur perilaku manusia di dalam masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya sebagai satu kesatuan yang mampu mendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dengan batasan ini, Hukum Lingkungan diharapkan dapat berperan sebagai "agent of stability"
dengan fungsi perlindungan dan kepastian bagi masyarakat, serta sebagai "agent ofdevelopment" dan "agent of change" dengan fungsi sebagai sarana pembangunan.25 Fungsi ini seirama dengan tujuan hukum yang dikemukakan Mochtar Kusumaatmadja, yakni “untuk mencapai ketertiban, keadilan dan kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara ".26
4. Tinjauan Umum Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan hidup, baik pada tahap penentuan kebijakan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendaliannya untuk mencapai kelestarian fungsinya. Dalam rangka hal itu, ada beberapa prinsip yang perlu dikembangkan, antara lain :
a. Prinsip lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak setiap orang (Sic Utere Tuo ut Alienum Non Laedas).27
Prinsip ini dimuat dalam Pasal 5 ayat (91) UUPLH, dan merupakan penjabaran dari Prinsip ke-1 Deklarasi Stockholm 1972 yang menyatakan sebagai berikut :
25 Siti Sundari Rangkuti. 1986. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungandalam Proses pembangunan Nasional Indonesia. Surabaya: UniversitasAirlangga hlm 3
26 Mochtar Kusumatmadja. Op, Cit hlm 2-3
27Daud Silalahi.1996.Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia, Bandung: Alumni. hlm 35
commit to user commit to user
"Man has the fundamental right to freedom, equlity and adequate conditions of life, in an environment of a duality that permits a life of dignity and well-being, and he bears a solemn responsibility to protect and improve the environment for present an future generations".
Manusia memiliki hak kebebasan yang mendasar,persamaan dan kondisi kehidupan yang mencukupi dirinya, didalam suatu lingkungan yang menghargai adanya martabat manusia dan tanggungjawab untuk melindungi lingkungan demi kepentingan generasi yang akan datang.
Prinsip tersebut mengandung 2 (dua) dimensi.Pertama, Pemerintah mengakui bahwa Lingkungan Hidup yang baik dan sehat merupakan hak dasar yang harus mendapat perlindungan dari semua pihak. Khususnya bagi Pemerintah, bentuk perlindungan yang dapat diberikan terhadap hak ini adalah memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengambil bagian dalam prosedur administratif : seperti berperan serta atau hak banding terhadap penetapan administratif. Kedua, merupakan bentuk perlindungan ekstensif (luas) terhadap hakhak perseroangan, sehingga dapat memberikan landasan gugatan hukum atau hak menuntut kepada setiap orang yang merasa haknya atas Lingkungan Hidup yang baik dan sehat diganggu pihak lain. Menurut Reinhard Streiger, hak menggugat atau menuntut atas Lingkungan Hidup yang baik dan sehat mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu:28
1) The function of defence (Abwehrfunktion), the right of the individual to defend himself againts an interference with his encironment which is to his disadvantage;
2) The function of performance (Lesitungsfunktion), the right of the individual to demand the performance of an act inorder to preserve, to restore or to improve his environment.
28 Koesnadi Hardjasoemantri. 1999. Hukum Tata Lingkungan. Jogjakarta: Gadjahmada University Press hlm 128
commit to user commit to user
Fungsi tersebut meliputi Fungsi untuk bertahan, yakni hak setiap orang untukmempertahankan diri dari tindakan-tindakan pihak lain yangmerugikan Lingkungan Hidupnya.Fungsi untuk menuntut, yakni hak dari setiap orang untuk menuntut suatu tindakan yang bertujuan memelihara, memulihkan atau memperbaiki Lingkungan Hidupnya.
Pembangunan berwawasan lingkungan (ecodevelopment) adalah salah satu prinsip yang juga dijadikan dasar pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia (Pasal 3 UUPLH).Prinsip ini menekankan agar pembangunan dilakukan melalui pendekatan ekosistem (ecological approach), yakni kegiatan pembangunan yang memperhatikan kepentingan lingkungan. Sedangkan pengertian yuridisnya menurut Pasal 1 butir 13 UUPLH adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Prinsip ini sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 yang dijabarkan lebih lanjut di dalam arah dan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan dalam Undang-undang No.
