• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERSEPSI TERHADAP EVIDENCE BASED MEDICINE PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERSEPSI TERHADAP EVIDENCE BASED MEDICINE PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

EVIDENCE BASED MEDICINE PADA MAHASISWA

DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

RASMA GUNADI SEMBIRING 170100016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

EVIDENCE BASED MEDICINE PADA MAHASISWA

DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RASMA GUNADI SEMBIRING 170100016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini berjudul ―Pengetahuan, Sikap, dan Persepsi terhadap Evidence Based Medicine pada Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara‖ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Dr.dr.Andre Marolop Pangihutan Siahaan, MKed(BS),Sp.BS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, masukkan serta motivasi dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

3. Dr. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S selaku ketua dosen penguji dan dr. Katharine, MKed(PD),Sp.PD selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran, sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik.

4. Kedua orang tua dan saudara-saudara terkasih yang telah memberikan dukungan untuk penulis dalam menuntut ilmu, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman sejawat angkatan 2017, terutama ―squamous club‖ Zen nisa, Oriza, Henry, Hasbi, Danny, dan Reza, yang telah memotivasi dan membantu penelitian ini hingga terselesainya skripsi ini.

7. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ni

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua

Medan, 7 Desember 2020 Rasma Gunadi Sembiring

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH ...3

1.3 TUJUAN PENELITIAN ...3

1.3.1Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 MANFAAT PENELITIAN ...4

1.4.1Bagi Fakultas ... 4

1.4.2Bagi Mahasiswa ... 4

1.4.3Bagi Peneliti lain ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) ...5

2.1.1 Pengertian EBM ... 5

2.1.2.Sejarah EBM ... 5

2.1.3 Komponen EBM ... 7

2.1.4 Langkah-langkah pengunaan EBM ... 8

2.1.5 Kelebihan EBM ... 15

2.2 PENGETAHUAN ...15

2.2.1 Pengertian pengetahuan ... 15

2.2.2 Tingkat pengetahuan ... 16

(6)

2.2.3 Cara memperoleh pengetahuan ... 17

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 18

2.3 SIKAP ...19

2.3.1 Pengertian sikap ... 19

2.3.2 Tingkatan sikap ... 20

2.4 PERSEPSI ...20

2.4.1 Pengertian Persepsi ... 20

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 21

2.5 KERANGKA TEORI ...22

2.6 KERANGKA KONSEP ...23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ...24

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ...24

3.3 POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN...24

3.3.1 Populasi penelitian ... 24

3.3.2 Sampel penelitian ... 25

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA ...26

3.4.1. Jenis Pengumpulan Data ... 26

3.4.2. Instrumen Pengumpulan data... 27

3.5 METODE ANALISIS DATA ...30

3.5.1 Metode pengolahan data ... 30

3.5.2 Analisis Data ... 30

3.6 DEFINISI OPERASIONAL ...31

3.7 ALUR PENELITIAN ...32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 33

4.1 HASIL PENELITIAN ...33

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

4.1.2Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 33

4.2 PEMBAHASAN ...45

4.2.1 Pengetahuan ... 45

(7)

4.2.2 Sikap ... 46

4.2.3 Persepsi ... 47

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 KESIMPULAN ...50

5.2 SARAN ...50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN A . DAFTAR RIWAYAT HIDUP... 54

LAMPIRAN B. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... 56

LAMPIRAN C. SURAT IZIN PENELITIAN ... 57

LAMPIRAN D. LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI ETIK ... 58

LAMPIRAN E. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN ... 59

LAMPIRAN F LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ... 60

LAMPIRAN G KUISONER PENELITIAN ... 61

LAMPIRAN H. DATA INDUK RESPONDEN ... 64

LAMPIRAN I. OUTPUT SPSS ... 83

LAMPIRAN J. DATA VALIDASI DAN RELIABILITAS ... 92

LAMPIRAN K. OUTPUT SPSS VALIDASI DAN RELIABILITAS ... 94

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Evolusi Epidemiologi Sampai EBM ... 6

Gambar 2.2 Usulan Piramida EBM Terbaru ... 7

Gambar 2.3 Piramida Kesehatan Berbasis Bukti 5.0 ... 11

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 22

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ... 23

Gambar 3.1 Alur Penelitian……….. 32

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Hasil uji validasi dan reliabilitas kuisoner ... 29

Tabel 3.2 Nilai cronbach‘s alpha ... 29

Tabel 3.3 Definisi operasional... 31

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian ... 32

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 34

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa program studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 40

(10)

DAFTAR SINGKATAN EBM : Evidence Based Medicine

4S : Studies, Syntheses, Synopses, dan Systems

5S : Studies, Syntheses, Synopses, Sumarries, dan Systems PICO : Patient, Intervention, Comparison, Outcome

ACP : The American College Of Physicians SKDI : Standar Kompetensi Dokter Indonesia

POEM : Patient-Oriented Outcome Evidence that Matters

EUREKA : Evidence that is Understandable, Relevant, Extendible, Current and Appraised

PIER : The Physician„s Information and Education Resource EBHC : Evicende based Health Care

VIA : validity, importance, applicability CATs : Clinically Appraised Topics RCT : Randomized Controlled Trial

RAMMbo : Recruitment, Allocation, Maintenace, Measurement- blinded and objective

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang : Evidence based medicine (EBM) adalah proses peninjauan secara sistematis, menilai, dan menggunakan temuan penelitian klinis untuk membantu pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien. EBM mempunyai peran penting bagi dokter sebagai alat untuk memberikan bukti penelitian terbaik untuk praktik klinis.Tujuan : Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode : Penelitian deskriptif cross-sectional (potong lintang) ini akan dilakukan dengan menggunakan data kuesioner dengan teknik Statified random sampling berjumlah 280 orang di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hasil : didapatkan sebanyak 144 orang (93,5%) mahasiswa Pendidikan Dokter yang mengetahui tentang EBM, sedangkan mahasiswa Profesi Dokter 122 orang (96,0%). Mahasiswa Pendidikan Dokter yang menggunakan pendekatan EBM dalam mencari tahu pengobatan yang terbaik untuk pasien 124 orang (80,5%), sedangkan mahasiswa Profesi Dokter sebanyak 94 orang (73,8%). Persepsi mahasiswa yang setuju bahwa EBM layak diterapkan pada praktik klinis 152 orang (98,7%) Pendidikan Dokter, 124 orang (98,4 %) Profesi Dokter. Kesimpulan: Mahasiswa Profesi Dokter lebih mengetahui tentang EBM daripada mahasiswa Pendidikan Dokter mahasiswa. Sikap yang ditimbulkan oleh mahasiswa Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter adalah hampir semua mahasiwa mengunakan EBM dalam mencari tahu pengobatan yang terbaik untuk pasien. Persepsi mahasiswa Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter hampir semua setuju bahwa EBM layak diterapkan pada praktik klinis.

