• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Risiko Kelelahan:

Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Solichul HA. BAKRI, et al

Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas

ISBN: 979-98339-0-6

(2)

Mengelola Kelelahan

Secara tradisional, strategi operasional yang paling umum untuk mengelola kelelahan adalah melalui : 1.Batas preskriptif pada jumlah jam bahwa

karyawan dapat bekerja,

2.Jumlah jam dimana karyawan bebas dari pekerjaan, dan

3.Tersedia kecukupan waktu untuk tidur, istirahat dan rekreasi, yang secara historis telah dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, meski tidak secara khusus untuk mengendalikan

kelelahan.

(3)

Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK)

• Suatu rencana atau sistem pengendalian berbasis risiko untuk mengidentifikasi, memonitor,

mengelolan risiko kelelahan dengan tujuan untuk memastikan bahwa, karyawan memiliki kinerja dengan tingkat kewaspadaan yang memadai.

• Suatu MRK harus berbasis pada risiko dan bukti, tetapi juga didasarkan pada pengalaman

operasional dan praktis. Hal ini juga harus

diintegrasikan ke dalam sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan

yang ada.

(4)

Prinsip-prinsip Pendukung MRK

1. MRK harus disesuaikan dengan pekerjaan yang ada di perusahaan.

• Agar efektif, maka harus disesuaikan dengan sifat, ukuran dan kompleksitas pekerjaan dan pengaturan organisasi di lokasi pekerjaan yang sudah dikembangkan tersebut.

• Sebagai contoh, untuk tempat yang waktu bekerja hanya pada siang hari, tidak melibatkan perjalanan jarak jauh dan hanya melibatkan pekerjaan dengan risiko keselamatan yang rendah, maka cukup menerapkan MRK yang sederhana.

• Sebaliknya, suatu MRK yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengelola risiko kelelahan secara efektif terkait dengan operasi atau pekerjaan secara terus-menerus selama 24 jam, dimana karyawan bekerja beberapa shift malam secara berturut-turut.

(5)

MRK

2. MRK harus didasarkan pada penilaian risiko dan bukti.

• Seperti halnya dengan potensi bahaya lain yang dihadapi dalam industri, kelelahan juga harus dikelola berdasarkan bukti dan pengalaman.

• Harus ada bukti dan pengalaman yang didukung oleh penilaian risiko, pemilihan sarana pengendalian dan pemantauan terhadap pemaparan risiko kelelahan.

• Pengalaman datang dalam bentuk pengalaman operasional dan penilaian dari mereka yang familier dengan operasi dan pengalaman dari ahli yang mungkin mengalami tantangan serupa di tempat lain.

• Sedangkan bukti disediakan oleh data operasional yang dapat memberikan indikasi tingkat kelelahan, misalnya;

tingkat absensi atau sarana yang digunakan untuk

mengukur kelelahan terkait penurunan kinerja karyawan.

(6)

tanggung jawab bersama

3. MRK harus dibangun pada suatu prinsip tanggung jawab bersama.

• Prinsip dasar lain yang mendasari sebuah MRK adalah tanggung jawab bersama; pengakuan bahwa semua pihak dalam organisasi memiliki peran untuk mengelola kelelahan.

• Secara khusus, manajemen risiko kelelahan merupakan tanggung jawab bersama antara pengusaha (memberikan kesempatan yang memadai kepada karyawan untuk dapat melakukan pemulihan/tidur) dan karyawan (membuat pilihan gaya hidup yang memungkinkan

mereka benar-benar mendapatkan tidur yang mereka butuhkan).

• Keberhasilan suatu MRK tergantung pada sejauh mana setiap orang dalam organisasi perusahaan mengakui pentingnya mitigasi risiko

kelelahan kerja dan secara aktif bekerja untuk mendukung tujuan dari MRK tersebut.

• Oleh karena itu penting untuk melibatkan tenaga kerja dari awal, menjelaskan maksud dan tujuan MRK, melibatkan mereka dalam pengembangan dan implementasi, dan menyediakan pelatihan yang diperlukan yang memungkinkan semua untuk andil dalam mengelola risiko kelelahan secara efektif.

