• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIII/10/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIII/10/2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT- 36069/PP/M.VIII/10/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 21

Tahun Pajak : 2006

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi materi pokok sengketa dalam perkara banding ini adalah, adalah sebesar Rp. 9.632.544.856,00 yang terdiri dari :

1. Biaya dana pensiun 2. Biaya Jamsostek 3. Biaya Daerah terpencil Jumlah

Rp 629.877.800,00 Rp 1.207.683.195,00 Rp 7.794.983.861,00 Rp 9.632.544.856,00 Koreksi Biaya dana pensiun sebesar Rp 629.877.800,00

Menurut Pemohon : bahwa dasar Hukum yang berlaku Pasal 7 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/131/2006 tanggal 23 Februari 2006 mengatur bahwa Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.

Menurut Terbanding : bahwa dengan demikian Pemohon Banding telah memberikan tambahan data seperti yang telah diserahkan kepada penelaah keberatan, yang mana atas data sejenis diterima oleh penelaah keberatan untuk mengabulkan permohonan keberatan Pemohon banding pada saat itu, dengan demikian koreksi biaya Dana Pensiun seharusnya dibatalkan.

(2)

Menurut Majelis : bahwa asli dari fotocopy bukti-bukti yang diserahkan Pemohon Banding kepada Majelis sudah diperlihatkan kepada Majelis.

bahwa sesuai dengan Surat Banding Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari Terbanding diketahui bahwa salah satu sengketa adalah pembayaran kepada Dana Pensiun ABC sebesar Rp 629.877.800,00.

bahwa sesuai dengan Pasal 7 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor : PER- 15/PJ/2006 tanggal 23 Februari 2006 mengatur bahwa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah iuran yang dibayarkan kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

bahwa dari bukti dalam persidangan diketahui bahwa Pemohon Banding telah melakukan pembayaran kepada Dana Pensiun ABC yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia.

bahwa dalam Uraian Penelitian Keberatan, dinyatakan bahwa Dana Pensiun ABC telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia, maka atas bukti- bukti yang diserahkan sebesar Rp 145.864.484,00 yaitu pembayaran kepada Dana Pensiun ABC diakui bukan merupakan objek PPh Pasal 21.

bahwa dalam uji bukti, Pemohon Banding menunjukkan tanda terima dari Dana Pensiun ABC sebesar Rp 567.791.434, dalam jumlah tersebut sudah termasuk nilai sebesar Rp 145.864.484 yang sudah diperhitungkan dalam proses keberatan, sehingga bukti baru yang belum diperhitungkan senilai Rp 567.791.434,00 - Rp 145.864.484,00 = Rp 421.926.950,00.

bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat, atas koreksi Terbanding terhadap biaya dana pensiun sebesar Rp 629.877.800,00 , yang tidak dapat dipertahankan sebesar Rp.

421.926.950,00 dan yang tetap dipertahankan adalah sebesar 207.950.850,00.

Koreksi Biaya Jamsostek sebesar Rp 1.207.683.195,00

Menurut Terbanding : bahwa dasar hukum yang berlaku Pasal 7 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ./2006 tanggal 23 Februari 2006 mengatur bahwa Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang d/bayar oleh pemberi kerja.

bahwa alasan Pemohon Banding yang menyebutkan biaya jamsostek tidak termasuk objek PPh sesuai dengan UU PPh Pasal 4 ayat (3) huruf g adalah tidak tepat, karena pasal tersebut berbunyi "iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan tidak termasuk sebagai objek pajak". Terbanding berpendapat bahwa penerapan Pasal 4 ayat (3) huruf g untuk sengketa ini tidak tepat karena tidak terkait dengan biaya jamsostek.

bahwa pada saat proses pemeriksaan dan keberatan diketahui bahwa Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan dokumen pendukung yang menyatakan bahwa sejumlah Rp.

1.207.683.195,- tersebut merupakan pembayaran iuran jamsostek kepada PT. Jamsostek.

