• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT DALAM MENGATASI GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT DALAM MENGATASI GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT DALAM MENGATASI GANGGUAN POLA TIDUR PADA LANSIA

1T.Eltrikanawati, 2Nira Deviana Simatupang Institut Kesehatan Mitra Bunda

Email : [email protected]

ABSTRAK

Setiap orang memiliki siklus bangun tidur yang sudah biasa dilakukan menentukan kapan waktu yang tepat untuk tidur. Waktu tersebut dapat didukung oleh cahaya lampu atau matahari di siang hari, kebiasaan waktu makan dan aktivitas yang dilakukan seperti biasanya dalam waktu tertentu setiap harinya. Seseorang yang mempunyai pola tidur – bangun yang teratur lebih menunjukkan tidur yang berkualitas dan performa yang lebih baik daripada orang yang mempunyai pola tidur bangun yang berubah-ubah. Tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah agar dapat mengatasi gangguan pola tidur yang dialami oleh lansia dengan hipertensi. Metode yang digunakan adalah studi kasus yang dilakukan berdasarkan tahap-tahap asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil asuhan keperawatan dengan pemberian terapi air hangat yang dilakukan selama enam hari didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan waktu tidur selama satu jam, bila dibandingkan waktu tidur sebelumnya. Diharapkan kepada lansia bisa menerapkan terapi non farmakologi ini, salah satunya dengan penerapan terapi mandi air hangat dalam mengatasi gangguan pola tidur.

Kata kunci : Gangguan Pola Tidur, Terapi Mandi Air Hangat , Lansia

ABSTRACT

Everyone has a sleep-wake cycle that is usually done to determine when the right time to sleep. This time can be supported by light or sun during the day, eating habits and activities carried out as usual at certain times of the day. A person who has a sleep-wake pattern that shows more sleep quality and better performance than a person who has a changing sleep pattern. The purpose of implementing this care is to be able to overcome sleep pattern disorders experienced by the elderly with hypertension. The method used is a case study conducted based on the stages of care, including assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation. The results of care by giving warm water therapy for six days showed that there was an increase in sleep time for one hour, when compared to the previous sleep. It is hoped that the elderly can apply this non-pharmacological therapy, one of which is the application of warm bath therapy in overcoming sleep pattern disorders.

Key words: Sleep Pattern Disorders, Warm Bath Therapy, Elderly

PENDAHULUAN

Usia lanjut adalah proses alamiah yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gejala- gejala kemunduran fisik seperti merasa cepat lelah, stamina menurun, badan menjadi membongkok, kulit keriput,rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi

pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi sangat beresiko tinggi menderita penyakit jantung dan penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah

(2)

2 dan semakin tinggi tekanan darah, maka

semakin besar resikonya (Price, 2015).

Diprediksi pada 2025, jumlah lansia membengkak menjadi 40 jutaan. Bahkan pada 2050 jumlah lansia diperkirakan mencapai 71,6 juta jiwa di Indonesia Besarnya populasi lansia ini akan berdampak pada besarnya pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi pada lansia (Kemensos, 2015). Proses degeneratif pada lansia menyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan pola tidur (Majid, 2014).

Proses degeneratif pada lansia menyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan pola tidur (Majid, 2014). Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang yang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur di malam hari dan merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur yang cukup namun masih akan merasa tidak bugar setelah bangun dari tidur (Susilo 2014).

Fase lansia membawa perubahan organ obiologik karena makin menuanya organ- organ tubuh. Salah satu dampak proses menua yang lazim terjadi adalah perubahan pola tidur yang merupakan salah satu batasan karateristik terjadinya insomnia.

Seorang lansia akan lebih sering terjaga pada malam hari sehingga total waktu tidur malamnya berkurang (Marchira, 2013).

