• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG TERGABUNG DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN MANGROVE” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG TERGABUNG DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN MANGROVE” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya)."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

(Di Kelur ahan Kedung Bar uk, Kecamatan Rungkut, Kota Sur abaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur

Oleh :

IVA ASFIANA NPM. 0841010036

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG TERGABUNG

DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN MANGROVE” (Di

Kelur ahan Kedung Bar uk, Kecamatan Rungkut, Kota Sur abaya)

Dalam penulisan skripsi ini dibuat guna memenuhi persyaratan sesuai dengan kurikulum yang ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sri Wibawani, Msi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga terselesainnya skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Susi Harjati, MAP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Lulut Sri Yuliani,MM, selaku Kepala Koperasi Kampung Unggulan Mangrove Kota Surabaya.

(7)

6. Doa restu Orangtua Bp.Sardjono, Almh.Hj. Zuliasih, saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar sarjana.

7. Teman - temanku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan semua mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Administrasi Publik, banyak terima kasih atas bantuannya.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan suatu pemahaman tentang Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam “Koperasi Kampung Unggulan Mangrove” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya)serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 16 Januari 2015

(8)

HALAMAN J UDUL ... i

LEMBAR PERSETUJ UAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR REVISI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 11

1.3.Tujuan Penelitian ... 11

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 17

2.2.1. Pemberdayaan Masyarakat ... 17

2.2.1.1. Pengertian Pemberdayaan ... 18

2.2.1.2. Tahapan Pemberdayaan ... 18

2.2.1.3. Tujuan Pemberdayaan ... 19

2.2.1.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 20

2.2.1.5. Pendekatan ... 25

2.2.1.6. Upaya Pemberdayaan ... 26

2.3. Pengertian Pelatihan ... 28

(9)

2.3.5. Bentuk Latihan ... 32

2.3.6. Kualitas Pelatihan ... 33

2.3.7. Prinsip-prinsip Pelatihan ... 36

2.3.8. Metode Pelatihan ... 40

2.3.9. Pendekatan Pelatihan ... 44

2.4. Masyarakat ... 44

2.4.1. Syarat Timbulnya Masyarakat ... 45

2.4.2. Kriteria Masyarakat ... 45

2.4.3. Faktor-faktor Bermasyarakat ... 46

2.4.4. Tipe-tipe Masyarakat Setempat ... 47

2.5. Sistem Manajemen Lima Jari-Jari Dalam Membangun UKM Mandiri Berbasis Lingkungan Guna Konservasi Hutan Mangrove di Indonesia ... 48

2.5.1. Komponen Menajemen Lima Jari-Jari ... 48

2.5.2. Produk Ungulan Inovasi Keragaman Hayati Dan Kultur Budaya Setempat ... 48

2.5.3. Manajemen ... 49

2.5.4. Jaringan Pemasaran Dan Publikasi Yang Benar ... 49

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 66

4.1.1. Profil Koperasi Kampong Unggulan Mangrove ... 66

4.1.2. Visi Dan Misi Koperasi Kampong Mangrove ... 68

4.1.3. Persyaratan Calon Anggota Koperasi Kampong Unggulan Mangrove ... 69

4.1.4. Deskripsi Kebutuhan Anggota ... 69

4.1.5. Prinsip Program ... 69

4.1.6. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial ... 70

4.1.7. Tujuan Koperasi Kampung Unggulan Mangrove ... 70

4.1.8. Struktur Organisasi Koperasi Kampung Unggulan Mangrove ... 70

4.1.9. Anggota Koperasi Kampung Unggulan Mangrove ... 71

4.2. Hasil Penelitian ... 72

4.3.2. Pelatihan Keterampilan ... 110

(11)
(12)

xiii

Dalam memberdayakan komunitas wanita pesisir melalui pelatihan ketrampilan olahan mangrove. Koprerasi kampung unggulan mangrove berharap dapat lebih berkerja sama dengan lembaga lain dan terutama dapat menularkan ilmu berbudidaya mangrove dan memanfaatkan mangrove sebagai bahan olahan dan batik kepada masyarakat lain sehingga tujuan dari kampung unggulan olahan mangrove ini berdiri yaitu Mensejahterakan masyarakat sekitar dapat tercapai.

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam Koperasi Kampung Unggulan Mangrove Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.. Adapun Penelitian ini dengan fokus yang pertama adalah Simpan Pinjam yang didalamnya terdapat simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan pinjaman. Fokus kedua adalah Pelatihan Keterampilan dengan membentuk individu menjadi mandiri dan termotivasi untuk maju. Fokus ketiga adalah Pemasaran dengan memberikan wadah bagi masyarakat yang aktif dalam pelatihan dan memasarkan hasil kerajinan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data dalam Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif. Keabsahan data pada penelitian ini meliputi Derajat Kepercayaan (Credibility), Keteralihan (Transferability), Kebergantungan (Dependability), Kepastian (Conformability).

Hasil penelitian ini adalah. Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam Koperasi Kampung Unggulan Mangrove Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. 1). Simpan Pinjam yang didalamnya terdapat simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan pinjaman. Dimana koperasi tetap berjalan selama masih ada anggota yang masih bergantung tapi sebisa mungkin koperasi akan mendidik anggotanya supaya tidak tergantung di koperasi simpan pinjam. 2). Pelatihan Keterampilan dengan membentuk individu menjadi mandiri dan juga memberikan pelatihan kepada anggota untuk mendaur ulang tumbuhan mangrove menjadi keterampilan yang bernilai dan termotivasi untuk maju setelah mengikuti program pemberdayaan. 3). Pemasaran dengan memberikan wadah bagi masyarakat yang aktif dalam pelatihan dan memasarkan hasil kerajinan yang diambil dari semua anggota binaan dalam pameran maupun gallery. Membentuk komunitas wanita pesisir individu menjadi mandiri dan termotivasi untuk maju setelah mengikuti program pemberdayaan.

(13)

1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan lingkungan mempunyai

hubungan timbal balik yang sangat erat. Kemampuan mengolah yang dimiliki

manusia, dimanfaatkan untuk meningkatkan kelebihan maupun

potensi-potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, untuk kehidupan mereka.

Keragaman upaya atau cara yang timbul dari usaha manusia untuk

meningkatkan dan memanfaatkan potensi alam di sekitarnya, tak lain dan tak

bukan adalah sebuah usaha sistematis guna meningkatkan kesejahteraan.

Bentang alam Surabaya masih menyisakan ruang terbuka hijau di

kawasan pesisir timur, tepatnya di Wonorejo kecamatan Rungkut. Potensi

tersebut berupa kawasan hutan mangrove dan lahan pertambakan yang

menjadi sumber mata pencaharian bagi petambak, nelayan, pencari kepiting

dan dewasa ini ditingkatkan nilai prekonomiannya karena mengingat fungsi

ekologis hutan mangrove sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apa

pun, maka perlu dilakukan upaya untuk mewujudkan kondisi ideal hutan

mangrove, baik ditinjau dari aspek zonasi, kerapatan maupun ketebalan.