Kata kunci: Evidence based medicine, Pengetahuan, Sikap, Persepsi, Universitas Sumatera Utara

(12)

ABSTRACT

Background: Evidence based medicine (EBM) is a process of systematically reviewing, assessing, and using clinical research findings to help provide the best healthcare services to patients.

EBM has an important role for doctors as a tool to provide the best research evidence for clinical practice. Objectives: To determine the knowledge, attitudes, and perceptions of EBM among students at the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara. Methods: This cross-sectional descriptive study (cross-sectional) will be conducted using questionnaire data with a Statified random sampling technique totaling 280 people at the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara. Results: There were 144 students (93.5%) of Medical Education knew about EBM, while 122 students of the Medical Profession (96.0%) knew about EBM. There are 124 Medical Education (80.5%) who use the EBM approach to find out the best treatment for patients, while 94 students (73.8%) Medical Profession.

Perceptions of students agree that EBM is feasible to be applied to clinical practice is 152 people (98.7%) of Medical Education, 124 people (98.4%) are Medical Professions. Conclusion: Medical Profession know more about EBM than Medical Education. The attitude aroused by Medical Education and the Medical Profession is that almost all students use evidence based medicine in finding out the best treatment for patients. Almost all of the students' perceptions of Medical Education and Medical Profession agree that evidence-based medicine is appropriate for clinical practice.

Keywords: Evidence based medicine, knowledge, attitudes, perceptions, Universitas Sumatera Utara

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Paradigma tenaga medis sebelum tahun 1990 berbeda dengan sekarang.

Sebelumnya tenaga medis melakukan pengamatan secara tidak sistematis, yang dinilai valid untuk membangun dan mempertahankan pengetahuan tenaga medis tentang pengobatan pasien. Panduan untuk praktik klinis yang digunakan tenaga medis hanya berdasarkan studi pemahaman tentang mekanisme penyakit dan patofisiologinya. Pada saat itu, keahlian dan pengalaman dalam mengobati pasien adalah dasar yang cukup untuk menghasilkan pedoman klinis yang valid (Guyatt, 1992).

Keterbatasan dalam pemahaman panduan untuk praktik klinis serta semakin berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan, menjadi tantangan bagi para tenaga medis. Oleh karena itu, pada awal tahun 1990 para peneliti menemukan sistem pembelajaran terbaru yaitu Evidence based medicine (EBM) (Guyatt et al., 2000). EBM adalah proses peninjauan secara sistematis, menilai, dan menggunakan temuan penelitian klinis untuk membantu pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien. EBM mempunyai peran penting bagi dokter sebagai alat untuk memberikan bukti penelitian terbaik untuk praktik klinis (Emura et al., 2012).

Praktik EBM memiliki fokus awal yaitu mendidik dokter dalam pemahaman dan pengunaan literatur yang telah dipublikasikan untuk mengoptimalkan perawatan klinis. Akan tetapi, praktik EBM semakin menekankan perlunya menggabungkan penilaian kritis terhadap bukti dengan keadaan klinis pasien yang menjadi langkah awal penanganan pasien. EBM memiliki tiga prinsip utama yaitu semakin banyak bukti penelitian yang terbaik, kebutuhan akan ringkasan sistematis bukti terbaik

(14)

untuk memandu perawatan, dan persyaratan untuk mempertimbangkan nilai-nilai pasien dalam keputusan klinis (Djulbegovic and Guyatt, 2017).

Ruang lingkup EBM sangat luas tidak hanya berguna untuk tenaga medis saja, tetapi EBM juga berguna untuk fungsi optimal dari Klinik, Rumah sakit, dan sistem pelayanan kesehatan lainya (Djulbegovic, 2014). Literatur mengenai EBM sangat mudah didapatkan, pencarian di google cendekia dengan mengunakan istilah

“Evidence based medicine” mengindentifikasi lebih dari 1,8 juta makalah. Oleh karena itu, praktik EBM sudah selayaknya menjadi bagian dari struktur praktik klinis modern dan telah berkontribusi banyak dalam perawatan kesehatan (McCartney et al., 2016).

Praktik EBM telah diterapkan di Indonesia. Dalam buku Standar Kompentensi Dokter Indonesia (SKDI), Praktik EBM masuk dalam 7 area kompentensi dokter yaitu kompentensi 4 dalam pengelolahan informasi (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012). EBM dinilai penting untuk pelatihan mahasiswa pendidikan dokter maupun profesi dokter dengan menekankan pemikiran kritis, pentingnya penalaran statistik, dan evaluasi penanganan medis (Djulbegovic and Guyatt, 2017). Semakin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Praktik EBM menjadikan mahasiswa pendidikan dokter maupun mahasiswa profesi dokter menjadi lebih kompeten (Williams et al., 2013).

Dalam praktik EBM terdapat beberapa hambatan. Sebuah studi penelitian menemukan bahwa terdapat lebih dari 50 % mahasiswa hanya mencari 1 sumber bukti sebelum menjawab pertanyaan klinis (Nicholson et al., 2020). Penelitian terhadap 344 orang mahasiswa dari berbagai universitas di arab saudi memiliki hasil pengetahuan dan sikap terhadap EBM rendah sebanyak 80,8 % dan memiliki persepsi EBM tidak berlaku dengan budaya mereka sebanyak 68,8% (Aldugieman et al., 2018). Hal itu dikarena alasan bervariasi seperti kurangnya pelatihan EBM, kurangnya keterampilan dalam membaca secara analitis, biaya untuk pembelian

(15)

jurnal mahal, dan tidak memiliki waktu yang cukup (Bahammam and Linjawi, 2014;

Parve et al., 2016). Dalam melakukan praktik klinis sebagian besar dokter masih bergantung pada pendapat dan pengalaman kolega ataupun konsultan. Hal ini menyebabkan dokter tidak bebas dalam mengambil keputusan pengobatan pasien (Straus et al., 2019).

Karena praktik EBM telah masuk dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Pendidikan Profesi Dokter di Indonesia khususnya Universitas Sumatera Utara, namun belum ditemukan literatur evaluasi terhadap praktik EBM pada mahasiswa Kedokteran di Indonesia khususnya Universitas Sumatera Utara.

