• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS VII SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS VII SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN T.A 2013/2014."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Skripsi : Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Model Pembelajaran Langsung di Kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan T.A 2013/2014

Nama : Lidia Saminer Pakpahan

NIM : 409311023

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. NIP. 19650910 199102 1 001

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,Ph.D. Drs. Syafari, M.Pd.

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19540929 198903 1 001

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi yang berjudul ” Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP yang diajarkan Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Model Pembelajaran Langsung di Kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

(3)

v

Pakpahan, Heriwanti Pakpahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Aswan Fakri Harahap selaku Kepala SMP Negeri 2 Rantau Selatan dan Bapak Agus Santawi, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaikku Yustina Situmorang, Melda Veronika Manullang, Sofia Loris Saragih, adikku Yosi Lolyta Sihotang dan Divilia Sihotang, yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2014 Penulis,

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS VII SMP NEGERI 2

RANTAU SELATAN T.A 2013/2014 LIDIA SAMINER PAKPAHAN (409311023)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dengan demikian tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajaran langsung di kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 7 kelas. Dari 7 kelas dipilih 2 kelas secara acak yaitu kelas VII2 sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen I dengan model

pembelajaran matematika realistik dan kelas VII3 sebanyak 40 siswa sebagai kelas

eksperimen II dengan model pembelajaran langsung yang dijadikan sampel dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tes uraian yaitu untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Sebelum tes ini ditetapkan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu diujicobakan yakni di SMP Swasta Methodist 2 Rantau Prapat untuk melihat reliabilitas dan validitas.

Dari hasil penelitian ini didapat nilai rata-rata hasil pre-test kelas eksperimen I sebesar 16,225 dan nilai rata-rata hasil pre-test kelas eksperimen II sebesar 16,200. Dari hasil analisis data pre-test kelas eksperimen I diperoleh L0 <

Ltabel yaitu 0,1054 < 0,1401, dan data pre-test kelas eksperimen II diperoleh L0 <

Ltabel yaitu 0,1192 < 0,1401. Sehingga disimpulkan data pre-test kedua kelas

berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pre-test kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel yaitu 1,112 < 1,705. Dari analisa data didapat nilai rata-rata

hasil post-test kelas eksperimen I sebesar 19,325 dan nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen II sebesar 16,725. Dari hasil analisis data post-test kelas eksperimen I diperoleh L0 < Ltabel yaitu 0,1094 < 0,1401, dan data post-test kelas

eksperimen II diperoleh L0 < Ltabel yaitu 0,1086 < 0,1401. Sehingga disimpulkan

data test kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data post-test kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel yaitu 1,127 < 1,705. Setelah

dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t didapat bahwa thitung > ttabel yaitu 6,6855

> 1,996. Hal ini berarti thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Demikian

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pemecahan Masalah 10

2.1.2. Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.4. Belajar dan Pembelajaran 17

2.1.5. Pembelajaran Matematika 19

2.1.6. Model Pembelajaran 21

2.1.7. Pembelajaran Matematika Realistik 22

2.1.7.1 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Matematika Realistik 26 2.1.7.2 Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik 28 2.1.7.3 Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik 30 2.1.7.4 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik 31 2.1.7.5 Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Pendekatan Matematika 33

Realistik

2.1.8 Pembelajaran Langsung 36

2.1.8.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung 38 2.1.9. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran Matematika Realistik dengan 40

Pembelajaran Langsung

2.2. Materi Persamaan Linear Satu Variabel 42

2.3. Kajian Penelitian Yang Relevan 51

2.4. Kerangka Konseptual 52

(6)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 54

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 54

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 54

3.3.1. Populasi Penelitian 54

3.3.2. Sampel Penelitian 54

3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 55

3.4.1 Mekanisme Penelitian 55

3.4.2 Rancangan Penelitian 57

3.5. Variabel Penelitian 57

3.5.1. Variabel Bebas 57

3.5.2. Variabel Terikat 58

3.6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 58

3.6.1. Instrumen Penelitian 58

3.6.1.1. Reliabilitas Tes 59

3.6.1.2. Validitas Tes 60

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data 61

3.6.2.1. Menghitung Nilai Rata-Rata Skor 61

3.6.2.2. Menghitung Standart Deviasi 62

3.6.2.3. Uji Normalitas 62

3.6.2.4. Uji Homogenitas 63

3.6.2.5 Pengujian Hipotesis 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 65

4.1.1. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas Eksperimen I 65 Dan Kelas Eksperimen II

