• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis sistem pengadaan obat dengan metode ABC indeks kritis (studi kasus pengadaan obat jaminan kesehatan nasional di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis sistem pengadaan obat dengan metode ABC indeks kritis (studi kasus pengadaan obat jaminan kesehatan nasional di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

xvii ABSTRAK

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah salah satu rumah sakit yang ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sejak Mei 2014 sampai dengan April 2015 telah terjadi kenaikan jumlah kunjungan pasien per bulan secara signifikan sebesar 314%. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan kebutuhan obat-obatan JKN. Penggunaan tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s) menuntut pelayanan yang efisien dan efektif, termasuk dalam pengadaan obat JKN.

Penelitian ini adalah penelitian observasional (non-eksperimental). Untuk perencanaan pengadaan obat JKN, dalam penelitian ini dilakukan analisis nilai pakai, analisis nilai investasi, dan analisis ABC indeks kritis untuk mengetahui obat JKN mana saja yang termasuk kelompok A, B, dan C indeks kritis. Selanjutnya dilakukan peramalan kebutuhan obat kelompok A indeks kritis dengan metode Double Exponential Smoothing untuk setiap bulan mulai Juli sampai dengan Desember 2015. Dilakukan juga perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), ReOrder Point (ROP), dan Safety Stock (SS) untuk setiap bulan mulai Juli sampai dengan Desember 2015.

Masih ada beberapa hal dalam sistem pengelolaan obat yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar. Hasil perhitungan analisis ABC indeks kritis menunjukkan sembilan obat JKN masuk dalam kelompok A indeks kritis. Setelah dilakukan perhitungan peramalan kebutuhan obat, didapatkan juga hasil perhitungan EOQ, ROP, dan SS untuk masing-masing bulan dari Juli sampai dengan Desember 2015. Adanya perhitungan ini bermanfaat untuk membantu unit logistik dalam pengadaan obat JKN sehingga terjadi keseimbangan antara tingkat pelayanan dan biaya.

(2)

xviii ABSTRACT

Panti Rapih Hospital is one of hospitals joining the program of Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). During the period of May 2014 up to April 2015, there was a significant increase on the monthly number of patients being treated. The number of patients increased by 314%. Consequently, the increased number of patients was followed by the increasing need of JKN medicine. Further, the application of the Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s) tariff requires effective and efficient services, including the procurement of JKN medicine.

This research is a non-experimental research. For the purpose of procurement planning of JKN medicine, several analysis were done to classify JKN medicine into group A, B, and C based on the critical index. The analysis were usage value analysis, investment value analysis, and ABC critical index analysis. Further, to determine the estimated needs of medicine of the group A critical index, the researcher employed Double Exponential Smoothing method to calculate monthly estimated need of medicine period of July up to December 2015. As well, the calculation of Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point (ROP), and Safety Stock (SS) conducted for the same period.

The researcher found that there are several items in the medicine management system do not conform the standart. The result of ABC critical index analysis shows that nine of the JKN medicine belong to the group A critical index. The analysis also provides result of EOQ, ROP, and SS for the period of July up to December 2015. Further, the result of analysis could assist the Logistic Unit of Panti Rapih Hospital in preparing the procurement of the JKN medicine to provide better service for the patients and to achieve cost efficiency.

(3)

i

ANALISIS SISTEM PENGADAAN OBAT

DENGAN METODE ABC INDEKS KRITIS

(Studi Kasus Pengadaan Obat Jaminan Kesehatan

Nasional di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

.

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

.

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

.

..

.

.

Diajukan oleh:

Helena Pujawati

132222212.

.

.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang Mahakuasa atas kasih dan rahmat

kurnia serta segala bimbingan yang telah dilimpahkan sehingga penulisan tesis

yang berjudul “Analisis Sistem Pengadaan Obat dengan Metode ABC Indeks

Kritis (Studi Kasus Pengadaan Obat Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta)” dapat diselesaikan. Tesis ini ditulis sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama berproses dalam menyelesaikan tesis ini, penulis bersyukur atas

segala bentuk dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu sehingga tesis

ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Sr. Carolina, CB dan beserta anggota Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia,

serta dr. Teddy Janong dan segenap direksi Rumah Sakit Panti Rapih yang

telah memberi kesempatan untuk menjalani studi Program Magister

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D dan Dr. Rita Suhadi, M.Si,

Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan

(9)

vi

3. Ch. Ika Sindudisastra, S. Farm, Apt. sebagai Kepala Instalasi Farmasi dan

Yoanna Rissa Mayasari, S. Farm, Apt. sebagai Kepala Bidang Logistik

yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

4. Para Suster se Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus

Borromeus, khususnya bagi para suster di Komunitas Panti Rapih untuk

segala bentuk dukungan dan doanya.

5. Mama Teresa Ming Cing serta adik Septiani dan Setiadi atas dukungan

doanya.

6. Teman-teman di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih yang

senantiasa memberi dukungan dan semangat.

7. Sahabat-sahabat MM USD angkatan I untuk kemurahan hati,

kebersamaan dan kegembiraan dalam menempuh studi, serta untuk semua

yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan caranya

masing-masing memberi dukungan dalam penyusunan tesis ini.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan masukan demi penyempurnaan

(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR RUMUS... xiv

DAFTAR SINGKATAN... xv

ABSTRAK... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8

(11)

viii

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit ... 10

B. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 11

1. Tarif Indonesian-Cased Based Groups (INA-CBG’s)... 12

2. Formularium Nasional... 14

3. Pengadaan Obat JKN... 15

C. Logistik ... 16

D. Pengadaan ... 17

E. Persediaan ... 18

1. Pengendalian persediaan ... 19

2. Teknik pengendalian ... 19

a. Analisis ABC... 19

b. Analisis VEN ... 20

c. Analisis ABC Indeks Kritis ... 21

d. Safety Stock ... 21

e. Economic Order Quantity (EOQ) ... 22

f. Reorder Point (ROP) ... 22

3. Peramalan ... 23

F. Profil Rumah Sakit Panti Rapih... 24

1. Sejarah... 24

2. Visi dan Misi... 25

3. Kebijakan Mutu... 26

(12)

ix

5. Fasilitas dan Pelayanan... 27

6. Layanan Unggulan... 31

7. Pengembangan Layanan Medis... 32

8. Unit Logistik... 32

9. Instalasi Farmasi... 34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 36

C. Definisi Operasional ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Metode Pengumpulan Data ... 40

F. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sistem Pengelolaan Obat JKN di RSPR... 45

B. Peramalan kebutuhan obat JKN kelompok A indeks kritis untuk Juli– Desember 2015... 51

1. Pengelompokan obat berdasarkan ABC nilai pakai... 51

2. Pengelompokan obat berdasarkan ABC nilai investasi... 54

3. Pengelompokan obat berdasarkan ABC Nilai Indeks Kritis... 56

(13)

x

C. Economic Order Quantity (EOQ) , Safety Stock (SS), dan Re Order

Point (ROP) tiap item obat JKN kelompok A Indeks Kritis untuk

Juli-Desember 2015... 60

1. Economic Order Quantity (EOQ) tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis untuk Juli–Desember 2015... 60

2. Safety Stock (SS) tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis untuk Juli-Desember 2015... 62

3. Reorder Point (ROP) tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis untuk Juli-Desember 2015... 63

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 66

B. Implikasi Manajerial... 66

C. Keterbatasan... 67

D. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

xi DAFTAR TABEL

Halaman

Tebel 1.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan... 8

Tabel 2.1 Contoh tarif INA-CBG 2014 Regional 1 rumah sakit kelas B rawat inap... 13

Tabel 3.1 Variabel- variabel dalam penelitian... Tabel 4.1 Pengelompokan obat JKN berdasarkan analisis ABC nilai pakai... 52 Tabel 4.2 Pengelompokan obat JKN berdasarkan analisis ABC nilai investasi... 54

