LAPORAN TUGAS AKHIR
GAMBARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
HAULING
DI PT TELEN ORBIT PRIMA
SITE
BUHUT
KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH
Prakosa Sandi Yuda
R.0009078
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ivABSTRAK
GAMABARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO HAULING
DI PT TELEN ORBIT PRIMA SITE BUHUT KAPUAS
KALIMANTAN TENGAH
Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)
Tujuan : Hauling merupakan kegiatan pengangkutan atau lalu lintas batubara yang
memiliki potensi bahaya yang tinggi. Sehingga penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif
dengan menggambarkan penerapan Manajemen Risiko Hauling. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan buku-buku referensi.
Hasil : Alur proses kegiatan hauling meliputi perjalanan dump truck dari parkir
menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant), dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP, dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP, dump truck antri di CPP menunggu loading, proses loading batubara ke unit dump truck, perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung, dump truck memasuki jembatan timbang, dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung, dump truckdumping di stockpileport Paring Lahung, dan parkir unit dump truck pada saat pergantian shift. Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang
Simpulan : Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima
Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang. Penerapan Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) karena belum melibatkan semua pihak dalam hal ini belum melibatkan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut baik dalam identifikasi bahaya maupun penilaian risiko dan belum dikomunikasikan sepenuhnya kepada semua pihak yang terkait.
Kata Kunci : Penerapan Manajemen Risiko Hauling
*) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
iv
ABSTRACT
DESCRIPTION OF IMPLEMENTATION ABOUT RISK MANAGEMENT
HAULING IN TELEN ORBIT PRIMA Co BUHUT SITE, DISTRIC KAPUAS,
CENTRAL KALIMANTAN
Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)
Objective : Hauling is procces for transport coal and have high risk. This report for
know about procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan.
Method : The examination use descriptif method with describe implementation
about Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Data get from observation, interview and book literture.
Results : The hauling road began from dump truck from parking area to stockpile
CPP (Coal Processing Plant), dump truck enter and out loading point area (clean), dump truck entrance and out loading point area (after wash), dump truck wait loading in CPP, loading coal process to dump truck, traveller dump truck from stockpile CPP to Paring Lahung Port, dump truck enter weightbridge, dump truck enter stockpile Pring Lahung Port, dump truck dumping in stockpile Paring Lahung Port, dump truck parking when change shift. Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review.
Conclusion : Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut
Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review. Implementation Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Kapuas, Central Java not match with Procedure of aspect and impact Occupational Safety and Health Enviroment (002-SHD-201) because not participation all employes, for specification not participation with employes in hauling road for hazard identification or risk assesment and not to full comunicate to all employes.
Key Word : Penerapan Manajemen Risiko Hauling
commit to user
vKATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu tercurahkan kepada hamba-Nya sehingga penulis bisa menyusun laporan khusus Gambaran Penerapan
Manajemen Risiko Hauling Di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas,
Kalimantan Tengah
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Zaenal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekaligus Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Yeremia R.A, S.Sos, M.Kes selaku Penguji dalam penyusunan laporan ini, terima kasih telah memberikan saran atas kekurangan dalam laporan ini. 5. Ibu Hartati selaku Human Capitalist, Comdev dan GA Manager PT. Telen
Orbit Prima.
6. Bapak Yayan Rudianto selaku Kepala Teknik Tambang PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Telen Orbit Prima ini.
7. Bapak Agus Eddy Suryadi selaku Pembimbing Lapangan dan Head Departement Safety And Health PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. 8. Bapak A. Purnomo Budiarto selaku Pembimbing Lapangan dan Head
Departement Hauling And Port PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. 9. Bapak Ahmad Nurhakim, selaku Safety and Health Supervisor PT. Telen
11.Mas Ananto, mas Reza, mas Septian, mas Dinar, Gege, Segah, mas Udin, mas Rubi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya selama di site.
commit to user
vibantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
13.Bunda, Kakak-kakakku dan segenap keluarga besarku terimakasih atas untaian doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.
14.Devi Roselia terima kasih atas perhatian dan dukungannya. Tahun depan pasti akan segera menyusul.
