SIKAP SISWA TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM
ISYARAT BAHASA INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif terhadap Sikap Siswa Tunarungu di SLB-B di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh
Yuni Tanjung Utami 1103453
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
SIKAP SISWA TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM
ISYARAT BAHASA INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG
Oleh
Yuni Tanjung Utami
1103453
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I
Juang Sunanto, Ph.d
NIP. 196105151987031002
PEMBIMBING II
DR. Imas Diana Aprilia, M. Pd
NIP. 197004171994022001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
DR. Djadja Rahardja, M. Ed
HALAMAN PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “SIKAP SISWA
TUNARUNGU TERHADAP SIBI (SISTEM ISYARAT BAHASA
INDONESIA) DI SLB B KOTA BANDUNG” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keiluman. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila keudian ditemukan adanya
pelanggaraan terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung,Desember 2014
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Halaman Pernyataan... iii
Kata Pengantar ... iv
Ucapan Terimakasih... v
Abstrak ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Grafik ... xii
Daftar Lampiran ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional Variabel ... 8
G. Metode Penelitian ...10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A.Konsep Sikap... 13
1. Pengertian Sikap... 13
2. Komponen-Komponen Sikap... 16
3. Ciri-Ciri Sikap... 18
6. Pengukuran Sikap ... 23
B.Konsep Dasar Ketunarunguan ... 26
1. Pengertian Tunarungu ... 26
2. Dampak Ketunarunguan ...28
3. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 31
C.Konsep Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 32
1. Pengertian Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 32
2. Sejarah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 34
3. Komponen Pembeda Makna ... 36
4. Lingkup Sistem Isyarat ... 38
5. Penerapan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 41
6. Tata Makna dalam Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ... 42
7. Petunjuk Penggunaan Kamus ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
A.Metode Penelitian ... 55
B. Teknik Pengumpulan Data ... 56
C.Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap ... 57
D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 59
E. Persiapan Pengumpulan Data ... 60
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 62
G.Prosedur Pengolahan Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
B.Pembahasan ... 71
B. Implikasi ... 78
C.Rekomendasi ... 79
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Kisi-Kisi Skala Sikap ... 58
3.2. Angket Dukungan Sekolah ... 58
3.3. Angket Dukungan Orangtua ... 58
3.4. Skor Item Skala Sikap ... 59
4.1. Gambaran Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI ... 65
4.2. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI Dilihat Dari Dukungan Sekolah ...67
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI ...66 4.2. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI
Dilihat Dari Dukungan Sekolah...68 4.3. Sikap Siswa Tunarungu Terhadap SIBI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketunarunguan merentang dari yang ringan sampai yang sangat berat.
Keadaan ini, dalam mengoptimalkan potensinya mengindikasikan perlu
adanya suatu perlakuan atau cara penangan yang sesuai dengan tingkat
kehilangan kemampuan mendengarnya.
Anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar berat dan
sangat berat, mereka kurang bahkan tidak memiliki akses terhadap bunyi
bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya, mereka kurang
memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Keadaan ini,
berdampak terhadap kemampuan berbahasa mereka, khususnya dalam
berbahasa lisan. Berbahasa mereka tidak berkembang sebagaimana anak-anak
yang memiliki kemampuan mendengar, karena keterampilan berbahasa
sejatinya dapat berkembang apabila mereka memiliki akses terhadap
sejumlah besar bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya serta
memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, salah satunya
adalah keterampilan berbicara (keterampilan berahasa lisan). Pemerolehan
keterampilan berbahasa lisan, khususnya dalam pemerolehan bahasa ibu pada
anak-anak yang mendengar terjadi secara alamiah. Mereka tidak belajar
bahasa ibu secara khusus, dan kenyataan menunjukkan tidak ada orangtua
yang secara khusus mengajarkan keterampilan berbahasa ibu kepada anaknya
yang belum berbahasa. Keadaan demikian, tidak terjadi pada anak anak yang
memiliki ketunarunguan karena mereka tidak memiliki akses model atau pola
bahasa yang diperoleh melalui indera pendengarannya - tidak ada pola bahasa
yang dapat diimitasi sehingga terjadi kemandegan dalam proses imitasi bunyi
2
Anak tunarungu perlu dibekali suatu cara komunikasi yang dapat
diandalkan agar kemampuan berbahasanya berkembang, dan untuk anak
tunarungu ringan diupayakan mereka menggunakan ABM agar mereka dapat
mengakses bahasa lisan, juga perlu dibekali latihan-latihan cara komunikasi
lisan (berbicara) agar mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang pada
umumnya di lingkungan sekitarnya.
