• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN. PADA PT. CARREFOUR Tbk CABANG MAKASSAR FATMAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN. PADA PT. CARREFOUR Tbk CABANG MAKASSAR FATMAWATI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT. CARREFOUR Tbk

CABANG MAKASSAR

FATMAWATI 10573 1529 09

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(2)

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT. CARREFOUR Tbk

CABANG MAKASSAR

FATMAWATI 10573 1529 09

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT. CARREFOUR Tbk CABANG MAKASSAR

Nama : Fatmawati

Nomor Stambuk : 10573 1529 09

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diperiksa dan diujikan oleh tim penguji pada hari Minggu tanggal 9 November 2014.

Makassar, Desember 2014 Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Euis Eka Pramiarsih, M.pd Muttiarni, SE., M.si

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung., SE.,M.A Ismail Badollahi.SE., M.si., Ak

NBM : 497 794 NBM : 1073428

(4)

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Sripsi ini telah disahkan oleh panitia ujian skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: Tahun 1436 H / 2014 M yang dipertahankan didepan tim penguji pada hari Minggu, 09 November 2014 M / 16 Muharram 1436 H sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis universiatas muhammadiyah Makassar.

Makassar, Panitia Ujian:

1. Pengawasan Umum : DR. Irwan Akib, M.Pd

(Rektor Unismuh Makassar) (….………)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (…..………)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM

(PD. I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (.………...)

4. Penguji: Dr. H. Mahmud Nuhung, MA (...……….)

Drs. H. Sultan Sarda, MM (.…...………) Ismail Badollahi, SE., M.Si.,Ak (.……..………) Abd. Salam. HB.,M.Si.,Ak (………)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Pada PT.

Carrefour Tbk Cabang Makassar.”

Dalam skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belum cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dari penggunaan bahasa maupun penyajian data. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan proposal ini.

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada Orang tua, Ikhsan Widodo dan Fatimah yang tidak pernah bosan mendo’akan dan memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Suamiku yang sudah membantu dalam penyusunan karya ini dan Annakku. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan melindungi kita semua.

Penulis juga mempersembahkan karya ini kepada:

1. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung., SE., MA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Badollahi.SE., M.si., Ak selaku Ketua Jurusa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Seluruh Pegawai dan Dosen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

4. Sahabat-sahabat terbaikku di kelas Ak6-09 yang selalu memberikan saran dan semua sahabat-sahabat khususnya angkatan 09

Desember 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal Judul ...……..i

Lembar Persetujuaan ...ii

Pengesahaan Ujian Skripsi………..iii

Kata Pengantar ...iv

Daftar Isi ...vi

Daftar Tabel...viii

Daftar Gambar...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi ...7

B. Pengertian Persediaan ... 8

C. Jenis-jenis Persediaan ... 10

D. Penentuan Kualitas Persediaan ... 12

E. Dasar Penilaian Persediaan ...14

F. Kerangka Pikir ... 31

G. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Jenis dan Sumber Data ... 32

(8)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 33 D. Metode Analisis Data ... 33 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 35 B. Struktur Organisasi ... 37 C. Fungsi dan Tugas ... 38 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan ...61 C. Flowchat Perusahaan...67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA………... 69

(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel jurnal perbandingan...30

2. Tabel kartu persediaan sweety size S tahun 2012...43

3. Tabel metode FIFO sweety size S tahun 2012...45

4. Tabel kartu persediaan sweety size M tahun 2012...46

5. Tabel metode FIFO sweety size M tahun 2012...48

6. Tabel kartu persediaan sweety size L tahun 2012...49

7. Tabel metode FIFO sweety size L tahun 2012...51

8. Tabel kartu persediaan sweety size M tahun 2013...52

9. Tabel metode FIFO sweety size S tahun 2013...54

10. Tabel kartu persediaan sweety size M tahun 2013...55

11. Tabel metode FIFO sweety size M tahun 2013...57

12. Tabel kartu persediaan sweety size L tahun 2013...58

13. Tabel metode FIFO sweety size L tahun 2013...60

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Flowchart Akuntansi Persediaan………...30

2. Kerangka Pikir...31

3. Struktur Organisasi...37

4. Flowchat perusahaan PT. Carrefour Tbk...67

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun-tahun terakhir ini penilaian persediaan mendapat perhatian lebih besar karena jumlah inflasi yang tinggi. Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan mempunyai suatu pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan perusahaan tertentu.

Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah penjualan. Penjualan merupakan tulang punggung perusahaan dagang dalam mengembangkan usaha dalam rangka memperoleh lebih banyak keuntungan. Perusahaan akan lebih terjamin kelangsungan hidupnya dan dapat terus berkembang untuk meningkatkan omset penjualan, apabila aktivitas penjualan dikelola dengan baik. Salah satunya adalah dengan pencatatan penjualan yang cepat dan tepat dalam upaya pembuatan laporan penjualan untuk kepentingan manajemen.

Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dapat dilihat bahwa persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan dimasa yang akan datang.

(12)

Kegiatan penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang optimal sehingga kontinuitas perusahaan terjamin dengan perkembangan perusahaan yang diharapkan akan terus meningkat. Dalam setiap penjualan harus ada perencanaan dan strategi serta kerjasama antara bagian yang terkait untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penjualan dapat dijadikan sebagai alat penunjang membayar segala beban yang menjadi tangungan dalam setiap kegiatan operasional.

Dalam mengatasi persaingan sekarang ini, setiap perusahaan selalu dituntut untuk memaksimalkan kualitas produksi barangnya dan setelah barang tersebut telah selesai diproduksinya, perlu adanya sistem penjualan dan pemasaran yang baik dan tepat agar dapat memenuhi kebutuhan para konsumen serta menjaga agar para konsumen tetap menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Agar perusahaan dapat mencapai tujuan tersebut, perusahaan perlu menentukan suatustrategi pemasaran salah satunya adalah strategi dalam promosi sebagai upaya meningkatkan laba yang optimal. Hal ini sejalan dengan persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk mempromosikan produk yang ditawarkan agar dapat meningkatkan penjualan.

Menurut Gilbert, retail adalah “semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi”.

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia retail dapat di artikan sebagai “eceran”. Penciptaan nilai tambah dari retailer disebabkan karena retailer

(13)

dapat karena retailer mengambil barang dari berbagai jenis perusahaan, maka konsumen dapat mencari bermacam-macam jenis barang di toko retail.