15.Teman-teman kontrakan Aminudin Arsyad, Lukman Hanafi, Yusuf Andriana Agil, Yusuf Hartaka yang selalu memberikan tawa, terima kasih atas doanya. 16.Segenap keluarga besar angkatan 2009, bangga menjadi bagian dari kalian. 17.Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga laporan ini
bisa terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Juni 2012 Penulis,
commit to user
vii DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Lokasi Penelitian ... 32
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 32
D. Sumber Data ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Pelaksanaan ... 34
G. Analisis Data... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Simpulan ... 82
B. Saran ... 83
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Kemungkinan ... 25 Tabel 2. Nilai Keparahan ... 19 Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP menuju
Stockpile CPP ... 44 Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar
Loading Poin CPP (after wash) ... 45 Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar
Loading Poin CPP (clean) ... 45 Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di CPP
Menunggu Loading ... 46 Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian Batubara ke Unit
... 47 Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut
ke Port Paring Lahung ... 48 Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Jembatan
Timbang ... 50 Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Port
Paring Lahung ... 51 Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping Port Paring
commit to user
ixTabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir Pada Saat
Pergantian Shift ... 53
Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP Menuju Stockpile CPP ... 55
Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP (after wash) ... 56
Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP (clean) ... 57
Tabel 16. Pengendalian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading ... 58
Tabel 17. Pengendalian Risiko Pengisian Batubara ke Unit ... 59
Tabel 18. Pengendalian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung ... 61
Tabel 19. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang ... 66
Tabel 20. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung ... 67
Tabel 21. Pengendalian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung ... 69
Tabel 22. Pengendalian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift ... 70
x
DAFTAR GAMBAR
G
ambar 1. Teori Domino ... 16 G
ambar 2. Teori Gunung Es ... 22 G
ambar 3. Matrik Risiko ... 27 G
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
L
ampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang L
ampiran 2. Presensi Magang L
ampiran 3. Jadwal Kegiatan Orientasi Departemen L
ampiran 4. Kebijakan Enviroment, Health, Safety & Community Development L
ampiran 5. Form Daftar Hadir Meeting Presentasi Mahasiswa UNS L
ampiran 6. Surat Permohonan Observasi Mahasiswa Magang L
ampiran 7. EHS & CSR Committe Structure L
ampiran 8. Emergency Response Team Organization Structure L
ampiran 9. Hazard Identification & Risk Assesment (HIRA) Hauling L
ampiran 10. Form Inspeksi Hauling Road
commit to user
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang semakin maju menuntut kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses industri yang maju ditandai dengan mekanisme dan modernisasi semua sektor industri. Oleh karena itu penggunaan mesin-mesin dan instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Dalam melakukan proses pekerjaan selalu melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Sumber-sumber bahaya tersebut dapat berdampak pada tenaga kerja maupun lingkungan perusahaan, sehingga diperlukan perlindungan terhadap pekerja dimana merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat keselamatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal termasuk juga terhadap lingkungan.
manajemen untuk mengelola keselamatan kerja karyawannya sesuai dengan isi kebijakan perusahaan. Salah satu dampak akibat timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ialah kerugian bagi perusahaan. Baik itu kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kondisi ini diakibatkan karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di Indonesia akan pentingnya aspek K3 sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing antar industri. Di industri pertambangan yang memiliki poetensi bahaya yang besar haruslah memiliki suatu sistem dalam mengelola sumber bahaya agar sumber bahaya tersebut bisa di kendalikan. Sebagai salah satu perusahaan pertambangan PT Telen Orbit Prima harus bisa mengelola dan mengendalikan potensi bahaya yang terdapat di area kerja agar mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah mengidentifikasi faktor-faktor atau sumber-sumber bahaya di tempat kerja serta melakukan penilaian risiko serta dilakukan upaya pengendalian yang memadai. Dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terdapat cara untuk mengidentifikasi atau menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya ditempat kerja. Salah satu caranya adalah melaksanakan manajemen resiko, yaitu analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko.
Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Jika tidak dikendalikan risiko K3 dapat mengancam kelangsungan usaha. Sehingga manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan.
Manajemen risiko di area Hauling PT Telen Orbit Prima akan mempermudah dalam menginformasikan risiko dan bahaya yang ada dalam pekerjaan di Hauling, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau mempelajari ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya manajemen risiko Hauling, tenaga kerja dapat bekerja secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam pekerjaan dan tindakan pengendaliannya, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang
masalah tersebut penu Penerapan Manajemen
Risiko Hauling di PT. Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?
3. Bagaimana penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko serta pengendalian bahaya pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
2. Mengetahui prosedur manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
3. Mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi Peneliti
a. Dapat mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
b. Dapat mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
mahasiswa, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia kerja.
b. Menambah kepustakaan tenatang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, khususnya mengenai penerapan Manajemen Risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
3. Bagi Perusahaan
commit to user
6BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1 yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. 2. Sumber Bahaya
Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut: a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan,
temperatur ekstrim baik panas maupun dingin, getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya
b. Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, dan bahan kimia lainnya. Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak, mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator.
c. Bahaya biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti alergi, infeksi dan berbagai penyakit lainnya.
d. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung, kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja. e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh
ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan yang berkaitan dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai.