Anak-anak tunarungu berat memerlukan cara komunikasi yang berbeda,
yaitu mereka memerlukan cara komunikasi isyarat. Dengan menggunakan
cara komunikasi isyarat, mereka akan menggunakan bahasa yang sama tetapi
cara komunikasinya yang berbeda. Misalnya, kata pena dapat diucapkan,
ditulis atau diisyaratkan, dan melalui komunikasi isyarat akan ada akses
terhadap bahasa dan kemudian dapat berinteraksi dengan isyarat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak akan mulai berkomunikasi dengan
isyarat pada usia yang lebih muda dari pada dengan bicara. Isyarat pertama
muncul pada usia 10 bulan, sedangkan kata pertama yang diucapkan baru
muncul pada usia 14 bulan (Bunawan: 1994). Jadi dengan menggunakan cara
komunikasi isyarat akan terpenuhi proses perkembangan bahasa yang sama
seperti cara komunikasi dengan bicara.
Banyak cara komunikasi yang dapat digunakan agar terjadi penguasaan
bahasa yang sama, walaupun cara bicara merupakan cara komunikasi yang
paling efektif, dan perlu disadari bahwa untuk anak tunarungu berat,
kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang tanpa menggunakan
isyarat. Jadi cara komunikasi isyarat dapat digunakan sebagai media dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa anak yang mengalami ketunarunguan
berat, termasuk untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak
tunarungu. Secara empirik anak-anak tunarungu ketika mereka
berkomunikasi terutama dengan sesama tunarungu, mereka menggunakan
cara isyarat. Apabila sebagian besar anak tunarungu ketika berkomunikasi
menggunakan cara isyarat, ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa cara
3
difahami secara teoritis bahwa bahasa isyarat merupakan bahasa orang
tunarungu.
Merujuk kepada permasalahan yang dihadapi anak tunarungu dalam
proses perkembangan bahasanya, maka pembinaan dan pengembangan
kemampuan berbahasa untuk anak tunarungu diprioritaskan terhadap
pengembangan kemampuan berbahasa yang lazim – bahasa yang paling
banyak digunakan orang-orang pada umumnya, yaitu bahasa lisan, tetapi
kenyataan menunjukkan tidak semua anak tunarungu dapat diberikan
keterampilan berbahasa lisan. Anak tunarungu yang demikian, memerlukan
alternatif bahasa yang lain, misalnya cara komunikasi isyarat.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa anak tunarungu yang memadukan bahasa lisan,
isyarat, mimik dan gerak-gerak lainnya yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
(SIBI). SIBI atau sign system Indonesia adalah salah satu media yang
membantu komunikasi sesama kaum tunarungu didalam masyarakat yang
lebih luas. Lebih lanjut dalam kamus SIBI dikemukakan bahwa wujud SIBI
adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan
berbagai gerak serta memadukan bahasa lisan yang melambangkan kosakata
bahasa Indonesia.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
membakukan penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) sebagai
media komunikasi resmi, sebagai bahasa pengantar secara nasional di
SLB-SLB Tunarungu, tetapi kenyataan yang ada tidak demikian karena mereka
beranggapan penggunaan SIBI sebagai bahasa pengantar di sekolah dianggap
sebagai sesuatu yang menyulitkan dan berdasarkan hasil pengamatan di
SLB-SLB Tunarungu, menunjukkan banyak anak-anak tunarungu yang enggan
menggunakan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Anak tunarungu
menganggap dan beranggapan bahwa SIBI bukan bahasa mereka dan
4
sekali aturan dan tataan tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai
gerak yang melambangkan kosa kata Bahasa Indonesia. Kondisi ini dapat
dilihat pada saat mereka berinteraksi sehari-hari dengan teman-temannya,
mereka tidak menggunakan media komunikasi SIBI yang telah dibakukan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, anak tunarungu beranggapan
lebih nyaman dengan menggunakan media komunikasi isyarat (sign
language).