(7)

MRK harus terintegrasi ke dalam sistem manajemen perusahaan.

Sebuah MRK harus diintegrasikan ke dalam suatu sistem perusahaan yang ada untuk mengelola keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk, misalnya; program bantuan karyawan dan pengaturan manajemen kontraktor.

Terdapat dua alasan mengapa MRK harus diintegrasikan:

1. Sistem yang ada biasanya sudah tersedia

2. Kelelahan biasanya terjadi sebagai akibat dari suatu interaksi yang kompleks dari faktor

individu dan organisasi.

(8)

Manfaat Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK)

Manfaat utama dari sebuah MRK adalah tingkat keselamatan kerja dapat ditingkatkan dan pencegahan insiden kelelahan berkaitan dengan insiden dan kecelakaan kerja.

Dibandingkan dengan batas preskriptif pada jam kerja dan strategi terisolasi lainnya untuk mengelola kelelahan,

pelaksanaan suatu MRK juga memiliki sejumlah keuntungan lain, yaitu:

1. MRK adalah suatu pendekatan yang sistematis dan didokumentasikan untuk manajemen kelelahan.

2. Banyak penyebab kelelahan yang berbeda dapat dipertimbangkan.

(9)

Manfaat Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK)

3. Lebih mengutamakan manajemen Kelelahan berbasis risiko, daripada melibatkan ketergantungan pada penerapan

strategi manajemen kelelahan 'satu ukuran sesuai untuk semua'.

4. Melibatkan manajemen risiko baik secara proaktif maupun reaktif.

5. Menyediakan set pengendalian kelelahan yang unik di tempat kerja yang dapat dimanfaatkan.

6. Manajemen Kelelahan disesuaikan dengan tempat kerja, daripada mengandalkan strategi manajemen kelelahan secara umum.

7. Tanggung jawab untuk mengelola risiko kelelahan terletak pada perusahaan yang bersangkutan, bukan pada regulator.

(10)

Penerapan Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK)

Suatu MRK di perusahaan atau tempat kerja harus

mengandung setidaknya elemen-elemen berikut di bawah ini:

1) Sebuah Komitmen yang didokumentasikan untuk mengelola risiko kelelahan secara sistematis.

2) Sebuah Pernyataan tentang ruang lingkup penerapan rencana.

3) Sebuah Penjelasan secara jelas tentang peran dan tanggung jawab dari berbagai pemangku kepentingan dalam

organisasi untuk mengelola kelelahan.

4) Sebuah Pernyataan tentang jam kerja dan batas kerja lembur, menetapkan prosedur yang harus diikuti ketika karyawan dituntut untuk bekerja di luar jam standar.

(11)

Penerapan Desain Manajemen Risiko Kelelahan (MRK)

5) Promosi manajemen risiko Kelelahan melalui program pelatihan, kesadaran dan komunikasi.

6) Proses manajemen risiko Kelelahan yang meliputi

identifikasi bahaya potensial, penilaian risiko, pengendalian risiko dan evaluasi.

7) Prosedur untuk karyawan agar dapat melaporkan sendiri terjadinya kelelahan yang dialami.

8) Komitmen untuk memastikan bahwa kelelahan

dipertimbangkan dalam setiap investigasi kejadian insiden.

9) Manajemen masalah kesehatan, yang dapat mempengaruhi kelelahan.

10) Suatu proses untuk audit dan perbaikan secara terus menerus dari PRMK.

(12)

Komitmen Pengelolaan Risiko Kelelahan Kerja

• Sebuah MRK harus didukung oleh suatu pernyataan yang jelas dalam bentuk komitmen organisasi terhadap

manajemen risiko kelelahan, yang biasanya disebut sebagai kebijakan manajemen risiko kelelahan, standar atau hal

yang direkomendasikan.