4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 68

4.2.1. Uji Normalitas Data 68

4.2.2. Uji Homogenitas Data 69

4.2.3. Pengujian Hipotesis 70

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 73

5.2. Saran 73

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung 37 Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung 38 Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran Matematika Realistik dengan 40

Pembelajaran Langsung

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 57

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 58 Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Tes 60 Tabel 4.1. Data Pre-test Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 66 Tabel 4.2. Data Post-test Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 67 Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan 69

Pemecahan Masalah

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Hasil Kerja Siswa 5

Gambar 3.1. Skema Mekanisme Penelitian 56

Gambar 4.1. Diagram Data Pretest Siswa Eksperimen I dan Eksperimen II 66 Gambar 4.2. Diagram Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 68

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) 76 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) 82 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) 88 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) 90 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS I) 92

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS II) 96 Lampiran 7. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS I) 100

Lampiran 8. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS II) 102 Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 105

Lampiran 10. Pre-Test 106

Lampiran 11. Alternatif Jawaban Pre-Test 108

Lampiran 12. Post-Test 110

Lampiran 13. Alternatif Jawaban Post-Test 112

Lampiran 14. Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes 114

Lampiran 15. Perhitungan Uji Reliabilitas Tes 116

Lampiran 16. Perhitungan Uji Validitas Tes 121

Lampiran 17. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 124 Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II

Lampiran 18. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 126 Kemampuan Pemecahan Masalah siswa

Lampiran 19. Perhitungan Uji Normalitas 130

Lampiran 20. Perhitungan Uji Homogenitas 135

Lampiran 21. Uji Hipotesis Tes Awal 138

Lampiran 22. Perhitungan Uji Hipotesis 140

Lampiran 23. Dokumentasi 142

Lampiran 24. Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 148

Lampiran 25. Luas Distribusi Normal Standar 149

Lampiran 26. Nilai Kritis Distribusi t 151

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Usaha untuk menciptakan kualitas pendidikan, tidak terlepas dari bagaimana proses pelaksanaan pendidikan itu dilaksanakan. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik, dengan adanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran.

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Proses belajar mengajar sebagai wujud pelaksanaan pendidikan dikatakan berhasil apabila guru sebagai salah satu sumber pengetahuan mampu memberikan atau menerapkan ilmunya dengan metode yang sesuai, sehingga dapat diterima dengan baik oleh siswa.Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang.Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan, hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.Upaya tersebut menjadi tanggung jawab tenaga kependidikan.

(11)

2

sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan. Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, peranan pendidikan diutamakan untuk manusia menjadi kader pembangunan, oleh sebab itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya guna memperoleh cita-cita yang diharapkan dan guna mencapai hasil pendidikan secara optimal.Untuk itu peranan guru sangat diutamakan dalam pemberian pembelajaran kepada siswanya.Di dalam pencapaian tujuan pengajaran salah satu yang tak kalah penting adalah memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat merangsang, menyusun, sehingga guru dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, efisien, dan anak didik dapat memiliki pemahaman yang tuntas dan bermakna terhadap materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat meningkatkan penalaran siswa, dan dalam dirinya senantiasa ada dorongan untuk semakin meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Menurut Buchori (dalam Khabibah, 2006:1) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Suatu masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh suatu tujuan dan harus menemukan suatu makna untuk mencapainya.Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan yang diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan serta matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

Belajar pemecahan masalah pada hakikatnya belajar berfikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning to reason) yaitu berpikir atau bernalar

mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.

(12)

3

Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran matematika. Matematika mulai dari bentuknya yang paling sederhana sampai pada bentuknya yang kompleks, memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya, juga dalam memecahkan persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari – hari.