Pandangan dan anggapan atau sikap siswa tunarungu terhadap SIBI
tersebut di atas, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan atau
ketidak-sediaan, kesiapan atau ketidak-siapan, penilaian dan penerimaan
untuk melakukan atau menolak penggunaan SIBI dalam kehidupan
sehari-hari. Pengaruh sikap positif atau negatif terhadap SIBI tersebut dapat
dijadikan dasar dalam mengembangkan kemampuan berbahasa siswa
tunarungu.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, yaitu adanya harapan dan
kenyataan yang berbeda, penelitian ini berupaya untuk meneliti lebih jauh
mengenai sikap pandangan, opini serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perubahan siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak
tunarungu, yaitu anak tunarungu mengalami kesulitan mendapatkan akses
bunyi bahasa yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya serta
mengalami keterbatasan dan kesulitan dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Keterbatasan-keterbatasan inilah yang berdampak terhadap
perkembangan bahasa mereka terhambat, beberapa hal yang dapat
diidentifikasi berkaitan dengan dampak dari kondisi ketunarunguan terhadap
5
1. Anak-anak yang mengalami ketunarunguan, tidak berbeda dengan
anak-anak pada umumnya, mereka membutuhkan media komunikasi untuk
melakukan interkasi dengan lingkungannya.
2. Kemampuan berbahasa anak tunarungu, khususnya kemampuan berbahasa
lisan mengalami hambatan
3. Keterlambatan perkembangan bahasa berpengaruh terhadap
perekembangan kognitif, afektif dan perkembangan-perkembangan
lainnya, termasuk terhadap perkembangan aspek emosi dan sosial
4. Keterampilan berbahasa merupakan jembatan didalam mengembangkan
kemampuan kemampuan lainnya.
5. Sikap, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu dapat mempengaruhi
prilaku manusia.
6. Sikap, keyakinan dan pandangan terhadap suatu bahasa memiliki
hubungan yang signifikan terhadap pemerolehan hasil belajar bahasa.
7. Sikap, pandangan atau keyakinan kaum tunarungu terhadap penggunaan
SIBI dapat mempengaruhi prilaku (upaya) tunarungu terhadap aktivitas
untuk memperoleh keterampilan berbahasanya.
C. Batasan Masalah
Pemerolehan keterampilan berbahasa dipengaruhi oleh faktor raw
input, instrumental input dan faktor environmental input. Faktor raw input
berkaitan dengan aspek siswa dengan segala karakteristiknya, yaitu: bakat,
minat, sikap, pandangan dan kebiasaan. Faktor instrumental input diantaranya
berkaitan dengan aspek guru, metodologi, sarana prasarana dan media
pembelajaran, sedangkan faktor environmental input berkaitan dengan aspek
lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat yang lebih luas.
Mengkaji seluruh faktor yang mempengaruhi terhadap penguasaan dan
keterampilan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) akan memperoleh
6
untuk mengkaji semua faktor yang mempengaruhi penguasaan dan
keterampilan tunarungu terhadap SIBI, baik dalam hal kemampuan,
pembiayaan maupun waktu, maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek
sikap siswa tunarungu terhadap SIBI.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini digunakan oleh peneliti untuk memfokuskan
permasalahan yang menjadi kajian utama sehingga permasalahan tidak meluas
dan mengaburkan fokus kajian utama dan pada akhirnya mampu
menghilangkan keraguan dan kebingungan. Rumusan ini, diharapkan dapat
berguna membersihkan peneliti dari kebingungan-kebingungan sehingga
peneliti akan mendapatkan jawaban yang jelas setelah berakhir penelitian ini.
Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan kompas dari penelitian
yang akan dilakukan dan dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian
yang akan dilakukan
Bagan 1.1 Kerangka Rumusan Masalah
SIKAP SISWA TUNARUNGUN TERHADAP SIBI
Variabel Bebas Sikap
Dukungan
Sekolah terhadap penggunaan
Dukungan Orang tua
terhadap
AFEKTIF
KONATIF
KOGNITIF
Penggunaan
7
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini
akan mempertanyakan tentang “bagaimana sikap siswa tunarungu terhadap Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)”. Secara lebih rinci, penelitian ini mempertanyakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen kognitif terhadap
penggunaan SIBI ?
2. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen afektif terhadap
penggunaan SIBI ?
3. Bagaimana sikap siswa tunarungu dalam komponen konatif terhadap
penggunaan SIBI ?
4. Bagaimana sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari
dukungan pihak sekolah ?
