Penanggungjawab: Elga Sarapung, Pemimpin Redaksi: Noegroho Agoeng, Redaksi: Wiwin Siti Aminah, Haryandi, Listia, Alfred B. Jogo Ena, Konsultan: IGB Harimurty Desain/Layout:
Haryandi & Sarnuji Keuangan: Eko Putro Sekretaris: Wiwin Siti Aminah, Octavia Christiani
Distributor: Susanto, Sarnuji. Newsletter ini diterbitkan oleh: Institut DIAN/Interfidei Jl. Banteng Utama 59, Perum. Banteng Baru Jogjakarta, 55581 - Indonesia, Ph./ Fax. : 0274-880149, E-mail: dianinterfidei@yahoo.com
(I)
kepadaku dengan berpakain
Dalam buku
“Sebutkan-
seperti aku. Sungguh tidak
lah nama-nama Kami”
, C.S. masuk akal.” Si istri, ibu mertua
Song mengangkat sebuah cerita dan hakim wilayah tidak sadar
rakyat Tiongkok berjudul dan marah ketika melihat
“Cermin”. Syahdan, di negeri cerminan wajah mereka
masing-Cina hiduplah seorang Bapak masing. Apakah cermin harus
yang cukup bodoh, yang dipecahkan bila memperhatikan
berinisial Wang III. Istrinya wajah kita yang belum ceria alias
menyuruhnya membeli sebuah kusam?
sisir berbentuk sabit. Supaya
(ii)
Wang tidak lupa, si istri
P e r j a l a n a n b a n g s a
menunjuk bulan di langit yang
Indonesia dalam 10 tahun
pada saat itu berbentuk sabit.
terakhir meninggalkan jejak
Beberapa hari kemudian, bulan
duka yang mendalam dan
sudah purnama. Tatkala Wang
memilukan. Betapa tidak!
ingat akan pesanan istrinya, ia
Hampir dalam segala bidang
menatap bulan yang sedang
kehidupan kita berduka, sedih,
purnama. Ternyata bukan sisir
b i n g u n g , s u a s a n a s e l a l u
yang dibelinya, melainkan
menegangkan. Kita seakan nanar
sebuah cermin yang berbentuk
memandang aneka kekerasan,
bulat. Maklum ia harus membeli
korupsi, kolusi, nepotisme yang
sesuatu seperti bulan.
menyusup dalam sumsum
Wang membawa cermin itu
kehidupan berbangsa. Wajah kita
ke rumahnya dan memberikan
pucat pasi, kusam masai! Tapi
kepada istrinya. Ketika melihat
kita tidak boleh naif dalam
cermin itu, murkalah istrinya
menyingkapkan lembaran hitam
lantas menghentakkan kaki lalu
b a n g s a k i t a m e l a l u i
pulang ke rumah orangtuanya
penelanjangan yang memalukan.
dan berkata kepada ibunya:
Dalam kondisi yang memilukan
“Suamiku telah mengambil
dan memalukan ini, dibutuhkan
seorang selir.” Sang ibu mertua
keberanian, kerja keras dan
y a n g m e l i h a t c e r m i n i t u
kearifan untuk melakukan
langsung mengeluh, “mengapa
proses pencerminan sehingga
i a m e n g a m b i l s e o r a n g
mampu memilih dan menempuh
perempuan tua yang demikian
langkah-langkah pemulihan
jelek dan mengerikan ini?
yang sehat dan melegakan.
Seharusnya ia memilih seorang
wanita muda!” Perkara ini
(iii)
dibawa ke hadapan hakim
Pluralitas agama adalah
wilayah. Ketika melihat cermin
masyarakat pun membentengi diri dengan agama Kelompok Antar-iman se-Indonesia, di Malino,
tertentu. Agama-agama hakikatnya menawarkan Sulawesi Selatan, 23-27 Januari 2002, yang
diri sebagai “jembatan” antara manusia dan Allah digagas dan diprakarsai oleh Institut Dian/
dan manusia dengan sesama manusia lainnya. Interfidei.
Dengan menjadi jembatan, agama-agama
Tema Forum Refleksi Bersama adalah
membiarkan manusia untuk melewatinya dengan “Agama dan Kekerasan”. Tema ini dipilih karena
damai, aman, melegakan dan membahagiakan. dianggap relevan dengan situasi dan konteks
Akan tetapi dalam konteks Indonesia
beberapa
bangsa Indonesia saat ini, dan masyarakat dunia
tahun terakhir, agama tampil dengan wajah yang umumnya. Isu di sekitar “agama dan kekerasan”
kontradiktoris. Agama tidak saja menjadi sangat signifikan, di tengah pergulatan
“jembatan” tetapi malah menjadi “kuda kemajemukan masyarakat Indonesia dengan
tunggangan” atau “dagang sapi” dalam kancah segala perkembangan dan perubahan yang sedang
politik bangsa. Agama selalu dikaitkan dan berlangsung.
seolah-olah identik dengan politik Indonesia yang
Dalam Newsletter edisi khusus kali ini, kami
juga selalu diwarnai/disertai kekerasan. Ini bukan menyajikan tulisan-tulisan, refleksi pengalaman
barang baru bahwa agama selalu dipakai dalam lembaga-lembaga antar-iman yang ada di berbagai
pertarungan dunia perpolitikan Indonesia. Agama daerah atau pribadi-pribadi yang
concern pada
dijadikan simbol, kekuatan legitimatif partai atau isu-isu di sekitar tema “Agama dan Kekerasan”
kekuasaan, sebagai “topeng” untuk melakukan yang terjadi di tanah air. Kita akan menemukan
tindak kekerasan demi memenangkan perjuangan berbagai dinamika dan kajian seputar tema di atas.
politik kekuasaan yang sifatnya sementara, bukan Ada yang berupa Opini, refleksi yang mengkritisi
untuk kepentingan rakyat banyak yang sifatnya eksistensi negara dan agama, ada ungkapan
jangka panjang. Mengapa agama begitu mudah pengalaman atas “kekerasan” yang dialami atas
diperalat oleh politik dan kekuasaan sebagai nama agama, wacana-wacana maupun realitas
kekuatan yang melegitimasi tindakan-tindakan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat.
politik kotor? Di mana kekuatan agama yang bisa
Tulisan-tulisan yang ada memperlihatkan
memberi corak positif bagi perkembangan politik kepada kita bahwa betapa agama dan kekerasan
di Indonesia? Di mana fungsi agama sebagai “bagaikan” sekeping uang logam yang punya dua
“jembatan” yang menyeberangkan manusia sisi yang berlainan. Apakah agama identik dengan
menuju Allah dan sesama
cum amore, dengan kekerasan? Apakah kekerasan merupakan
penuh kasih sayang, damai, aman dan realisasi ajaran agama sehingga kekerasan harus
membahagiakan? Yang terjadi adalah “jembatan” melahirkan kekerasan lainnya (M.K. Gandhi)?
sine amore, tanpa kasih sayang, tanpa keamanan
Semoga tulisan-tulisan yang tersajikan di
dan kedamaian, menakutkan dan penuh sini semakin membuka cakrawala, khususnya
kekerasan?
dalam memahami hidup keagamaan kita. Apakah
(iv)
kita mampu bercermin dari pengalaman hidup
sehari-hari, bagaimana hidup keberagamaan kita?
Menanggapi situasi tersebut di atas,
Apakah kita juga memanfaatkan agama untuk
lembaga-lembaga antar-iman kembali bertemu
melakukan kekerasan terhadap sesama?
dalam Forum Refleksi Bersama pada tanggal
18-23 Februari 2003 di Ashram Gedong Gandhi,
Candi Dasa, Karangasem, Bali. Kegiatan ini
Pengantar bertalian dengan kepercayaan itu.: - Islam; Kristen; Buddha Hindu, dst” .
Refleksi ini d ituangkan d alam
Sedangkan dalam bahasa Inggris, bentuknya yang masih 'partial', belum
menurut “ O xford A dvanced Learner' s
secara menyeluruh. Dengan perkataan
Dictionary of Current English”, agama lain baru mengatakan sejumlah pokok
adalah: pikiran, masih banyak 'missing link'.
(1) “ Belief in the existence of a supernatural
Harapan saya lew at pertemuan dan
ruling power, the creator and controiler of
diskusi kita beberapa hari mendatang di
the universe, who has given to man a spiritual
Gedong Gandhi Ashram di pulau Dewata ini,
nature which continues to exist after the death of the
dapat menemukan butir-butir kaitan yang belum
body”
ketemu tersebut.
