• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI PERILAKU KELUARGA MUSLIM DALAM MENGHUNI HUNIAN ARSITEKTUR KONTEMPORER MINIMALIS (STUDI KASUS: HUNIAN DI MEDAN) SKRIPSI OLEH: ABDUL RAHMAN S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ADAPTASI PERILAKU KELUARGA MUSLIM DALAM MENGHUNI HUNIAN ARSITEKTUR KONTEMPORER MINIMALIS (STUDI KASUS: HUNIAN DI MEDAN) SKRIPSI OLEH: ABDUL RAHMAN S."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI PERILAKU KELUARGA MUSLIM DALAM MENGHUNI HUNIAN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MINIMALIS

(STUDI KASUS: HUNIAN DI MEDAN)

SKRIPSI

OLEH:

ABDUL RAHMAN S.

130406085

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)

Tanggal Lulus: 02 April 2019 Telah diuji pada

Tanggal: 02 April 2019

(5)
(6)

ABSTRACT

Importance for Muslims in their family homes inhabited by considering the needs of his family's privacy, creating a sense of Islamic behavior (modesty) in the family and plays to entertain guests (hospitality) who came to visit. Perception of these needs is included with the development of a minimalist contemporary architecture is now widely grown. Contemporary minimalism is one type of architecture that are emerging in Indonesia, especially in Medan. Minimalism is characterized by a simple and small dimensions. Does every Muslim family in the area of Medan (sample) is easily adaptable to the needs that exist in a minimalist contemporary architecture include the need for privacy, modesty, and hospitalty. Therefore, This study wanted to know a Muslim family adaptation to the needs of the space and performance. The method used is a qualitative method of mapping the behavior that is place-centered mapping. Results from this study is that the sample homes family adaptation is appropriate to their needs, although there are needs that have not been fulfilled and recommending improvements in the design of homes sample.

Keywords: adaptation, home, minimalist, Muslim family, the city of Medan

(7)

ABSTRAK

Pentingnya bagi keluarga muslim dalam menghuni hunian dengan mempertimbangkan kebutuhan privacy keluarganya, menciptakan nuansa perilaku Islami (modesty) dalam berkeluarga serta berperan menjamu tamu (hospitality) yang datang berkunjung.

Persepsi kebutuhan ini disertakan dengan perkembangan arsitektur kontemporer minimalis yang sekarang banyak berkembang.

Kontemporer minimalis merupakan salah satu jenis arsitektur yang banyak berkembang di Indonesia, khususnya di Kota Medan.

Minimalis memiliki ciri yang sederhana dan dimensi yang kecil.

Apakah setiap keluarga muslim yang ada di daerah Kota Medan (sampel) mudah beradaptasi dengan kebutuhan yang ada pada arsitektur kontemporer minimalis meliputi kebutuhan akan privacy, modesty, dan hospitalty. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui adaptasi keluarga muslim dengan kebutuhan ruang dan performanya tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pemetaan perilaku yaitu place-centered mapping. Hasil dari penelitian ini ialah adaptasi keluarga pada sampel hunian sudah sesuai dengan kebutuhan mereka walaupun masih ada kebutuhan yang belum tercukupi dan merekomendasi perbaikan desain pada sampel hunian.

Kata kunci: adaptasi, hunian, minimalis, keluarga muslim, kota Medan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi kekuatan, kemampuan, jalan keluar, serta ridha-Nya selama berlangsungnya pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing skripsi yang juga merupakan pembimbing perwalian sejak pertama kuliah Ibu Dr. Wahyu Utami, ST. MT., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pengerjaan skripsi ini.

Rasa hormat dan terimakasih yang sama juga penulis tujukan kepada:

1. Kedua Orangtua penulis yang tersayang, Ibu dan Bapak atas segala doa, dukungan, kesabaran, dan segala pengorbanan yang tidak akan bisa penulis balas dan sampaikan.

2. Ibu Dr. Ir. Dwira N.Aulia, MSC. IPM., selaku Ketua Jurusan Jurusan Arsitektur USU dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukannya selama proses pengerjaan skripsi ini.

3. Ibu Wahyuni Zahrah, ST., MS., yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama menjadi dosen penguji.

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT., yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama menjadi dosen penguji.

5. Ibu Beny.O.Y Marpaung, ST, MT, PhD., selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.

6. Ibu dan Bapak dosen serta staff Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Ketiga abang penulis yang tersayang, bang Dhani, bang Bandi dan bang Arief, dan adikku tersayang Putri serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada habisnya.

8. Rizky Anugraha, Bayu, pak Adi, dan Umam yang telah menerima penulis dan banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman sepermainan yang telah menjadi sahabat yang penulis butuhkan, serta memberikan motivasi dalam melewati masa-masa sulit yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu.

10. Teman-teman angkatan 2013 Departemen Arsitektur USU yang telah menjadi sumber motivasi dan semangat selama berkuliah, dan hingga selesainya pengerjaan skripsi ini.

11. UKM Panahan ATC USU, yang telah menjadi keluarga, sahabat dan memberikan pelajaran serta teman-teman baru.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Peneltian ... 1

1.2. Permasalahan... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 2

1.5. Batasan Penelitian ... 3

BAB II ... 4

KAJIAN PUSTAKA ... 4

2.1. Hunian Kontemporer ... 4

2.1.1. Rumah Tinggal ... 4

2.1.2. Arsitektur Kontemporer ... 4

2.2. Keluarga Muslim ... 8

2.2.1. Privacy ... 9

2.2.2. Modesty ... 10

2.2.3. Hospitality ... 11

2.3. Arsitektur Perilaku ... 12

2.3.1. Adaptasi ... 12

2.3.2. Teritorialitas ... 14

2.4. Kerangka Pemikiran ... 18

BAB III ... 19

METODOLOGI ... 19

3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Variabel Penelitian ... 19

3.3. Sampel... 20

(11)

3.5. Metode Analisa Data ... 21

3.6. Tahapan Penelitian ... 22

3.7. Kerangka Pemikiran ... 23

BAB IV ... 24

TINJAUAN SAMPEL PENELITIAN ... 24

4.1. Rumah 1 ( Tipe 110 ) 2 lantai ... 24

4.2. Rumah 2 ( Tipe 70 ) ... 26

4.3. Rumah 3 (Tipe 60) ... 29

4.4. Rumah 4 (Tipe 100) 2 lantai ... 30

BAB V ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Rumah 1 ( Tipe 110 ) 2 lantai ... 33

5.2. Rumah 2 ( Tipe 70 ) ... 39

5.3. Rumah 3 (Tipe 60) ... 44

5.4. Rumah 4 (Tipe 100) 2 lantai ... 49

5.5. Hasil dan Pembahasan ... 55

5.6. Rekomendasi Desain ... 62

BAB VI ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran...18

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian...23

Gambar 4.1. Lokasi rumah 1...24

Gambar 4.2. Rumah 1...24

Gambar 4.3. Denah rumah 1... ...26

Gambar 4.4. Lokasi rumah 2... ... ...27

Gambar 4.5. Rumah 2... ... ...27

Gambar 4.6. Denah rumah 2... ... ...28

Gambar 4.7. Lokasi Rumah 3... ... ...29

Gambar 4.8. Rumah 3... ... ...29

Gambar 4.9. Denah Rumah 3... ... ...30

Gambar 4.10. Lokasi rumah 4... ... ...31

Gambar 4.11. Rumah 4... ... ...31

Gambar 4.12. Denah rumah 4... ... ...32

Gambar 5.1. Tumbuhan pada halaman depan (kiri) dan pagar (kanan) sebagai pembatas privasi dengan tetangga...33

Gambar 5.2. Jendela depan rumah... ... ...34

Gambar 5.3. Privacy area... ...35

Gambar 5.4. Rak sebagai pembatas antara ruang tamu (kiri) dan ruang keluarga (kanan) ...36