5. Bagaimana sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan SIBI dilihat dari
dukungan orangtua ?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan mendapatkan gambaran tentang
sikap siswa tunarungu terhadap penggunaan SIBI, secara khusus bertujuan
untuk :
a. Mendapatkan gambaran sikap siswa tunarungu dalam komponen
kognitif terhadap penggunaan SIBI ?
b. Mendapatkan gambaran sikap siswa tunarungu dalam komponen
afektif terhadap penggunaan SIBI ?
c. Mendapatkan sikap siswa tunarungu dalam komponen konatif terhadap
penggunaan SIBI ?
d. Mendapatkan gambaran sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan
SIBI dilihat dari dukungan pihak sekolah ?
e. Mendapatkan gambaran sikap remaja tunarungu terhadap penggunaan
8
2. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini apabila terbukti mampu mengungkap sikap siswa
tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), maka hasil
penelitian ini diharapkan memiliki manfaat ganda, baik secara praktis,
teoritis maupun pengembangan pribadi peneliti sendiri. Manfaat yang
dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini akan memiliki manfaat ganda baik
bagi guru maupun siswa itu sendiri. Bagi guru, manfaat yang dapat
dipetik dari hasil penelitian ini; Pertama, dengan ditemukannya sikap
siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)
dapat dijadikan pegangan di dalam mengembangkan SIBI (Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia) di SLB-B. Dikatakan pegangan karena dapat
menjadi alat dalam mengembangkan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia). Kedua; dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi
guru dan orangtua di dalam merancang keterampilan berbahasa siswa
tunarungu, baik di sekolah maupun di rumah, sedangkan dampak
positif bagi murid diharapkan siswa tunarungu memiliki keterampilan
berbahasa yang lebih baik dan memiliki sikap atau pandangan yang
baik terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).
b. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan
sikap siswa tunarungu terhadap SIBI yang sistematis dan sesuai
dengan kebutuhan dan harapan siswa tunarungu. Jika ini berhasil
kemungkinan guru memiliki panduan dalam mengembangkan SIBI
yang berbasis hasil penelitian. Dengan demikian, secara teoritis
penelitian ini akan lebih memperkaya konsep berkaitan dengan
perencanaan. Lebih lanjut penelitian ini pada akhirnya akan menjawab
polemik tentang menolak digunakannya SIBI sebagai bahasa
9
mereka merasa lebih nyaman menggunakan bahasa mereka sendiri
(isyarat).
c. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini merupakan lagkah awal di dalam melihat berbagai
kecenderungan dalam mengembangkan SIBI bagi siswa tunarungu.
Untuk itu, jika penelitian ini berhasil, maka akan membuka peluang
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas bahkan dalam
pelaksanaanya yang lebih masive. Dilihat dari pengembangan pribadi;
penulis selaku peneliti memperoleh pengalaman dan kesadaran baru
dalam mengintegrasikan pengetahuan teoritis berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh. Dengan demikian penelitian ini telah
memberi kesadaran untuk pertumbuhan diri peneliti di dalam
memahami persoalan akan adanya SIBI.
F. Definisi Operasional Variabel
Sebelum memberikan definisi secara operasional, dalam penjelasan ini,
terlebih dahulu dikemukakan definisi secara secara konseptual. Pemberian
definisi secara konseptual ini dimaksudkan agar definisi operasional yang
dibangun tidak menyimpang secara konseptual.
Secara operasional penelitian ini ingin menjawab pertanyaan bagaimana
sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dilihat
dari lamanya siswa menggunakan SIBI, dukungan orang tua dan pihak
sekolah terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).
Penelitian ini, memiliki dua variabel yakni variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel terikat berupa sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia), sedangkan variabel bebas, dukungan orang tua dan
pihak sekolah terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Berikut
10
1. Sikap
Sikap yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu reaksi siswa
tunarungu terhadap suatu objek sikap, dalam hal ini yakni SIBI (Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia). Mengungkap informasi-informasi mengenai sikap siswa
tunarungu, digunakan instrumen skala sikap model Likert yang dituangkan
dalam bentuk angket. Pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam angket
disampaikan kepada responden. Pernyataan-pernyataan dalam angket dibagi
kedalam dua bagian, yakni pernyataan yang memiliki arah positif dan
pernyataan yang memiliki arah negatif.
2. Dukungan Orang Tua
Dukungan orangtua dalam penelitian ini adalah keikutsertaan atau
keterlibatan orang tua dalam penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia). Data-data atau informasi mengenai dukungan orangtua didapat
melalui informasi dari jawaban-jawaban orangtua yang ditanyakan melalui
angket dengan dua alternatif jawaban ya atau tidak mendukung.