Setiap sektor industri memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya diantaranya berasal dari: a. Manusia/Pekerja
Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap timbulnya suatu kecelakaan kerja. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan itu mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan ). Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang tidak nyaman dan tidak aman.
b. Peralatan
tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti :
1) Kebakaran 2) Sengatan listrik 3) Ledakan 4) Cidera
Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja.
c. Material/Bahan
Tiap-tiap bahan/material mempunyai risiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan yaitu:
1) Mudah terbakar 2) Mudah meledak 3) Menimbulkan alergi
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringn tubuh 5) Menyebabkan kanker
6) Bersifat racun 7) Radioaktif
rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun-tahun (kronis). Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada :
1) Bentuk atau energi yang dikandung 2) Kuantitas paparan bahan tersebut 3) Lama sesorang terpapar
d. Proses / Cara Kerja
Bahaya dari proses kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:
1) Cara angakat angkut apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung.
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Pemakaian alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah.
e. Lingkungan Kerja
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan tingkat produktivitas.
Bahaya-bahaya tersebut adalah :
1) Bahaya yang bersifat fisik seperti bising, getaran, pencahayaan yang kurang, suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin, radiasi.
2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi
3) Bahaya biologik diseabakan oleh virus, bakteri, dan gangguan serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.
4) Bahaya yang bersifat psikologis seperti gangguan jiwa yang dapat terjadi karena lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.
5) Bahaya yang bersifat ergonomi semisal karena beban kerja yang berat, ketidaksesuaian mesin dan pekerja.
3. Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakaan Kerja
dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Oleh karena itu kecelakaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan
tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan
2) Tidak diinginkan atau diharapkan karena setiap peristiwa kecelakaan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental 3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang
sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008). Adapun kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hal ini dapat berarti bahwa kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. Selain itu kecelakaan pada tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja juga digolongkan dalam kecelakaan kerja (Suma'mur, 1996). b. Kalsifikasi Kecelakaan
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut International Labour Organization (ILO) dalam Tarwaka, 2008 adalah sebagai berikut : 1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
2) Klasifikasi menurut agen penyebabnya 3) Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
4) Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
Kerja Pertambangan Umum pasal 39 yang menyebutkan bahwa kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut : 1) Benar benar terjadi;
2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang;
3) Akibat kegiatan usaha pertambangan;
4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan
5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.
c. Pencegahan Kecelakaan
faktor inilah dalam kaitan urut-urutan tertentu akan menyebabkan kecelakaan. Hal ini seperti rangkaian kartu domino, kartu-kartu tersebut diumpamakan sebagai faktor penyebab kecelakaan. Bila salah satu kartu jatuh akan menjatuhkan kartu lain secara beruntun, ini dapat dicegah dengan memindahkan salah satu kartu. Pemindahan kartu dapat diartikan sebagai proses menghilangkan salah satu dari faktor penyebab kecelakaan yang menjadi prinsip pencegahan kecelakaan.
Gambar 1. Teori Domino ( Frank Bird JR, 1967)
Berdasarkan gambaran tersebut prinsip pencegahan kecelakaan yang diperoleh menurut Teori Domino antara lain, yaitu :
1) Kurangnya Kontrol
Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu : Planning, Organizing, dan Controling. Seorang manajer pofesional mengetahui dan melaksanakan program keselamatan
dan pengendalian kerugian, dimana terdapat standar, perencanaan dan pengorganisasian untuk mencapai standar, pengukuran kinerja sendiri dan orang lain, evaluasi hasil dan kebutuhan serta mengadakan koreksi untuk perbaikan kinerja dan apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, perusahaan tidak akan mendapatkan bahwa keselamatan kerja dapat mempertinggi profit. Adapun yang menjadi penyebab kurangnya kontrol adalah: a) Program tidak ada atau kurang memadai,
b)Standar program tidak ada atau kurang memadai, c) Pemenuhan standar kurang memadai.
2) Penyebab Dasar
Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari dua unsur :
a) Faktor personal/pribadi yaitu kurang pengetahuan, keterampilan, kurang pengarahan, problem fisik dan mental b)Faktor pekerjaan yaitu kepemimpinan dan pengawasan yang
3) Penyebab Langsung
Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan.