25 Tahun 2004 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2004-2008. PROPENAS Tahun 2000-2004 mengamanatkan bahwa pembangunan nasional di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang.
Dengan kata lain, prinsip pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu sarana untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). commit to user commit to user
Untuk dapat menciptakan pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumber alam dalam segala usaha pendayagunaannya harus memperlihatkan keseimbangan lingkungan dan kelestarian kemampuannya, sehingga dapat memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat maupun bagi kepentingan generasi yang akan datang. Emil Salim, dengan pendekatan ekologis mengemukakan hubungan antara prinsip pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan berwawasan lingkungan29
Pembangunan berkelanjutan mengharuskan kita mengelola sumber alam serasional mungkin.Ini berarti bahwa sumbersumber daya alam bisa diolah, asalkan secara rasional dan bijaksana. Untuk ini diperlukan pendekatan pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan(eco development). Pendekatan ini tidak menolak diubah dan diolahnya sumber alam untuk pembangunan dan kesejahteraan manusia. Tetapi
"kesejahteraan manusia" mengandung makna lebih luas, mencakup tidak hanya kesejahteraan material, pemenuhan kebutuhan generasi hari kini, tetapi juga mencakup kesejahteraan non fisik, mutu kualitas hidup dengan Lingkungan Hidup yang layak dihidupi (liveable environment) dan jaminan bahwa kesejahteraan terpelihara kesinambungannya bagi generasi masa depan.
Hubungan antara prinsip pembangunan berwawasan lingkungan dengan konsep pembangunan berkelanjutan oleh M.
Daud Silalahi diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang sama, sehingga saling berkaitan.30 Karena itu, tidak berlebihan bilamana Koesnadi Harjasoemantri menyatakan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan sebagai kata kunci (keywods) dalam rangka
29Emil Salim. 1993. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES hlm 184- 185
30 Daud Silalahi, Op Cit hlm 168
commit to user commit to user
melaksanakan pembangunan dewasa ini maupun di masa mendatang
31
Pembangunan berkelanjutan merupakan program nasional, bahkan program dunia sebagaimana dicetuskan oleh Komisi Khusus yang dibentuk PBB, yakni Komisi Dunia Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World Commision on Environment and Development) pada Tahun 1987 dalam laporannya yang berjudul
"Hari Depan Kita Bersama" (Our Common Fulture). Sebagai program nasional, maka menjadi kewajiban setiap orang untuk mensukseskannya dengan jalan berpikir, berperilaku maupun berkarya yang didasarkan pada prinsip-prinsip Hukum Lingkungan serta prinsip-prinsip pelestarian kebudayaan.Apabila keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah.Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan. mengubah yang kurang baik menjadi lebih baik 32. Pembangunan adalah upaya secara sadar memanfaatkan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia33. Pembangunan itu berhasil apabila sasarannya tercapai dan bermanfaat bagi rakyat banyak serta apabila masyarakat terlibat dalam proses pembangunan tersebut 34 . Pembangunan bertujuan setingkat demi setingkat mengubah keseimbangan lingkungan menuju kualutas lingkungan yang dianggap lebih tinggi. Karena itu tidak mungkin pelaksanaan
31 Koesnadi Hardjasoemantri. Op Cit hlm 127
32Imam, Supardi, 2003, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Bandumg : PT Alumni, hlm 73
33Moesa, Soekarman, 2002, Ilmu Lingkungan (Ekosistem, Manusia, dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan), Banda Aceh : Syiah Kuala University Press, hlm 6
34Prabang Setyono, 2008, Cakrawala Memahami Lingkungan, Surakarta: UNS Press, hlm 16
commit to user commit to user
pembangunan tidak mengganggu keseimbangan leingkungan. Dalam pembangunan, lignkungan atau keseimbangan lingkungan tidak dapat dilestarikan.
Yang harus dilestarikan bukanlah lignkungan itu sendiri atau keseimbangan lingkungan, melainkan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan tingkat hidup yang lebih ting35. Keseimbangan lingkungan diubah menjadi keseimbangan yang baru36.