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi biaya Jamsostek karena sesuai UU PPh Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat 3 huruf g, biaya Jamsostek / JHT tidak termasuk objek pajak penghasilan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Majelis : bahwa dari Surat Banding Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding Terbanding diketahui bahwa salah satu sengketa adalah adanya koreksi Terbanding terhadap biaya tunjangan Jamsostek sebesar Rp 1.207.683.195,00.

bahwa sesuai dengan Pasal 7 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 15/PJ/2006 tanggal 23 Februari 2006 mengatur bahwa Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang d/bayar oleh pemberi kerja.

bahwa dari bukti dalam persidangan diketahui bahwa Pemohon Banding telah melakukan pembayaran kepada Jamsostek sebesar Rp 1.207.683.195,00.

bahwa dari bukti pembayaran diketahui bahwa pembayaran kepada Jamsostek tersebut adalah pembayaran untuk Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian dengan uraian sebagai berikut :

- Pembayaran Jaminan Kerja - Jaminan Hari Tua

- Jaminan Kematian - Pembulatan Jumlah

Rp 98.480.176,00 Rp 1.062.814.548,00 Rp 46.574.800,00 (Rp 89.861,00) Rp 1.207.779.683,00 bahwa sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf g Undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor : 17 Tahun 2000 jo Pasal 7 huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 15/P1/2006 tanggal 23 Februari 2006, maka iuran jaminan hari tua sebesar Rp 1.062.814.548,00 bukan merupakan objek PPh Pasal 21 sehingga koreksi biaya Jamsostek sebesar Rp 1.062.814.548,00 tidak dapat dipertahankan.

bahwa sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER-15/PJ/2006 tanggal 23 Februari 2006, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) merupakan penghasilan bagi pegawai, sehingga atas JKK dan JKM merupakan objek PPh Pasal 21.

bahwa dari bukti berupa Form 1721 A1 atas nama para karyawan terdapat penghasilan premi asuransi pemberi kerja yang menurut Pemohon Banding asuransi pemberi kerja tersebut merupakan Jaminan Kematian dan Jaminan Kecelakaan Kerja, sehingga dengan demikian atas Jaminan Kematian dan Jaminan Kecelakaan Kerja tersebut telah dipotong PPh Pasal 21, oleh karena itu koreksi Terbanding atas biaya Jamsostek sebesar Rp 1.207.779.683,00 tidak dapat dipertahankan.

Koreksi Biaya Daerah terpencil sebesar Rp 7.794.983.861,00

(4)

Menurut Terbanding : bahwa atas koreksi biaya daerah terpencil, menurut Terbanding pada saat proses pemeriksaan dan keberatan diketahui bahwa Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan dokumen pendukung berupa bukti intern dan ekstern kas keluar, perjanjian kerja, bukti pembayaran/transfer, tagihan/invoice dan tanda terima dari penerima terkait biaya dimaksud yang menyatakan bahwa biaya tersebut merupakan natura yang diberikan kepada karyawan.

bahwa pada saat uji bukti Terbanding berpendapat :

bahwa atas biaya daerah terpencil ini, Pemohon Banding belum bisa memberikan data penghubung General Ledger yang menjadi dasar koreksi dengan bukti yang dibawa saat uji bukti.

bahwa terkait biaya non staff sebesar Rp. 4.916.086.735, Pemohon Banding hanya menunjukan General Ledger dan tanda terima pemberian catu beras, namun Pemohon Banding tidak bisa menghubungkan antara General Ledger dan tanda terima tersebut.

bahwa terkait biaya-biaya Daerah Terpencil; yang lain juga belum bisa dilakukan penelusuran ke dokumen Pemohon banding, dan Pemohon Banding belum memberikan dokumen yang menunjukan pihak yang menerima beras adalah karyawan Pemohon banding.

bahwa Terbanding tetap mempertahankan koreksi atas Daerah Terpencil.