Penyebab langsung terdiri dari dua unsur yaitu :
a) Unsafe action (tindakan tidak aman) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain :
(1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill)
(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability)
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (bodilly defect)
(4) Kelelahan dan kejenuhan
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman
(6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru dan belum dipahami
(7) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru
(8) Penurunan konsentrasi dari pekerja saat melakukan pekerjaan
(10)Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja (11)Kurang adanya kepuasan kerja
(12)Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
b).Unsafe condition (kodisi tidak aman) yaitu kondisi tidak aman yang berasal dari :
(1) Mesin, peralatan serta pesawat yang sudah tua ataupun rusak
(2) Bahan kimia berbahaya
(3) Lingkungan serta tempat kerja yang terlalu panas, bising, berdebu serta penerangan yang kurang
(4) Tenaga kerja yang kurang berpengalaman atau terampil (5) Hubungan antar pekerja yang kurang harmonis
(6) Kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi
4) Insiden
Insiden yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan harta benda, tipe kecelakaan kerja antara lain : terbentur, terjatuh, terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi, kebisingan, kontak dengan bahan berbahaya dan beban kerja yang berlebih.
5) Kerugian
a) Kerusakan
b)Kekacauan organisasi c) Keluhan dan kesedihan d)Kelainan dan cacat e) Kematian
Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja perusahaan (Tarwaka, 2008).
Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi :
a) Kerugian/biaya Langsung (direct cost)
Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadinya peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti :
(1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan juga keluarganya
(2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan (3) Biaya pengobatan dan perawatan
(4) Biaya angkut dan biaya rumah sakit
(5) Biaya kompenasi pembayaran asuransi kecelakaan (6) Upah selama tidak mampu bekerja
b).Kerugian/biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini diantaranya mencakup:
(1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan
(2) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit
(3) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus
(4) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya
(5) Biaya penyelidikan kecelakaan
(6) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan
(7) Biaya merekrut dan melatih tenaga kerja baru
dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari
dimana puncak gunung es yang nampak hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian jelas bahwa disamping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan (Tarwaka, 2008), seperti tersaji pada gambar di bawah ini.
A
B
Gambar 2. Teori Gunung Es (Sumber: Bird and German, 1990) Keterangan
Sebagai contoh suatu perusahaan mengalami kecelakaan kerja, misalkan tabrakan antar unit di area kerja. Menurut teori gunung es dampak dari kecelakaan tersebut ialah timbulnya biaya langsung seperti biaya pertolongan pertama pada korban, biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit. Sedangkan untuk biaya tidak langsungnya terdiri atas hilangnya waktu kerja, terhentinya proses produksi sementara akibat timbulnya kecelakaan, kerugian akibat kerusakan unit, biaya investigasi kecelakaan, biaya mencari dan merekrut tenaga kerja baru. 4. Manajemen Risiko
a. Pengertian
b. Tahap Manajemen Risiko 1) Penentuan konteks
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manjemen risiko sangat luas dan bermacam-macam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygine dan industri.
2) Identifikasi Bahaya
Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses. Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pendahuluan
a) Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera? b) Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya? c) Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
commit to user
3) Penilaian Risikoa) Analisa Risiko
Analisa risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 2 aspek penting yaitu kemungkinan (probability), keparahan (severity). Keduanya berbanding lurus dengan nilai resiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai kemungkinan dan keparahan maka nilai resikopun semakin tinggi.
(1) Kemungkinan (probability)
PT Telen Orbit Prima menetapkan 5 skala kualitatif untuk mewakili nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan sesuai tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Nilai Kemungkinan
Nilai Description Description Frekuensi Probabilitas
terjadi
1
Jarang Kejadian hanya
5
Hampir pasti terjadi
Selalu terjadi
Terjadi setiap saat
90 - 100% Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011
(2) Keparahan (severity)
Severity menunjukan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, alat dan lingkungan. Nilai severity yang ditetapkan PT Telen Orbit Prima dalam operasi bisnisnya dapat dilihat dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai keparahan
No Deskripsi Nilai uang Kesehatan & Keselamatan
1 Tidak penting
< Rp. 100 ribu
Tidak ada luka / Tidak ada gangguan kesehatan 2 Ringan Rp 100
ribu Rp 1 juta
Luka ringan / Gangguan kesehatan ringan
3 Sedang Rp. 1 juta
Rp. 10 juta
Luka LTI s/d Permanen / Dampak kesehatan jangka pendek / Occupational Illness 4 Berat Rp. 10 juta
Rp. 100 juta
Fatalitas tunggal atau luka menyebabkan cacat / dampak kesehatan jangka panjang / Occupational Illness 5 Bencana > Rp. 100
juta
Multiple fatality
QUALITATIVE RISK ANAL YSIS LEVEL OF RISK b) Evaluasi Risiko
Setelah dilakukan penilaian risiko dengan bantuan tabel-tabel diatas, kemudian dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan risiko yang dapat diterima dan risiko yang tidak dapat diterima atau aspek penting dengan mempertimbangkan tindakan pengendalian sebelumnya. Jika risiko dapt diterima maka aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko termasuk aspek penting, perlu dilakukan langkah pengendalian untuk menekan tingkat risiko.