Keanekaragaman jenis barang dan jasa dapat meningkatkan keinginan konsumen berbelanja di toko tersebut.

Untuk mengurangi biaya transportasi, perusahaan mengirim barang ke retailer dalam jumlah yang besar. Selanjutnya retailer yang akan membaginya dalam jumlah yang lebih sedikit yang kemudian baru akan dijual ke konsumen.

Konsumen dapat membeli dalam jumlah yang lebih sedikit dan perusahaan juga dapat menefisiensikan biaya akan distribusi ke konsumen dengan tidak harus mendistribusikan barang dengan jumlah kuantitas yang sedikit.

Retailer menyediakan jasa penjualan seperti penggunaan kartu kredit, hal ini memungkinkan konsumen untuk membeli barang pada saat ini dan membayarnya di akhir bulan. Retailer juga memperlihatkan produk yang membuat konsumen dapat melihat bahkan mencobanya sebelum membeli. Toko adalah tempat dimana konsumen melakukan pembelian yang terencana maupun yang tidak terencana (Tirmizi et al, 2009). Toko ini menjual puluhan bahkan ratusan jenis barang setiap hari, dan konsumen membeli barang tersebut dengan sebagian dari pendapatan mereka. Konsumen bergantung kepada pendapatan dan waktu yang mereka keluarkan dalam melakukan pembelian. Hal ini membuat konsumen akan melakukan pembelian terencana, apabila konsumen melakukan pembelian secara tidak terencana maka dapat dikategorikan sebagai pembelian impusif.

(14)

PT. Carrefour adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang retail yaitu serangkaian aktifitas bisnis yang menyangkut penjualan barang atau jasa kepada konsumen untuk kepentingan pribadi atau keluarga dan menjual barang dagangan eceran kepada konsumen akhir. Sehingga dalam usaha ini pengambilan keputusan suatu perusahaan memerluhakan suatu sistem informasi akuntansi agar dapat memperlancar jalannya suatu perusahaan dalam mencapai suatu tujuannya.

Dalam retail ada proses – proses yang dilakukan oleh beberapa badan usaha sebelum barang tersebut sampai kepada konsumen aktifitas ini dinamakan supply chain. Badan usaha tersebut yaitu Produsen/pabrik-Distributor/suplier-Retailer- Konsumen. Secara teknis alurnya berjalan secara vertical, namun seiring dengan perkembangan zaman sistem ini mengalami pembaharuan yang lebih modern.

PT Carrefour Indonesia berinovasi dalam memberikan standar pelayanan kelas dunia di industri ritel Indonesia. Carrefour juga memperkenalkan konsep hipermarket dan menyediakan alternatif belanja baru di Indonesia bagi pelanggan Carrefour. Carrefour menawarkan konsep ìOne-Stop Shoppingî yang menawarkan lebih dari 40.000 produk. Pelanggan dapat memperoleh pilihan produk yang lengkap untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari dengan harga kompetitif.

Hal ini didukung dengan lingkungan belanja yang nyaman dengan pelayanan terbaik untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Retailer dapat menyimpan barang dengan kuantitas yang cukup agar konsumen dapat membelinya ketika dibutuhkan. Konsumen dengan keterbatasan ruang penyimpanan akan kesulitan apabila membeli barang dalam jumlah banyak seperti daging atau makanan beku. Oleh karena itu, konsumen tetap dapat

(15)

menyimpan dalam jumlah sedikit karena mengetahui bahwa retailer memiliki stok barangnya.

Pada tahun 2013, PT Carrefour sudah beroperasi di 83 gerai dan menyebar ke 28 kota di Indonesia. Sekitar + 72 juta pelanggan setia berbelanja di Carrefour setiap tahunnya. Sebagai salah satu pemain ritel terkemuka, Carrefour berusaha untuk mengikuti trend yang berkembang di masyarakat.

PT Carrefour juga telah memberikan kontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah di sektor Pertanian dengan membeli 95% produk dari pasar domestik, meningkatkan kehidupan petani dengan menjaga hubungan jangka panjang dan memperluas akses pasar di gerai Carrefour, meningkatkan perkembangan kualitas produk lokal dengan memperkenalkan metode pertanian modern.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetauhi bagaimana penerapan sistem akuntansi persediaan pada perusahaan ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Pada PT. Carrefour Tbk Cabang Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Sebagai Pedoman Pengambilan Keputusan yang terdapat Pada PT.

Carrefour Tbk cabang Makassar. Penulis mencoba merumuskan masalah yang terdapat pada objek penelitian yaitu “Bagaimana penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT. Carrefour Tbk Cabang Makassar?”

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT.

Carrefour Tbk cabang Makassar.”

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis; Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan serta mengetahu bagaiman penerapan akuntansi persedian dan pengaruhnya terhadap volume penjualan.

2. Bagi perusahaan; penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk menyempurnakan penerapan akuntansi persediaan di dalam suatu perusahaan.

3. Bagi pihak-pihak lain, penelitiaan ini dapat menjadi bahan referensi dan sumber informasi dalam hal penerapan akuntansi persediaan dan volume penjualan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi

Akuntansi menurut Warren, Reeve dan Fees dalam bukunya accounting (2005 : 10) yang diterjemahkan oleh Farah Mitta dan Hendrawan ebagai berikut:

“Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Menurut Skousen (2001 : 7), “Akuntansi merupakan suatu sistem yang menghasilkan informasi kuantitatif, terutama keuangan tentang entitas ekonomi yang diperlukan untuk pengambil keputusan”.

Menurut Subroto (2003 : 1), menyatakan bahwa :”Akuntansi juga dapat didefenisikan sebagai proses pengidentifikasi, pengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Sehingga akuntansi merupakan suatu sistem informasi untuk dipergunakan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan- keputusan”.

Definisi-definisi tersebut mengandung dua segi pengertian yaitu segi aktivitas dan fungsi. Dalam segi aktivitas, akuntansi merupakan suatu proses kegiatan mengidentifikasikan data, mengumpulkan, menganalisis data yang relevan serta mengubah data menjadi informasi ekonomi. Dari segi fungsi, akuntansi didefinisikan serbagai suatu disiplin ilmu yang menyajikan informasi terutama yang bersifat keuangan dari suatu organisasi yang diharapkan dapat

(18)

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi segala aktivitas yang akan datang.

