LABORATORIUM DENGAN INTEGRASI METODA SIX SIGMA DAN MACROERGONOMIC
ORGANIZATIONAL QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS) DI PT UNILAB PERDANA
TESIS
Oleh
DIAH ANDIANINGSARI 163.111.015
MAGISTER TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
2015
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Diah Andianingsari NIM : 163.111.015
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis dengan judul :
PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENGUJIAN LABORATORUM DENGAN INTEGRASI METODA SIX SIGMA DAN MACROERGONOMIC ORGANIZATIONAL QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS) DI PT. UNILAB
PERDANA
yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan serta tata cara pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Jakarta, 16 Januari 2015
DIAH ANDIANINGSARI
Program Studi : Magister Teknik Industri
Judul : Peningkatan Kinerja Sistem Pengujian Laboratorium dengan Integrasi Metode Six Sigma dan Macroergonomic
Organizational Questionnaire (MOQS) di PT Unilab Perdana
Industri jasa laboratorium lingkungan hidup saat ini berkembang pesat, hal ini didukung karena adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada seluruh industri, lembaga, perkantoran agar melakukan monitoring lingkungan hidup. PT.
Unilab Perdana (PT. UP) adalah perusahaan jasa laboratorium lingkungan hidup yang menghasilkan produk berupa Laporan Hasil Pengujian.
Seiring dengan meningkatnya jumlah order, PT.UP memiliki beberapa permasalahan yaitu belum mengetahui karakteristik mutu dan jumlah kecacatan, belum dapat menentukan waktu standar dari proses pengujian dan adanya resiko pekerjaan dari proses kerja dan lingkungan. Untuk itu PT. UP berupaya meningkatkan kinerja sistem pengujian laboratorium dengan integrasi metode Six Sigma dan MOQS. Pengukuran Six Sigma diperlukan untuk menghitung waktu baku dari proses kerja, mengidentifikasi jenis kecacatan dan jumlah cacat, sedangkan MOQS diperlukan untuk mengetahui elemen-elemen sistem yang mempengaruhi resiko kerja.
Pemilihan objek penelitian didasarkan pada order terbanyak yaitu Permenkes 416/1990 dengan jumlah 1399, order ini memiliki nilai Sigma 2,9. Dengan menggunakan diagram tulang ikan dan metode Failure Mode Effect Analyze (FMEA) rendahnya nilai sigma dikarenakan beberapa faktor : ruang analisa kurang nyaman, kekurangan peralatan pendukung gelas, belum merata pembagian beban kerja analis, belum memiliki standar CRM trueness, pemakaian air suling yang tidak memenuhi standar Daya hantar listrik (DHL) < 2 µmhos.
Pengolahan data kuesioner MOQS dengan perhitungan korelasi parsial dan simultan, didapatkan 3 faktor yang berpengaruh pada sistem pengujian di laboratorium yaitu masalah pekerjaan, kesempatan kerja dan masa depan.
Implementasi tindakan perbaikan untuk mengeliminasi faktor penyebab dari analisis FMEA menggunakan metode Define Measure Analyze Improve Control (DMAIC) didapatkan kenaikan nilai Sigma menjadi 3,5 Sigma. Kebutuhan waktu proses pengujian Permenkes 416/1990 adalah 2 hari 18,6 jam.
Peningkatan kinerja dalam sistem pengujian laboratorium dengan integrasi Six Sigma dan MOQS adalah redesign ruang analisa yang mengacu pada PERMENLH NO. 6 tahun 2009, penambahan peralatan pendukung gelas, pembagian kerja analis yang disesuaikan dengan beban kerja dan kapasitas, memperbaharui standar CRM trueness secara berkala sesuai dengan masa berlakunya, perbaikan instruksi kerja jaminan dan pengendalian mutu, dan menerapkan sistem kualitas pengecekan terhadap DHL air suling sesuai dengan standar.
Kata kunci : Laboratorium, Six Sigma, DMAIC, MOQS, FMEA
ABSTRACT
Name : Diah Andiangingsari
Study Program : Master of Industrial Engineering
Title : Performance Improvement System Integration Testing Laboratory with Six Sigma methods and Macroergonomic Organizational Questionnaire (MOQS) at PT Unilab Perdana
Environmental laboratory services industry is growing rapidly, it is supported because of government regulations that require the entire industry, institutions, offices to conduct environmental monitoring. PT. Unilab Perdana (PT. UP) is an environmental laboratory services company which produce certified test reports.
Along with the increasing number of orders, PT.UP have some problems that is do not know the quality characteristics and the amount of disability, can’t determine the standard time of the testing process and have some risk of work processes and work environments. Therefore PT. UP seeks to improve the performance of laboratory testing system with the integration of Six Sigma methods and MOQS.
Measurement of Six Sigma and MOQS is necessary to calculate the standard time of the work process, identifying the type of disability and the number of defects, and to know the system elements that affect the risk of work.
Selection order research is based on the most order which is Permenkes 416/1990 have 1399 order, this order has a value of 2.9 sigma. By using the fishbone diagram and method of Failure Mode Effect Analyze (FMEA) low sigma value due to several factors: analysis less comfortable rooms, lack of support equipment analysis, analyst workload uneven, don’t have a standard CRM trueness, using distilled water doesn’t meet the standards of the electrical conductivity of <2 µmhos.
MOQS questionnaire data processing which has been processed by the calculation partial correlation and simultaneous, obtained three factors that affect the system in laboratory testing that is about work, employment and future.
Implementation of corrective action to eliminate the causes of FMEA analysis using the Define Measure Analyze Improve Control (DMAIC) have increasing value to 3.5 Sigma. The time required for the testing process Permenkes 416/1990 is 2 days 18.6 hours.
Performance improvement in laboratory testing system with the integration of Six Sigma and MOQS was redesigned space analysis refers to PERMENLH NO. 6 In 2009, the addition of a glass support equipment, division of labor analysts adapted to the workload and capacity, standard CRM trueness renew at regular intervals in accordance with the validity period, repair work instructions assurance and quality control, and implement a system of checks on the quality of the electrical conductivity of distilled water in accordance with the standards.
Keywords: Laboratory, Six Sigma, DMAIC, MOQS, FMEA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Setiap saat dan untuk setiap hal yang aku alami, aku percaya bahwa semua yang terjadi adalah rencana yang indah dariMu. Terima kasih Allah karena Engkau telah mengangkat kekuatiranku dan mengubahnya menjadi senyuman walaupun aku tahu, ini baru permulaan dalam kehidupanku.
Allah Maha Kasih Sayang, Allah Maha Adil, Allah tidak pernah dan tidak akan pernah berlaku dzalim. Allah senang kepada hamba-hambaNya yang tidak pernah putus asa untuk memperoleh rahmat dan hidayahNya. Allah senang kepada mereka yang senantiasa punya harapan untuk hidup yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Tesis ini saya persembahkan untuk orang-orang yang menyayangi, mendukung dan menguatkan saya, terima kasih untuk segala doa, semangat, pengorbanan, yang telah diberikan pada saya.