Ketebalan hutan mangrove adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan

(14)

kearah darat (pasal 27 Kepres 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan kawasan

lindung). antara lain sebagai tujuan alternative wisata alam masyarakat

Surabaya, dan usaha pengolahan hasil dari tumbuhan mangrove.

Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai wilayah tropis

yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak

yang mampu tumbuh di perairan asin (Nybakken, 1993). Bengen (2004)

mendefinisikan mangrove sebagai suatu komunitas vegetasi pantai tropis dan

subtropik yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh

dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Tumbuhan

mangrove sebagaimana tumbuhan lainnya mengkonversi cahaya matahari dan

zat hara menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui proses

fotosintesis. Mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai

bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan

ekosistem pesisir lainnya,

Hutan mangrove tumbuh di zona pantai yang berlumpur yang secara

teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi

tidak dipengaruhi oleh iklim. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekonomis

dan fungsi ekologis. Salah satu fungsi ekologis adalah mencegah terjadinya

abrasi pantai dan sumberdaya yang paling banyak menghasilkan nutrien bagi

ekosistem dan beberapa biota, tempat berasosiasi berbagai organisme seperti

udang, kerang, kepiting dan lain-lain. Sedangkan fungsi ekonomisnya sebagai

(15)

getah-yaitu sebagai lahan eksploitasi, tambak udang, pariwisata dan sebagai daerah

indusri

Meskipun Kedung Baruk terletak di pinggiran kota metropolitan,

namun masyarakat di kelurahan ini mampu mengoptimalkan potensi dan

kelebihan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Seperti halnya dalam

pengembangan atau pembangunan daerah setempat, masyarakat di kelurahan

Kedung Baruk mampu berupaya mengolah dan memanfaatkan hasil hutan

bakau untuk dikembangkan menuju sektor hilir atau pasca panen, guna

meningkatkan nilai tambah produk.

Faktor pendorong untuk pengembangan potensi di wilayah Kelurahan

Kedung Baruk adalah keanekaragaman jenis tanaman penyusun hutan bakau,

didukung dengan kreatifitas yang diturunkan oleh para pendahulu mereka

dalam mengolah hasil hutan untuk ditingkatkan nilai tambahnya, menjadi

produk yang berkualitas.

Memandang Kelurahan Kedung Baruk dengan potensi pengolahan

produk hasil hutan bakau di kawasan Mangrove, sebagai basis potensial

kegiatan ekonomi haruslah menjadi paradigma baru dalam program

pembangunan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Perubahan kondisi

internal dan ekternal yang terjadi menuntut kebijakan yang tepat dan matang

dari para pembuat kebijakan dalam upaya pengembangan potensi wilayah

Kelurahan Kedung Baruk. Sudah saatnya menjadikan kelurahan Kedung

(16)

sebagai motor utama penggerak roda perekonomian melalui sektor home

industry.

Banyaknya kerusakan yang di sebabkan oleh manusia mengakibatkan

hutan mangrove telah banyak beralih fungsi yaitu di antaranya keinginan

manusia untuk mengkonversi areal hutan bakau (mangrove) menjadi areal

pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial dan industri, selain

itu juga meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan

eksploitasi berlebihan terhadap hutan bakau (mangrove) pengambilan kayu

yang membabi buta, pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan,

permasalahan ini banyak di hadapi sebagian besar wilayah pesisir pantai

khususnya di daerah Wonorejo ini di muat dalam berita berikut ini :

(17)

untuk menjaga ekosistem hutan mangrove yang sudah mulai rusak. Apabila limbah organik mangrove dimanfaatkan sebagai sasaran penghasilan tambahan mereka, maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki terhadap hutan tersebut dan fungsi utama hutan mangrove dalam ekosistem secara tidak langsung juga akan berjalan dengan baik. (sumber : www.surabayapagi.com tanggal 04 April 2014).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan kawasan hutan

mangrove di Kota Pahlawan terus menyusut seiring keluarnya izin dari

pemerintah pusat untuk kepentingan pembangunan. "Kita akan membeli 2.500

hektare lahan untuk menambah luasan konservasi. Tapi mayoritas lahan itu

dikuasai pengembang dan masyarakat,"kata Tri Rismaharini disela-sela

workshop konservasi bakau internasional di Surabaya, Senin. Menurut dia,

luas kawasan mangrove di Surabaya sebelum tahun 1985 pernah mencapai

3.300 hektare, namun sejak tahun 1985, kawasan tersebut susut seiring

keluarnya izin dari pemerintah pusat untuk kepentingan pembangunan. Tahun

1990, lanjut dia, pemkot memasukan kawasan mangrove dalam masterplan

untuk kembali dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kendati demikian,

kendala tetap saja ada karena pada tahun 2005, pemerintah pusat lagi-lagi

menjadikan kawasan tersebut sebagai areal terbangun. Menyikapi hal ini,

lanjut dia, mulai tahun 2012 pemkot ngotot untuk menyelamatkan kawasan

tersebut. Terlebih pemkot kini telah memiliki perda tentang mangrove.

(www.antaranews.com)

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan

hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

(18)

1. Dengan adanya penjelasan UUD 45 pasal 1 “koperasi berkedudukan

sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam system perekonomian nasional”.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi

ekonomi yang berusaha menggerakan potensi sumberdaya ekonomi demi

memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut

terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan

kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin

dan mengikuti prinsip – prinsip koperasi dan kaidah – kaidah ekonomi.

Koperasi kampung unggulan mangrove dibentuk untuk memajukan

perekonomian dan mempersatukan warga di wilayah pesisir dan membentuk

binaan pelatihan dalam pengelolaan tumbuhan mangrove seperti makanan,

minuman, bahan – bahan tekstil, dan lain – lain.

Sebelum koperasi kampung unggulan berdiri Bu Lulut telah membina

para warga khusunya permpuan yang berada atau tinggal di pamurbaya

(Pantai Timur Surabaya). Yang meliputi mulai dari wilayah Gunung Anyar,

wonorejo sampai dengan wilayah kenjeran. Sekali binaan kurang lebih 20

anggota dan dibina 0 – 12 tahun di monitoring dari daerah masing – masing

dan tidak lepas dari binaan sampai mandiri. Program yang di gunakan oleh

(19)

Koperasi kampung unggulan mangrove bekerja sama dengan dinas

kementrian hasil dari keterampilan tidak di jual bebas atau umum namun di

jual melalui tamu yang berkunjung atau dinas kementrian.

Lantaran ingin mempertahankan kelestarian hutan bakau di Rungkut,

Surabaya, komunitas wanita pesisir yang di ketuai oleh Lulut Sri Yuliani

menciptakan batik mangrove. Batik ini menggunakan pewarna alami dari

olahan limbah bakau. Tak hanya berkecimpung di kerajinan batik, dia juga

mengembangkan berbagai usaha kecil berdasarkan potensi yang dimiliki suatu

daerah di seluruh Indonesia. Selama ini, tanaman bakau yang terdapat di

kawasan Rungkut menjadi salah satu bahan baku bagi beragam usaha kecil

yang ada di Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Surabaya, antara lain,

digunakan sebagai ragi dan pembungkus tempe, bahan pembuat kerupuk,

sirup, dan pewarna batik. Pohon bakau memang tidak langsung memproduksi

pewarna batik, melainkan dari limbah usaha kecil yang mengolah tanaman ini.