(2) One of the various systems of faith and worship
Pada bagian pertama dari refleksi ini,
based on such belief, the great religions of the world
dituangkan beberapa pokok pikiran yang muncul
(e.g. Christianity, Islam, Buddhism, etc.)
ketika saya mencoba memahami dan memaknai
(3) Live as live under the rules of monastic order
k e d u a k a t a t e r s e b u t d a n m e n c o b a
(4) M atter of conscience: something that one considers
menghubungkan keduanya untuk kemudian
oneself bound to do...
mencari tahu di mana ketemu dan tidak
ketemunya. Pada bagian kedua, dengan berbekal Sementara menurut “ Chamber twentieth pikiran pada bagian pertama saya coba melihat Century Dictionary”, agama adalah:
beberapa fenomena bangsa kita saat ini. Pada (1) Belief in, recognition of or an awakened sense of, a bagian ketiga tentang apa yang seyogyanya kita higher unseen controlling power or powers, with
lakukan. the emotion and morality connected therewith:
D em ikian p eng antar say a, d isertai rites or worship
ungkapan syukur kepada Yang Maha Empunya (2) Any system of belief or worship; karena saya mempunyai peluang untuk sejenak (3) Devoted fidelity;
memiliki keleluasaan berpikir tentang tema (4) M onastic life;
tersebut. Terima kasih banyak kepada rekan- (5) A monastic order:
rekan di Interfidei yang memberi stimulans bagi
Mencermati uraian beberapa d efinisi saya untuk mengalokasikan waktu bagi hal
tersebut, bisa disimpulkan beberapa hal pokok, tersebut. Semoga ada manfaat bagi kita bersama.
antara lain:
(1) A g ama ad alah: kep ercay aan kep ad a,
Pengertian Agama
pengakuan akan adanya, kesadaran akan adanya Pertama-tama, kita coba telusuri makna Tuhan (apapun sebutanNya) yang 'menciptakan', atau pengertian agama secara harafiah dari 'memiliki' dan 'mengatur' serta mengendalikan definisi bahasanya, dalam hal ini dipilih dua alam semesta beserta isinya.
bahasa, Indonesia dan Inggris. Menurut Kamus Jadi Agama BUKAN Tuhan Pencipta, Besar Bahasa Indonesia, pengertian agama Pemilik, Pengatur, Pengelola, Pengendali alam
adalah: semesta beserta segala isinya.
“ Kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dsb) dengan Agama TIDAK BISA dan TIDAK BOLEH ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban MENGGANTIKAN Tuhan Pencipta, Pemilik,
interfidei new sletter
REFLEKSI
“ AGAM A DAN KEKERASAN”
* Guru Besar pada fakultas psikologi UNHAS Makassar.
Pengatur, Pengelola, Pengendali alam semesta (3) Agama berisi ajaran tentang panggilan, hak beserta segala isinya. dan kew ajiban yang patut dilakukan oleh Jadi Agama TIDAK LEBIH PENTING dari penganutnya dalam kehidupan kesehariannya, Tuhan Pencipta, Pemilik, Pengatur, Pengelola, secara ikhlas (volunteer, pilihan, bukan paksaan) Pengendali alam semesta beserta segala isinya. dengan taat dan penuh rasa syukur. Apa isi p a n g g i l a n , h a k d a n k e w a ji b a n y a n g (2) Agama berisi ajaran, ke-bakti-an, ibadat, ritual
dimaksudkan? dalam rangka berhubungan dengan Tuhan sesuai
Pada hakekatnya, apabila manusia adalah sistem keyakinan tertentu. keyakinannya tentang Tuhan, tentang diri
barangkali dalam bentuk perwujudan respek dan mereka dan tentang keterhubungan mereka
kasih tersebut, yang amat bervariasi dari satu dengan Tuhan.
budaya ke budaya lain, dari satu keluarga ke Jadi selalu mungkin dan sangat masuk akal
keluarga lain, bahkan dari satu individu ke ajaran berbagai agama, berbeda satu dengan yang
individu lain. Dengan perkataan lain ada lainnya, sesuai dengan sistem keyakinan yang
perbedaan ranah dalam memaknai panggilan, dianutnya. Akan tetapi apabila kita sepakat
hak dan kewajiban. Pada ranah yang lebih aktual Tuhan adalah Esa, bahkan Maha Esa, maka / menolak cara penyembahan atau hubungan kita
karena keluar dari TUHAN YANG SAMA. Oleh denganNYA.
karena itu yang o p erasio nal tid ak bo leh Dengan p erkataan lain, kita sebagai
mengalahkan yang essensial. Untuk hal ini saya manusia tidak punya wewenang/ otoritas untuk
kira diperlukan kesungguhan mencari mana menilai apakah cara ibadat/ cara berhubungan
yang essensi, mana yang operasional, dan dengan Tuhan yang diajarkan suatu agama
diperlukan hikmah dan kebijaksanaan yang diterima/ ditolak oleh TUHAN Yang Maha ESA
daripadaNya YANG MAHA MENGETAHUI. tersebut.
Dalam penyelenggaraan panggilan, hak Juga kita sebagai manusia, salah satu
dan kew ajiban ini, selalu mungkin terjadi makhluk isi alam semesta ini, tidak punya hak,
perbedaan bahkan pertentangan antara satu wewenang ataupun otoritas untuk 'memaksakan'
agama dengan agama lain. Hal ini bisa terjadi cara kita beribadat kepada orang lain.
hany a ap ab ila kita m elihat p ad a y ang Tujuan berbakti, beribadat, menyembah
operasionalnya saja, tidak kepada essensinya. TUHAN YANG ESA, implisit mengandung makna
Sekali lagi bilamana kita melihat pada essensinya, 'merendahkan hati', 'respek' dan 'taat' serta 'apa
maka wujud operasional dari essensi tersebut adanya' dari mereka yang beribadat. Oleh karena
tidaklah satu, tetapi banyak alternatif, sehingga itu, manakala kita dari berbagai agama melakukan
tidak perlu ada gesekan. ibadat, sembah sujud kepadaNya, implisit 'saling
merendahkan hati', 'saling respek' dan 'toleransi
(4). Pada dasarnya Agama berkenaan dengan hal-pad a ketaatan masing-masing' serta 'saling
hal yang berhubungan dengan 'conscience', atau menghargai apa adanya'. Dengan demikian, tidak
'sanubari', 'kata hati dan hati nurani', atau 'qalbu', ada peluang untuk 'kecongkakan/arrogance', 'mau
atau apapun namanya. Ia berhubungan dengan menang send iri', 'tid ak p ed uli o rang lain
sesuatu yang padanya orang menganggap terganggu', 'tidak menghargai', dsb. karena alasan
dirinya terikat untuk melakukan (Matter of ap ap u n , ( te rm as u k ag am a b e s ar/ k e c i l ,
conscience: something that one considers oneself mayoritas/ minoritas, dst;) sebab dihadapanNya
Jad i ag am a b e rke naan d e ng an isi bahkan hanya perilaku reaktif otomatis, di ranah 'conscience', tetapi agama bukan 'conscience'. jasmaninya.
Artinya, agama tidak serta merta membuat Kata 'conscience' sendiri berarti “ together penganutnya menjalankan apa yang diajarkan with God” . Pada hakekatnya setiap manusia agama tersebut. Yang menjalankan ajaran agama mempunyai kerinduan untuk bersama dengan adalah individu yang menganut dan mengimani Tuhan, sehingga ia akan mencari Sang Pencipta. apa yang dipaparkan oleh agama. Individu mana Agama boleh jadi menolong pencarian tersebut. p erlu menganggap d irinya terikat untuk Akan tetapi yang terpenting dan yang ingin dicari melakukan isi consciencenya. Dengan perkataan bukanlah ag am a, tetap i TUH A N SA N G lain agama tidak berhubungan langsung dengan EMPUNYA . Jadi yang pantas dirindukan, perilaku, meskipun agama menawarkan model dipegang teguh, disembah, diprioritaskan dan
perilaku. dikejar BUKA NLAH agama tetapi TUHA N
Antara perilaku yang diajarkan agama SANG PENCIPTA. Apabila hakikinya demikian, dengan perilaku pemeluk agama tersebut, m aka tentuny a tid ak ad a alasan untuk terdapat jarak yang cukup lebar dan berisi m em p ertaru hkan ag am a d alam ko nflik. sejumlah proses, antara lain: Sehingga bila terjadi pertentangan agama atau Agama lew at tokohnya mengupayakan konflik agama, maka terjadi pada tataran lain, sosialisasi (bisa subyektif, bisa bias) ajaran pada fungsi sekundernya, sebagai aksesoris yang kepada umat. Agama = sumber moral force mewarnai kehidupan bermasyarakat.
Individu umat memproses input sosialisasi
(5) Merujuk pada uraian di atas, maka agama terseb u t lew at p ersep siny a ( b isa b ias) ,
yang perlu dilihat dan dipahami dalam konteks mengolahnya dengan proses mental (bisa keliru
kehidupan masyarakat, adalah sebuah lembaga tergantung modal dasar yang dimilikinya)
moral (bukan lembaga organisasi) yang lekat menghasilkan kognisi tentang ajaran tersebut,
dengan budaya, yang berada pada tataran
nilai-Jadi apabila agama mengaktualisasikan kognisi tersebut dan 'memaknai dalam terang
misinya lewat modus operandi organisasi atau i m a n n y a ' , m a k a k o g n i s i t e r s e b u t
politik, dengan komoditi 'force', 'kekuasaan', d itransfo rmasikan menjad i 'hikmah' atau
maka ia kehilangan nilai hakiki existensinya 'wisdom', yang ia 'internalisasikan' ke dalam hati
sebagai sumber penghantar pencarian kebenaran san u b ari n y a. Itu l ah y an g m e n jad i i si
Ilahi. 'conscience'nya, proses di ranah spiritualnya
Semakin terorganisasikan suatu agama, Selanjutnya d alam hid up keseharian
se m akin te rp e ran g kap ke d alam le v e l sebagai individu, ada banyak faktor yang
organisasionalnya, yang mau tidak mau akan mempengaruhi keputusan perilakunya. Satu
berurusan dengan 'kekuasaan' dan 'paksaan diantaranya adalah 'conscience'nya. Apabila ia
o to ritas'. Dengan d emikian akan semakin terlatih mend eng ar suara hatiny a, maka
kehilangan esensi existensinya sebagai sumber berlakulah kebenaran yang diimaninya, dan
penghantar bertemunya manusia dengan SANG
Selanjutnya kita telaah arti harafiah dari lama kelamaan suara hati itu tidak terdengar lagi.