Kepada Suamiku tersayang, terima kasih atas segala bantuan dan semangat yang luar biasa sehingga aku bisa menyelesaikan tesis ini. Teruntuk anak-anakku tersayang Ammar, Ajeng, Abyasa yang telah menjadikanku pejuang, maafkan Ibu karena telah membuat kalian kehilangan waktu bersama. Celotehan kalian tesis,,,tesis,,,tesis,,, yang selalu dikerjakan,,,, adalah salah satu penyemangatku untuk segara menyelesaikan tesis ini.
Teruntuk Ibuku dan kakakku mba Ellyn yang selalu menghangatkan sekaligus membuatku ”tergugah” dengan pertanyaan, "Kapan lulus?". Cara itu ternyata sukses memotivasi diriku.
Ibu Dorina dan Ibu Nora yang membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini. Seluruh mantan staf aku di kantor Tiya, Dinar, Vman, Mj, Egi, Zaeni dan lainnya yang membantu aku dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa dituliskan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia, kemudahan, kelancaran, dan dengan izinNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENGUJIAN LABORATORUM DENGAN INTEGRASI METODA SIX SIGMA DAN MACROERGONOMIC ORGANIZATIONAL QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS) DI PT UNILAB PERDANA”.
Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Penulisan tesis ini merupakan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan penulis di perusahaan jasa laboratorium lingkungan hidup. Tesis ini merupakan persyaratan dalam menyelesaikan kuliah program Magister Teknik Industri di fakultas Teknik Universitas Trisakti. Selama menjalankan proses tesis, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin berterimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan lindunganNya kepada penulis.
2. Suamiku tercinta, yang selalu memberikan bantuan yang sangat besar, mendampingi dan memberikan dorongan semangat untuk mendukung sehingga terselesaikannya penulisan tesis ini.
3. Anak-anakku tersayang Ammar, Ajeng, Abyasa yang selalu menjadikanku semangat untuk meraih asa.
4. Orang tuaku yang selalu memberiku doa dan semangat.
5. Ibu Dr. Ir. Dorina Hetharia, M.Sc, dan Ibu Dr. Ir. Nora Azmi, MT., selaku pembimbing tesis yang selalu memberikan masukan, nasihat, dukungan, dan waktunya.
6. Seluruh Dosen dan staf pengajar dan akademik di Magister Teknik Industri, Terima kasih atas ilmu, saran dan waktunya dalam penyusunan tesis ini.
7. Seluruh manajemen perusahaan yang telah ikut bekerjasama dan memberikan waktu serta ijinnya dalam melakukan penelitian ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Magister teknik industri yang memberikan masukan dan dorongannya.
9. Pihak-Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terimakasih atas bantuannya.
Semoga tesis ini menjadi tulisan yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan siapapun yang membacanya.
Jakarta, Januari 2015
Diah Andianingsari
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS...iii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT...v
HALAMAN PERSEMBAHAN...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Makro Ergonomi (Macroergonomic Methods) ...7
2.2 Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) ...9
2.2.1. Dasar Dan Aplikasi ...9
2.2.2 Prosedur MOQS ...9
2.3. Metode Penelitian Survey ...11
2.3.1 Wawancara (Interview) ...12
2.3.2 Kuisioner (Angket) ...12
2.3.3 Analisa Jalur...13
2.4. Six Sigma ...19
2.4.1. Pengertian Six Sigma ...19
2.4.2 Konsep Six Sigma ...19
2.4.3 Alat dalam six sigma ...21
2.4.3.1 Diagram Sebab akibat ...21
2.4.3.2 Lembar Periksa ...23
2.4.3.3 Diagram Pareto ...23
2.4.3.4 Diagram Alir ...24
2.4.3.5 Histogram ...25
2.5. Pengukuran Waktu Baku...25
2.5.1. Langkah Penentuan Waktu standar ...26
2.5.2. Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran ...27
2.5.2.1. Faktor Penyesuaian ...28
2.5.2.2 Faktor Kelonggaran ...30
2.5.3. Uji Kenormalan, Keseragaman, dan Kecukupan Data ...32
2.5.3.1. Uji Kenormalan Data ...32
2.5.3.2. Uji Keseragaman Data ...35
2.5.3.3. Uji Kecukupan Data ...36
2.5.4 Peta Kerja...37
2.5.4.1 Definisi Peta Kerja...37
2.5.4.2 Lambang Lambang Peta Kerja ...37
2.5.4.3 Macam-macam Peta Kerja ...39
2.6 Failured Mode Effect Analyze (FMEA) ...41
2.7 DMAIC ...43
2.7.1 Define ...43
2.7.2 Measure ...45
2.7.3 Analyze ...46
2.7.4 Improve ...47
2.7.5 Control ...48
2.8. Peneliti Pendahulu ...50
2.8.1 Pengaruh sistem kerja dengan pengukuran MOQS...50
2.8.2 Perbaikan sistem kerja dengan Six Sigma metode DMAIC...51
2.8.3 Pengaruh lain yang mempengaruhi kinerja...51
2.8.4 Penelitian yang dilakukan...51
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran...58
3.2. Tahapan Penelitian ...58
3.2.1. Studi Pustaka ...61
3.2.2. Perumusan Permasalahan dan Hipotesa awal ...61
3.2.3. Tujuan penelitian ...62
3.2.4. Analisis sistem MOQS dan Six Sigma ...62
3.3. Pengumpulan data dan pengolahan data ...64
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Tentang PT Unilab Perdana ...65
4.1.1. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ...66
4.1.2. Jam Kerja ...66
4.1.3. Kelas dan Jabatan ...66
4.1.4. Struktur Upah ...69
4.1.5. Struktur Sistem Kerja ... 70
4.1.6. Pengukuran Kinerja saat Ini... 72
4.1.7. Kelemahan Tidak Adanya Pengukuran Kinerja... 72
4.1.8. Kebutuhan Pengukuran Kinerja Menurut Teori... 73
4.2. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) ...74
4.2.1 Analisa Jalur ...77
4.3. Six Sigma ...84
4.3.1 Tahap Define ...84
4.3.2 Tahap Measure ...89
4.3.3 Tahap Analyze ...91
4.3.4 Tahap Improve ...94
4.3.4.1 Ruangan analisa dengan mengacu ke kebutuhan standar
ruang analisa (mengacu ke Permen LH No 06/2009)...94
4.3.4.2 Kekurangan peralatan gelas...100
4.3.4.3 Beban kerja analis yang belum merata...101
4.3.4.4 Belum memiliki Standar CRM (Certified Reference Material) dengan Fungsi Trueness...103
4.3.4.5 Pemakaian Air Suling yang Belum Memenuhi Standar Daya Hantar Listrik (<2 mikro mhos)...104
4.3.5. Tahap Control ...110
4.3.5.1 Perhitungan FMEA setelah perbaikan...110
4.3.5.2 Perhitungan nilai Sigma setelah perbaikan...111
4.3.6 Pengendalian Kualitas...113
BAB V ANALISA HASIL DAN PENGUJIAN 5.1 Analisis dan interprestasi analisis jalur ...115
5.1.1 Korelasi Parsial ...115
5.1.2 Korelasi Simultan ...116
5.1.3 Kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat ...116
5.2 Six Sigma...118
5.2.1 Penentuan parameter yang menjadi penelitian...117
5.2.2 FMEA...118
5.2.3 Implementasi peningkatan nilai Six Sigma...119
5.2.4 Sistem Peningkatan Kinerja Laboratorium...119
5.3 Hubungan antara MOQS dan Six Sigma...121
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...125
6.2 Saran...126
DAFTAR PUSTAKA...128
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan
Makro Ergonomi ...8
Tabel 2.2 Contoh Lembar Periksa ...23
Tabel 2.3 Nilai-Nilai Penyesuaian Menurut Westinghouse ...30
Tabel 2.4 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh ...34
Tabel 2.5 Contoh Hasil FMEA ...43
Tabel 2.6 Daftar Penelitian Terdahulu ...52
Tabel 4.1 Jam Kerja Perusahaan ...66
Tabel 4.2 Kelas dan Jabatan Karyawan ...67
Tabel 4.3 Sub sistem teknologi ...70
Tabel 4.4 Sub sistem personal ...71
Tabel 4.5 Summary Hasil Kuesioner PT Unilab Perdana ...74
Tabel 4.6 Tabulasi parameter kuesioner dengan skala likert 1 – 5 ...76
Tabel 4.7 Konversi Data Ordinal menjadi data Interval ...79
Tabel 4.8 Rekapitulasi skor tiap responden ...80
Tabel 4.9 Hasil Analisa korelasi dan regresi ...81
Tabel 4.10 Model Summary analisa jalur ...82
Tabel 4.11 Tabel Kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat ...84
Tabel 4.12 Tabel Waktu Standar bagian adminstrasi dan supporting ...85
Tabel 4.13 Waktu standar analisa untuk tiap parameter ...86
Tabel 4.14 Parameter Analisa mengacu ke PERMENKES 416/IX/1990 ...87
Tabel 4.15 Pembagian Kerja Analis Air ...87
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan C/T, Uptime, dan U/D ...89
Tabel 4.17 Variabel kecacatan dan standar ...90
Tabel 4.18 Kecacatan order Permenkes 416 per bulan tahun 2013 ...90
Tabel 4.19 Rekapan Kecacatan order permenkes 416 selama tahun 2013 ...90
Tabel 4.20 Hasil perhitungan FMEA ...93
Tabel 4.21 Ringkasan FMEA dengan 5 besar penyebab ...92
Tabel 4.21 Hasil Pengukuran Udara Lingkungan Kerja ...98
Tabel 4.22 Hasil Pengukuran Pencahayaan seluruh ruangan ...99
Tabel 4.23 Standar tingkat pencahayaan ruangan ...99
Tabel 4.24 List kekurangan peralatan pendukung analisa ...101
Tabel 4.25 Pembagian Parameter analisa analis ...101
Tabel 4.26 Perhitungan waktu beban kerja analis tahun 2013 ...102
Tabel 4.27 Perhitungan beban kerja analis dibandingkan dengan waktu tersedia tahun 2013 ...102
Tabel 4.28 Tabel Standar Parameter Air Suling ...104
Tabel 4.29 Rekomendasi perbaikan dari 5 penyebab ...105
Tabel 4.30 Perbaikan Pencahayaan Udara Lingkungan Kerja...106
Tabel 4.31 List kekurangan peralatan pendukung analisa...106
Tabel 4.32 Simulasi waktu beban kerja analis mengacu ke parameter tahun 2013 ...108
Tabel 4.33 Hasil implementasi waktu beban kerja analis dengan pembagian beban baru ...109
Tabel 4.34 Tabel Catatan pemeriksaan air suling ...110
Tabel 4.35 Perhitungan RPN untuk tindakan perbaikan dari metoda FMEA ...111
Tabel 4.36 Tabel defect order Permenkes 416 periode Agustus – Nov 2014 ...111
Tabel 4.37 Persentase defect Permenkes 416 periode Agustus – Nov 2014 ...112
Tabel 4.38 Perhitungan nilai sigma periode Agustus – November 2014 ...112
Tabel 4.39 Pengendalian Kualitas...114
Tabel 5.1 Tabel Korelasi antar variabel ...117
Tabel 5.2 Kontribusi variabel bebas tehadap variabel terikat ...116
Tabel 5.3 Faktor penyebab kegagalan dengan nilai RPN tertinggi ...118
Tabel 5.4 Tabel saran tindakan perbaikan ...118
Tabel 5.5 Perhitungan nilai sigma implementasi per bulan ...119
Gambar 2.1 Proses pergeseran six sigma ...20
Gambar 2.2 Contoh Diagram Sebab akibat...23
Gambar 2.3 Contoh Diagram Pareto ...24
Gambar 2.4 Contoh Histogram ...25
Gambar 2.5 Posisi Penelitian ...52
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...59
Gambar 3.2 Keterkaitan antara MOQS dengan Six Sigma...60
Gambar 4.1 Business Proses PT Unilab Perdana...68
Gambar 4.2 Diagram Input – Output Sistem Kerja ...70
Gambar 4.3 Diagran Jalur antar variabel terikat dan bebas ...78
Gambar 4.4 Hasil perhitungan analisa diagram jalur ...83
Gambar 4.5 Kurva Sepuluh besar order Laboratorium Air 2013 ...84
Gambar 4.6 Peta aliran proses ...88
Gambar 4.7 Diagram Analisa Tulang Ikan ...92
Gambar 4.8 Jarak Standar Ruang Analisa ...95
Gambar 4.9 Lay out ruangan Lt. 1 PT Unilab Perdana ...96
Gambar 4.10 Layout Meja Kerja dan Ruang Analisa Laboratorium Air ... ..97
Gambar 4.11 Usulan Lay Out Perbaikan Ruang Analisa Laboratorium Air ...107
Gambar 5.1 Hubungan Kausal Elemen-elemen penelitian ...115
Gambar 5.2 Kurva faktor penyebab dengan nilai RPN ...118
Gambar 5.3 Flowchart tindakan perbaikan untuk pembagian beban kerja...122
Lampiran 1 Waktu standar proses pengujian laboratorium Lampiran 2 NIOSH Generic Job Stress Questionnaire
Lampiran 3 Peraturan Menteri Lingkungan hidup No. 6 tahun 2009 Lampiran 4 Prosedur pelaksanaan persediaan bahan habis pakai Lampiran 5 Instruksi kerja pengoperasian alat Milli-Q Direct Lampiran 6 Instruksi kerja perawatan alat Milli-Q Direct Lampiran 7 Trueness parameter logam
Lampiran 8 Trueness parameter total suspended solid
Lampiran 9 Prosedur pelaksanaan jaminan dan pengendalian mutu Lampiran 10 Struktur Organisasi PT Unilab Perdana
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan bisnis dalam industri laboratorium saat ini cukup ketat dengan banyaknya laboratorium baru yang bergerak dalam bidang yang sama.
Laboratorium pengujian di Indonesia yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi nasional berjumlah 1041 buah (BSN, 2014). Laboratorium lingkungan adalah laboratorium yang mempunyai sertifikat akreditasi laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan dan mempunyai identitas registrasi (PerMenLH No. 6 tahun 2009). Sebagai penyedia jasa yang bergerak dalam bidang customer satisfation maka parameter-parameter yang menjadi kunci kepuasan pelanggan berdasarkan survey customer PT. Unilab Perdana (UP) tahun 2014 adalah akurasi hasil pengujian, cepat tanggap dalam penyelesaian komplain pelanggan, waktu penyelesaian Sertifikat Laporan Hasil Pengujian (LHP), kompetensi personil dan ruang lingkup pengujian laboratorium. Salah satu bentuk peningkatan tingkat kepuasan pelanggan khususnya dalam bisnis jasa laboratorium adalah mempercepat waktu penyelesaian pelaporan hasil analisa karena dengan semakin cepat berarti mereka sudah selangkah lebih maju dalam usaha memenangkan persaingan bisnis.
Berdasarkan uraian di atas PT. UP adalah perusahaan swasta laboratorium lingkungan hidup yang berdiri pada tahun 1990 oleh dua biro konsultan yaitu PT.
Unisystem Utama dan PT. Waseco Tirta. PT. UP telah mendapatkan sertifikat ISO 17025 : 2005 sejak tahun 2004 dengan No. Laboratorium Penguji 195 dan sertifikat kompetensi laboratorium lingkungan hidup dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2009 dengan No.01. Perusahaan ini melayani jasa pengambilan dan analisis contoh uji parameter lingkungan hidup secara fisika, kimia dan mikrobiologi untuk semua jenis air, udara ambien, udara lingkungan kerja, tanah, sedimen, lumpur, emisi cerobong, emisi kendaraan, dan Toxicity Characteristic
Leaching Procedure (TCLP). Hasil produk yang dikeluarkan adalah sertifikat Laporan Hasil Pengujian (LHP) yang didasarkan dari Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang diturunkan pada Peraturan Pemerintah, Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Keputusan/Peraturan Gubernur, Keputusan/Peraturan Walikota/Bupati, wilayah industri. Target sasaran mutu di PT. UP untuk penyelesaian waktu Sertifikat Laporan Hasil Pengujian selama 11 hari kerja sampai saat ini belum tercapai secara keseluruhan. Melalui penelitian yang telah dilakukan, PT. UP belum mampu mengetahui hambatan-hambatan yang menjadi faktor keterlambatan penyelesaian Laporan Hasil Pengujian dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian Sertifikat Laporan Hasil Pengujian.
Menurut Grahanintyas, Wignjosoebroto, dan Latiffianti, 2012 terdapat keterkaitan antara produktivitas kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen, lingkungan kerja, perilaku perkerja dan stress kerja. Sedangkan menurut Soyan, 2013 bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai sehingga jelas bahwa produktifitas kerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja.
Dengan kondisi di PT. UP yaitu suatu laboratorium lingkungan hidup dimana memiliki faktor-faktor yang cukup significan untuk dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat dilihat dengan kondisi laboratorium yaitu : pemakaian bahan kimia (gas dan padatan), kebisingan, bau, sampel, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dengan implementasi integrasi metoda Six Sigma dan MOQS diharapkan adanya perbaikan kinerja di PT. UP.
Metoda Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas secara dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang menajemen kualitas (Gaspersz, 2003). Six sigma mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan metoda lainnya, antara lain analisis berdasarkan statistik, sangat luas bidang penerapannya, sistem mudah dipahami dan variabel yang dimonitor tidak statis.
Kuesioner MOQS merupakan survei kuisioner untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai aspek atau variable dari suatu sistem kerja (Carayon and Smith, 2000). Informasi dapat berupa tugas, kondisi organisasi, masalah lingkungan, peralatan kerja, teknologi dan karakteristik individual dan juga informasi tentang berbagai variable keluaran seperti kepuasan kualitas kerja, stress fisik dan psikologis, kesehatan mental dan fisik, kinerja dan sikap (misalnya niat untuk meninggalkan pekerjaan). Menurut Risma & Rusdiyanto, 2012, kondisi organisasi, pekerjaan, lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi, serta karakteristik individual dapat menimbulkan stress kerja.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai kondisi di lapangan ditemukan beberapa faktor penyebab dari masalah yang ditimbulkan antara lain :
1. Belum mengetahui karakteristik mutu dan jumlah kecacatan dari penerbitan sertifikat Laporan Hasil Pengujian.
2. Belum dapat menentukan waktu standar dari proses pengujian 3. Adanya resiko pekerjaan dari proses kerja dan lingkungan.
Dari faktor-faktor penyebab permasalahan tersebut menyebabkan lemahnya kinerja perusahaan maka pada penelitian ini akan diteliti “Bagaimana peningkatan kinerja sistem pengujian laboratorium dengan integrasi Six Sigma dan MOQS?”
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan untuk membatasi permasalahan agar tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dengan cepat dan baik. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Six Sigma yang dihubungkan dengan elemen-elemen yang mempengaruhi resiko kerja pada PT. UP. Dengan penerapan Six Sigma dan suatu pendekatan menggunakan metode DMAIC yang dihubungkan dengan metode MOQS dilakukan untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan point 1.2.
Pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada laboratorium lingkungan hidup PT. UP dari proses awal masuk sampel di bagian customer service sampai cetak invoice.
2. Alat pengujian dalam keadaan lancar.
3. Tidak dilakukan perhitungan pengambilan data kuesioner MOQS terhadap analis laboratorium air karena jumlah analis di laboratorium air hanya berjumlah 14 orang
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di PT. UP maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peningkatan kinerja sistem pengujian laboratorium dengan integrasi Six Sigma dan MOQS. Hasil peningkatan kinerja tersebut diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jenis kecacatan dan jumlah cacat dari sertifikat Laporan Hasil Pengujian.
2. Menghitung waktu proses dengan menggunakan peta aliran proses dari proses yang dibutuhkan untuk penyelesaian Sertifikat Laporan Hasil Pengujian per bagian.
3. Mengetahui elemen-elemen sistem yang mempengaruhi resiko kerja dengan melakukan pengukuran makro ergonomi dengan metode MOQS.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil yang dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi akademisi/peneliti
• Sebagai alat bantu dalam menyelesaikan masalah yang serupa.
• Ide dalam pengembangan bisnis laboratorium.
2. Bagi publik
• Wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kualitas dan makro ergonomi perusahaan sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.
• Mengetahui aliran proses jasa laboratorium dalam penyelesaian sertifikat laporan hasil pengujian.
3. Bagi PT. UP
• Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang permasalahan atau isu yang terjadi pada aktivitas bisnis laboratorium lingkungan PT.
UP saat ini, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang waktu baku, peta proses operasi, Six Sigma, MOQS serta posisi penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang kerangka pemikiran penelitian, tahapan penelitian, keterkaitan antara MOQS dan Six Sigma, pengumpulan dan pengolahan data.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan sejarah PT. UP, struktur organisasi, bisnis proses, kondisi pengukuran kinerja saat ini, kelemahan tidak adanya pengukuran kinerja, kebutuhan pengukuran kinerja, pengolahan kuisoner MOQS, pengolahan data Six Sigma, peta aliran proses, penentuan jenis parameter yang akan diukur, penentuan jenis kecacatan dan jumlah cacat, mengukur nilai sigma sebelum dan setelah perbaikan melalui metode Six Sigma
dan MOQS. Hasil yang didapatkan digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja sistem pengujian laboratorium.