Warna-warna yang dihasilkan limbah bakau antara lain hitam, coklat, merah,

biru, ungu dan hijau. Beragam warna inilah yang kemudian menginspirasi

Lulut Sri Yuliani untuk membuat batik mangrove (bakau) pada tahun 2007. Ia

pun menyematkan nama Batik Seru pada batik mangrove buatannya. Baru dua

tahun kemudian, wanita yang pernah menjadi pengajar ini mulai

mensosialisasikan batik mangrove di Kecamatan Rungkut. Ia mengajak

ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya turut serta membatik dengan menggunakan

(20)

pembatik di Kecamatan Rungkut. Mereka mengerjakan batik ini di rumah

masing-masing, dan pewarnaan berpusat di Wisma Kedung Asem Indah.

Saat ini, kurang lebih ada sekitar 100 pakem batik yang dipakai perajin.

Para pembatik juga bisa mengembangkan atau mengombinasikan

pakem-pakem itu. Lulut bilang, satu desain batik tak boleh dibuat hingga dua kali.

Alhasil, batik mangrove benar-benar eksklusif karena setiap desain hanya

dijual kepada satu orang. Bahkan, Lulut juga menyiapkan sertifikat yang

menulis nama pemilik serta motif kain batik itu. Selain memanfaatkan bakau

sebagai pewarna batik, Lulut menggunakan bagian dari bakau sebagai sabun

untuk mencuci batik mangrove. Maklum, batik ini tidak bisa dicuci dengan

deterjen biasa yang lebih keras. Rumah Batik Seru memiliki kapasitas

produksi hingga 150 helai batik tulis dan 50 lembar batik kombinasi per bulan.

Lulut mematok harga jual batik kombinasi Rp 100.000-Rp 200.000.

Sedangkan harga batik tulis antara Rp 300.000 hingga Rp 1 juta per lembar

kain. Saat ini, Batik Seru baru membidik pasar kalangan menengah ke atas.

Namun, lanjut Luluk, bila sudah memiliki batik cap, Batik Seru juga

akan mengembangkan ke pasar kelas menengah bawah. Tak hanya berbentuk

kain, rencananya usaha ini juga akan memproduksi baju-baju batik untuk

pasar kelas tersebut. Meski baru menyasar segmen tertentu, penjualan batik

mangrove sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan ada pembeli yang

berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Australia. Biasanya, para

(21)

omzet antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per bulan. "Uang hasil penjualan

ini digunakan untuk membuka usaha baru, gaji karyawan, dan penanaman

bakau," imbuhnya. Memang, ada alokasi dana sendiri untuk penanaman

bakau. Dari setiap lembar kain batik mangrove yang terjual, Batik Seru akan

menanam satu pohon bakau atas nama pembeli.

Di Surabaya, Batik Seru sudah menanam 1.000 pohon bakau.

Sedangkan di Medan 100 pohon, dan di Jakarta 300 pohon bekerjasama

dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hingga kini, Lulut masih terus

membuka pelatihan gratis untuk ibu-ibu dari keluarga miskin. Dengan

pelatihan gratis ini, dia mengharapkan batik mangrove mampu meningkatkan

taraf hidup keluarga miskin. Selama ini, Lulut memang lebih fokus pada

pemberdayaan perempuan dan keluarga miskin yang ingin maju. Ia juga

menerima karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), tapi

ingin belajar dan berusaha.

"Kami memberikan pengetahuan untuk membangun usaha tanpa modal

dan UKM mandiri berbasis lingkungan," imbuhnya. Pelatihannya ini tak

hanya diberikan untuk masyarakat miskin di sekitar Surabaya. Lulut

melakukan hal yang sama di seluruh Indonesia, seperti di Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Sumatra Utara dan Aceh. Di masing-masing daerah itu, dia

menciptakan produk unggulan yang sesuai dengan potensi budaya setempat.

Baik itu berupa kerajinan atau produk makanan serta minuman. Misalnya di

(22)

"Sebelumnya, kami melakukan survei budaya dan potensi sekitar terlebih

dahulu, baru membuat resep unggulan, praktek dan buat olahannya,"

Selain itu, Kelurahan Kedung Baruk menjadi kampung unggulan dan

percontohan. Tak hanya batik, Kedung Baruk pun memiliki beberapa olahan

yang lebih berkualitas dengan bahan baku mangrove. Sejak 2009, Lulut

mengembangkan usaha tempe. "Tempe dari sini lebih gurih dan lebih tahan

lama dari pada tempe biasa," ujar perempuan 45 tahun ini. Selain itu, dia

memulai usaha pembuatan sirup dari mangrove sejak tahun ini. Dari sisi

kesehatan, Lulut juga memproduksi rempah-rempah yang berguna untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan sakit mag, dan antiradang.

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah

menciptakan kemudian mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan

kebutuhan terhadap manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan

sumberdaya alam (Asdak:2002). Karena yang terjadi pada saat ini adalah

pemenuhan kebutuhan manusia yang berlebihan telah menyebabkan semakin

berkurangnya sumber daya alam (hutan bakau). Sampai saat ini pengelolaan

sumber daya alam masih belum memberikan nilai yang cukup berarti bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Degradasi sumber daya alam sebagian

besar disebabkan oleh menguatnya krisis persepsi yang bersumber pada

paradigma pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan terlalu memanjakan kepentingan

(23)

Dalam proses pemberdayaan salah satu faktor yang bisa digunakan

sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya sebuah proses pemberdayaan dapat

dilihat dari dampak atau hasil yang diterima objek yang diberdayakan yaitu

masyarakat di kawasan pesisir untuk membentuk individu menjadi mandiri.

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan

mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Berpijak pada kesenjangan diatas, maka penulis memperoleh dasar

alasan dalam menyusun laporan skripsi yang berjudul, Pemberdayaan

Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam ”Koperasi Kampung

Unggulan Mangrove” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut,

Surabaya)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu

Bagaimana Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung

Dalam ”Koperasi Kampung Unggulan Mangrove” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk mendeskripsikan

Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam ”Koperasi

(24)

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Koperasi Kampung Unggulan Mangrove

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan saran bagi Koperasi Kampung Unggulan Mangrove sebagai

bahan penimbangan dalam mengembangkan Pemberdayaan Komunitas

Wanita Pesisir di Kota Surabaya.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji mengenai

topik Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir di Kota Surabaya serta

menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang lainnya.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam mengkaji

pengetahuan atau teori yang diperoleh dibangku perkuliahan progam studi

Ilmu Administrasi Negara serta untuk memahami pelaksanaan sebuah

(25)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat

dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan

penelitian ini, yaitu :

1. Donny Darmawan, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Mengelolah Sampah Dalam Program Surabaya Green And Clean 2008 Di

Kelurahan Kali Rungkut Surabaya, skripsi 2008. Penelitian ini

dilatarbelakangi dengan memperhatikan fenomena awalnya sangat sulit

mengajak warga mau memilah sampah karena warga sudah bayar iuran

sampah. Tapi, melalui pertemuan demi pertemuan, warga mulai

memahami pentingnya mempunyai sistem pengolahan sampah yang baik.