Gambar 5.5. Area Ibadah... ... ...37

Gambar 5.6. Modesty area... ... ...37

Gambar 5.7. Ruang formal tamu laki-laki (kiri) dan ruang formal tamu perempuan (kanan)... ...38

Gambar 5.8. dapur (kiri) dan teras belakang (kanan) ... ...38

Gambar 5.9. Hospitality area... ... ...39

(13)

Gambar 5.11. Jendela rumah... ... ...40

Gambar 5.12. Privacy area... ... ..41

Gambar 5.13. Tirai sebagai pemisah antara area publik dan area privat...42

Gambar 5.14. Modesty area... ... ....43

Gambar 5.15. Teras depan (kiri) dan ruang tamu (kanan) ... 43

Gambar 5.16. Hospitality area... ... .44

Gambar 5.17. Pagar rumah... ... .44

Gambar 5.18. Jendela rumah... ... .. 45

Gambar 5.19. Privacy area... ... .46

Gambar 5.20. Area Ibadah... ... ..47

Gambar 5.21. Modesty area... ... ....47

Gambar 5.22. Teras dan ruang tamu... ... 48

Gambar 5.23. Hospitality area... ... ...48

Gambar 5.24. Pagar depan (kiri) dan Pintu besi-besi jerjak garasi (kanan) ... ...49

Gambar 5.25. Privacy area... ... ...51

Gambar 5.26. Tampak akses tangga naik... ...52

Gambar 5.27. Area ibadah... ... ...52

Gambar 5.28. Modesty area... ...53

Gambar 5.29. Ruang besar... ...54

Gambar 5.30. Hospitality area... ...54

Gambar 5.31. Rekomendasi desain Rumah 1... ...62

Gambar 5.32. Rekomendasi desain Rumah 2... ...63

Gambar 5.33. Rekomendasi desain Rumah 3...63

Gambar 5.34. Rekomendasi desain Rumah 4... ...64

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Peneltian

Rumah tinggal sebagai salah satu karya arsitektur yang bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat- syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.

Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.

(Frick,2006:1).

Rumah tinggal Islami pada hakekatnya adalah rumah tinggal untuk mendapatkan perlindunganNya dibumi, berfungsi untuk mewadahi aktifitas taqwa dan bersifat privat serta beradab Islam. Sebagai dasar semua aktivitas muslim adalah untuk mencari ridho Allah, jadi semua aktivitas yang ditujukan untuk keridhoan Allah dinilai sebagai ibadah. Ibadah terdapat dalam semua hubungan antara manusia dengan Allah (hablumminallah), antar sesama manusia (hablumminannas) dan antara manusia dengan alam semesta (hablumminal’alamin).

Persaingan tajam antara bisnis properti perusahaan meningkat seiring dengan bertambahnya populasi dengan meningkatnya kebutuhan rumah. Dalam desain suatu rumah, gaya kontemporer minimalis merupakan salah satu konsep desain yang diminati oleh masyarakat. Kontemporer minimalis dalam arsitektur menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk-bentuk geometris elementer tanpa ornamen atau dekorasi menjadi karakternya.

(15)

Banyaknya kebutuhan keluarga muslim dalam membangun rumah atas dasar ibadah, internalisasi nilai nilai Islam, keteladanan, kebutuhan yang tercukupi, dan menjaga hubungan baik dengan alam maupun sekitarnya. Apakah hal tersebut sudah terpenuhi dalam hunian kontemporer minimalis ?.

1.2. Permasalahan

Dari topik diatas, penelitian ini penting mengingat banyak keluarga muslim di Indonesia yang membangun hunian kontemporer, menempatkan kebutuhan sebuah keluarga muslim dalam hunian yang berasitektur kontemporer minimalis, apakah sudah mencukupi atau pengaruhnya dapat terlihat dari perilaku keluarga muslim.

Oleh sebab itu permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah setiap ruang dalam hunian kontemporer minimalis sudah mencukupi kebutuhan keluraga muslim?,

2. Bagaimana performa ruang dalam mencukupi kebutuhan keluarga muslim di dalam rumah?.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan yang ada, dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah:

1. Menilai sejauh mana desain rumah dalam mengakomodasi kebutuhan keluarga muslim,

2. Merumuskan rekomendasi perbaikan desain pada sampel rumah keluarga Muslim.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil manfaat penelitian ini terbagi atas:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu pengetahuan bagi umat muslim,

(16)

2. Bagi arsitek, penelitian ini berguna sebagai inovasi dalam perencanaan 3. Bagi penelitian, sebagai bahan referensi untuk perkembangan/melanjutkan

penelitian sebelumnya.

1.5. Batasan Penelitian

Banyaknya jenis rumah tinggal yang ada di Kota Medan, sampel yang diambil adalah jenis rumah arsitektur kontemporer tipologi minimalis khususnya rumah yang dihuni oleh keluarga muslim. Dalam batasan ini, saya sebagai peneliti akan membahas tentang adaptasi perilaku keluarga muslim dalam menempati suatu hunian kontemporer minimalis yang dikembangkan oleh developer.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hunian Kontemporer 2.1.1. Rumah Tinggal

Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia berarti tempat tinggal ataupun kediaman (yang dihuni). Selain untuk tempat tinggal, rumah difungsikan sebagai tempat bernaung dan berlindung dari cuaca dan bahaya.

Rumah merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menjadi rutinitas sehari-hari. Rumah bisa menjadi sumber kedamaian, inspirasi, dan energi bagi pemiliknya.

2.1.2. Arsitektur Kontemporer

2.1.2.1. Arsitektur Kontemporer

Istilah kontemporer sama artinya dengan modern yang kekinian, tapi dalam desain kerap dibedakan. Kontemporer menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih.

2.1.2.2. Arsitektur Kontemporer Minimalis

a. Menurut Ludwig Mies van der Rohe, bersama Le Corbusier dan Walter Gropius, Menerapkan arsitektur dengan ide "less is more", berartikan kesederhanaan adalah sebuah estetika nilai lebih, dimana fitur dalam desain tidak diperlukan dan minimalis adalah sebuah kewajiban, dimana

(18)

arsitek dituntut untuk lebih sederhana dan berani berimajinasi dengan batas-batas minimalis tertentu.

b. Menurut Dirgantara (2011), Para peneliti arsitektur kemudian menangkap ciri - cirinya:

1. Bentuk denah kotak 2. Bentuk bangunan kubus

3. Deret jendela terbentang horizon kotak-kotak 4. Semua sudut fasad adalah 90 derajat.

5. Material sturktur fabrikasi, kaca, dan beton.

2.1.2.3. Tipologi Model Hunian Kontemporer Minimalis

Beberapa tipologi model hunian kontemporer minimalis, sebagai berikut:

1. Tipe 21/24

Memiliki luas bangunan 21 hingga 24 meter persegi, tipe rumah ini merupakan tipe rumah paling kecil yang umumnya dibangun oleh pengembang perumahan. Tipe rumah 21 atau 24 umumnya dibangun di kavling dengan lebar 3 atau 4 meter dengan ukuran 3×7 atau 4×6 meter.

Tipe rumah ini tergolong rumah sederhana dan hanya terdiri dari satu kamar tidur dan terkadang bahkan memiliki dapur yang berada terpisah pada bagian halaman belakang. Tipe rumah ini juga kerap menjadi pilihan investasi dengan menjadikannya rumah sewa, karena ukuran dan harga yang murah tentu pilihan menyewa tipe rumah satu ini lebih banyak dipilih.

(19)

2. Tipe 36

Tipe rumah selanjutnya bisa dikatakan merupakan tipe rumah yang paling banyak dibangun oleh pengembang perumahan dan juga paling banyak diminati. Rumah tipe 36 biasanya dibangun di kavling dengan lebar 6 meter dengan ukuran 6×6 meter persegi. Terdiri dari dua kamar tidur, tipe rumah 36 adalah rumah sederhana yang paling pas untuk pasangan baru menikah ataupun keluarga kecil.