. Penggolongan nilai risiko di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Matrik Risiko Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011 4) Pengendalian Risiko
Kebanyakan tenaga kerja dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan. Berkaitan dengan risiko K3 pengendalian Risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai berikut (Ramli, 2009) :
a). Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya misalnya lubang jalan ditutup, ceceran minyak dibersihkan. Cara itu sangat efektif karena sumber bahaya di eliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
b). Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
c) Enginering Control (Pengendalian Teknis)
d) Pengendalian Administrasi
Pengendalian dengan cara administrasi dapat dilakukan misalnya dengan rotasi kerja, waktu istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman dan nyaman.
e) Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya helm, sarung tangan, sepatu pelindung, dan alat pelindung lainnya
Dalam melakukan pengendalian risiko, maka dapat ditentukan jenis pengendalian dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian.
5) Komunikasi dan Konsultasi
Memberikan informasi kepada pekerja mengenai risiko yang ada di tempat kerja, meminta saran kepada pekerja yang terlibat langsung di area kerja tentang idntifikasi bahaya. Setelah itu memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang ditetapkan.
6) Pemantauan dan Tinjauan Ulang
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Tempat kerja
(Hauling)
Sumber Bahaya
Lingkungan Manusia Metode/
Cara kerja
Material/ Bahan Mesin /
Peralatan
Faktor & Potensi Bahaya
Manajemen Risiko 1. Identifikasi Bahaya 2. Penilaian Resiko (analisa
dan evaluasi risiko) 3. Pengendalian Risiko 4. Komunikasi dan
Konsultasi
5. Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Zero accident
Menekan kerugian
accident
Kerugian Tidak Terlaksana Terlaksana
commit to user
32BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan memberikan gambaran penerapan manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima. Penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang menjadi obyek penelitian sejelas-jelasnya dan lebih menekankan pada fakta.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Telen Orbit Prima tepatnya di jalur hauling dari desa Buhut Kabupaten Kapuas ke Paring Lahung Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari melakukan observasi ke tempat kerja/lapangan dan wawancara tenaga kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai sumber data dan Perpustakaan Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses Hauling serta tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka memperbaiki manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari standar parameter pelaksanaan manajemen risiko Hauling yang berlaku di PT Telen Orbit Prima, referensi-referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan manajemen risiko.
3. Wawancara
4. Kuisioner
Yaitu dengan membuat kuisioner yang ditujukan kepada tenaga kerja untuk mengetahui peranan tenaga kerja dalam penerapan manajemen risiko hauling.
F. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum magang adalah mengajukan proposal permohonan magang di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Head Office PT Telen Orbit Prima Jakarta, disamping itu persiapan yang dilakukan adalah mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan manajemen risiko.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 16 Maret 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012, adapun kegiatan yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut :
a. Diberdayakan membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada
b. Melakukan diskusi dengan departemen Hauling and Port dan Safety Health Departemen tentang manajemen risiko K3 Hauling di PT Telen Orbit Prima
c. Melakukan review IBPR Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima d. Melakukan observasi dan wawancara kepada para operator untuk
pekerjaan yang berpotensi terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
e. Melakukan pengumpulan data sekunder dari Safety Health Departemen dan Hauling and port Departemen berkaitan dengan program pelaksanaan manajemen risiko Hauling
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa, dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
G. Analisis Data
commit to user
36BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hauling
PT Telen Orbit Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batubara, dimana di dalam aktivitas produksinya terdapat banyak faktor dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan juga timbulnya penyakit akibat kerja, PT Telen Orbit Prima melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko atau Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA).