Ada banyak alasan tentang pentingnya matematika. Sebagaimana menurut Cornellius (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas (2) sarana untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Belajar matematika secara benar akan sangat membantu mengasah kemampuan berlogika secara benar, akan membantu melatihkemampuan untuk memecahkan masalah yang komplek menjadi beberapa masalah yang sederhana, untuk mengembangkan kemampuan mencari pemecahan masalah dan membiasakan anak melakukan penilaian masalah secara terukur.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Cokrof (dalam Abdurrahman,2009:253) juga mengatakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(13)

4

peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal (persekolahan). Terkait hal ini Komarudin (dalam Trianto, 2009 : 9) menyatakan :

Perubahan paradigma pembelajaran dalam KTSP adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual (hafalan) berubah menjadi kontekstual.

KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Guru diharapkan dapat memampukan siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur.Paradigma yang telah lama digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah, lebih menekankan pada peranan guru yang mengajar daripada siswa yang belajar disebut paradigma tradisional. Kuatnya paradigma tradisional ini dipastikan akan menghambat pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran yang bertujuan memberikan kompetensi pada siswa. Kondisi ini melahirkan anggapan bagi peserta didik bahwa belajar matematika tak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari.

Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Akibatnya siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan masalah, dibuktikan dengan prestasi belajar matematika siswa yang rendah.Seperti yang diungkapkan Soekisno (2009):

(14)

5

Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah seringkali membuat kita kecewa. Salah satu yang banyak dihadapi adalah rendahnya kemampuan matematika siswa.Keterampilan matematika yang dikuasai hanya mampu menyelesaikan satu langkah persoalan matematika.Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan ke SMP Negeri 2 Rantau Selatan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita yang membutuhkan penalaran dan pemahaman, jika soal yang diberikan sedikit bervariasi maka siswa sulit mengerjakan untuk membuat model matematikanya.Peneliti juga mengadakan tes studi pendahuluan kepada siswa, tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, Seorang pedagang dari kota Rantau prapat ingin belanja ke Medan dengan menaiki kereta api. Di dalam satu gerbong kereta api terdapat 64 penumpang, di stasiun Tebing ada penumpang yang turun. Sisa penumpang menjadi 48 orang. Berapa orang penumpang yang turun ?

Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh siswa dalam menjawab soal cerita berikut.

(15)

6

Dari soal di atas siswa diharapkan menuliskan terlebih dahulu langkah-langkahnya sebelum menyelesaikan permasalahan.Hal ini mengharuskan kita sebagai guru berupaya memilih model pembelajaran yang sesuai dan dapat mengurangi kesalahan tersebut. Dalam mengatasi permasalahan tersebut sangat cocok dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik, menurut Fathani (2008):

Pembelajaran matematika realistik merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) adalah suatu sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa seorang akan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut.

Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran , dan melalui matematisasi horizontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran matematika realistik berorientasipada matematisasi pengalaman sehari-hari ( mathematize of everyday experience ) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (everydaying mathematics), sehingga siswa belajar dengan bermakna (pengertian).

(16)

7

pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin.

Beragam model pembelajaran telah dikembangkan oleh para praktisi dan peneliti pendidikan dalam mensikapi problematika pembelajaran matematika di lapangan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diperlukan suatu cara pembelajaran dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kemampuan penalaran. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat memberikan keleluasaan berfikir siswa secara aktif dan kreatif serta melibatkan siswa seutuhnya dalam proses pembelajaran dengan terlebih dahulu membangun pemahaman siswa sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal yang dikemas dalam bentuk kontekstual.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Yang Diajarkan Dengan Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Model Pembelajaran Langsungdi Kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi, yaitu :

1. Banyaknya siswa kurang mampu membangun pemahaman terhadap matematika.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah dalam pelajaran sistem persamaan linear satu variabel.

4. Siswa kurang mampu memahami dan menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.

(17)

8

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas sangat luas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajaran langsung.

2. Materi pelajaran yang di ajarkan adalah persamaan linear satu variabel. 3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan

Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah :

(18)

9

2. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiataan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan datang.