BAB V PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis hasil metode Six Sigma dan MOQS
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan mengenai hasil peningkatan kinerja Six Sigma dan MOQS serta saran.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber referensi yang digunakan oleh peneliti, baik dari jurnal, buku maupun internet.
LAMPIRAN
Berisi tentang kuesioner MOQS, perhitungan waktu standar proses pengujian, prosedur pelaksanaan persediaan bahan habis pakai, PerMenLH No. 6/2009, Standar trueness logam dan total suspended solid, instruksi kerja jaminan dan pengendalian mutu, instruksi kerja perawatan dan pengoperasian alat milli-Q Direct.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Makro Ergonomi (Macroergonomic Methods)
Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80’an. Cabang ergonomi ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi (Hendrick, 2001).
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang dibahas dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orang- orang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi.
Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi : a. Generasi pertama
Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan karakteristik perpectual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja dan lingkungan kerja.
b. Generasi kedua
Generasi ini ditandai dengan ketika beralihnya perhatian para ahli dengan berkembangnya sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan penelitian pada bagaimana manusia menerima, mengapresiasikan, mengolah, dan menyimpulkan data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi kedua meningkatkan penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan sistem antar teknologi dan pengguna.
c. Generasi ketiga
Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian pada aspek penerapan pengetahuan tentang individu dan organisasi pada perancangan, implementasi dan pengguna teknologi baru. Ataun dengan kata lain, generasi ketiga fokus pada makro ergonomi, atau keseluruhan organisasi sistem kerja dan berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari teknologi dihubungkan dangan organisasi.
Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah.
Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataannya keduanya saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi
Karakteristik Ergonomi Makro Ergonomi
Tingkat bahasan Mikro Makro
Unit kerja Tugas, sub-tugas Divisi kerja
Tujuan Mengoptimalkan pekerja Mengoptimalkan sistem kerja
Fokus Perincian Peninjauan secara luas
Alat pengukuran Umumnya mengukur secara fisik seperti: luas, tenaga, luminasi decibel, waktu
Umumnya organisasional dan mengukur subjektivitas seperti jumlah orang, rentang kendali, perilaku dan moral
Sejarah penelitian 27 – 47 tahun 10 – 12 tahun Sejarah aplikasi 17 – 27 tahun 8 – 9 tahun Aplikasi keahlian Anatomi, psikologi,
psikologi, pesepsi, teknik industri
Organisasi, psikologi organisasi
2.2 Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) 2.2.1 Dasar dan Aplikasi
Sebagaimana survei kuisioner dalam penelitian, Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai aspek atau variable dari suatu sistem kerja (Carayon and Smith, 2000). Informasi dapat berupa tugas, kondisi organisasi, masalah lingkungan, peralatan kerja, teknologi dan karakteristik individual. Sebagai tambahan, MOQS juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai variable keluaran seperti kepuasan kualitas kerja (misalnya kepuasan kerja/job satisfaction), stress fisik dan psikologis, kesehatan mental dan fisik, kinerja dan sikap (misalnya niat untuk meninggalkan pekerjaan).
MOQS dapat sangat bermanfaat dalam beberapa tahap seperti pada tahap diagnosa, penilaian organisasi, evaluasi pengaruh suatu perubahan pada suatu karakteristik kunci, serta memonitor opini pekerja terhadap implementasi sesuatu yang baru. Keuntungan metode MOQS adalah menyediakan data terstruktur yang dapat dengan mudah memberikan nilai, dapat dianalisis, dan dibandingkan (Handbook of human factors and ergonomics methods, 2005).
2.2.2 Prosedur MOQS
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam MOQS yaitu pada tahap pengembangan kuisioner. Metode yang diterapkan dalam mengembangkan, implementasi dan penyebaran kuisioner menjadi sangat penting dalam menentukan kualitas dan kegunaan data yang dikumpulkan.
Carayon dan Hoonakker (2001) menekankan bahwa terdapat lima langkah penting dalam mengembangkan suatu survei kuisioner yaitu:
1. Konseptualisasi
Menentukan konsep apa yang akan diukur dengan MOQS, antara lain :
• Elemen sistem kerja mana yang akan dievaluasi: tugas (task), kondisi organisasi, lingkungan fisik, peralatan dan teknologi serta karakteristik individual.
• Elemen keluaran mana yang akan dievaluasi ; kualitas bekerja, stress fisik dan psikologis, kesehatan fisik dan mental, kinerja serta sikap.
Serta menentukan tujuan utama penelitian dan mencocokannya dengan konsep yang akan diukur dengan kuisioner penelitian.
2. Operasionalisasi.
Menentukan dimensi dari setiap konsep yang akan diukur, memeriksa apakah terdapat elemen yang tumpang tindih dan melakukan pemeriksaan ulang setiap dimensi.
3. Sumber Kuisioner.
Menelaah jenis survei kuisioner yang telah ada yang memungkinkan untuk digunakan dan sebagai landasan untuk penelitian. Adapun jenis survei kuisioner dalam ergonomic makro yang telah dikembangkan antara lain:
- Office worker survey (University of Wisconsin –Madison) - NIOSH (Job Stress Questionnaire)
- Karasek’s Job Strain Questionnaire 4. Pembuatan Kuisioner.
Menentukan bentuk kuisioner yang akan digunakan, menentukan skala pengukuran serta item pertanyaan, petunjuk pengisian, layout dan sebagainya.
5. Pengujian Awal Kuisioner.
Dalam hal ini menentukan siapa yang akan berpartisipasi dalam tahap pengujian awal kuisioner yang bertujuan untuk memeriksa kejelasan setiap pertanyaan, menguji format kuisioner serta menilai durasi waktu pengisian kuisioner.
MOQS dalam pelaksanaannya akan melewati beberapa tahap yaitu (Handbook of human factors and ergonomics methods, 2005):
1. Tahap Pengumpulan Informasi
Tahap ini meliputi pengumpulan informasi sebanyak-banyaknya tentang sistem kerja yang diamati, siapa yang menjadi partisipan dalam survey serta komitmen perusahaan / pihak manajemen dalam memperbaiki sistem kerjanya.
2. Tahap Penetapan Tujuan
Tahap ini meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai dalam survey tersebut serta manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Tujuan penelitian ini selanjutnya dikomunikasikan kepada pihak manajemen dalam memperbaiki sistem kerjanya.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini meliputi penentuan kapan survey akan dilaksanakan, prosedur pelaksanaan, serta metode untuk pengumpulan data survey.
4. Tahap Analisis dan Interpretasi
Tahap ini meliputi penggunaan metode dan software statistik untuk menyajikan, mengolah, menganalisa, dan meginterpretasikan data hasil survey kuisioner. Serta mengaitkan hasil olahan statistik tersebut dengan tujuan penelitian.
5. Tahap Penyampaian Hasil
Tahap ini berkaitan dengan penyusunan format hasil penelitian untuk menggambarkan keadaan sistem kerja yang diteliti.
- Kepada siapa hasil data dipresentasikan.
- Siapa yang akan membaca hasil penelitian.
- Bagaimana penyusunan laporan.
- Bagaimana kerahasiaan koresponden dapat terjamin.