Hauling merupakan kegiatan pemindahan/pengangkutan batubara dari stockpile area CPP menuju port atau dermaga yang terletak di Paring Lahung, dan pengangkutannya menggunakan Dump Truck. Alur proses pada kegiatan Hauling meliputi :
a. Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant)
b. Dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP c. Dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP d. Dump truck antri di CPP menunggu loading
e. Proses loading batubara ke unit dump truck
g. Dump truck memasuki jembatan timbang
h. Dump truck memasuki stockpileport Paring Lahung i. Dump truckdumping di stockpileport Paring Lahung j. Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift 2. Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Konteks
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan konteks yang diperlukan, dalam hal ini yang diambil adalah manajemen risiko untuk aktivitas Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima. Aktivitas ini merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari yang dibagi menjadi 2 shift kerja. Kegiatan hauling yang dilakukan adalah kegiatan hauling batu bara dari CPP (coal processing Plant) Buhut menuju port Paring Lahung yang selanjutnya akan dikirim ke Teluk Timbau menggunakan kapal tongkang dari port Paring Lahung. b. Identifikasi Bahaya
manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa tipe bahaya yang di temukan untuk memudahkan identifikasi bahaya di area Hauling PT Telen Orbit Prima antara lain:
1) Bahaya biologi yang meliputi bakteri, jamur, serangga, tumbuhan dan binatang
2) Bahaya fisik yang meliputi bising, getaran, pencahayaan, radiasi 3) Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, gas, kabut
4) Bahaya ergonomi yang meliputi stres kerja, kelelahan, dan beban kerja
5) Bahaya mekanis yang meliputi permesinan dan peralatan kerja 6) Bahaya lingkungan sekitar yang meliputi kemiringan jalan, jalan
bergelombang, cuaca yang kurang mendukung, berlumpur
7) Bahaya psikososial yang meliputi tekanan dari atasan dan hubungan interpersonal antar pekerja.
8) Bahaya tingkah laku yang meliputi ketidakpatuhan terhadap aturan yang ada, kurang ahli dalam bidangnya, status pekerja baru yang belum mampu adaptasi.
1) Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant)
a) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir
b) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan
2) Dump truck memasuki area loading point(after wash) CPP
a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada unit dump truck
b) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir
c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan antar unit
d) Jalur sempit yang dapat menimbulkan senggolan dan tabrakan 3) Dump truck memasuki area loading point(clean) CPP
a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada unit dump truck
b) Jalan licin dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan tergelincir
c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan antar unit
4) Dump truck antri di CPP menunggu loading
a) Tempat atau front loading yang agak sempit yang berpotensi menimbulkan tabrakan atau senggolan
b) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan atau senggolan
c) Kondisi jalan yang lembek bisa menyebabkan unit amblas 5) Proses loading batubara ke unit dump truck
a) Debu yang bisa mengganggu pandangan dan mengganggu kesehatan
b) Kurang penerangan di area loading yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan, dan menabrak tumpukan batubara
c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan senggolan vessel dengan bucket unit WA
d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau senggolan
e) Proses pengisian yang berlebihan yang dapat menyebabkan material jatuh
f) Kebocoran hidrolik pada unit loader yang dapat menyebabkan benturan dan pencemaran
6) Perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung
a) Debu yang mengganggu penglihatan, gangguan kesehatan dan menimbulkan keluhan dari masyarakat sekitar
b) Operator yang mengalami kelelahan namun tetap memaksakan untuk bekerja yang dapat menimbulkan tabarakan, terguling dan menabarak tanggul
c) Emisi gas buang yang bisa menimbulkan pencemaran gas buang d) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan
e) Simpangan jalur yang berpotensi menimbulkan tabrakan atau senggolan
f) Hujan dapat menyebabkan longsor dan jalan licin g) Penyiraman water truck yang menyebabkan jalan licin h) Pohon kering yang bisa tumbang ke jalur hauling
i) Unit dump truck yang berjalan beriringan yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan
j) Jalur lembek yang bisa menyebabkan amblas
k) Menelepon ketika mengendarai unit yang dapat menyebabkan tabrakan, terguling, dan tergelincir
l) Merokok yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan m)Overspeed yang dapat menyebabkan tabrakan
p) Tikungan tajam dan curam yang dapat menyebabkan tabrakan dan terguling
q) Penerangan yang kurang pada malam hari yang dapat menyebabkan terguling dan terperosok
r) Rambu yang tidak terlihat yang dapat menyebabkan unit menabrak tanggul (bundwall)
s) Blind spot (pandangan terbatas) yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan
t) Parkir di tempat yang tidak ditentukan yang dapat menyebabkan tertabarak oleh unit lain
7) Dump truck memasuki jembatan timbang
a) Misscomunication yang dapat menyebabkan senggolan dan tabrakan
b) Debu yang dapat mengganggu kesehatan
c) Penerangan yang kurang yang dapat menyebabkan tabrakan antar unit ketika masuk dan keluar jembatan timbang
d) Jalan bergelombang yang dapat menyebabkan ban unit dump truck meletus
e) Jalan lembek yang bisa menyebabkan amblas
f) Operator menuruni unit ketika menyerahkan docket di jembatan timbang yang dapat menyebabkan terjatuh dan terpeleset
8) Dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung
a) Debu dan asap yang mengganggu kesehatan dan gangguan jarak pandang
b) Material lembek yang bisa menyebabkan amblas
c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan, terguling, dan menabarak tumpukan batubara
d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan
e) Tumpukan tinggi yang dapat menyebabkan longsor
f) Penerangan area stockpile yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan
9) Dump truck dumping di stockpile port Paring Lahung
a) Vessel lupa diturunkan yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah
b) Vessel tidak bisa turun yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah
c) Tailgate tidak bisa membuka yang dapat menyebabkan unit terguling dan rebah
10) Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift
b) Area parkir kurang aman karena dekat dengan tanjakan yang dapat menyebabkan tabrakan
c) Operator menuruni dan menaiki unit yang dapat menyebabkan operator terjatuh ataupun terpeleset.