Tipe rumah 36 juga adalah pilihan tipe rumah yang kerap dipilih sebagai tipe rumah paling pas untuk orang yang tertarik melakukan investasi dibidang properti. Misalnya rumah minimalis tipe 36. Nggak cuma karena harganya yang tak terlalu tinggi, tapi juga kebutuhan akan tipe rumah 36 yang cukup tinggi sehingga akan lebih mudah untuk dijual kembali di kemudian hari.

3. Tipe 45

Untuk kamu yang memiliki keluarga kecil namun ingin memiliki rumah yang sedikit leluasa, tipe rumah 45 bisa jadi alternatif pengganti tipe rumah 36. Pilihan tipe rumah 45 biasanya lebih digemari masyarakat menengah karena memiliki spesifikasi luas yang lebih baik daripada tipe rumah 36 meskipun sama-sama memiliki 2 kamar tidur.

Berdiri sama di kavling dengan lebar 6 meter, dimensi dari desain rumah tipe 45 biasanya memiliki ukuran 6×7.5 meter persegi. Jika dilihat dari segi luas tapak pun, tipe rumah 45 umumnya memiliki halaman yang lebih lapang daripada tipe rumah 36. Dibanding tipe rumah 36 yang bisa dijadikan pilihan investasi, tipe rumah satu ini lebih cocok untuk dijadikan pilihan untuk hunian bersama keluarga.

4. Tipe 54

Tipe rumah lainnya yang merupakan pilihan rumah untuk masyarakat menengah hingga menengah ke atas adalah tipe rumah 54. Ukuran

(20)

paling proposional dari tipe rumah satu ini adalah 9×6 meter persegi dan terdiri dari 3 kamar.

Pilihan tipe rumah ini juga lebih cocok untuk keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih besar karena selain memiliki jumlah kamar yang lebih banyak, tipe rumah satu ini juga umumnya memiliki tapak dan luas ruang yang lebih tapak.

5. Tipe 60

Dengan luas bangunan mencapai 60 meter persegi, tipe rumah 60 termasuk tipe rumah besar yang lebih diperuntukkan masyarakat menengah hingga menengah ke atas. Tipe rumah ini umumnya memiliki 3 kamar tidur, terkadang juga dilengkapi 1 kamar tidur tambahan untuk asisten rumah tangga. Dimensi dari tipe rumah 60 biasanya 6×10 meter persegi.

Untuk kavling dengan ukuran panjang yang nggak memadai, tipe rumah 60 terkadang juga bisa dibangun menjadi rumah 2 lantai.

6. Tipe 70

Tipe rumah selanjutnya ini juga meripakan tipe rumah dengan luas relatif luas dan lebih cocok untuk keluarga menengah hingga menengah keatas dengan jumlah anggota yang relatif cukup banyak.

Jumlah kamar pada tipe rumah ini hampir menyerupai tipe rumah 60, namun dengan desain dan perbedaan kebutuhan terkadang tipe rumah 70 dibangun dengan memiliki hingga 4 kamar tidur. Dimensi dari tipe rumah ini juga bervariasi mulai dari 7×10 meter hingga 5×14 meter.

Karena luasnya yang luas, tipe rumah 70 juga biasanya dibangun sebagai rumah 2 lantai untuk mengakali luas kavling.

(21)

7. Tipe 120

Tipe rumah terakhir yang akan kita bahas merupakan tipe rumah yang sudah masuk dalam klasifikasi rumah mewah. Biasanya diperuntukkan untuk masyarakat menengah atas. Dengan luas bangunan hingga 120 meter persegi, dimensi tipe rumah ini bisa bervariasi mulai dari 10×12 meter atau 8×15 meter persegi.

Umumnya, rumah ini juga dibangun lebih dari satu lantai dan memiliki jumlah kamar bervariasi tergantung kebutuhan pemilik rumah. Tipe rumah luas dan besar seperti ini juga memungkinkan pemilik atau pengembang untuk mengekplorasi desain dari rumah dengan berbagai gaya arsitektur rumah.

2.2. Keluarga Muslim

Keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, saling mengikat satu sama lain. Secara etimologis keluarga dalam istilah jawa terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.

Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernanung di dalamnya.

Menurut ajaran Islam, perikatan itu mengandung tanggung jawab dan sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap (mutual expectation). Nilai kasih sayang yang berdasarkan agama menjadikan struktur keluarga memiliki pondasi yang kokoh.

Rumah seorang muslim sebagai wujud memiliki kapasitas untuk penerimaan rumah sebagai ruang budaya dan relevansi sosial dari Islamisasi ruang. Rumah berfungsi sebagai pengembangan diri sendiri dengan menunjukkan ekspresi emosi, rumah sosial, di sisi lain, berfungsi sebagai tempat untuk berbagi, menghibur, dan membangun hubungan, dan terakhir, fisik rumah berfugsi untuk penghuninya sebagai struktur fisik, ruang dan gaya arsitektur. Adapun hubungan yang ada antara hunian yang ditempati dengan keluarga muslim, yaitu pengaturan

(22)

individu dan rasa ruang interior di dalam rumah diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti agama dan budaya (Guzman, 2007; Rapoport, 2005;

Theano, 1995 dalam Zulkeplee Othman). Nilai-nilai agama dan budaya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur keluarga, perilaku dalam berumah tangga mereka dan penggunaan ruang interior mereka. Ajaran-ajaran ini mensyaratkan bahwa sebuah rumah memenuhi tiga kebutuhan penting, termasuk:

(a) privacy - tempat perlindungan yang aman dan pribadi untuk keluarga, (b) modesty - ruang untuk melakukan kegiatan religius dan spiritual melalui berhemat dan kerendahan desain, dan (c) hospitality - tempat untuk memperkuat hubungan dengan tetangga dan masyarakat. Hal ini berguna untuk mengekspos berbagai pendekatan desain arsitektur berdasarkan prinsip-prinsip desain Islam yang dapat digunakan untuk mencapai privasi dalam desain rumah klien Muslim.

2.2.1. Privacy

Privasi dianggap sebagai sangat penting dalam desain rumah Muslim (Lockerbie, 2014 dalam Zulkeplee Othman) dan sangat ditentukan oleh ajaran dan tradisi Islam dari dua sumber utama: a) Al- Quran - wahyu Allah (Tuhan) kepada Nabi Muhammad; dan b) sunnah - ucapan-ucapan dan tindakan Nabi Muhammad (Hamid, 2010; Mortada, 2005; Hallak, 2000 dalam Zulkeplee Othman). Privasi di rumah Muslim di Indonesia secara eksplisit diikuti sesuai dengan ajaran-ajaran ini dan melibatkan tiga lapisan privasi yang berbeda. Ini termasuk:

a) privasi antara orang luar dan tetangga, b) privasi antara pria dan wanita, dan

c) privasi antara anggota keluarga dan sanak keluarga

Lapisan privasi ini dicapai melalui privasi visual, akustik dan penciuman (Sobh dan Belk, 2011; Mortada, 2005; Hallak, 2000 dalam Zulkeplee Othman).

(23)

Di Indonesia, penggunaan pagar dan halaman dalam menjaga privasi visual yang optimal untuk pemilik dari pihak luar. Tebal dinding dan jendela tinggi di beberapa bagian dinding eksternal dan kamar tidur memberikan privasi akustik optimal untuk penghuni tetangga secara eksternal dan dari kamar yang berdekatan secara internal (Mortada, 2005;

Bahammam, 1987 dalam Zulkeplee Othman). Dengan mempertimbangkan privasi ini contoh pola, Mortada (2005) berpendapat bahwa privasi optimal di rumah tradisional Islam memerlukan sistem pemisahan gender yang menjaga keselamatan wanita dari non-muhrim (tidak terkait darah) laki- laki (Belk dan Sobh, 2011). Namun, ruang gender ditafsirkan secara berbeda di negara-negara Islam lain dengan latar belakang budaya yang berbeda seperti Malaysia, Iran dan Yaman, di mana rumah paling kontemporer dan terjangkau adalah dalam bentuk perumahan-teras dan apartemen (Hashim dan Rahim, 2008 dalam Zulkeplee Othman).