6. Tahap Follow – Up Action
Merupakan tahap akhir dari hasil penelitian yaitu untuk merencanakan kegiatan atau aksi berikutnya yang harus dilakukan sesuai dengan hasil survey kuisioner yang diperoleh, seperti memberikan usulan perbaikan atau implementasi suatu metode, teknologi dan komponen baru lainnya pada sistem kerja yang diamati.
2.3 Metode Penelitian Survey
Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), deskriptif, penjelasan (explanatory), evaluasi, prediksi, dan penelitian operasional.
Penelitian survey dapat dilakukan langsung kepada populasi (penelitian populasi)
jika populasi terhingga dan objeknya tidak terlalu besar dan juga dapat dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi yang besar. Adapun instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian survey antara lain dengan wawancara (interview) dan kuisioner (angket).
2.3.1 Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada informan atau pihak lain yang kompeten dalam suatu permasalahan. Pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan pada informasi untuk topik yang akan digarap. Dalam menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, penanya tidak semata-mata bergantung pada pertanyaan tersebut, tetapi bila ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih lanjut, maka penanya boleh saja mengajukan pertanyaan diluar daftar yang telah disiapkan. Dalam wawancara, hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif dan memiliki nilai yang tinggi. Semua kesalahpahaman dapat dihindari, pertanyaan yang disiapkan dapat dijelaskan oleh informan dengan penjelasan tambahan dan tiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut. Di pihak lain, wawancara memiliki kelemahan, yaitu data yang dikumpulkan akan terbatas dan bila harus dilakukan dalam suatu wilayah yang luas akan memakan biaya dan waktu yang besar.
2.3.2 Kuisioner (Angket)
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya dalam hal-hal lain yang diketahuinya (Nazir, 2005).
Bentuk angket secara umum dapat dibagi atas beberapa bentuk yaitu:
a. Angket dengan pertanyaan bebas (Angket tidak berstruktur)
Jawaban yang dapat diberikan berupa jawaban bebas, maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain-lain mengenai segala sesuatu yang dipertanyakan setipa item angket.
b. Angket dengan pertanyaan terikat (Angket berstruktur)
Angket bentuk ini memberikan pertanyaan yang telah disediakan sejumlah alternatif jawabannya. Sehingga jawaban yang didapatkan tidaj akan berkisaran jauh dari alternatif yang telah diberikan.
c. Angket dengan jawaban singkat (Short answer item)
Angket ini berupa kombinasi / gabungan antara angket tidak berstruktur dengan angket berstruktur. Kebebasan dalam menjawab merupakan faktor yang menyebabkan hampir sama dengan angket tidak berstruktur. Sebaliknya permintaan jawaban yang mengkhusus dan tertentu (terarah) dengan peluang menjawab secara singkat, merupakan faktor yang menyebabkan hampir sama dengan angket berstruktur.
2.3.3 Analisa Jalur
Menurut Ridwan dan Kuncoro (2006) dalam Elfrida (2009) analisa jalur pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright, seorang ahli genetika pad tahun 1920. Analisa ini digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari varibel bebas terhadap variabel terikat.
Langkah-langkah analisa jalur adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis dan model awal analisa jalur
Model sederhana yang digunakan adalah model skematis dan matematis, dimana model skematis dibuat dalam suatu diagram jalur yang digunakan untuk menggambarkan kerangka hubungan kausal antar variabel, sedangkan model matematis merupakan model persamaan regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Perhitungan skor tiap variabel
Langkah pertama pada tahap ini adalah tranformasi data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan MSI (Methods of Succesive Interval) dengan aplikasi Microsoft Excel (2010) dan dilanjutkan dengan rekapitulasi skor.
Berikut langkah MSI dengan Microsoft Excel:
Untuk mengubah data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel diperlukan aplikasi tambahan atau file, yaitu Succ97.xla atau Stat97.xla. File tersebut bisa didapatkan dari internet dengan mengunduhnya ke dalam folder file. Jika file sudah tersedia di dalam hardisk komputer atau laptop, maka langkah-langkah untuk konversi data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buka excel
2. Klik file Succ97.xla
3. Klik enable macro
Muncul Menu baru yaitu Add In
4. Masukkan data yang akan diubah. Dapat diketikkan atau kopi (dengan menggunakan perintah Copy - Paste) dari word atau SPSS di kolom A baris 1
5. Pilih Add In >Statistics>Successive Interval, maka akan muncul pop up berikut
6. Masukkan Data Input, dimana pada saat kursor di Data Range Blok data yang ada sampai selesai
7. Beri tanda “V” pada Display Summary, untuk menampilkan Summary
8. Kemudian pindah ke Cell Output, untuk menampilkan hasil perhitungan, misalkan di kolom D4
9. Klik OK, akan muncul data hasil perhitungan sebagai berikut
10. Lakukan Editing sesuai dengan kebutuhan
c. Perhitungan analisa korelasi dan regresi
Selanjutnya dilakukan analisa korelasi dan regresi dengan aplikasi software SPSS.
d. Perhitungan koefisien jalur
Berdasarkan hasil perhitungan regresi dan korelasi diatas, maka dapat ditentukan bahwa:
Rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j diperoleh dari tabel korelasi ρij = koefisien jalur antara variabel i dan j diperoleh dari tabel regresi
Kemudian dapat digambarkan diagram jalur akhir lengkap dengan koefisien korelasi dan koefisien jalur.
2.4 Six Sigma
2.4.1 Pengertian Six Sigma
Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas secara dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang menajemen kualitas (Gaspersz, 2003).
Suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO-defects per million opportunities) untuk setiap transaksi produk barang dan atau jasa (Gaspersz, 2003).
Sebuah program yang dirancang guna mengurangi cacat untuk membantu mngurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kepuasan pelanggan (Heizer dan Render, 2009)
Sebuah sistem yang menyeluruh-suatu strategi, disiplin, dan sekumpulan perangkat-untuk memperoleh dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis.
Suatu strategi karena berfokus pada kepuasan pelanggan total. Sebuah disiplin karena mengikuti Six Sigma Improvement Model Formal yang dikenal sebagai DMAIC (define, measure, analyze, Improve, control). Sekumpulan perangkat terdiri dari tujuh perangkat (lembar periksa, diagram sebar, sebab-akibat, diagram pareto, diagram alir, histogram, dan statistical process control/SPC).
2.4.2 Konsep Six Sigma
Menurut Gaspersz (2003) terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep six sigma, yaitu :
1. Identifikasi pelanggan 2. Identifikasi produk
3. Indentifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan 4. Definisi proses
5. Hindarkan kesalahan dalam proses dan hilangkan semua pemborosan yang ada
6. Meningkatkan proses secara terus menerus menuju target Six Sigma
Apabila konsep ini akan diterapkan dalam bidang manufacturing,maka ada 6 aspek yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuai dengan kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas sebagai CTQ (critical to quality) individual.
3. Menentukan apakah setiap CTQ dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dll.
4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan (menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ.
5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan standar deviasi untuk setiap CTQ).