kata kekerasan, yang menurut Kamus Besar Dengan perkataan lain 'consciencenya' tidak
Bahasa Indonesia, adalah: berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga
(1) perihal (yang bersifat, berciri) keras pertimbangan perilakunya tidak lagi melibatkan
(2) perbuatan seseorang atau sekelompok orang ranah spiritual, tetapi mungkin hanya ranah
yang menyebabkan cedera atau matinya kejiwaan (pikiran, perasaan dan kehendak), atau
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik kekerasan , tetapi oknum, orang atau kelompok atau barang orang lain. o rang. Jad i kalau ad a o rang/ pihak yang (3) paksaan dengan kekerasan. Kalau keduanya mengatasnamakan agama, maka mereka sedang berhubungan, maka keberad aan agama 'menurunkan' hakekat eksistensi 'agama' yang dalam hal ini bukan pada fungsi primer merupakan sumber bagi upaya proses spiritual kehadirannya sebagai penghantar kepada (moral bagi masyarakat), ke dalam tataran 'pencarian Tuhan', tetapi pada peran aksesoris k e ji w aan ( o rg an i s as i o n al - p o l i ti k b ag i dari ko nteks budaya masyarakat, yang masyarakat) bahkan ke dalam level yang lebih
nyelonong masuk ke level organisasional bawah lagi yaitu level survival, menjadi komoditi ( p o l i ti k / h u k u m ) d e n g an i n s tru m e n jasmani (level sosial-ekonomi bagi masyarakat). 'kekuasaan' d an 'kekuatan'nya. Sebagai Hal itu perlu dicegah, sebab bila tidak, umat akan aksesoris, selalu mungkin dikonversikan kehilangan peluang kemudahan bertemu dengan menjadi komoditi sosial atau komoditi politik. PENCIPTA NYA, yang pada gilirannya bisa kehilang an co nscience y ang berarti jug a Jadi arti kata 'keras', antar lain mengandung
kehilangan jati diri, esensi dari kemanusiaannya, beberapa hal yang dapat dikelompokkan sebagai
'the being' dari 'human being'. berikut:
(1) 'masif', dan tidak mudah berubah (padat, kuat,
M encermati Situasi Indonesia
tidak mudah berubah bentuknya, gigih dan
Setelah mencoba memaknai pengertian dengan sungguh-sungguh hati)
tema, kini kita coba menerapkannya dalam (2) mengandung kuantitas dan kualitas lebih
konteks keadaan bangsa kita akhir-akhir ini. Saya (sangat kuat, sangat teguh, cepat, payah,
kira tidak perlu kita ulang uraian yang sudah kita hebat, menjadi-jadi, ketat, sungguh-sungguh,
kaji sejak Malino, dan yang telah sangat kencang, deras, nyaring, lebat sekali, berat,
komprehensif dituangkan oleh pemrakarsa terlampau kuat daya reaksinya, sangat
(dalam hal ini Institut DIAN/ Interfidei) dalam merangsang)
bagian pendahuluan dari proposalnya. Dengan (3) berlawanan dengan 'kasih' (tidak mengenal
merujuk pada fenomena tersebut, saya ingin belas kasihan, tidak lemah lembut, bersifat
melihat dimana dan bagaimana tema kita berada. mengharuskan)
Berikut ini ada beberapa pokok pikiran: (4) tidak lentur, kaku (sukar dibuka atau ditarik;
(1) Mengenai keberagamaan kita di Indonesia. tidak memegas lagi)
Beberap a w aktu y ang lalu, sejumlah Dalam bahasa Inggris pun tidak banyak
kebijakan d iam bil berkenaan d eng an berbeda, yaitu “ state of being violent” atau “ the
k e h i d u p an ag am a. D i M al i n o k i ta state or quality of being violent; excessive
m em b ic arakan p erso alan p elarang an unrestrained; or unjustifiable force” . Sementara
sejumlah agama, bersamaan dengan itu 'violent' diartikan sebagai 'intensely forcible'.
pengakuan hak hidup sejumlah agama. Dari berbagai ungkapan di atas, nampak
Mencermati kajian pada bagian I, lalu muncul bahwa dalam kekerasan ada unsur pemaksaan
pertanyaan: secara berlebihan terhadap pihak lain, yang
Apakah negara punya hak/ otoritas untuk menimbulkan kerusakan atau kehilangan pada
mengakui atau tidak mengakui keberadaan pihak yang terkena, tidak mudah diubah dan unsur hakiki yang berlawanan dengan esensi
eksistensialnya mengantar/ memfasilitasi panggilan berhubungan dengan PENCIPTA,
p e r t e m u a n m a n u s i a d e n g a n Sa n g
utama beragama yaitu, MENDEKATKAN menunggu pimpinan dari pemimpin. Perlu DIRI BERTEMU SEDEKA T MUNGKIN dikaji lebih lanjut, apakah orang tua pun DENGAN SANG EMPUNYA. Kita seringkali kehilangan respek yang seyogyanya mereka lebih terperangkap oleh aturan-aturan yang dapatkan dari anak-anak mereka? Apakah kita ciptakan (termasuk undang-undang) guru-guru pun kehilangan privelege sebagai ketimbang hal esensi mew ujudkan rasa pembina? Bagaimana dengan pemimpin KASIH kepadaNya dan kepada sesama serta agama?
seisi ALAM SEMESTA. Khusus di bidang agama, barangkali
(3) Kita juga seringkali merasa hanya kita yang pembinaan hidup keberagamaan kita amat punya hak dan kewajiban, tanpa menyadari diwarnai oleh budaya 'pengkultusan' tokoh bahw a o rang lainpun punya hak d an pemimpin agama, meskipun para nabi kita kewajiban yang sama dengan kita, meskipun s e l a l u m e n g i n g a t k a n u n t u k t i d a k barangkali wujud perilakunya berbeda. Hal mengkultuskan mereka. Tetapi nampaknya, ini terjadi karena kita seringkali terlalu takut seringkali kita lupa lalu mengkultuskan kehilangan eksistensi diri kita. Padahal yang pemimpin yang nyata dan riil, tangible di sebenarnya terjad i ad alah kita sed ang hadapan kita. Apa kata dia, itulah yang paling
m em p erju ang kan benar, kemud ian
akseso ris, bukan k i t a p u n s e g e r a
e s e n s i ; k i t a menutup peluang
m em p erju ang kan b a h w a m e r e k a ,
p eran-p eran kita p a r a p e m i m p i n
bukan keberadaan agama itu selalu
being kita. Sebab bila m u ng kin keliru ,
berbicara tentang sebagai manusia.
hak dan kewajiban, Itu sebabnya perlu
maka kita berbicara k i t a i n g a t k a n
tentang posisi dan kembali yang kita
peran. Pada saat yang sama kita sedang dalam junjung, yang kita cari dan ikuti, yaitu proses melupakan siapa diri kita. Saya kuatir TUHAN SANG PENCIPTA. Belakangan ini para vokalis negeri ini yang banyak bicara, fenomena personifikasi agama pada figur tetapi tanpa melihat kemanusiaan manusia. to ko h sem akin tam p ak. Kead aan ini Yang ada hanya kedudukan, jabatan dan mengindikasikan bahwa para tokoh semakin
kekuasaan. kehilangan kepercayaan diri dari umat.
(4) Secara historis kita dikenal sebagai bangsa Makanya umat mencari dan menggali sendiri Timur yang Paternalistik. Karena itu kita kebenaran Ilahi dari sumber-sumber lain yang hormat dan patuh (secara berlebihan) kepada jauh lebih absah, seperti dari kitab suci, alam, para pemimpin kita, termasuk para pemimpin dari fenomena peristiwa yang terjadi di dunia, agama. Seringkali kita begitu takut untuk dst. Kita malas mencari, malas berpikir, lalu tidak patuh pada figur otoritas, karena kita berharap dan bertumpu pada orang lain memang kita dididik untuk patuh pada yang 'tugasnya memang itu', terlepas dari o to ritas, bahkan kita kad ang memiliki apakah dia punya peluang keliru atau tidak, kecend erung an untuk meng 'kultus'kan maka akibatnya o rang menjad i sangat pimpinan kita. Belakangan ini gejalanya kolektif, dan emosional kolektif.
berbalik, seakan penghargaan terhadap figur (5) Secara historis, kita sering diingatkan sebagai pemimpin kehilangan gregetnya. Bahkan di bangsa besar yang trad isio nal agraris, level manapun d i sekto r apapun, ad a sehingga p rimo rd ial kita begitu kuat. kecenderungan untuk melawan, menentang Keterikatan kita kepada tanah begitu lekat, figur otoritas, karena ada ketidakpercayaan tetapi keterikatan kita kepada tanah air terhadap figur otoritas, ada ketidaksabaran agaknya semakin mengend o r. Id entitas
interfidei new sletter Edisi Khusus Candi Dasa
berbangsa kita semakin tidak terdengar, baik dibandingkan dengan aspirasi mayoritas di kalangan pemimpin, pengamat, maupun bangsa ini.
rakyat kecil. Apa identitas bangsa? Apakah
Selanjutnya bilamana kita kaji lebih lunturnya identitas berbangsa merupakan
dalam, apa yang sebenarnya mendasari indikator hilangnya identitas diri (jati diri)
kekerasan? kita? Sebab bukan tidak sengaja Tuhan
(7) Saya sependapat dengan de Mello (Awareness, menciptakan kita sebagai bagian dari bangsa
1990), bahwa dibalik kekerasan adalah rasa Indonesia. Masing-masing diciptakan unik,
takut yang mencekam pelaku kekerasan d an p uny a kesamaan sebag ai bang sa
tersebut, rasa tidak berdaya mengatasi Indonesia, bukan pilihan, tetapi 'given'.
ketakutannya, rasa kehilangan kepercayaan Barangkali perlu kita sadari bahwa wilayah
diri bahwa ia dapat menemukan alternatif Indonesia diisi oleh lebih banyak air daripada
so lusi bag i ketakutan, kecemasanny a. tanah. Sehingga perlu kita pertanyakan
Paradoks sekali, mengatasai rasa takut apakah budaya keterikatan kepada tanah
d eng an melakukan kekerasan, seakan perlu dimodifikasi lebih luas sampai ke air,
dirinya/ pihaknya punya kelebihan tenaga, sehingga kita boleh menjadi bangsa yang juga
punya kelebihan kuasa, dengan demikian terikat, melekat pada tanah air yang 'given',
berharap menimbulkan rasa takut pada orang diperhadapkan pada hubungan kekerasan
orang untuk menemukan cara mengatasi rasa dengan agama, maka menurut kajian pada
takut tersebut. Tetapi yang terjadi adalah, bagian pertama, berarti agama di masyarakat
justru rasa takut ini d iatasi d eng an kita lebih berfungsi sebagai asesoris sosial
melegitimasikan kekerasan atas nama agama. politik, ketimbang fungsi esensial spiritual.