Maka dari itu, ini menjadi hal yang menarik untuk di teliti. Peneliti akan melakukan penelitian deskriptif untuk melihat dan mengetahui gambaran lebih jelas pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah ―Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?‖

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(16)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Fakultas

Memberikan gambaran kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagaimana berhasil dalam menerapkan kurikulum EBM pada mahasiswa pendidikan dokter dan pendidikan profesi dokter.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Memberikan gambaran evaluasi diri terhadap pemahaman EBM pada mahasiwa pendidikan dokter dan pendidikan profesi dokter Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4.3 Bagi Peneliti lain

Memberikan masukan sebagai bahan atau referensi untuk penelitian berikutnya terkait dengan pengunaan sistem pembelajaran EBM.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) 2.1.1 Pengertian EBM

EBM merupakan pendekatan secara sistematis untuk menganalisis penelitian yang telah diterbitkan sebagai landasan pengambilan keputusan pengobatan pasien.

EBM didefinisikan sebagai pengunaan bukti penelitian terbaru dan terbaik yang diteliti dan dikelolah dengan bijaksana untuk perawatan klinis pasien (Claridge and Fabian, 2005). EBM dikembangkan menjadi inovasi untuk memisahkan sesuatu yang berguna dari yang tidak berguna untuk perawatan pasien yang efisien dan efektif (Horwitz et al., 2017). EBM adalah penggunaan estimasi matematis risiko manfaat dan bahaya, berasal dari penelitian berkualitas tinggi tentang populasi sampel, untuk menginformasikan pengambilan keputusan klinis dalam diagnosis, investigasi, atau manajemen masing-masing pasien (Greenhalgh, 2019).

2.1.2. Sejarah EBM

Tahun sebelum 1990 panduan untuk praktik klinis yang digunakan tenaga medis hanya berdasarkan studi pemahaman tentang mekanisme penyakit dan patofisiologinya. Pada saat itu, keahlian dan pengalaman dalam mengobati pasien adalah dasar yang cukup untuk menghasilkan pendoman klinis yang valid (Guyatt, 1992). Gagasan tentang EBM pertama kali diciptakan oleh Gordon Guyatt dan kemudian gagasan tersebut muncul dalam sebuah artikel di The Rational Clinical Examination series di JAMA pada tahun 1992 (Guyatt, 1992; Guyatt et al., 2000).

Akan tetapi, EBM sudah pernah dibahas oleh 3 peneliti Thomas C. Chalmers, Alvan R. Feinstein, dan Archibald Cochrane. Thomas Chalmers mengatakan adopsi meta-analisis adalah kunci untuk pengembangan bukti penelitian. Alvan Feinstein seorang dokter dan peneliti di Yale penting dalam mendefinisikan epidemiologi klinis

(18)

dan pertama kali menunjukkan bagaimana praktik medis dapat dipelajari. Archie Cochrane, seorang dokter ahli epidemiologi, dan profesor di Welsh National School of Medicine menerbitkan buku ―Efektivitas dan Efisiensi Refleksi Acak pada Layanan Kesehatan‖ pada tahun 1972 (Richard Smith and Drummond Rennie, 2014).

Pada mesin pencarian Pubmed, sampai dengan tahun 1991 tidak terdapat satu pun istilah evidence-based medicine atau EBM. Pada tahun 1992, hanya ada 2 artikel yang mengandung istilah EBM. Namun, jumlah itu terus meningkat menjadi lebih dari 1000 artikel pada tahun 2000, dan semakin bertambah jumlahnya sampai sekarang. Dalam waktu yang singkat konsep EBM telah tersebar di seluruh dunia.

Meskipun pada awalnya tertapat kontroversi tentang konsep EBM, namun terlah terjadi kesepakatan umum bahwa konsep EBM adalah yang terbaik. Semua jurnal kedokteran telah mengadopsi konsep EBM, semua fakultas kedokteran dan rumah sakit besar di seluruh negara telah berupaya untuk menerapkan praktik EBM, dan kursus serta lokakarya EBM tetap berlangsung di seluruh negara sampai sekarang.

EBM juga telah masuk ke dalam kurikulum pendidikan kedokteran umum, spesialis, serta subspesialis (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

Gambar 2. 1 Evolusi epidemiologi sampai EBM (A-B) tahun 1800 (C-D) Tahun 1900, (E-G) tahun 2000 (Rosser et al., 2004).

A. Epidemiologi

klinik B. Membaca literature

kedokteran

C.Menggunakan literature

kedokteran

D.Evidence based Medicine (EBM)

E. Evidence based Clinical Spesialis

F.Evidence based Health Care (EBHC) G.Information

Matery

(19)

2.1.3 Komponen EBM

EBM memiliki 3 komponen yaitu bukti penelitian terbaik, keahlian klinis, dan nilai-nilai pasien. Ketiga komponen tersebut memiliki peran dalam pengambilan keputusan klinis pasien yang terbaik (Gaeta and Gentile, 2016).

a. Bukti penelitian terbaik

Bukti penelitian memiliki tingkatan berdasarkan desain studi penelitian yang tersusun dalam piramida (Murad et al., 2016). Bukti penelitian yang mengunakan metode penelitian terbaik yaitu randomized controlled trial (RCT) dan meta analisis. RCT merupakan baku emas metode penelitian untuk memastikan kemanjuran dan keamanan pengobatan. RCT dan meta analisis memiliki risiko bias yang rendah dan memiliki tingkat bukti penelitian yang tertinggi, karena variabel di teliti dan diukur secara langsung atau objektif (Djulbegovic and Guyatt, 2017;

Kabisch et al., 2011).

Gambar 2.2. Usulan piramida EBM terbaru. (A) piramida tradisional. (B) merevisi piramida:

(1) garis-garis yang memisahkan desain penelitian menjadi bergelombang, (2) ulasan sistematis

"dipotong" piramida. (C) piramida yang direvisi: meta analisis adalah lensa yang dapat melihat bukti- bukti dari penelitian tersebut (Murad et al., 2016).

(20)

b. Keahlian Klinis

Keahlian klinis adalah kemampuan untuk menggunakan keterampilan klinis dan pengalaman masa lalu untuk mengidentifikasi dengan cepat keadaan kesehatan dan diagnosis masing-masing pasien yang berbeda-beda. Keahlian klinis juga diperlukan untuk mengintergrasikan bukti penelitian dengan keadaan klinis pasien (Straus et al., 2019). Keahlian klinis mengacu pada akumulasi pengalaman, pendidikan, dan keterampilan klinis dokter (Isenburg, 2018).

c. Nilai- nilai pasien

Selama perjalanan pengobatan pasien, dokter harus memperhatikan nilai-nilai tentang status kesehatan dan penyakit pasien. Pasien memiliki nilai-nilai yang unik, yang dimana setiap pasien berbeda-beda status kesehatan dan penyakitnya (Epstein and Street, 2011). Oleh karena itu, nilai-nilai pasien harus dipahami terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan pengobatan pasien (Straus et al., 2019).