Pembangunan di Indonesia berorientasi pada pembangunan berkelajutan yang berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan dengan penghematan penggunaan sumber daya dan pertimbangan jauh kedepan 37. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti bahwa lingkungan dapat mendukung pembangunan secara terus- menerus karena tidak habisnya sumber daya yang menjadi modal pembangunan. Modal itu sebagian berupa modal buatan manusia seperti ilmu, teknologi, pabrik, dan prasarana lingkungan, sebagaian lagi modal berupa sumber daya alam, baik yang dapat terbaharui maupun yang tidak dapat terbaharui38. Berdasarkan ketentuan Pasa;
1 angka 3 undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup, pembangunan berkelanjanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lignkungan hiduo, sosial dan eknomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lignkungan hiudo serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pengertian pembangunan berkelanjutan menurut Soemarwoto adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan
35Soemarwoto, Otto, 2003, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hlm 25-26
36 Imam Supardi, 2003, loc cit
37Djamal Irwan, Zoer’aini, 2005, Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, Jakarta : PT Bumi Aksara, hlm 28
38Soemarwoto, Otto, 2003loc cit hlm 14-15
commit to user commit to user
sistem ekologi dan sosial dimana msyarakat bergantung kepadanya39. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan perencanaan dan proses pembelajaran sosial terpadu, stabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya dan kegiatan dunia usahanya. Secara implisit, definisi tersebut menurut hegley, Jr mengandung perngertian startegi imperatif bagi pembangunan berkelanjutan sebagai berikut:
1) Berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata tujaun ekologi, sosial dan ekonomi;
2) Memperhatikan batas-batas ekologi dalam komsumsi materi dan memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan individu dengan distribusi yang adil;
3) Perlunya campur tangan pemerintah, dukungan dan kerjasama dunia usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang berbasis sumber daya;
4) Perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua tingkat dan anatara yurisdiksi politik terkait dalam pengembangan energy bagi pertumbuhan kebutuhan hidup;
5) Bergantung pada pendidikan, perencanaan dan proses politik yang terinformasikan, terbuka dan adil dalam pengembangan teknologi dan manajemen.
6) Mengintegrasikan biaya sosial dan biaya lingkungan dari dampak pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi40
Laporan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World Commision on Environment and Development / WCED) memberikan definisi pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang mengusahakan di penuhinya kenutuhan yang
39Aca Sugandhy, 2009, Instrumentasi dan Standardisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : Universitas Trisakti, hlm 21
40 Aca, Sugandhy Dan Hakim,Rustam, 2009, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, Jakarta : PT BumiAksara, hlm 21-2
commit to user commit to user
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan dating untuk memenuhi kebutuhan mereka 41 . Komisi Dunia Bidang Lingkungan dan Pembangunan merumuskan konsep pokok dalam pembangunan, yaitu berorientasi pada kebutuhan dan keterbatasan.
Tujuan Pembangunan tersebut harus dapat dicapai dengan memperhatikan enam (6) pokok permaslaahn yaitu42 :
1) Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia;
2) Pemeliharaan daya dukung lingkungan;
3) Pengendalian ekosistem dan jenis (spesies) sebagai sumber daya bagi pembangunan;
4) Mengantisispasi krisis energy sbagai penopang utama industrialisasi;
5) pengendalian pengembangan lingkungan.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam konsep pembangunan dikemukakan secara rinci dalam deklarasi dan perjanjian internasioanal yang dihasilkan melalui konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development) di Rio De Janeiro pada tahun 1992.
Dari berbagai dokumen yang dihasilkan dari konferensi tersebut, secara formal terdapat 5 prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan, yaitu :
1) Prinsip keadilan anatar generasi, prinsip ini mengandunfg makna bahwa setiap generasi umat manusia di dunia ini memiliki hak untuk menerima dan menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruk akibat perbuatan generasi sebelumnya;
2) Prinisp keadilan dalam satu generasi, prinsip keadilan dalam satu generasi merupakan prinsip yang berbicara tentang keadilan
41 Soemarwoto, Otto, 2003, loc cit hlm 14
42Moesa, Soekarman, 2002, loc cit hlm 6
commit to user commit to user
didalam sebuah generasi umat manusia, dimana beban dari permasalahn lingkungan harus dipikul bersama oleh masyarakat dalam satu generasi. Prinsip ini menurut Ben Boer, menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat dan tuntutan kehidupan dalam satu generasi, memiliki hak dalam kemanfaatan sumber- sumber alam dan kenikmatan atas lingkungan yang bersih dan sehat43.
