• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pluralitas pemikiran tentang Tuhan dengan

Dalam dokumen Daftar Isi - Edisi Khusus 2003.pdf (Halaman 77-79)

sendirinya akan

melahirkan pluralitas

tuhan, yaitu tuhan yang

ada dalam pikiran atau

yang dipikirkan, dan

tuhan yang ada dalam

persepsinya atau yang

dipersepsikan. Pada

hakikatnya, tuhan yang

ada dalam pikiran

seseorang dan yang

dipersepsikan itu bukan

Tuhan itu sendiri.

spiritualitas, karena pluralitas tuhan itu menjadi Dunia ini akan binasa, jika ego isme bagian proses menuju Tuhan. Dalam tahap dibiarkan menguasainya, baik yang berupa pengalaman memasuki dimensi Tuhan Yang kekuasaan, kekay aan m aup un kekuatan. Mutlak, manusia merasakan dirinya berhadapan Ancaman kerusakan dunia dengan kekerasan dengan ketidakterbatasan dan ketakterhinggaan dan peperangan, apalagi dengan persenjataan yang tak mungkin dijangkau, dengan implikasi mutakhir, akan melahirkan penderitaan dan luka pada penegasan realitas kekecilan dan kekerdilan kemanusiaan yang panjang.

diri sendiri dihadapan Tuhan. Pada ujungnya Dalam praktik hidup sufi, egoisme harus pengalaman itu melahirkan sikap rendah hati, ditaklukkan dan bila mungkin ditekan ke titik santun dan menghormati sesamanya. nol, karena energi dan Nur Ilahi akan terserap dalam diri manusia yang sudah terbebas dari

M encegah Kekerasan-Peperangan kekuasaan egoisme dan hawa nafsu destruktif. Mungkin kita perlu belajar dari dunia sufi guna Bagi seorang sufi, Tuhan bukanlah konsep,

ke lu ar d ari krisis m u lti- d im e n si y an g karena itu memperdebatkan konsep tentang

mengancam eksistensi manusia dan kehidupan di Tuhan berdasar logika hanya akan melelahkan;

dunia ini secara keseluruhan, agar Tuhan hadir bahkan menyesatkan. Karena itu, Tuhan harus

secara nyata melalui kasih dan rahmat-Nya menjadi bagian pengalaman hidup nyata dan

merengkuh, menyelamatkan, dan memberi rasa dapat dijalankan dalam praktik hidup sehari-

damai bagi semua yang hidup. hari. Jika tidak ada kehidupan sama sekali di luar

Pesan perdamaian dan resolusi konflik, baik Tuhan, maka kehidupan hanya ada dalam Tuhan

sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama yang sendiri. Ini berarti dalam setiap kehidupan selalu

melanda dunia modern, tidak mungkin jika ada Tuhan.

egoisme masih menguasai pribadi pemimpin Kesadaran demikian, akan membangkitkan

bangsa, terutama yang terlibat konflik. Egoisme semangat untuk memelihara dan tidak merusak

membuat para pemimpin bertindak seperti kehidupan bersama. Jalan sufi adalah jalan

tuhan-tuhan kecil, seakan dapat menggenggam menuju Ilahi, dengan mulai dari dalam diri

kebenaran mutlak dan menjadi kemutlakkan, dan sendiri, karena keyakinan bahwa Tuhan ada

kehendaknya harus diikuti, dijadikan rujukan dalam dirinya, sehingga orang yang tahu dirinya,

dan menjadi ukuran kebenaran. akan tahu tentang Tuhannya, “ man 'arafa nafsahu

Pengalaman sufi menjalani hidup dalam

faqad 'arafa Rabbahu'.

Tuhan adalah kedamaian, keselamatan, dan cinta D alam p raktik su f i, Tu han ad alah

kasih, tid ak akan p ernah m eng halalkan pengalaman hidup nyata, karena itu ke mana saja

kekerasan. Jangankan menumpahkan darah arah mukamu menghadap, disanalah wajah

manusia, menebang pohonpun diharamkannya, Tu h an m u m e n atap , “ w aain ama t u w allu

karena pohon, binatang, lautan, dan hutan adalah

wujuhakum fatsamma wajhullah”. Seorang sufi

sebag ai bentuk eksistensi-N y a, sekalig us sejati bukanlah mereka yang mengelak dan lari

menyadari bahw a Tuhan bukanlah pohon, dari tanggungjawab di dunia, tetapi seseorang

binatang, lautan, hutan, apalagi karya cipta yang dapat menaklukkan egoismenya sendiri.