3. Bagi guru,sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran serta sumber informasi dalam menentukan alternatif yang tepat pada materi bahasan sistem persamaan linear satu variabel.

4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya mata pelajaran matematika.

5. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

1. Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran matematika yang mengikuti langkah-langkah seperti memahami masalah kontekstual, menyelesaikan masalah, membandingkan jawaban, dan menyimpulkan. 2. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang diterapkan di lapangan

yang biasa digunakan guru dalam mengajar yang mengikuti langkah-langkah seperti guru menyiapkan bahan pelajaran secara sistematis dan rapi, menjelaskan materi pelajaran, siswa diberi kesempatan bertanya, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru, siswa dan guru membahas soal latihan, kemudian guru memberi soal-soal pekerjaan rumah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin di tinjau dari aspek:

a. Memahami Masalah

(19)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajaran langsung di kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan tahun ajaran 2013/2014.

2. Model pembelajaran matematika realistik lebih baik digunakan daripada model pembelajaran langsung di kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan tahun ajaran 2013/2014.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran

matematika realistik sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi yang diajarkan.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran matematika realistik sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Bagi guru-guru atau peneliti yang akan menggunakan pembelajaran matematika realistik sebaiknya lebih memperhatikan permasalahan yang lebih kontekstual yang sesuai dengan situasi siswa.

(20)

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2009), Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Adhar, Leo., (2012), Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP:

http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf, (diakses Juni 2013)

Arikunto, Suharsimi., (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Armanto, Dian., (2009), Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan: http://p4mriunimed.wordpress.com/2009/10/07/matematika-menjadi-pelajaran-menyenangkan/, (diakses Juni 2013)

Fathani, Abdul Halim., (2008), Pembelajaran Realistik Atasi Fobia Matematika : (www.docstoc.com/docs/6132624/Matematika-Realistik) (diakses Juni 2013)

FMIPA Unimed., (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Gravemeijer, Rusdi., (2009), Prinsip Utama Pendekatan Pembelajaran Realistik dalam

PembelajaranMatematika:(http://anrusmath.wordpress.com\2009\05\13\pen gembangan-2\). (diakses Juni 2013)

Hudojo, Herman., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud P2LPTK, Jakarta.

Purwanto., (2009), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Sanjaya, Wina., (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Sihombing, W.L., (2012), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika Sekolah), FMIPA UNIMED, Medan.

(21)

75

Sobel dan Maletsky., (2004), Mengajar Matematika ”Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA”, Erlangga, Jakarta.

Soekisno., (2009), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika, http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan

komunikasi-matematika.html (diakses Juni 2013) Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudrajat, Akhmad., (2011), Model Pembelajaran Langsung, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

Sumarmo., (2003), Pentingnya Pemecahan Masalah, http://educare.e_fkipunla.net/indexs.php?option.com (diakses Juni 2013) Suwarsono., (2011), Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Realistik:

http://dasar-teori.blogspot.com/2011/10/keunggulan-dan-kelemahan-pembelajaran.html (diakses Juni 2013)

Tampomas, Husein., (2006), Matematika Plus SMP kelas VII Semester Pertama, Yudhistira, Jakarta.

Tim MKPBM., (2011), Pengertian Pembelajaran Matematika, http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/

pengertian-pembelajaran-matematika.html (diakses Juni 2013)

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Turmudi., (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Investigatif, Leuser Citra Pustaka, Jakarta.

(22)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Gambar 1.1.  Hasil Kerja Siswa
Gambar 1.1 Hasil Kerja Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian aktivitas antimikrob yang dilakukan propolis terhadap isolat mikrob penyebab ketombe merupakan suatu langkah yang kongkrit dalam usaha pencarian alternatif

Jadi bagas tebu dapat menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif dengan menggunakan bakteri termofilik kotoran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG di Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2010, untuk melihat

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan metode Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPA daur air pada

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya, faktor kecerdasan emosional

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai gaya-gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit memiliki kombinasi beban gempa yang

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,