sendirinya akan
melahirkan pluralitas
tuhan, yaitu tuhan yang
ada dalam pikiran atau
yang dipikirkan, dan
tuhan yang ada dalam
persepsinya atau yang
dipersepsikan. Pada
hakikatnya, tuhan yang
ada dalam pikiran
seseorang dan yang
dipersepsikan itu bukan
Tuhan itu sendiri.
spiritualitas, karena pluralitas tuhan itu menjadi Dunia ini akan binasa, jika ego isme bagian proses menuju Tuhan. Dalam tahap dibiarkan menguasainya, baik yang berupa pengalaman memasuki dimensi Tuhan Yang kekuasaan, kekay aan m aup un kekuatan. Mutlak, manusia merasakan dirinya berhadapan Ancaman kerusakan dunia dengan kekerasan dengan ketidakterbatasan dan ketakterhinggaan dan peperangan, apalagi dengan persenjataan yang tak mungkin dijangkau, dengan implikasi mutakhir, akan melahirkan penderitaan dan luka pada penegasan realitas kekecilan dan kekerdilan kemanusiaan yang panjang.
diri sendiri dihadapan Tuhan. Pada ujungnya Dalam praktik hidup sufi, egoisme harus pengalaman itu melahirkan sikap rendah hati, ditaklukkan dan bila mungkin ditekan ke titik santun dan menghormati sesamanya. nol, karena energi dan Nur Ilahi akan terserap dalam diri manusia yang sudah terbebas dari
M encegah Kekerasan-Peperangan kekuasaan egoisme dan hawa nafsu destruktif. Mungkin kita perlu belajar dari dunia sufi guna Bagi seorang sufi, Tuhan bukanlah konsep,
ke lu ar d ari krisis m u lti- d im e n si y an g karena itu memperdebatkan konsep tentang
mengancam eksistensi manusia dan kehidupan di Tuhan berdasar logika hanya akan melelahkan;
dunia ini secara keseluruhan, agar Tuhan hadir bahkan menyesatkan. Karena itu, Tuhan harus
secara nyata melalui kasih dan rahmat-Nya menjadi bagian pengalaman hidup nyata dan
merengkuh, menyelamatkan, dan memberi rasa dapat dijalankan dalam praktik hidup sehari-
damai bagi semua yang hidup. hari. Jika tidak ada kehidupan sama sekali di luar
Pesan perdamaian dan resolusi konflik, baik Tuhan, maka kehidupan hanya ada dalam Tuhan
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama yang sendiri. Ini berarti dalam setiap kehidupan selalu
melanda dunia modern, tidak mungkin jika ada Tuhan.
egoisme masih menguasai pribadi pemimpin Kesadaran demikian, akan membangkitkan
bangsa, terutama yang terlibat konflik. Egoisme semangat untuk memelihara dan tidak merusak
membuat para pemimpin bertindak seperti kehidupan bersama. Jalan sufi adalah jalan
tuhan-tuhan kecil, seakan dapat menggenggam menuju Ilahi, dengan mulai dari dalam diri
kebenaran mutlak dan menjadi kemutlakkan, dan sendiri, karena keyakinan bahwa Tuhan ada
kehendaknya harus diikuti, dijadikan rujukan dalam dirinya, sehingga orang yang tahu dirinya,
dan menjadi ukuran kebenaran. akan tahu tentang Tuhannya, “ man 'arafa nafsahu
Pengalaman sufi menjalani hidup dalam
faqad 'arafa Rabbahu'.
Tuhan adalah kedamaian, keselamatan, dan cinta D alam p raktik su f i, Tu han ad alah
kasih, tid ak akan p ernah m eng halalkan pengalaman hidup nyata, karena itu ke mana saja
kekerasan. Jangankan menumpahkan darah arah mukamu menghadap, disanalah wajah
manusia, menebang pohonpun diharamkannya, Tu h an m u m e n atap , “ w aain ama t u w allu
karena pohon, binatang, lautan, dan hutan adalah
wujuhakum fatsamma wajhullah”. Seorang sufi
sebag ai bentuk eksistensi-N y a, sekalig us sejati bukanlah mereka yang mengelak dan lari
menyadari bahw a Tuhan bukanlah pohon, dari tanggungjawab di dunia, tetapi seseorang
binatang, lautan, hutan, apalagi karya cipta yang dapat menaklukkan egoismenya sendiri.