Dengan demikian, akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya mengolah data keuangan suatu organisasi menjadi suatu informasi kuantitatif yang berupa laporan keuangan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pengguna (user) untuk digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

B. Pengertian Persediaan

Menurut Asauri (2008) mengatakan bahwa persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Persediaan pada umumnya, meliputi barang yang cukup banyak dan merupakan bagian penting dari seluruh aktiva perusahaan. Disamping itu transaksi yang berhubungan dengan persediaan merupakan aktivitas yang paling sering terjadi. Persediaan digunakan untuk mengindikasikan persediaan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan tertentu. Persediaan untuk tiap-tiap perusahaan berbeda tergantung kepada jenis perusahaan yang bersangkutan.

(19)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.1) menyatakan bahwa persediaan adalah aset yang :

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

b. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan;

c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Sedangkan menurut Warren (2005:440) yang telah diterjemahkan oleh farahmita adalah “barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.

Pada perusahaan dagang, hanya ada satu jenis persediaan yaitu persediaan dagang (inventory). Sedangkan pada perusahaan manufaktur ada tiga jenis persediaan yaitu persediaan barang baku (raw material), persediaan barang dalam proses (goods in proces/work in proces), dan persediaan barang jadi (finished goods). Persediaan, baik dalam perusahaan dagang m,aupun perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi karena sering kali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lanacar yang dimiliki perusahaan.

Jadi, persediaan adalah aktiva perusahaan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dalam proses produksi dan dalam perjalanan dan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi. Semua jenis persediaan tersebut berpengaruh besar dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

(20)

C. Jenis-jenis Persediaan

Adapun jenis-jenis persediaan antara lain sebagai berikut : 1. Bahan baku

Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.

2. Barang dalam proses

Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.

Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.

3. Barang Jadi

Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah

(21)

persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan resiko penagihan piutang.

Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan, persediaan memerlukan adanya penilaian (valuation), karena persediaan merupakan bagian dari cost yang akan dimatch dengan revenue, dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan arus kas. Dengan melihat sifat- sifat dasar persediaan dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan serta konsep dasar akuntansi, maka persediaan merupakan input values. Metode tersebut merupakan salah astu konsep penilaian terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam penyajian di neraca.

Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi terhadap inventory, adalah menentukan alternative pedoman untuk mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan dikemudian hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar interpretasi dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.

(22)

D. Penentuan Kualitas Persediaan

Untuk menentukan jumlah barang yang masih dikuasai oleh perusahaan pada suatu saat dapat ditentukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Stock opname: perhitungan barang pada awal dan akhir periode yang dihitung, cara ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir, sebagai salah satu persyaratan memperoleh unqualified opinion.

2. Menggunakan metode pencatatan perpetual.

3. Menggunakan metode gabungan antara metode pencatatan perpetual dengan stock opname.

4. Menggunakan metode penilaian berdasarkan hubungan agregatif, yaitu gross profit method dan realized inventory method.

Penyajian laporan laba rugi dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu all inclusive concept of income (AICI) dan current operating concept of income (COCI). Dari kedua metode tersebut metode penyajian yang banyak mengandung kelemahan untuk penyajian persediaan adalah AICI, kelemahan-kelemahan tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

1. Metode stock opname atau periodic method:

Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan

(23)

menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir.

Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi tidak atau kurang informative. Karena adanya kerugian- kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.

2. Metode perpetual

Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan yang rusak. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah inventory adalah kalau menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname.

3. Metode agregatif

Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.

(24)

E. Dasar Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan pada prinsipnya ada dua yaitu input values dan output values, sedangkan kedua konsep tersebut dapat digunakan sesuai dengan siapa pemakainya dan tujuannya. Kalau untuk pembuatan prediksi arus kas dikemudian hari lebih relevan kalau digunakan output values, karena akan mencerminkan nilai perusahaan pada saat itu. Sedangkan kalau kondisi nilai konversi tidak pasti seperti kondisi di Indonesia tahun 1997 lebih relevan kalau digunakan input values, karena akan memungkinkan interpretasi yang lebih baik sebagai prediksi arus kas dikemudian hari untuk memperoleh persediaan kembali.

1. Output values

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa persediaan merupakan komponen yang timbul diberbagai tingkatan proses produksi, yang pada umumnya memerlukan kegiatan bernilai ekonomis yang cukup besar, maka dengan metode input values lebih tepat. Tetapi dalam keadaan penentuan crucial event, yaitu menentukan pada saat persediaan diserahkan kepada langganan (penentuan nilai jual), maka lebih tepat kalau digunakan metode output values, karena memperhitungkan nilai current persediaan kalau dijual pada saat itu.

Untuk konsep output values ini ada 3 (tiga) konsep yang dapat digunakan yaitu:

1. Konsep Discounted Money Receipt: konsep ini menekankan pada, bahwa persediaan dapat dinilai dengan mendiskontokan arus kas dikemudian hari, dengan syarat:

(25)

a. Nilai atau tingkat harga stabil dan ada kepastian yang tinggi.

b. Timing penerimaan kas yang diharapkan cukup memberikan kepastian.

2. Konsep Current Selling Price: konsep ini menekankan nilai persediaan berdasarkan harga jual (pasar) sehingga diperlukan harga yang fixed, sehingga untuk konsep ini disyaratkan:

a. Adanya suatu pasar yang terkendali dengan harga yang stabil – tetap.

b. Tidak ada komponen biaya tambahan yang besar (material), misalnya biaya bunga atau diskonto dalam penerimaan hasil penjualan.

3. Konsep Net Realizable Values: dalam konsep ini perhitungan biaya yang timbul dari penjualan seperti diskon penjualan harus diperhitungkan dalam nilai penjualan bersih (Net Realizable Values). Maka konsep ini merupakan konsep current output values dikurangi dengan current values dari semua biaya tambahan, misalnya biaya penagihan, biaya penjualan.

Bulletin no. 43 menyatakan : “Hanya dalam kondisi khususlah, inventory dapat dinyatakan dengan nilai diatas cost”, dalam bulletin ini konsep cost merupakan konsep dasar utama bagi penilaian inventory. Jadi konsep Sprouse dan Moonitz sesuai dengan konsep current selling price diatas.

Sedangkan konsep bulletin no. 43 disyaratkan :

a. Kemungkinan pemasaran secara langsung harga yang di-quote.

b. Barang dapat dipertukarkan (interchangeability of unit) c. Biaya tambahan dapat diperhitungkan

(26)

d. Adanya unsur kesulitan menentukan penilaian cost secara tepat.