3) Prinsip pencegahan dini, prinsip pencegahan dini mngandung sutau pengertian bahwa apabila ada ancaman yang berarti atau adanya ancaman kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan serta ketiadaan temuan atau pembuktian ilmiah yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda upaya-uoaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan44.
4) Prinsip perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan keanekaragaman hayati merupakan prasyarat dari berhasil tidaknya pelaksanaan prinsip keadilan antar generasi.
Perlindungan keanekaragaman hayati juga terkait dengan masalah pencegahan, sebab mencegah kepunahan jenis dari keanekaragaman hayati diperlukan pencegahan dini45. Upaya perlindungan keanekaragaman hayati dilakukan untuk membuktikan komitmen dan kesadaran pentingnya mencegah secara dini kepunahan keanekaeagaman hayati seklaigus melaksanakan prinsip keadilan baik antar generasi maupun dalam satu gnerasi untuk mewujudkan karakteristik pembangunan berkelanjutan.
43Siahaan, N. H. T, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta:
Erlangga, hlm 74
44Bethan, Syamsuhardi, 2008, Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dan Kehidupan Antar Generasi, Bandung : Alumni, hlm 95
45 Hidayat, Arif & FX. Adjie Samekto, 2002, Kajian Kritis Penegakan Hukum Lingkungan dan Otonomi Daerah, Yogyakarta : Genta Press, hlm 117
commit to user commit to user
5) Prinsip internalisasi biaya lingkungan, kerusakan lingkungan dapat dilihat sebagai external cost dari suatu kegiatan ekonomi yang diderita oleh pihak yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi tersebut. Jadi, kerusakan lingkungan merupakan external cost yang harus ditanggung oleh kegiatan pelaku ekonomi. Oleh karena itu, biaya kerusakan lingkungan harus di integrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber alam tersebut46.
Untuk menciptakan konsep pembangunan berklajutan yang berwawasan lingkungan, diperlukan pokok-pokok kebijaksanaan yang diantaranya berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:
1) Pengelolaan sumber daya alam perlu direncanakan sesuai dengan daya dukung lingkungannya;
2) Proyek pembangunan yang berdampak negatif terhadap lingkungan dikendalikan melalui penerapan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai bagian dari studi kelayakan dalam proses perencanaan proyek;
3) Adanya pengutamaam penanggulangan pencemaran air, udara dan tanah;
4) pengembangan keanejaragaman hayati sebagai persyaratan bagi stabilitas tatanan lingkungan;
5) pengendalian kerusakan lingkungan melalui pengelolaan daerah aliran sungai, rehabilitas dan reklamasi bekas pembangunan, serta pengelolaan wilayah pesisir dan lautan;
6) Pengembangan kebijakan ekonomi yang memuat pertimbangan ekonomi yang memuat pertimbangan lingkungan;
7) Pengembangan peran serta masyarakat kelembagaan dan ketenagaan dalam pengelolaan lingkungan hidupl dan
46Marhaeni Ria Siombo, 2012, Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, Hlm 62-63 commit to user commit to user
8) Pengembangan hukum lingkungan yang mendorong badan peradilan untuk menyelesaikan sengekata melalui penerapan hukum lingkungan47
5. Tinjauan Umum Mengenai Sampah a. Pengertian Umum Sampah
Sampah dapat di definisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi.
Sedangkan menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dati kegiatan manusia dan tidak terjadi sendirinya48. Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalan negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud sampah adalah :
1) Sampah adalah sisa kegiaan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga.
2) Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegitan sehari-hari dalam rumah tangga yang sebagaian besar terdiri dari sampah organic, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
3) Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial, awasan industry, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atai fasilitas lainnya.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga dsebutkan bahwa:
47Ibid hlm 63-64
48 WHO.1992. Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar.
Diterjemahkan oleh Penerbit ITB. Bandung : Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana.
commit to user commit to user
1) Sampah rumah tangga adalah sampah yag berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
2) Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus
Sampah merupakanmateri sisa setelah berkahirnya suatu proses. Sampah di definisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam etersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Berdasarkan sumbernya sampah diagi menjadi49 ;
1) Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti hal nya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Diluar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun- daun kering di lingkungan pemukiman.
2) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah- sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh dari proses pertambangan dan industri.
49 Rochim Armando, 2008. Penanganan dan Pengelolaan Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya hlm 36
commit to user commit to user
3) Sampah industry
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi dari suatu pabrik dalam bentuk kegiatan industri untuk mengahasilkan suatu benda, biasanya disebut dengan limbah.
4) Sampah Manusia
Sampah yang dihasilka dari proses pencernaan di dalam tubuh manusia, dimana dalam proses pencernaan makanan menjadi energy menghasilkan sisa pencernaan.
Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas:
1) Sampah Rumah tangga
Berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk inja dan sampah spesifik.
2) Sampah sejenis sampah rumah tangga
Berasal dari kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
3) Sampah spesifik
sampah spesifik meliputi : sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan sampah yang tiimbul secara tidak periodik.
Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi 50: 1) Sampah organik – dapat diurai (degradable)
Sampah organic adalah sampah yang dapat diuraikan, salah satu contoh dari sampah organik adalah sampah dapur dan kotoran.
Karena mudah diuraikan sampah organik tidak mengambil peran
50 Rochim Armando, Op Cit hlm 38
commit to user commit to user
penting dalam pemupukan sampah yang terjadi saat ini. Contoh Sampah Organik : sisa makan, sisa sayuran dan kulit buah- buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (daun-daunan, rumput dan sampah yang mudah busuk lainnya).
2) Sampah anorganik – tidak terurai (undergradable)
Salah satu contoh sampah anorganik adalah p;astik. Plastik mempunyai banyak manfaat tetapi plastic juga memiliki kekurangan. Sebenarnya plastik semuanya dapat didaur ulang karena hal ini plastik telah menjadi momok di lingkungan, kantong plastik dan botol memenuhi serta mengotori jalan-jalan dan manufaktur dari plastik menyebabkan pencemaran lingkungan denganbahan kimia berbahaya dan membahayakan kesehatan.
Sampah adalah bahan baik padat atau cairran yang tidak dapat dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
a) Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain sampah manusia dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun, plastic, metal, ge;as dan lain-lain.
Meneur bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organic dan anorganik. Sampah organic merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organic, Seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan- potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pemebersihan kebun dan sebagainya.
b) Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cair yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. commit to user commit to user
Limbah hitam : sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung pathogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga : sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung pathogen
6. Tinjauan Umum Definisi Pengelolaan Sampah
Menurut Pasal 1 ayat (9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi perencanaan, dan penanganan sampah.
Selain gal tersebut pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengendalian terhadap timbunan sampah, penyimpanan, pengumpulan,pemindahan dan pengangkutan, pengelolaan, dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, dan perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas.51 Dengan demikian pengelolaan sampah merupakan suatu cara untuk menyikapi sampah agar dapat memberikan suatu manfaat dan tidak merusk lingkungan.
Cara pengelolaan Samapah terdapat 3 cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menu\imbun di suatu tempat, dengan mengabukan dan dengan daur ulang recyclingke proses-proses lain52
a. Peninmbunan. Cara penimbunan sampah yang paling sederhana ialah penimbunan terbuka, yaitu sampah dikumpulkan begitu saja disutu tempat yang dipilih jauh dari tempat aktifitas masyarakat, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan. Cara penimbunan sampah yang baik ialah dengan cara menimbun sampah dibawah
51Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Integrated Solid Waste Manajemen, Mc.Graw Hill : Kogakusha, Ltd. hlm 35
52 Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standar Nasional ( BSN ).hlm 67
commit to user commit to user
tanah atau digunakan untuk mengurug tanag berawa yang kemudin ditutup dengan lapisan tanah. Dengan denikian proses dekomposisi berlangsung dibawah tanah, sehingga apabila terdapat kuman berbahaya tidak tersebar ke dalan udara. namum cara ini juga masih menimbulna masalah seperti pencemaran air tanah yang dapat mempengaruhi air sumur dan air selokan yang dekat dengan sampah tersebut. Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan melibatkan bebrapa pihak dengan urutan :
1) Masyarakat membuang sampah ke tempat pembuangan sampah sementara.
