8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan guna memperkaya teori yang digunakan peneliti dalam mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu yang diambil oleh peneliti antara lain :
Pertama, Rama Joni, Abdul Rahman, Eka Yanuarti (2020) melakukan penelitian dengan judul “Strategi Guru Agama Desa dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Warga Desa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, guru agama desa Turan Baru menggunakan beberapa strategi dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an jama’ahnya yaitu, melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an secara rutin, menyimak dan mengkoreksi secara langsung bacaan, selalu mengulang-ulang bacaan serta memberi dukungan dan memotivasi dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Upaya atau langkah yang dilaksanakan guru agama desa Turan Baru dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an masih cukup efektif, terutama bagi jama’ah yang usianya 40thn ke atas, karena ketika terdapat kesalahan maka guru langsung bisa mengkoreksi kesalahan bacaan jama’ahnya. Simpulan, metode dan strategi menyimak dalam membaca Al-Qur’an di desa Turan Baru merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Dan dengan strategi ini juga dapat meningkatkan antusias belajar para jama’ah desa yang akhirnya akan semakain baik dan benar dalam membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.
1Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rama Joni, Abdul Rahman dan Ekan Yanuarti (2020) dan peneliti yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut dilaksanakan pada kegiatan pengajian rutin yang dilakukan pada warga desa, sedangkan penelitian
1
Rama Joni, Abdul Rahman, Eka Yanuarti, “Strategi Guru Agama Desa Dalam
meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Warga Desa”, JOEAI (Journal of Education and
Instruction), Vol, I (Juni, 2020), 67-71
9
yang dilakukan peneliti, dilakukan pada siswa sekolah MI Alam Luqman Al Hakim Batu.
Kedua, Nor Hozin (2019) melakukan penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan Keterampilan Tartilul Qur’an Melalui Program Pembiasaan Bacaan Al-Qur’an (Studi Kasus di SMP Raudlatul Muta’alimin Lamongan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan Nor Hozin melalui program pembiasaan baca Al Qur’an sebelum pembelajaran dimuai. Kegiatan belajar mengajar di SMP Raudlatul Mua’alimin memakai metode tahqiq, dimana guru membacakan tiga ayat Al Qur’an dengan jelas dan pelan serta lancar sesuai dengan kaidah tajwid yang kemudian diikuti oleh peserta didik. Pelaksanaan program pembiasaan membaca Al-Qur’an dilaksanakan secara terus-menerus dengan cara membaca tiga ayat yang dibacakan oleh guru kemudian diikuti oleh siswa secara berulang sebanyak sepuluh kali. Kemudian guru membimbing dan mengevaluasi ketiga ayat yang telah dibacakan dengan durasi 30 menit sebelum kegiatan pembelajaran.
Faktor pendukung program pembiasaan baca Al-Qur’an yaitu, minat peserta didik dalam mempelajari Al-Qur’an, kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an, fisik peserta didik yang sehat. Adapun faktor penghambat program pembiasaan baca Al-Qur’an yaitu, kurangnya motivasi dan perhatian guru terhadap peserta didik yang tidak membawa Al-Qur’an serta pengaruh lingkungan yang kurang mendukung peserta didik dalam mempelajari Al-Qur’an.
2Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nor Hozin (2019) dan peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu menggunakan strategi program pembiasaan baca Al- Qur’an dalam meningkatkan keterampilan tartilul Qur’an, sedangkan yang dilakukan peneliti merupakan penelitian observasional untuk mengetahui strategi pembelajaran yang dilakukan guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an.