c. Penilaian risiko
Berikut hasil penilaian dan evaluasi risiko dari bahaya yang telah teridentifikasi:
1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP
Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP menuju Stockpile CPP
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 1.1 Jalan
licin
1.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
3 3 9 Ya
1.2
Misscomuni cation
1.2.1 Tabrakan, senggolan
5 3 15 Tidak
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
2.1.2 menabrak pos checker
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)
3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)
Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after clean)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
2.1.2 menabrak pos
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 4) Antrian DT di CPP menunggu loading
Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
5) Pengisian batubara ke unit DT
Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian Batubara ke Unit DT
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 5.1 Debu 5.1.1 Pandangan
terbatas vessel dengan bucket WA
commit to user
Keterangan :C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan)
6) Perjalanan dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
commit to user
Bahaya Kondisi yang tidakdiinginkan
6.18 rambu yang tidak terlihat
6.18.1 menabrak tanggul (bundwall)
3 3 9 Ya
6.19 blind spot
(pandangan terbatas)
6.19.1 tabrakan dan senggolan
6.20.1 tertabrak unit lain
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 7) DT masuk jembatan Timbang
Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima akibat penglihat an terhalang debu
4 2 8 Ya
7.3
Penerangan malam hari
7.3.1 Tabrakan antar unit DT ketika masuk dan keluar jembatan timbang,
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 8) Unit DT masuk Port Paring Lahung
Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
commit to user
8.6.1 senggolan dan tabrakan
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 9) Dumping di Port Paring Lahung
Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
9.3 Tailgate tidak bisa membuka
9.3.1 Rebah, terguling
4 3 12 Tidak
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan) P : Probability (Tingkat Kekerapan) 10) Parkir unit DT pada saat pergantian shift
Tabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 10.1 Hujan
(area parkir PT SAM km 32)
10.1.1 Longsor 4 2 8 Ya
10.2 Area parkir tepat dekat dengan tanjakan
10.2.1 Tabrakan 4 2 8 Ya
10.3 Menaiki dan menuruni unit
10.3.1 Terpeleset , terjatuh
2 3 6 Ya
Sumber : Data Sekunder Keterangan :
d. Pengendalian Risiko
1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP
Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP menuju Stockpile CPP
Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini hauling apakah jalur tersebut pada pagi hari
2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
2.1 Jalan licin dengan checker
melakukan yaitu antara unit masuk dan unit keluar
commit to user
3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)
Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading point CPP (after clean)
Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian 3.1 Jalan licin
dengan checker
melakukan masuk loading point (clean)
pembuatan dua jalur terpisah antara unit masuk dan unit keluar
membuat median Sumber : Data Sekunder
4) Antrian DT di CPP menunggu loading
Tabel 16. Pengendalian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading
Bahaya Kondisi
yang tidak 4.1 Tempat agak
sempit ruang antrian yang memadai
maintenance jalan lebih diperhatikan dan dilakukan secara berkala
commit to user
5) Pengisian batubara ke unit DTTabel 17. Pengendalian Risiko Pengisian Batubara ke Unit DT Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini dengan water truck
dilakukan monitoring dan pengukuran kadar debu terutama yang diterima oleh dan lampu dari unit WA penerapan fatique manajemen
program fatique manajaemen lebih intensif,
pemenuhan gizi kerja yang baik
5.5 batubara ke unit DT
5.6 P2H, inspeksi rutin
Pembuatan prosedur alat pemadam api ringan di tiap unit, diseputaran terdapat water tank dilengkapi dengan kebakaran ke dalam ERP
klakson yaitu 1 kali klakson jika akan menghidupkan unit, 2 kali klakson untuk maju, dan 3 kali klakson untuk mundur
pemasangan stiker dalam kabin unit mengenai informasi
klakson yaitu 1 kali klakson proses loading selesai, dan adanya alarm ketika unit WA ketika berjalan mundur
6) Perjalanan dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Tabel 18. Pengendalian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini dengan water truck