Mengapa terjadi demikian? Barangkali fungsi Dengan begitu lalu kita merasa legitimate
agama yang esensial perlu lebih ditingkatkan, mempergunakan instrumen sosial politik,
tetapi juga upaya mendorong umat untuk maka kita bicara tentang 'kekuasaan',
melakukan internalisasi hakekat hikmah ke 'ko o rd inasi', 'keharu san', 'm ay o
ritas-d alam kalbuny a p erlu ritas-d iritas-d o ro ng ritas-d an minoritas', tentang 'aspirasi umat', dan
difasilitasi. seterusnya, yang kesemuanya merupakan
(8) Dalam diskusi kita di Malino, saya pahami instrumen dalam level organisasi politik dan
bahwa krisis bangsa ini masih berada dalam hukum. Kita kehilangan fungsi esensial
taraf krisis moral. Saat ini saya melihatnya agama sebagai fasilitas ranah spiritual, yang
lebih jauh lagi, saya kuatir kita sudah sedang berbicara tentang 'benar-salah di mata
mulai berada pada krisis identitas. Kita lagi
berhenti melangkah kemanapun, berdiam Belakangan ini orang takut berbicara
diri, bertanya kembali siapa jati diri kita, kita berbeda dari mayoritas, takut bersuara
perlu datang kepada PENCIPTA, bertanya lantang tentang kebenaran yang seharusnya
SIAPA kita? 'Who is the being' of us? Berhenti memberi inspirasi kepada para pemimpin,
terperangkap dalam pertanyaan 'what is the bukan teng g elam d i d alam asp
irasi-doing' of us. m a s y a r a k a t b a n y a k . A g a m a b i s a
Bila kita cermati cerita-cerita tentang memfasilitasi orang-orang beriman untuk
perjalanan bangsa-bangsa yang ada di Kitab secara lantang dan berani menyuarakan
Suci agama-agama, ketika mereka sedang inspirasi hasil dialognya dengan SA NG
kehilang an id entitas. Mereka berhenti PENCIPTA, kepada masyarakat, kepada para
Per l u d i car i j al an k el u ar agar f or u m an t ar i m an
d apat m em ber i i n spi r asi k epad a m asy ar ak at d ar i w ak t u k e w ak t u .
Allah) mengajak bangsanya berpaling kepada seruan, kalau p erlu p eringatan (yang A LLA H, bermo ho n amp un d an to bat, memberi inspirasi dan bukan mencaci maki) kemudian mulai berjalan lagi mengikuti kepada para pemimpin dan siapapun yang
petunjuk Ilahi. mencintai d an merasa sebagai bangsa
Untuk keperluan itu, perlu ada manusia- Indonesia tentang keberadaan saat ini dan manusia 'supernatural', yaitu manusia yang tentang pentingnya kembali bermo ho n m au m e n y e d i ak an d i ri n y a s e b ag ai ampunan dan tobat atas segala perbuatan kita 'instrum en' TA N GA N A LLA H d alam semua di masa lalu dan bahkan masih membawa bangsa ini dari kemelut. Bangsa ini berlangsung sekarang dan berharap HANYA memerlukan perorangan atau kelompok kepada PENCIPTA dan PEMILIK serta orang yang sungguh-sungguh mau secara PENGUASA ALAM SEMESTA (termasuk khusuk datang kepadaNya berdoa dan INDONESIA) untuk memimpin kita keluar m e m i n takan p e rto l o n g an N y a u n tu k d ari kem elu t ini, term asu k m em ilih kelanjutan perjalanan dari bangsa ini. Bangsa pemimpin bangsa ini.
ini membutuhkan pemimpin yang mau hidup (3) Forum antariman, perlu mulai mendorong ku d u s d an tu nd u k se rta taat p ad a umatnya masing-masing untuk menyediakan KEHENDAK ALLAH untuk kepentingan d an menyiapkan d iri baik pero rangan
banyak orang. maupun kelompok (menurut keyakinannya
masing-masing) sebagai 'instrumen' Allah,
Saran untuk Forum Antariman tekun berdoa dan berdialog denganNya u n tu k b an g s a s e c ara k e s e l u ru h an , Mencermati proposal yang dikirim kepada
menantikan dengan sabar dan penuh harap saya, saya kira Forum Antariman masih relevan,
atas arahan (inspirasi) Allah kepadanya. hanya perlu lebih dipertajam dan lebih konkrit.
(4) Butir-butir yang diajukan di proposal bisa A d a beberap a p ikiran y ang ing in say a
ditindaklanjuti dengan lebih terinci, khusus sampaikan:
mengenai pembinaan kelompok basis. Saya (1) Forum antariman masih akan sangat relevan
ingin menyarankan agar memperhatikan kehadirannya pada moment kritis seperti
pengisian proses yang berlangsung pada yang sedang terjadi di tengah bangsa
i n d i v i d u u m a t d a l a m p e m b i n a a n sekarang ini, selama forum ini tidak mencoba
keberagamaan. (dari persepsinya hingga membangun organisasi struktural yang 'too
'conscience', supaya tidak hanya sampai well organized'. Sebab bila menjadi sangat
'kognisi') terorganisir, maka kita akan terjebak pada
(5) Perlu dicari jalan keluar agar forum antariman hal-hal yang berkenaan dengan 'kekuasaan'
dapat memberi inspirasi kepada masyarakat dan 'keharusan' serta 'pemaksaan' pikiran
dari waktu ke waktu. Apakah lewat forum atau p u n k e h e n d ak . M e m an g u n tu k
diskusi (mailing list) ataupun lewat forum menyelenggarakan apapun perlu ada derajat
pertemuan seperti ini, ataukah berbagai keorganisasiannya, tetapi kiranya perlu
topik, perlu dipikirkan. Agar masyarakat dijaga untuk tidak terperangkap dalam
tidak hanya mendapat input dari aspirasi, organisasional bisnis.
tetapi juga inspirasinya.[] (2) Fo rum antariman perlu mengeluarkan
Masihkah bisa disebut “ agama” mengecil menjadi sebuah penamaan dan ke tika ke ke rasan m e n jad i tid ak bahkan mengecil lagi menjadi masjid, terpisahkan dari agama? Sejak kapan gereja, vihara, majelis ulama, majelis “ ag am a” m em b aw a sif at c u rig a, gereja, keuskupan, partai agama atau d end am , b enci, p erm usuhan d an bahkan negara agama. Lebih kecil dari k e i n g i n a n m e m b a r a u n t u k itu agama bahkan menjadi lembaran-memusnahkan? Sejak kapan “ agama” lem b aran b end era d an lam b ang -menjadi menakutkan, -menjadi pemicu lambang. Dan sejak itulah kekerasan d an p end o ro ng sem ang at untuk saling mulai menyemaikan bibitnya.
meniadakan satu sama lain? Sebuah kenyataan Agama diturunkan derajatnya dan dibagi-bahwa agama mempunyai kekuatan luar biasa, bagi d alam kepingan-kepingan bangunan baik bersifat positif maupun negatif. Sejarah telah konstruksi sosial di masyarakat. “Konstruksi
membuktikan bahwa agama telah melahirkan sosial” , kira-kira dari sini kita mulai menyusuri peradaban bangsa-bangsa di muka bumi ini dan dapat memisahkan antara agama dan dengan sangat maju. Tetapi pada waktu yang kekerasan tadi. Karena itu kita harus jeli untuk sama agama juga melahirkan berbagai perisitiwa dapat memisahkan mana yang datangnya dari kekerasan dan perang antar bangsa. agama dan mana yang lahir dari konstruksi Agama dan kekerasan, betulkah dua kata sosial. Sering kali sesuatu yang lahir dari yang tidak dapat dipisahkan? Barangkali ini konstruksi sosial kita sakralkan sebagai sesuatu menjadi satu tema yang sangat menarik di tengah yang datangnya dari agama, bahkan seringkali maraknya kekerasan atas nama agama di konstruksi sosial itu sendiri disebut agama. Kita berbagai daerah. Tidak ada yang menyangkal lalu mencari penjelasan yang dapat menguatkan bahwa agama sesungguhnya diturunkan untuk bahwa sesungguhnya sesuatu itu ada landasan membawa kedamaian di muka bumi. Agamalah agama dan tidak terbantahkan. Begitu juga bila yang menuntun manusia agar hidup teratur. sesuatu yang datangnya dari agama dianggap Agamalah yang pertama mengenalkan hukum hanya konstruksi sosial, akan menghancurkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Artinya pada nilai-nilai yang dibangun oleh agama. Konsep tingkat ini agama tid ak menjad i sebuah “ keadilan” misalnya, sesuatu yang datangnya “ masalah” bagi siapapun yang menganutnya dari agama, tidak ada yang dapat menjelaskan dengan benar, tentu saja agama tidak menjadi dengan sangat tepat tentang keadilan kecuali ancaman bagi orang lain di luar pemeluknya. agama. Kemudian konstruksi sosial dapat Sejak kap an agama menjad i sebuah menjelaskan keadilan lewat bahasa hukum, masalah? Pertanyaan ini tentu harus dipecahkan politik, ekonomi dan sebagainya, akhirnya bersama. Tetapi dengan tidak memberikan keadilan menjadi terbatas seluas bangunan land asan te o ri y ang ku at, m aka say a konstruksi sosial yang ada di masyarakat.
