• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ALAM DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ALAM DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ALAM DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SINTA MANIK 141201057

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ALAM DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

SINTA MANIK 141201057

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ALAM DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

SINTA MANIK 141201057

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Universitas

Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)
(5)

ABSTRAK

SINTA MANIK. Dampak pendapatan masyarakat Pasca Bencana Alam Di Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara di bawah bimbingan oleh ACHMAD SIDDIK THOHA.

Air Terjun Dua Warna merupakan salah satu objek wisata alam yang berada di Desa Badar Baru Kecamatan Sibolangit. objek wisata ini mengalami bencana alam yang mengakibatkan adanya korban jiwa dan kerusakan lainya sehingga pengunjung berkurang dan berdampak pada pendapatan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan persentase pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah terjadinya bencana alam dan mengetahui dampak ekonomi pasca terjadinya bencana alam di sekitar lokasi Air Terjun Dua Warna.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis deskriptif, data yang dikumpulkan berupa data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan desa, kecamatan dan lembaga terkait teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunkan purposive sampling dengan sampel yang digunakan adalah 10 % dari jumlah populasi. Hasil dari penelitian menunjukkan Persentase perubahan penurunan pendapatan masyarakat yang paling banyak akibat bencana alam adalah pada golongan tinggi yaitu >Rp. 2.000.000 sebanyak 65 % sebelum terjadinya bencana alam dan 5 % setelah terjadinya bencana alam. Dan pendapatan masyarakat setelah terjadinya bencana alam yang paling banyak adalah pada golongan sedang dan Bencana yang terjadi di Air Terjun Dua Warna memiliki dampak terhadap ekonomi masyarakat sekitar yaitu hilangnya mata pencaharian tertentu dan menurunya pendapatan masyarakat sekitar.

Kata kunci : Ekowisata, Air Terjun Dua Warna, Desa Bandar Baru, Ekonomi, Bencana alam

(6)

ABSTRACT

SINTA MANIK. The income impact of the community in the aftermath of the Natural Disaster in the Dua Warna Sibolangit Waterfall in North Sumatra under the guidance of ACHMAD SIDDIK THOHA.

Dua Warna Waterfall is one of the natural attractions in Badar Baru Village, Sibolangit District. this tourist attraction experienced a natural disaster which resulted in casualties and other damage so that visitors reduced and had an impact on people's income. This study aims to determine the change in the percentage of community income before and after the occurrence of natural disasters and find out the economic impact after the occurrence of a disaster around the location of the Dua Warna Waterfall

The method used in this study uses quantitative research methods with descriptive types, data collected in the form of primary data obtained through interviews and direct observation while secondary data obtained from village, sub-district and institutional government agencies related to the sampling technique used in this research is to use purposive sampling with the sample used is 10% of the total population. The results of the study show that the highest percentage of changes in the decline in people's income due to natural disasters is in the group of> Rp. 2,000,000 as much as 65% before the occurrence of natural disasters and 5% after the occurrence of natural disasters. And the income of the community after the most natural disasters is in the middle class and natural disasters that occur in Dua Warna Waterfall have an impact on the economy of the surrounding community, namely the loss of certain livelihoods and the decreasing income of the surrounding community.

Keywords: Ecotourism, Dua Warna Waterfall, Bandar Baru Village, Economy, Natural Disasters

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Pematang Siantar, Provinsi Sumtera Utara pada tanggal 23 November 1996 dari pasangan ayah Saor Manik dan ibu Nurhayati Siahaan. Penulis merupakan anak terakhir dari enam bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Kecupak II Kabupaten Pakpak Bharat dan lulus pada tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Pergettenggetteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, minat Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar kampus yaitu UKM KMK USU dan sebagai anggota HIMAS USU. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2016 di Kawasan Hutan Mangrove Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau (5 Februari – 6 Maret 2018 ).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Ekonomi Pasca Bencana Alam Di Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah Saor Manik dan Ibu Nurhayati Siahaan yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal yang diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan .

2. Bapak Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, serta memberikan perbaikan dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

3. Seluruh masyarakat Desa Bandar Baru khususnya masyarakat sekitar lokasi Air Terjun Dua Warna, dan kepada Bapak Ramlan Barus selaku kepala UPT TAHURA Bukit Barisan yang telah banyak membantu dalam memproleh data yang dibutukan dalam skripsi ini.

4. Rekan tim penelitian Zulfa Husna, Arnidah Sari, Boki, Khairunnisa Kudadiri yang telah memberikan semangat dan kerjasama saat melakukan penelitian, serta teman-teman angkatan 2014 di Program Studi Kehutanan .

(9)

5. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang- orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan

Medan, November 2018 Penulis

Sinta Manik

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP.. ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan ... 4

Air Terjun Dua Warna ... 5

Ekowisata ... 5

Pengaruh Ekowisata Terhadap Perekonomian Masyarakat ... 8

Prinsip Ekonomi. ... 9

Bencana dan Banjir Bandang… ... 9

Penyebab Banjir Bandang.. ... 11

Dampak Bencana Terhadap Perekonomian Masyarakat. ... 11

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian... 13

Bahan dan Alat ... 13

Pengumpulan Data ... 13

Teknik Sampling…... 13

Sampel. ... 14

Metode Pengumpulan Data. ... 14

Teknik Analisis Data. ... 15

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum lokasi Penelitian. ... 16

Karektristik masyarakat. ... 16

Aktivitas Ekonomi Masyarakat. ... 18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 23

Saran. ... 23

DAFTAR PUSTAKA.. ... 24

LAMPIRAN.. ... 27

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Perbandingan Jenis Kelamin Responden ... 16 2. Perbandingan Kelas Umur Responden... 17 3. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden ... 17 4. Jenis Mata Pencaharian Di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit di Desa Bandar Baru Kecamtan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang . ... 18

5.

Rata–rata Pendapatan Sebelum Dan Sesudah Terjadinya Banjir

Bandang ... 19 6. Golongan pendapatan . ... 20 7. Persentase Pendapatan/ Penghasilan Responden Sebelum Dan Sesudah

Terjadinya Banjir Bandang Di Ekowisata Air Terjun Dua Warna. ... 20

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuisioner Masyarakat Yang Menjadi Responden ... 27 2. Keadaan Umum Bumi Perkemahan Sibolangit... 29

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dilihat dari fungsi hutan yang dapat dirasakan bagi kehidupan masih banyak yang tidak menjaga dan melestarikan hutan sehingga terjadi kerusakan hutan dan menimbulkan berbagai bencana untuk itu perlu dilakukannya pengelolaan hutan. Tujuan pengelolaannya yaitu mencegah kerusakan lingkungan lebih jauh yang diakibatkan oleh terganggunya fungsi tata air, peningkatan erosi dan resiko banjir serta longsor yang dapat merugikan masyarakat sekitar hutan maupun di hilirnya (Purbawiyatna dkk., 2012)

Dampak yang timbul akibat konflik yang terjadi adalah timbulnya Bencana longsor adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa.

Tercatat 156 orang tewas, 168 jiwa luka-luka, 52.930 jiwa mengungsi dan menderita, dan 7 ribu lebih rumah rusak akibat longsor selama 2017. Beberapa kerusakan dan kerugian akibat bencana yang terjadi pada tahun 2017 antara lain adalah banjir dan tanah longsor pengaruh Siklon Tropis Cempaka sekitar Rp 1,13 trilyun, banjir Belitung Rp 338 milyar, banjir dan longsor di Lima Puluh Koto Rp 253 milyar, longsor Cianjur Rp 68 milyar dan lainnya. Tentu saja bencana ini banyak berpengaruh pada masyarakat yang terdampak. Bencana memerosotkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (BNPB, 2017).

Hal yang paling dirasakan oleh manusia akibat terjadinya bencana alam adalah kerugian ekonomi. Banjir memberikan dampak pada kegiatan aktivitas masyarakat maupun pemerintah baik dari sisi sektor perdagangan, pertanian, perkantoran, maupun pemerintahan, dalam hal ini tentunya berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat (Yunida dkk., 2013).

(15)

Banjir bandang melanda Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 15 Mei 2016 tepatnya di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan salah satu wilayah dengan potensi wisata di Indonesia. Berdasarkan pusat krisis kesehatan pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 17:45 WIB, proses evakuasi masih dilakukan terhadap korban yang masih belum ditemukan, korban yang meninggal sebanyak 15 orang yang sudah dievakusi ke pos kesehatan, 7 diantaranya dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Polda Sumatra Utara. Terhitung sejak tanggal 20 Mei 2016 jumlah korban banjir bandang ini mencapai 26 orang dengan rincian 19 orang meninggal dunia, 4 orang hilang 1 orang luka berat/ rawat inap, 2 orang luka ringan / rawat jalan. Banjir yang disertai longsor terjadi di kawasan wisata populer di Sibolangit (Kemenkes, 2016).

Dilihat dari jumlah korban jiwa dan kerusakan - kerusakan yang dialami masyarakat di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit mengalami dampak dari segi ekonomi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan karena informasi kerugian ekonomi pasca terjadi bencana alam belum diketahui. Hasil dari penelitian- penelitan sebelumnya belum pernah ada melakukan penelitian terkait kerugian pendapatan masyarakat pasca terjadinya banjir Bandang di Sibolangit. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.

Tujuan penelitian

1. Mengetahui perubahan persentase pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah terjadinya banjir bandang di sekitar lokasi Air Terjun Dua Warna.

2. Mengetahui dampak ekonomi pasca terjadinya bencana banjir bandang di sekitar lokasi Air Terjun Dua Warna.

(16)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penilitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi kepada pemerintah dan masyarakat guna meningkatkan kondisi pendapatan masyarakat pasca bencana alam.

2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sumberdaya alam bagi kehidupan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya lama hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan mempunyai tiga fungsi yaitu hutan produksi hutan lindung, dan hutan konservasi.

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya ( UU No 41, 1999).

Fungsi hutan sangat penting bagi kehidupan. Manfaat atau fungsi hutan bagi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung sangat banyak dan beragam. Hutan tidak saja sebagai sumber kayu dan hasil hutan lainnya yang memberikan manfaat ekonomi. Secara tidak langsung hutan akan memberikan pengaruh pada kehidupan di hilirnya. Hutan juga mempunyai fungsi perlindungan terhadap tata air. Dengan adanya seresah di lantai hutan dan struktur tanah gembur, air hujan terserap dan masuk ke dalam tanah. Karena itu dalam musim hujan debit maksimum air dapat dikurangi, dengan demikian bahaya banjir berkurang (Windiani, 2010).

(18)

Air Terjun Dua Warna Sibolangit

Status kawasan Air Terjun Dua Warna merupakan kawasan TAHURA bukit barisan dengan fungsi hutan konservasi sesuai dengan peraturan presiden No. 88 tahun 1988. Tentang penunjukan kelompok hutan Sibolangit menjadi kawasan Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan.

Kelompok hutan Sibolangit seluas 51.600 ha yang ada di Sumatera Utara mempunyai fungsi sebagai sarana bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, pembinaan generasi muda dan pariwisata, bahwa sebagai salah satu upaya konservasi sumber plasma nutfah. Kelompok hutan Sibolangit perlu dibangun di dalam areal yang cukup luas dan besar jumlah koleksinya sebagai taman hutan, bahwa dengan memperhatikan arti penting dan fungsi taman hutan tersebut, dipandang perlu membangun kelompok hutan Sibolangit sebagai taman Hutan Hutan Raya Bukit Barisan. Membangun dan mengembangkan kelompok hutan Sibolangit seluas 51.600 Ha (lima puluh satu ribu enam ratus hektar) sebagai Taman Hutan Raya dengan nama Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Taman Hutan Bukit Barisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sesuai dengan fungsi hutan dan tugasnya dikelola oleh Departemen Kehutanan dengan mengikutsertakan unsur-unsur Pemerintahan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara, perguruan tinggi dan tokoh-tokoh pemerintahan setempat (Keppres No 48, 1988).

Ekowisata

Ekowisata merupakan alternatif wisata fantasi yang banyak diminati karena manfaatnya yang bersifat alami, segar, relatif murah, dan relatif mudah dalam pemeliharaan. Adapun kegiatan wisata alam dilakukan masyarakat biasanya dengan tujuan memperoleh suasana baru yang lebih menyenangkan dan

(19)

menyegarkan sehingga kepenatan yang ditimbulkan akibat rutinitas hidup dapat dihilangkan, minimal berkurang dengan harapan setelah berwisata semangatnya kembali pulih untuk menghadapi rutinitas berikutnya. Keberadaan ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan pariwisata alternatif yang tidak banyak menimbulkan dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap sosial budaya dan daya tarik wisata lainnya (Purwanto, 2013).

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif masyarakat. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri (Hijriati dan Mardiana, 2014).

Wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan aspek lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Sebagai salah satu upaya pengembangan pedesaan untuk meningkatkan perekonomian lokal, dimana masyarakat di kawasan tersebut merupakan pemegang kendali utama (Tanaya dan Rudiarto, 2014).

` Pada daerah yang memiliki ekowisata yang berbeda-beda dan memiliki dampak yang berbeda-beda bagi masyarakat sekitar seperti dampak pada lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Dampak yang dirasakan tergantung

(20)

bagaimana masyarakat sekitar dapat memanfaatkan dan mengelola ekowisata tersebut secara baik dan lestari. Seperti menurut Parma (2010) Dampak dan karakteristik dari ekowisata yaitu :

a. Lingkungan

Ekowisata dapat dijadikan sumber pendapatan secara finansial dan fisik untuk konservasi, manajemen dan lingkungan, atau menambah / melengkapi keanekaragaman hayati seperti ritribusi, penelitian dan membantu pusat informasi.

b. Dampak Ekonomi

Ekowisata potensial untuk pengembangan ekonomi secara nasional maupun regional seperti halnya kegiatan wisata lainnya, seperti pemasukan devisa dan nilai penyerapannya yang tinggi langsung kepada Negara, pembangunan ekonomi, diversifikasi dan stabilitas jangka panjang karena sumbernya tidak habis, distribusi pendapatan bisa langsung terserap ke masyarakat setempat melalui pembelian barang dan jasa, berbelanja dan lama tinggal di daerah tujuan, pendapatan, kesempatan untuk menambahkan ketrampilan dan pengetahuan.

pengembangan dan penambahan fasilitas penunjang setempat. c. Sosial dan Budaya

Ada hubungan antar manusia bangsa, dan ada perubahan tingkah laku, gaya hidup dan nilai budaya. Konsep pembangunan Pariwisata berkelanjutan yang dirumuskan oleh The WorldCommissions for Environmental and Development (WCED) mendefinisikan pembangunan Pariwisata berkelanjutan sebagai

pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang, tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya mereka sendiri. Tujuannya adalah memadukan pembangunan

(21)

dengan lingkungan sejak awal proses penyusunan kebijakan dan pengambilan

keputusan yang strategis sampai kepada penerapannya di lapangan (Widowati dan Nadra, 2013).

Pengaruh Ekowisata dan Pengunjung Terhadap Perekonomian Masyarakat Ekowisata sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat setempat (Yeblo dkk., 2015).

Wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan aspek lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, ekowisata juga merupakan upaya pengembangan pedesaan untuk meningkatkan perekonomian lokal, dimana masyarakat di kawasan tersebut merupakan pemegang kendali utama (Tanaya dan Rudiarto, 2014).

Aktivitas ekowisata sebagai salah satu bagian dari industri pariwisata akan berinteraksi dengan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat lokalnya, terutama dari segi ekonomi, sosial budaya, fisik, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya aktivitas ekowisata ini akan mempengaruhi jalannya perekonomian dan berbagai fenomena sosial dan budaya setempat (Aryunda, 2011).

Apabila banyak wisatawan yang datang pada objek wisata daerah tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan asli daerah itu sendiri.

Selain itu masyarakat di sekitar objek wisata juga dapat memperoleh keuntungan

(22)

karena adanya lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar (Ferdinan dkk., 2010 ).

Prinsip Ekonomi

Menurut Priono (2012) mengemukakan bahwa Prinsip ekonomiPengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan pembangunan yang berimbang (balance development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Pengembangan Ekowisata juga harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat dan berkelanjutan. dan memiliki kriteria :

a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat.

c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

d. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah- rendahnya.

e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

Bencana dan Banjir bandang

Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, permukaan gelombang banjir bandang ini dapat berkisar 3 – 6 meter terjadi

(23)

dengan cepat melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai, cekungan dan biasanya membawa debris yang sangat berbahaya yang akan melanda hampir semua yang dilewatinya. Banjir bandang merupakan sebuah fenomena alam yang harus ditelaah dalam pendekatan spasial agar dapat mengkaji ulang pembangunan setiap daerah hulu sungai yang menjadi faktor penyebab banjir bandang tersebut (Pelly dkk., 2013).

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan / atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No 24, 2007).

Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air

yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

Di negara Indonesia sendiri banyak daerah-daerah yang terkena bencana banjir bandang salah satu daerah yang terkena banjir bandang di Indonesia adalah pada tahun 2016 di Jawa Barat Kabupaten Garut pada banjir bandang ini melanda 6 Kecamatan yaitu Garut Kota, Bayongbong, Karangpawitan, Taraging Kidul, Taragong Kaler, dan Banyuresmi. Banjir ini menyebabkan 34 orang meninggal dunia dan 19 orang hilang, selain itu tercatat 35 orang mengalami luka-luka serta pengungsi paling tinggi tercatat sebanyak 6.361 orang. Dampak lain dari banjir ini adalah kerusakan pada rumah dan bangunan vital. Tercatat hingga akhir bulan September lebih dari seribu tujuh ratus unit rumah mengalami kerusakan mulai rusak ringan hingga sedang dengan taksiran kerugian mencapai 2.8 M (BNPB, 2016).

(24)

Penyebab Banjir Bandang

Perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini ternyata berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif sama, namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya intensitas banjir yang terjadi. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi toporafi, geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya hujan, pasang, arus balik dari sungai utama, pembendungan aliran sungai akibat longsor, sedimentasi dan aliran lahar dingin), dan aktifitas manusia (pembudidayaan daerah dataran banjir), peruntukan tata ruang di dataran banjir yang tidak sesuai dengan fungsi lahan, belum adanya pola pengelolaan dan pengembangan dataran banjir, permukiman di bantaran sungai, sistem drainase yang tidak memadai, terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, penggundulan hutan di daerah hulu, terbatasnya upaya pemeliharaan(Utama dan Naumar, 2015).

Dampak Bencana Terhadap Perekonomian Masyrakat

Menurut Rosyidie (2013) Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung relatif lebih mudah diprediksi dari pada dampak tidak langsung. Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi oleh permukiman penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah perdesaan yang didominasi oleh areal pertanian Banjir juga merupakan bencana yang relatif paling banyak menimbulkan kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir, terutama kerugian tidak

(25)

langsung, mungkin menempati urutan pertama atau kedua setelah gempa bumi atau tsunami (BNPB, 2013). Bukan hanya dampak fisik yang diderita oleh masyarakat tetapi juga kerugian non-fisik seperti sekolah diliburkan, harga barang kebutuhan pokok meningkat, dan kadang-kadang sampai ada yang meninggal dunia.

Adapun dampak bencana yang dirasakan masyarakat terhadap perekonomian menurut Artiani (2011) yaitu Kerugian ekonomi yang secara langsung teramati adalah kerugian rusak dan hancurnya perumahan dan sektor usaha tidak hanya berakibat pada kerugian output yang tidak bisa dihasilkan, tetapi juga kemungkinan munculnya kemiskinan sebagai akibat dari penyesuaian kondisi struktural masyarakat yang berubah. Beberapa dampak tidak langsung disebut sebagai dampak tidak berwujud, dampak ini sulit dinilai secara moneter.

Dampak tersebut meliputi dampak negatif psikologis, seperti takut, depresi, stres dan masalah kesehatan yang timbul setelah bencana. Namun ada sisi positif dari dampak tidak langsung yang tidak berwujud, yaitu solidaritas komunitas dan kepercayaan. Kesulitan penilaiannya terlatak pada tidak tercerminnya dampak tersebut dalam harga pasar, tetapi evaluasi yang komprehensif setidaknya harus mengidentifikasi dan mengukur dampak tidak berwujud ini untuk informasi pengambilan keputusan.

(26)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2018 di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, alat tulis dan alat rekam audio.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data primer .

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan berupa data pengahasilan sebelum dan sesudah dari pedagang, pengelola penginapan, pengelola pemandian alam, parkir dan pemandu wisata perolehan data melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. karekteristik responden yaitu umur, mata pencaharian, pendapatan dan tingkat pendidikan. Sumber data sekunder yang diperlukan adalah data umun yang ada pada instansi pemerintah Desa, Kecamatan dan lembaga-lembaga terkait. jenis data yang diperlukan adalah keadaan geografis, kondis iklim sebelum terjadi bencana, kondisi hutan lindung, jumlah penduduk.

Teknik sampling

Teknik sampling yaitu menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampling yang sudah diketahui karektristik atau ciri-cirinya oleh

(27)

peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah kelompok ekonomi yang ada di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit (pedagang, pengelola vila, petugas parkir, pengelola pemandian alam, pemandu wisata).

Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya Pengambilan. Sampel pada penelitian ini adalah 10 % dari jumlah poplusi.

Menurut Sugiarto dkk., (2001) pada awal atau tahap peneliti pemula, sampel diambil sekitar 10% dari total individu populasi yang diteliti. Adapun jumlah individu populasi di Bumi Perekemahan Pramuka Sibolangit yaitu 186. Sampel minimum pada penelitian ini adalah 18 KK. Banyak sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 KK.

Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengamatan (Observasi) dan Dokumentasi

Dalam tahapan observasi ini penulis melakukan pengamatan di sekitar objek yang akan diteliti. Antara lain penulis mengamati bagaimana kehidupan ekonomi warga masyarakat di sekitar Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru, seperti interaksi yang terjalin diantara sesama warga, kegiatan-kegiatan yang ada di Desa tersebut, serta keadaan ekonomi masyarakatnya.

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengkaji sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan pokok bahasan permasalahan untuk melengkapi data yang

(28)

didapat melalui wawancara maupun observasi yaitu dokumentasi pribadi berupa foto-foto.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang asli di sekitar Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru yang bekerja sebagai pemandu wisata, pengelola pemandian, pengelola penginapan, pengelola paket outbound, perkemahan, petugas parkir, pedagang makanan dan perangkat desa. Data yang diperlukan adalah jenis mata pencaharian, dan pendapatan responden sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir bandang.

Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori satuan uraian dasar yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan, dokumentasi, dan data-data lainnya. Dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam cacatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya, sehingga menghasilkan analisis secara luas, umum serta terperinci. Data yang sudah terkumpul selanjutnya di analisa dengan menyederhanakan data kedalam bentuk tabel untuk lebih mudah dibaca dan dipahami. Selain itu data dimanfaatkan agar dapat dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru. Desa Bandar Baru merupakan salah satu desa di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Adapun Desa Bandar Baru berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit 2. Sebelah Selatan Kabupaten Karo

3. Sebelah Timur Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit 4. Sebalah Barat Sei Betimus Kecamatan Sibolangit

Kelompok hutan seluas 51.600 ha yang terdapat berbagai objek wisata hutan seperti air terjun. Salah satu air terjun yang terdapat di Kecamatan Sibolangit adalah Air Terjun Dua Warna yang terdapat di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru .

Karakteristik Masyarakat

Karakteristik masyarakat penting untuk mengetahui siapa saja yang menjadi responden untuk penelitian ini. Beberapa karakteristik yang perlu diketahui adalah jenis kelamin, umur, dan pendidikan terakhir.

Tabel 1. Perbandingan jenis kelamin responden

No Jenis kelamin Jumlah orang Persentase (%)

1 Laki-laki 14 70

2 Perempuan 6 30

Jumlah total 20 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa Responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 14 orang. Banyaknya jumlah responden laki-laki karena jenis

(30)

didominasi oleh laki-laki. Adapun jenis kelamin perempuan cenderung mengurus rumah dan anak.

Tabel 2. Perbandingan Kelas Usia Responden

No Usia Jumlah orang Persentase (%)

1 20-29 4 20

2 30-39 4 20

3 40-49 4 20

4 50-59 8 40

Jumlah total 20 orang 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase usia responden di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit berbeda yaitu kelas usia 20-29 tahun adalah 20

%, kelas usia 30-39 tahun 20 %, kelas usia 40-49 tahun 20 %, kelas usia 50-59 tahun 40 %. Rentan usia kisaran 50-59 tahun merupakan kisaran usia yang paling banyak dari keseluruhan responden. Menurut Sukmaningrum dan Imron (2017) Penduduk belum produktif adalah penduduk yang memiliki usia dibawah 15 tahun. Penduduk usia tersebut dikatakan sebagai penduduk yang belum mampu menghasilkan barang maupun jasa dalam kegiatan ketenagakerjaan. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang masuk dalam rentang usia antara 15-64 tahun. Penduduk usia itu dianggap sudah mampu menghasilkan barang maupun jasa dalam proses produksi. Penduduk usia produktif dianggap sebagai bagan dari penduduk yang ikut andil dalam kegiatan ketenagakerjaan yang sedang berjalan.

Mereka dianggap sudah mampu dalam proses ketenagakerjaan dan mempunyai beban untuk menanggung hidup penduduk yang masuk dalam katagori penduduk belum produktif dan non produktif.

Tabel 3. Perbandingan Tingkat Pendididikan Responden

No Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase (%)

1 Tidak bersekolah 0 0

2 SD 2 10

3 SMP 1 5

4 SMA 13 65

5 Diploma 4 20

Jumlah total 20 100

(31)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak pada tingkat SMA yaitu 13 orang, Diploma 4 orang, SD 2 orang, tingkat SMP 1 orang dimana tidak ada didapati responden yang tidak bersekolah. Dari berbagai tingkat pendidikan responden tingkat SMA lebih dominan daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu diploma.

Adapun jenis pekerjaan yang paling dominan pada tingkat pendidikan responden tingkat SMA yaitu pedagang 7 orang, pemandu wisata 3 orang, sewa tenda 1 orang, pengelola pemandian 1 orang dan petugas parkir 1 orang. Jenis pekerjaan yang paling dominan pada tingkat pendidikan responden tingkat Diploma yaitu pedagang 4 orang. Jenis pekerjaan pendidikan responden pada tingkat SD yaitu pedagang 1 orang dan pengelola penginapan 1 orang. Jenis pekerjaan pendidikan responden pada tingkat SMP yaitu pedagang 1 orang.

Aktivitas Ekonomi masyarakat Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Jenis mata pencaharian di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit yang berjumlah 186 Kepala Keluarga sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir bandang di ekowisata Air Terjun Dua Warna dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4.Jenis Mata Pencaharian di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Desa Bandar Baru.

No Jenis pekerjaan Status Jumlah orang

1 Pedagang makanan Masih ada 13

2 Pemandu wisata Tidak ada 3

3 Pengelola pemandian Masih ada 1

4 Pengelola penginapan Masih ada 1

5 Petugas parkir Masih ada 1

6 Sewa tenda Masih ada 1

Jumlah total 20 orang

Tabel 4 menunjukkan pekerjaan masyarakat sebelum terjadinya bencana banjir bandang adalah sebagai pedagang, pemandu wisata, pengelola pemandian, pengelola penginapan, petugas parkir dan sewa tenda. Adapun setelah terjadinya bencana banjir bandang jenis pekerjaan yang sudah tidak ada lagi adalah yang

(32)

bekerja sebagai pemandu wisata. Hal tersebut membuat masyarakat yang bekerja sebagai pemandu wisata kehilangan mata pencaharian yang selama ini menopang perekonomian keluarga. Adapun saat ini mereka bekerja sebagai buruh harian misalnya bekerja di ladang orang atau tergantung pekerjaan apa orang lain butuhkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Aktivitas ekowisata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan.

Sesuai dengan pendapat Aryunda (2011) bahwa aktivitas ekowisata sebagai salah satu bagian industri pariwisata akan berintraksi dari berbagai aspek. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya aktivitas ekowisata ini akan mempengaruhi jalanya perekonomian dan berbagai fenomena sosial dan budaya setempat.

Tabel 5. Perubahan pendapatan sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir bandang

Jenis pekerjaan pendapatan / bulan

Sebelum Sesudah

Pedagang >Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 - >2.000.000

Pemandu wisata Rp. 500.000-2.000.000 <Rp. 500.000 Pengelola pemandian Rp. 500.000-2.000.000 <Rp. 500.000

Pengelola villa/penginapan >Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 - 2.000.000 Petugas parkir Rp. 500.000-2.000.000 >Rp. 500.000

Sewa tenda >Rp. 2.000.000 Rp. 500.000-2.000.000

Rata- rata pendapatan masyarakat yang paling rendah adalah yaitu < Rp.

500.000 dan yang paling tinggi yaitu > Rp. 2.000.000. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa penurunan rata-rata pendapatan pada setiap jenis pekerjaan sebelum dan sesudah terjadi bencana banjir bandang ekowisata Air Terjun Dua Warna yaitu pendapatan dari > Rp. 2.000.000 menurun menjadi Rp. 500.000- >2.000.000 dan pendapatan dari Rp. 500.000- 2.000.000 menurun menjadi < Rp. 500.000 pada setiap jenis pekerjaan. Pendapatan / penghasilan setiap kepala keluarga masyarakat di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit setelah dan sebelum terjadinya bencana banjir bandang memliki perubahan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parma, (2010) bahwa ekowisata memiliki dampak yang

(33)

berbeda-beda bagi masyarakat sekitar seperti dampak pada lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya, dampak yang dirasakan tergantung bagaimana masyarakat sekitar dapat memanfaatkan dan mengelola ekowisata. Golongan pendapatan dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Golongan pendapatan

No Pendapatan / bulan Golongan pendapatan

1 >Rp. 3.500.000 Sangat tinggi

2 Rp. 2.500.000-3.500.000 Tinggi 3 <Rp. 1.500.000-2.500.000 Sedang

4 <Rp.1.500.000 Rendah

(Sumber : BPS dalam Indrawati, 2015).

Persentase perubahan golongan pendapatan/penghasilan kepala keluarga di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir bandang di air terjun Dua Warna dapat dilihat pada pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Pendapatan /penghasilan responden sebelum dan sesudah terjadinya banjr bandang di ekowisata air terjun Dua Warna

Jumlah orang Persentase (%)

No Pendapatan Sebelum Setelah Sebelum Setelah Golongan

1 <Rp. 500.000 0 9 0 45 Rendah

2 Rp.500.000- 2.000.000

7 10 35 50 Sedang

3 >Rp.2000.000 13 1 65 5 Tinggi

Jumlah total 20 orang 20 orang

(sumber : kuesioner masyarakat di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit, 2018) Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapatan / penghasilan Kepala Keluarga di lokasi ekowisata sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir bandang sangat berdampak terhadap pendapatan masyarakat sekitar. pendapatan masyarakat yang paling dominan adalah golongan pendapatan tinggi Rp. > 2.000.000 sebelum terjadinya banjir bandang sebanyak 13 orang yaitu 65 % dan berkurang setelah terjadinya banjir bandang hanya 1 orang yaitu 5 %.

Obyek wisata Air Terjun Dua Warna sangat membantu meningkatkan

(34)

mengakibatkan kurangnya pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ferdinan dkk., (2010) bahwa apabila banyak wisatawan yang datang pada objek wisata daerah tersebut secara tidak langsung dapat meningkatakan pendapatan asli daerah itu sendiri

Setelah Air Terjun Dua Warna di tutup oleh pihak TAHURA. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit tidak hanya menggantungkan kehidupan mereka dari pekerjaan seperti pedagang, pemandau wisata, pengolahan penginapan, petugas parkir dan pengelola pemandian alam beberapa masyarakat sekitar ada yang mengolah lahan pertanian dan sebagai buruh harian untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Untuk memulihkan ekonomi masyarakat sekitar sebelum obyek wisata Air Terjun Dua Warna dibuka kembali dilakukan strategi alternatif lain yang dapat menarik minat pengunjung dengan menawarkan berbagai wahana yang baru tanpa merusak hutan. Yang dapat bemanfaat untuk tempat rekreasi, pendidikan, dan penelitian. Seperti wahana tempat berfoto, sarana bermain anak-anak, sehingga pengunjung semakin tertarik untuk datang yaitu dengan pengelolaan wisata yang meminimalkan risiko bencana misalnya adanya peringatan-peringatan tertentu sehingga keamanan pengunjung menjadi prioritas. Menurut Purwanto, (2013) Keberadaan ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan pariwisata alternatif yang tidak banyak menimbulkan dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap sosial budaya dan daya tarik wisata lainnya.

(35)

Manajemen ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang bersifat menjamin kenyamanan bagi setiap pengunjung. Lingkungan ekowisata harus bertumpu memuaskan pengunjung tanpa mencemari atau mengganggu lingkungan sekitar. Dengan demikian tercapai sistem ekowisata yang lesatari. Program pemulihan ekonomi yang diberikan oleh Pemerintah adalah program pelatihan pembuatan kerajinan atau souvenir yang dapat dibawa pengunjung saat kembali dari ekowisata dan dibuatnya jalur tracking yang aman bagi para pengunjung.

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persentase perubahan penurunan pendapatan masyarakat yang paling banyak akibat banjir bandang adalah pada golongan tinggi yaitu >Rp. 2.000.000 sebanyak 65 % sebelum terjadinya banjir bandang dan 5 % setelah terjadinya banjir bandang. Dan pendapatan masyarakat setelah terjadinya banjir bandang yang paling banyak adalah pada golongan sedang.

2. Bencana banjir bandang yang terjadi di Air Terjun Dua Warna memiliki dampak terhadap ekonomi masyarakat sekitar yaitu hilangnya mata pencaharian tertentu dan menurunya pendapatan masyarakat sekitar.

Saran

Perlu diadakannya kerja sama antara pihak TAHURA dengan masyarakat setempat untuk membuka kembali ekowisata Air Terjun Dua Warna dengan keamanan pengunjung yang lebih baik lagi.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Artiani, L E. 2011. Dampak Ekonomi Makro Bencana : Interaksi Bencana Dan Pembangunan Ekonomi Nasional. Jurnal seminar nasional informatika.

1(5) : 64-79.

Aryunda, H. 2011. Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan Seribu. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 22 (1):1-16 . [BNPB] Badan Nasional Penangulang Bencana, 2017 .Data Dan Informasi.

Bencana Indonesia.Pengelolaan. Pedoman.Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta.

[BNPB] Badan Nasional Penangulang Bencana, 2016. Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual. Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

[BNPB] Badan Nasional Penangulang Bencana, 2013. Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual.

[BPS] Badan Pusat Statistik dalam Indrawati,S E. 2015 Status Sosial Ekonomi dan Instansi Komunikasi Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga Di Panggung Kidul Semarang Utara. Jurnal Psikologi undip 14(1):52-57.

Ferdinan, Y., Makmur, M., Ribawanto, H., 2010. Pengembangan Wisata Alam Berbasis Ekowisata Dalam Perspektif Pelayanan Publik. Studi Pada Disparbud Kabupaten Nganjuk. Jurnal administrasi publik (JAP). 3 (12):

2123-2127.

Hijriati, E dan Mardiana, R. 2014. Pengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2 (3) : 164-186.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan, 2016. Info Pusat Krisis Badan Kesehatan.

Data Kejadian Krisis Kesehatan Per Mei 2016.

[Keppres] Keputusan Presiden 48, 1988. Pembangunan Kelompok Hutan Sibolangit Sebagai Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan.

Parma, P G, 2010. Kontribusi Pariwisata Alternatif Dalam Kaitannya Dengan Kearifan Lokal Dan Keberlangsungan Lingkungan Alam, Jurnal Media Komunikasi FIS. 9 (2) : 45-57.

Pelly, D A.,Saputra, R H., Dewi, R., Rahman, A., Nasrul, M R. 2013. Banjir Bandang di DAS Batang Kuranji Kec. Kuranji Kota Padang Dengan Sistem Infromasi Geografis ( SIG). Universitas Negeri Padang. Prosidding

(38)

Priono, Y. 2012. Pengembangan Kawasan Ekowisata Bukit Tangkiling Berbasis Masyarakat. Jurnal Prespektif Aristektur. 7(1) : 1-17.

Purwanto, 2013.Valuasi Ekonomi Ekowisata Dengan Model Travel Cost Dan Dampaknya Terhadap Usaha Kecil Pariwisata.Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan. 15 (1) :89-102.

Purbawiyatna, A., Kartodihardjo, H., Alikodra, H S., Prasetyo, L B. 2012. Analisi Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Untuk Mendorong Fungsi. Jurnal JPSL. 2 (1):1-10.

Ridwan. N. 2015. Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi. Jom FEKON. 2 (2) : 1-13.

Rosyidie, A. 2013. Banjir : Fakta dan Dampaknya Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal perencanaan dan wilayah kota 24 (3) :241-249.

Sukmaningrum, A dan Imron, A. 2017. Pemanfaatan Usia Produktif Dengan Usaha Kreatif Industri Pembuatan Kaos Pada Remaja di Gersik. Jurnal Paradigma. 05 (03) : 1-6.

Sugiarto., Siagian, D., Sunaryanto L T., Oetomo, DS. 2001. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Tanaya, DR., dan Rudiarto, I. 2014. Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyrakat Di Kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik PWK. 3 (1) : 71-81.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Utama, L dan Numar, A. 2015. Kajian KerentananKawasan BerpotensiBanjir BandangDan Mitigasi Bencana Pada Daerah Aliran Sungai (Das) BatangKuranji Kota Padang. Jurnal. Rekayasa Sipil. 9 (1) : 1-8.

Widowati, S dan Nadra, N M. 2013. Evaluasi Penerapan Prinsip –Prinsip Dan Kriteria Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi. Jurnal soshum. 3 (3) : 1-15.

Windiani. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Di Kawasan Hutan Sebagai Langkah Antisipatif Dalam Penanganan Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Di Kabupaten Trenggalek. Jurnal soshum. 3(1) : 1-14.

(39)

Yeblo, M., Kiroh, H. J., Nangyo, M. J., Rawung, F. R. Y. 2015. Studi Beberapa Faktor Pendukung Pengembangan Ekowisata Berbasis Fauna Endemik Di Hutan Sawinggrai Kecamatan Miosmansar Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Propinsi Papaua Barat, 35 (2) : 210-224.

Yunida, R., Kumawalati, R., Arisanty, D. 2007. Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Jurnal Pendidikan Geografi 4( 4) : 42-52.

(40)

Lampiran 1. Kusioner untuk masyarakat yang menjadi responden

a. Karaktristik umum responden

1. Nama :

2. Umur :... Tahun

3. Alamat :

4. Agama : Kristen . Islam Budha Hindu 5. Jenis kelamin : Laki laki Perempuan

6. Suku Bangsa : Toba ssSimalungun Karo pakpak Lainnya ……

7. Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD SD SLTP/sederajat . SMA/sederajat Diploma/sederajat 8. pekerjaan utama :

9. pekerjaan sampingan :

B. PENDAPATAN

1. Berapakah pendapatan anda dalam 1 bulan sebelum bencanaalam wisata air terjun dua warna?

Kurang dari Rp. 500.00 Rp. 500.000 sampai Rp. 2000.000 Lebih dari Rp. 2.000.000

2. Siapakah yang mencari nafkah dalam keluarga anda bencanaalam wisata air terjun dua warna?

Ayah dan ibu Ayah ibu anak Yang lain sebutkan(...)

A. PENDAPATAN

6. Berapakah pendapatan anda dalam 1 bulan sesudah bencanaalam wisata air terjun dua warna?

Kurang dari Rp. 500.00 Rp. 500.000 sampai Rp. 2000.000 Sebelum Bencana Alam Wisata Air Terjun Dua Warna

Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera

Utara

No :

Waktu : Hari/tanggal :

Sesudah Bencana Alam Wisata Air Terjun Dua Warna

(41)

Lebih dari Rp. 2.000.000

7. Siapakah yang mencari nafkah dalam keluarga anda sesudah bencanaalam wisata air terjun dua warna?

Ayah dan ibu Ayah ibu anak Yang lain sebutkan(...)

(42)

Lampiran 2 . Keadaan Lokasi Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit

pamandu wisata dan pedang pengelola penginapan

Penginapan pemandu wisata

(43)

Sungai di sekitar air terjun kondisi jalan sekitar Air Terjun

Ait Terjun setelah terjadinya bencana banjir bandang

Referensi

Dokumen terkait

Fitur dalam cloud medical record and monitoring yang dapat diakses oleh pengunjung (pasien) pada situs cloud M2Rec dapat dilihat pada Gambar 9. 4) Spesifikasi Teknologi Server:

Dalam proses kegiatan model pembelajaran Penjasorkes modifikasi interaksi guru dengan peserta didik, sebagai makna utama dari proses pembelajaran memegang peranan

Terdapat portico dan podium atau semacam panggung di mana bagian utama kuil berdiri, merupakan bagian dari model kuil Etruscan yang sudah ada sejak abad VII SM. Kuil ini

Sang Putri Mandalika dengan penuh kesadaran memilih untuk menceburkan diri ke laut yang kemudian karena keajaiban alam lalu berubah menjadi “Nyale” , sejenis cacing laut,

Dinas-Dinas Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2OOg Nomor 34) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 14 Tahun 2A12

Pewawancara : Dalam memahami atau mempelajari wakaf tunai, sumber yang menjadi rujukan anda dari mana.. Narasumber : Dari diskusi

Certified that this thesis entitled &#34;Allama Rashidul Khairi Ki Novel Nigari Ka Tahqiqi Wa Tanqidi Jayeza&#34; by Mr.Mohammad Rashid is an original Research work and has not

Dalam pembuatan kebijaksanaan telah ditentukan adanya peraturan-peraturan bagi Interen Pengadilan Tata Usaha Negara Padang dimana masing-masing sebagai pemegang