2. Input Values

Pengukuran persediaan dengan input values merupakan pengukuran resources yang dipakai untuk memperoleh persediaan pada kondisi saat ini, sehingga untuk persediaan yang tidak perlu adanya proses produksi interpretasi mengenai nilai persediaan (input values) sangat jelas. Karena input values disini menggambarkan arus dari pada kas yang telah dikeluarkan sesungguhnya. Sedangkan kalau input values tersebut dari nilai resources yang dipergunakan dalam proses produksi, hal ini akan lebih menyulitkan untuk menentukan input valuesnya, karena adanya proses penilaian resources ke periode yang bersangkutan dan pengalokasian resources ke dalam masing-masing departemen. Namun konsep ini dapat dikurangi tingkat kesulitan penilaiannya dengan penerapan prosedur alokasi costnya, yang hasilnya akan langsung menjadi investment decision model.

Dengan struktur akuntansi tradisional, selisih input dan output values merupakan gross profit atau gross margin, sehingga semua metode yang menganut konsep input values berarti adanya penangguhan pengakuan revenues dan net income keperiode kemudian. Penundaan ini dapat dibenarkan apabila masih ada kegiatan-kegiatan perusahaan yang harus dilakukan untuk pelaksanaan penjualan atau karena output tidak verifiable.

Konsep input values pada dasarnya dinyatakan dengan historical cost atau dapat juga dengan current cost atau standard cost. Current cost disini

(27)

menggunakan konsep net realizable values dikurangi dengan normal gross margin d ari net realizable values.

3. Konsep Persediaan a. Historical cost

Dalam metode historical cost ini persediaan diukur berdasarkan pada pembayaran yang dilakukan dimasa lalu atau harus dilakukan dimasa yang akan datang untuk memperoleh barang atau jasa. Oleh karena itu kalau pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang harga persediaan harus didiskontokan untuk mendapatkan present cost.

Menurut konsep ini biaya produksi terdiri dari Biaya langsung:

material, tenaga langsung dan BOP, sedangkan avail atau tenaga kerja idle dapat diperhitungkan sebagai COGS, tergantung kebijakan manajemen.

Keuntungan konsep ini:

1. Iventory bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga yang sebenarnya.

2. Dalam kondisi harga tidak pasti konsep ini merupakan alternative yang layak daripada net realizable values sebagai alat prediksi.

3. Nilai persediaan tidak dipengaruhi oleh bias kebijakan manajemen.

4. Penilaian dengan cost memungkinkan pertanggung jawaban mengenai kas dan sumber lain untuk memperoleh persediaan (cross evidence).

Kelemahan konsep ini:

1. Untuk persediaan barang yang cepat usang dan nilai tambah atas barang tidak dapat disesuaikan harganya.

(28)

2. Bila terdapat harga yang berbeda susah untuk diperbandingkan.

3. Banyaknya unsur joint cost dan metode alokasi sehingga menyulitkan penilaian persediaan.

4. Matching antara revenue dengan cost masa lalu kurang tepat.

b. . Current Replacement Cost

Konsep ini adalah untuk mengurangi kelemahan dari konsep historical cost, banyak penulis dan komite prinsip akuntansi menyarankan menggunakan konsep CRC untuk mengukur persediaan. Dengan pertimbangan:

1. CRC memungkinkan untuk matching antara current input value dengan current revenue atas hasil current operation.

2. CRC memungkinkan identifikasi dari holding gains dan loss.

3. CRC merupakan current value dari persediaan.

4. CRC memungkinkan pelaporan current operation profit dapat digunakan sebagai prediksi arus kas dikemudian hari.

4. Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukkan Dalam persediaan

Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.

a. Biaya produk

Biaya produk (product cost) adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan

(29)

langsung dengan transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya kesulitan prak tis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam penilaian persediaan.

b. Biaya periode

beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.

Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.

c. Biaya Manufaktur

Seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan- bahan baku,barang dalam proses, barang jadi.

Brang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak

(30)

langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan, pajak, asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.

5. Biaya Perolehan Atau Nilai Pasar

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku atas nilai persediaan adalah menilainya pada biaya perolehan atau nilai pasar, mana yang lebih rendah (lower of cost or market – LOCOM). penilaian ini dapat mempengaruhi secara signifikan laba berjalan dan nilai persediaan. Aturan LOCOM menyatakan bahwa jika harga pasar persediaan turun melebihi biaya perolehan persediaan untuk alasan apapun termasuk keusangan, rusak, perubahan harga –maka nilai persediaan diturunkan untuk mencerminkan kerugian ini. Penurunan biaya ini secara efektif dibebankan pada pendapatan periode saat kerugian terjadi. Karena meningkatkan biaya menjadi harga pasar dilarang ( kecuali untuk menutupi kerugian hingga kembali kembali kepada biaya perolehan awal), maka penilaian persediaan menjadi konservatif.

Nilai/harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya biaya penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya penyelesaian dan penyerahan yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika nilai persediaan diturunkan dari biaya perolehan

(31)

awal menjadi nilai pasar, angka penurunan yang terjadi mencakup realisasi laba kotor normal atas penjualan yang dilakukan.

Biaya (cost) merupakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu metode biaya persediaan, misalnya FIFO, atau AVERAGE (rata-rata). Analis persediaan kita harus mempertimbangkan dampak dari aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar.

6. Sistem Pencatatan Persediaan

Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:

1. Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir.

Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi

(32)

tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.

2. Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

a. Penilaian Persediaan Dengan Sistem Fisik (PERIODIK)

Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik adalah sebagai berikut :

1. Metode Tanda Pengenal Khusus

Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode

(33)

ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.

2. Metode RataRata

 Metode Rata-Rata Sederhan

Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.

 Metode Rata-Rata Tertimbang

Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut.

3. Metode MPKP ( FIFO )

Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.

(34)

4. Metode MPKP ( LIFO )

Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.

5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )

Disebut juga sebagai persediaan besi yakni persediaan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya.

Dalam metode Ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau sebabsebab lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani pelanggan atau pembeli.

Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki (Metode ratarata, MPKP, MTKP, harga pasar dll).

b. Penilaian persediaan dengan sistem perpetual

Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan. Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur

(35)

masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.

Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :

1. Metode Rata-Rata bergerak ( Moving Average )

Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.

2. Metode FIFO (First In First Out)

Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.

3. Metode LIFO (Last In First Out)

Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.