memperkirakan agama akan menjadi sebuah Pelembagaan agama d engan macam “ masalah” ketika agama beranjak menjadi ragamnya seperti disebut di atas, juga harus sesuatu yang terlembagakan. Pelembagaan menjadi sebuah kritik apakah datang dari agama agama itulah yang menurut saya awal dari atau lahir dari sebuah ko nstruksi so sial? mengecilnya gagasan turunnya agama. Agama Kemampuan untuk mengkritik barangkali
Agama dan Kekerasan
Noorhalis M *
adalah sesuatu yang harus dipisahkan dari dan simbol-simbol tadi. Yang memerlukan agama dan konstruksi sosial. Memang sangat eksistensi hanyalah bentuk-bentuk yang lahir riskan karena agama sudah dikonstruksikan dari konstruksi sosial, karena konstruksi sosial untuk anti kritik. Mengkritik agama adalah bukan sesuatu yang abadi. Sedangkan agama kemurtadan mutlak yang tiada ampun. Tetapi bersifat abadi maka eksistensi tidak diperlukan karena agama harus dimurnikan dari “ fitnah oleh sesuatu yang bersifat abadi. Agama tidak kekerasan” maka kritik untuk memilah antara m e n g e n a l m u s u h d a n t i d a k p e r n a h agama dan konstruksi sosial menjadi sebuah merekomendasikan ekspansi.
keharusan. Dengan demikian kita juga dapat Agamanya sendiri masih murni dengan meninjau ulang kronologi terjadinya berbagai segala gagasan dan nilai luhur yang tidak cukup kekerasan yang mengikutsertakan agama untuk diterjemahkan dalam bahasa dan budaya bersama nama lain yang disandarkan kepadanya. manusia. Agama menjadi terbatas maknanya M em b erikan kritik terhad ap b ang u nan karena harus masuk dalam kebudayaan manusia. ko nstruksi so sial tid ak bermaksud untuk Agama harus terurai dalam kebudayaan manusia menghancurkan pelembagaan keagamaan yang y ang terb atas. Selanju tny a keb u d ay aan sudah ada. Karena kalau itu dilakukan maka melahirkan apa yang disebut dengan bahasa. kritik untuk menemukan “ agama” juga akan Pad ahal bahasa ad alah bagian kecil d ari melahirkan kekerasan baru yang jauh dari konstruksi sosial yang dilahirkan manusia. agama. Kritik dimaksudkan untuk menemukan Akhirnya pada tingkat seperti ini “ agama” substansi dari semua kekerasan yang telah mungkin bisa salah, bisa tidak sempurna, karena menyeret agama pada kenistaan dan kehinaan bahasa. Budaya dan konstruksi sosial itu sendiri yang tiada tara. tid ak mampu secara utuh menerima d an Bila kita sudah melakukan kritik, boleh jadi menterjemahkan pesan agama. Oleh karena itu, kita akan m enem u kan keny ataan y ang penafsiran baru terhadap agama harus terus memalukan, bahwa ternyata kekerasan yang dilakukan, karena agama yang terurai dalam diberi gairah agama hanyalah pernak-pernik dari bahasa manusia itu sangat terbatas maknanya. konstruksi sosial yang terlanjur diberi baju Agama harus memberikan jawaban-jawaban agama. Jangan-jangan berbagai kekerasan yang terkini bagi perkembangan kebudayaan dan te r jad i h an y a p e r te n tan g an s o al - s o al konstruksi sosial masyarakat. A gama tidak ketersing g ung an ag am a seb ag ai seb uah menjad i ko nsep usang o leh bahasa d an pelembagaan. Mungkin hanya soal tempat pemaknaan manusia yang terbatas. A gama ibadah, atau mungkin malah hanya soal bendera adalah jaw aban kesempurnaan yang telah dan lambang-lambang yang sudah “diberhalakan” dijanjikan A llah dan menjadi rahmat bagi menjadi agama. Substansi agamanya tidak sekalian alam.
pernah dilihat, yang ada hanya kobaran amarah
W allahu A’ lam bissawab.
untuk menunjukan eksistensi dari pelembagaan
Agama dan kekerasan, betulkah dua kata y ang tidak
dapat dipisahkan? Ini menjadi satu tema y ang
sangat menarik di tengah marakny a kekerasan atas
nama AGAM A di berbagai daerah.
Agama dan kekerasan, adalah dua pada tahun 600 Masehi adalah animisme. kata yang secara d iametral sangat Pad a abad -abad aw al, d ikarenakan kontradiktif, berlawanan seperti siang perjalanan laut bangsa Indonesia ke dan malam, yang satu mengajarkan kasih pelabuhan-pelabuhan di India, budaya dan sayang, yang lain benci dan dendam. Hindu mempengaruhi Indonesia melalui Yang satu adalah rahmat dan karunia kerajaan-kerajaan besar di Jawa yang bagi umat manusia, yang lain adalah kemud ian berakhir saat runtuhnya bencana dan derita. Tetapi kenyataan kerajaan Majapahit dan munculnya berbicara dan bercerita kepada kita bahw a kerajaan baru, Mataram, yang bernuansa Islam kekerasan berlangsung atas nama agama. Di p ad a abad ke-7 M asehi. H ind u-Bud d ha tangan kiri ada kitab Titah Tuhan, di tangan mendominasi Indonesia hampir selama satu kanan ada pedang dan bedil. Suara kenabian millenium, sementara kebud ay aan Islam bersahut-sahutan dengan suara bedil, dentuman meny ebar hamp ir ke seluruh Ind o nesia, bom dan jeritan orang yang tidak berdosa. demikian Dr. Alwi Shihab dalam tulisannya, Walaupun orang tidak dapat percaya bahwa “ Islam Inklusif” . Setengah millenium perjalanan kekerasan ini adalah karena agama, tetapi Islam (Islam memasuki Asia Tenggara pada abad kenyataan selalu meninggalkan kesan, agamalah ke-11 Masehi), masuklah budaya Barat ke yang melegitimasi semua kekejaman ini. Karena Indonesia yang bersamaan dengan masuknya tidak mungkin dan tidak adil bila agama harus agama Kristen (Belanda mendarat di Banten memikul dosa-dosa ini, maka setiap orang akan tahun 1596 Masehi). Sejarah bercerita bahwa bertanya-tanya kepada dirinya masing-masing Belanda bergabung dengan Portugis, Inggris dan kenapa semua ini harus terjadi? Agar tidak Sp a n y o l d a l a m r a n g k a p e r t a r u n g a n terjadi, maka APA yang harus kita lakukan dan memperebutkan keuntungan (rempah-rempah)
BA G A IM A N A melakukannya, merupakan di perairan tropis. Motif kedatangan Belanda ini
tantangan kita. menjadi penting harus dipahami.
Ungkapan-ungkapan yang umum diangkat oleh sementara
M engenal Indonesia kaum Muslimin adalah, bahw a lo ko mo tif
penjajah memasuki Indonesia dengan gerbong Indonesia, yang berpenduduk lebih dari
ajaran Kristiani yang kemudian menimbulkan 200 juta jiwa dengan 6000 pulau yang didiami,
pemahaman bahw a agama Kristen identik yang memiliki lebih dari 250 bahasa daerah, yang
dengan penjajahan. Isu ini pada hari-hari terdiri dari kurang lebih 250 etnis dan sub etnis,
kemudian merupakan bahan bakar pencetus, benar-benar adalah suatu komunitas yang
pemanas konflik. Hal ini akan kita lihat pada beragam. Karenanya Bhineka Tunggal Ika dan
uraian-uraian berikut. Pancasila adalah satu-satunya perekat. Bangsa
Untuk lebih mengenal watak bangsa ini, ini juga dikenal sebagai bangsa yang sangat
fakto r animisme harus selalu mend ap at terbuka terhadap pemikiran-pemikiran dari luar
perhatian, karena dia sangat berpengaruh dan telah terbukti ramah terhadap budaya asing.
terhadap kualitas keberagamaan bangsa, apakah Dari berbagai informasi, diketahui bahwa
itu Islam ataupun Kristen. pola religius Indonesia sebelum masuknya Islam
1
AGAMA DAN KEKERASAN
Arifin Assegaf*
1
Disampaikan dalam Pertemuan Jaringan Kelompok Antariman se-Indonesia II yang diselenggarakan oleh Institut DIAN/ Interfidei dan Ashram Gedong Gandhi, di Candi Dasa Bali, 18 - 23 Februari 2003.