6. Mengubah desain produk dan atau standar proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target six sigma.
Menurut Gaspersz dan Fontana (2011) CTQ adalah persyaratan kinerja pelanggan produk atau jasa sedangkan defect (kecacatan) adalah setiap peristiwa yang tidak memenuhi spesifikasi CTQ. Defect opportunity adalah setiap peristiwa yang dapat diukur yang menyediakan kesempatan atau tidak memenuhi persyaratan pelanggan.
Pendekatan pengendalian proses 6 sigma mengijinkan adanya pergeseran nilai target rata-rata (mean) setiap CTQ individual dari proses industri sebesar ± 1,5 sigma sehingga menghasilkan 3,4 DPMO (defects per million opportunities – kegagalan per sejuta kesempatan). Proses 6 sigma dengan distribusi normal bergeser 1,5 sigma ditunjukkan dalam gambar berikut:
(Sumber: Vincent Gaspersz, 2003)
Gambar 2.1 . Proses pergeseran six sigma
Keterangan
1. Sigma merupakan ukuran pencapaian target menuju tingkat kegagalan nol, semakin tinggi pencapaian tingkat sigma akan semakin baik, karena tingkat DPMO akan menurun
2. USL = batas spesifikasi atas (upper specification limit), LSL = batas spesifikasi bawah (lower specification limit) yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan pelanggan
3. Formula untuk menghitung kapabilitas proses : Cp = {(USL-LSL)/(6 x standar deviasi)}
4. Formulasi untuk menentukan nilai maksimum toleransi penyimpangan proses dari target adalah : maks standar deviasi= maks S= {1/(2xtarget pencapaian sigma)} x (USL-LSL). Misalkan, target pencapaian adalah 6 sigma, maka toleransi penyimpangan proses dari nilai target adalah : maks standar deviasi = maks S = {1/(2 x 6)} x (USL-LSL) = 0,0833 x (USL – LSL). Range antara USL dan LSL merupakan batas toleransi yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan atau persyaratan dari pelanggan.
2.4.3 Alat dalam six sigma 2.4.3.1 Diagram Sebab akibat
Diagram sebab akibat disebut juga sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa yang telah ditemukan oleh Prof. Kaoru Ishikawa.
Diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, kesenjangan (Gaspersz, 2003). Setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan (Heizer dan Render, 2009).
Diagram ini dapat digunakan dalam situasi:
1. Terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi.
2. Diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah 3. Terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat.
Langkah-langkah diagram sebab akibat:
1. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).
2. Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
3. Gambarkan diagram, dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material, metode, manusia, mesin, pengukuran, dan lingkungan ditempatkan pada cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan).
4. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama sesuai dengan menempatkan pada cabang yang sesuai.
5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa?” untuk menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk menempatkan akar penyebab, kita dapat menggunakan teknik bertanya how, when, why, who, (five whys).
6. Interpretasi diagram sebab akibat dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus tersebut.
7. Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi. Gambar diagram sebab akibat terdapat pada Gambar 2.2
(Sumber: Thomas Pyszdek, 2002)
Gambar 2.2. Diagram Sebab-Akibat 2.4.3.2 Lembar Periksa
Sebuah lembar periksa (check sheet) adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencatat data (contoh jam, cacat). Pencatatan dilakukan sehingga saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah. Lembar periksa membantu analis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis selanjutnya.
Contohnya adalah gambar yang menunjukkan suatu perhitungan jumlah daerah dimana cacat terjadi, atau sebuah lembar periksa yang menunjukkan jenis keluhan pelanggan (Heizer dan Render, 2009). Contoh lembar periksa terdapat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Contoh Lembar Periksa Jam
Cacat 1 2 3 4 5 6 7 8
A III I I I I III I
B II I I I II III
C I II II IIII
2.5.4.3 Diagram Pareto
Diagram pareto (Pareto Chart) adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya
penyelesaian masalahnya. Diagram ini ditemukan oleh Vilfredo Pareto dan Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan 80%
permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20% (Heizer dan Render, 2009). Analisis Pareto mengindikasikan masalah yang dapat menghasilkan imbalan tertinggi.Gambar diagram Pareto terdapat pada Gambar 2.3
(Sumber: Thomas Pyszdek, 2002)
Gambar 2.3. Contoh Diagram Pareto 2.4.3.4 Diagram Alir
Diagram alir (flow chart) menyajikan sebuah proses atau sistem dengan kotak menggunakan keterangan dan garis-garis yang saling berhubungan.
Diagram alir juga menggambarkan langkah-langkah dalam sebuah proses.
Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan perangkat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses (Heizer dan Render, 2009). Interpretasi diagram alir proses dengan menghitung waktu total tunggu, total waktu kerja, identifikasi kesempatan menciptakan biaya rendah atau tampa biaya dalam prose tersebut kemudian identifikasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah (non value adding activities) serta aktivitas-aktivitas yang tidak saling berkait (Gaspersz, 2003).
2.4.3.5 Histogram
Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang muncul. Histogram juga menunjukkan peristiwa yang paling sering terjadi dan juga variasi dalam pengukurannya. Statistika deskriptif seperti rata-rata dan standar deviasi dapat dihitung untuk menjelaskan distribusinya.
Sebuah gambaran visual dari distribusi juga dapat memberikan informasi mengenai penyebab variasinya (Heizer dan Render, 2009).
(Sumber: Thomas Pyszdek, 2002)
Gambar 2.4. Contoh Histogram
2.5. Pengukuran Waktu Baku
Untuk dapat memperoleh waktu penyelesaian, suatu kegiatan harus dilakukan pengukuran waktu. Secara garis besar pengukuran waktu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan tidak langsung.
a. Pengukuran waktu secara langsung.
Pengukuran waktu secara langsung terdiri dari dua, yaitu pengukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan jam henti (stop watch time study) ditempat pekerjaan tersebut berlangsung dan work sampling (Wignjosoebroto, 2003).
b. Pengukuran waktu secara tidak langsung.
Metoda ini baik sekali diaplikasikan untuk pengukuran pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama (Sritomo,2008).
Ciri–ciri pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch) (Sutalaksana dkk, 2006) adalah:
a. Elemen kegiatan suatu kegitan dapat diketahui kegiatannya dengan pasti.
b. Kegiatan kerja dilakukan berulang – ulang.
c. Waktu penyelesaiannya dalam waktu satu siklus relative cepat.
d. Sangat relevan digunakan untuk mengukur tenaga kerja langsung.
2.5.1 Langkah Penentuan Waktu standar
Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran (Sritomo,2008) adalah:
a. Penetapan tujuan pengukuran
Tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan lebih dahulu. Dalam proses pengukuran waktu, hal yang penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat tingkat ketelitian dan keyakinan dari hasil pengukuran tersebut.
b. Langkah pendahuluan sebelum melakukan pengukuran
• Mendefinisikan kegiatan kerja yang akan diukur
• Memilih operator, dimana operator yang dipilih bukan pekerja cepat atau pekerja lambat, melainkan termasuk pekerja normal, yaitu yang kemampuannya rata-rata.
• Pelatihan operator, ditujukan agar operator dapat mengenal sistem kerja yang telah dibakukan untuk mencapai kemampuan maksimum.