Tabel 4.3 Pengelompokan obat JKN berdasarkan analisis ABC indeks kritis... 56

Tabel 4.4 Daftar obat JKN golongan A indeks kritis... 56

Tabel 4.5 Jumlah peramalan kebutuhan obat JKN bulan Juli–Desember 2015... 59

Tabel 4.6 EOQ obat JKN kelompok A indeks kritis... 61

Tabel 4.7 Safety stock obat JKN golongan A indeks kritis... 62

(15)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Alur Pemesanan Obat JKN... 33

(16)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih... 72

Lampiran 2 Daftar Nama dan Harga Obat JKN di Rumah Sakit Panti Rapih... 73

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi... 82

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi... 84

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Kepala Logistik... 86

Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Kepala Logistik... 88

Lampiran 7 Kuisioner Penentuan Nilai Kritis Obat... 96

Lampiran 8 Hasil Kuesioner Nilai Kritis... 97

Lampiran 9 Analisis ABC Nilai Pakai... 108

Lampiran 10 Analisis Nilai Investasi... 115

Lampiran 11 Analisis ABC Indeks Kritis... 122

Lampiran 12 Peramalan Kebutuhan Obat Kelompok A Indeks Kritis... 129

Lampiran 13 EOQ, Safety Stock, ROP... 138

Lampiran 14 Profil Pasien JKN di Rumah Sakit Panti Rapih... 141

Lampiran 15 Profil Obat JKN di Rumah Sakit Panti Rapih... 143

Lampiran 16 Profil Farmakologi Obat Analisis ABC Nilai Pakai... 144

Lampiran 17 Profil Farmakologi Obat Analisis ABC Nilai Investasi 145 Lampiran 18 Profil Farmakologi Obat Analisis ABC Indeks Kritis... 146

(17)

xiv DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus 1 Nilai Indeks Kritis... 42

Rumus 2 Double Exponential Smoothing... 42

Rumus 3 Safety Stock... 43

(18)

xv DAFTAR SINGKATAN

ACLS Advanced Cardiac Life Support

ASKES Asuransi Kesehatan

ATLS Advanced Trauma Life Support

BLS Basic Life Support

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CSSD Central Sterile Supply Department

EOQ Economic Order Quantity

ESWL Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Fornas Formularium Nasional

HD Hemodialisa

ICCU Intensive Cardiology Care Unit

ICU Intensive Care UnitInter

IFRS Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IGD Instalasi Gawat Darurat

IHMA Indonesian Hospital Management Awards

IMC Inter Mediate Care

INA-CBG’s Indonesian - Case Based Groups

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

LT Lead Time

(19)

xvi

NQA National Quality Assurance

PBF Pedagang Besar Farmasi

PBI Penerima Bantuan Iur

PCNL Precutaneus Nephrolithotripsy

PPGD Pertolongan Pertama Gawat Darurat

PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PSI Pengelola Sistem Informasi

RKO Rencana Kebutuhan Obat

ROP Re-Order Point

RSPR Rumah Sakit Panti Rapih

SIM-RS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

SLE Sistemik Lupus Eritematosus

SPO Standar Prosedur Operasional

SS Safety Stock

TTK Tenaga Teknis Kefarmasian

TURP Transurethral Resection of the Prostate

(20)

xvii ABSTRAK

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah salah satu rumah sakit yang ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sejak Mei 2014 sampai dengan April 2015 telah terjadi kenaikan jumlah kunjungan pasien per bulan secara signifikan sebesar 314%. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan kebutuhan obat-obatan JKN. Penggunaan tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s) menuntut pelayanan yang efisien dan efektif, termasuk dalam pengadaan obat JKN.

Penelitian ini adalah penelitian observasional (non-eksperimental). Untuk perencanaan pengadaan obat JKN, dalam penelitian ini dilakukan analisis nilai pakai, analisis nilai investasi, dan analisis ABC indeks kritis untuk mengetahui obat JKN mana saja yang termasuk kelompok A, B, dan C indeks kritis. Selanjutnya dilakukan peramalan kebutuhan obat kelompok A indeks kritis dengan metode Double Exponential Smoothing untuk setiap bulan mulai Juli sampai dengan Desember 2015. Dilakukan juga perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), ReOrder Point (ROP), dan Safety Stock (SS) untuk setiap bulan mulai Juli sampai dengan Desember 2015.

Masih ada beberapa hal dalam sistem pengelolaan obat yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar. Hasil perhitungan analisis ABC indeks kritis menunjukkan sembilan obat JKN masuk dalam kelompok A indeks kritis. Setelah dilakukan perhitungan peramalan kebutuhan obat, didapatkan juga hasil perhitungan EOQ, ROP, dan SS untuk masing-masing bulan dari Juli sampai dengan Desember 2015. Adanya perhitungan ini bermanfaat untuk membantu unit logistik dalam pengadaan obat JKN sehingga terjadi keseimbangan antara tingkat pelayanan dan biaya.

(21)

xviii ABSTRACT

Panti Rapih Hospital is one of hospitals joining the program of Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). During the period of May 2014 up to April 2015, there was a significant increase on the monthly number of patients being treated. The number of patients increased by 314%. Consequently, the increased number of patients was followed by the increasing need of JKN medicine. Further, the application of the Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s) tariff requires effective and efficient services, including the procurement of JKN medicine.

This research is a non-experimental research. For the purpose of procurement planning of JKN medicine, several analysis were done to classify JKN medicine into group A, B, and C based on the critical index. The analysis were usage value analysis, investment value analysis, and ABC critical index analysis. Further, to determine the estimated needs of medicine of the group A critical index, the researcher employed Double Exponential Smoothing method to calculate monthly estimated need of medicine period of July up to December 2015. As well, the calculation of Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point (ROP), and Safety Stock (SS) conducted for the same period.

The researcher found that there are several items in the medicine management system do not conform the standart. The result of ABC critical index analysis shows that nine of the JKN medicine belong to the group A critical index. The analysis also provides result of EOQ, ROP, and SS for the period of July up to December 2015. Further, the result of analysis could assist the Logistic Unit of Panti Rapih Hospital in preparing the procurement of the JKN medicine to provide better service for the patients and to achieve cost efficiency.

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Permenkes RI No. 56/2014 rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna (Depkes RI, 2014a). Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah

satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan dan merupakan

bagian tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang

berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu (Depkes

RI, 2004).

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah rumah sakit yang mampu

menerima rujukan dari rumah sakit-rumah sakit lain di sekitarnya, terutama bagi

layanan-layanan subspesialistik yang tersedia. Selain itu RSPR juga memberikan

bimbingan medik, keperawatan maupun non medik kepada rumah sakit lain yang

membutuhkan (RS. Panti Rapih, 2014).

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sejak 1 Januari 2014 BPJS Kesehatan

mulai beroperasi menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan

Kesehatan Nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan

kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Demikian

(23)

2

Pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan

Tingkat Lanjutan dilakukan dengan menggunakan tarif Indonesian-Case Based

Groups (INA-CBG’s). Tarif ini didasarkan atas paket layanan pengelompokan

diagnosis penyakit (Depkes RI, 2014b). Sistem pembayaran klaim ini menuntut

adanya efisiensi dalam pelaksanaan pelayanan, termasuk juga dalam pengadaan

obat-obatan BPJS.

Belanja obat mengkonsumsi sebagian besar anggaran pelayanan kesehatan.

Sebuah rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan

sumberdaya yang tersedia secara optimal yang bertujuan untuk mencapai efisiensi

dalam kendali biaya. Tujuannya adalah untuk memastikanpersediaan yang

memadai dari barang yang dibutuhkan sehingga pasokan barang dapat

dipertahankan (Wandalkar et al, 2013). Penyimpanan berarti uang yang tidak

bergerak dan penyimpanan juga meningkatkan biaya, diantaranya adalah biaya

simpan dan biaya pemesanan, serta adanya kehilangan kesempatan untuk

memperoleh keuntungan (Jacobs and Chase, 2014).