3. Dukangan Pihak Sekolah
Dukungan pihak sekolah dalam penelitian ini adalah dukungan atau
kontribusi pendidik, pembimbing dan pengajar pada lokasi yang menjadi
lokasi penelitian dalam menggunakan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).
Dukungan-dukungan pihak sekolah dapat ditanyakan kepada guru melalui
angket yang menggunakan dua alternatif jawaban, yaitu alternatif jawaban ya
dan tidak mendukung.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini bermaksud untuk membuat penggambaran deskripsi,
fakta, kejadian, atau hal khusus yang terjadi di lapangan secara sistematik,
11
Isyarat Bahasa Indonesia), serta data-data deskriptif yang dikuantitatifkan
dalam bentuk skala dan presentase.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Atau lebih tepat lagi penelitian ini menggunakan metode statistik. Sukmadinata (2005 : 54).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pertama yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala sikap. Azwar (2004 : 95) menjelaskan bahwa skala sikap
(attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang harus
dijawab oleh individu/responden. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut,
dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.
Pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada responden dibagi kedalam dua bagian
subjek sikap, yakni pernyataan yang memiliki arah positif dan pernyataan
yang memiliki arah negatif.
Teknik pengumpulan data yang kedua yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan angket yang diberikan kepada orangtua dan guru dengan
dua alternatif jawaban ya atau tidak mendukung.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2005 : 54) “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja tunarungu yang bersekolah
12
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis
menggunakan simple random sampling. Menurut Sugiyono (2009 : 82)
dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Sampel dalam penelitian ini siswa remaja tunarungu
yang bersekolah di SLB-N Cicendo, SLB Sumbersari, SLB-B Sukapura dan
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris, yaitu research. Kata
research berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti
mencari. Kata research secara harfiah adalah mencari kembali. Pengertian
penelitian menurut kamus Webster’s New International yang dikutif Nazir (2005:
12), adalah penyelidikan yang hati hati dan kritis dalam mencari fakta dan
prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Parson (1946), mendefinisikan penelitian sebagai pencarian atas sesuatu (inquiry)
secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian tersebut dilakukan terhadap
masalah-masalah yang dapat dipecahkan, sedangkan John (1949, mendefinisikan
penelitian sebagai suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk
menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum. Dari
definisi di atas dapat disimpulkan, penelitian dapat diartikan sebagai pencarian
pengetahuan dan pemberian makna yang terus menerus terhadap sesuatu. Secara
operasional penelitian merupakan suatu pencarian, menghimpun dan
mengorganisasikan data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis,
membandingkan, mencari hubungan serta menafiskan hal-hal yang bersifat
teka-teki.
Metode penelitian yang digunakan berhubungan erat dengan prosedur, alat
56
dalam urut-urutan penelitian yang dilakukan, karena metode penelitian
merupakan rangkaian cara pelaksanaan penelitian yang didasarkan kepada
asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan
dan isu-isu yang dihadapi. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian
tertentu dan rancangan penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih serta
prosedur dan alat yang digunakan harus cocok dengan metode penelitian yang
digunakan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif
dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Nazir (2005: 54) bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan mendeskripsikan, mengambarkan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Istilah lain, penelitian ini menggunakan metode stasistik deskriptif,
menurut Sugiyono (2013: 21) bahwa:
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk umum atau generalisasi.
B. Teknik Pengumpulan Data
Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrument
penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas pengambilan data berkenaan
57
pengumpulkan data pertama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket
skala sikap dengan menggunakan skala sikap yang diberikan kepada siswa.
Azwar (2004: 95) menjelaskan bahwa :
Skala sikap (attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu/responden. Dari jawaban responden tersebut, kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrumen
penelitian mengenai sikap siswa tunarungu remaja terhadap penggunaan SIBI.
Dengan menggunakan sistem skala sikap model Likert. Skala ini berisikan
seperangkat pernyataan yang menggambarkan subyek sikap. Pernyataan yang
disampaikan kepada responden terbagi menjadi dua bagian subyek sikap, yakni
pernyataan yang memiliki arah positif dan pernyataan yang memiliki arah negatif.
Pengumpulan data yang kedua berupa angket yang diberikan kepada
orangtua dan guru.
Pengolahan data dilakukan dengan cara, setiap jawaban yang diberikan
oleh responden diberi skor seperti yang tertera pada sistem penilaian.
C. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap
Kisi-kisi skala sikap yang dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang
indikator-indikator sikap siswa tunarungu terhadap SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia) yang akan diteliti. Adapun kisi-kisi skala sikap tersebut sebagai
58
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Skala Sikap
No Komponen Sikap No. Item Kecenderungan
Arah Positif Negatif 1 Kognitif 1, 2, 5, 6, 7, 8, 19, 20, 25,
26, 27, 28, 29
8 4
2 Afektif 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 24, 3 5
3 Konatif 3, 4, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 4 4
Tabel 3.2
Angket Dukungan Sekolah
No Aspek Dukungan No Item
5 Sekolah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
Tabel 3.3
Angket Dukungan Orangtua
No Aspek Dukungan No Item
6 Orangtua 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Pernyataan yang dituangkan dalam kisi-kisi sejumlah 35 pernyataan,
setelah dikonsultasikan, ada pernyataan-pernyataan yang dianggap kurang tepat
oleh pembimbing, maka jumlah pernyataan menjadi 33 pernyataan dan setelah
59
ujicoba, hasil ujicaoba ada beberapa soal yang tidak valid, maka jumlah
pernyataan menjadi 28, karena 6 pernyataan yang tidak valid tidak digunakan.
Sistem penilaian berupa penilaian yang telah ada dalam skala sikap model
Likert atau yang di kenal dengan istilah skala Lima dengan kategori positif dan
negatif. Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut:
TABEL 3.4 Skor Item Skala Likert
ARAH PERNYATAAN SS S N TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Setiap jawaban yang diberikan responden diberi skor sesuai dengan
perhitungan yang telah ditentukan oleh skala sikap seperti yang terlihat di atas.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Luar Biasa yang
berlokasi di kota Bandung .
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini, yaitu siswa remaja (SMPLB-B dan
SMALB-B) di SLBN Cicendo, SLB-B Sumbersari, SLB-B Silih Asih dan
60
Penggunaan sampel tersebut dengan pertimbangan siswa tunarungu
yang telah bisa menggunakan SIBI atau yang telah memahami penggunaan
SIBI dan sudah bisa membaca huruf latin.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi
Sekolah Luar Biasa yang berlokasi di kota Bandung, yaitu SLB-B Negeri dan
SLB-B Swasta, dengan jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 70
orang siswa.
E. Persiapan Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat dalam melakukan
penelitian, maka diperlukan sebuah instrumen yang tepat pula. Oleh karena itu,
dalam pembuatan instrumen yang berupa skala sikap ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan Instrumen Penelitian
2. Melakukan ujicoba Instrumen untuk menentukan Validitas dan Reliabilitas
3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas instrumen
dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment (dalam Riduwan, 2005; 98)
61
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
2
Kaidah Keputusan: Jika
Valid
Sedangkan untuk menentukan Reliabilitas instrumen mengunakan metode
Belah Dua (Split Half Method) ganjil genap atau awal akhir dengan mengunakan
rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut:
rb
Kaidah Keputusan: Jika
62
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menggandakan instrumen skala sikap sesuai dengan jumlah sampel yang
ada.
b. Membuat surat izin penelitian kepada Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
c. Menyebarkan instrumen skala sikap kepada para responden yang menjadi
sampel pada penelitian ini.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2013 di SLB Negeri
dan Swasta yang ada di Kota Bandung.
G. Prosedur Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan instrumen penelitian yang berupa skala sikap yang telah di isi
oleh responden.
2. Memberi kode pada setiap instrumen yang telah dikembalikan.
3. Menentukan skala penilaian terhadap jawaban yang diberikan responden pada
63
4. Skor yang diperoleh tiap responden dijumlahkan, setelah itu jumlah skor
tersebut dibagi dengan banyaknya item pernyataan, kemudian hasil bagi
tersebut dijumlahkan seluruhnya, lalu hasilnya dibagi kembali dengan
banyaknya responden. Dengan rumus sebagai berikut berikut:
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
0 s/d 1 = Sikap sangat buruk
1,1s/d 2 = Sikap yang buruk
2,1 s/d 3 = Sikap yang kurang
3,1 s/d 4 = Sikap yang baik
4,1 s/d 5 = Sikap sangat baik
Kriteria ini diambil berdasarkan sistem penilaian Skala Sikap.