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Biaya Daerah Terpencil sebesar Rp 7.794.983.861,-. karena merupakan natura yang diberikan kepada karyawan sehubungan dengan lokasi kerja di daerah terpencil. Pasal 7 huruf b Keputusan Dirjen Pajak No KEP-545/PJ/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak No. 15/PJ/2006 tanggal 23 Februari 2006, berbunyi :

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah : b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang

diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2).

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menurut Majelis : bahwa ketentuan perpajakan yang berkaitan dengan biaya daerah terpencil adalah Pasal 7 huruf b Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-15/PJ/2006 tanggal 23 Februari 2006 menyatakan Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

b. penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2)”.

bahwa dalam sengketa mengenai biaya daerah terpencil tidak ada sengketa yuridis, namun baik Terbanding maupun Pemohon Banding menyengketakan bukti-bukti pengeluaran untuk biaya daerah terpencil.

bahwa koreksi Terbanding sebesar Rp 7.794.983.861,00 terdiri dari :

Akun GL Keterangan Jumlah (Rp)

70102101 70102104 70102105 70102111 70102203 70102205 70102211 70102300 70102500 70102700

Biaya Non Staff

Biaya Pengobatan - Non Staff

Biaya Transport dan Makan - Non Staff

Biaya Pengobatan di Luar - Non Staff

Biaya Pengobatan - Staff Biaya Transport dan Makan - Staff

Biaya Pengobatan di Luar - Staff

Biaya Poliklinik Biaya Seragam dan Perlengkapan Kerja

Biaya Tunjangan Perumahan - Non Staff

4.916.086.735 744.757.380 214.986.810 803.583.708 40.991.764 98.046.750 415.048.761 181.353.863 348.466.253 31.661.837

Total 7.794.983.861

bahwa bukti-bukti yang diserahkan kepada Majelis adalah sebagai berikut :

Biaya Non Staf yang menurut Pemohon Banding adalah jatah beras karyawan Bukti- bukti pembelian beras, antara lain pembelian beras dari DEF, CV GHI, JKL Toko, Daftar bukti tanda terima catu beras para karyawan, Daftar stock beras.

bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diserahkan kepada Majelis, Majelis dapat meyakini bahwa biaya non staf sebesar Rp 4.916.086.735,00 yang berupa pemberian beras bukan merupakan objek PPh Pasal 21 sehingga koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan.

bahwa untuk biaya pengobatan sebesar Rp 744.757.380,00 untuk non staff dan sebesar Rp 40.991.764,00, Pemohon Banding menyerahkan bukti-bukti berupa : pembayaran rumah sakit Dr. MNO, tanda terima pengobatan atas nama Karyawan dan perincian biaya pengobatan dari Rumah Sakit Dr. MNO, karyawan yang berobat dengan pengantar dari perusahaan dan Majelis dapat meyakini bukti-bukti tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 21.

bahwa untuk biaya transportasi dan makan untuk non staf sebesar Rp 214.986.810,00 dan biaya transportasi dan makan untuk staf sebesar Rp 98.046.750,00, Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti pendukung sehingga Majelis berpendapat biaya sebesar Rp 313.033.560,00 ( Rp 214.986.810,0 + Rp 98.046.750,00) tetap dipertahankan.

bahwa untuk biaya pengobatan di luar untuk non staff sebesar Rp 803.583.708,00, dan biaya pengobatan diluar untuk staf sebesar Rp 415.048.761,00, Pemohon Banding memberikan data pendukung berupa permohonan pembayaran ke Rumah Sakit MNO, kwitansi pembayaran rumah sakit , rincian biaya rumah sakit, dan surat pengiriman pasien dan hasil penelitian Majelis atas data-data tersebut, Majelis berpendapat bahwa biaya sebesar Rp 1.218.632.469,00 (Rp 803.583.708 +Rp 415.048.761,00) tersebut merupakan pembayaran kepada pihak ke tiga sehingga bukan merupakan objek PPh Pasal 21 dengan demikian biaya sebesar Rp 1.218.632.469,00 tidak dapat dipertahankan.