Meski sudah konsensus, tak mudah menjalankannya. Pernah, seorang

penggiat sistem pengolahan sampah tersebut dipukul warga sendiri.

Gara-garanya, ada seorang warga yang bersikeras tak mau memilah

sampahnya. Otomatis, sampahnya pun tak pernah diangkut. Marah, warga

tersebut mendatangi salah seorang penggiat sampah, kemudian

memukulnya. Tapi, sampahnya tetap tidak kami angkut. Demi sebuah

konsensus. Kalau dipukul, terus kami angkut, tentu menjadi contoh buruk

(26)

Melalui Pelatihan Mengelolah Sampah Di Kelurahan Kali Rungkut

Surabaya adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan bagaimana pelatih

memberikan pelatihan pengelolahan sampah, mengetahui metode

pelatihan yang diberikan kepada masyarakat, dan mengetahui

prinsip-prisip pelatihan yang diterapkan Dalam Program Surabaya Green And

Clean 2008 di Kelurahan Kali Rungkut Surabaya Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang meneliti tentang

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Mengelolah Sampah Dalam

Program Surabaya Green And Clean 2008 Di Kelurahan Kali Rungkut

Surabaya. Fokus pertama, Bagaimana pelatih memberikan pelatihan

pengelolahan sampah. Fokus kedua, Metode pelatihan yang dipergunakan

selama pelatihan. Fokus ketiga Prinsip-prinsip pelatihan, jadi bagaimana

partisipasi, pendalaman, relevansi, pengalihan, umpan balik dan

memperhatikan suasana nyaman. Hasil dari penelitian di Kelurahan Kali

Rungkut dalam hal ini Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan

mengelolah sampah yang dilihat dari bagaimana pelatih memberikan

pelatihan pengelolahan sampah, metode pelatihan yang dipergunakan dan

prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pelatihan masih ada beberapa

kekurangan.

2. Anggi Novian Pratama, Progam pelatihan ketrampilan berbasis

masyarakat dinas tenaga kerja sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di

kota Surabaya (studi tentang pelatihan otomotif).Penelitian ini dilatar

(27)

di Surabaya hal ini dilatar belakangi kurangnya kemampuaan atau skill

yang dimiliki masyarakat untuk penyerapan tenaga kerja Perumusan

masalah yang digunakan adalah “Bagaimana Pelaksanaan Program

Pelatihan Keterampilan Berbasis Masyarakat Dinas Tenaga Kerja Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Surabaya”. Sesuai dengan

masalah tersebut maka dapat diketahui Tujuan dari penelitian Progam

Pelatihan Ketrampilan Berbasis Masyarakat Dinas Tenaga Kerja Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Kota Surabaya adalah untuk

mendeskripsikan pelaksanaan bagaimana Pelaksanaan Program Pelatihan

Keterampilan Berbasis Masyarakat tentang pelatihan otomotifMetode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang

memiliki satu variabel yaituProgram Pelatihan Keterampilan Berbasis

Masyarakat tentang pelatihan otomotif. Fokus penelitian ini antara lain

peserta pelatihan, tenaga pelatih (instruktur), sarana dan prasarana

pelatihan, metode pelatihan, dan materi pelatihan. Hasil penelitian ini

sesuai fokus penelitian yang telah ditetapkan,dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Berbasis Masyarakat

di Dinas Tenaga Kerja tentang pelatihan otomotif untuk peserta pelatihan

adalah warga berKTP surabaya yang sedang menganggur berpendidikan

SMA sederajat, umur 18-30 tahun setelah dimana peserta memperoleh

pengalaman baru berupa penambahan skill atau ketrampilan. Pelatih atau

instruktur yang memberikan pelatihan dalam program otomotif sepeda

(28)

sepeda motor, Sarana dan prasarana yang disediakan dalam progam

pelatihan otomotif ini terbilang cukup, mulai dari alat tulis sampai alat-alat

yang diperlukan pada waktu pelaksanaan praktek maupun saat pemberian

teori, metode pelatihan yang diberikan berupa praktek dan teori, Materi

pelatihan yang disampaikan dalam progam pelatihan otomotif meliputi

komponen-kompnen sepeda motor.Kesimpulan dari Program Pelatihan

Keterampilan Berbasis Masyarakattentang pelatihan otomotif ini peserta

memperoleh pengalaman baru berupa penambahan skill atau ketrampilan

dengan demikian masyarakat sudah berdaya dalam bentuk skill.

3. Stefanus Stanis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui

Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa

Tenggara Timur Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami

degradasi sebagai akibat dariperilaku pemanfaatan yang tidak ramah

lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifatdestruktif dan merusak, serta

tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutansumberdaya.

Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan

berbasispemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang

mempunyai kaitan danbermanfaat terhadap upaya pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten LembataPropinsi Nusa

Tenggara Timur.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif denganteknik pengambilan sampel secara purposive

pada narasumber dan tokoh-tokoh kunci. Hasil penelitian menunjukkan

(29)

penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56%dan

ikan pelagis sebsar 40,92%, serta tingkat pemanfaatan baru mencapai

19,88%. Potensi dan luas areal budidaya sebesar 886 Ha, dengan tingkat

pemanfaatan 180 Ha (20,32%). Nilai kearifan lokal yang mempunyai

peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah Badu, Muro, Kolo

Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua

Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Ketaatan masyarakat terhadap nilai

kearifan lokal sangat tinggi, karena mereka memiliki kesadaran dan

persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak terlepas dengan

eksistensi kehidupan makhluk lainnya dalam kebersamaan di bumi yang

satu dan sama ini.

2.2 Landasan teori

2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat

Masalah kemiskinan di perkotaan saat ini menjadi prioritas utama

pembangunan pemerintah, program pemberdayaan tentang kemiskinan

selama ini cenderung menjadikan masyarakat sebagai obyek, tetapi

akhir-akhir ini konsep tersebut di ubah dengan menjadikan masyarakat sebagai

subyek, dengan kata lain masyarakat diberdayakan dengan segala potensi

yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang

(30)

2.2.1.1Pengertian Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan masyarakat menurut Suharto (2006 :

58) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpatisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan

mempengarui terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga serta

mempengaruhi kehidupannya.

Pemberdayaan menurut Rappaport (1984) dalam Suharto (2006 :

59) adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas

mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.

Sedangkan menurut Hulme dan Turner (1990 : 62) dalam Prijono

bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses terjadinya

perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang

tidak berdaya untuk memberikan pengaruh lebih besar di arena politik

secara lokal maupun nasional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

masyarakat adalah suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan

orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk mampu mengusai

kehidupan.