Bencana beruntun sedang melanda negeri sebuah kekalahan budaya. Kalau tiba-tiba yang pernah disebut Jamrut Katulistiwa ini. Sejak jalanan macet tanpa sebab, kita tidak lagi panik, re se si e ko no m i y ang d itand ai d e ng an tapi langsung berpikir kalau bukan demo, pelajar melonjaknya dollar menjadi 3000 rupiah pada berkelahi atau ada bom. Dengan jawaban itu ada tahun 1997, kondisi sosial politik terus bertambah semacam ketenang an, ting g al bag aimana panas. Lengsernya Presiden Suharto, keruntuhan mencari jalan keluarnya.

Orde Baru, derap reformasi, eforia demokrasi Kalau ada pencopet yang dibakar hidup- d an keb eb asan, keb ang kitan etnis d an hidup oleh massa, kita tidak lagi tergelitik oleh kegandrungan berotonomi daerah, tidak hanya hak azasi manusia, tetapi mungkin telah ikut merupakan pergeseran dari satu situasi ke situasi terjun menjadi bagian dari massa itu. Alasannya lain, tetap i d ib areng i keb ab lasan y ang sederhana, sedikit mengurangi siksaan sakit dari m e n e lo rkan an arkh ism e d an akh irn y a apa yang kita sebut dendam. Dan kalau muncul menimbun mayat. berita manusia mencuri mayat dan memakan, Kekerasan yang sudah sampai ke taraf seperti yang dilakukan oleh Sumanto dari desa kebiadaban, bukan lagi kejadian di dalam Plumutan itu, kita sudah punya jawaban dari dongeng, tetapi makanan sehari-hari. Bentrokan para ahli. Memang kondisi sosial membuat

y a n g d i w a r n a i tambah banyak orang

kekejaman, kekejian, s a k i t j i w a d i

k e b r u t a l a n , m a s y a r a k a t .

d i p ap ark an se c ara Kebebasan bersikap

e n t h u s i a s d e n g a n p un sud ah beg itu

semangat sangat aneh leluasanya, seakan

o leh m ed ia m assa. terkecoh oleh aliran

Sep erti p ep erang an s e s at. Tak h e ran

yang tidak lagi hanya ketika bom meledak

digambarkan dengan di Kuta dan hampir

desingan peluru serta 200 o rang menjadi

ledakan bom, tetapi alunan musik dari orkes korban, ada yang mensyukuri itu sebagai simphoni oleh Francis Coppola dalam film g an jaran y an g p an tas u n tu k i n d u stri Apocalypse Now, kebengisan di Tanah Air tak kemaksiatan yang dilakukan di pulau Dewata. terasa menjadi barang komoditi. Hidup di Tak dipedulikan di balik 200 jiwa itu ada puluhan In d o n e s i a d i m ata m an c an e g ara jad i ribu mungkin jutaan orang akan tercekek menyeramkan. Tetapi sebaliknya, kita d i hidupnya untuk masa yang panjang, karena Bali Nusantara ini yang setiap hari hampir tak pernah sangat tergantung dari pariwisata.

bebas d ari berita-berita kekerasan, mulai Apakah kita pada dasarnya bangsa barbar d ibelajarkan. Tuntutan untuk survive d an yang haus darah? Tentu saja kita serta-merta ketid akm u ng kinan u ntu k m eng elakkan, menolak. Tidak, kita setara adab dengan bangsa menyebabkan masyarakat belajar hidup dalam lain, di mana pun di dunia ini, meskipun secara situasi khaos itu. Dan pada akhirnya perlahan- ekonomi dan sosial-politik kita masih rawan. lahan kita mulai menerima karena terbiasa. Ini Bahkan mungkin kita lebih halus dan lebih penuh

Agama telah menjadi senjata

Dalam dokumen Daftar Isi - Edisi Khusus 2003.pdf (Halaman 77-79)