Luasnya pelayanan dan keikutsertaan RSPR dalam JKN menuntut suatu

pengelolaan persediaan farmasi yang efisien. Pelaksanaan JKN juga mengubah

pola konsumsi obat. Penggunaan formularium nasional sebagai pedoman

pengobatan JKN dan bertambahnya pasien peserta JKN karena adanya kewajiban

menggunakan BPJS bagi para pekerja dan masyarakat pada tahun 2015

menyebabkan peningkatan konsumsi obat-obat JKN. Jumlah pasien BPJS di

(24)

3

kunjunganpasien per bulan pada Mei 2014 sebanyak 2920 pasien menjadi 9161

pasien per bulan pada April 2015 atau peningkatan sekitar 314%.

Pengelolaan obat JKN di RSPR terpisah dengan obat regular. Obat-obat

JKN memiliki daftar tersendiri dan dikhususkan hanya untuk pasien JKN. Sampai

saat ini belum ada evaluasi terhadap sistem manajemen pengelolaan obat JKN di

RSPR.

Menurut Permenkes No. 58 tahun 2014tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan

untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai dengan standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang

berkesinambungan mulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, juga

penyesuaian antara kebutuhan dan dana (Depkes RI, 2014a).

Dari pengamatan awal di RSPR, ada beberapa masalah yang terkait

dengan manajemen pengadaan obat JKN. Perencanaan pengadaan obat JKN di

bagian logistik belum menggunakan suatu analisis, hanya berdasarkan perkiraan

konsumsi. Kurangnya perencanaan menyebabkan terjadinya kekosongan obat atau

stock out. Frekuensi pengadaan tidak terencana sehingga biaya yang harus

dikeluarkan untuk pemesanan tidak dapat diprediksi. Pasien yang tidak dapat

terlayani juga harus mencari apotek lain yang melayani pasien JKN.

Analisis ABC atau Pareto adalah suatu analisis yang dapat digunakan

dalam menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi, sementara analisis VEN

(25)

4

pengadaan, dan penggunaan perbekalan farmasi. Analisis VEN dapat membantu

dalam mengontrol stok obat-obatan yang perlu kontrol ketat untuk menghindari

stock-out dan memperbesar manfaat dari dana yang tersedia (Devnani et al, 2010).

Dengan demikian gabungan analisis ABC-VEN dapat digunakan untuk

mengevaluasi pola pengadaan dengan dasar prioritas (Quicket al, 2012). Analisis

ABC indeks kritis adalah kombinasi analisis ABC yang meliputi analisis ABC

nilai pakai, analisis ABC nilai investasi, dan analisis VEN yang digunakan untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan dana terutama pada obat-obatan berdasarkan

dampaknya pada kesehatan (Suciati dan Adisasmito, 2006).

Kelompok obat A indeks kritis dengan Nilai Indeks Kritis (NIK 9,5 – 12)

merupakan obat dalam kategori kritis. Kelompok obat tersebut kritis bagi sebagian

besar pemakainya atau bagi satu atau dua pemakai. Kelompok obat A indeks kritis

memiliki nilai investasi dan turn over yang tinggi (Suciati dan Adisasmito, 2006).

Kekurangan tak terduga pada obat kelompok ini dapat menyebabkan tambahan

biaya yang tinggi untuk pembelian di luar perencanaan. Persediaan berlebih pada

obat kelompok A juga meningkatkan biaya untuk penyimpanan dan risiko

kadaluarsa (Quick et al, 2012). Dengan demikian perlu pengelolaan yang cermat

untuk obat kelompok A indeks kritis.

Tujuan utama dari manajemen persediaan obat adalah suatu sistem untuk

merespon kebutuhan aktual pasien. Pemodelan matematika yang paling banyak

digunakan untuk manajemen persediaan obat adalah Economic Order Quantity

(EOQ). Model EOQ digunakan untuk menghitung pemesanan dengan biaya

(26)

5

matematika lainnya adalah peramalan permintaan dan waktu pemesanan kembali

atau Re-Order Point (ROP) untuk memperkirakan Safety Stock (SS) atau jumlah

persediaan yang memadai (Quick et al, 2012).

Berdasarkan latar belakang dan beberapa temuan mengenai manajemen

pengadaan obat JKN di RSPR selama ini, sangat penting disusun suatu penelitian

untuk menganalisis sistem pengadaan obat JKN di RSPR dengan menggunakan

analisis ABC indeks kritis untuk mengupayakan pencapaian pengadaan obatJKN

yang optimal.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah sistem pengelolaan obat JKN di RSPR sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit?

2. Berapa unit peramalan kebutuhan tiap item obat JKN kelompok A indeks kritis

untuk bulan Juli–Desember 2015?

3. Berapa unit peramalan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS),

dan Reorder Point (ROP) yang diperlukan untuk tiap item obat JKN kelompok

A indeks kritis untuk bulan Juli–Desember 2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki beberapa tujuan sebagai

(27)

6 1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem pengadaan

obat JKN di RSPR dengan menggunakan analisis ABC indeks kritis sebagai

dasar untuk perencanaan pengadaan obat.

2. Tujuan khusus

Untuk mencapai tujuan umum, penelitian ini memiliki tujuan khusus

sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan mengevaluasi sistem pengelolaan obat JKN di RSPR

selama ini menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

b. Meramalkan kebutuhan obat JKN kelompok A indeks kritis untuk bulan

Juli–Desember 2015.

c. Menentukan peramalan jumlah EOQ, Safety Stock, dan Reorder Point

yang diperlukan untuk pengadaan obat-obat JKN kelompok A indeks kritis

untuk bulan Juli–Desember 2015.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan

teori terkait perencanaan, peramalan, dan pengadaan obat JKNdi rumah

(28)

7

keterampilan peneliti untuk mengidentifikasi masalah, mengevaluasi, dan

melaksanakan perencanaan pengadaan obat yang optimal di rumah sakit.

b. Bagi institusi pendidikan:

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kepentingan

pendidikan dan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Panti Rapih:

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pelayanan

kefarmasian yang optimal bagi para pasien secara umum dan bagi para

pasien JKN secara khusus sehingga RSPR tetap dapat menjadi pilihan bagi

para pasien.

b. Bagi bagian logistik dan instalasi farmasi RSPR:

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

i. Menganalisis perencanaan dan pengadaan obat JKN yang optimal

menggunakan analisis ABC indeks kritis dan memudahkan untuk

pengambilan keputusan dalam pengadaan item-item obat JKN yang telah

dikelompokkan.

ii. Melakukan klasifikasi persediaan obat JKN. Hasil penelitian dapat

dikomunikasikan kepada kepala logistik dan para pengambil keputusan

dalam optimalisasi pengadaan, penyimpanan, dan monitoring persediaan

(29)

8 E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian logistik RSPR. Fokus penelitian dibatasi

pada obat-obatan yang termasuk dalam formularium nasional JKN atau obat

sejenis yang diperuntukkan khusus untuk pasien JKN di RSPR.

F. Keaslian Penelitian

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dengan

menggunakan metode ABC indeks kritis. Perbedaan penelitian ini secara umum

dengan penelitian lainnya adalah penelitian ini dilakukan pada obat-obatan JKN.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan antara lain:

Tabel 1.1 : Penelitian yang pernah dilakukan

Penulis

(tahun) Tujuan Lokasi

Rancangan

Penelitian Sampel

Hasil Utama Perbedaan dengan Penelitian Ini Susciati dan Adisasmito , (2006) Mengetahui gambaran proses perencanaan obat. RS. Karya Husada, Cikampek, Jawa Barat, Indonesia. Deskriptif kualitatif. Insatalsi farmasi, bagian keuanga n dan bagian logistik. Profil pengelomp okkan obat berdasarka n ABC indeks kritis. Penggunaan analisis ABC indeks kritis dan analisis EOQ, Safety Stock,dan ROP. Priatna, (2010) Mengidentifikas i tingkat persediaan obat di gudang farmasi, merencanakan dan mengendalikan jumlah pemesanan obat yang ekonomis RS. Melati Tangerang, Indonesia Riset operasional dengan analisa deskriptif. Gudang farmasi rumah sakit. Profil nilai pakai, nilai investasi, profil VEN, peramalan kebutuhan obat. Perbedaan waktu, tempat, obyek penelitian.