7. Penilaian persediaan dengan metode taksiran

Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar . Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak efisien. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni

(36)

metode Taksiran, khususnya dalam penilaian persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni :

1. Metode eceran

Metode ini banyak digunakan pada perusahaanperusahaan besar seperti toserba atau swalayan yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap jenis barang yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual eceran dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut. .

Prosedur penilaian persediaan :

 Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya

 Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya

 Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.

 Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus : Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual

X 100 % =...%

Harga jual barang tersedia dijual

 Prosentase harga pokok dengan harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang ada pada kahir akhir suatu periode.

(37)

2. Metode Laba Kotor

Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun lalu.

Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini:

a. Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya stock opname sangat mahal.

b. Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dan lain-lain.

c. Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.

Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan

 Prosentase laba kotor dari harga jual.

 Prosentase laba kotor dari harga pokok.

Persentase laba kotor dihitung dari harga Jual

Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :

(38)

1. Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.

2. Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan.

3. Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.

Persentase laba kotor dihitung dari harga Pokok

Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah harga pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.

8. Jurnal Persediaan

Persediaan adalah salah satu akun atau perkiraan yang dimiliki oleh perusahaan dagang dan manufaktur. Namun setiap kali terjadi transaksi penjualan atau pembelian barang yang notabenenya adalah persediaan barang, tidak pernah sama sekali dilibatkan akun perkiraan dalam jurnal umum.

Metode pencatatan persediaan meliputi:

a. Metode Periodik (Fisik) yang artinya pencatatan yang berkaitan dengan persediaan barang dengan yang tidak dilakukan secara kontinu, sehingga persediaan barang dagang akhir dihitung secara fisik yang ada digudang. Pada umumnya digunakan perusahaan yang

(39)

menjual barang dagangan denagn harga relatif murah, tetapi sering terjadi.

b. Metode Perpetual artinya pencatatan yang berkaitan dengan persediaan barang dagang yang dilakukan secara kontinu, sehingga bila terjadi pembelian akan menambah persediaan barang dagang dan bila terjadi penjualan akan mengurangi persediaan barang dagang.

Tabel Jurnal Perbandingan Metode Periodik dan Metode Perpetual

(40)

9. Flowchat Akuntansi Persediaan Gambar 2.1

Flowchat Akuntansi Persediaan menurut Hall

Mulai

Tabel Persediaan

Buat Pesanan pembelian

Pesanan pembelian

Laporan penerimaan

Faktur pemasok

Cek

Penyrahan Barang

Pesanan pelanggan

Faktur pelanggan

Cek Pemasok

Pembayaran Barang

tiba

File

File

File File

File Terminal

Pengiriman barang

Penagihan

Penerimaan kas

Penyerahan kas

(41)

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan yang dibahas diatas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

G. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “diduga bahwa persediaan barang dagang sangat berpengaruh signifikan terhadap penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT. Carrefour TBk Cabang Makassar”

PT. Carrefour Tbk

Penerapan sistem akuntansi persediaan

Persediaan barang dagang

Hasil Analisis

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT. Carrefour Tbk cabang Makassar yang beralamatkan di Jl. Adyaksa No. 11 Makassar dan waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 05 November 2013 sampai dengan tanggal 31 Januari 2014.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu terdiri atas :

c. Data Kualitatif, yaitu yang berbentuk informasi atau deskripsi gambaran perusahaan secara umum dan lain-lain yang tidak berupa angka.

d. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka, misalnya daftar pengeluaran kas dan daftar penerimaan kas.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah :

a. Data Primer, data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek penelitian baik melalui wawancara maupun melalui dokumentasi berbagai sumber dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Data Sekunder, data yang diperoleh dengan mempelajari berbagai dokumen yang relevan yang dibahas dalam penelitisan.

(43)

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah:

1. Penelitian kepustakaan

Penelitian ini juga berguna sebagai teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan, serta untuk mendukung dan menganalisis data yaitu dengan cara mempelajari literatur yang sedang diteliti.

2. Penelitian lapangan

Yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung pada PT. Carrefour Tbk Cabang Makassar untuk kemudian di pelajari, di olah, dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dilakukan degan cara:

d. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung pada lokasi objek penelitian

e. Analisis dokumen yaitu teknik pengumpulan data melalui dokumen- dokumen atau catatan dari perusahaan yang selanjutnya akan diolah terkait dengan masalah yang akan dibahas.

D. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode :

1. Metode Analisis, yakni dengan terlebih dahulu mengumpulkan data, mengklasifikasikan, menganalisis dan mentafsirkan data sehingga data dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti.

(44)

2. Metode Deskriptif kuantitatif, sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

(45)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Carrefour Tbk

Carrefour Indonesia membuka gerai pertama di Cempaka Putih pada bulan Oktober 1998. Pada saat yang sama, Continent, perusahaan ritel Prancis, membuka gerai pertamanya di Pasar Festival. Pada tahun 1999, Carrefour dan Promodes (pemegang saham utama Continent) menggabungkan semua kegiatan usaha ritel di seluruh dunia dengan nama Carrefour, sehingga menjadikan Carrefour peritel terbesar kedua di dunia.

Sebagai bagian dari perusahaan global, PT Carrefour Indonesia memberikan pelayanan kelas dunia dalam industri ritel Indonesia dengan memperkenalkan sistem hipermarket dengan konsep “One-Stop Shopping” yang benar-benar baru di Indonesia. Carrefour Indonesia menawarkan pilihan produk yang beragam, harga murah dan pelayanan terbaik di dalam lingkungan belanja yang nyaman.

Saat ini, Carrefour mengoperasikan 83 gerai yang tersebar di 28 kota/kabupaten di Indonesia dengan sekitar 28,000 karyawan. Carrefour juga bermitra dengan sekitar 4.000 pemasok yang hampir 70% terdiri dari UKM (usaha kecil menengah).

Salah satu program corporate social responsibility (CSR) andalan Carrefour Indonesia adalah "Pojok Rakyat" yang mendapat dukungan pemerintah.

"Pojok Rakyat" tersedia di 14 gerai di 7 kota (Jakarta, Palembang, Surabaya, Makassar, Bandung, Medan dan Yogyakarta). Carrefour juga ikut menyediakan

(46)

akses pasar dan kegiatan promosi untuk memastikan bahwa produk para pelaku UKM berhasil

Pada tanggal 16 April 2010, Trans Corp pimpinan Chairul Tanjung membeli 40% saham PT Carrefour Indonesia dari Carrefour Group. Melalui kemitraan ini, Trans Corp memperkuat Carrefour dalam hal inovasi, operasional dan pengetahuan yang mendalam atas pasar nasional. Kemudian pada 19 November 2012, CT Corp membeli sisa 60% kepemilikan saham di PT Carrefour Indonesia melalui PT Trans Retail.