Kutukan Tuhan di zaman M usa? Di mana Herodes dan kelompok penguasa Romawi di masa Al-M asih? Di mana Erich Fro m m d alam analisa so sio
-Abi Sofyan dan persekutuannya di zaman p siko lo g isny a atas w atak manusia y ang
Mohammad? Semuanya binasa oleh karena dituangkan dalam bukunya “The Anatomy of
kezaliman, kejahatan dan kekerasan yang
H u m an D e s tru cti v e n e s s ”, y a n g b i l a
menjadi kebanggaan mereka. Perang Dunia
diterjemahkan secara bebas menjadi “Akar-akar
Pertama, Perang Dunia Kedua tidak lain adalah
Kekerasan” , mengangkat suatu mitos Yunani
Kutukan Tuhan. pada zaman besi yang berbunyi:
Kemerdekaan Indonesia adalah karunia “ Seiring dengan pergantian generasi, mereka Tuhan yang tidak disyukuri, sehingga segala berkembang ke arah yang lebih buruk. Suatu musibah datang menimpa bangsa ini silih saat, ketika mereka berkembang sedemikian berganti. Tuhan telah memperingatkan bahwa jahatnya, sehingga mereka memuja kekuatan,
bila manusia senantiasa mau bersyukur, maka kebenaran bagi mereka dan penghormatan
Dia akan tambahkan karuniaNya. Tetapi bila kebaikan tidak akan ada lagi. Pada akhirnya,
mereka mengingkari karunia Tuhan ini, maka manakala manusia tidak lagi marah terhadap
sesungguhnya siksa Tuhan itu sangat pedih. Di pelanggaran, atau tidak lagi malu terhadap
mana pengingkaran kita yang paling banyak hal-hal y ang m em alukan, Z eus akan
membinasakan mereka” . mengundang murka Ilahi? Inilah yang akan kita
coba suguhkan di dalam tulisan ini yang Mitos Yunani di zaman besi telah terjadi
sekaligus akan dapat menjawab pertanyaan apa
pada manusia-manusia ingkar yang banyak
yang harus dilakukan dan bagaimana kita diberitakan di dalam kitab-kitab suci anutan
melakukannya? Islam maupun Kristiani.
Banjir besar melanda umat Nabi Nuh
Dosa-dosa Sejarah
karena keingkaran yang melampaui batas.
Fir'aun dengan tentaranya ditenggelamkan Nubuat-nubuat yang sampai pada ahli karena kezalimannya terhadap M usa dan Taurat dari bangsa Israel (Yahudi) ialah akan
bangsa Israel. Umat N abi Yunus y ang datang seorang Nabi dan dia akan muncul di melanggar larangan sabat dijelmakan menjadi daerah yang banyak ditumbuhi pohon korma, manusia berw atak kera, serakah dan tidak maka sejak lama bangsa Yahudi berdatangan dan pernah merasa kenyang walaupun banyak yang berdomisili di berbagai tempat di kota Madinah.
mereka makan. Kehidupan imigran Yahudi di Madinah penuh
H e r o d e s d i b i n a s a k a n k a r e n a d engan berbagai d erita akibat ulah d an kekejamannya kepada Nabi Zakaria, Yahya dan perlakuan anak negeri di Madinah. Tetapi para
Al-M asih. Demikian juga yang terjadi pada imigran ini, bersabar dengan harapan akan umat-umat Nabi Sholeh, Nabi Hud, dan Nabi membalas dendam mereka setelah bangkit Nabi
Luth, dengan bencana gempa bumi, angin panas yang mereka nantikan. Terbukti yang ditunggu-selang delapan hari berturut-turut dan hujan tunggu telah datang tetapi bukan dari keturunan
batu memusnahkan mereka. Daud sebagaimana yang mereka harapkan.
A braham dan tentara gajahnya yang Karenanya, usaha pengacauan dan intimidasi dibinasakan laksana daun dimakan ulat karena dilakukan dan diprakarsai oleh bangsa Yahudi. berhasrat untuk menghancurkan Ka'bah yang Al-Qur'an penuh dengan pemberitaan ulah dibangun oleh Abraham, atau Ibrahim As. kaum Yahudi ini, sehingga pada akhirnya Inilah dia yang diisyaratkan oleh mitos mereka terusir dari seluruh Madinah. Berbeda Yunani yang bagi mereka, Zeus sebagai Tuhan dengan kaum Yahudi, para pengikut Al-M asih
yang membinasakan. lebih toleran dan positif terhadap kedatangan Orang-orang beriman kini dapat bertanya, N a b i M u h a m m a d , p a d a a w a l - a w a l di mana Namrudz yang begitu perkasa di masa kedatangannya.
Ibrahim (Abraham)? Di mana Fir'aun yang Dosa-dosa sejarah interaksi Kristen-Islam kejahatan dan kekejamannya begitu menakutkan mulai dari abad ke-7 sampai abad ke-9, dengan
polemik normatif yang bertujuan saling kesejarahan, struktur, doktrin dan lain-lain m end iskred itkan ag am a law an d eng an elemen tanp a terlibat d alam pemberian
penilaian (VALUE JUDGM ENT).
menelusuri “ kelemahan-kelemahannya” , sambil
Tetapi sayangnya para penganjur dalam menonjolkan superioritas ajaran agama yang
p e m i m p i n ag am a m asi h b e l u m d ap at dianut. Dalam polemik ini, kita temukan pada
melepaskan diri dari suasana abad ke-7 sampai abad-abad ini, dari pihak Kristen diwakili oleh St.
abad ke-12. Dengan patuh mereka masih John of Damascus (675-753), Theodore Abu
m e laku kan p e n d e katan n o rm atif y an g Gurrah (740-825), Catholicos Thimothy (728-823),
menelorkan penilaian baik-buruk terhadap dan Ammar Al-Basri (800-850). Polemik berkisar
agama lain. pada pembenaran doktrin Kristen di satu pihak
dan peno lakan kenabian Muhammad dan
otentisitas al-Qur'an di pihak lain. Dari pihak Era Pencerahan
Islam, karya Ali bin Sahl al-Tabari (w.855) dan
Polemik yang negatif disebabkan karena karya Al-Yakiz (776-869), masing-masing dengan
adanya ketertutupan, sehingga seperti yang judul “Sanggahan” terhadap kaum Nasrani
dinyatakan oleh pepatah Arab “ manusia takut
dengan menjelaskan posisi al-Qur'an tentang
kepada apa yang mereka tidak ketahui”, yang dalam
“distorsi” yang dilakukan oleh umat Kristen
ungkapan kita, “ tak kenal maka tak sayang”.
terhadap ajaran Al-M asih.
Max Müller dalam “ Introduction to The Science
Selanjutnya, kita temukan pada abad ke-11
of Religions” mengungkapkan motto: “ Sebelum kita
dan 12, Elias Al-Nasibi (975-1046) dan Paus
dapat membandingkan (agama), harus memiliki
Gregorius VII (1020-1085), berupaya keras
pengetahuan yang memadai tentang agama-agama
membuktikan kebenaran agama Kristen dan
yang akan dibandingkan” . Berangkat dari motto menunjukkan adanya kontradiksi dalam
ayat-tersebut, klasifikasi, sejarah dan evolusi agama-ayat al-Qur'an. Di lain pihak ulama Islam secara
agama, persamaan dan perbedaan, struktur aktif menelusuri ketimpangan isi Perjanjian
(doktrin), asal usul serta pengaruhnya terhadap Lama dan Baru sesuai dengan petunjuk
al-kehidupan manusia, kesemuanya mulai dibahas. Qur'an. Mereka antara lain, Ibn Hazm (994-1064),
Sebagai buah dari studi agama, muncullah disiplin yang dikenal memiliki pena lebih tajam daripada
ilm u so sio lo g i ag am a, p siko lo g i ag am a, pisau dengan karyanya penjelasan tentang
fenomenologi agama, dan yang paling mutakhir, aliran-aliran agama dan sekte-sekte, Imam
Al-dialog antaragama. Dalam hal ini muncul nama-Juwainy (1028-1085), Imam Al-Ghazali
(1059-nama antara lain Rudolf Otto, Durkheim, Yung,
1111) tentang sanggahan terhadap ketuhanan Isa M ax W eber, Hegel, Heidegger, Joachim W ach dalam teks Injil. Di samping itu Ibn Taimiyah dan W ilfred Cantwell Smith. Sedangkan dari (1263-1328), dengan dilatarbelakangi peristiwa- kelompok Islam muncul nama-nama A. Tibawi, peristiwa Perang Salib, menulis dengan judul Faruqi dan M . Ayoub. Tentu dalam urutan
nama-“Jawaban” yang tepat kepada mereka yang telah nama kelompok Kristiani yang populer akan selalu
mengubah agama Al-Masih. kita sebut Louis M assignon yang dapat mengubah Polemik normatif ini mulai menurun dan pandangan Katholik terhadap Islam, serta terbatas pada institusi-institusi agama sekitar Kenneth Cragg yang mengakui bahwa interaksi akhir abad ke-19 dengan diperkenalkannya dalam al-Qur'an telah mengantarnya untuk disiplin ilmu baru yang bernama Ilmu Agama- meyakini arti tauhid dalam Trinitas. Sedang Hans
Agama (The Science of Religions). Max Müller Küng menyatakan “ pemotretan dari Yesus dalam
al-(1823-1900), adalah pionirnya dengan karyanya Qur'an adalah yang terdekat kepada ajaran Kristen
antara lain Introduction to The Science of awal dan Hans Küng tidak segan-segan menyatakan bahwa dia adalah seorang M uslim yang mengikuti Religions. Dengan ini para pakar berhasil
Y esu s”. A d ap u n Bijf e ld se c ara te rb u ka membebaskan diri dari pengaruh teologi atau
menyatakan, “ banyak hal yang saya jumpai dalam
al-p end ekatan no rmatif. Dari sini mulailah
Qur'an, yang justru memantapkan keimanan saya
d ihid up kan p end ekatan d eskrip tif y ang
sebagai pengikut Yesus yang sejati” .