Devnani et al, (2010)

(30)
[image:30.595.102.569.112.638.2]

9

Tabel 1.1 : Penelitian yang pernah dilakukan (lanjutan)

Penulis

(tahun) Tujuan Lokasi

Rancangan

Penelitian Sampel

Hasil Utama Perbedaan dengan Penelitian Ini Atmaja, (2012) Pengendalian persediaan obat antibiotika. RS. MH. Thamrin, Salemba, Jakarta, Indonesia. Riset operasional. Departe men farmasi dan logistik. Profil nilai pakai, nilai investasi, profil VEN, peramalan kebutuhan obat. Perbedaan waktu, tempat, obyek penelitian. Nofriana, (2012) Mendapatkan akurasi dalam pembelian obat. RSUD. Dr. Soedarso, Kalimantan Barat, Indonesia. Studi kasus deskriptif analitik. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Profil nilai pakai, nilai investasi, profil VEN, dan saran-saran untuk efisiensi pembelian. Penggunaan analisis ABC indeks kritis dan analisis EOQ, Safety Stock,dan ROP. Abate, (2013) Menentukan belanja obat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pola penyakit. Tikur Anbessa Hospital, Ethiopia. Deskriptif non eksperiment al. Bagian farmasi Profil ABC, profil VEN, dan profil nilai investasi Penggunaan analisis ABC indeks kritis dan analisis EOQ, Safety Stock,dan ROP.

Wandalkar

et al, (2013)

Mengidentifikas i kategori obat yang memerlukan manajemen ketat. Sasoon General Hospital, Pune, India Deskriptif non eksperiment al. Bagian farmasi Profil ABC, profil VED, dan profil nilai investasi Penggunaan analisis ABC indeks kritis dan analisis EOQ, Safety Stock,dan ROP. Rambe, (2014) Meramalkan penjualan obat-obatan dan membangun aplikasi analisis peramalan. Apotek Mutiara Hati, Medan, Indonesia. Deskriptif non eksperiment al.

Apotek Peramalan penjualan periode mendatang.

(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi farmasi adalah bagian darirumah sakit yang bertugas

menyelenggarakan, mengkoordinasi, mengatur, dan mengawasi seluruhkegiatan

pelayanan farmasi (UU RI, 2009). Instalasi farmasi memiliki pengaruh terhadap

ekonomi dan biaya operasional rumah sakit karena bagian ini merupakan bagian

di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan pengendalian

seluruh sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang beredar di rumah sakit

(Siregar, 2003). Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis

pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi melalui sistem satu

pintu, yaitu bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian

termasuk dalam pembuatan formularium, pengadaan, dan distribusi alat

kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk

mengutamakan kepentingan pasien (UU RI, 2009).

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu

kegiatan farmasi klinik dan kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan

pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya

manusia, sarana, dan peralatan. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

(32)

11

menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya

(Depkes RI, 2014a).

Instalasi farmasi rumah sakit memiliki misi yang difokuskan pada

pencapaian hasil positif bagi seluruh penderita. Misi ini dicapai melalui terapi

obat yang optimal, memberikan pelayanan yang membantu perkembangan,

kemanfaatan, keamanan mutu tinggi, dan rasio-efektif biaya yang paling tinggi.

Selain bagi penderita instalasi farmasi rumah sakit juga memiliki tujuan untuk

memberi manfaat kepada rumah sakit dan sejawat profesi kesehatan. Manfaat ini

diberikan dengan menyediakan perbekalan yang memadai dan memenuhi syarat

dan mengelola suatu pelayanan farmasi secara efektif (Siregar, 2003).

B. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

(BPJS Kesehatan) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program Jaminan Kesehatan (Depkes, 2014b).

Peserta JKN terdiri dari warga negara Indonesia dan warga negara asing

yang bekerja di Indonesia paling singkat enam bulan dan anggota keluarganya.

Peserta JKN juga dibedakan menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan

peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (non PBI). Peserta PBI adalah orang yang

tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta non PBI adalah para

(33)

12

TNI, anggota polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri,

pegawai swasta, dan lain-lain), para pekerja bukan penerima upah dan anggota

keluarganya (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain-lain

pekerja bukan penerima upah), dan bukan pekerja beserta keluarganya (investor,

pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan) (Depkes,

2014b).

Fasilitas kesehatan wajib menyediakan pelayanan obat, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai yang dibutuhkan pasien peserta JKN diberikan sesuai dengan indikasi

medis. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu komponen yang

dibayarkan dalam paket INA-CBG’s. Pelayanan obat yang sudah termasuk dalam

paket INA-CBG’s dan mengacu pada Formularium Nasional, tidak dapat

ditagihkan tersendiri kepada BPJS Kesehatan serta tidak dapat dibebankan kepada

peserta. Obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada fasilitas kesehatan

rujukan tingkat lanjutan yang tidak tercantum dalam Formularium Nasional, dapat

digunakan obat lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan Kepala/Direktur

Rumah Sakit (Depkes RI, 2014b).

1. Tarif Indonesian–Case Based Groups (INA-CBG’s)

Penentuan tarif untuk Jaminan Kesehatan Nasional diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 tahun 2014

(34)

13

Jaminan Kesehatan. Permenkes ini mengatur standar tarif untuk Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat

Lanjutan (FKRTL). Untuk FKTP, standar tarif yang berlaku adalah Tarif

Kapitasi dan Tarif Non Kapitasi. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran

perbulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan

jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Tarif Non Kapitasi adalah

besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP

berdasarkanjenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.Untuk

FKRTL, tarif yang berlaku adalah tarif Indonesian–Case Based Groups

(INA-CBG’s), yaitu besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan atas

paket layanan yang didasarkan pada pengelompokan diagnosis penyakit dan

prosedur sesuai dengan pembagian regional dan kelas rumah sakit. Sebagai

contoh Tarif INA-CBG’s untuk regional 1 rumah sakit kelas B adalah sebagai

[image:34.595.103.520.270.678.2]

berikut:

Tabel 2.1: Contoh Tarif INA-CBG 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap

Kode Deskripsi Kode INA-CBG Tarif

Kelas 3

Tarif Kelas 2

Tarif Kelas 1 I-4-17-I Hipertensi ringan 3.502.000 4.202.400 4.902.800 I-4-17-II Hipertensi sedang 4.747.500 5.697.000 6.646.500 I-4-17-III Hipertensi berat 5.761.900 6.914.300 8.066.700 I-4-20-I Angina pektoris dan nyeri dada ringan 4.026.000 4.831.200 5.636.400 I-4-20-II Angina pektoris dan nyeri dada sedang 4.626.800 5.552.200 6.477.500 I-4-20-III Angina pektoris dan nyeri dada berat 6.148.200 7.377.800 8.607.400 Sumber: Permenkes Nomor 59 Tahun 2014

Pemberian obat dalam layanan JKN ditentukan pula dalam Permenkes

(35)

14

bulan sesuai indikasi medis. Obat yang menjadi bagian dari paket INA-CBG’s,

diberikan minimal 7 (tujuh) hari danbila diperlukan tambahan hari pengobatan,

obat diberikan terpisahdiluar paket INA-CBG’s dan obat yang diberikan harus

tercantum pada FormulariumNasional. Untuk penyakit Diabetes Melitus,

hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi,

gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke, dan Sistemik Lupus Eritematosus

(SLE) dan penyakit kronis lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

berlaku obat program rujuk balik (Depkes RI, 2014b).