Trans Retail mempunyai visi menjadi usaha ritel multiformat terkemuka untuk menyambut kelas masyarakat konsumen Indonesia yang tumbuh pesat.

Akuisisi Carrefour Indonesia juga mempunyai kepentingan strategis bagi kelompok usaha ini. Sinergi usaha di bidang layanan konsumen antara CT Corp dan Carrefour Indonesia dapat menciptakan usaha dan dampak sosial yang positif.

CT Corp merupakan penyedia produk dan layanan konsumen terintegrasi terkemuka di Indonesia dengan fokus utama di bidang jasa keuangan, media, ritel, gaya hidup, penerbangan dan hiburan serta sumber daya alam. Semua perusahaan di CT Corp merupakan pelaku utama di bidangnya masing masing. CT Corp mempekerjakan lebih dari 75.000 karyawan dan terdiri dari tiga sub-holding yaitu Mega Corp, Trans Corp dan CT Global Resources. PT. Trans Retail berlokasi di tengah perkotaan yaitu di jl. Adyaksa no 11 Makassar tepatnya di Moll Panakkukang Makassar.

(47)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan hubungan antara atasan dengan para staff dan aktivitas satu sama lain serta terhadap keseluruh pertanggung jawaban, wewenang melalui tujuan perusahaan pada usahaan dibuat pencapaian sasarannya.

Untuk itu struktur pengorganisasian tiap-tiap organisasi atau perusahaan dibuat agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan memperjelas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian yang terkait. Maka diperlukan bagian organisasi.

Bagan organisasi adalah suatu gambaran dari struktur organisasi yang menunjukkan satuan-satuan organisasi.

Berikut ini bagan struktur organisasi dari PT. Carrefour Gambar 4.1

Struktur organisasi PT. Carrefour Manajemen

Puncak

Komando Operasi

Fungsi

Evakuasi Fungsi

Keuangan Fungsi logistik

Fungsi Rescue Fungsi

Personalia Fungsi

Transportasi

Fungsi Keamanan

Fungsi Komunikasi dan

Teknik Fungsi Hub.

Luar

Fungsi Penanggulangan

(48)

C. Fungsi dan Tugas

1. Fungsi Evakuasi yaitu bagian dari proses yang memudahkan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar jalannya suatu kegiatan, adapun tugas dari departemen evakuasi yaitu sebagai berikut:

a. Membuka exit door

b. Memeriksa jalan yang dilalui c. Mengatur rute evakuasi

d. Menyingkirkan hal-hal yang menghalangi jalan

e. Memastikan proses evakuasi berjalan tertib, aman dan lancar f. Bekerja sama dengan team rescue

2. Fungsi Keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber-sumber dana yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur dari penggunaan dana tersebut. Adapun tugas dari fungsi keuangan adalah sebagai berikut:

a. Mengamankan uang, data/dokumen penting yang bisa dibawa atau disimpang pada brangkas.

b. Mengatur petty cash apabila dibutuhkan.

3. Fungsi Logistik bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifitan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik konsumsi dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Selain itu fungsi departemen logistik sebagai berikut:

(49)

a. Mengamankan barang

b. Mengamankan bantuan apabila ada ( makanan dan minuman) c. Membagi bantuan (makanan, minuman dan lain-lain)

4. Fungsi Personalia adalah Kumpulan aktifitas di dalam semua organisasi yang bermaksud mempengaruhi efektivitas sumber daya dan organisasi.

Adapun tugas dari departemen personalia yaitu:

a. Mengidentifikasi atau mengabsen karyawan b. Memberikan P3K

c. Perencanaan sumber daya manusia d. Analisis dan desain pekerjaan e. Penarikan tenaga kerja f. Seleksi tenaga kerja

g. Orientasi pelatihan dan pengembangan tenaga kerja h. Penilaian kinerja

i. Pemberian kompensasi

j. Bekerja sama dengan fungsi hubungan luar apabila memerlukan ambulance.

5. Fungsi Transportasi sebagai faktor penunjang dan perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicingsector) bagi perkembangan ekonomi. Adapun tugas dari departeman transportasi yaitu sebagai berikut:

(50)

a. Menyiapkan kendaraan untuk transportasi

b. Menunjukkan arah bagi perusahaan pemadam, ambulance dan lain- lain

c. Mengatur korban apabilan belum ada bantuan yang datang.

6. Fungsi Hubungan Luar adalah sebagai alat gerak yang menyalurkan kebijakan-kebijakan organisasi ke dunia luar. Adapun tugas dari departemen hubungan luar yaitu sebagai berikut:

a. Menghubungkan pihak pemadam bila diperlukan b. Menghubungi rumah sakit terdekat bila jatuh korban

c. Koordinasi dengan stor manager, opening/closing untuk informasi kemedia massa.

7. Fungsi Penanggulangan sebagai fungsi yang penting dalam suatu organisasi yang memiliki tugas menanggulangi segala hal yang dapat menghambat kegiatan. Adapun tugas dari departemen penanggulangan yaitu sebagai berikut:

a. Mematikan api pada kesempatan 5 (lima) menit pertama dengan alat yang tersedia (APAR)

b. Melokalisir tempat kejadian perkara (TKP) dari orang dan barang yang mudah terbakar

c. Mematikan aliran listrik, gas pada tempat kejadian perkara (TKP) d. Menutup area TKP agar tidak ada orang yang lalu lalang

e. Menginventarisasi kerusakan akibat kejadian

(51)

8. Fungsi Komunikasi dan Teknik, suatu proses pembentukan, penyampaian dan pengolahan suatu idea atau gagasan untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan teknik adalah metode yang digunakan untuk melakukan suatu rencana. Adapun tugas dari fungsi komunikasi dan teknik yaitu sebagai berikut:

a. Mematikan aliran listrik di TKP

b. Memeriksa kerusakan pada instalasi-instalasi listrik c. Memeriksa jaringan IT dan jaringan telepon.

(52)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan dibahas mengenai cara yang ditempuh oleh PT.