2) Perugas Dinas Kebersihan mengangkut sampah dari tempat timbunan sementara dengan memadatkan sampah terlebih dahulu lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir.
3) Pemungut sampah memungut sampah-sampah seperti bototl, bahan plastic, rongsokan besi.
4) Sampah yang ditimbun di tempat penimbunan akhir sebaiknya di timbun di dalam tanah agar hancur oleh mikroorganisme.
b. Mengabukan, mangabukan atau insinerasi (inceneration) sampah, ini sering dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada.
Prosesnya tidak sama dengan membakar sampah begitu saja ditempat terbuka. Sampah dibakar di dalam dapur khsus, pencemaran-pencemaran yang keluar dari hasil pembakaran yang berupa abu dan bahan-bahan lain yang volumenya tinggal sedikit, ditimbun atau dipendam di tempat yang telah disediakan. Pada proses insinerasi timbul panas sehingga merupakan sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga uap atau listrik, Proses insinerasi mempunyai beberapa keuntungan:53
1) Mengurangi masalah kesehatan yang berhubngan penimbunan sampah.
2) Mengurangi volume sampah hingga 80%
53Ibid hlm 68-69
commit to user commit to user
3) Kotoran dan sampah dapat dikerjakan bercampur, tidak perlu dipisah-pisahkan.
4) Alat yang digunakan dapat dibuat untuk berbagai ukuran, untuk keperluan besar, sedang, kecil. Sisa pembakarannyankecil dan tidak berbau dan mudah ditangani.
c. Daur ulang atau recycling adalah suatu proses yang memungkinkan bahwa bahan-bahan yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi, sehingga seolah-olah tidak ada bahan buangan. Terdapat berbagai bentuk pemanfaatan buangan sehingga sebagian besar dari maslah smapah dapat teratasi. Bahan organic seperti daun, kayu, kertas dan sisa makanan, kotoran dan sebagainya dapat dijadikan kompos dengan pertolongan mikro-organisme. Kompos berupa bahan organic yang mengalami ekomposisi seperti humus yang berguna sebagai pupuk dan juga dapat memperbaiki struktur tanah. Sampah yang terdiri dari logam dapat diolah lagi menjasi bahan mentah industry. Recycling lain yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan proses destilasi kering. Sampah dimasukkan kedalam ruang tertutup di panaskan tanpa diberi udara. Karena dengan pemanasan tersebut sampah mengeluarkan berbagai macam gas yang dapat dimanfaatkan.
Pengelolaan sampah juga dapat diartikan sebagai proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap keseharan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Tujuan Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan :
1) Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis
2) Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup commit to user commit to user
Praktek pengolahan sampah berbeda beda anatar negara maju dan negara berkembang juga antara daerah perkotan dengan daerha pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah indutsri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan industry di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawan pemerintaj daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersia dan industry biasanya ditangai oleh perudahaan pengolah sampah.
Meode pengolahan sampah yang berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.54
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah terdapat beberapa asas, yaitu:
a) Asas tanggung Jawab
Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rebulik Indonesia Tahun 1945.
b) Asas Berkelanjutan
Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan dating.
c) Asas Manfaat
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa pengelolaan sampah perlu mengunakan pendekatan yang menganggap
54 Syafrudin,2004. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Prosiding Diskusi Interaktif Pengelolaan Sampah Terpadu, Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang. hlm 16
commit to user commit to user
sampah sebagai sumber daya yang dapat di manfaatkan untuk ememnuhi kebutuhan masyarakat.
d) Asas Keadilan
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah.
e) Asas Kesadaran
Yang dimaksud dengan asas kesadaran adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkan.
f) Asas kebersamaan
Yang dimaksud dengan asas kebersamaan adalah bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku.
g) Asas keselataman
Yang dimaksud dengan asas keselamatan adalah bahwa pengelolaan sampah harus menjamin keselamatan manusia.