2. Formularium Nasional

Pelayanan JKN memerlukan obat-obatan yang aman, berkhasiat,

bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. Untuk tujuan

tersebut, disusun suatu daftar obat dalam bentuk Formularium Nasional.

Formularium ini ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 328/Menkes/SK/VIII/2013 tentang Formularium Nasional.

Formularium Nasional mengatur ketentuan obat-obatan yang digunakan

dalam JKN. Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang

dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan

dalam pelaksanaan JKN. Obat yang dibutuhkan yang tidak tercantumdalam

Formularium Nasional dapat digunakan secara terbatas berdasarkan

persetujuan komite medik dan direktur rumah sakit setempat (Depkes RI,

2013a). Obat-obatan dalam Formularium Nasional dibagi menjadi 29 kelas

(36)

15

nama generik obat, sediaan, kekuatan, dan restriksi penggunaan, serta fasilitas

kesehatan yang harus menyediakannya.

3. Pengadaan Obat JKN

Proses pengadaan obat JKN dilakukan dengan sistem E-Catalogue

secara elektronik. Sistem ini diatur dalam Permenkes Nomor 48 tahun 2013

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur E-Purchasing

berdasarkan E-Catalogue. Penerapan sistem ini bertujuan untuk meningkatkan

transparansi dalam proses pengadaan obat, meningkatkan persaingan yang

sehat dalam penyediaan layanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan

yang baik, serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan

proses pengadaan obat.

Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar di sistem E-Catalogue obat

dilakukan dengan prosedur E-Purchasing. E-Purchasing merupakan tata cara

pembelian barang/jasa melalui sistem E-Catalogue obat. E-Catalogue adalah

sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan

harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa tertentu.

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk pengadaan

E-Purchasing. Untuk dapat melakukan pengadaan obat dengan sistem

E-Purchasing, suatu instansi harus terlebih dahulu terdaftar di aplikasi Sistem

Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) di website Layanan Pengadaan Secara

Elektonik (LPSE). Selanjutnya instansi mendapatkan login untuk melakukan

(37)

16

dengan menyiapkan undangan negosiasi, berita acara proses negosiasi,

permintaan pembelian, dan perjanjian pembelian (Depkes RI, 2013b).

C. Logistik

Logistik adalah ilmu yang mempelajari aktivitas fungsional yang

menentukan aliran bahan di sebuah perusahaan. Logistik menentukan semua

kegiatan yang bertujuan untuk memastikan pembelian, aliran, dan pengelolaan

bahan dengan benar.Masalah yang terjadi pada logistik akan menjadi masalah

dalam pelayanan (Ghianiet al, 2013). Dalam suatu rumah sakit logistik adalah

bagian yang bertanggung jawab pada pembelian sesuai dengan kebutuhan aktual

rumah sakit (Amrollahi, 2012).

Setiap kegiatan logistik dilakukan melibatkan biaya yang mempengaruhi

nilai produk. Biaya logistik adalah sumber keuangan yang dikonsumsi perusahaan

dengan adanya aktivitas logistik. Biaya dalam aktivitas logistik terdiri dari biaya

penyimpanan, biaya operasional dan pengelolaan, biaya stock out, biaya

transportasi, dan biaya gedung serta peralatan (Ghiani et al, 2013). Dengan

demikian pengadaan dan penyimpanan barang memerlukan biaya besar. Biaya

yang paling besar adalah nilai persediaandan biaya penyimpanannya. Biaya

penyimpanan ini setiap tahun umumnya sekitar 20-40% dari harga barang

(Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Untuk persediaan farmasi, biaya penyimpanan

adalah sekitar 30-40% dari harga barang (Quick et al, 2012).

Biaya pemesanan adalah biaya yang berkaitan dengan pengeluaran surat

(38)

17

barang yang dipesan, tetapi tergantung dari jumlah surat pesanan yang

dikeluarkan. Biaya persediaan atau penyimpanan terdiri dari biaya bunga, biaya

operasi gudang, biaya karyawan gudang, biaya asuransi, biaya administrasi, biaya

pengawetan, risiko kehilangan, dan risiko persediaan mati atau tinggal guna

(Indrajit dan Djokopranoto, 2003).

D. Pengadaan

Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar sediaan

farmasi tersedia dengan jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan. Proses pengadaan meliputi aspek perencanaan, teknis pengadaan,

penerimaan, dan penyimpanan (Mashuda, 2011).

Pengadaan yang efektif adalah suatu proses yang mengatur berbagai cara,

teknik, dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan mengenai

obat-obatan yang diadakan, baik jumlah maupun sumbernya. Pengadaan dilakukan

untuk merealisasikan hasil perencanaan. Teknis pengadaan yang efektif. Teknis

pengadaan yang ekonomis, selain menjamin persyaratan mutu, keamanan, dan

kemanfaatan, harus menjamin juga ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang

tepat, serta harga yang ekonomis. Dengan demikian pemilihan waktu pengadaan

merupakan bagian dari teknis pengadaan yang merupakan penentu utama dari

(39)

18 E. Persediaan

Sediaan farmasi memiliki nilai yang tinggi. Nilai persediaan farmasi

meningkat karena banyaknya jenis dan tingginya nilai produk farmasi. Hal ini

menyebabkan manajemen persediaan farmasi sangat penting. Jumlah persediaan

yang terlalu banyak menyebabkan juga banyaknya nilai uang yang tidak

bergerak.Persediaan baru dapat menjadi uang tunai ketika persediaan tersebut

terjual kepada konsumen. Pengelolaan yang tepat pada persediaan memiliki

dampak yang signifikan pada pengelolaan keuangan dan operasional rumah sakit

yang optimal (Dessele and Zgarrick, 2009).

Manajemen persediaan untuk pasokan farmasi meliputi pemesanan,

penerimaan, penyimpanan, distribusi, dan pemesanan kembali. Kelemahan dalam

manajemen persediaan pada sistem pasokan farmasi menjadi penyebab

pemborosan finansial. Akibat lain dari lemahnya manajemen persediaan adalah

terjadi kekurangan pada obat-obat yang esensial. Sebaliknya obat-obat yang

kurang esensial berlebihan yang menyebabkan kadaluarsa. Akibat yang lebih luas

sebagai dampak dari manajemen persediaan yang lemah adalah terjadinya

penurunan kualitas perawatan pasien (Quick et al, 2012).

Tujuan manajenen persediaan adalah mencapai keseimbangan antara biaya

penyimpanan dan pembelian, serta biaya jika terjadi kekurangan pasokan. Untuk

mencapai tujuan tersebut sistem manajemen persediaan perlu didesain atau

dikembangkan dengan suatu pertimbangan cermat berdasarkan konteks di mana

sistem manajemen persediaan berfungsi dan tipe pencatatan stok dan laporan

(40)

19

disimpan sebagai obat standar, waktu, dan jumlah pemesanan kembali.

Identifikasi dan kendali biaya manajemen persediaan dilakukan menggunakan

sistem klasifikasi produk seperti analisis ABC dan analisis VEN (Quick et al,

2012).

1. Pengendalian persediaan

Pengendalian persediaan dilakukan untuk membantu pengelolaan

perbekalan sediaan farmasi dan alat kesehatan agar memiliki persediaan

dalam jenis dan jumlah yang cukup untuk menghindari kekosongan barang

atau menumpuknya persediaan. Pengendalian persediaan adalah suatu upaya

untuk mempertahankan tingkat persediaan dengan mengendalikan arus

barang yang masuk melalui pengaturan sistem pesanan/pengadaan (scheduled

inventory dan perpetual inventory), penyimpanan, dan pengeluaran agar

persediaan efektif dan efisien, tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan sediaan farmasi (Mashuda, 2011).