2
Nor Hozin, “Strategi Peningkatan Keterampilan Tartilul Qur’an Melalui Program
Pembiasaan Baca Al-Qur’an : Studi Kasus di SMP Raudadlatul Muta’alimin Lamongan”. Tesis (
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2019), 44-48
10
Ketiga, Anda Hidayatullah (2019) melakukan penelitian dengan judul
“Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri di TPQ Al-Karim Kota Bengkulu”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 9 langkah yang diterapkan oleh pendidik TPQ Al-karim meliputi ; (1) Pembiasaan budaya mengantri yaitu dengan merapikan susunan Al-Qur’an atau iqro’ yang dimiliki diatas meja guru sebelum proses belajar mengajar dimulai dan setelah selesai ; (2) Membiasakan membaca doa dan surat-surat pendek sebelum pembelajaran di mulai ; (3) Membiasakan peserta didik untuk menggambarkan huruf kaligrafi Asmaul Husna serta menuliskannya ; (4) Menerapkan sistem tutor sebaya setelah peserta didik selesai menulis kaligrafi ; (5) Memanggil peserta didik satu persatu untuk mengaji yang telah disesuaikan berdasarkan antrian yang telah ditetapkan diawal pembelajaran ; (6) Melaksanakan sholat ashar secara berjamaah ; (7) Membaca doa sebelum pembelajaran Al-Qur’an ditutup ; (8) Membagikan serta memberikan nilai dari hasil tulisan kaligrafi yang telah dibuat santri ; (9) Membiasakan budaya salam kepada guru. Hasil yang diperoleh guru dengan menerapkan semua strategi tersebut adalah siswa mampu mengaji huruf dengan baik dan benar serta memahami pentingnya menerapkan ilmu tajwid saat membaca Al-Qur'an.
3Persamaan penelitian yang dilakukan Anda Hidayatullah dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu berfokus pada santri TPQ sedangkan yang akan dilakukan peneliti berfokus pada siswa sekolah MI Alam Luqman Al Hakim Batu, serta lokasi penelitian yang digunakan berbeda.
Keempat, Yuliani Yunus melakukan penelitian dengan judul “ Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Minat Baca Al-Qur’an Siswa Di SDN No 119 Belalang Kabupaten Enrekang”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa minat baca peserta didik terhadap Al-Qur'an masih tergolong rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan keinginan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Strategi yang digunakan guru dalam meningkatkan minat baca Al-
3
Anda Hidayatullah, “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Santri di TPQ Al- Karim Kota Bengkulu”. Skripsi (IAIN Bengkulu, 2019), 2020), 66-67
11
Qur’an adalah dengan memberikan hafalan surat kepada siswa, mulai dari kelas awal sampai kelas akhir, yang tujuannya agara memudahkan guru dalam mengkelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya. Adapun faktor penghambat dari kurang maksimalnya dalam peningkatan minat baca Al-Qur’an adalah cenderung peserta didik belum mengenal atau melafalkan huruf-huruf hijaiyah secara baik dan benar, keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya dukungan orang tua dan lingkungan yang kurang mendukung.
4Persamaan penelitian yang dilakukan Yuliani Yunus dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif serta sama-sama menggunakan objek penelitian siswa sekolah dasar (SD) / MI. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti terdahulu berfokus pada peningkatan minat baca Al-Qur’an, sedangkan peneliti berfokus pada strategi guru dalam meningkatkan kemampuan baca Al- Qur’an serta perbedaaan lokasi penliti.
B Tinjauan Pustaka
1. Guru Pendidikan agam Islam
a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru pendidikan agama Islam dalam Kapita Selekta Prndidikan Islam dengan menggunakan refrensi dari hasil konferensi Internasional tentang definisi guru pendidikan agam adalah sebagai murabbi, muallim dan muaddib. Pengertian murabbi yaitu seorang guru agama yang bijaksana serta berpengaetahuan tinggi tentang Tuhan. Pengertian muallim yaitu seorang yang ilmuan, dalam arti menguasai ilmu teoritik, kreativitas dalam mengembangkan ilmu serta sikap yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Sedangkan penegrtian muaddib yaitu seorang guru yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Guru pendidikan agama Islam atau at-Tarbiyah al Islamiyah yaitu pendidik yang tugas utamanya mendidik, melatih, mengarahkan dan
4
Yuliani, “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Baca Al-
Qur’an Siswa di SDN No 119 Belalang Kabupaten Enrekang”. Skripsi (Universitas
Muhammadiyah Makasar, 2020), 61-62
12
memelihara, dalam arti suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik suapaya nantinya dapat memahami serta mengamalkan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.
5Dapat disimpulkan, pengertian pendidikan guru agama Islam adalah guru yang mempunyai kemampuan sebagai pendidik serta bertanggung jawab terhadap peserta didik dan secara khusus mengajar bidang studi pendidikan agama Islam.
b. Syara Guru Pendididikan Agama Islam
Dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik, tidak semua orang dapat melaksanakannya. Untuk menjadi seorang guru yang baik, seseorang harus memenuhi beberapa syarat antara lain :
1) Guru yang sehat, baik secara rohani maupun jasmani. Kesehatan mental dan fisik penting dalam setiap pekerjaan. Orang tidak akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik jika terserang penyakit. Dan itu tidak bisa diabaikan oleh seorang guru.
2) Guru harus memilki kemampuan dasar sebagai pendidik dan bertanggung jawab terhadap peserta didik. Selain itu guru juga bertanggung jawab terhadap perilaku lingkungan masyarakat.
c. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Syarifuddin Nurdin mengatakan bahwa tugas seorang guru hendaknya dapat meneumbuhkan semangat belajar peserta didik dalam kelas. Karena kerjasama adalah awal dari terjalinnya hubungan pemikiran pengetahuan anatara media pembelajran (guru) dengan respondent( peserta didik). Dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik haruslah saling berkesinambungan agar terjalin komonikasi yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian kemampuan membaca Al-Qur’an
Kemampuan membaca Al-Qur’an secara umum yaitu kecakapan dan kesanggupan. Sedangkan secara istilah kemampuan adalah seseorang yang
5
Ahmad Warison Munawir, Kamus Al-Munawwir, Cet I (Yogyakarta : Unit Pengadaan
Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984), 54
13
memiliki unsue keterampilan (skill) serta dapat melakukannya.
Keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur penerapannya.
6Al-Qur'an adalah Kalam atau kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan membacanya dinilai sebagai ibadah.
Menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam bukunya “Dari balik Lembar Suci”, berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang berisi ketaqwaan kepada Allah SWT, perintah, hukum, doa dan renungan. Al-Qur’an sebagai petunjuk, syari’at dan undang-undang yang paten bagi kehidupan ummat manusia. Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia, oleh karena itu tujuan membaca Al-Qur’an ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an maka ia akan memperoleh dua pahala, pahala pertama karena membacanya dan pahala kedua karena kesabarannya dalam bersusah payah dalam mempelajari Al-Qur’an.
Salah satu tahap awal penguasaan dan pemahaman ayat-ayat Al- Qur’an adalah melalui kemampuan membaca dan menulis. Kemahiran dalam memebaca Al-Qur’an ditandai dengan penguasaan huhuf hijaiyah yang dibarengi dengan kaedah tajwid. Tujuan kemahiaran ini adalah agar bacaan Al-Qur’an sesuai dengan keluarnya huruf (makharijul huruf) dan ilmu tajwid. Dalam pemebalajaran Al-Qur’an pada dasarnya mudah dipelajari dan difahami dengan mengkaji makna yang terkandung di dalamnya.
Menurut Muhammad Ahmad Abdullah dalam bukunya “Metode cepat dan Efektif Menghafal Al-Qur’an Al- Karim” menjelaskan bahwa cara meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an antara lain :
1) Melatih Makharijul Huruf
6
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Cet I (Yogyakarta : Prismashopi,
2004)
14
Makharijul huruf merupakan tempat keluarnya suatu huruf yang tidak sama dengan huruf yang lainnya. Adapun tempat keluarnya makharijul huruf dikelompokkan menjadi lima, yaitu ;
a) Al Jauf yaitu tempat keluarnaya huruf hijaiyah dari rongga mulut, seperti huruf alif, wau dan ya.
b) Al Halq yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah dari tenggorokan.
Pangkal tenggorokan seperti huruf .ha dan hamzah, bagian tengah tenggorokan seperti huruf ‘ain dan ha dan ujung tenggorokan seperti huruf gain dan kha’.
c) Al Lisan yaitu tempat keluarnya delapan belas huruf hijaiyah dari pangkal lidah, seperti huruf qaf, ya, zai, jim, .dad, lam, nun, ra, ta, dal, .ta, sin, .sad, zai, .sa’, .zal dan .zo’.
d) Asy Syafatain yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah dari dua belah bibir, seperti huruf fa, ba, mim dan wau.
e) Al Khoisyum yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah dari lubang hidung yang tembus kedalam mulut, seperti suara dengung atau gunnah.