penyiraman water truck secara berkala dan penambahan waterfill di sepanjang jalur hauling untuk mempermudah water truck dalam dengan water truck
6.2
penambahan parking bay di sepanjang jalur hauling sehingga maintenance setiap 7000 km
commit to user
Bahaya Kondisiyang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini menggunakan chanel radio Hauling
semisal setiap 5 km di pasang 1 rambu peringatan
penggunaan chanel radio hauling 6.5 raksi antar unit seperlunya STOP, dan rambu berikan jalan jika akan memasuki
beriringan yaitu 50 m antar unit untuk sarana dan DT hauling untuk selalu mengingatkan agar tetap menjaga jarak antar unit saat beriringan rawan longsor di titik titik tertentu
monitoring dan inspeksi berkala
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini kecepatan di area yang licin
Unit berhenti operasi
6.7.2.2 Operator
menghentikan aktivitasnya dan memparkir unit di area yang aman 6.8 kecepatan di area yang licin
penyiraman water truck tidak
berlebihan dan pada pagi hari untuk dikurangi intensitas penyiraman water truck kering di sepanjang jalur hauling 6.10 Jalur grader kemudian dipadatkan dengan compactor
maintenance secara berkala baik shift 1 maupun 2, terlebih setelah turun hujan
6.11 sanksi 9 lubang pada kimper
commit to user
Bahaya Kondisiyang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini bagi tenaga keja yang ingin berhenti merokok speedlimiter pada beberapa unit
pemasangan speedlimiter pada semua unit/ pemasangan alarm speed
6.13.1.2 Operasi
speedgun pada area area tertentu
sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya overspeed di jalur hauling, pemasangan poster atau sepanduk tentang bahaya overspeed di jalur hauling kurang terlihat dan beberapa area juga belum terpasang
maintenance secara berkala baik shift 1 maupun 2, terlebih setelah turun hujan
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini klakson unit DT
pemberian cermin cembung di tikungan tajam agar
pengendara bisa melihat kendaraan yang berasal dari arah sebaliknya arah jalan dari bahan reflektor
penambahan rambu dari bahan reflektor di beberapa area sepanjang jalur
Patroli rambu lebih rutin
6.19.1.1 untuk area blindspot diberi median sepanjang
pemasangan lampu hazard dan
pemasangan traffic cone
Sosialisasi tentang prosedur parkir di tempat yang tidak ditentukan
7) DT masuk jembatan Timbang
Tabel 19. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
commit to user
semisal setiap 6 jam titik tumpu ketika menaiki unit dan menuruni unitpengawasan terhadap para operator yang turun dari unit tanpa
menggunakan APD seperti helm dan sepatu 7.7 ruang genset yang terisolasi/terpisah Sumber : Data Sekunder
8) Unit DT masuk Port Paring Lahung
Tabel 20. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
commit to user
terbatas bagi operator unit
8.1.2
8.6 penerangan
Sumber : Data Sekunder
9) Dumping di Port Paring Lahung
Tabel 21. Pengendalian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung Bahaya Kondisi
yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini pengawas di sekitar area dumping unit parkir di area aman dan kondisi unit setiap pergantian shift ikan ke operator untuk berhenti dumping sampai ada bantuan datang
inspeksi unit secara berkala, pemberian training behaviour dan pembuatan ceklist kondisi unit pada saat
10)Parkir unit DT pada saat pergantian shift
Tabel 22. Pengendalian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini agar tidak mudah longsor ketika keluar dari unit
Sumber : Data Sekunder
e. Konsultasi dan Komunikasi
Setelah diketahui penilaian risiko dan tindakan pengendaliannya maka selanjutnya dilakukan komunikasi hasil HIRA tersebut. Sebelum supervisor masing-masing departemen mengkomunikasikannya, terlebih dahulu dilakukan penyusunan daftar aspek penting yang mendapat persetujuan dari masing-masing Head Departemen dan Safety and Health Departement sesuai instruksi
Head Departemen dan Safety memeriksa register tindakan perbaikan yang sudah dibuat. Hasil penilaian dan pengendalian risiko harus dikomunikasikan pada semua pihak terkait baik internal maupun eksternal perusahaan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya belum terlaksana dengan baik karena hasil manjemen risiko belum dikomunikasikan secara menyeluruh ke semua pihak.
f. Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Untuk pembaruan dokumen HIRA dilakuan minimal setiap satu tahun sesuai dengan prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 (002-SHD-201). Penilaian residu dilakukan setelah adanya tindakan pengendalian lanjutan. Hasil analisa bahaya dilaporkan melalui melalui hazard report, inspeksi, dan patroli yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk melakukan tinjauan ulang terhadap hasil HIRA yang telah disusun.
B. Pembahasan
1. Penentuan Konteks