Carrefour Tbk dalam mengadakan pencatatan akuntansi. Dalam pembahasan ini juga penulis menggunakan penilaian persediaan dengan sistem periodik dengan menggunakan metode yaitu metode FIFO yang mana metode ini yang sudah diterapkan dalam perusahaan PT. Carrefour. Dalam metode ini, perhitungan dimulai dengan memperhatikan kartu persediaan, kemudiaan menghitung harga pokok penjualan setiap bulan yang ditentukan.

Pada Bab sebelumnya sudah dijelaskan metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan dengan membuat kartu persediaan barang yang lengkap namun dalam sistem periodik sudah di tegaskan bahwa barang yang dapat di hitung menggunakan sistem ini adalah barang yang mempunyai harga relatif murah dan sering terjadi penjualan. Oleh karena itu penulis memilih prodak popok baby yaitu sweety untuk dijadikan sampel penelitian ini karena prodak ini merupakan prodak yang relatif murah dan sering terjadi penjualan di perusahaan PT. Carrefour Tbk.

Berikut merupakan kartu persediaan yang ada pada PT. Carrefour Tbk cabang Makassar.

(53)

A. Untuk Tahun 2012

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size S

No. Kode : A5 Satuan : Pack

Sumber : PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2012 adalah 350 Dihitung dari:

Jan 300 x 32.000 = Rp 9.600.000 Feb 50 x 32.250 = Rp 1.612.500

Rp 11.212.500 b. Penjualan bulan Juni 2012 adalah 750

Dihitung dari:

Feb 150 x 32.250 = Rp 4.837.500 April 450 x 32.760 = Rp 14.742.000 Mei 150 x 33.125 = Rp 4.968.750

Rp 24.548.250

(54)

c. Penjualan bulan Agustus 2012 adalah 400 Dihitung dari:

Mei 150 x 33.125 = Rp 4.968.750 Juli 250 x 33.550 = Rp 8.387.500

Rp 13.356.250 d. Penjualan bulan Oktober 2012 adalah 700

Dihitung dari:

Juli 250 x 33.550 = Rp 8.387.500 Sept 450 x 35.150 = Rp 15.817.500

Rp 24.205.000 e. Penjualan bulan Desember 2012 adalah 750

Dihitung dari:

Sept 200 x 35.150 = Rp 7.030.000 Nov 550 x 35.650 = Rp 19.607.500

Rp 26.637.500 Sehingga HPP selama tahun 2012 menurut metode FIFO:

HPP bulan Maret Rp 11.212.000 HPP bulan Juni Rp 24.548.250 HPP bulan Agustus Rp 13.356.250 HPP bulan Oktober Rp 24.205.000 HPP bulan Desember Rp 26.637.500

Total HPP Rp 99.959.500

(55)

Sumber : PT. Carrefour Tbk

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

Persediaan awal periode 300 = Rp 9.600.000 Total pembelian selama tahun 2012 2.800 = Rp 95.707.000

Total brng tersedia dijual 3.100 Rp 105.307.000

Total HPP selama tahun 2012 (2.950) (Rp 99.959.500)

Saldo persediaan akhir periode 150 Rp 5.347.500

(56)

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size M No. Kode : A6

Satuan : Pack

Sumber: PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2012 adalah 650 Dihitung dari:

Jan 400 x 31.500 = Rp 12.600.000 Feb 250 x 32.150 = Rp 8.037.500

Rp 20.637.500 b. Penjualan bulan Juni 2012 adalah 800

Dihitung dari:

Feb 350 x 32.150 = Rp 11.252.500 Juni 400 x 32.560 = Rp 13.024.000 Sept 50 x 33.250 = Rp 1.662.500

Rp 25.939.000

(57)

c. Penjualan bulan Agustus 2012 adalah 500 Dihitung dari:

Mei 300 x 33.250 = Rp 9.975.000 Juli 200 x 33.750 = Rp 6.750.000

Rp 16.725.000 d. Penjualan bulan Oktober 2012 adalah 400

Dihitung dari:

Juli 250 x 33.750 = Rp 8.437.500 Sept 150 x 34.200 = Rp 5.130.000

Rp 13.567.500 e. Penjualan bulan Desember 2012 adalah 550

Dihitung dari:

Sept 200 x 34.200 = Rp 6.840.000 Nov 350 x 34.850 = Rp 12.197.500

Rp 19.037.500 Sehingga HPP selama tahun 2012 menurut metode FIFO:

HPP bulan Maret Rp 20.637.500 HPP bulan Juni Rp 25.939.000 HPP bulan Agustus Rp 16.725.000 HPP bulan Oktober Rp 13.567.500 HPP bulan Desember Rp 19.037.500

Total HPP Rp 95.906.500

(58)

Sumber: PT. Carrefour Tbk

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

Persediaan awal periode 400 = Rp 12.600.000 Total pembelian selama tahun 2012 2.700 = Rp 90.276.500

Total brng tersedia dijual 3.100 Rp 102.876.500 Total HPP selama tahun 2012 (2.900) (Rp 95.906.500)

Saldo persediaan akhir periode 200 Rp 6.970.000

(59)

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size L No. Kode : A6

Satuan : Pack

Sumber: PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2012 adalah 650 Dihitung dari:

Jan 400 x 32.100 = Rp 12.840.000 Feb 250 x 32.550 = Rp 8.137.500

Rp 20.977.500 b. Penjualan bulan Juni 2012 adalah 1000

Dihitung dari:

Feb 200 x 32.550 = Rp 6.510.000 Juni 700 x 33.250 = Rp 23.275.000 Sept 100 x 33.860 = Rp 3.386.000

Rp 33.171.000

(60)

c. Penjualan bulan Agustus 2012 adalah 650 Dihitung dari:

Mei 400 x 33.860 = Rp 13.544.000 Juli 250 x 35.200 = Rp 8.625.000

Rp 22.169.000 d. Penjualan bulan Oktober 1012 adalah 550

Dihitung dari:

Juli 350 x 34.500 = Rp 12.075.000 Sept 200 x 35.200 = Rp 7.040.000

Rp 19.115.000 e. Penjualan bulan Desember 2012 adalah 400

Dihitung dari:

Sept 350 x 34.500 = Rp 12.075.000 Nov 150 x 35.750 = Rp 5.362.500

Rp 17.437.500 Sehingga HPP selama tahun 2012 menurut metode FIFO:

HPP bulan Maret Rp 20.977.500 HPP bulan Juni Rp 33.171.000 HPP bulan Agustus Rp 22.169.000 HPP bulan Oktober Rp 19.115.000 HPP bulan Desember Rp 17.437.500

Total HPP Rp 109.595.000

(61)

Sumber: PT. Carrefour Tbk

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

Persediaan awal periode 400 = Rp 12.840.000 Total pembelian selama tahun 2012 3.050 = Rp 103.905.000

Total brng tersedia dijual 3.450 Rp 116.745.000 Total HPP selama tahun 2012 (3.250) (Rp 109.595.000)

Saldo persediaan akhir periode 200 Rp 7.150.000

(62)

B. Untuk Tahun 2013

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size S

No. Kode : A6 Satuan : Pack

Sumber: PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2013 adalah 600 Dihitung dari:

Jan 150 x 35.650 = Rp 5.347.500 Feb 450 x 36.500 = Rp 16.425.000

Rp 21.772.500 b. Penjualan bulan Juni 2013 adalah 1.200

Dihitung dari:

Feb 300 x 36.500 = Rp 10.950.000 April 700 x 37.250 = Rp 26.075.000 Mei 200 x 37.530 = Rp 7.506.000

Rp 44.531.000

(63)

c. Penjualan bulan Agustus 2013 adalah 450 Dihitung dari:

Mei 300 x 38.150 = Rp 11.259.000 Juli 150 x 38.150 = Rp 5.722.500

Rp 16.981.500 d. Penjualan bulan Oktober 2013 adalah 500

Dihitung dari:

Juli 450 x 38.150 = Rp 17.167.500 Sept 50 x 38.550 = Rp 1.927.500

Rp 19.095.000 e. Penjualan bulan Desember 2013 adalah 600

Dihitung dari:

Sept 450 x 38.550 = Rp 17.347.500 Nov 150 x 39.250 = Rp 5.887.500

Rp 23.235.000 Sehingga HPP selama tahun 2013 menurut metode FIFO:

HPP bulan Maret Rp 21.772.500 HPP bulan Juni Rp 44.531.000 HPP bulan Agut Rp 16.981.500 HPP bulan Okt Rp 19.095.000 HPP bulan Des Rp 23.235.000

Total HPP Rp 125.615.000

(64)

Sumber: PT. Carrefour Tbk

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

Persediaan awal periode 150 = Rp 5.347.500 Total pembelian selama tahun 2013 3.350 = Rp 126.155.000 Total brng tersedia dijual 3.500 Rp 131.502.500 Total HPP selama tahun 2013 (3.350) (Rp 125.615.000)

Saldo persediaan akhir periode 150 Rp 5.887.500

(65)

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size M No. Kode : A6

Satuan : Pack

Sumber: PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2013 adalah 550 Dihitung dari:

Jan 200 x 34.850 = Rp 6.970.000 Feb 350 x 35.150 = Rp 12.302.500

Rp 19.272.500 b. Penjualan bulan Juni 2013 adalah 1.100

Dihitung dari:

Feb 250 x 35.150 = Rp 8.787.500 Juni 700 x 35.800 = Rp 25.060.000 Sept 150 x 36.550 = Rp 5.482.500

Rp 39.330.000

(66)

c. Penjualan bulan Agustus 2013 adalah 600 Dihitung dari:

Mei 350 x 36.550 = Rp 12.792.500 Juli 250 x 37.200 = Rp 9.300.000

Rp 22.092.500 d. Penjualan bulan Oktober 2013 adalah 550

Dihitung dari:

Juli 200 x 37.200 = Rp 7.440.000 Sept 350 x 37.850 = Rp 13.247.500

Rp 20.686.500 e. Penjualan bulan Desember 2013 adalah 450

Dihitung dari:

Sept 200 x 37.850 = Rp 7.570.000 Des 250 x 38.250 = Rp 9.562.500

Rp 17.132.500 Sehingga HPP selama tahun 2013 menurut metode FIFO:

HPP bulan Maret Rp 19.272.500 HPP bulan Juni Rp 39.330.000 HPP bulan Agustus Rp 22.092.500 HPP bulan Oktober Rp 20.686.500 HPP bulan Desember Rp 17.132.500

Total HPP Rp 118.515.000

(67)

Sumber: PT.Carrefour Tbk

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:

Persediaan awal periode 200 = Rp 6.970.000 Total pembelian selama tahun 2013 2.350 = Rp 126.845.000

Total barang tersedia dijual 2.750 Rp 133.815.000 Total HPP selama tahun 2013 (2.350) (Rp 118.515.000)

Saldo persediaan akhir periode 400 Rp 15.300.000

(68)

KARTU PERSEDIAAN Nama Barang : Sweety size L No. Kode : A6

Satuan : Pack

Sumber: PT. Carrefour Tbk Metode FIFO

a. Penjualan bulan Maret 2013 adalah 550 Dihitung dari:

Jan 200 x 35.750 = Rp 7.150.000 Feb 350 x 36.100 = Rp 12.635.000

Rp 19.785.000 b. Penjualan bulan November 2013 adalah 1.300

Dihitung dari:

Feb 250 x 36.100 = Rp 9.025.000 Juni 750 x 36.900 = Rp 27.675.000 Sept 300 x 37.250 = Rp 11.175.000

Rp 47.875.000

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Informasi tentang kadar senyawa POPs aldrin dan endosulfan di air sungai di DAS Citarum Hulu masih terbatas sehingga dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan

sekolah dan sumber lain &ang sama dalam..

Sebagai supervisor pendidikan kepala madrasah telah melaksanakan supervisidalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MTs Ma‟arif 02 Kotagajah Lampung Tengan

Data yang digunakan adalah data sekunder perdagangan ekspor dan impor produk elekrtonik antara Indonesia dengan China yang diperoleh dari BPS, dan data kinerja makro

1 Pengadaan Tiang listerik di RT.I,II dan RT IV Teratak 10 bh 10,000,000.00 APBD Kab Dinas Perumahan & Pemukiman. 2 Pengadaan Lampu

Banyak definisi mengenai folklor yang disampaikan oleh para ahli salah satunya adalah yang disampaikan oleh James Danandjaja (1984:2) yang menyatakan bahwa

Sebenarnya produksi di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, tetapi dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi, kebutuhan Resin Novolak lebih besar, oleh

Dari kajian ini, diperoleh hasil bahwa strategi utama yang perlu diterapkan adalah meningkatkan pendekatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program