2.2.2. Modesty

Dalam Islam, tindakan kesopanan mengacu pada sikap atau sikap pemalu, kesopanan, kerendahan hati dan moderasi (Chen et al., 2009; Boulanouar, 2006 dalam Zulkeplee Othman) dan dianggap menjadi bagian dari iman seseorang (Hussain, 2012). Tindakan pertama kesopanan dalam Islam diwakili dalam bentuk ibadah sholat kepada Allah (Hussain, 2012).

Dengan rendah hati bersujud di tanah, itu melambangkan Pengakuan atas Allah dalam mencari bimbingan dan dukungan yang konstan (Hussain, 2012; Mohammad Akram, 2004 dalam Zulkeplee Othman). Lima kali ibadah dilakukan setiap hari untuk mengingatkan umat Islam pentingnya kebajikan Islam seperti kesopanan dan mempraktekkannya (Mohammad Akram, 2004). Muslim diingatkan untuk memiliki kesopanan luar (fisik) dan batin berdasarkan pada ajaran dalam Al-Quran dan sunnah (Boulanouar, 2006; Mortada, 2005). Kebutuhan untuk menjadi sederhana adalah biasa bagi banyak tradisi, budaya dan agama, tetapi masyarakat Barat di 21 abad kebanyakan menganggap kesopanan Islam dalam hal

(24)

aturan berpakaian fisik saja (seperti jilbab) (Sobh et al., 2012 dalam Zulkeplee Othman). Kesopanan Fisik Islami berkaitan dengan penutupan intim bagian tubuh (Boulanouar, 2006 dalam Zulkeplee Othman) untuk melindungi wanita dan pria dari non-muhrims darisetiap gerakan tidak senonoh yang dapat menyebabkan pelecehan seksual atau pelanggaran yang dilarang (Ali, 2013; Sayeed, 2013; Vahaji dan Hadjiyanni, 2009).

Kesopanan Islam fisik lainnya dapat direpresentasikan dalam bentuk desain bangunan (Mortada, 2005 dalam Zulkeplee Othman). Mortada (2005) menyoroti pentingnya kerendahan hati dalam penampilan rumah dan ruang interior rumah Muslim. Pemborosan dalam desain rumah tidak direkomendasikan dalam Islam. Namun, rumah Muslim dapat mempertahankan keanggunan dan keindahannya desain minimal dan pengaturan perabot yang tepat (Mortada, 2005). Rumah seorang Muslim juga merupakan tempat untuk melakukan dan berlatih agama kegiatan seperti beribadah, membaca Al-Quran atau bahkan layanan pemakaman keluarga (Omer, 2010 dalam Zulkeplee Othman). Fleksibilitas melakukan sholat di rumah secara individu, dengan keluarga dan teman menyoroti pentingnya penyediaan ruang internal untuk kegiatan ini

2.2.3. Hospitality

Menerima tamu adalah etiket domestik yang signifikan dalam ajaran perhotelan Islam. Keramahan dapat didefinisikan sebagai penerimaan konstitusional atau penerimaan terhadap yang lain (Derrida, 2005;

Kuokkanen, 2003 dalam Zulkeplee Othman). Hal ini dipahami terkait erat dengan bertindak dengan penuh kasih terhadap orang asing dan berbagi dengan orang lain (Sobh dan Belk, 2011). Seperti privasi dan kesopanan, keramahan juga memiliki dampak besar pada desain dan tata letak Rumah Muslim di seluruh dunia. Di rumah-rumah Indonesia, untuk Misalnya, pria memainkan peran penting dalam menjamu tamu di area publik rumah, disebut juga ruang tamu. Ini adalah satu-satunya bagian rumah yang dapat diakses langsung dari jalan masuk utama. Tujuan penting lainnya dari

(25)

ruang tamu adalah penyediaan ruang di mana anak laki lakinya dapat diperkenalkan kepada tamu dan berpartisipasi dalam diskusi tentang urusan saat ini dan perdebatan dengan pria dewasa, sambil diamati dengan seksama oleh orang tua laki-laki mereka (Lockerbie, 2014). Perempuan, di sisi lain, mengendalikan sebagian besar ruang interior (Sobh dan Belk, 2011) dan bersosialisasi di salon (ruang formal wanita), dengan semua persiapan makanan dilakukan di dapur (Wynn, 2007).

Kegiatan sosial utama seperti hiburan, pertemuan, diskusi dan sholat berjamaah berlangsung di daerah ini (Lim, 1987 dalam Zulkeplee Othman). Wanita bersosialisasi dalam ruang transisi, terletak di antara ruang keluarga dan ruang makan, sementara semua persiapan makanan dilakukan di dapur (Wan Hashim dan Nasir, 2011; Hashim et al., 2009 dalam Zulkeplee Othman). Perempuan membantu membagikan makanan kepada para tamu sebentar-sebentar tetapi mundur kembali ke ruang mereka sendiri dan melanjutkan kegiatan mereka (Lim, 1987).

Ajaran Islam tentang privasi, kesopanan dan keramahan memiliki sifat kompleks mereka sendiri, yang sering disalahartikan oleh non-Muslim (Sobh et al., 2012; Sobh dan Belk, 2011; Hallak, 2000; Bahammam, 1987). Ajaran-ajaran ini sangat membentuk aktivitas, perilaku, dan penggunaannya ruang. Selanjutnya, umat Islam berasal dari berbagai belahan dunia dan memiliki budaya mereka sendiri tradisi yang berkaitan dengan privasi, kesederhanaan dan keramahan rumah.

2.3. Arsitektur Perilaku

Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan pertimbangan - pertimbangan perilaku dalam perancangan.

2.3.1. Adaptasi

2.3.1.1. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan

(26)

lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti.

Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua penyesuaian diri yang alloplastis (allo artinya yang lain, plastis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif” yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan.

Menurut Suparlan adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan tubuh lainnya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

3.Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono, pola adalah suatu rangkaian unsur- unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipaki sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri.

Dari definisi tersebut di atas, pola adaptasi dalam penelitian kali ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan

(27)

waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat, kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.

2.3.1.2. Penyesuaian Kembali (Readjusment)

Tahap ini adalah tahap penyesuaian kembali, di mana seseorang akan mulai untuk mengembangkan berbagai macam cara untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada.Tahap ini merupakan masa dimana orang mengatur kembali apa yang akan dilakukannya. Orang akan mulai mencari berbagai pilihan dimana pilihan tersebut dianggapnya akan membuatnya nyaman. Banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan yang dirasakannya. Antara lain dengan self justification.

Seseorang akan mencari pembenaran atas apa yang sedang dilakukannya dan apa yang ada dalam pikirannya. Atau dapat juga dengan mencari informasi yang belum diketahuinya tentang hal-hal yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan tersebut.

Bila orang itu akhirnya berhasil memperoleh pengetahuan mengenai budaya dan lingkungan baru, dan mulai dapat mengurus dirinya sendiri, maka dia akan mulai membuka jalan ke dalam budaya dan lingkungan baru tersebut. Biasanya pada tahap ini dia akan mulai bersikap positif terhadap orang-orang yang berasal dari lingkungan baru. Namun belum tentu setiap orang akhirnya dapat bertahan karena derajat gegar budaya mempengaruhi orang berbeda-beda. Ada orang-orang yang tidak tahan namun ada pula orang yang bertahan. Dan pilihan orang tersebut tergantung pada tahap terakhir dari keseluruhan proses adaptasi budaya yang ada..

2.3.2. Teritorialitas

Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah geografis untuk mencapai privasi yang optimal.

(28)

2.3.2.1. Teritorialitas dan Perilaku

Altman (1980) membagi teritorialitas berdasarkan derajat privasi, afiliasi, dan kemungkinan pencapaian menjadi tiga; teritori primer, teritori sekunder, dan teritori publik:

a) Teritori primer, adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapatkan izin khusus. Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.

b) Teritori sekunder, adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling mengenal. Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Sifat territorial sekunder adalah semi-publik.

c) Teritori publik, adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum.

teritorial umum dapat digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Pada prinsipnya setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut

2.3.3.2. Teritorialitas Dalam Desain Arsitektur

Laurens (2001), mengungkapkan penerapan teritorialitas dalam desain mengacu pada pola tingkah laku manusia yang berkaitan dengan teritorialitas sehingga dapat mengurangi agresi, meningkatkan kontrol, dan membangkitkan rasa tertib dan aman. Semakin banyak sebuah desain mampu menyediakan teritori primer bagi penghuninya, maka desain itu akan semakin baik dalam memenuhi kebutuhan penggunanya.

(29)

1. Publik dan Privat

Ruang publik adalah area yang terbuka. Ruang ini dapat dicapai oleh siapa saja pada waktu kapan saja dan tanggung jawab pemeliharaannya bersifat kolektif. Ruang privat adalah area yang aksesibilitasnya ditentukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tanggung jawab pemeliharaannya ditanggung bersama.

2. Ruang Peralihan

Daerah peralihan dibuat sebagai penghubung berbagai teritori yang memiliki perbedaan sifat.

2.3.2.3. Variabel/Komponen Dalam Ruang

Variabel atau komponen dalam ruang ialah elemen-elemen penyusun terbentuknya sebuah ruang yang dipengaruhi atau mempengaruhi psikologi dan aktivitas pelaku.

a. Ukuran dan Bentuk / Elemen Fix

Variabel ini bersifat fix / tetap atau sebagai pembentuk batasan fisik sebuah ruang, misal: ukuran luas ruang, bentuk dinding dan atap, besaran kolom-balok, dan jenis bahan/material. Perancangan ruang dalam hal ukuran dan bentuk harus disesuaikan dengan

fungsi yang akan diwadahi.

b. Perabot dan Layout / Elemen Semi Fix

Variabel ini bersifat semi-fix (bersifat semi permanen). Dapat menjadi batas fisik namun masih dapat berubah, berpindah, atau ditata. Elemen fix dapat berupa perabot seperti meja dan kursi. Perabot sebagai variabel tak tergantung dari ruang, dan penggunaanya dapat mempengaruhi persepsi dan penilaian orang tentang ruang.

(30)

c. Cahaya, Suara dan Temperatur / Elemen non-Fix

Tiga unsur lingkungan ini juga mempunyai pengaruh terhadap kualitas dan kondisi ruang serta perilaku pemakainya. Pencahayaan ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya dan estetika, kualitas cahaya pada sebuah ruang dapat mepengaruhi kondisi psikologi seseorang.

Suara berhubungan dengan tingkat kebisisngan dalam sebuah ruang, jika desibelnya terlalu keras maka akan berdampak buruk bagi pengguna ruang. Temperatur berhubungan dengan kenyamanan pengguna ruang.

Ruang yang memiliki sedikit bukaan akan menimbulkan temperatur yang panas dan akan menimbulkan ketidaknyamanan pengguna yang beraktivitas didalamnya.

Rapoport (1996) dalam Laurens (2001:149) mengidentifikasikan lima aspek budaya yang tercermin dalam desain sebuah rumah, yaitu: cara menjalankan aktivitas dasar, struktur keluarga, peran gender, sikap terhadap privasi dan proses sosial

(31)

2.4. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran KELUARGA MUSLIM

PERILAKU

HUNIAN KONTEMPORER MINIMALIS RUANG INTERNAL dihuni

membentuk

PRIVACY

MODESTY HOSPITALITY

TIPE 1

TIPE 2

TIPE 3

TIPE 4

(32)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.

Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang keadaan sekitarnya.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (1999) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Oleh karena itu peneliti perlu mengidentifikasi variabel mana saja yang menjadi pokok permasalahan. Setelah menemukan variabel yang menjadi pokok permasalahan, dilakukan definisi operasional pada setiap variabel.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Tabel variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Pengamatan Wawancara

Privacy

Keluarga - tetangga

Pagar pembatas

Dinding

Jendela

Tinggi pagar

Bukaan ( kaca )

kebisingan

Laki laki - Ruang Kamar Penggunaan Sikap dalam

(33)

perempuan tidur

Ruang Toilet/wc

terpisah

Ruang terpisah

membatasi masalah gender Keluarga -

kerabat

Batasan gender

Ruang internal

Penggunaan ruang yang dibatasi

Sikap dalam membatasi masalah gender

Modesty

Sikap maupun perilaku keluarga muslim

Kesopanan fisik Islami

Kesopanan fisik Islami dalam desain bangunan

Ibadah

Tampilan interior rumah dalam memberi batasan gender

Ruang tempat mendekatkan diri dengan Allah ( ibadah)

Sikap dalam menutup aurat di dalam rumah

Batasan mahram dan non mahram

Hospitality

Sikap dalam menerima tamu

Batasan gender

Ruang

penerimaan tamu laki

laki/perempuan

Ruang formal laki-laki

Ruang formal perempuan

Teras sebagai akses masuk tamu

Ruang tamu untuk laki – laki

Ruang dapur atapun ruang makan sebagai tempat

menerima tamu wanita

Sikap dalam menerima tamu

Sumber : Olah data 3.3. Sampel

Sampel penelitian ini dipilih melalui metode purpossive sampling, karena metode purpossive sampling mengambil sampel yang disengaja atau ditentukan dikarenakan sampel tersebut memenuhi kriteria-kriteria tertentu (Sujarweni,2014).

Adapun kriteria sampel tersebut:

1. Rumah Keluarga Muslim di Medan 2. Hunian kontemporer minimalis

3. Hunian tipe 1,2,3 yang dihuni keluarga inti

3.4. Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

Data Primer:

(34)

a. Wawancara

Penelitian ini merupakan proses untuk memproleh informasi dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara peneliti dan narasumber. Wawancara ini dilakukan dengan menyiapkan beberapa pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Metode Survey

Survey dilakukan untuk mendapatkan gambar rumah tinggal menggunakan kamera. Yaitu bertujuan untuk mendapatkan pola ruang rumah keluarga muslim.

c. Pemetaan dan Penggambaran

Pada tahap ini dilakukan penggambaran ulang denah rumah yang telah disurvey.

Data Sekunder

a. Studi Literatur

Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berupa jurnal, makalah dan buku.

b. Studi Penelitian Sejenis

Dilakukan dengan mencari penelitian-penelitian dengan judul serupa untuk perbandingan dan acuan dalam penelitian.

3.5. Metode Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian bersifat kualitatif. Tahapan analisis data merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dengan tahapan-tahapan lainnya. Data primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif, melalui interpretasi atau juga disebut dengan tafsir. Metode untuk menunjang penelitian kualitatif ini juga dilakukan dengan menerapkan metode deskriptif dan menyimpulkan data analisis menjadi satu kesimpulan.

(35)

Metode Deskriptif

Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses- proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best, 1982: 119).

3.6. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang akan dijabarkan dan dibahas ialah rangkaian proses penelitian berupa langkah-langkah yang sesuai dengan urutan kegiatan/proses penelitian. Patokan dalam meneliti dengan menjadikan teori sebagai batasan penelitian.

Place-centered mapping

Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok manusia memanfaatkan, menggunakan atau mengakomodasikan perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat yang tertentu. Dengan kata lain, perhatian dari teknik ini adalah satu tempat yang spesifik baik kecil atau pun besar. Dalam proses place-centered mapping membutuhkan peta dasar yang sudah dibuat untuk mengamati objek penelitian dan kemudian membuat daftar perilaku yang diamati serta menentukan simbol atau tanda sketsa perilaku. Kemudian data kolektif berdasarkan perilaku di tempat objek penelitian di analisis untuk mendapatkan kesimpulan kecenderungan perilaku. Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik ini adalah:

1. Menentukan tempat/ruang yang akan diamati (objek penelitian) 2. Mengamati aktivitas yang terjadi dalam tempat amatan

3. Mencatat aktivitas yang terbentuk di tempat amatan

(36)

3.7. Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

PENDAHUL

TUJUAN PENELITIAN

1. Menilai sejauh mana desain rumah dalam mengakomodasi kebutuhan keluarga muslim,

2. Menilai perilaku Islami di dalam rumah.

STUDI

STUDI DOKUMETASI

Penghuni

Hunian

Observasi langsung terhadap 4 sampel

penelitian Pemilihan

PENGOLAHAN

Identifikasi pengumpulan Data

Wawancara

Pengamatan

Pemetaan Identifikasi

terhadap sampel

Identifikasi data perilaku

keluarga

DATA PENELITIAN

ANALISA DATA

Tabulasi

Kompilasi data

Hubungan antar perilaku dan ruang (privacy, modesty, dan hospitality )

Kesimpulan dan Rekomendasi

(37)

BAB IV

TINJAUAN SAMPEL PENELITIAN

4.1. Rumah 1 ( Tipe 110 ) 2 lantai

Rumah yang dibangun pada tahun 2010 oleh developer ini terletak di jalan bajak 2, komplek Grand Gading Residence no. 8A dihuni oleh keluarga muslim yang memiliki 5 anggota keluarga terdiri dari ayah yang bekerja sebagai karyawan swasta, ibu, 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan.

Gambar 4.1. Lokasi rumah 1

Gambar 4.2. Rumah 1

(38)

Pada keluarga ini, hubungan baik pada tetangga dekatnya hanya sekedar menyapa dan berkenalan, tetapi tidak untuk tetangga yang jauh dari area rumah mereka.

Adapun kebiasaan mereka di rumah seperti, makan, tidur, belajar, memasak, istirahat, menjaga kebersihan rumah, berinteraksi sosial dan di waktu pagi seorang ayah pergi bekerja hingga sore. Keadaan sosial keluarga ini cukup terpenuhi akan segala kebutuhan mereka. Keadaan sekitar rumah mereka yang jauh dari interaksi tetangga yang memiliki budaya dan tradisi adat membuat keluarga ini tidak mengikuti tradisi adat karo.

Pendapat keluarga ini tentang privat, yakni berpakaian normal ( tidak tertutup ) ketika di dalam rumah, tetapi menjaga kesopanan dalam berpakaian ( menutup aurat ) apabila ada seseorang yang bukan mahram datang berkunjung. Dari segi modesty, mereka lebih banyak menghabiskan waktu ibadah di rumah karena waktu sholat sudah terlambat, dan membiarkan tamu yang datang berkunjung dipersilahkan untuk sholat di salah satu kamar anak-anak dan itu tidak membuat mereka merasa menggangu area privat. Dan dari segi hospitality, mereka dengan senang hati menerima dan melayani tamu yang datang berkunjung.

(39)

Gambar 4.3. Denah rumah 1

4.2. Rumah 2 ( Tipe 70 )

Rumah yang dibangun keluarga muslim pada tahun 2008 sesuai desain klien (menyewa jasa arsitek) ini terletak di jalan satria, perumahan Mekar Sari Indah blok A no.11 dihuni oleh keluarga muslim yang memiliki 4 anggota keluarga terdiri dari ibu yang bekerja sebagai pegawai BUMN, ayah, 1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.

Lantai dasar Lantai 2

kiblat

(40)

Gambar 4.4. Lokasi rumah 2

Gambar 4.5. Rumah 2

Pada keluarga ini, hubungan baik pada tetangga dekatnya hanya sekedar menyapa dan berinteraksi sosial dalam kegiatan Islam. Adapun kebiasaan mereka di rumah seperti, makan, tidur, belajar, memasak, istirahat, menjaga kebersihan rumah, berinteraksi sosial dan di waktu pagi ibu dan ayah pergi bekerja hingga sore.

Keadaan sosial keluarga ini sangat terpenuhi akan segala kebutuhan mereka.

Karena kesibukan masing masing anggota keluarga, mereka tidak ada mengikuti kegiatan tradisi adat minang dan jawa, tetapi sebelum bepergian jauh baisanya keluarga mempersiapkan masakan khas minang.

Pendapat keluarga ini tentang privat, yakni berpakaian normal ( tidak tertutup ) ketika di dalam rumah, tetapi menjaga kesopanan dalam berpakaian ( menutup

(41)

aurat ) apabila ada seseorang yang bukan mahram datang berkunjung. Dari segi modesty, mereka lebih banyak menghabiskan waktu ibadah di kamar dan di mesjid dekat rumah mereka, dan membiarkan tamu yang datang berkunjung dipersilahkan untuk sholat di mesjid di dekat area rumah karena itu membuat mereka merasa menggangu area privat. Dan dari segi hospitality, mereka berpendapat bahwa rumah sebagai tempat privat (istirahat) keluarga dan bukan sarana buat menerima tamu, tetapi keluarga ini sangat menghormati dan melayani tamu yang datang berkunjung. Adapun pemisahan penerimaan ruang tamu pada rumah ini, karena keluarga ini sangat menjaga privasi perempuan yang ada di keluarga ini.

Gambar 4.6. Denah rumah 2 Lantai dasar kiblat

(42)

4.3. Rumah 3 (Tipe 60)

Rumah yang dibangun pada tahun 2017 ini terletak di pancursiwa pales 7U gg. Anggrek 2 no, 27 dihuni oleh keluarga muslim yang memiliki 4 anggota keluarga terdiri dari ayah yang bekerja sebagai pengajar olahraga di salah satu sekolah di Medan, ibu dan 2 orang anak laki-laki kecil.

Gambar 4.7. Lokasi Rumah 3

Gambar 4.8. Rumah 3

Pada keluarga ini, hubungan sangat baik pada tetangga dengan menjaga tata krama dan bersosial. Adapun kebiasaan mereka di rumah seperti, makan, tidur, belajar, memasak, istirahat, menjaga kebersihan rumah, berinteraksi sosial dan di waktu pagi ayah dan ibu pergi bekerja hingga sore dan anak mereka pergi ke sekolah. Keadaan sosial keluarga ini cukup terpenuhi akan kebutuhan mereka.

(43)

Karena belajar Islam adalah kebutuhan mereka, tradisi adat jawa tidak diterapkan dalam keluarga ini dan mengikuti tradisi budaya Islam.

Pendapat keluarga ini tentang privat, yakni berpakaian normal ( tidak tertutup ) ketika di dalam rumah, tetapi menjaga kesopanan dalam berpakaian ( menutup aurat ) apabila ada seseorang yang bukan mahram datang berkunjung. Dari segi modesty, mereka lebih banyak menghabiskan waktu ibadah di area tengah rumah karena mereka menganggap sholat berjamaah serta mengajarkan kegiatan ibadah Islam pada anak anaknya adalah kewajiban. Dan dari segi hospitality, mereka dengan senang hati menerima dan melayani tamu yang datang berkunjung.

Gambar 4.9. Denah Rumah 3 4.4. Rumah 4 (Tipe 100) 2 lantai

Rumah yang dibangun pada tahun 2015 oleh developer ini terletak di jalan menteng raya gg. Setia no,6 dihuni oleh keluarga muslim yang memiliki 5 anggota keluarga terdiri dari ayah yang bekerja sebagai Dosen agama di salah

Lantai dasar kiblat

(44)

satu Universitas Medan, ibu, 1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.

Gambar 4.10. Lokasi rumah 4

Gambar 4.11. Rumah 4

Pada keluarga ini, hubungan sangat baik dan dekat dengan tetangga dengan berkomunikasi, menjaga keakraban sosial dan saling membantu sama lain.

Adapun kebiasaan mereka di rumah seperti, makan, tidur, belajar, memasak, istirahat, menjaga kebersihan rumah, berinteraksi sosial dan di waktu pagi ayah dan kakak pergi bekerja hingga sore. Keadaan sosial keluarga ini cukup terpenuhi akan kebutuhan mereka. Karena belajar Islam adalah kebutuhan keluarga mereka, tradisi adat minang tidak diterapkan dalam keluarga ini dan mengikuti syariat Islam.

(45)

Pendapat keluarga ini tentang privat, yakni berpakaian normal ( tidak tertutup ) ketika di dalam rumah, tetapi menjaga kesopanan dalam berpakaian ( menutup aurat ) apabila ada seseorang yang bukan mahram datang berkunjung. Dari segi modesty, mereka lebih banyak menghabiskan waktu ibadah di masjid dekat rumah, untuk anggota keluarga perempuan biasanya menghabiskan waktu ibadah di kamar. Dan dari segi hospitality, mereka dengan senang hati menerima dan melayani tamu yang datang berkunjung.

Gambar 4.12. Denah rumah 4

Lantai dasar Lantai 1

kiblat

(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Rumah 1 ( Tipe 110 ) 2 lantai 1. Prvacy

Privasi di rumah Muslim, di Indonesia, secara eksplisit diikuti sesuai dengan ajaran-ajaran ini dan melibatkan tiga lapisan privasi yang berbeda.

Ini termasuk:

a. Privacy Keluarga - Tetangga

Pada rumah ini dirancang selaras dengan alam yang di aplikasikan dengan merancang halaman yang cukup membatasi view ke dalam rumah, meningkatkan privasi yang tinggi, karena ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan yang lebat dan tinggi. Salah satu cara berbuat baik kepada tetangga dan sebaliknya ialah menjaga privasi tetangga dan tidak mengganggunya. Rumah ini telah membatasi privasinya dengan tetangga sekitar dengan membangun pagar setinggi 1,5 m di sepanjang halaman depan rumah guna untuk mengantisipasi di mata-matai tetangga.

Gambar 5.1. Tumbuhan pada halaman depan (kiri) dan pagar (kanan) sebagai pembatas privasi dengan tetangga.

(47)

Keluarga di rumah ini mengajarkan adab dalam bertetangga, agar tidak menganggu privacy tetangga, walaupun rumah ini berbatasan langsung dengan rumah tetangga tetapi tingkat kebisingan relatif rendah. Untuk menutup kemungkinan keamanan dari luar, bukaan seperti jendela dengan (kaca bening dan buram), pemasangan kisi-kisi pada jendela dan tirai jendela membuat tingkat exclosure di rumah ini cukup tinggi dan tingkat exposure pada rumah ini cukup untuk menerangi segala sisi rumah.

Gambar 5.2. Jendela depan rumah b. Privacy Antara Laki-laki dan Perempuan

Menjaga privat juga penting bagi penghuni rumah, seperti kamar tidur anak dan orang tua. Pada rumah ini 2 orang anak laki-laki juga terpisah antara posisi kamar laki-laki dan perempuan. Untuk kamar laki laki berada di lantai 1 dan kamar perempuan berada di lantai dasar, untuk kamar utama berada di lantai 1 menghadap depan rumah. Di setiap kamar tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. Untuk penggunaan kamar mandi tak ada pemisahan gender.

Salah satu indikator privat antar gender ialah penggunaan kamar mandi, di rumah ini penggunaan kamar mandi tak ada batasan gender.

(48)

c. Privacy Keluarga – Kerabat

Dalam berkeluarga, Islam menganjurkan agar menghormati tamu/kerabat yang datang ke rumah. Untuk menjaga privasi dan kerabat, keluarga ini hanya menyediakan ruang- ruang yang ada di lantai dasar untuk digunakan.

Gambar 5.3. Privacy area 2. Modesty

Dalam Islam berperilaku sopan mengacu pada sikap pemalu, sopan, kerendahan hati dan tidak melakukan tindakan ekstrem. Dalam keluarga ini, perempuan memiliki sikap pemalu, sopan dalam menutupi diri dengan

(49)

pakaian yang menutup aurat setidaknya jika yang bukan mahram-nya.

Bersikap rendah hati dalam melayani dan menyayangi keluarganya dan orang lain serta tidak melakukan hal hal yang bisa merugikan orang lain. Adapun lelaki dalam keluarga ini juga menutupi auratnya jika bertemu dengan yang bukan mahram-nya.

Modesty Islam fisik lainnya dapat direpresentasikan dalam bentuk desain bangunan. Di rumah ini, ruang interior tamu dan ruang keluarga dibatasi dengan funitur rak besar yang menutupi sebagian area privasi yang tak dapat dilihat langsung. Lokasi kamar mandi umum nya juga tak dapat dilihat langsung dari ruang tamu yang dibatasi oleh akses tangga yang memberikan kenyamanan privasi penggunanya.

Gambar 5.4. Rak sebagai pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga Rumah seorang Muslim juga merupakan tempat untuk melakukan dan berlatih agama kegiatan seperti beribadah, belajar dan membaca Al-Quran. Hal ini biasa dilakukan di area privasi pengguna termasuk di kamar tidur masing- masing.

(50)

Gambar 5.5. Area Ibadah

Gambar 5.6. Modesty area kiblat

(51)

3. Hospitality

Menerima tamu adalah etiket dalam berumah tangga, Islam menganjurkan agar menghormati tamu yang datang ke rumah. Rumah ini menyediakan ruang tamu untuk menjamu tamu laki-laki dan tamu perempuan, apabila keadaan tidak memungkinkan batasan mahram-nya, tamu perempuan akan dijamu di ruang keluarga yang berdekatan dengan dapur dan ruang makan.

Gambar 5.7. Ruang formal tamu laki-laki (kiri) dan ruang formal tamu perempuan (kanan)

Tamu juga akan dilayani dengan seduhan minum yang disediakan oleh seorang anak laki-laki ataupun ibu. Tamu dipersilahkan menggunakan wc di lantai dasar dan beberapa ruangan lain seperti teras belakang dan dapur untuk mengobrol dan sebagainya.

Gambar 5.8. dapur (kiri) dan teras belakang (kanan)

(52)

Gambar 5.9. Hospitality area 5.2. Rumah 2 ( Tipe 70 )

1. Prvacy

Privasi di rumah Muslim, di Indonesia, secara eksplisit diikuti sesuai dengan ajaran-ajaran ini dan melibatkan tiga lapisan privasi yang berbeda.

Ini termasuk:

a. Privacy Keluarga – Tetangga

Pada rumah ini dirancang dengan nuansa tertutup di aplikasikan dengan merancang teras depan ditutup menggunakan pintu jerjak besi yang menutup view depan rumah disertai penggunaan kisi-kisi pada bagian tiang tiang besi, hal ini menjaga jarak perspekstif orang lain sehingga privasi tetangga terjaga. Rumah ini telah membatasi privasinya dengan

(53)

tetangga sekitar dengan membangun pintu jerjak di sisi depan setinggi 2,5 m.

Gambar 5.10. Pintu jerjak (kiri) dan kisi kisi (kanan) untuk menutup tampilan rumah

Keluarga di rumah ini mengajarkan adab dalam bertetangga, agar tidak menganggu privacy tetangga, walaupun rumah ini berbatasan langsung dengan rumah tetangga tetapi tingkat kebisingan relatif rendah. Untuk menutup kemungkinan keamanan dari luar, bukaan seperti jendela dengan kaca hitam bening, pemasangan jerjak besi pada jendela dan tirai jendela membuat exclosure di rumah ini sangat tinggi.

Gambar 5.11. Jendela rumah b. Privacy Antara Laki-laki dan Perempuan

Menjaga privat juga penting bagi penghuni rumah, seperti kamar tidur anak dan orang tua. Pada rumah ini posisi kamar laki-laki dan perempuan terpisah. Untuk kamar laki laki berada di depan dan kamar perempuan berada di belakang, untuk kamar utama juga berada di belakang. Di setiap

(54)

pintu kamar ada tirai sebagai batas pemisah antara laki-laki dan perempuan. Untuk penggunaan kamar mandi tak ada pemisahan gender, tetapi pada umumnya penggunaan kamar mandi di belakang selalu dipakai anggota keluarga laki-laki.

c. Privacy Keluarga – Kerabat

Dalam berkeluarga, Islam menganjurkan agar menghormati tamu/kerabat yang datang ke rumah. Untuk menjaga privasi dan kerabat, keluarga ini hanya menyediakan ruang- ruang yang ada di depan dan ruang dapur.

Gambar 5.12. Privacy area 2. Modesty

Dalam Islam berperilaku sopan mengacu pada sikap pemalu, sopan, kerendahan hati dan tidak melakukan tindakan ekstrem. Dalam keluarga ini, perempuan memiliki sikap pemalu, sopan dalam menutupi diri dengan pakaian yang menutup aurat setidaknya jika yang bukan mahram-nya.

Bersikap rendah hati dalam melayani dan menyayangi keluarganya dan orang lain serta tidak melakukan hal hal yang bisa merugikan orang lain. Adapun

(55)

lelaki dalam keluarga ini juga menutupi auratnya jika bertemu dengan yang bukan mahram-nya.

Modesty Islam fisik lainnya dapat direpresentasikan dalam bentuk desain bangunan. Di rumah ini, ruang interior tamu dan ruang keluarga tak ada pemisah. Untuk bagian depan rumah dan belakang rumah memiliki pemisah berupa tirai. Tirai juga digunakan sebagai pemisah ruang depan dengan ruang dapur sehingga menjaga privasi setiap ruang yang ada. Letak kamar mandi umum nya juga tak dapat dilihat langsung dari ruang tamu yang tertutup tirai pembatas yang memberikan kenyamanan privasi penggunanya.

Gambar 5.13. Tirai sebagai pemisah antara area publik dan area privat Rumah seorang Muslim juga merupakan tempat untuk melakukan dan berlatih agama kegiatan seperti beribadah, belajar dan membaca Al-Quran. Hal ini biasa dilakukan di area privasi pengguna termasuk di kamar tidur masing- masing.

(56)

Gambar 5.14. Modesty area 3. Hospitality

Menerima tamu adalah etiket dalam berumah tangga, Islam menganjurkan agar menghormati tamu yang datang ke rumah. Rumah ini menyediakan teras depan untuk menjamu tamu laki-laki dan ruang tamu untuk tamu perempuan, apabila keadaan tidak memungkinkan batasan mahram-nya, tamu perempuan akan dijamu di ruang keluarga.

Tamu juga akan dilayani dengan seduhan minum dan makanan yang disediakan oleh anggota keluarga perempuan. Tamu dipersilahkan menggunakan wc di sisi kiri dan beberapa ruangan lain seperti ruang keluarga dan dapur untuk mengobrol dan sebagainya.

Gambar 5.15. Teras depan (kiri) dan ruang tamu (kanan) kiblat

(57)

Gambar 5.16. Hospitality area 5.3. Rumah 3 (Tipe 60)

1. Prvacy

Privasi di rumah Muslim, di Indonesia, secara eksplisit diikuti sesuai dengan ajaran-ajaran ini dan melibatkan tiga lapisan privasi yang berbeda.

Ini termasuk:

a. Privacy Keluarga – Tetangga

Rumah ini dirancang lebih tinggi dari permukaan jalan. Rumah ini telah membatasi privasinya dengan tetangga dengan membangun pagar setinggi 1,7 m di area akses menuju depan rumah.

Gambar 5.17. Pagar rumah

(58)

Keluarga di rumah ini juga mengajarkan adab dalam bertetangga, agar tidak menganggu privacy tetangga, tingkat kebisingan di rumah ini relatif rendah, karena di sebelah rumah masih asri akan tumbuhan liar. Untuk menutup kemungkinan keamanan dari luar, bukaan seperti jendela dengan kaca gelap, pemasangan gorden pada jendela dan besi besi jerjak pada jendela membuat exclosure di rumah ini cukup tinggi.

Gambar 5.18. Jendela rumah b. Privacy Antara Laki-laki dan Perempuan

Menjaga privat antar gender juga penting bagi penghuni rumah ini, tetapi hampir di setiap ruang tidak ada pemisah, begitu juga untuk penggunaan kamar mandi tak ada pemisahan gender. Tetapi pemisahan ruang publik dengan ruang privasi seperti wc ada pemisahan dinding masif, yang membuat pengguna wc merasa aman baik itu laki-laki maupun perempuan.

c. Privacy Keluarga – Kerabat

Dalam berkeluarga sangat menghormati tamu/kerabat yang datang ke rumah. Untuk menjaga privasi dan kerabat, keluarga ini bahkan menyediakan ruang kamar dan ruang ruang umum seperti ruang keluarga dan ruang tamu.

(59)

Gambar 5.19. Privacy area

2. Modesty

Dalam Islam berperilaku sopan mengacu pada sikap pemalu, sopan, kerendahan hati dan tidak melakukan tindakan ekstrem. Dalam keluarga ini, perempuan memiliki sikap pemalu, sopan dalam menutupi diri dengan pakaian yang menutup aurat, bersikap rendah hati dalam melayani dan menyayangi keluarganya dan orang lain serta tidak melakukan hal hal yang bisa merugikan orang lain. Adapun lelaki dalam keluarga ini juga menutupi auratnya jika bertemu dengan yang bukan mahram-nya.

Kesopanan Islam fisik lainnya dapat direpresentasikan dalam bentuk desain bangunan. Di rumah ini, ruang publik dan ruang semi publik tak ada pemisah, tetapi letak kamar mandi umum nya juga tak dapat dilihat langsung dari ruang tamu yang dibatasi oleh dinding masif yang memberikan kenyamanan privasi penggunanya.

(60)

Rumah seorang Muslim juga merupakan tempat untuk melakukan dan berlatih agama kegiatan seperti beribadah, belajar dan membaca Al-Quran. Untuk kegiatan beribadah keluarga ini menggunakan jalur akses antara ruang keluarga dan ruang dapur, untuk kegiatan sholat berjama’ah mereka menggunakan ruang keluarga. Karena di ruang keluarga tidak ada perabot ataupun furniture yang masif.

Gambar 5.20. Area Ibadah

Gambar 5.21. Modesty area kiblat

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran KELUARGA MUSLIM PERILAKU  HUNIAN KONTEMPORER MINIMALIS RUANG INTERNAL dihuni membentuk PRIVACY MODESTY HOSPITALITY TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3 TIPE 4
Tabel 3.1. Tabel variabel
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Gambar 4.3. Denah rumah 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, agar warga miskin yang ada di Kabupaten Sragen dapat menjadi peserta program jaminan sosial maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen membayarkan

&RQWRK SHQHUDSDQ WHNQRORJL GDODP SHQGLGLNDQ DGDODK Computer Based Testing &%7 (¿NDVL GLUL DGDODK NH\DNLQDQ VHVHRUDQJ XQWXN PHQ\HOHVDLNDQ WXJDV 8ML .RPSHWHQVL 0DQGLUL

Ditinjau dari mekanika fluida fenomena yang berlangsung pada pompa ini berlaku aliran mampat (compressible), dimana densitas fluidanya besar dan konstan dan perbedaan

Fokus yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah capaian nilai estetis dan struktur melodi pada karya Middernacht Harmony in D Minor dengan.pendekatan teori General Criteria

di Kalimantan Timur dengan telah dilepasnya varietas baru jeruk keprok yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah (Jeruk Keprok Borneo Prima), termasuk

Formulasi terasi terbaik dari hasil penelitian ini adalah terasi dengan penambahan ekstrak rosella 5%, karena pada perlakuan 5% terasi memiliki nilai kadar air, protein,

Dengan Perancangan Data Warehouse di unit Patologi Anatomi RSMH data pasien yang terdiri dari informasi-informasi yang telah di proses lewat Lab seperti hasil

Berdasarkan masalah tersebut, penulis berusaha untuk membantu dengan menyediakan wadah yakni sebuah sistem informasi geografis berbasis mobile sebagai alternatif media