• Menguraikan pekerjaan menjadi elemen-elemen kerja yang lebih kecil dengan mempertimbangkan keterbatasan dan syarat-syarat pemilihan elemen. Elemen-elemen ini yang akan diukur waktunya. Waktu yang diperoleh dinamakan waktu siklus.
• Menyiapkan alat-alat pengukuran meliputi jam henti, kalkulator dan alat- alat tulis.
c. Pelaksanaan pengamatan dan pengukuran
• Mengukur dan mencatat waktu pengamatan setiap elemen kegiatan dengan jumlah pengulangan tertentu. Dalam tahap ini jumlah pengukuran adalah sembarang, sebagai pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Jika pengamatan dalam kontinu, maka data yang diperoleh harus diubah dahulu menjadi data terputus-putus.
• Melakukan uji kenormalan, keseragaman, kecukupan data.
d. Perhitungan waktu standar
Perhitungan waktu standar dilakukan dengan cara:
• Hitung waktu siklus (WS) dengan rumus WS = ∑ Xi / N
• Menentukan faktor penyesuaian (P)
• Menghitung waktu normal (WN) dengan rumus WN = WS x P
• Menentukan faktor kelonggaran (allowance) A
• Menghitung waktu standar (wst) dengan rumus Wst = WN + (WN x A)
2.5.2 Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran
Menurut Sutalaksana dkk (2006) ketidakwajaran harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya operator yang dianggap normal itu. Konsep bekerja wajar adalah jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hati kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan
dalam menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mendapatkan waktu standar diperlukan faktor penyesuaian dan kelonggaran.
2.5.2.1 Faktor Penyesuaian
Selama pengukuran waktu kerja dilakukan baik pengukuran secara langsung maupun tidak langsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukan oleh tenaga kerja yang sedang menjadi obyek penelitian.
Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau karena menemukan kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang disesuaikan dengan wajar.
Andaikan ketidakwajaran ada, maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai sejauh mana hal itu terjadi. Penilaian perlu dilakukan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga yang disebut faktor penyesuaian (P). Besarnya P ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga P-nya akan lebih besar dari satu (P > 1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga P lebih kecil satu (P < 1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga P-nya sama dengan satu (P = 1).
Dalam menentukan faktor penyesuaian dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : dengan menggunakan cara persentase, scumard, objektif, sintesa dan westing house (Sutalaksana dkk, 2006). Dalam penulisan ini akan dibahas lebih lanjut penggunaan cara westing house. Cara ini mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu:
1. Keterampilan, yaitu kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan dan dibagi menjadi enam kelas yaitu super skill, exellent skill, good skill, average skill, fair skill, dan poor skill.
2. Usaha, yaitu kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya dan dibagi menjadi enam kelas yaitu excessive effort, exellent effort, good effort, average effort, fair effort dan poor effort.
3. Kondisi kerja, yaitu kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan dan dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal, exellent, good, average, fair, dan poor.
4. Konsistensi, yaitu waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya dan dibagi menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair dan poor.
Adapun langkah-langkah penentuan faktor penyesuian cara westing house adalah sebagai berikut :
1. Tentukan atau nilai dari kondisi kerja, keterampilan operator, konsistensi bekerja, dan usaha dalam bekerja ke dalam kelas-kelas diatas.
2. Cocokkan kelas-kelas yang telah ditentukan dengan Tabel 2.12 untuk mendapatkan faktor penyesuaian dari kelas-kelas yang telah ditentukan.
3. Jumlahkan nilai-nilai yang didapat dari tabel.
4. Hitung faktor penyesuaian P = 1 – (total nilai).
Tabel 2.3 Nilai-Nilai Penyesuaian Menurut Westinghouse
2.5.2.2 Faktor Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatique), dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan (Sutalaksana dkk, 2006). Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman, sekedar untuk menghilangkan ketegangan dan kejenuhan. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
A1 +0,15
A2 +0,13
B1 +0,11
B2 +0,08
C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
E1 -0,05
E2 -0,10
F1 -0,16
F2 -0,22
A1 +0,13
A2 +0,12
B1 +0,10
B2 +0,08
C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
E1 -0,04
E2 -0,08
F1 -0,12
F2 -0,17
Ideal A +0,06
Excellent B +0,04
Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Perfect A +0,04
Excellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Poor Excessive Poor
Excellent Good
Fair Superskill Excellent Good
Fair Keterampilan
Usaha
Kondisi Kerja
Konsistensi
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah
Rasa lelah tercermin antara lain turunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat mana hasil produksi menurun.
3. Kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan dan tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Untuk hambatan yang tidak dapat dihindarkan walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk keadaan yang tidak dapat dihindarkan adalah:
• Menerima atau meminta petunjuk pengawas.
• Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
• Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.
• Kesalahan pemakaian alat atu bahan, dan lain-lain.
Adapun langkah-langkah penentuan faktor kelonggaran adalah sebagai berikut : 1. Tentukan parameter-parameter kerja sesuai yang tertera pada Tabel 2.13.
2. Cocokkan parameter-parameter kerja yang telah ditentukan dengan Tabel 2.14 untuk mendapatkan faktor kelonggaran dari parameter-parameter kerja yang telah ditentukan.
3. Jumlahkan nilai-nilai yang didapat dari tabel 2.13.
4. Tambahkan dengan kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan (biasanya 5%).
2.5.3 Uji Kenormalan, Keseragaman, dan Kecukupan Data 2.5.3.1 Uji Kenormalan Data
Pengujian kenormalan data terbagi dua cara yaitu dengan cara parametrik dan nonparametrik. Pada penulisan ini, pengujian yang akan dilakukan adalah cara nonparametrik dengan menggunakan aplikasi program SPSS 11.5 tentang pengujian statistik non parameter dengan uji Kolmogorov-Smirov (Wahana Komputer, 2004). Adapun prosedur pada uji ini adalah sebagai berikut:
1. Jalankan program aplikasi SPSS 11.5 2. Masukkan data dalam tabel data SPSS.
3. Klik menu Analyze, dan pilih Nonparametric Test 4. Pilih menu 1-Sample K-S
5. Pilih variable yang akan diuji, lalu klik ‘>’ maka variable tersebut pindah ke Test Variable List
6. Untuk Test Type atau tipe uji, karena dalam kasus akan diuji distribusi normal, maka pilih klik pilihan menu Normal, sedang uji pilihan lain diabaikan.
7. Tekan OK untuk mengakhiri pengisian prosedur analisis. Terlihat SPSS melakukan pekerjaan analisis dan terlihat output SPSS, sebagai contoh berikut :
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Minimu m
Maximu m VARIA
BEL 10 11.2300 .73944 10.00 12.30
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VARIA BEL
N 10
Normal Parameters(a,b)
Mean 11.2300
Std. Deviation .73944 Most Extreme
Differences
Absolute .142
Positive .138
Negative -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .451
Asymp. Sig. (2-tailed) .987
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
8. Lakukan analisis terhadap hasil. Analisa dilakukan terhadap tampilan hasil Asymp. Sig. (2-tailed). Jika nilainya > 0,05, maka Ho diterima dan jika nilainya < 0,05, maka Ho ditolak. Pada contoh diatas nilainya adalah 0,987 (
> 0,05), maka Ho diterima atau distribusi populasi variable adalah normal.