2.2.1.2Tahapan Pemberdayaan.

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) ada tiga

(31)

1. Penyadaran

Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa

mereka mempunyai “sesuatu”.

2. Pengkapasitasan

Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau dalam bahasa

yang lebih sederhana yaitu memampukan atau enabling.

Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik

dalam konteks individu mapun kelompok yaitu dengan training

(pelatihan), workshop (loka latih), seminar,dan sejenisnya.

3. Pemberian daya

Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target

diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

2.2.1.3Tujuan Pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat dalam Onny (1995 : 101) menyatakan

bahwa pemberdayaan memiliki tujuan kemanusiaan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dengan jalan sebagai

berikut :

1) Mengidentifikasi kebutuhan kelompok lokal/setempat dengan

tujuan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

2) Merumuskan kegiatan untuk mencapai sasaran.

3) Menyiapkan dana dan kondisi.

4) Memobilisir sumber daya setempat atau dari luar untuk kegiatan

(32)

Menurut Sumodiningrat, dalam Mashoed (2004 : 40) mengatakan

bahwa upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat berpartisipasi

dalam pembangunan adalah :

1) Bantuan dana sebagai modal usaha

2) Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan sosial

ekonomi rakyat

3) Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi

dan jasa masyarakat

4) Pelatihan bagi aparat dan masyarakat

5) Penguatan kelembagaan sosial ekonomi rakyat.

Menurut Ife dalam Suharto (2006 : 58) pemberdayaan bertujuan

untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak

beruntung.

2.2.1.4 Str ategi Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu prasyarat bagi pengembangan pemberdayaan rakyat

adalah perlunya kondisi keterbukaan yang lebih besar dalam

masyarakat. Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat

menurut Onny (1995 : 106) antara lain dapat di rumuskan melalui

pendidikan kemandirian dengan berperan sebagai berikut :

1. Fasilitator dan katalisator, yaitu melalui para pembina yang tinggal

di tengah-tengah kelompok menyertai proses perkembangan

masyarakat, membantu memecahkan masalah dan ikut menentukan

(33)

2. Pelatih dan pendidik, yaitu mencarikan dan menyalurkan informasi

dan pengalaman dari luar ke dalam kelompok melalui berbagai

metode belajar mengajar.

3. Pemupukan Modal antara lain dengan mendorong upaya-upaya

penghematan, menabung, dan usaha produktif.

4. Penyelenggaraan proyek-proyek stimulant dalam meningkatkan

kemandirian kelompok-kelompok swadaya seperti proyek

teknologi tepat guna, produksi dan pemasaran.

Dengan mengacu pada strategi yang dikemukakan oleh Korten,

Elliott dan Brodhead dalam Onny (1995 : 103) memberdayakan

masyarakat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :

1) Pendekatan Kemanusiaan, tujuan pendekatan ini adalah

membantu secara spontan dan sukarela kelompok masyarakat

tertentu yang membutuhkan bantuan karena terkena musibah, atau

kurang beruntung. Pendekatan ini dilakukan oleh lembaga

penyandang dana seperti Yayasan Dana Gotong- Royong.

2) Pendekatan Pengembangan Masyarakat, bertujuan

mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan masyarakat

seperti Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) yang merintis pos

pelayanan terpadu (Posyandu) yang kemudian menjadi salah satu

program pemerintah.

3) Pendekatan Pemberdayaan Rakyat, bertujuan memperkuat

(34)

kekuatan-kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor

kehidupan.

Menurut Kartasasmita dalam Onny (1995 : 105), untuk meraih

keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat tersebut,

diupayakan langkah pemberdayaan masyarakat :

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling) dengan mendorong,

memotivasi dan membangkitkan potensi yang dimiliki untuk

mengembangkan usahanya.

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering) dengan diadakannya program untuk menggali

potensi yang ada dalam masyarakat.

3) Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting)

dengan adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas

melindungi masyarakat yang lemah.

Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut :

1) Enabling

Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki

potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat

(35)

masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena sudah punah,

pemberdayaan adalah untuk membangun daya. Itu yang

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya.

2) Empowering

Adalah memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh

masyarakat, dalam kaitan ini diperlukan langkah-langkah lebih

positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan

ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan

berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang

yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu

diperlukan program, khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,

karena program yang umum, yang berlaku untuk semua tidak

selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

3) Protecting

Adalah mengandung arti pula melindungi dalam proses

pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

lemah karena kurang berdaya menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan

pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam

rangka ini adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan

(36)

melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk mencegah terjadinya

persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan masyarakat bukan

membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada pada

berbagai program pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang

dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat di

pertukarkan dengan pihak lain.

Menurut Suharto (2006 : 66) pemberdayaan dapat dilakukan

dengan tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting)

yaitu :

1. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan melalui bimbingan, konseling, stress

management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya.

2. Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan

kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang

(37)

3. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar

(largesystem strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada

sistem lingkungan yang lebih luas.

2.2.1.5 Pendekatan

Menurut Suharto (2006 : 67) pelaksanaan proses pencapaian

tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yaitu:

1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.

Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari

sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan : memperkuat pengetahuan yang dimiliki masyarakat

dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu

menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri

masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama

kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok-kelompok kuat,

menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi

tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, mencegah terjadinya

eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

(38)

diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat

kecil.

4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar

masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas

kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong

masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang

semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap

terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai

kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu

menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan

setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

2.2.1.6 Upaya Pemberdayaan

Menurut Mashoed (2004 : 44), dilihat dari profil kemiskinan

(proverty profile) masyarakat, terdapat beberapa masalah kemiskinan

yang menjadi perhatian, diantaranya :

1) Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan (welfare)

akan tetapi juga masalah kerentenan. Disini berarti bahwa

penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping

diarahkan untuk manangani masalah kesejahteraan dengan

memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga

(39)

2) Masalah kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan

(powerlessness) karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan

untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan untuk

ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan

masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapi.

3) Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat

terhadap peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam

masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk

berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber

daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja.

4) Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses

masyarakat pada pasar lantaran aksesibilitas yang rendah dan

karena kondisi alam yang miskin.

5) Masalah kemiskinan yang teridentifikasi karena penghasilan

masyarakat sebagian besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan

konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas,

sehingga produktifitas mereka menjadi rendah.

Masalah kemiskinan juga ditandai dengan tingginya depency

ratio karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap

kemampuan untuk membiayai pendidikan dan kesehatan. Akibatnya

(40)

2.3 Pengertian Pelatihan

Pelatihan menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 199) merupakan

suatu proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas

dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yuang akan datang

melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,

kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak.

Menurut Fathoni (2006 : 147) pelatihan merupakan upaya untuk

mentranfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta

pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan

melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan.

Menurut Samsudin (2006 : 110) pelatihan merupakan bagian

dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera.

Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan bidang yang dilakukan.

Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih dapat dipraktikkan.

Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan

berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat

(pendek).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah

upaya untuk membantu peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan,

keterampilan dan kecakapan, sehingga para peserta dapat menerima

(41)

2.3.1 Peserta pelatihan

Menurut Hamalik (2001 : 35) Penetapan calon peserta pelatihan

erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan, yang pada gilirannya

turut menentukan efektivitas pekerjaan. Karena itu, perlu dilakukan

seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik, berdasarkan

kriteria, antara lain :

1. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian.

2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau

akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3. Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam

pekerjaa.

4. Motivasi dan minat, yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.

5. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril dan sifat-sifat yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

6. Intelektual, tingkat berpikir, dan pengetahuan, diketahui melalui tes

seleksi.

2.3.2 Pelatih (Instr uktur)

Pelatih atau instruktur menurut Hasibuan (2007 : 73) yaitu

seseorang atau tim yang memberikan latihan/pendidikan kepada

karyawan.

Menurut Hamalik (2001 : 35) pelatih-pelatih memegang peran

penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu

(42)

Beberapa syarat sebagai pertimbangan adalah :

1. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih, yang ahli dalam

bidang spesialisasi tertentu .

2. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya

sebagai pelatih.

3. Pelatih berasal dari dalam lingkungan organisasi/lembaga sendiri

lebih baik dibandingkan dengan dari luar.

4. Perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang ahli dan

berpengalaman belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil.

Menurut Hasibuan (2007 : 73) pelatih yang akan melaksanakan

pengembangan (development = training education) adalah pelatih

internal, eksternal, serta gabungan internal dan eksternal.

a. Pelatih internal adalah seseorang atau sesuatu tim pelatih yang

ditugaskan dari perusahaan memberikan latihan atau pendidikan

kepada karyawan.

b. Pelatih eksternal adalah seseorang atau suatu tim pelatih dari luar

perusahaan diminta untuk memberikan pengembangan kepada

karyawan, baik pelatihnya didatangkan atau karyawannya ditugaskan

untuk mengikuti lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan.

c. Pelatih gabungan internal dan eksternal adalah suatu tim gabungan

pelatih internal dan eksternal yang memberikan pengembangan

kepada para karyawan. Cara ini paling baik karena dasar teotitis dan

(43)

Pengembangan yang ditangani tim internal dan eksternal akan lebih

baik karena pelatih akan saling isi-mengisi dalam memberikan

pengembangan kepada karyawan.

2.3.3 Lamanya Pelatihan

Menurut Hamalik (2001 : 35) lamanya masa pelaksanaan pelatihan

berdasarkan perimbangan tentang :

1. Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari dalam

pelatihan tersebut lebih banyak dan lebih banyak dan lebih tinggi

bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih

lama diperlukan latihan.

2. Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti kegiatan

pelatihan. Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar

tentu memerlukan waktu pelatihan yang lebih lama.

3. Media pengajaran, yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih.

Media pengajaran, yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan

pelatihan dan dapat mengurangi lamanya pelatihan tersebut.

2.3.4 Bahan Latihan

Menurut Hamalik (2001 : 36) bahan latihan seyogianya disiapkan

secara tertulis agar mudah dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan

dalam bentuk buku paket materi pelatihan hendaknya memperhatikan

faktor-faktor tujuan pelatihan, tingkatan peserta latihan, harapan

lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya pelatihan. Cara

(44)

karya ilmiah yang berlaku. Untuk melengkapi bahan pelatihan sebaiknya

disediakan sejumlah referensi terpilih yang relevan dengan pokok

bahasan yang diajarkan.

2.3.5 Bentuk Latihan.

Menurut Hamalik (2001 : 36) bentuk-bentuk pelatihan yang

digunakan untuk mengembangkan kemapuan ketenagakerjaan antara

lain:

1. Belajar sambil bekerja (learning on the job)

2. Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan)

3. Tugas khusus

4. Kuliah (lectures)

5. Pemecahan masalah (problem solving)

6. Latihan (coaching)

7. Penyuluhan (counceling)

8. Bacaan-bacaan khusus yang direncanakan

9. Kursus studi (studi course)

10.Konferensi dan seminar

11.Pengajaran dengan mesin (teaching machine)

12.Permainan bisnis (business game)

13.Kepanitiaan (committee)

14.Team kedua (second team)

15.Dewan komisaris yunior (junior board of directors)

(45)

17.Rotasi jabatan

18.Penggunaan jabatan-jabatan strategik

19.Program pengembangan manajemen oleh perguruan tingggi

20.Satuan-satuan tugas (task force)

21.Form system (penempatan calon pada cabang-cabang

organisasi/lembaga)

22.Disentralisasi struktur organisasi

23.Keanggotaan dalam asosiasi profesional

24.Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan

2.3.6 Kualitas Pelatihan.

Kualitas pelatihan pada saat di implementasikan di lapangan di

pengaruhi oleh beberapa hal termasuk fasilitas kelas, kreatifitas

instruktur. Agar implementasi ini berjalan lancar ada baiknya

memperhatikan saran yang diberikan Keller dalam Irawan (2003 : 107)

yang disebut sebagai ARCS (Attention, Relevance, Confidence dan

Satisfaction).

a. Attention (perhatian)

Pelatihan yang baik dan sukses adalah pelatihan yang secara fisik

maupun emosional dan intelektual menarik perhatian para siswa

yang menghadirinya. Karena itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan

antara lain :

1. Instruktur menggunakan media atau alat bantu mengajar yang

(46)

2. Instruktur memberikan banyak contoh-contoh konkret untuk

memperjelas teori-teori yang sedang dibahas.

3. Instruktur harus menujukkan secara tegas dan jelas bahwa dirinya

sendiri juga menaruh perhatian besar terhadap ilmu yang sedang

diajarkannya kepada siswa.

b. Relevance (Relevansi)

Pelatihan yang baik dan sukses adalah pelatihan yang menurut

siswa relevan (terkait) dengan apa yang telah atau akan dipelajari

siswa, dan terutama relevan dengan tugas dan pekerjaan sehari-hari

yang dilakukan siswa.

Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam

meningkatkan “sence of relevance” antara lain :

1. Instruktur, di awal kelas menjelaskan relevansi pembelajaran hari

itu dengan topik yang telah dibahas di hari sebelumnya.

Instruktur juga menjelaskan relevansi hari ini dengan pekerjaan

sehari-hari yang dilakukan siswa.

2. Instruktur memberikan banyak contoh-contoh konkret tentang

hal-hal yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

3. Instruktur menerapkan metode pembelajaran yang mendorong

(47)

c. Confidence (Kepercayaan Diri)

Pelatihan yang baik dan sukses adalah pelatihan yang mampu

menimbulkan rasa percaya diri (confidence) yang kuat dalam diri

siswa.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa, instruktur dapat

melakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Instruktur memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa,

baik ketika mereka mencapai prestasi (dengan “positive

reinforcement”), maupun pada siswa membuat

kesalahan-kesalahan (dengan “negative reinforcement”).