2) Memahami Tajwid
Tajwid adalah ilmu yang banyak mempelajari tentang membaca kalimat-kalimat dalam Al-Qur'an. Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa membaca tartil sama dengan membaca Al-Qur'an secara perlahan dengan cara memperpendek huruf yang harus dibaca pendek, memanjangkan huruf yang harus dibaca panjang, mengentalkan huruf yang harus dibaca dengan ketebalan, menipiskan huruf yang harus dibaca. dibaca tipis-tipis, mendorong surat-surat yang harus dibaca tipis-tipis. wajib membaca dan ikhfa' surat-surat yang wajib dibaca ikhfa' dan lainnya.
b. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an sangatlah dianjurkan bagi ummat Islam, sebab
dalam membaca Al-Qur’an memilki keutamaan tersendiri bagi yang
membacanya. Keutamaan dalam membaca Al-Qur’an, antara lain ;
15
1) Membaca Al-Qur’an merupakan utamanya amal perbuatan.
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan ra, Nabi saw bersabda “Muslim yang terbaik diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain”. (HR. Bukhari). Sebaik-baik amal sholeh adalah seseorang yang memepelajari dan mengamalkan Al-Qur’an. Mempelajari dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena kitab suci Al-Qur’an merupakan pedoman hidup ummat Islam.
2) Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena membaca Al-Qur'an terhitung sebagai amal takarrub kepada Tuhan Yang Maha Esa. Membaca ayat Al- Qur'an dalam shalat merupakan ibadah dan membaca di luar shalat juga merupakan ibadah.
c. Adab atau Etika dalam membaca Al-Qur’an
Ada beberapa etika atau adab yang perlu diperhatikan ketika membaca Al-Qur’an guna memproleh nilai ibadah yang sempurna dalam membacanya. Adapun etika atau adab dalam membaca Al-Qur’an, yaitu ; 1) Membacanya dalam keadaan suci dari hadas dan Najis.
2) Membaca dengan menggunakan yang sopan atau menutup aurat.
3) Mebcanya secara perlahan (tartil) dan tidak tergesa-gesa dalam membacanya sehingga dapat menghayati dengan tenang dan khusyuk.
4) Membaca Al-Qur’an dengan meperhatiakan kaedah-kaedah tajwid.
5) Membaca Al-Qur’an dengan berusaha mengetahui arti serta memahami makna ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu dan hikmah yang ada di dalamnya.
6) Berhenti berdo’a ketika baca ayat rahmat dan saat adzan.
7) Melakukan sujud tilawah setelah selesai membaca ayat sajadah.
8) Berdo’a setelah membaca Al-Qur’an.
3. Strategi
a. Pengertian Strategi
16
Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni strategos yang berarti Jendral. Konsep strategi bermula dari konsep kemiliteran yang digunakan untuk suatu aktifitas guna tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Hal ini biasanya strategi digunakan sebagai siasat angkatan perang dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Secara umum, strategi bermakna suatu pegangan dalam bertindak guna tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dalam perkembangannya, strategi tersebut sering digunakan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menjelaskan bahwa, strategi merupakan sebuah cara atau sebuah metode. Sedangkan secara umum strategi merupakan suatu garis besar haluan untuk bertindak guna mencapai sasaran yang telah ditentukan.
7Strategi di bidang pendidikan dipakai untuk merencanakan serta melaksanakan suatu kebijakan guna mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, startegi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan pendidikan dalam pelaksanaan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, agar dengan kemampuan serta kemauannya sendiri peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar.
b. Komponen Strategi Pembelajaran
Menurut Abuddin Nata, ada beberapa komponen startegi pembelajaran, yaitu ;
1) Penetapan perubahan yang diharapkan. Kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya usaha terencana yang digunakan untuk mewujudkan perubahan pada peserta didik, baik dari aspek pemahaman, wawasan, keterampilan, perilaku dan sebagainya. Perubahan yang di harapkan nantinya dapat dituangkan dalam tujuan pembalajaran dengan menggunakan bahasa yang benar serta dapat menyesuaikan dengan alokasi waktu dan lainnya yang dibutuhkan .
7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Reneka
Cipta, 1996), 5
17
2) Penetapan Pendekatan. Pendekatan adalah kerangka analisis yang digunakan dalam memahami suatu masalah yang terkadang menggunakan tolok ukur suatu disiplin ilmu, strategi, tujuan yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai. Langakah yang perlu ditempuh dalam penetapan strategi dalam pemebelajaran adalah berkaitan dengan cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran baik dari cara bagaimana memandang suatu permasalahan, konsep dan teori apa yang akan digunakan dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga sangat mempengaruhi hasil akhirnya.