h) Asas Keamanan
Yang dimaksud dengan asas keamanan adalah bahwa pegelolaan sampah harus menjamin dan melindungi masyarakat dari berbagai dampak negatif
i) Asas Nilai Ekonomi
Yang dimaksud dengan asas nilai ekonomi adalah bahwa sampah merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah.
commit to user commit to user
7. Tinjauan Umum Konsep Zero Waste
Zero waste adalah suatu filosofi yang mendorong penggunaan produk secara maksimal bahkan mampu digunakan kembali sehingga mampu meminimalisir jumlah sampah yang masuk ke TPA55. Zero waste memaksimalkan daur ulang, mengurangi timbulnya sampah, mengurangi perilaku konsumtifserta memastikan bahwa sebuah produk dapat digunakan kembali, diperbaiki atau didaur ulang. Zero waste dirancang untuk mengelola produk dan proses yang seara sistematis menghilangkan volume serta toksisitas limbah/bahan, melestarikan dan memulihkan semua sumber daya dan tidak membakar atau mengubur mereka.
Menerapkan konsep zero waste akan menghilangkan semua pembuangan ke tanah, air atau udara yang merupakan ancaman bagi planet, hewan dan manusia atau kelestarian lingkungan.
Konsep pendekatan zero waste jika dikaitkan dengan konsep 3R dan unsure lainnya dapat dijelaskan berikut :
1. Reduce, dengan mengurangi munculnya timbunan sampah;
2. Reuse, dengan menggunakan kembali barang yang dapat digunakan kembali dan memperbaiki barang yang masih dapat diperbaiki.
Hindari pemakaian barang yang sekali pakai;
3. Recycle, dengan mengubah paradigma membuang menjadi mendaur ulang;
4. Mendesain ulang/memperbaiki system pengelolaan sampah yang ada;
5. Mendaur ulang sedekat mungkin dengan sumber sampah;
6. Memperpanjang usia pembuangan akhir;
7. Pembuangan akhir hanyalah sebuah langkah akhir;
8. Mengatur regulasi yang mendukung zero waste itu sendiri;
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan zero waste adalah:
55 Zwia. 2004, Zero Waste International Alliance, working towards without waste, http://zwia.org/standards/zw-definition/.
commit to user commit to user
1. Mendesain ulang sistem pembuangan industry terbuka menjadi sistem pembuangan industry tertutup;
2. Melakukan proses produksi dengan bersih termasuk melestarikan lingkungan, mengurangi kandungan racun dan menggunakan bahan pengganti;
3. Mengurangi munculnya limbah;
4. Menentukan target pengurangan limbah;
5. Membangun industry untuk mendukung swasembada lokal;
6. Menyediakan jaminan keamanan keja bagi pekerja di bidang persampahan;
7. Mengurangi anggaran di bidang persampahan untuk dialokasikan ke bidang lain;
8. Mencegah adanya bahan yang bisa didaur ulang, bisa dikompokan dan bahan berbahaya di TPA;
9. Membeikan biaya untuk sampah yang masuk TPA;
10. Membangun sistem pasar utuk barang-barang daur ulang;
Menurut Internasional PCPs Elimination Project manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan zero waste adalah :
1. Menciptakan jaringan kerja yang berkesinambungan;
2. Mampu menghemat anggaran pengelolaan sampah untuk dialokasikan ke bidang lain;
3. Mampu menyimpan energi;
4. Menurunkan tingkat pencemaran, khususnya karbondioksida;
5. Menghilangkan ketegantungan terhadap lahan yang luas untuk mengoah sampah. Dengan melakukan reduksi timbunan sampah, maka luas timbunan sampah yang muncul bisa dikurangi;
6. Menghilangkan polusi, walaupun pada awalnya konsep zero waste lebih di tekankan pada industri namun hal mendasar yang dapat diambil dari konsep ini adalah tentang bagaimana memanfaatkan sampah serta meminimalisir residunya. Dengan demikian maka
commit to user commit to user
bukan hal mustahil jika konsep zero waste dapat diaplikasikan juga ke dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Penelitian Yang Relevan
Penulis Tahun Judul Hasil Temuan
Martinus Tulit Beni (jurnal)
2014 Jurnal Pengaruh Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi terhadap peilaku Pengelolaan Sampah
Domestik Di Nusa Tenggara Timur
Pada penulisan hukum tersebut membahas
mengenai
pengaruh faktor sosial ekonomi pengelolaan sampah, kemiripan
dengan penulisan hukum yang dilakukan oleh penulisan adalah mengenai
pengelolaan sampah. Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya fokus pada pengelolaan sampah domestic sedangkan
penelitian penulis adalah
commit to user commit to user
pengelolahan sampah secara menyeluruh Dedi Ardiansyah 2016 Jurnal Kinerja
Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten
Sidoarjo Dalam Pengelolaan Sampah
Pada penulisan hukum tersebut membahas
mengenai pengelolaan sampah.