2. Instruktur senantiasa menyederhanakan masalah-masalah yang

kompleks, atau mempermudah materi-materi yang sulit dengan

cara yang interaktif, komunikatif, kondusif untuk belajar.

3. Instruktur sejauh mungkin menciptakan suasana agar siswa

mendapat kesempatan mempraktekkan teori-teori di kelas.

d. Satisfaction (Kepuasan)

Suatu pelatihan yang baik dan sukses adalah pelatihan yang

mampu memberikan rasa puas (satisfaction) kepada para pesertanya.

Agar peserta mencapai kepuasan dalam sebuah diklat, hal-hal ini

yang perlu diperhatikan :

1. Instruktur berusaha selalu konsisten dengan rencana

pembelajaran yang ia buat dan telah diberitahukan kepada peserta

(48)

2. Instruktur harus berusaha menjadi contoh (patron) dalam

beberapa hal prinsip seperti kerapian penampilan, ketepatan

waktu, kelogisan berpikir dan menjelaskan, sampai ke sikap dan

perilaku yang baik. Sungguh sangat menjengkelkan bila

instruktur sering terlambat datang masuk kelas, penampilan

berantakan, dan cara berbicara melantur kemana-mana. Ingat,

kepuasan peserta tidak hanya pada metode pembelajaran,

manajemen kelas, sampai ke penampilan fisik intruktur.

3. Instruktur harus mampu menutup dan menyimpulkan proses

pelatihan secara baik (impresif). Untuk itu, penutupan yang baik

ini harus di persiapkan. Jangan sampai terjadi peserta

meninggalkan pelatihan dalam keadaan bingung apalagi jengkel.

2.3.7 Prinsip-Pr insip Pelatihan.

Menurut Samsudin (2006 : 110) ada beberapa prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan dalam pelatihan yaitu :

1. Partisipatif

2. Relevan

3. Repetitif (pengulangan)

4. Pemindahan

5. Memberi umpan balik

Sedangkan menurut Mangkuprawira (2004 : 144-145) prinsip-prinsip

pelatihan merupakan petunjuk berupa cara-cara agar peserta belajar

(49)

direfleksikan dalam pelatihan, semakin efektif pelatihan yang mungkin

terjadi. Prinsip-prinsip itu berupa :

1) Partisipasi.

Bentuk pelatihan bagi karyawan hendaknya dilakukan melalui

pendekatan pendidikan orang dewasa. Partisipasi dari peserta belajar

harus proaktif, terutama ketika teknik pelatihan diluar bentuk kuliah,

seperti permainan peran, studi kasus, simulasi, praktikum, dan

sebagainya. Dengan pendekatan partisipasi, pelatihan akan

memperbaiki motivasi dan mengajak peserta lebih memperkuat

proses dan wawasan belajar. Hasil dari penerapan prinsip ini

(partisipasi), karyawan akan belajar lebih cepat dan akan selalu

mempertahankan proses belajar dalam kehidupannya.

2) Pendalaman

Pendalaman merupakan salah satu prinsip dari pelatihan yang

berkelanjutan. Kebanyakan orang yang pernah mengikuti pelatihan,

pendalaman merupakan proses penanaman daya ingat. Misalnya,

pada pertengahan dan akhir proses pelatihan, peserta pelatihan akan

diuji seberapa jauh daya ingat dan kemampuan analisis atau gagasan

dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.

3) Relevansi

Keberhasilan proses pelatihan sangat dipengaruhi oleh materi/muatan

yang bermanfaat atau selaras dengan kebutuhan tertentu. Dalam hal

(50)

secara menyeluruh maksud sebuah pekerjaan kepada seluruh peserta

pelatihan sebelum menjelaskan tugas-tugas spesifik. Kemudian

peserta pelatihan memberikan respons-respons yang biasanya baru.

Hal ini membuat karyawan/peserta pelatihan mengerti relevansi tiap

tugas dan prosedur lebih lanjut yang benar atau tepat.

4) Pengalihan

Semakin dekatnya kebutuhan sebuah program pelatihan yang

sepadan dengan kebutuhan dari pekerjaan, semakin cepat seorang

peserta pelatihan menyerapnya dalam menguasai pekerjaan.

Misalnya semakin sering seorang perencana dilibatkan dalam

simulasi penyusunan rencana pengembangan produksi sektor

agribisnis melalui komputerisasi akan semakin terbiasa dan terampil

manakala yang bersangkutan akan menyusun rencana aktual.

Kesepadanan yang dekat antara simulator lewat komputer dan

kegiatan perencanaan menyebabkan peserta pelatihan cepat

mengalihkan ilmu pengetahuannya pada kondisi kerja yang nyata.

5) Umpan Balik

Umpan balik memberikan peserta pelatihan tentang informasi

kemajuan mereka. Dengan umpan balik, peserta yang termotivasi

dapat menyesuaikan perilaku mereka untuk mencapai proses belajar

yang sangat cepat dan bermakna. Tanpa itu mereka tidak dapat

mengukur kemajuannya dan mungkin tidak terdorong untuk maju.

(51)

sebagai tanda kemajuannya selama proses belajar. Melalui umpan

balik, peserta pelatihan seharusnya terdorong untuk memperbaiki

kinerja pekerjaannya melalui diagnosis kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya.

6) Suasana Nyaman

Peserta pelatihan harus terbebas dari tugas-tugas dan bahkan

tekanan-tekanan pekerjaan. Mereka diasumsikan memiliki hasrat

belajar yang datang dari motivasi tinggi didukung dengan fasilitas

yang cukup. Dengan demikian, mereka benar-benar hanya

berkosentrasi pada proses belajar. Dalam prosesnya, peserta

pelatihan masih perlu bimbingan-bimbingan, tetapi tanpa harus

menciptakan ketergantungan tinggi terhadap instruktur.

Menurut Yodar dalam Samsudin (2006 : 111) ada sembilan prinsip

yaitu sebagai berikut :

1. Individual defferences

2. Relation to job analysis

3. Motivation

4. Active participation

5. Selection of trainees

6. Selection of trainer

7. Trainer training

8. Training methods

(52)

Menurut Mc. Gehee dalam Mangkunegara (2001 : 44) merumuskan

prinsip-prinsip perencanaan pelatihan sebagai berikut :

1) Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan

tahapan-tahapan.

2) tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang

hendak di capai.

3) Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang

berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran.

4) Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang

positif dari peserta.

5) menggunakan konsep shaping (pembentukan) perilaku.

2.3.8 Metode Pelatihan

Menurut Samsudin (2006 : 111) berdasarkan sumbernya, metode

pelatihan dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut :

1. In-house training atau on-site training

In-house training (IHT) berupa on the job training, seminar atau

lokakarya, instruksi lewat media (video, tape, dan satelit), dan

instruksi yang berbasis komputer.

2. Exsternal atau outside training

Exsternal training terdiri dari kursus, seminar, dan lokakarya yang

(53)

Sedangkan menurut Panggabean (2004 : 45-47) ada berbagai metode

yang dapat digunakan untuk pelatihan dan pengembangan dan pada

dasarnya dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu :

1. 1.On The Job Training (latihan sambil kerja)

On the job training meliputi semua upaya melatih karyawan untuk

mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakan ditempat kerja

yang sesungguhnya.