Islam dan Pluralisme Sebagai penutup dari pembicaraan tentang Islam dan pluralisme, kami turunkan kutipan Jika ditelusuri hakekat dari kandungan
al-dari suatu Naskah Lama yang berasal al-dari tahun Qur'an dan ungkapan-ungkapan Muhammad
ke-2 Hijriah yang terdapat dalam buku yang SAW, maka nuansa pluralistik berpeluang luas di
ditulis oleh Prof. Dr. Richard Pocoke, “Description
dalam Islam sebagai agama. Surat al-Baqarah (2)
of The East” , Jilid I, yang selengkapnya sebagai ayat ke-26 yang artinya:
berikut : “ Sesungguhnya orang mu'min,
orang-“ Karena Allah itu besar dan memerintah serta orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
Pengatur yang teliti dari seisi alam, dari mana segenap orang-orang Sabi'in, siapa saja di antara
Nabi datang; dengan anugerah-anugerah yang telah mereka yang benar-benar beriman kepada
d iberikan kep ad a m anusia, M uham m ad bin Allah, hari kemudian, dan beramal shaleh,
Abdullah, Rasul Allah, telah menulis instruksi ini mereka akan menerima pahala dari Tuhan
kep ad a sekalian o rang y ang term asu k mereka, tiada kekhawatiran terhadap mereka,
ummatnya, sebagai satu jaminan dan janji yang dan tiada pula mereka bersedih hati” .
positif untuk dipenuhi terhadap kaum Nasrani Rasulullah SAW bersabda: (hadits riwayat
dan pengikut-pengikut orang Nashara, siapapun Buchari) yang artinya:
mereka itu, baik dia orang bangsawan, atau “ Aku lebih berhak atas Isa Ibn Maryam di rakyat kecil, yang terhormat atau tidak, berkata dunia dan di akhirat. Kami para nabi adalah sebagai berikut :
b ersau d ara seay ah ( Ib rahim ) d eng an
1. Siapapun dari umatku yang akan melanggar berlainan Ibu. Agama kami adalah satu, tidak
janjiku dan sumpahku yang termuat dalam kami sembah kecuali Allah” .
persetujuan ini, maka ia menghanyutkan janji Allah dengan bertindak berlaw anan dengan Untuk menciptakan apa yang dikenal dengan
sumpah dan akan menjadi orang yang melawan masyarakat Madani (Civil Society), maka telah
iman (semoga dijauhkan Tuhan) dan karena itu ia dibuat suatu perjanjian, yang dikenal dengan
patut beroleh kutukan, baik ia raja atau pun orang Piagam Madinah, antara Rasulullah SAW dengan
miskin, orang apa pun ia itu. golongan Yahudi, Kristiani (ada riwayat juga dengan
2. Bahwa apabila pendeta-pendeta dalam perjalanan g o lo ng an Sab i' in) , y ang m e ng atu r hid u p
kebetulan akan berhenti di bukit mana saja atau di b e rd am p i n g an s e c ara d am ai d an s al i n g
desa mana saja atau tempat-tempat yang dapat menghormati. Perjanjian ini terlaksana pada
awal-didiami di pantai atau di padang pasir, atau di awal berdirinya Pemerintahan Madinah (tahun ke-2
setiap biara, gereja atau rumah ibadat mana saja, Hijriyah), sebagai salah satu implementasi dari
saya akan berada di tengah mereka itu sebagai Firman Tuhan Surat Hud (11) ayat ke-18 yang artinya
penjaga dan pelindung mereka, harta-harta dan hak-hak mereka, dengan jiwa, pertolongan dan “ Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia perlindungan saya, bersama-sama dengan seluruh menjadikan manusia umat yang satu saja, ummat saya, karena mereka adalah sebagian tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. d arip ad a raky at d an m e ru p akan su atu Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh kehormatan bagi saya.
Tu h an m u . D an u n tu k i tu l ah A l l ah 3. Lagi pula saya perintahkan seluruh pejabat, supaya menciptakan mereka ...” . jangan meminta pajak dari mereka atau iuran lain,
karena mereka tidak boleh dipaksa berbuat Dan firman Tuhan, surat al-Baqarah (2) ayat
sesuatu seperti itu. ke-256, yang artinya:
4. Tidak ada seorang pun yang boleh mengganti “ Tidak ada paksaan memasuki agama ...” hakim-hakim atau pemimpin mereka; mereka atau “ Tidak ada paksaan di dalam agama” , harus tetap pada jabatannya dan tidak boleh serta firman Tuhan, surat an-Nahl ayat ke-125 diturunkan.
yang artinya: “ Serulah manusia kepada jalan 5. Tidak boleh ada orang yang mengganggu mereka Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang sementara mereka berjalan-jalan.
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang 6. Gereja apa saja yang menjadi milik mereka tidak baik ....” , inilah di antara banyak dalil yang boleh diganggu gugat.
pluralistik di dalam al-Qur'an.
7. Siapa saja yang hendak melanggar bagian mana ini.
dari perintah saya ini, hendaklah ia mengetahui 17. Tidak ada orang yang boleh mengangkat senjata dengan pasti bahwa ia melanggar perintah Allah. terhad ap mereka, tetap i sebaliknya kaum 8. Lag i p u la, hakim - hakim ny a, p em im p in- Muslimin harus melakukan peperangan untuk
pemimpinnya, pendeta-pendetanya, pelayan- membela mereka.
pelayannya, pengikut-pengikutnya, atau siapa 18. Dan dengan ini saya perintahkan bahwa tidak saja yang tergantung pada mereka, tidak boleh boleh ada di antara umatku yang berbuat atau dipunguti pajak atau diganggu karena itu, karena bertindak bertentangan dengan janji ini hingga akulah pelindungnya, di mana saja mereka pada hari kiamat. (Ditanda tangani oleh 16 orang berada, di darat maupun di laut, di timur atau di saksi; tertulis pada 3 Muharram tahun Hijriyah barat, di utara atau di selatan, karena baik mereka yang kedua).
ataupun segala yang menjadi haknya termasuk
dalam janji sumpahku. Penganjur Agama dan Kekerasan
9. Dan mereka yang hidup dengan tenang dan
Agar potret kekerasan agama dapat terlihat terpisah di bukit-bukit, mereka tidak perlu
dengan lebih jelas, berikut ini kami turunkan mengeluarkan dari pendapatannya untuk pajak,
serentetan peristiwa kekerasan bernuansa agama dan tidak boleh dari seorang Muslim mengambil
bagian dari hak milik mereka; pekerjaan mereka dari banyak sumber yang kami temui.
hanya untuk hidup mereka sendiri. Mungkin karena meluasnya tindakan
10. Apabila hasil bumi banyak dalam waktunya, kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang penduduknya diwajibkan memberikan kepada m enam akan d iriny a o rang - o rang y ang mereka menurut ukuran tertentu dari setiap memegang teguh ajaran agama, para pakar bakul.
kemudian menganalisis hubungan antaragama 11. Dalam masa peperangan, mereka tidak perlu
(ideologi) dipenuhi teror atau kekerasan. meninggalkan tempat tinggal mereka, tidak boleh
Walaupun banyak yang mengancamnya pula mereka dipaksa turut dalam peperangan,
tetapi ada saja pakar yang membenarkannya. dan dalam keadaan demikianpun mereka tidak
Albert Camus, seorang filsuf asal Perancis, dan boleh dipunguti pajak.
12. Penduduk-penduduk Kristen yang menetap dan Sir Karl Popper dari Inggris, mengungkapkan karena kekayaan dan kendaraannya sanggup bahwa kendati pada dasarnya tujuan akhir dari membayar pajak jalan, tidak boleh membayar hampir semua agama atau ideologi adalah
lebih dari 12 drachma. meringankan kesengsaraan manusia, namun
13. Kecuali hal ini, tidak ada lagi yang boleh diminta penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan dari mereka berdasarkan sabda Allah yang
mulia tersebut sama sekali tid ak d ap at berfirman: “ Janganlah kamu ganggu orang-orang
dibenarkan. ahli kitab yang diturunkan daripada Allah, tetapi
Sebaliknya filsuf kenamaan Jean-Paul baiklah kamu memperlakukan mereka dengan
Sartre, juga asal Prancis, tidak saja membenarkan ramah-tamah, berikanlah barang-barangmu yang
“Dirty Hands” (tangan-tangan kotor) untuk baik kepada mereka serta bertukar-pikiranlah
kamu dengan mereka dan halangilah setiap orang mencapai tujuan politik, bahkan menganggap
yang mengganggu mereka” . bahwa terkadang tindakan kekerasan dapat
14. A pabila seorang perempuan Kristen kaw in dianggap suatu kebaikan. Justru karena adanya dengan seorang laki-laki Muslim, si Muslim itu asu m si b ah w a p e n g g u n aan ke ke rasan tidak boleh menghalangi kehendak istrinya untuk merupakan salah satu metode pencapaian tujuan pergi ke gereja d an bersembahyang serta
luhur, maka tidak aneh kalau naluri agresif melaksanakan perintah agamanya.
manusia terkadang tumbuh subur di bawah 15. Bahwa tidak seorangpun boleh menghalangi
naungan agama. mereka daripada memperbaiki gereja-gereja
Tidak sulit untuk membuktikan hal ini, mereka.