kemiripan
dengan penulisan hukum yang dilakukan penulis adalah sama mengaalisis bagaimana
kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan beda nya terdapat pada subyek penelitian dimana penelitian hukum tersebut di Kabupaten Sidoarjo
sedangkan
penelitian penulis ada di Kota Surakarta
Amanda Rifqi 2012 commit to user commit to user Jurnal Analisis Pada penulisan
Abdurrahman Kinerja Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Semarang Dalam Mewujudkan Sanitasi
Perkotaan Pada Sektor
Persampahan
hukum tersebut membahas
mengenai kinerja Dinas kebersihan Dan Pertamanan Kota Semarang, kemiripan
dengan penulisan hukum yang dilakukan penulis adalah tentang kinerja Dinas Kerbersihan dan Pertamanan dalam menangani masalah sampah, perbedaan nya ada pada subyek peelitian tersebut
di Kota
Semarang sedangkan
penelitian penulis ada di Kota Surakarta
commit to user commit to user
C. Kerangka Teori
1. Sistem Hukum 2. Teori Efisiensi
3. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;
8. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah;
1. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah untuk mewujudkan konsep zero waste
2. Pengaturan Sampah Kota
Surakarta untuk mewujudkan
konsep zero waste
1. Apakah Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah sudah memadai untuk mewujudkan konsep zero waste ?
2. Bagaimana pengaturan pengelolaan
Sampah Kota Surakarta untuk
mewujudkan konsep zero waste ?
1. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah belum memadai untuk mewujudkan konsep zero waste di Kota Surakarta 2. Pengaturan pengelolaan sampah di Kota Surakarta untuk meuwujudkan konsep
zero waste adalah dengan model sanitary landfill
Premis Minor
Simpulan
Premis Minor Fakta Hukum
Interprstasi
commit to user commit to user
Keterangan :
Peningkatan aktivitas dan pertumbuhan penduduk mengakibatkan adanya peningkatan volume sampah. Ironisnya kondisi ini dan rendahnya kesadaran masyarakat tidak diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan sehingga pengelolaan yang dilakukan selalu tidak dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
Seprtti yang terjadi Di Kota Surakarta, pada tahun 2015 Kota Surakarta gagal mendapat penghargaan Adipura karena permasalahan sampah. Peraturan Perundang-undangan mengenai pengelolaan sampah di Indonesia sudah sebenarnya sudah dibuat. Khusus nya Kota Surakarta terdapat Peraturan Daerah Nomor 3 Thaun 2010 tentang pengelolaan sampah, namun Perda ini dirasa belum dapat menyelesaikan permasalah sampah yang ada di Kota Surakarta sehingga diperlukan sebuah inovasi pengelolaan sampah tujuan mengembangkan suatu system pengelolaaan sampah yang berkelanjtan dan berwawasan lingkungan yang modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan.
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah pengelolaan sampah yang memadukan elemen-elemen sistem pengelolaan sampah, melibatkan seluruh para pemangku kepentingan (stakeholders) dan mempertimbangkan aspek-aspek pengelolaan sampah. Sistem pengelolaan sampah Zero Waste (ZW) atau
“Menihilkan Sampah” menjadi salah satu jalan keluar yang bersifat holistic dalam mengelola sampah dan sumber daya dalam sebuah kota secara berkelanjutan.
commit to user commit to user