3) Penetapan Metode. Penetapan metode sangat penting dilakukan,sesuai dengan paradigma pendidikan yang mendorong motivasi, kretivitas, inovasi, imajinasi dan prestasi baik mencakup guru maupun peserta didik.
4) Penetapan Norma Keberhasilan. Keberhasilan dapat dijadikan pedoman guru dalam melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar secara jelas serta menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan prosen belajar mengajar berikutnya. Hal ini sejalan pula dengan paradigm baru pendidikan yang melihat lulusan bukan hanya dari segi pengetahuan (to know), melainkan juga mengerjakan (to do), menjadikannya sebagai sikap serta pendangan hidup (to be), dan menggunakannya dalam kehidupannya.
8c. Macam-Macam Startegi Pembelajaran
Menurut Abuddin Nata, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh pendidik dalam hal meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, antara lain ;
1) Strategi sorogan atau privat. Strategi ini dalam prakteknya mengantarkan peserta didik mampu membaca Al-Qur’an sampai khatam. Peserta didik akan diperkenalkan beberapa tahapan bacaan
8
Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana,
2014), 210-215
18
mualai dari tartil, tahqiq dan taghanni. Dalam hal ini guru akan membacakan tiga ayat atau lebih setiap pertemuan, yang kemudian seluruh peserta didik akan mengikutinya hingga baacaann yang dilafalkan benar sesuai apa yang dicontohkan oleh guru.
2) Strategi individu. Strategi ini dalam prakteknya lebih menakankan bahwa sebagian waktu yang dimilki guru diguanakam untuk menerangkan setiapa pokok materi yang di terapkan, kemudian guru membarikan contoh pada materi pokok bahasan yang telah diberikan.
Dalam hal ini guru hanya menyimak setiap bacaan yang dilontarakan peserta didik serta hasil akhirnya guru akan memberikan penilaian terhadap masing-masinga peserta didik.
3) Strategi Klasikal baca simak. Strategi ini dalam prakteknya guru akan menarengkan pokok pembelajaran yang paling dasar terlebih dahulu serta yang dilengkapi dengan alat peraga. Kemudian para peserta didik akan dites satu persatu bacaanya, jika terdapat kesalahan dalam pelafalannya maka guru secara langsung akan mengkoreksi dan membetulkannya, dengan begitu peserta dikdik akan mengulang kembli bacaannya sampai benar.
9d. Perencanaan Strategi Pembelajaran
Perencanaan merupakan tahap awal yang harus dilalui guru pada setiap pembelajaran. Pada tahapan ini, guru harus mempersiapakan segala sesuatunya agar proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Agar pembelajaran benar-benar dapat efiktif, maka ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu, tujuan pengajaran yang hendak dicapai, lingkungan yang mendukung, sarana dan prasarana, waktu pembelajaran yang tersedia dan sumber pengajaran yang digunakan.
Menurut Sanjaya, ada bebrapa keuntungan dalam proses perencanaan yang sistematis, diantaranya :
9
Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana,
2014)
19
1) Melalui perencanaan sistem yang matang. Perencanaan ini akan menguntungkan pendidik agar terhindar dari keberhasilan yang diperoleh peserta didik secara untung-untungan.
2) Melalui perencanaan sistem yang sisitematis. Setiap pendidik akan dengan mudah mengambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi.
3) Melalui sisitem perencanaan pendidik dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk tercapainya suatu tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar dituntut untuk mampu menyiapkan dan merencanakan segala sesuatu yang akan disajikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan cara merumuskan tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar dan pemilihan sumber belajar atau media pembelajaran.
10e. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan strategi, yaitu ;
1) Berorientasi Pada Tujuan
Untuk mencapai suatu tujuan, maka segala aktivitas guru dan peserta didik tentu perlu mengupayakan suatu strategi yang sudah ditetapkan atau direncanakan, karena keberhasilan suatu strategi dapat dinilai dari keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan tertentu.
2) Aktivitas Belajar
Perolehan pengalaman tertentu, yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga strategi itu dapat mendorong aktivitas peserta didik.
3) Individualitas
Mengembangkan setiap individu peserta didik, yang pada hakekatnya ingin dicapai.
10
Buna’I, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama islam,( Surabaya :
CV. Jakat Media Publishing, 2014), 60-61
20 4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi aspek psikomotorik dan seluruh aspek kehidupan peserta didik secara integrasi.
1111