apabila kita menelusuri fenomena kekerasan 16. Siapapun yang bertindak bertentangan dengan
telah mewarnai lembaran sejarah. Pada masa menyangkut aborsi. Seorang dokter dibunuh formatif Islam, tiga dari empat Khulafaur karena melakukan aborsi terhadap seorang Rasy id in terb u nu h o leh tang an- tang an pasiennya. Seirama dengan Paul Hill, Pastor kelo m p o k ekstrem is. Khalif ah keem p at Dareis C. Trosch dari Gereja Katolik juga Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dibunuh oleh menyatakan bahwa membunuh dokter-dokter k e l o m p o k K h aw ari j, e k s tr e m i s y a n g y ang m elakukan p raktek abo rsi ad alah membenarkan tind akan kekerasan d alam pembunuhan yang syah menurut agama. Kita mengubah status quo dengan alasan-alasan juga masih belum melupakan bunyi dan isi fatwa agama yang keabsahannya sesuai paham dari seorang pemuka agama Yahudi, Rabbi
mereka. Inilah contoh kekerasan yang pertama di Shlomo G oren, mantan p imp inan Rabbi d alam p erjalanan sejarah Islam akib at (p emuka ag ama Yahud i) d an kelo mp o k indoktrinasi agama yang keliru oleh para tokoh A skhenazir (Yahud i Ero pa Barat), bahw a yang eksklusif-fundamental yang ekstrem. Inilah membunuh Yassir Arafat adalah salah satu dari akibat pemahaman teks-teks Kitab Suci secara tugas keagamaan. Percobaan pembunuhan tekstual atau berteologi secara tekstual. terhadap presiden Mesir Husni M ubarak serta Dalam dunia Kristen, lumuran darah akibat berbagai peledakan bom selalu dikaitkan ekstremitas pemahaman keagamaan pun tidak dengan perintah keagamaan. Bandingkan ini kalah banyaknya. Eksekusi yang dilakukan dan semua dengan yang umum kita diketahui d ilanc arkan mainst ream Kristen kep ad a tentang M usa, Isa dan M uhammad. Alangkah kelompok yang berbeda pendapat dan sekte keji kita telah bergeser dan membelakangi lainnya yang lazim dinamakan kaum sempalan mereka.
(heretic) juga mewarnai sejarahnya. Gelombang Kami akhiri bagian ini dengan nasib yang Krusada (Perang Salib) yang pertama kali menimpa Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin dikumandangkan oleh Sri Paus Urban II pada oleh Yigar Amir. Katanya, ia membunuh Yitzhak abad ke-11 bukan saja melancarkan kekerasan Rabin atas perintah agama dan dengan bantuan terhadap umat Yahudi dan Islam (yang dinilai Tuhan. Itulah tugas keagamaan sesuai dengan musuh), kelompok Kristen Ortodoks Timur pun anjuran halakha (hukum agama Yahudi).
ikut terbabat. Ini semua dilancarkan atas nama Janda mendiang Rabin sangat tepat ketika
Al-M asih, pencinta damai dan penganjur kasih berkomentar tentang pembunuhan suaminya. Ia
sayang. berkata, “ fokus perkataan saya bukan pada pelaku
Para ekstremis selalu berkeyakinan bahwa pembunuhan, tapi lebih kepada mereka yang mengobarkan semangat kekerasan dan kebencian
apa yang mereka lakukan adalah perintah Tuhan
y ang te rc antu m d alam te ks- te ks su c i. dengan dalih agama” . Dengan pernyataannya dia Tampaknya fenomena kekerasan ini tidak hanya seo lah menuding kepada pemuka-pemuka terbatas pada kurun w aktu tertentu. Dia agama dari kelompok ultra ortodoks dan b e r l a n g s u n g s e a k a n - a k a n s a m b u n g pemimpin sayap kanan radikal dalam kelompok menyambung sampai hari ini. Di Mesir, presiden masyarakat Yahudi.
A nw ar Sad at d ibero nd o ng o leh seo rang Memang benar, bila kita menelusuri setiap tentaranya di tahun 1981 demi perintah Tuhan. konflik, akan kita temukan bahwa yang menjadi Ind era Gand hi, Perd ana M enteri Ind ia, pemimpin atau penganjur adalah sumber konflik diberondong oleh dua bodyguard dari kelompok bukan agama yang ber konflik.
Sikh pada tahun 1984, juga dengan motivasi
Solusi, Apa dan Bagaimana?
agama. Selanjutnya sejalan dengan munculnya
berbagai kekerasan, menguat pula fatwa-fatwa Solusi dari problema yang kita hadapi kekerasan dari berbagai tokoh agama.
adalah tantangan bagi kita semua. Pertama-tama Paul Hill, pemuka agama dari gereja yang harus kita pahami bahwa, agama adalah Presbiterian di Amerika Serikat, tidak saja
sesuatu yang berproses di dalam hati sanubari menganjurkan penggunaan kekerasan terhadap setiap manusia dan agama adalah sesuatu yang m ereka y ang m elang g ar ajaran ag am a
sangat subyektif serta merupakan fitrah suci bagi
Setiap manusia. Hubungan agama dan manusia m e r u p a k a n i n p u t y a n g m e m b a n g u n adalah hubungan cinta. Di mana dan bagaimana keberagamaan setiap individu. Di sinilah akan pun manusia itu, dia tidak akan berpisah dari terjadi pergeseran nilai yang sangat tergantung yang dicintainya. Bila muncul sesuatu yang pad a siapa yang meng-input aspek-aspek berbeda dengan yang dicintainya, maka reaksi spiritual dan bagaimana kondisi dan kualitas si yang terjadi ialah “ curiga” yang bisa berlanjut penerima input. Bagaimana latarbelakang si d eng an usaha “mempertahankan” atau p enerim a inp u t, p end id ikanny a, kad ar
“menyerang”. animismenya (bekas warisan lama).
Demikianlah yang terjadi pada pendatang- Dari kualitas pemahaman yang sakral dan pendatang dari Barat pada abad ke-16 seperti yang spiritual, maka termanifestasilah aspek-Belanda, Inggris, Portugis dan Spanyol, yang aspek moralitas. Apakah dia akan fundamentalis Kristiani akan membaw a agama d icintai yang intoleran atau yang toleran. Apakah dia bersamanya. Sehingga sangat keliru bila menjadi radikal yang intoleran atau toleran. dikatakan bahwa mereka ke Indonesia dengan Apakah dia ekstrem yang melihat kebenaran gerbong-gerbong agama Kristen, bahwa mereka hanya miliknya, lain salah dan sesat.
akan meng-kristen-kan bangsa Ind o nesia. Dari sini kita mendapatkan solusi apa dan Padahal mereka adalah para pedagang, yang bagaimana kita harus berbuat:
rakus, yang merantau bersama agama yang Pert ama, sehatkan p em aham an d an dicintainya. Takut terhadap ekspansi suatu penghayatan agama d an teks-teks agama agama adalah tidak sesuai dengan fondasi terhadap para penganjur agama. Karena sasaran keyakinan terhad ap agama. A gama yang d an tujuan p o ko k setiap ag ama ad alah padanya ada Tuhan, yang kita imani adalah keselamatan dan kesempurnaan manusia, maka sesuatu yang harus berlangsung atas dasar fokuskanlah dakwah kita kepada sasaran ini.
pilihan bebas dari akal yang penuh keimanan. Kedua, manusia tidak akan mencapai Semua manusia yang bisa berfikir akan sangat keselamatan dan kesempurnaan kecuali bila komit bahwa “Iman tidak bisa dipaksa”. selain perbendaharaan keagamaan, dia harus Selanjutnya di antara usaha pembodohan memiliki latar belakang pendidikan yang layak ialah metode dakwah yang berfokus kepada sebagai mo d al hid up nya d i d unia yang surga dan neraka. Rasanya untuk mendekati sementara ini. Pengalaman kita di berbagai pada solusi “ apa” yang harus dilakukan dan belahan d unia terutama d i negara yang “ bag aimana” melakukanny a, kita selami dijagokan sebagai Negara Pahlawan Demokrasi sebentar perumusan yang diangkat oleh Ignas dan Hak-hak Asasi Manusia, Amerika Serikat. Kleden (Kompas 3 April 1995) yang menyebut Dr. Jefry Lang dalam bukunya, “ Malaikat pun adanya 3 dimensi pada setiap agama. Bertanya” dan Dr. Alwi Shihab dalam “ Islam 1. Dimensi sakralitas, yaitu pengakuan adanya Insklusif” menceritakan bagaimana sulitnya yang Kudus serta Hormat yang mengatasi m e m b an g u n M as ji d d i w i l ay ah y an g kehidupan kita. populasinya berlatar belakang pendidikan yang 2. Dimensi Spiritualitas, yaitu sikap penganut rendah, sedang di wilayah-wilayah kelompok setiap agama terhadap dirinya sendiri yang terdidik, berjalan dengan mudah, bahkan di berd asarkan nilai-nilai yang d iajarkan gereja-gereja yang berdekatan dengan lokasi
agamanya. masjid, mereka memanfaatkan dengan penuh
3. Dimensi Moralitas, yaitu sikap setiap individu toleransi, satu tempat parkir mobil, secara terhadap orang lain, dan tanggungjawabnya bersama atau bergantian.
terhadap keselamatan dan kesempurnaan Ketiga, dengan demikian, maka setiap
orang lain. penganjur agama harus juga dapat membina
Dapat dipahami bahw a setiap agama jemaahnya untuk mengerti dan trampil dengan memiliki aspek-aspek sakralitas yang mutlak ilmu-ilmu duniawi yang non agama.