2.1.4 Langkah-langkah pengunaan EBM

Praktik EBM terdiri dari lima langkah yaitu merumuskan pertanyaan klinis (asking), menemukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan klinis (acquiring), lakukan penilaian kritis apakah bukti itu benar (appraising), terapkan bukti itu pada pasien (applying), lakukan evaluasi (assessing) (Straus et al., 2019).

a. Merumuskan pertanyaan klinis

Secara garis besar pertanyaan dibagi dalam 2 jenis yaitu pertanyaan latar belakang (background question) dan pertanyaan latar depan (foreground question).

Pertanyaan latar belakang adalah pertanyaan yang cukup sederhana dan mudah dijawab. Pertanyaan latar depan adalah pertanyaan klinis yang susah dijawab untuk memperoleh informasi spesifik yang dibutuhkan untuk membuat keputusan klinis.

Dalam merumuskan pertanyaan klinis tentang pasien harus berdasarkan 4 komponen yaitu patient, intervention, comparison, dan outcome (PICO) (Straus et al., 2019).

1. Patient

(21)

Komponen ini menyatakan pasien, sekelompok pasien, maupun masalah yang dihadapi. Karakteristik pasien atau populasi atau problem sering perlu dirinci lebih lanjut misal jenis penyakit, usia, jenis kelamin, terdapat faktor resiko dan lain sebagainya. Karakteristik pasien dan masalahnya perlu dideskripsikan dengan tegas agar bukti-bukti yang dicari dari database hasil riset sesuai dengan masalah pasien dan dapat diterapkan. Contoh pasien/populasi adalah bayi berat lahir rendah, pasien dengan nodul tiroid tunggal, perempuan penderita nyeri kepala. Masalah klinis yang dihadapi dokter dan perlu dijawab dengan metode EBM perlu dirumuskan dengan jelas apakah mengenai etiologi penyakit pasien, akurasi tes diagnostik, manfaat terapi, kerugian dari terapi, atau prognosis (Straus et al., 2019; Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

2. Intervention

Pertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik intervensi yang ingin diketahui manfaat klinisnya. Intervensi yang dimaksud adalah tindakan apa yang akan dilakukan atau kondisi spesifik apa yang ada pada pasien yang kita hadapi. Intervensi dalam hal konteks PICO tidak selalu berupa pengobatan atau upaya prevensi namun dapat berupa uji diagnostic, terdapatnya faktor resiko, atau faktor prognstik yang ada pada pasien. Contoh intervensi adalah pengobatan terapi, pengunaan ventilator, pemeriksaan ultrasonografi, riwayat mengalami gagal jantung (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

3. Comparison

Prinsipnya, secara metodologis untuk dapat menarik kesimpulan tentang manfaat suatu tes diagnostik, maka akurasi tes diagnostik itu perlu dibandingkan dengan keberadaan penyakit yang sesungguhnya, tes diagnostik yang lebih akurat yang disebut rujukan standar (standar emas), atau tes diagnostik lainnya. Hanya dengan melakukan perbandingan maka dapat disimpulkan apakah tes diagnostik tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk dilakukan. Demikian pula untuk menarik kesimpulan tentang efektivitas terapi, maka hasil dari pemberian terapi perlu dibandingkan dengan hasil tanpa terapi. Jika terapi memberikan perbaikan klinis pada

(22)

pasien, tetapi pasien tanpa terapi juga menunjukkan perbaikan klinis yang sama, suatu keadaan yang disebut efek plasebo, maka terapi tersebut tidak efektif (Straus et al., 2019). Contohnya adalah tanpa terapi, tidak memerlukan ventilator, biopsy, tidak ada riwayat gagal jantung (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

4. Outcome

Suatu Pengobatan yang terbaik diukur berdasarkan perubahan pada hasil klinis (clinical outcome). Berdasarkan Prinsip EBM, EBM memandang penting hasil akhir yang berorientasi pasien (patient-oriented outcome medicine). Bukti hasil akhir berorientasi pasien (POEM) adalah perbaikan klinis pasien, semakin bertambahnya kenyamanan pasien, dan tercegah dari kecacatan atau kematian (Murti, 2012; Straus et al., 2019). Contohnya mencapai tinggi badan normal, menegakkan diagnosis keganasan, dan prognosis buruk atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

b. Menemukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan klinis

Bukti penelitian sangat diperlukan untuk menjawab pertanyaan klinis. Bukti adalah hasil dari pengamatan dan eksperimental secara sistematis. Bukti ilmiah yang dicari dalam EBM memiliki ciri-ciri Evidence that is Understandable, Relevant, Extendible, Current and Appraised (EUREKA) yaitu bukti yang dapat dipahami, relevan, dapat diterapkan, terbaru, dan telah dilakukan penilaian (Mathew, 2010).

Bukti harus memiliki sumber yang jelas dan kuat. Sumber bukti dibedakan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Sumber bukti primer adalah bukti dari hasil penelitian sedangkan sumber bukti sekunder adalah bukti dari ringkasan dari sejumlah hasil penelitian. Haynes seorang peneliti mengembangkan model pelayanan tingkatan informasi klinis yang terdiri dari 4 tahapan studies, syntheses, synopses, dan systems (4S). Haynes menyarankan klinisi untuk menggunakan model hirarki 4S dalam mencari bukti, berturut-turut dimulai dari sistem, sinopsis, sintesi, diakhiri dengan studi. Walaupun begitu pengunaan 4s harus digunakan dengan hati-hati. Oleh karena itu, terdapat penambahan pada pengunaan 4S yaitu, antara sistem dan sinopsi

(23)

terdapat summaries, sehingga piramidanya berubah menjadi 5S (Alper and Haynes, 2016; Haynes RB, 2006).

Gambar 2.3 Piramida kesehatan berbasis bukti 5.0 (Alper and Haynes, 2016).

Sistem yang dimaksud adalah sistem berbasis komputer. Sistem informasi klinis berbasis bukti yang sempurna akan memberikan ringkasan semua bukti penelitian yang relevan dan penting tentang masalah klinis pasien. Sumber bukti sistem terdiri atas BMJ Clinical Evidence (http://www.clinicalevidence. com), UpToDate (http://www.uptodate.com), WebMD (http://webmd.com) koneksi ke ACP Medicine (www.acpmedicine.com), dan Bandolier (http:// www.ebandolier.com/) (Murti, 2012).

(24)

Sumarries adalah tingakatan kedua antara sistem dan sinopsis. Ringkasan berguna mengintergrasikan bukti terbaik dari lapisan lebih rendah untuk menyediakan berbagai bukti berbasis pilihan manajemen masalah kesehatan di masyarakat luas.

Sumber ringkasan terdiri dari beberapar buku pelajaran berbasis bukti seperti Clinical Evidence dan The Physician„s Information and Education Resource (PIER) (Alper and Haynes, 2016; Ghosh, 2007).

Sinopsis atau abstrak merupakan ringkasan temuan penting dari sebuah atau sejumlah riset asli dan kajian. Sinopsis juga disebut Clinically Appraised Topics (CATs),yang berarti memberikan informasi dengan topik yang dibutuhkan untuk menjawab masalah klinis di tempat praktik. Sebuah CATs terdiri atas judul artikel, kesimpulan yang disebut Clinical Bottom Line, pertanyaan klinis, ringkasan hasil, komentar, tanggal publikasi studi, dan sitasi yang relevan (Schranz and Dunn, 2007).

Sumber bukti sinopsis terdiri atas ACP (American College of Physicians) Journal Club, EBM, CATs, dan POEMs (Ghosh, 2007; Straus et al., 2019).

Sintesis merupakan ringkasan sistematis dan terinci dari hasil sejumlah riset tunggal, sehingga disebut kajian sistematis (systematic review). Kajian sistematis yang dinyatakan dengan ukuran kuantitatif disebut meta analisis. Kajian sistematis memberikan bukti bernilai paling tinggi dari 4S. Akan tetapi klinisi tetap perlu melakukan penilaian kritis terhadap bukti-bukti kajian sistematis. Karena kualitas kajian sistematis tergantung dari masing-masing studi primer/ asli yang dikaji (Schranz and Dunn, 2007). Sumber bukti sintesis terdiri atas Cochrane Library (http://www3. interscience.wiley. com/ cgi-bin/mrwhome/106568753/HOME) dan DARE www.york.ac.uk/inst/crd/welcome. htm). Tetapi kajian sistematis bisa juga diperoleh melalui dabase Medline, Ovid EBMR, dan Evidence-Based Medicine / ACP Journal Club (Ghosh, 2007; Straus et al., 2019).

Jika sistem, sinopsi, dan sintesis tidak tersedia, maka waktunya bagi klinisi untuk menggunakan riset asli, yaitu studi. Bukti dari riset asli bisa diakses melalui beberapa cara seperti database on-line, srsip on-line artikel teks penuh, penerbit jurnal, dan mesin pencari. Sumber bukti database berisi yang otoritatif meliputi

(25)

medline/ PubMed (www.pubmed.com/), embase (www.ovid.com), trip database (www.tripdatabase.com/). Arsip on-line artikel teks penuh contohnya adalah High Wire, BMJ Journals, Free Medical Journals. Website arsip on-line merupakan portal kepada sejumlah besar jurnal yang sebagian besar menyediakan artikel teks penuh.

Umumnya artikel teks penuh bisa diunduh dengan gratis untuk nomer terbitan lebih dari satu atau dua tahun dan tidak lebih lama dari 1997. Mesin pencari (search engine) yang tepat untuk mencari informasi ilmiah terdiri atas SUMSearch (http://sumsearch.uthscsa.edu), Google (www.google.com), Google Scholar (http://scholar.google.co.id/schhp?hl=en&tab=ws), dan Elsevier‗s Scirus (www.scirus.com/ srsapp/) (Ghosh, 2007; Straus et al., 2019).

c. Lakukan penilaian kritis apakah bukti itu benar

Tidak semua hasil penelitian memberikan kualitas bukti yang sama. Kualitas bukti dipengaruhi oleh desain penelitian dan kualitas pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu dokter atau klinisi dituntun agar dapat melakukan penilaian kritis (critical appraisal) terhadap bukti tersebut. Penilaian kritis kualitas bukti dari artikel penelitian terdiri dari penilaian tentang validitas (validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan (applicability) atau sering disebut VIA. Bukti klinis tentang etiologi, diagnosis, terapi, prognosis, pencegahan, dan kerugian yang akan digunakan untuk pelayanan medis individu pasien (Straus et al., 2019).

Validitas adalah kebenaran bukti yang diperoleh dari sebuah penelitian.

Validitas suatu makalah ilmiah terutama dilihat dalam bagian metode. Semua hal dalam metodologi harus diperhatikan seperti desain, populasi, sampel, besar sampel, kriteria inklusi dan ekslusi, metode randomisasi, intervensi, pengukuran, analisis, dan lain sebagainya. Terdapat model worksheet lain yang merupakan modifikasi worksheet yang awal, salah satunya ―jembatan keledai‖ RAMMbo (Recruitment, Allocation, Maintenace, Measurement- blinded and objective) dengan sedikit modifikasi cara ini dapat menguji validitas, artikel uji klinis, uji diagnostic, studi prognostik. Untuk menentukan apakah hasil penelitian secara klinis penting, dilihat

(26)

dalam bagian hasil. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan dengan penting adalah penting seara klinis yang dimana hasilnya dapat mengubah praktik kita. Untuk menilai kemampuan terapan bukti ilmiah terhadap pasien perlu di perhatikan bagian diskusi, karakteristik pasien sama dengan hasil penelitian, ketersediaan obat, hambatan nilai-nilai sosial, budaya, agama untuk penerapan bukti tersebut (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

d. Terapkan bukti kepada pasien

Setelah melakukan penilaian kritis terhadap bukti, maka bukti tersebut diterapkan kepada pasien. Akan tetapi dalam penerapanya perlu diperhatikan bahwa dokter harus menggunakan pengetahuan yang ada, pertimbangan klinis (clinical judgment) terbaik dan pemikiran logis (logical thinking) untuk menentukan apakah bukti riset tepat untuk diterapkan pada pasien di tempat praktik. Penerapan bukti intervensi perlu mempertimbangkan kelayakan (feasibility) penerapan bukti di lingkungan praktik klinis. Kelayakan menunjukkan sejauh mana intervensi bisa dilakukan dengan metode yang ada dan pada lingkungan yang diperlukan. Meskipun sebuah intervensi efektif, tepat (appropriate) untuk diterapkan kepada individu pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, penerapan intervensi tergantung dari kelayakan, yaitu ketersediaan sumber daya di lingkungan praktik klinis (Murti, 2012).

e. Melalukan Evaluasi

Langkah terakhir dalam pengunaan EBM adalah mengevaluasi kinerja dari EBM tersebut. Hal yang perlu dievaluasi adalah 4 langkah sebelumnya. Penerapan EBM belum berhasil jika klinisi membutuhkan waktu terlalu lama untuk mendapatkan bukti yang dibutuhkan atau klinisi mendapat bukti dalam waktu cukup singkat tetapi dengan kualitas bukti yang tidak sesuai dengan kebenaran, kepentingan, dan kemampuan penerapan bukti (VIA) (Hollingworth and Jarvik, 2007). Hasil dari evaluasi EBM tersebut berguna untuk mengembangkan penerapan atau pengunaan EBM agar lebih efisien dan efektif. Jadi langkah-langkah EBM sesungguhnya

(27)

merupakan fondasi bagi program perbaikan kualitas pelayanan kesehatan yang berkelanjutan (continuous quality improvement) (Ilic, 2009).

2.1.5 Kelebihan EBM

EBM memiliki banyak keuntungan dan kelebihan. Walaupun memiliki banyak hambatan dan kritik mengenai EBM, EBM tetap memiliki peran penting bagi para klinis dalam menentukan pengobatan pasien. Kelebihan EBM terdiri atas :

a. Praktik EBM meningkatkan kebiasaan membaca, khususnya membaca kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran sesuai dengan bidang masing- masing yang relevan dengan tata laksana pasien.

b. Meningkatkan keterampilan metodologi penelitian, dan dapat memicu serta memacu keinginan unutk meneliti.

c. Menjamin praktik dan tata laksana pasien yang terkini dan rasional.

d. Mengurangi intuisi dan penilaian klinis, namun tidak menghilangkan.

e. Bila diterapkan secara taat asas maka praktik dokter akan sesuai dengan aspek etika dan medikolegal.

f. EBM dapat dan harus menjadi dasar utama kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan (Sudigdo Sastroasmoro, 2017).

2.2 PENGETAHUAN

2.2.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang terhadap objek tertentu.

Proses tersebut diterima manusia melalui panca indera, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana penginderaannya masing-masing terhadap objek atau

(28)

sesuatu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2017). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2016).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya (Riyanto and Budiman, 2013). Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis (Masturoh and Anggita, 2018).

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan. Tingkatan tersebut dibagi 6 tingkatan domain pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar. Seseorang yang telah mengerti tentang pelajaran atau materi yang telah diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya tersebut.

c. Aplikasi (application)

(29)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya..

d. Analisis (analysis)

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan mengelompokkan, membedakan atau membandingkan.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan menciptakan.

f. Evaluasi (evalution)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan (Notoatmodjo, 2016).

2.2.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, cara memperoleh pengetahuan dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu :

a. Cara Non Ilmiah atau Tradisional

Cara yang biasa dilakukan oleh manusia saat sebelum ditemukan cara dengan metode ilmiah. Cara ini dilakukan oleh manusia pada zaman dulu kala dalam rangka memecahkan masalah termasuk dalam menemukan teori atau pengetahuan baru.

Cara-cara tersebut yaitu melalui: cara coba salah (trial and error), secara kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, pengalaman pribadi, cara akal sehat, kebenaran melalui wahyu, kebenaran secara intuitif, melalui jalan pikiran.

(30)

b. Cara Ilmiah atau Modern

Cara ilmiah ini dilakukan melalui cara-cara yang sistematis, logis dan ilmiah dalam bentuk metode penelitian. Penelitian dilaksanakan melalui uji coba terlebih dahulu sehingga instrumen yang digunakan valid dan reliabel dan hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan pada populasi. Kebenaran atau pengetahuan yang diperoleh betul-betul dapat dipertanggungjawabkan karena telah melalui serangkaian proses yang ilmiah (Notoatmodjo, 2017).

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan dapat di pengengaruhi oleh beberapa Faktor yaitu : a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

b. Informasi

Informasi adalah sesuatu yang diterima oleh seseorang dapat berupa pemberitahuan terhadap sesuatu, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis data.

c. Sosial, budaya, dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan hal tersebut. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

(31)

d. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, akan tetapi terdapat penurunan daya ingat pada masa tua (Notoatmodjo, 2017; Riyanto and Budiman, 2013).

2.3 SIKAP

2.3.1 Pengertian sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesedian atau kesiapan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2016).

(32)

2.3.2 Tingkatan sikap

Sama seperti pengetahuan, sikap memiliki beberapa tingkatan. Tingkatan tersebut memiliki intensitas yang berbeda-beda, antara lain :

a. Menerima (receiving)

Menerima berarti seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seorang ibu yang menghadiri sebuah penyuluhan atau promosi kesehatan.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi berarti memberikan respon terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang menghadiri penyuluhan menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan pada pertanyaan penyuluh.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai berarti subjek memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus seperti membahasnya dengan orang lain, mengajak, memengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab berarti siap untuk menerima resiko terhadap sikap yang diambil berdasarkan keyakinannya. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan harus siap menerima resiko seperti kehilangan waktunya, harus meninggalkan rumah, atau kehilangan penghasilan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2016).

2.4 PERSEPSI

2.4.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus atau rangsangan. Proses awal dalam mempersepsikan suatu objek adalah memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian adalah suatu usaha

(33)

dari manusia untuk menyeleksi atau membatasi segala stimulus yang ada untuk fokus ke suatu titik tertentu dalam rentang waktu tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi. Secara garis besar faktor tersebut dibagi 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya contohnya seperti kontras, perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru, dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.

Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut contohnya seperti pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya (Notoatmodjo, 2010).

(34)

2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.4 Kerangka teori.

Evidence Based Medicine

(EBM) Keputusan Pengobatan

Pasien

Sejarah EBM

Komponen EBM

Langkah-langkah EBM

a. Bukti penelitian terbaik b. Keahlian klinis

c. Nilai-nilai pasien

a. asking b. acquaring c. appraising d. applying e. assesing

Kelebihan EBM

(35)

2.6 KERANGKA KONSEP

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.5 Kerangka konsep.

a. Pengetahuan b. Sikap C. Persepsi

Evidence based Medicine (EBM)

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang) dimana penelitian ini dilakukan hanya satu waktu yang artinya tidak ada tindakan prosedur lanjut atau follow up (M.Sopiyudin Dahlan, 2018). Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menilai pengetahuan, sikap, dan persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Evindece based Medicine.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Juli hingga November 2020.

3.3 POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN 3.3.1 Populasi penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang pernah mendapatkan pelajaran mengenai EBM. Total populasi sebanyak 926 orang yang terdiri dari Program Studi Pendidikan Dokter 510 orang dan program Pendidikan Profesi Dokter sebanyak 416 orang. Program Studi Pendidikan Dokter terdiri atas angkatan 2017 sebanyak 255 orang dan angkatan 2018 sebanyak 255 orang. Pendidikan Profesi Dokter terdiri atas angkatan 2016 sebanyak 220 orang dan angkatan 2015 sebanyak 196 orang.

(37)

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan proses penyeleksian jumlah populasi unntuk dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2017). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Statified random sampling. Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rumus Slovin.

N : Populasi n : Besaran Sampel

e : Ketepatan absolut yang dikehendaki (5%)

n = 279,33 = 280 orang

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh jumlah responden sebanyak 280 orang.

Untuk menentukan besarnya subjek pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar subjek yang diambil lebih proporsional dengan cara:

Jumlah mahasiswa angkatan 2015 = 196 orang

=59, 26 = 60 orang

Jumlah mahasiswa angkatan 2016 = 220 orang

(38)

=66,52 = 66 orang

Jumlah mahasiswa angkatan 2017 = 255 orang

=77,1 = 77 orang

Jumlah mahasiswa angkatan 2018 = 255 orang

=77,1 = 77 orang

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2017, 2018 dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015 dan 2016.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2017, 2018 dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015 dan 2016 yang tidak mengisi kuisoner dengan lengkap dan tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1. Jenis Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari respoden. Melakukan random sampling dengan cara mengunakan Random Number Generator (http://www.randomnumbergenerator.com/) hasil nomor dari Random Number Generator akan menjadi subjek yang disesuaikan dengan nomor induk mahasiswa. Karena penelitian dilakukan secara online maka

(39)

peneliti akan mencari akun responden sesuai nomor tersebut melalui beberapa media sosial seperti line dan whatsapp. Peneliti akan memberikan lembar informed consent melalui google formulir ke akun sosial media responden. Setelah responden mengisi kolom bersedia maka responden adalah sampel yang akan diteliti. Setelah responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka responden diminta untuk mengisi kuisoner yang dikirim melalui google formulir ke akun sosial media responden. Jika belum atau tidak mengisi dengan lengkap maka responden akan dihubungi sebanyak 3 kali sampai kuisoner terisi dengan lengkap jika tidak juga diisi maka tidak diikutsertakan dalam data, dilanjutkan sampai seluruh sampel mengisi kuisoner dengan lengkap.

3.4.2. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen penelitian harus berkualitas dan sudah terstandarisasi sesuai dengan kriteria pengujian validasi dan reliabilitas. Pengujian validasi dan reliabilitas instrument adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan suatu alat ukur, atau seberapa besar suatu alat ukur dapat dipercaya, konsistensi, dan stabil dari kurun waktu ke waktu. Tujuannya untuk mengetahui data mana saja yang valid atau tidak valid. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validasi yang rendah. Hanya data yang valid dan reliable. Yang akan digunakan sebagai data penelitian dalam analisis faktor.

Pengujian validitas dan reliabilitas mengunakan data-data hasil kuisoner, yang digunakan dalam analisis faktor. Pengujian dan pengolahan data dilakukan mengunakan program SPSS. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu, lembar pesetujuan responden dan kuisoner. Setelah penetapan dan pemilihan kuesioner selesai dilakukan maka selanjutnya adalah uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Kuesioner diuji pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Pengujian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner.

a.Uji Validitas Instrumen

(40)

Validitas adalah satu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Analisis validitas ini dilakukan dengan cara mengorelasikan skor yang ada pada setiap pertanyaan dengan skor total. Rumus yang dipergunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang lebih dikenal dengan sebutan rumus korelasi ―product moment‖.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada pengertian bahwa instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas berfungsi untuk mengetahui tingkat konsistensi suatu angket yang digunakan oleh peneliti, sehingga angket tersebut dapat diandalkan untuk mengukur variabel penelitian meskipun digunakan berulang-ulang. Syarat kuesioner dinyatakan reliabel atau konsisten adalah jika nilai Cronbach‟s α > 0,6. Setelah pengujian dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumennya. Sehingga hasil penelitian yang nantinya diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang didesain oleh peneliti untuk menghitung tingkat pengetahuan, sikap, dan persepsi pada mahasiswa kedokteran tentang Evindence based medicine (EBM). Kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi ―product moment‖ dan uji coba Cronbach (cronbach alpha) dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 24.0.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 30 subjek. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

(41)

Tabel 3.1 Hasil uji validasi dan reliabilitas kuisoner.

Kuisoner pengetahuan, sikap, persepsi terhadap EBM variabel nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status alpha Status

Pengetahuan p1 0.796 Valid 0.911 Reliable

p2 0.420 Valid Reliable

p3 0.486 Valid Reliable

p4 0.666 Valid Reliable

p5 0.796 Valid Reliable

p6 0.764 Valid Reliable

Sikap p7 0.541 Valid Reliable

p8 0.471 Valid Reliable

p9 0.486 Valid Reliable

p10 0.666 Valid Reliable

p11 0.390 Valid Reliable

p12 0.645 Valid Reliable

p13 0.467 Valid Reliable

Persepsi p14 0.363 Valid Reliable

p15 0.666 Valid Reliable

p16 0.796 Valid Reliable

p17 0.764 Valid Reliable

p18 0.730 Valid Reliable

p19 0.675 Valid Reliable

p20 0.666 Valid Reliable

Tabel 3.2 Nilai cronbach‘s alpha.

Kuisoner pengetahuan, sikap, persepsi terhadap EBM

Variabel Cronbach‟s alpha value

Pengetahuan

0,911 Sikap

Persepsi

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuisoner berisi daftar pertanyaan berupa kuesioner pengetahuan, sikap, persepsi yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada referensi penelitian sebelumnya dan di validasi terlebih dahulu

(42)

oleh peneliti. Metode pengukuran untuk pengetahuan terdapat 6 soal . Untuk pengukuran sikap dengan 7 soal dan persepsi dengan 7 soal jadi total pertanyaan sebanyak 20 soal.

3.5 METODE ANALISIS DATA 3.5.1 Metode pengolahan data

Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a) Editing, yaitu data yang telah diperoleh perlu dilakukan penyuntingan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komputer.

b) Coding, yaitu data berupa jumlah mahasiswa yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian diberi kode secara manual.

c) Entry, yaitu pemasukan data yang telah diberi kode, ke dalam komputer.

d) Cleaning Data, yaitu pengoreksian kembali seluruh data yang telah dimasukkan untuk melihat kemungkinan kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya.

e) Saving, yaitu penyimpanan data ke dalam komputer sebelum dianalisa.

f) Analisis data.

3.5.2 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dimasukkan, diolah, serta dianalisa dalam software pengolah data dengan menggunakan program statistika. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang dimana untuk melihat pengetahuan, sikap dan persepsi mahasiswa mengenai Evidence Based Medicine (EBM). Hasil dari penelitian berupa frekuensi dan persentase yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

(43)

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.3 Definisi Operasional.

Variabel Definsi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pengetahuan Segala

sesuatu yang diketahui responden mengenai EBM

Kuesioner (Google Formulir)

Wawancara  Ya

 Tidak

Nominal

Sikap Sikap

yang diberikan responden terhadap EBM

Kuesioner (Google Formulir)

Wawancara  Ya

 Tidak

Nominal

Persepsi Persepsi yang timbul dari responden terhadap pengunaan EBM

Kuesioner (Google Formulir)

Wawancara  Ya

 Tidak

Nominal

(44)

3.7 ALUR PENELITIAN

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Memilah data yang sesuai sampai sampel

terpenuhi Pengumpulan data

Menganalisa data

Memberikan lembar informed consent sesuai nim secara online mengunakan google formulir melalui akun sosial media mahasiswa fakultas kedokteran

universitas sumatera utara Pembuatan kuesioner dengan

melakukan uji validasi dan reliabilitas terlebih Dahulu

Jika mahasiswa memilih bersedia di lembar

informed consent

Jika mahasiswa memilih tidak bersedia di lembar

informed consent

Memberikan kuisoner mengunakan google formulir

melalui sosial media secara personal chat (online) dan di

follow up sebanyak 3x

Hasil dan pembahasan

Melakukan random sampling dengan cara mengunakan Random Number Generator

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan sesuai dengan lokasi responden saat mengisi kuisoner. Metode penyebaran kuesioner online berbentuk google form yang disebar melalui beberapa media sosial seperti, line, whatsapp dan instagram. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September - November 2020. Perjalanan penelitian dimulai dari pengumpulan data mencari sampel mengunakan Random Number Generator yang tersedia pada google. Setelah mendapat hasil nomor induk mahasiswa subjek penelitian maka peneliti menghubungi subjek penelitian sesuai nomor induk mahasiswa melalui media sosial, setelah itu peneliti memberikan lembar persetujuan, lembar penjelasan, dan kuesioner berbentuk google form kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian setuju maka subjek akan diminta untuk mengisi lengkap data tersebut, jika belum maka peneliti menghubungi subjek sebanyak 3 kali dalam rentan waktu 1-2 minggu. Jika subjek penelitian tidak mengisi maka peneliti mencari sampel lain mengunakan Random Number Generator sampai 280 sampel terpenuhi.

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Dokter dan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bersedia menjadi sampel dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti. Jumlah sampel setelah penyeleksian adalah 280 orang.

(46)

Tabel 4.1 Karakteristik subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 116 41.4

Perempuan 164 58.6

Pendidikan

Pendidikan dokter 154 55

Profesi dokter 126 45

Angkatan

2015 60 21.4

2016 66 23.6

2017 77 27.5

2018 77 27.5

Berdasarkan Tabel 5.1, subjek penelitian ini terdiri dari 116 orang (41,4%) laki-laki dan 164 orang (58%) perempuan, pendidikan subjek penelitian terdiri dari 154 orang (55%) Pendidikan Dokter dan 126 (45%) Profesi Dokter, serta responden terdiri dari 4 angkatan yaitu 60 orang (21,4) angkatan 2015, 66 orang (23,6%) angkatan 2016, 77 orang (27,5) angkatan 2017, dan 77 orang (27,5%) angkatan 2018.

a. Distribusi Pengetahuan, Sikap, Dan Persepsi terhadap EBM pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tabel 4.2 Distribusi pengetahuan sikap, dan persepsi terhadap EBM pada mahasiswa program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pengetahuan Ya Tidak

Frekuensi(n) Persentase(%) Frekuensi(n) Persentase(%) Apakah anda

mengetahui evidence based medicine ?

144 93,5 10 6,5

Apakah anda mengetahui 3 komponen

67 43,5 87 56,5

(47)

evidence based medicine ? Sebutkan ! Menurut anda, apakah desain penelitian meta analisis memberikan bukti terkuat dari penelitian

?

142 92,2 12 7,8

Apakah anda mengetahui tentang cochrane ?

83 53,9 71 46,1

Apakah anda mengetahui piramid kesehatan berbasis bukti 5S ? Sebutkan !

17 11,0 137 89,0

Apakah anda mengetahui ketersedian cochrane library ?

76 49,4 78 50,6

Sikap Apakah anda sering

mengikuti pelatihan tentang

evidence based medicine ?

19 12,3 135 87,7

Apakah anda rajin membaca jurnal

kesehatan ?

74 48,1 80 51,9

(48)

Apakah anda menggunakan pendekatan evidence based medicine dalam mencari tahu pengobatan yang terbaik untuk pasien ?

124 80,5 30 19,5

Apakah anda hanya

mengandalkan materi di dalam buku dan tidak mengunakan internet pada saat penentuan pengobatan ?

21 13,6 133 86,4

Jika anda menemukan bukti yang bertentangan dengan penilaian klinis, apakah anda akan membuang bukti tersebut?

26 16,9 128 83,1

Jika anda menemukan bukti yang bertentangan dengan penilaian klinis, apakah anda akan menerima bukti

89 57,8 65 42,2

(49)

tersebut?

Jika anda menemukan bukti yang bertentangan dengan penilaian klinis, apakah anda akan mengevaluasi terlebih dahulu bukti tersebut?

152 98,7 2 1,3

Persepsi Apakah tidak adanya akses internet menjadi hambatan anda dalam

menggunakan evidence based medicine?

116 75,3 38 24,7

Apakah dengan tidak

berlanganan jurnal menjadi hambatan anda dalam

menggunakan evidence based medicine ?

68 44,2 86 55,8

Apakah

ketidakbebasan memilih

pengobatan menjadi hambatan anda

86 55,8 68 44,2

(50)

dalam

menggunakan evidence based medicine ? Apakah bukti yang tidak berlaku secara universal menjadi hambatan anda dalam

menggunakan evidence based medicine ?

114 74,0 40 26,0

Apakah evidence based medicine sulit untuk dipahami menjadi

hambatan anda dalam

menggunakan evidence based medicine ?

95 61,7 59 38,3

Apakah tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari bukti penelitian menjadi

hambatan anda dalam

mengunakan evidence based medicine ?

120 77,9 34 22,1

Apakah menurut anda

152 98,7 2 1,3

Gambar

Gambar 2. 1 Evolusi epidemiologi sampai EBM (A-B) tahun 1800 (C-D) Tahun 1900, (E-G) tahun  2000 (Rosser et al., 2004)
Gambar 2.2. Usulan piramida EBM terbaru. (A) piramida tradisional. (B) merevisi piramida:
Gambar 2.3 Piramida kesehatan berbasis bukti 5.0 (Alper and Haynes, 2016).
Gambar 2.4 Kerangka teori.
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “H ubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

GAMBARAN AKTIVITAS OLAHRAGA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011 YANG MENDERITA OBESITAS “Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah

Skripsi ini berjudul Persepsi Mahasiswa terhadap Pesan Iklan “Merokok Membunuhmu” (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Teknik Universitas Sumatera Utara

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara..

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang pencegahan kanker serviks sehingga mereka mengetahui sejauh

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Distres Psikologis Terkait Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul.. “Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit

Semoga karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Acute Mountain Sickness (AMS) pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)”