Kriteria untuk dukungan orangtua dan sekolah
0 – 2,5 = Kurang Mendukung
2,5 – 5 = Mendukung
= Jumlah Skor total tiap Responden
= Jumlah item pernyataan tiap pertanyaan penelitian
= Jumlah rata-rata dari hasil bagi skor total dengan banyaknya item
= Jumlah Responden seluruhnya
64
78
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dan berdasarkan
hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa.
1. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen kognitif terletak pada 3,98.
Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam
komponen kognitif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI
2. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen konatif terletak pada angka
3,69. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu
dalam komponen konatif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan
SIBI.
3. Sikap siswa remaja tunarungu dalam komponen afektif terletak pada 3,95.
Angka ini, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa remaja tunarungu dalam
komponen afektif mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan SIBI.
4. Dukungan orangtua terletak pada 3,93 . Angka ini, dapat disimpulkan bahwa
orangtua telah mendukung dan mempunyai sikap yang baik terhadap
penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif terhadap sikap siswa
remaja tunarungu.
5. Dukungan sekolah terletak pada 3,77. Angka ini, dapat disimpulkan bahwa
dukungan sekolah dalam hal ini guru telah mendukung dan mempunyai sikap
yang baik terhadap penggunaan SIBI dan memberikan kontribusi positif
terhadap sikap siswa remaja tunarungu.
B. Implikasi
Secara keseluruhan sikap siswa remaja tunarungu terhadap penggunaan
SIBI dalam komponen kognitif, afeksi dan konasi dilihat dari dukungan dukungan
pihak sekolah dan dukungan orangtua menunjukkan sikap cukup kuat. Sikap yang
79
tunarungu mendukung atau menerima terhadap penggunaan SIBI di Sekolah Luar
Biasa di kota Bandung.
C. Rekomendasi
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar siswa remaja
tunarungu memiliki sikap positif terhadap penggunaan SIBI, termasuk orang tua
dan sekolah. Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas, direkomendasikan
kepada seluruh guru dan staff sekolah agar lebih memasyarakatkan penggunaan
SIBI tidak hanya dalam interaksi pembelajaran, tetapi diharapkan dalam semua
105
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. (2002). Dasar-dasar Pembelajaran, Jakarta: PT Gravindo Karya
Arikunto. Suharsimi, (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Aminudin. (2007). Mengenal dan Membuat Kerajinan Keramik, Bandung : Nuansa Citra Grafika
Bandem. (2002). Seni Kriya Seni. Semarang: Unnes Press
Bastomi, Suwadji. (2000). Seni Kriya Indonesia : Unnes Press
Bunawan Lani dan Yuwati Cecilia Susila (2000). Penguasaan Bahasa Anak
Tunarungu, Jakarta : Santirama
Djumhana. (2008). Menejemen Pembelajaran dan Bimbingan. Jakarta: PT Gravindo Karya
Gregory, Knight, McCracken, Powers and Watson (1999), Issues in Deaf
Education, London: David Fulton Publishers
Gustami, Sp. (1997). Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta: Insan Seni Indonesia
Hallahan dan Kauffman, (1994), Exceptional Children Introduction to Special
Education, USA: ALLyn and Bacon
Hernawati, Tati (2000). Program layanan dasar bimbingan dalam mengembangkan perilaku sosial siswa tunarungu jenjang SLTPLB di SLB,
Tesis, UPI Bandung, Tidak diterbitkan.
Komalasari, (2009). Teori Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Liben, Lynn (1985), Inclusive Education, New York: Routledge
Moleong Lexy ( 2004 ), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja RosdaKarya
Moores (2001). Child Development, Allyn & Bacon, USA: Permission departemen
Nasution (1992). Metode Research. Bandung: Jemmars.
Nelly (1982). Brother, Sistes, and Special needs,Canberra: Australian Government Publishing Service
106
Nurhadiat, Dedi. (2004). Pendidikan seni: seni rupa 2. Jakarta: PT. Grasindo
Smith J David (1998), Inclusion schools for All Students, USA : Wadsworth publishing Company
Sudjana, (2009), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production.
Sumaatmaja, (1994), Bentuk Keterampilan kontenporer. Yogyakarta: PT Cerdas Bangsa
Sugiyono, (2005), Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suran,S.G and Rizzo J. (1979), Being Deaf: The Experience of Deafnes. London: Pinter Press
Suryobroto. (2009), Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tarjo, Enday. (2004). Strategi belajar-Mengajar Seni Rupa. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI.