• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE

GUIDED INQUIRY DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MATEMATIK SISWA

(Pembelajaran Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012)

SKRIPSI

Oleh:

NINA ARIESTA K3308045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

ii

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE

GUIDED INQUIRY DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MATEMATIK SISWA

(Pembelajaran Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012)

Oleh:

NINA ARIESTA K3308045

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Artikel/Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Oktober 2012

Persetujuan Pembimbing Pembimbing I

Sri Retno Dwi Ariani., S.Si., M.Si.

NIP. 1971121 6199802 2 004

Pembimbing II

Drs. Haryono M. Pd.

NIP. 1952042 3197603 1 001

(4)

commit to user

iv

(5)

commit to user

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :...

Tanggal : ...

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Ashadi Sekretaris : Elfi Susanti V.H., S.Si., M.Si.

Anggota I : Sri Retno Dwi Ariani., S.Si., M.Si.

Anggota II : Drs. Haryono M. Pd.

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Nina Ariesta. K3308045. PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE GUIDED INQUIRY DAN PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI IPA 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012) Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan metode proyek dan metode guided inquiry , kemampuan matematik, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized Group Pretest-Posttest Design dimana kelas eksperimen 1 yang digunakan adalah kelas dengan pendekatan CTL metode pembelajaran Guided Inquiry dan kelas eksperimen 2 dengan pendekatan CTL metode pembelajaran Proyek. Populasi adalah siswa kelas XI SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah Anava Dua Jalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL melalui metode GI dan Proyek berpengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode GI lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan metode Proyek, ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 82,94 dan 76,66, prestasi afektif berturut-turut 79,19 dan 74,68, serta prestasi psikomotor berturut-turut 54,18 dan 48,58. (2) Kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, siswa dengan kemampuan matematik tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan matematik rendah, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 82,88 dan 75,14, prestasi afektif berturut-turut 79,31 dan 73,89, serta prestasi psikomotor berturut-turut 54,95 dan 46,93. (3) Tidak ada interaksi antara pendekatan CTL melalui metode GI dan Proyek dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Kata Kunci: Pendekatan CTL, Kemampuan Matematik, Metode Guided Inquiry, Metode Proyek, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Nina Ariesta. K3308045. THE EFFECT OF CHEMICAL LEARNING USING CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) APPROACH THROUGH GI (GUIDED INQUIRY) AND PROJECT METHOD TO STUDENT ACHIEVEMENT OVER VIEWED FROM MATEMATIC ABILITY ON SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT IN XI SCIENCE SMA N 1 KARANGANYAR ACADEMIC YEAR 2011/2012 Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. October 2012.

The purposes of the research were to know the effect of CTL approach through GI and Project Method, mathematic ability and their interaction toward student achievement in Solubility and Solubility Product material.

The method of the research was experimen method with factorial design 2x2. Population of the research was all student in grade XI science major of SMA N 1 Karanganyar academic year 2011/2012. The samples of the research were determined by cluster random sampling that consisted two classes. The 1st experiment class was GI method and the 2nd experiment was project method. The data collecting of the research were cognitive, affective and psychomotoric achievement. The data was analyzed by Two Way ANAVA.

The result of the research show that: 1) Chemical learning with CTL approach through GI and Proyek Method has effect to student achievement.

Student who has learned through GI method was be better than student who has learned through Proyek method, showed in the average of cognitive result 82,94 and 76,66, average of affective test result 79,19 and 74,68 , and the average of psycomotoric test result 54,18 dan 48,58. (2) Mathematic ability has effect to student achievement, student who has high mathematic ability has the better achievement than student who has low mathematic ability. It has been showed in cognitive test result 82,88 and 75,14, affective test result 79,31 and 73,89, and psycomotoric test result 54,95 dan 46,93. (3) There was not interaction between CTL approach through GI and Proyek method with mathematic ability to the student achievement.

Keyword : CTL Approach, Mathematic ability, Guided Inquiry method, Proyek Method, Solubility and Solubility Product

(8)

commit to user

viii MOTTO

Al Insyirah:5-6).

Chinmayananda

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Bapak dan Ibu Ardi, Roby

Sahabat- sahabatku (Oma, Rani, Mbak Ning, Anggri, Ncuz, Noby, Mei, Putry, Prita)

Teman-teman seperjuangan Prodi Kimia

Almamater

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak, skrpsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Sri Retno Dwi Ariani., S.Si., M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Drs. Haryono M. Pd., selaku pembimbing II yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. H. Sobirin M,M., M.Pd, selaku Kepala SMA N 1 Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

(11)

commit to user

xi

7. Dra. Sri Widayati, M,M, Selaku guru mata pelajaran kimia SMA N 1 Karanganyar yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak, Ibu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Mahasiswa kimia angkatan 2008 (special thanks to Oma, Rani, Mbak Ning, Anggri, Ncuz, Noby, Mei, thanks buat semua bantuan, doa dan dukungannya).

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, November 2012

Penulis

(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

ii PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v vi ABSTRACT... vii

MOTTO... viii

PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran... 8

2. ... 15

3. ... 16

4. Metode Pembelajaran... 20

5. Metode Guided Inquiry ... 22

6. M ... 26

(13)

commit to user

xiii

7. Kemampuan Matematik... 31 8. Prestasi Belajar ... 32 37 B. Penelitian Yang Relevan...

C. Kerangka Berfikir...

41 42 D. Hipotesis... 45 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 48 B. Metode Penelitian... 49 C. Variabel Penelitian... 50

D. Populasi dan Sampel 51

E. Teknik Pengumpulan Data... 52 F. ... 52

G. Teknik Analisis Data 61

1. Uji Prasyarat Analisis... 61 2. Uji Hipotesis...

3. Uji Lanjut

63 67 BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data... 69 72 C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas... 72 2. Uji Homogenitas... 72 73 D. Pengujian

E. Pengujian Hipotesis...

73 75 E. Pembahasan... 78

(14)

commit to user

xiv BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 94

B. Implikasi... 95

C. Saran... 95

DAFTAR PUSTAKA... 96

LAMPIRAN... 99

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010-2011 ... 3

Tabel 2.1. Tahapan pembelajaran Inkuiri 24

Tabel 2.2. Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry disertai Pendekatan

CTL 25

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian 44

Tabel 3.2. Desain Penelitian 45

Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Soal Tes Kognitif dan Tes Kemampuan Matematik... 53 Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Soal

Tes Kognitif dan Tes Kemampuan Matematik... 54 Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Tingkat kesukaran Soal Instrumen

Penilaian Kognitif dan Soal Kemampuan Matematik... 55 Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian

Soal Tes Kognitif dan Tes Kemampuan Matematik... 57

Tabel 3.7. Skor Penilaian Afektif 57

Tabel 3.8. Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Angket Afektif... 58 Tabel 3.9. Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Soal

Tes Afektif... 59

Tabel 3.10. Desain Penelitian 63

Tabel 3.11. Rangkuman Analisis Penelitian 66

Tabel 4.1. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah... 68 Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa... 71

(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa... 71 Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing

Kelompok 73

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi

Belajar 73

Tabel 4.6. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Kognitif... 74 Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak

Sama Prestasi Kognitif 74

Tabel 4.8. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif... 75 Tabel 4.9. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak

Sama Prestasi Afektif 75

Tabel 4.10. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Psikomotor... 76 Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak

Sama Prestasi Psikomotor 76

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran... 46 Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas GI dan

Proyek 70

Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas GI

dan Proyek 71

Gambar 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Kelas GI

dan Proyek 71

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus... 99

Lampiran 2 RPP... 101

Lampiran 3 LKS... 127

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Kognitif... 132

Lampiran 5 Soal Kognitif Try Out... 135

Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Kognitif... 137

Lampiran 7 Lembar Jawaban Soal Kognitif... 140

Lampiran 8 Soal Kognitif... 141

Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Kognitif... 142

Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Afektif... 148

Lampiran 11 Soal Instrumen Penilaian Afektif Try Out... 149

Lampiran 12 Soal Instrumen Penilaian Afektif ... 150

Lampiran 13 Lembar Penilaian Psikomotor... 152

Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Matematik... 155

Lampiran 15 Soal Tes Kemampuan Matematik Try Out... 156

Lampiran 16 Soal Tes Kemampuan Matematik... 157

Lampiran 17 Kunci Jawaban Soal Kemampuan Matematik... 160

Lampiran 18 Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Tes Kognitif 164 Lampiran 19 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Afektif... 165 Lampiran 20 Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya

Pembeda Soal Kemampuan Matematik 166

Lampiran 21 Nilai Ujian Tengah Semster Genap 167

Lampiran 22 Uji Normalitas Nilai Ujian Tengah Semster Genap 168 Lampiran 23 Uji Keseimbangan Nilai Ujian Tengah Semster Genap 170 Lampiran 24 Uji Homogenitas Nilai Ujian Tengah Semster Genap 171

Lampiran 25 Data Induk Penelitian 168

(19)

commit to user

xix

Lampiran 26 Perhitungan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif 169 Lampiran 27 Perhitungan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif 171 Lampiran 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Psikomotor 173

Lampiran 29 Uji Normalitas Data Penelitian 175

Lampiran 30 Uji Homogenitas Data Penelitian 202

Lampiran 31 Uji ANAVA Data Penelitian 208

Lampiran 32 Pembagian Kelompok 218

Lampiran 33 Dokumentasi Penelitian 220

(20)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pendidikan Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan meningkat seiring berkembangnya arus globalisasi. Perkembangan tersebut menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan. Kualitas pendidikan Indonesia yang tergolong masih rendah mendorong pemerintah untuk melakukan perbaikan. Untuk mencapai keberhasilan dalam perbaikan kualitas pendidikan,semua pihak yang bersangkutan seperti subyek, obyek dan fasilitator dalam pendidikan sangat berperan penting. Semua pihak yang bersangkutan tersebut memiliki andil yang besar dalam perbaikan pendidikan. Namun yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan adalah subyek dan obyek pendidikan itu sendiri.

Pemerintah telah mencanangkan berbagai usaha dalam memperbaiki mutu pendidikan, di antaranya dengan mengadakan perombakan dan pembaharuan kurikulum, Mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Kurikulum ini dicananangkan oleh pemerintah mulai tahun 2006. Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka paradigma lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru atau Teacher Centered Learning (TCL), sudah tidak diterapkan lagi.

Penerapan kurikulum KTSP yang diputuskan oleh pemerintah ini ternyata belum maksimal diterapkan di lapangan. Pada kenyataannya, guru cenderung masih menggunakan metode mengajar yang belum berpusat pada siswa. Padahal tujuan dari diberlakukannya KTSP adalah guru dituntut dapat menerapkan berbagai kreativitas dalam mengajar agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar, bersikap aktif, kreatif dan inovatif. Dalam kurikulum ini, guru hanya sebagai fasilitator, dan bukan sumber utama belajar.

(21)

commit to user

Pembelajaran kimia di sekolah saat ini masih teacher centered, artinya pembelajaran masih berpusat pada guru. Menurut hasil wawancara kepada guru yang mengampu mata pelajaran kimia di sekolah, yaitu di SMA N 1 Karanganyar, metode pembelajaran yang digunakan merupakan metode ceramah yang hanya sesekali diselingi dengan diskusi. Dengan metode ini, peran guru disini mutlak sebagai sumber utama belajar. Guru sering hanya menyampaikan materi pembelajaran tanpa mengajak peserta didik berpikir untuk menemukan konsep.

Sehingga, apa yang didapat oleh siswa belum bisa tertanam secara sepenuhnya di benak siswa. Padahal, apabila konsep yang dibangun dan ditemukan sendiri akan lebih tersimpan lama di benak siswa dan membuat siswa menjadi paham secara keseluruhan.

Materi kimia masih dianggap sulit bagi sebagian besar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan para peserta didik SMA N 1 Karanganyar, mereka beranggapan bahwa mata pelajaran kimia merupakan materi yang sulit. Khusunya, pada materi Kelarutan dan Hasil kali kelarutan. Apalagi dengan metode pembelajaran yang diterapkan yang belum berpusat pada siswa, siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran tersebut. Dari mulai konsep kimia itu sendiri, penerapan konsep matematika yang dihubungkan dengan aturan-aturan kimia tersebut menjadikan kimia dipandang sebagai ilmu yang rumit. Hal ini juga dikarenakan kimia merupakan ilmu abstrak. Apalagi, ilmu kimia yang disampaikan kepada siswa pada bangku SMA masih merupakan ilmu kimia yang dasar sehingga belum jelas terlihat aplikasi dan manfaatnya di kehidupan sehari- hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, mereka belum banyak yang tahu tentang aplikasi atau penerapan kimia di dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, kimia merupakan ilmu yang sangat berkaitan dan aplikatif dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan, guru belum menekankan tentang pentingnya belajar kimia untuk kehidupan sehari-hari, bukan hanya karena prasyarat untuk memenuhi pembelajaran di sekolah. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang bergairah dalam belajar.

Materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan materi yang sarat dengan hitungan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam materi ini

(22)

commit to user

dibutuhkan kemampuan matematik yang tinggi untuk menerjemahkan kalimat kimia ke dalam persamaan matematik dan sebaliknya. Kemampuan matematik meliputi: (1) Understanding Number, (2) Non-Numerical Processes, (3) Computation and Knowledge. Namun demikian, kemampuan yang diperlukan pada materi hitungan seperti pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan adalah Understanding Number dan Computation and Knowledge (Kovas, 2007:

556).

Dengan adanya banyak faktor yang masih belum diperhatikan tersebut, maka hasilnya adalah hasil prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar siswa khususnya untuk materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan sebelum dilakukan remidi belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.

Prestasi belajar siswa kelas XI IPA tahun pelajaran 2010/2011 pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010-2011 No Kelas Nilai rata-rata

(%) (%)

1. XI-IPA 1 68,38 44,12 55,88

2. XI-IPA 2 69,47 50 50

3. XI-IPA 3 73,58 42,42 57,58

4. XI-IPA 4 68,55 46,67 53,33

5. XI-IPA 5 69,75 59,42 40,58

Berpijak pada hal-hal tersebut, maka dalam kegiatan belajar mengajar kimia sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Penulis menggunakan strategi pembelajaran berupa pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa. Penulis berusaha mengemas materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan menjadi materi yang menarik, dengan menghubungkan dan memperkenalkan pentingnya materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, agar pembelajaran menjadi menarik, penulis menggunakan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ruhizan M Yasin dan kawan-kawan dengan judul

(23)

commit to user

Development of Generic Employability Skills Through Peer Interaction and menyimpulkan bahwa dengan penggunaan pendekatan CTL meningkatkan kemampuan umum mahasiswa 19% dan 22%. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan ini maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Dengan pendekatan tersebut, siswa akan tahu apa makna dari pembelajaran materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa menjadi tidak jenuh dalam belajar (Ruhizan M Yasin, dkk, 2011:1).

Penulis juga menggunakan metode guided inquiry dan metode proyek.

Dengan pembelajaran menggunakan metode guided inquiry dan metode proyek ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih termotivasi, aktif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Metode ini sama-sama menekankan bahwa pembelajaran terpusat kepada siswa.

Dalam metode pembelajaran guided inquiry, siswa diberi sarana untuk menemukan. Siswa dilatih untuk berpikir, dan memecahkan masalah. Guided Inquiry memiliki tujuan mengembangkan tingkat berpikir dan juga ketrampilan berpikir kritis. Metode guided inquiry merupakan metode inquiry yang dilaksanakan dengan bimbingan. Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaan dibuat dari guru, siswa tidak merumuskan masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Petunjuk tersebut biasanya berupa pertanyaan- pertanyaan yang sifatnya membimbing. Dengan metode ini, untuk materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan akan lebih variatif. Siswa juga akan memilki motivasi yang tinggi untuk menemukan sendiri konsep dari materi dan dilatih menjelaskan hasil temuanya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah tersebut.

Metode proyek merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu

(24)

commit to user

disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk yang nyata ( Wena, 2009:145).

Penggunaan metode proyek ini memungkinkan siswa memiliki kebebasan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Siswa lebih bebas bekerja sama, lebih termotivasi dalam belajar dan siswa bisa merumuskan permasalahan sendiri untuk memecahkan masalah. Hal ini akan membuat siswa merasa nyaman karena adanya perbedaan karakteristik siswa yang satu dengan yang lain yang mungkin memilki cara-cara sendiri unruk memecahkannya.

Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan adalah salah satu materi pokok yang diajarkan pada siswa SMA 1 Karanganyar kelas XI IPA semester genap.

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan materi kimia yang mempelajari tentang fenomena pengendapan. Materi ini tidak hanya melibatkan kegiatan praktikum di laboratorium tetapi juga melibatkan tentang pemahaman konsep dalam materi. Sehingga, metode proyek dan metode guided inquiry ini kemungkinan tepat untuk mennyajikan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dan diharapkan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL dengan metode guided inquiry dan proyek berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan?

2. Apakah kemampuan matematik siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan?

3. Adakah interaksi antara pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL menggunakan metode guided inquiry dan proyek dengan kemampuan

(25)

commit to user

matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memilki tujuan untuk mengetahui :

1. Apakah pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL dengan metode proyek dan metode guided inquiry berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

2. Apakah kemampuan matematik siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

3. Adakah interaksi antara pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL menggunakan metode guided inquiry dan proyek dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan alam tentang penggunaan metode proyek dan guided inquiry

b. Sebagai alternatif untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran kimia melalui metode proyek dan guided inquiry.

c. Sebagai pijakan dalam mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan metode proyek dan guided inquiry.

d. Kepada guru agar memperhatikan kemampuan matematik yang berbeda pada siswanya dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Manfaat Praktis

(26)

commit to user

a. Memberikan masukan dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan dapat lebih mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia yang menggunakan metode proyek dan guided inquiry ditinjau dari kemampuan matematik pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.

(27)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran

Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sardiman (2007: 47) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57).

Dalam pengertian lainnya, Winkel dalam Eveline mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstern sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya (2010: 15).

Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam peristiwa belajar.

Sehingga, berdasarkan uraian beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara terarah, sengaja dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

a. Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam the Guidance of Learning Activities W.H Burton dalam Eveline mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu

(28)

commit to user

dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (2010: 14).

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek- aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction

perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap (2010: 18).

Sardiman (2007: 20) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Oemar Hamalik (2003:

28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :

1) Kemampuan otak yang berkembang

2) Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi 3) Ada penerapan pengetahuan

4) Menyimpulkan makna

5) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas 6) Adanya perubahan sebagai pribadi

Dari beberapa pengertian belajar di atas dari beberapa pakar pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kompleks yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat adanya interaksi

(29)

commit to user

antara individu dengan lingkungannya untuk memperoleh tujuan tertentu yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk dapat lebih memahami pengertian belajar dan bagaimana proses belajar, berikut ini adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para tokoh yang mendukung dan mendasari pada pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

b. Teori-Teori Belajar

Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Adapun teori-teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Teori belajar konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme atau konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si pebelajar itu sendiri.

Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994) dalam Eveline mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Sementara Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru (2010: 20).

Nur dalam Trianto mengemukakan bahwa dalam teori konstruktivis ini satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa (2010: 28). Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

(30)

commit to user

Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode proyek dan inkuiri terbimbing mengarah ke teori belajar konstruktivisme, karena dalam metode ini siswa dituntut untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan kepada siswa, tapi siswa dituntun untuk menemukan.

2) Teori Belajar Kognitif

Teori ini lebih menekankan pada proses belajar daripada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus dan respons tetapi proses berpikir yang sangat kompleks. Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif adalah :

a) Robert M Gagne

Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori pemrosesan informasi yang dikemukakan Gagne, menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia (Eveline, 2010: 31).

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi yaitu:

(1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

(2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi

Gagne dalam Slameto (1995: 14-15) mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang The domains of learning

(1) Ketrampilan motoris (2) Informasi verbal (3) Kemampuan intelektual (4) Strategi kognitif

(5) Sikap b) Jean Piaget

Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi adalah proses

(31)

commit to user

pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.

Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (Eveline, 2010: 32).

Menurut Piaget dalam Dahar (1989: 152) tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak dikelompokan menjadi empat tahap, yaitu (1) Sensory-motor (0-2 tahun) yaitu anak mengenal lingkungan dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motorik). (2) Pra-operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi mental dan tidak mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. (3) Operasional konkret (7-11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis; dan (4) Operasional formal (11 tahun keatas), pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa- peristiwa yang konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.

Berpijak dari teori di atas, maka metode proyek dan metode Guided Inquiry sesuai dengan teori belajar kognitif Piaget. Di sini, siswa mengintegrasi apa yang diamati ke ranah kognitif atau asimilasi, kemudian menyesuaikan struktur kognitif dengan apa yang mereka pikirkan dengan situasi yang baru atau akomodasi, dan menyeimbangkan antara apa yang ada dipikiran dan dengan yang diamati melalui percobaan kelarutan.

3) Ausubel

Ausubel dalam Dahar (1989: 154) menyatakan dua prinsip, yaitu mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan prinsip rekonsiliasi integratif.

Dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus. Guru hendaknya menunjukkan pada siswa

(32)

commit to user

bagaimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu salaing berkaitan. Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa, hingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki-hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.

Pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan demikian guru akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memilki logika berpikir yang baik, agar dapat memilah milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami (Eveline, 2010: 32).

Berpijak dalam teori belajar Ausubel, maka metode proyek dan inkuiri terbimbing sesuai dengan teori tersebut. Pada kedua metode ini pembelajaran bermakna terjadi ketika diskusi kelompok dalam membuat konsep percobaan untuk memecahkan masalah. Dalam proses diskusi tersebut masing-masing siswa dalam kelompoknya menyamakan persepsi atau pendapat sehingga masing-masing siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan struktur kognitif yang sebelumnya sudah ada pada siswa. Hal ini akan dapat meminimalisir kesalahan konsepsi pada masing-masing siswa untuk memahami konsep percobaan dan membuat situasi belajar pada siswa tidak hanya sekedar hafalan tetapi menjadi lebih bermakna.

4) Bruner

Menurut Eveline, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, definisi, teori dan sebagainya) melalui contoh- contoh yang mewakili aturan yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk mengetahui kebenaran umum (Eveline, 2010: 34).

Bruner mengemukakan dalam Dahar (1989: Belajar melibatkan tiga proses dalah, 1) memperoleh informasi baru, 2) transformasi informasi, dan 3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari infomasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi, atau dengan

(33)

commit to user

mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan itu cocok dengan tugas yang ada.

Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh dari Bruner adalah model yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discover learning).

Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kelebihan, 1) pengetahuan ini bertahan lama dan lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara yang lain, 2) hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, 3) secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih ketrampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri, membangkitkan keingintahuan siswa, dan memberikan motivasi untuk terus belajar sampai menemukan jawaban-jawaban.

Berdasarkan teori tersebut, metode proyek dan metode inkuiri terbimbing termasuk dalam teori Bruner. Dalam metode ini, siswa dituntun untuk menemukan konsep yang ada pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang dibantu dengan pendekatan Contextual Teaching and learning (CTL).

2. Pendekatan

Pendekatan merupakan proses penyajian isi materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan menggunakan beberapa pilihan (Student Centre dan Teacher Centre). Berbagai macam contoh dari pendekatan yaitu PPSI (Prosedur Pengembangan Siatem Instruksional) CBSA, ketrampilan proses, open ended, kontekstual, tematik, realistik, kooperatif, PAKEM dll (Depdiknas, 2009: 1).

(34)

commit to user

Sedangkan menurut Gulo (2002: 4) pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program pembelajaran. Sudut pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang guru dalam menghadapi persoalan. Seorang guru yang professional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dari beberapa uraian tentang pendekatan, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan sudut pandang yang digunakan dalam menyajikan isi materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pendekatan terhadap pembelajaran. Bagaimana seorang guru bisa membawa peserta didiknya untuk mempunyai sudut pandang tertentu pada materi pembelajaran. Sehingga, pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang sarat dengan konsep kimia dan perhitungan ini penulis mengemas materi ini dengan menggunakan pendekatan CTL.

3. Pendekatan CTL

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2010: 14) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri.

Sedangkan Trianto (2010: 104) menyatkan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja.

CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen

(35)

commit to user

utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Tugas guru dalam memfasilitasi proses tersebut adalah :

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendri dalam belajar.

b. Inkuiri (inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya, siklus inkuiri terdiri dari:

1) Observasi 2) Bertanya

3) Mengajukan dugaan 4) Pengumpulan data 5) Penyimpulan c. Bertanya (questioning)

Bertanya dalam pelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri.

(36)

commit to user

Dalam sebuah pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, 2) Mengecek pemahaman siswa,

3) Membangkitkan respon kepada siswa

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,

6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa d. Masyarakat belajar

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakn pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar yang siswanya dibagi secara heterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi dari satu arah. Kegiatan saling belajar bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk pihak saling mendengarkan.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu- satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Pada akhir pelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa:

1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya di hari itu

(37)

commit to user

2) Catatan atau jurnal di buku siswa

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu 4) Diskusi

5) Hasil karya

g. Penilaian autentik (Authentic Assesment)

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru. karakteristik penilaian autentik yaitu:

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

3) Yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 4) Berkesinambungan

5) Terintegrasi

6) Dapat digunakan sebagai feedback

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Depdiknas dalam Trianto, 2010: 111).

Secara garis besar, langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas menurut Trianto (2010: 111) sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

(38)

commit to user

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual menurut Sugiyanto (2010:

23) yaitu:

1) Pengalaman nyata

2) Kerja sama, saling menunjang 3) Gembira, belajar dan bergairah 4) Pembelajaran terintegrasi 5) Menggunakan berbagai sumber 6) Siswa aktif dan kritis

7) Menyenangkan, tidak membosankan 8) Sharing dengan teman

9) Guru kreatif

CTL bertjuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.

4. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam pembelajaran. Metode mengajar sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode mengajar, yaitu:

a. Tujuan yang hendak dicapai

Setiap guru harus mengerti dengan jelas tentang tujuan pendidikan. Pengertian akan tujuan pendidikan itu mutlak perlu, sebab tujuan itulah yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah daripada tindakan-tindakannya dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. disamping menjadi sasaran dan pengarah, tujuan pendidikan dan pengajaran juga berfungsi sebagai kriteria pemilihan dan penentuan alat-alat, termasuk metode yang akan digunakan untuk mengajar.

Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut dijabarkan menjadi tujuan khusus yang akan membuat guru mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapainya dalam mengajar. Dengan mengetahui apa yang hendak dicapainya itu,

(39)

commit to user

maka guru dapat pula mempersiapkan alat-alat yang akan dipakainya serta metode yang tepat akan digunakannya.

b. Pelajar

Para pelajar yang akan menerima dan mempelajari bahan pelajaran yang disajikan guru harus pula diperhatikan dalam memilih metode mengajar. Hal ini dikarenakan masing-masing metode memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh pelajar dan harus disesuiakan dengan kemampuan perkembangan serta kepribadian para pelajar. Ini perlu, sebab apabila guru ingin berhasil dalam memajukan pribadi pelajar, maka metode mengajarnya haruslah dapat mengena kepada pelajar yang bertipe visual, auditif, motoris dan campuran.

c. Bahan pelajaran

Bahan pelajaran yang menuntut kegiatan penyelidikan oleh pelajar hendaknya disajikan melalui metode unit atau metode proyek. Apabila bahan peljaran mengandung problem-problem akan disajikan melalui metode pemecahan masalah.

d. Fasilitas

Faktor fasilitas antara lain alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, tempat dan alat- alat praktikum, buku-buku, perpustakaan.

e. Guru

Metode mengajar menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi misalnya tiap guru yang akan menggunakan metode tertentu, guru harus mengerti tentang metode tersebut dan trampil menggunakan metode itu.

f. Situasi

Situasi yang dimaksud disini adalah keadaan pelajar, keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan kelas-kelas yang berdekatan dengan kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode tertentu.

g. Partisipasi

Partisipasi adalah turut aktif dalam suatu kegiatan. Apabila guru ingin agar para pelajar aktif secara merata dalam suatu kegiatan, guru tersebut tentunya akan menggunakan metode kerja kelompok.

(40)

commit to user

Alasan pemakaian metode mengajar yang bermacam-macam menurut Suradji (2011: 115) yaitu:

1) Menambah pengalaman

2) Mencegah serta mengurangi kelelahan dan kebosanan 3) Membangkitkan minat serta perhatian

4) Membina kerja sama

5) Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran 5. Metode Guided Inquiry

Metode pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah. Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Guru menggunakan teknik ini memilki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri,dan mereka belajar bersama dalam kelompok.

Menurut Indrawati dalam Trianto (2011: 134) menyatakan bahwa, suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara memperoleh informasi.

a. Pengertian inkuiri

Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah 1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; 2) keterarahan kegiatan belajar secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; 3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

(41)

commit to user

Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :

1) Aspek sosial kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;

2) Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta) Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah:

1) Motivator ,memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4) Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas 5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan

6) Manajer; mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas 7) Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa Menurut Sumanto (1998: 48) pendekatan inkuiri dibedakan:

1) Guided inquiry (inkuiri terbimbing), yaitu guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat guru dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/ penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.

2) Free inquiry (inkuiri bebas), yaitu siswa diberi kebebasan untuk melakukan sendiri tetapi sangat sulit melakukan inkuiri sebab siswa masih perlu bimbingan.

3) Modified free inquiry (inkuiri bebas termodifikasi), yaitu guru menyediakan masalah untuk siswa dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan/

kelompok. Bantuan yang bisa diberikan ke siswa berupa pertanyaan- pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berfikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.

(42)

commit to user

b. Proses inkuiri

Gulo (2002) menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

c. Sintaks Pembelajaran Inkuiri

Tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (1996) seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku guru

1) Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis.

Guru membagi siswa dalam kelompok

2) Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan

3) Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah- langkah percobaan

4) Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5) Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada

tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

6) Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

(43)

commit to user

Trianto(2011:141-142) Sehingga, tahapan pembelajaran pendekatan pembelajaran CTL menggunakan metode guided inquiry dengan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2. Tahapan Pembelajaran Pendekatan CTL melalui Guided Inquiry

Fase Perilaku Guru

1) Memberikan gambaran nyata yang terjadi dalam kehidupan terkait dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis.

Guru membagi siswa dalam kelompok

2) Merancang kegiatan untuk menemukan konsep terkait dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

- Menyajikan pertanyaan atau masalah

- Membuat hipotesis - Merancang percobaan - Melakukan percobaan

untuk memperoleh informasi

- Mengumpulkan dan menganalisis data

- Membuat kesimpulan

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Guru memberikan langkah kerja atau petunjuk praktikum pada siswa. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kegiatan inquiry yang telah dilakukan dengan konsep

4) Menciptakan masyarakat belajar

Guru membimbing siswa untuk berdiskusi

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran

Guru menghadirkan model contoh pembelajaran

6) Melakukan refleksi Guru mengecek pemahaman siswa 7) Melakukan penilaian Guru melakukan penilaian

Trianto (2010:141) Sudjana (1989) dalam Trianto (2010: 172) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:

(44)

commit to user

1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa

2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis

3) Mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan

4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi 5) Mengaplikasikan kesimpulan

Adapun teknik inkuiri menurut Roestiyah (2008: 76-77) ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) self-concept

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri

5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

9) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi

Kelemahan metode ini, dalam hal waktu yang dipakai akan lebih banyak dibandingkan dengan metode lain. Jika proses pembelajaran kurang terarah, maka dapat membuat materi pelajaran menjadi kabur dan pemahaman siswa tentang konsep materi pelajaran menjadi salah.

6. Metode Proyek

Metode proyek merupakan suatu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja

(45)

commit to user

proyek yang memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada pertanyaan dan masalah yang menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan untuk bekerja secara mandiri dengan tujuan bahwa siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya (Wena, 2009: 144).

a. Karakteristik Pembelajaran Proyek

Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Wena (2009: 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Siswa membuat keputusan dan kerangka kerja

2) Terdapat masalah yang pemecahnnya tidak ditentukan sebelumnya 3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil

4) Siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan

5) Siswa melakukan evaluasi secara continue

6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan

7) Kelas memilki atmosfir yang member toleransi kesalahan dan perubahan

Yang pokok dalam metode proyek ialah .

Pelajar itu sendiri harus menerima proyek dan melaksanakannya. Aspek dalam metode proyek yang dikemukakan oleh Mursell dan Nasution (2006: 14) yaitu:

1) Menentukan tujuan 2) Merencanakan 3) Melaksanakan 4) Menilai

b. Langkah-langkah Metode Proyek

Tahapan metode proyek dikemukakan oleh Suradji (2011: 52) yaitu:

1) Langkah pertama yaitu pelajar dihadapkan kepada bahan pelajaran (suatu proyek) untuk dipelajari dan dikerjakan

2) Langkah kedua yaitu pelajar (dengan sedikit petunjuk dari guru) disuruh membuat rencana kerja untuk mengerjakan/mempelajari proyek/bahan pelajaran. Dalam langkah kedua ini pelajar melihat

(46)

commit to user

kemungkinan-kemungkinan yang harus dihadapi atau dikerjakan.

Setelah melihat kemungkinan-kemungkinan itu mereka melihat cara- cara yang akan ditempuh dalam mempelajari atau mengerjakan proyek/bahan pelajaran tersebut.

3) Langkah ketiga yaitu pelajar memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh, kemudian menyediakan alat-alat yang diperlukan, setelah itu langsung menetapkan cara yang telah ditetapkan itu untuk mempelajari atau mengerjakan proyek.

4) Langkah keempat yaitu pelajar mengolah data, membuat kesimpulan- kesimpulan dan melaporkan hasil yang diperoleh.

Gambar

Tabel 4.3.  Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa.....  71  Tabel 4.4.  Uji  Normalitas  Data  Nilai  Prestasi  Belajar  pada  Masing-masing
Gambar 4.2.  Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas GI
Tabel  1.1.  Nilai  rata-rata  ulangan  pada  materi  kelarutan  dan  hasil  kali  kelarutan  siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010-2011  No  Kelas  Nilai rata-rata
Tabel 2.1 Tahapan pembelajaran Inkuiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan membedakan biaya modal, kualitas laba dan profitabilitas perusahaan yang melaporkan laporan laba rugi komprehensif

Vaginitis adalah penyakit reproduksi wanita dengan kondisi vagina yang mengalami infeksi.. Infeksi pada vagina disebabkan oleh beberapa jenis mikroorganisme, yaitu

Pekerjaan yang dilakukan meliputi desain, konstruksi dan pengujian mesin injection molding kecil yang mampu membentuk produk plastik ukuran kecil dengan menyuntikkan

Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran, reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru, dan informasi

Rapat dibuka oleh Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 telah ditetapkan

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi ekspor dan investasi baru di bidang pemanfaatan hutan dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan

selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan perhatiannya dalam memberikan

Domain penalaran ( reasoning ) berkaitan dengan penyelesaian masalah non- rutin, konteks yang kompleks dan banyaknya langkah penyelesaian masalah (Mullis, dkk.,