2. Teknik pengendalian

a. Analisis ABC

Analisis ABC adalah analisis konsumsi obat tahunan untuk

menentukan item-item obat mana saja yang memiliki porsi dana terbesar.

Analisis ABC dapat diterapkan dengan menggunakan data konsumsi obat

(41)

20

proses pengadaan digunakan untuk memastikan bahwa pengadaan sesuai

dengan prioritas kesehatan masyarakat dan menaksir frekuensi

pemesanan yang mempengaruhi keseluruhan persediaan (Quick et al,

2012).

Dalam analisis ABC persediaan dikelompokkan menjadi tiga

kelompok (A, B, dan C) berdasarkan nilai penggunaan tahunan.

Kelompok A adalah kelompok dengan penggunaan tahunan tertinggi,

dengan 10–20% item tetapi menghabiskan 70–80% dana. Kelompok B

sebanyak 10-20% item berikutnya dan menggunakan 15–20% dana,

sementara kelompok C sebanyak 60–80% total item tetapi hanya bernilai

5–15% dari konsumsi tahunan (Quick et al, 2012).

Analisis ABC dibedakan menjadi dua macam, yaitu analisis nilai

pakai dan analisis nilai investasi. Analisis nilai pakai adalah analisis

untuk mengelompokkan obat berdasarkan jumlah pemakaian dari setiap

item obat. Analisis nilai invetasi adalah analisis untuk mengelompokkan

obat berdasarkan nilai investasi dari setiap item obat (Suciati dan

Adisasmito, 2006).

b. Analisis VEN

Analisis VEN adalah metode untuk membantu membuat prioritas

untuk pembelian obat-obatan dan menjaga persediaan. Obat-obatan

dibagi berdasarkan dampaknya pada kesehatan menjadi Vital (V),

(42)

21

yang bersifat life-saving atau sangat penting untuk disediakan. Kelompok

E adalah obat-obatan yang efektif dan signifikan bekerja pada penyakit,

tetapi tidak sepenting obat vital untuk disediakan. Kelompok N adalah

obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi sebagian kecil penyakit

atau penyakit yang dapat diatasi sendiri. Kelompok N berkhasiat namun

tidak terlalu penting untuk disediakan (Holloway, 2003).

c. Analisis ABC Indeks Kritis

Analisis ABC indeks kritis digunakan untuk meningkatkan

efisiensi penggunaan dana dengan mengelompokkan obat berdasarkan

dampaknya pada kesehatan. Nilai Indeks Kritis (NIK) dikelompokkan

dalam kriteria kelompok A dengan NIK 9,5–12, kelompok B dengan

NIK 6,5–9,4, dan kelompok C dengan NIK 4–6,4. Kelompok A dengan

NIK tertinggi, yaitu 12 (dua belas) merupakan obat yang sangat kritis

bagi sebagian besar pemakainya atau bagi satu atau dua pemakai dan

memiliki turn over yang tinggi (Suciati dan Adisasmito, 2006).

d. Safety Stock

Safety stock adalah jumlah stok yang harus tetap ada dalam

persediaan. Jumlah ini harus ada selama tidak ada suplai dari pemasok

atau saat ada permintaan di luar dugaan. Jumlah safety stock minimal

diperlukan untuk mencegah stock out. Tingkat persediaan rata-rata

(43)

22

kebutuhan safety stock tidak berbanding lurus dengan peningkatan

pelayanan. Lead time yang tidak menentu juga dapat meningkatkan

jumlah safety stock (Quick et al, 2012).

e. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu model matematika

yang dikembangkan dalam manajemen persediaan. Model ini banyak

digunakan dalam perusahaan yang melakukan pembelian terus menerus.

Ide dasar EOQ adalah jumlah pesanan yang ideal untuk setiap item obat,

yang optimal dan seimbang antara biaya penyimpanan dan biaya

pemesanan. Penghitungan EOQ secara periodik untuk item dengan

penggunaan dan investasi tinggi (kelompok A) sangat berguna untuk

membandingkan teori jumlah pemesanan ideal dengan prakteknya (Quick

et al, 2012).

f. Reorder Point (ROP)

Reorder point atau titik pemesanan kembali sering digunakan

dalam penjadwalan pembelian. Dengan menggunakan pendekatan

teoretik, stok diupayakan dapat memenuhi permintaan, namun tidak

berlebih. Stok terakhir untuk pemesanan selanjutnya ditentukan pada titik

tertentu. Safety stock dapat menjadi bagian dari stok minimal untuk

melindungi dari variasi jumlah permintaan dan kinerja supplier (Quick et

(44)

23 3. Peramalan Persediaan

Peramalan adalah kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan

atau memproyeksikan permintaan atau kebutuhan yang akan datang

berdasarkan permintaan yang lalu berdasarkan perhitungan. Ramalan

kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang

mempengaruhi kebutuhan dan mengembangkan persamaan-persamaan yang

menyatakan hubungan antara variabel tersebut dalam bentuk perhitungan

matematis (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Peramalan ini digunakan

sebagai dasar dalam menentukan kebijakan pengendalian sistem persediaan

(Baroto, 2002).

Metode peramalan pada umumnya menggunakan data masa lalu untuk

memperkirakan atau memproyeksikan data di masa yang akan datang. Ada

dua macam metode peramalan, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.

Metode kualitatif digunakan jika tidak ada atau hanya ada sedikit data yang

tersedia sehingga pendapat dan prediksi pakar dijadikan dasar untuk

menetapkan permintaan. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan

untuk meramalkan permintaan masa depan dengan dasar suatu set data

historis (masa lalu). Peramalan dengan metode kuantitatif dikelompokkan

menjadi metode serial waktu (time series) dan metode nontime series (Baroto,

2002).

Metode time series adalah metode yang paling banyak digunakan

dalam peramalan. Metode ini menggunakan pola permintaan masa lalu dan

(45)

24

Analisis dilakukan terhadap variabel yang berubah-ubah dari waktu ke waktu

dengan menggunakan beberapa kurun waktu tertentu (Indrajit dan

Djokopranoto, 2003).

Dalam peramalan terdapat berbagai metode time series. Metode yang

seringkali digunakan dalam peramalan kebutuhan obat adalah metode

exponential smoothing (ES). Teknik ini digunakan untuk mengatasi variasi

pola konsumsi dan lead time. Metode ES menggunakan konstanta smoothing

yang disebut alpha(α) untuk menyesuaikan rata-rata konsumsi yang diamati.

Untuk tujuan perhitungan proyeksi permintaan dengan lead time tertentu α

biasanya bernilai antara 0,1 dan 0,2 (Quick et al, 2012).

F. Profil Rumah Sakit Panti Rapih

1. Sejarah

Rumah Sakit Panti Rapih diawali dengan dibentuknya Yayasan Onder

de Bogen oleh Pengurus Gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927.

Rumah sakit mulai dibangun pada tanggal 14 September 1928. Kongregasi

Suster-suster Cintakasih Santo Carolus menerima tawaran dari Gereja

Yogyakarta untuk mengelola rumah sakit tersebut. Rumah sakit ini diresmikan

tanggal 14 September 1929 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan

nama Rumah Sakit Onder de Bogen.

Pada jaman pemerintahan Jepang, ada keharusan mengganti nama

lembaga, termasuk rumah sakit yang masih menggunakan nama Belanda. Mgr.

(46)

25

Panti Rapih memiliki arti Rumah Penyembuhan. Sejak saat itu Rumah Sakit

Onder de Bogen dikenal dengan nama Rumah Sakit Panti Rapih.

2. Visi dan Misi

a. Visi Rumah Sakit Panti Rapih

Sebagai rumah sakit rujukan yang memandang pasien sebagai

sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan

kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana

syukur kepada Tuhan.

b. Misi Rumah Sakit Panti Rapih

i. RS Panti Rapih menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyeluruh

secara ramah, adil, profesional, ikhlas, dan hormat dalam naungan

iman Katolik yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak

kepada yang berkekurangan.

ii. RS Panti Rapih memandang karyawan sebagai mitra karya dengan

memberdayakan mereka untuk mendukung kualitas kerja demi

kepuasan pasien dan keluarganya, dan dengan mewajibkan diri

menyelenggarakan kesejahteraan karyawan secara terbuka,

proporsional, adil, dan merata sesuai dengan perkembangan dan

(47)

26 3. Kebijakan Mutu

Manajemen dan Staf RSPR menjamin terpenuhinya kepuasan

pelanggan dengan cara:

a. Memberikan pelayanan medis tercepat dan menyediakan fasilitas medis

terlengkap terutama pada pelayanan unggulan, sesuai dengan

kemampuan rumah sakit.

b. Menyempurnakan sistem manajemen kerja organisasi melalui

pelaksanaan evaluasi kinerja setiap tiga bulan sekali.

Bukti bahwa RSPR senantiasa menjaga mutu pelayanan adalah

dengan diperolehnya berbagai penghargaan. Beberapa penghargaan yang

diperoleh RSPR selama tahun 2009–2014 antara lain:

a. Jogja Best Brand Index 2012, 2013, dan 2014 kategori rumah sakit

swasta

b. Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

c. The Best Jogja Service Excellent Award kategori Private Hospital (> 200

tempat tidur)

d. Sertifikat ISO 9001:2008 dari National Quality Assurance (NQA).

e. Runner Up Persi AwardIndonesian Hospital Management Awards

(48)

27 4. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Panti Rapih dipimpin oleh seorang direktur utama.

Direktur utama membawahi direktur pelayanan medik, direktur pelayanan

keperawatan, direktur keuangan dan logistik, dan direktur pelayan kesehatan

dan infrastruktur.Masing-masing direktur membawahi kepala bidang dengan

unit-unit di bawahnya. Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran 1.

5. Fasilitas dan Pelayanan

a. Pelayanan Kesehatan RS. Panti Rapih

i. Pelayanan 24 jam

(a) Instalasi Gawat Darurat

IGD melayani kegawatdaruratan secara optimal dan

profesional dengan tujuan mencegah kematian dan meminimalkan

kecacatan. Staf IGD terdiri dari dokter dan perawat profesional

dan terlatih, serta bersertifikat Pertolongan Pertama Gawat

Darurat (PPGD), Basic Life Support (BLS), Advanced Trauma

Life Support (ATLS), dan Advanced Cardiac Life Support

(ACLS).

(b) Farmasi

(c) Radiologi

(d) Laboratorium

(49)

28

(f) Kamar Bedah

ii. Pelayanan Medik Rawat Jalan

(a) Klinik Umum

(b) Klinik Spesialis, terdiri dari:

(1) Poliklinik penyakit dalam, meliputi:

Subspesialis Endokrinologi

Subspesialis Hematologi

Subspesialis Kardiologi

Subspesialis Paru

Subspesialis Infeksi

Subspesialis Gastroenterologi dan Hepatologi

(2) Poliklinik Kesehatan Anak, meliputi:

Subspesialis Neo/Perinatologi

Subspesialis Hematologi Anak

(3) Poliklinik Bedah, meliputi:

Bedah Umum

Bedah Onkologi/Tumor

Bedah Ortopedik dan Traumatologi

Bedah Anak

Bedah Thoraks dan Vaskuler

Bedah Syaraf

Bedah Urologi

(50)

29

(c) Poliklinik Gigi, meliputi:

Spesialis Orthodonsi

Spesialis Protesa

Spesialis Bedah Mulut

Spesialis Konversi Gigi

(d) Klinik Kebidanan dan Kandungan

(e) Klinik Penyakit Mata

(f) Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin

(g) Klinik Penyakit Syaraf

(h) Klinik Penyakit Jiwa

(i) Klinik Penyakit THT

(j) Klinik Penyakit Kulit dan Kosmetik

(k) Klinik Penyakit Asma dan Alergi

(l) Klinik Gizi

(m)Klinik Rehabilitasi Medik

(n) Klinik Pelayanan Pengobatan Alternatif, Akupuntur, dan Jamu

(o) Poliklinik Lukas

Poliklinik Lukas merupakan poliklinik perjanjian dengan

pelayanan eksekutif.Poliklinik Lukas menggunakan layanan one

stop service dimana konsultasi, pemeriksaan penunjang, dan

pemberian obat dilakukan di satu tempat.Untuk menunjang

pelayanan Poliklinik Lukas menyediakan dokter spesialis dari

(51)

30

(p) Medical Check Up

iii. Instalasi Rawat Inap

Ruang perawatan di instalasi rawat inap berjumlah total 378

tempat tidur.Instalasi Rawat Inap terdiri dari kelas VVIP, kelas VIP

(A dan B), kelas I (A,B, dan C), kelas II, dan kelas III. Selain itu

tersedia juga ruangan Intensive Care Unit (ICU), ruang One Day

Care(ODC) kemoterapi, ruang Inter Mediate Care (IMC), ruang

Intensive Cardiology Care Unit (ICCU), dan ruang isolasi.

Rumah Sakit Panti Rapih menerima pasien JKN sesuai kelas

kepesertaan. Peserta kelas I memiliki hak perawatan di kelas I, Peserta

kelas II berhak mendapatkan perawatan di kelas II, dan peserta kelas

3berhak mendapatkan perawatan dikelas III. Peserta JKN boleh

menempati kelas perawatan di atas haknya dengan membayar selisih

biaya perawatan. Fasilitas lain dalam perawatan seperti ICU, ICCU,

dan IMC dapat digunakan sesuai dengan diagnosis dan kebutuhannya.

Peserta JKN dengan kemoterapi juga memiliki perawatan sama

dengan pasien reguler dengan perawatan ODC kemoterapi.

iv. Penunjang Medik

(a) Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi dibagi menjadi dua, yaitu instalasi farmasi

rawat jalan dan instalasi farmasi rawat inap. Instalasi farmasi rawat

jalan terdiri dari farmasi rawat jalan lantai 1, farmasi rawat jalan lantai

(52)

31

kemoterapi.Tujuan utama layanan farmasi RSPR adalah permberian

obat yang rasional, efektif, dan efisien.

(b) Instalasi Radiologi

(c) Laboratorium

(d) Rehabilitasi Medik, terdiri dari:

(1) Fisioterapi

(2) Terapi wicara

(3) Okupasi terapi

(e) Rekam Medis

6. Layanan Unggulan

a. Bedah Ortopedik dan Traumatologi, terdiri dari:

i.Total Knee Replacement (penggantian sendi lutut)

ii. Total Hip Replacement (penggantian sendi panggul)

iii.Operasi kelainan tulang belakang

b. Bedah Urologi, terdiri dari:

i. Tembak batu ginjal dengan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

(ESWL)

ii. Penanganan batu ginjal dengan metode Precutaneus

Nephrolithotripsy (PCNL)

iii. Operasi prostat dengan metode Transurethral Resection of the

(53)

32

c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, terdiri dari:

i.Senam Hamil

ii. Fit and Shape

iii.Hypnobirthing

iv. Pijat Bayi

v. Imunisasi

vi. Pelayanan KB alamiah dengan Metode Ovulasi Billing

7. Pengembangan Layanan Medis

a. Cath Lab

b. Central Sterile Supply Department (CSSD)

c. Phaco Emulsification/Laser Katarak

8. Unit Logistik

a. Struktur organisasi

Bidang logistik berada di bawah direktur keuangan dan

logistik.Bidang logistik dibagi menjadi dua bagian yaitu seksi

pergudangan umum dan seksi pergudangan farmasi. Seksi pergudangan

farmasi dikepalai oleh kepala seksi pergudangan farmasi dibantu oleh

staf pergudangan farmasi.

Berdasarkan Permenkes no 58 tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengelolaan sediaan farmasi

(54)

33

mencakup proses pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, dan distribusi sediaan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit. Tanggung jawab lain dari instalasi farmasi rumah sakit

adalah mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaan farmasi, mengendalikan persediaan, dan melakukan

administrasi pengelolaan sediaan farmasi. Di RSPR tanggung jawab ini

berada di bawah unit logistik, bukan di bawah instalasi farmasi rumah

[image:54.595.99.510.279.600.2]

sakit.

Gambar 1. Bagan alur pemesanan obat JKN

b. Sumber Daya Manusia

Dalam seksi pergudangan farmasi terdapat kepala seksi pergudangan

farmasi dan staf pergudangan farmasi. Staf lain yang ada dalam pergudangan

farmasi adalah staf administrasi pembelian obat dan staf penerimaan

(55)

34

Apoteker. Staf administrasi pergudangan farmasi terdiri dari 1 orang dengan

pendidikan D-3. Staf pergudangan farmasi terdiri dari lima orang, yaitu

seorang Apoteker, 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dengan pendidikan

Sekolah Menengah Farmasi dan 1 orang staf berpendidikan Sekolah Menengah

Umum. Staf pembelian terdiri dari 1 orang berpendidikan D-3, dan staf

penerima perbekalan farmasi terdiri dari 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian

berpendidikan Sekolah Menengah Farmasi.

Tugas kepala seksi pergudangan farmasi dan seluruh staf yang ada di

pergudangan farmasi ialah melaksanakan proses pengelolaan sediaan farmasi.

Semua staf bertujuan untuk menjamin lancarnya pengadaan obat dan alat

kesehatan mulai dari perencanaan, hingga pada penerimaan dan distribusi obat.

Selain itu, pekerjaan di pergudangan farmasi juga bertujuan untuk menjamin

keamanan obat dan alat kesehatan yang berada di gudang. Semua staf

bertanggung jawab pada kepala seksi pergudangan farmasi.

9. Instalasi Farmasi

a. Struktur organisasi

Instalasi farmasi berada di bawah Kepala Bidang Penunjang

Medik. Instalasi farmasi dikepalai oleh Kepala Instalasi Farmasi.

Instalasi farmasi dibagi menjadi dua, yaitu farmasi rawat jalan dan

farmasi rawat inap.Farmasi rawat jalan dikepalai oleh Wakil Kepala

Seksi farmasi rawat jalan, dan farmasi rawat inap dikepalai oleh Wakil

(56)

35

Pelayanan farmasi untuk pasien JKN dilaksanakan di tiga tempat.

Farmasi rawat inap melayani kebutuhan obat untuk pasien JKN di

bangsal. Pelayanan obat untuk pasien JKN rawat jalan dilakukan di

farmasi rawat jalan lantai 1. Sementara pasien JKN dengan perjanjian

atau kemoterapi dilayani di farmasi Poli Lukas.

Pengendalian atau pengadaan yang menjadi tanggung jawab

farmasi lebih pada pengendalian tingkat persediaan di unit-unit

pelayananan farmasi. Unit farmasi juga bertanggung jawab dalam

penyimpanan obat di unit farmasi, pencegahan kerusakan kehilangan atau

kadaluarsa. Seluruh kegiatan pengendalian ini menjadi tanggung jawab

Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan petugas administrasi di bawah

supervisi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

b. Sumber Daya Manusia

Instalasi farmasi RSPR memiliki 64 personel.Terdapat 14 orang

apoteker dengan pendidikan S-2 sebanyak 2 orang apoteker dan 12 orang

apoteker lulusan S-1. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) berjumlah 43

orang terdiri dari 6 orang TTK berpendidikan D-3 dan 37 orang

berpendidikan sekolah menengah. Instalasi farmasi juga dibantu oleh 2

(57)

36 BAB III

METODA PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional (non-eksperimental).

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif evaluatif menggunakan data kuantitatif

yamg telah tersedia sehingga penelitian ini termasuk penelitian retrospektif.

Analisis yang digunakan adalah analisis ABC dan ABC indeks kritis.

Selain itu dilakukan juga analisis kualitatif untuk mengevaluasi manajemen

logistik dan pengadaan di RSPR. Data penelitian menggunakan data logistik obat

JKN yang terdiri dari jumlah pemakaian obat JKN selama bulan Januari 2015–

Juni 2015. Data diperoleh dari bagian Pengelola Sistem Informasi (PSI) RSPR.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua populasi. Populasi pertama ini adalah obat

JKN yang ada di Unit Logistik RSPR. Sampel yang digunakan adalah data

pemakaian obat JKN selama Januari–Juni 2015. Populasi kedua adalah dokter

spesialis dengan jumlah rata-rata pasien JKN per hari praktek lebih dari 5 pasien.

Dokter yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya dokter spesialis karena RSPR

sebagai rumah sakit rujukan hanya menerima pasien JKN untuk pemeriksaan

lanjut pada dokter spesialis. Pada penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data

(58)
[image:58.595.101.575.134.631.2]

37 C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 . Variabel- variabel dalam penelitian

Variabel Definisi Cara Mendapatkan

Data Hasil Keterangan

Sistem pengadaan Proses perencanaan dan pembelian obat oleh unit logistik.

Wawancara dengan kepala unit logistik.

Deskripsi proses pengadaan obat oleh unit logiatik.

-

Obat JKN Obat yang ada dalam Formularium Nasional atau obat sejenis yang digunakan untuk pelayanan pasien peserta JKN.

Menelaah daftar obat JKN yang disediakan oleh unit logistik.

Daftar obat-obatan yang tersedia di bagian logistik RSPR.

-

Harga obat Harga beli ditambah dengan PPN, sesuai dengan informasi yang tersedia

Menelaah dokumen daftar obat dan harga JKN dari unit logistik melalui bagian PSI.

Daftar obat-obatan JKN yang terdiri dari nama obat dan harga obat.

-

Obat JKN yang dipakai

Obat JKN yang dikeluarkan oleh logistik, termasuk sebagian kecil untuk kebutuhan rumah sakit cabang selama2014.

Menelaah dokumen jumlah obat yang keluar dari logistik melalui PSI.

Daftar obat-obatan (1) JKN yang terdiri dari nama obat, jumlah obat (

Gambar

Gambar 1  Bagan Alur Pemesanan Obat JKN.............................................
Tabel 1.1 : Penelitian yang pernah dilakukan
Tabel 1.1 : Penelitian yang pernah dilakukan (lanjutan)
Tabel 2.1: Contoh Tarif INA-CBG 2014 Regional 1 Rumah Sakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pareto ABC sediaan farmasi dilihat dari nilai pakai, nilai investasi, dan nilai indeks kritis sediaan serta untuk mengetahui

Penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman Periode 2007-2009 dengan metode ABC Indeks Kritis merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

Berdasarkan hasil analisis ABC Indeks Kritis di Apotek Kota Yogyakarta pada Tahun 2009 menunjukkan bahwa persentase obat generik kelompok C memiliki jumlah yang lebih besar

Pareto ABC digunakan untuk mengetahui prioritas item yang digunakan di apotek di Kabupaten Bantul yaitu dengan melihat nilai pakai, nilai investasi dan nilai indeks

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi hipertensi primer, nilai EOQ, dan kesesuaian formularium rumah sakitI. Penelitian ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem perencanaan perbekalan obat di instalasi farmasi RSUD Ciawi, mengetahui obat-obatan yang termasuk dalam kelompok

Pemerintah perlu mendorong kemandirian obat JKN khususnya obat generik yang belum terpenuhi, dengan pengembangan produksi bahan baku obat dalam negeri untuk mendukung JKN, yang

Berdasarkan data yang didapat, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Analisis ABC Nilai Pakai Berdasarkan hasil data pemakaian obat di apotek pada periode bulan Juli-Desember tahun