Dampak tekanan darah juga mempengaruhi tidur pada pasien hipertensi. Tekanan darah secara normal menurun ketika sedang tidur normal (sekitar 10-20% masih dianggap normal) dibandingkan ketika kita sedang dalam keadaan sadar dan keadaan ini

dihubungkan karena penurunan aktivitas simpatis pada keadaan tidur. Apabila tidur mengalami gangguan, maka tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi yang berujung pada penyakit kardiovaskuler (Calhoun dan Harding, 2012).

Penelitian Andriyani (2015) menyimpulkan bahwa pemberian hidroterapi mandi air hangat berpengaruh terhadap perubahan tingkat insomnia lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati (2015) yang menyimpulkan bahwa bahwa terdapat penurunan yang signifikan insomnia sebelum dan sesudah diberi perlakuan mandi air hangat. Berdasarkan penelitian Lotu, Dion dan Wawo (2020) menyimpulkan bahwa terapi mandi air hangat efektif dalam meningkatkan kualitas tidur

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini merupakan rancangan studi kasus dengan menerapakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Panas kota Batam.

Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dengan metode kunjungan pada satu pasien.

Selama proses penelitian ini menggunakan media dan alat seperti format asuhan keperawatan gerontik, dan terapi non farmakologi yang dilakukan adalah mandi dengan menggunakan terapi air hangat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Februari 2020 pada Ny.S, data hasil pengkajian pertama di dapatkan, klien mengatakan sudah lama mengalami gangguan tidur, klien mengatakan sering terbangun pada malam hari sekitar jam

(3)

3 01.00 Wib, klien mengatakan tidur hanya 4

jam per hari nya, klien mengatakan tidur malam pada pukul 21.00 Wib, klien mengatakan nyeri pada kepalanya, klien mengatakan jika sedang banyak pikiran klien tidak bisa tidur, klien mengatakan pusing. Berdasarkan data objektif didapatkan adanya kantung mata pada klien serta lingkar mata hitam, wajah klien tampak lelah, mata klien terlihat cekung.

Tanda-tanda Vital sebagai berikut: TD:

180/100 mmHg, RR : 18x/menit, Nadi:

84x/menit, T: 36,80c.

Keluhan yang dirasakan oleh Ny.S sejalan dengan hasil penelitian Nurhidayat (2009) yang terdapat pada saat pengkajian pada pasien yaitu tanda fisik sedangkan tanda psikologis yaitu tidak ditemukan pada pasien, tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik yaitu ekspresi wajah memiliki ciri area gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.

Tanda psikologis dapat terlihat antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan dan pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan (Hidayat, 2009).

Peneliti menegakkan diagnosa yaitu:

gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur (NANDA, Nurarif Amin Huda, 2015).

Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa gangguan pola tidur. Klien mengatakan sudah lama mengalami gangguan tidur, klien mengatakan sering terbangun pada malam hari sekitar jam 01.00 Wib, klien mengatakan tidur hanya 4 jam per hari nya, klien mengatakan tidur malam pada pukul 21.00 malam, klien

mengatakan nyeri pada kepalanya, klien mengatakan jika sedang banyak pikiran klien tidak bisa tidur, klien mengatakan pusing. Data Objektif didapatkan, terdapat kantung mata pada klien serta lingkar mata hitam, wajah klien tampak lelah, mata klien terlihat cekung. TTv: Td: 180/100 mmHg, Rr: 18x/menit, Nadi: 84x/menit T:36,80c.

Hal ini sejalan dengan teori NANDA (2015) pada gangguan pola tidur dengan batasan karakteristik perubahan pola tidur normal, ketidakpuasan tidur, menyatakan sering terjaga, menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur.

Perencanaan keperawatan yang pertama dengan gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari kunjungan diharapkan klien dapat mempertahankan kebutuhan tidur dalam batas normal, klien mengatakan kualitas tidur baik, bangun tidur klien merasa segar, mata klien tampak lebih segar, tidak terbangun dimalam hari.

Intervensi yang diberikan penulis rumuskan menggunakan Sleep Enchancement, menurut teori PPNI Edisi I yaitu: ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, gunakan pakaian yang longgar, anjurkan mengambil posisi nyaman, anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi, observasi tanda-tanda vital, anjurkan klien untuk tidak banyak tidur siang hari, kolaborasikan pemberian mandi air hangat sebelum tidur.

Implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah disusun dengan memperhatikan aspek, tujuan dan kriteria hasil dalam tindakan keperawatan yang dilakukan selama 6 hari kunjungan yang dimulai pada tanggal 2-7 Februari 2020. Diagnosa mengkaji masalah gangguan tidur klien, karakteristik dan penyebab kurang tidur klien, mengukur tanda-tanda vital, menganjurkan klien untuk tidak banyak tidur pada siang hari, menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang

(4)

4 nyaman, kolaborasikan terapi

nonfarmakologi yaitu memberikan informasi dan menerapkan terapi mandi air hangat yang dilakukan selama 5 hari dimulai dari jam 4 sore setiap harinya dengan menyiapkan air hangat dengan mengguyurkan air keseluruh tubuh yang dilakukan secara mandiri serta menggunakan termometer dengan suhu 370c dan menunggu klien untuk mandi selama 10-20 menit, setelah klien siap mandi kemudian diobservasi kembali.

Evaluasi hari keempat klien mengatakan tidur dengan posisi miring, wajah klien tampak masih lelah, mata klien tampak berkantung, klien mengatakan masih terbangun dimalam hari, klien mengatakan sudah mulai tidur malam meskipun hanya setengah jam. Pada hari kelima klien mengatakan bisa terbangun untuk BAK, klien mengatakan tidur dengan posisi miring, wajah klien tampak lebih segar, tampak terlihat lebih rileks, klien mengatakan sudah mulai tidur malam meskipun hanya setengah jam. Pada hari keenam klien mengatakan tidur malam nyenyak, hanya terbangun untuk BAK dan bisa tidur kembali. Wajah klien terlihat segar dan tidak tampak keletihan, klien mengatakan mengungkapkan rasa senang dan badannya terasa rileks setelah mandi air hangat sebelum tidur terjadi peningkatan jam tidur 1 jam dari 4 jam menjadi 5 jam.

KESIMPULAN

1. Pengkajian pada Ny.S diperoleh data subjektif klien mengatakan susah tidur sudah lama beserta penyakit hipertensinya, klien mengatakan tidak bisa tidur siang, klien mengatakan susah tidur malam dan sering terbangun pada tengah malam sekitar jam 1 malam, klien mulai tidur pada jam 9 malam dan jika sudah terbangun klien susah untuk tidur kembali hanya tidur kurang 4 jam.

Sedangkan data objektif, klien terdapat kkantung mata dan pada lingkar mata

berwarna hitam, wajah klien terlihat lelah. Klien mengeluh merasakan nyeri pada kepalanya dengan karakteristik nyeri dirasakan bertambah jika terlalu banyak beraktifitas, nyeri terasa berdenyut-denyut, nyeri pada kepala bagian belakang (tengkuk). Skala nyeri 4, waktu nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan durasi sekitar 5 menit, sedangkan data objektif didapatkan klien tampak meringis, data subjektif klien mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya. Sedangkan data objektif didapatkan pada klien tampak gelisah, klien tampak mengekspresikan kekhawatiran. Didapatkan tanda-tanda vital sebagai berikut : TD: 160/90 mmHg, Nadi:80x/menit, RR : 20x/menit.

2. Pada perumusan diagnosa keperawatan pada Ny.S adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan ansietas berhubungan dengan penyakit.

3. Intervensi keperawatan pada Ny.S menggunakan aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa mendis , NANDA NIC NOC edisi Revisi jilid 2 dan PPNI Edisi I cetakan 2.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan dari tanggal 2-7 Desember 2019 selama 6 hari sesuai dengan perencanaan yang dibuat berdasarkan NANDA NIC NOC edisi Revisi jilid 2 dan PPNI Edisi I cetakan 2 serta dengan mengaplikasikan terapi nonfarmakologi yaitu teknik mandi air hangat.

5. Evaluasi keperawatan dengan diagnosa gangguan pola tidur teratasi terjadi peningkatan jam tidur klien 1 jam dari yang biasanya tidur hanya 4 jam per harinya menjadi 5 jam

(5)

5 UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terimakasih kepada Kepala Puskesmas Sei Panas, Ketua Yayasan Harapan Bunda, dan Rektor Institut Kesehatan Mitra Bunda.

REFERENSI

Buysse, D. J. (1988). The pittsburg sleep quality index: A New Instrument for pysychiatric practice and research. Psychiatri Research, 193-207

Cahyaningsih, A. W. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Kualitas Tidur Lansia di UPT Wredha Budi Dharma Ponggalan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi Tidak Dipublikasikan. PSIK Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Dalimartha, P, S, dkk. (2008). Care your self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+

Damayanti, A, P, (2014). Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi rendam hangat pada penderita hipertensi di Desa Kebon Dalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Stikes Ngudi Waluyo:

Ungaran

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Febriastuti, H. N. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia di Dusun Krodan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi Tidak Dipublikasikan. PSIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Gottlieb, D. J. (2007). Association of Usual Sleep Duration With

Hypertension: The Sleep Heart Health. Sleep Duration and Hypertension , 1

Ilkafah. (2016). Perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti hipertensi dan terapi rendam air hangat di wilayah kerja

Puskesmas Antara

Tamalanrea.Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol. 5 (No. 2), Edisi Mei. ISSN: 2302-2493.

Makasar

Laksita, I. D. (2016). Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Tingkat Kecemasan pada Lansia di Desa Praon Nusukan Surakarta.

Universitas Muhammadiyah Surakarta , 2.

Likah. (2008). Pengaruh Terapi Mandi Air Hangat Sebelum Tidur Terhadap Kejadian Insomnia Pada Usia Lanjut di PSTW Budi Luhur Kasongan Bangun Jiwo Kasihan Bantul Yogyakarta.

Yogyakarta: Skripsi Tidak Dipublikasikan

Lumantow, R.O. (2016). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja di Desa Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 (Nomor 1). Universitas Sam Ratulangi Manado

Rahmawati, T. S. (2015). Efektifitas mandi air hangat dan aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia.. Profesi, Volume 13, (Nomor 1), Edisi September.

Stikes Muhammadiyah Klaten Surbakti, S. (2014). Pengaruh latihan

jalan kaki 30 menit terhadap

(6)

6 penurunan tekanan darah pada

pasien penderita hipertensi di

Rumah Sakit Umum

Kabanjahe.Pengabdian

Masyarakat Vol. 20 (Nomor 77), Tahun XX edisi September

Yulistian, K. (2017). Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien hipertensi di Puskesmas Jati Kabupaten Kudus

Wahyudi, A. S. (2016). Ilmu keperawatan dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media

Referensi

Dokumen terkait

2 Data Subjektif: Klien mengatakan gelisah pada saat tidur sering terbangun akibat stress dan sakit yang dirasakan pada kepalanya. Data

karakteristik, dan penyebab kurang tidur. Anjurkan klien untuk mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur. Anjurkan klien untuk tidur dengan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.S selama 4x pertemuan dan melakukan pengkajian, di dapatkan data subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan mendengar suara suara

gangguan kebutuhan pola tidur pada lansia. c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. M dengan. gangguan pola tidur pada lansia. d) Mampu melakukan intervensi

Hasil pengkajian didapatkan keluhan keluarga klien 1 dan 2 mengatakan tidak mengetahui tentang faktor pencetus serangan Asma, pengertian tanda dan

Hasil pengkajian didapatkan keluhan keluarga klien 1 dan 2 mengatakan tidak mengetahui tentang faktor pencetus serangan Asma, pengertian tanda dan

Setelah dilakukan pengkajian terdapat data subjektif yang mengatakan bahwa klien mengeluh merasa malu dengan orang lain karena penyakit jiwa yang di deritanya sehingga klien

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.S selama 4x pertemuan dan melakukan pengkajian, di dapatkan data subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan mendengar suara suara