Bencana beruntun sedang melanda negeri sebuah kekalahan budaya. Kalau tiba-tiba yang pernah disebut Jamrut Katulistiwa ini. Sejak jalanan macet tanpa sebab, kita tidak lagi panik, re se si e ko no m i y ang d itand ai d e ng an tapi langsung berpikir kalau bukan demo, pelajar melonjaknya dollar menjadi 3000 rupiah pada berkelahi atau ada bom. Dengan jawaban itu ada tahun 1997, kondisi sosial politik terus bertambah semacam ketenang an, ting g al bag aimana panas. Lengsernya Presiden Suharto, keruntuhan mencari jalan keluarnya.
Orde Baru, derap reformasi, eforia demokrasi Kalau ada pencopet yang dibakar hidup- d an keb eb asan, keb ang kitan etnis d an hidup oleh massa, kita tidak lagi tergelitik oleh kegandrungan berotonomi daerah, tidak hanya hak azasi manusia, tetapi mungkin telah ikut merupakan pergeseran dari satu situasi ke situasi terjun menjadi bagian dari massa itu. Alasannya lain, tetap i d ib areng i keb ab lasan y ang sederhana, sedikit mengurangi siksaan sakit dari m e n e lo rkan an arkh ism e d an akh irn y a apa yang kita sebut dendam. Dan kalau muncul menimbun mayat. berita manusia mencuri mayat dan memakan, Kekerasan yang sudah sampai ke taraf seperti yang dilakukan oleh Sumanto dari desa kebiadaban, bukan lagi kejadian di dalam Plumutan itu, kita sudah punya jawaban dari dongeng, tetapi makanan sehari-hari. Bentrokan para ahli. Memang kondisi sosial membuat
y a n g d i w a r n a i tambah banyak orang
kekejaman, kekejian, s a k i t j i w a d i
k e b r u t a l a n , m a s y a r a k a t .
d i p ap ark an se c ara Kebebasan bersikap
e n t h u s i a s d e n g a n p un sud ah beg itu
semangat sangat aneh leluasanya, seakan
o leh m ed ia m assa. terkecoh oleh aliran
Sep erti p ep erang an s e s at. Tak h e ran
yang tidak lagi hanya ketika bom meledak
digambarkan dengan di Kuta dan hampir
desingan peluru serta 200 o rang menjadi
ledakan bom, tetapi alunan musik dari orkes korban, ada yang mensyukuri itu sebagai simphoni oleh Francis Coppola dalam film g an jaran y an g p an tas u n tu k i n d u stri Apocalypse Now, kebengisan di Tanah Air tak kemaksiatan yang dilakukan di pulau Dewata. terasa menjadi barang komoditi. Hidup di Tak dipedulikan di balik 200 jiwa itu ada puluhan In d o n e s i a d i m ata m an c an e g ara jad i ribu mungkin jutaan orang akan tercekek menyeramkan. Tetapi sebaliknya, kita d i hidupnya untuk masa yang panjang, karena Bali Nusantara ini yang setiap hari hampir tak pernah sangat tergantung dari pariwisata.
bebas d ari berita-berita kekerasan, mulai Apakah kita pada dasarnya bangsa barbar d ibelajarkan. Tuntutan untuk survive d an yang haus darah? Tentu saja kita serta-merta ketid akm u ng kinan u ntu k m eng elakkan, menolak. Tidak, kita setara adab dengan bangsa menyebabkan masyarakat belajar hidup dalam lain, di mana pun di dunia ini, meskipun secara situasi khaos itu. Dan pada akhirnya perlahan- ekonomi dan sosial-politik kita masih rawan. lahan kita mulai menerima karena terbiasa. Ini Bahkan mungkin kita lebih halus dan lebih penuh