bahwa untuk biaya seragam dan perlengkapan kerja, Pemohon Banding memberikan bukti berupa pembelian dan tanda terima seragam yang dapat membuktikan bahwa jumlah sebesar Rp 348.466.253,00 merupakan penerimaan karyawan dalam bentuk natura dengan demikian Majelis berpendapat bukan merupakan objek PPh Pasal 21 sehingga koreksi biaya seragam dan perlengkapan kerja sebesar Rp 348.466.253,00 tidak dapat dipertahankan.

bahwa untuk biaya poliklinik sebesar Rp 181.353.863,00, Pemohon Banding memberikan bukti berupa buku klinik berisi jenis-jenis obat yang dikeluarkan dari klinik dan dicatat dalam GL good issue dan GL good receipt, sehingga Majelis berpendapat bukan merupakan penghasilan karyawan dengan demikian koreksi biaya poliklinik sebesar Rp 181.353.863,00 tidak dapat dipertahankan.

bahwa untuk biaya tunjangan perumahan non staff sebesar Rp 31.661.837,00 Pemohon Banding tidak dapat memberikan penjelasan dan bukti pendukung sehingga Majelis berpendapat koreksi tunjangan perumahan non staf sebesar Rp 31.661.837,00 tetap dipertahankan.

bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berpendapat bahwa Pemohon Banding dapat memberikan bukti yang menunjukkan bahwa biaya sebesar Rp 7.450.288.464,00 adalah pemberian dalam bentuk natura, sehingga koreksi Biaya Daerah terpencil sebesar Rp 7.450.288.464,00 tidak dapat dipertahanankan dan koreksi sebesar Rp 344.695.397,00 (Rp 313.033.560,00 + Rp 31.661.837,00) tetap dipertahankan.

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding, sehingga Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 21 Tahun Pajak 2006 dihitung kembali sebagai berikut : DPP PPh Pasal 21 menurut Terbanding

Koreksi yang tidak dapat dipertahankan

Rp 9.721.178.507,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Memperhatikan : Surat Banding, serta hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

2. Ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini.

Memutuskan : Menyatakan Mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-734/PJ.07/2009 tanggal 11 September 2009 tentang SKPKB PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari s.d Desember 2006 Nomor : 00064/201/06/073/08 tanggal 27 Juni 2008, sehingga Pajak yang masih harus dibayar menjadi sebagai berikut :

DPP PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 Kredit Pajak

Jumlah Pajak kurang bayar

Sanksi administrasi : Pasal 13 ayat (2) KUP

Jumlah yang masih harus dibayar

Rp 641.279.898,00 Rp 32.063.995,00 Rp 0,00 Rp 32.063.995,00 Rp 12.184.318,00 Rp 44.248.313,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa

: bahwa koreksi objek PPh Pasal 21 dilakukan oleh Terbanding berdasarkan ekualisasi dengan pos-pos biaya di PPh Badan yang memiliki kecenderungan sebagai objek PPh Pasal 21

bahwa menurut Terbanding dalam persidangan untuk koreksi Provision for Employee Benefit pada saat uji bukti Pemohon Banding menunjukkan rekonsiliasi bahwa atas pencatatan sejumlah

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Terbanding atas besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp1.739.380.932,00 yang dihitung

bahwa dari penelitian Majelis, Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang menurut Pemohon Banding sebesar Rp971.116.894,00 adalah berasal dari setoran masa sebesar Rp927.545.922,00

2 Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39906/ PP/M.XI/25/2012 tanggal 30 Agustus 2012,

bahwa koreksi persediaan awal barang dagangan sebesar Rp 191.580.620,00 berdasarkan penghitungan dari kartu stock Pemohon Banding yang menurut Pemohon Banding adalah barang milik

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, meneliti dan mempelajari lebih lanjut atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.36702/PP/M.I/16/2012 tanggal