2. Of The Job Training

Pelatihan dan pengembangan dilaksanakan pada lokasi terpisah

dengan tempat kerja. Program ini memberikan individu dengan

keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan pada waktu terpisah dari waktu kerja

reguler mereka.

Menurut Hasibuan (2007 : 77) metode latihan yang harus

berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai

faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar

peserta, latar belakang, dan lain-lain. Metode-metode latihan menurut

Sikula dalam Hasibuan (2007 : 77) :

1) On the job

Para peserta latihn langsung bekerja di tempat untuk belajar dan

meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas.

(54)

a. Cara informal yaitu pelatih menyuruh peserta latihan untuk

memperhatikan orang lain yang sedang pekerjaan, kemudian ia

diperintahkan untuk mempraktekkannya.

b. Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang karyawan senior

untuk melakukan pekerjaan tersebut, selanjutnya para peserta

latihan melakukan pekerjaan sesuai dengan cara-cara yang

dilakukan karyawan senior.

On the job dapat pula latihan dilakukan dengan menggunakan

bagan, gambar, pedoman, contoh yang sederhana, demontrasi, dan

lain-lain.

2) Vestibule

Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau

bengkel yang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan

industri untuk memperkenalkan kepada karyawan baru dan melatih

mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Melalui percobaan dibuat

suatu duplikat dari bahan, alat-alat, dan kondisi yang akan mereka

temui dalam situasi kerja yang sebenarnya.

3) Demonstration and example

Demonstration and example adalah metode latihan yang

dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara

mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau

(55)

Demonstrasi merupakan metode latihan yang sangat efektif

karena peserta melihat sendiri teknik mengerjakannya dan

penjelasan-penjelasannya, bahkan jika perlu boleh dicoba

mempraktekkannya.

Dalam banyak hal, dengan menunjukkan bagaimana seseorang

harus mengerjakan tugasnya adalah lebih mudah daripada

menceritakan atau menyuruhnya mempelajari langkah-langkah

pengerjaannya.

Biasanya demontrasi dilengkapi dengan gambar, teks, diskusi,

video, dan lain-lain.

4) Simulation

Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan

semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya

merupakan tiruan saja. Simulasi merupakan suatu teknik untuk

mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari

pekerjaan yang akan dijumpainya.

5) Appreticeship

Metode ini merupakan cara untuk mengembangkan keahlian

pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat

(56)

6) Classroom methods

Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran),

conference (rapat), programmed instuction, metode studi kasus, role

playing, metode diskusi, dan metode seminar.

2.3.9 Pendekatan Pelatihan.

Menurut Fathoni (2006 : 148) ada lima pendekatan yang efisien

dalam memecahkan masalah diklat, yaitu :

1) Mengembangkan dan mengidentifikasi masalah diklat.

2) Memeriksa seluruh perubahan yang terjadi sebelumnya masalah

timbul.

3) Tandai dan buat telaahan terhadap sebab-sebab yang paling mungkin

dari masalah yang timbul.

4) Lakukan penelitian melalui prioritas dan alternatif pemecahan

masalah.

5) Adakan evaluasi terhadap peranan yang paling memungkinkan

dalam diklat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.

2.4 Masyarakat

Menurut soerjono (2003 : 149) masyarakat setempat (Community) adalah

suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan

sosial yang tertentu.

Menurut Shadly dalam Cholil (1997 : 11) masyarakat adalah golongan

besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan sendirinya bertalian

(57)

Menurut Bouman dalam Cholil (1997 : 12) masyarakat adalah pergaulan

hidup yang akrab antara manusia, dipersatukan dengan cara tertentu oleh

hasrat-hasrat kemasyakatan mereka.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

pengumpulan manusia yang banyak yang bersatu oleh karena adanya

hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama/bersama.

2.4.1 Syar at Timbulnya Masyarakat

Syarat-syarat timbulnya masyarakat menurut Cholil (1997 : 12) adalah :

1. Harus ada pengumpulan manusia yang banyak.

2. Telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam waktu yang

lama.

3. Adanya aturan-aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama.

2.4.2 Kriter ia Masyarakat

Menurut Levy dalam Sunarto (2000 : 56) ada 4 kriteria agar suatu

kelompok dapat disebut masyarakat yaitu :

1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu.

2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi.

3. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama.

4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.

Cara terbentuk masyarakat menurut Cholil (1997 : 12) dapat dibagi

dalam :

a. Masyarakat paksaan, misal Negara.

(58)

1. Masyarakat terjadi dengan sendiri, missal menonton pertandingan.

2. Masyarakat kultur, misal koperasi.

2.4.3 Faktor-Faktor Manusia Bermasyar akat

Faktor-faktor yang mendorong manusia bermasyarakat Cholil (1997

: 12-13) ialah :

1. Hasrat Sosial.

Adalah merupakan hasrat untuk menghubungkan dirinya dengan

individu lainnya atau kelompok.

2. Hasrat Meniru.

Adalah hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau

terang-terangan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan.

3. Hasrat Berjuang.

Dapat dilihat adanya persaingan mengalahkan lawan.

4. Hasrat Bergaul.

Hasrat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu, kelompok

tertentu, misal : organisasi, club dan lain-lain.

5. Hasrat Untuk Memberitahukan.

Hasrat untuk menyampaikan perasaan-perasaan kepada orang lain.

Biasanya disampaikan dengan suara, bintang jasa, bertujuan untuk

mencapai hubungan dengan orang lain.

6. Hasrat Untuk Mendapat Kebebasan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman
Gambar 4.1 Koperasi Kampung Unggulan Mangrove
Gambar 4.2 Pelatihan Membatik
+2

Referensi

Dokumen terkait

yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman seseorang atau masyarakat agar dihayati secara estetika oleh penikmat atau penontonnya.Sebuah gerakan dinilai baik jika tujuan

Kompetensi Inti Industri Daerah merupakan kemampuan utama (tingkat kemampuan sumber daya manusia, tingkat peranan dan kemampuan kelembagaan daerah, tingkat

Gelombang laut pada umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gelombang di laut seperti aktifitas seismik di dasar

Siklus 2 dilakukan dalam dua kali pertemuan dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 yang dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus 2 pada hari Selasa, 15

Hasil identifikasi jenis kapang yang terdapat pada feses sapi potong sebelum dan sesudah proses pembuatan biogas dengan digester fixed-dome diantaranya yaitu

Perbincangan ini mengaplikasikan ilmu pragmatik berdasarkan Prinsip Makna dalam Interaksi (Thomas, 1995). Teknik analisis dokumen digunakan untuk meneliti ujaran yang

Anugrawati dan Wahidahwati (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan CSR dan informasi keuangan yang diproksi dengan laba akuntansi, arus kas

Jika telah habis batas waktu sewa, pemohon dapat mengajukan permohonan perpanjangan sewa ke Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Madiun.. Jika sewa sudah