• Untuk tujuan dokumen pedoman ini, biasanya disebut

sebagai dokumen kebijakan. meskipun terminologi mungkin berbeda, tetapi tujuannya adalah sama yaitu suatu

pernyataan yang jelas dan ringkas tentang komitmen organisasi untuk mengelola risiko keselamatan dan kesehatan kerja secara resmi yang berkaitan dengan kelelahan.

• Kebijakan tersebut harus dikembangkan dalam konsultasi dengan karyawan dan harus ditandatangani dan dinyatakan oleh Top manajer.

(13)

contoh pernyataan kebijakan

Manajemen Risiko Kelelahan di Perusahaan

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KELELAHAN PT. XXX

___________ Perusahaan kami berkomitmen untuk menyediakan sistem kerja yang aman dan tempat kerja yang aman dan produktif dengan menghilangkan kondisi dan praktek kerja yang dapat menyebabkan cedera, kerusakan peralatan dan properti lainnya.

Kelelahan dapat mengganggu kebugaran karyawan untuk bekerja dan mungkin besar memiliki dampak negatif terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan dan

lingkungan kerja. _________ Tujuan perusahaan adalah agar semua karyawan menyadari ancaman ini dan mengelola serta meminimalkan risiko yang terkait.

Untuk mendukung komitmen tersebut ___________ Perusahaan kami akan senantiasa:

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan mengelola risiko yang terkait dengan kelelahan menggunakan pendekatan penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan, dikombinasikan dengan ukuran outcome secara tepat, seperti; peristiwa kecelakaan dan cedera, secara teratur ditinjau ulang dan diambil tindakan perbaikan secara cepat dan tepat untuk mengurangi risiko.

#1

(14)

contoh pernyataan kebijakan

Manajemen Risiko Kelelahan di Perusahaan

Melakukan upaya untuk memastikan bahwa karyawan yang ‘off’ dari tugasnya secara disiplin mengambil waktu tidur secara cukup (8 jam).

Mengidentifikasi dan mengelola masalah-masalah kelelahan terkait dengan pekerjaan.

Mengelola secara fair dan konstruktif terhadap karyawan yang dianggap tidak layak untuk bekerja sebagai akibat dari kelelahan.

Mengelola pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan manajemen kelelahan.

Mendasari kebijakan ini, maka karyawan dengan posisi keselamatan kritis bertanggung jawab untuk:

Mematuhi ketentuan dalam Manajemen Risiko Kelelahan.

Berusaha dengan keras untuk mendapatkan kecukupan tidur antara shift untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan kelelahan.

Meningkatkan perhatian tentang tingkat kelelahan mereka sendiri dengan supervisor.

Meningkatnya kepedulian tentang tingkat kelelahan operator lain dengan mereka dan supervisor.

Memberitahukan atasan mereka tentang situasi dimana telah terjadi pelanggaran kebijakan.

#2

(15)

Ruang Lingkup Penerapan Desain MRK

• Selain kebijakan manajemen risiko kelelahan, MRK harus

juga mencakup pernyataan yang jelas tentang ruang lingkup;

dengan kata lain, suatu pernyataan tentang peran / tugas / operasi pekerjaan / tempat kerja yang menerapkan MRK tersebut.

• Beberapa organisasi perusahaan mungkin telah memiliki semua elemen MRK, sedangkan pada perusahaan lain mungkin hanya dibatasi untuk karyawan yang melakukan tugas-tugas keselamatan yang kritis atau bekerja di

lingkungan yang sangat menuntut keselamatan tinggi.

• MRK juga harus menjelaskan mana saja operasi pekerjaan yang normal yang sedang diterapkan manajemen, dan

bagaimana kelelahan yang berhubungan dengan kegiatan seperti; tanggap darurat, shut-downs dan turnarounds akan dikelola.

(16)

Peran dan Tanggung Jawab

MRK juga harus menetapkan suatu tanggung jawab bersama dari organisasi dan karyawan

sehubungan dengan manajemen kelelahan.

Organisasi bertanggung jawab untuk

menyediakan karyawan dengan sistem kerja yang aman dan termasuk waktu libur yang cukup

untuk mendapatkan tidur yang cukup. Karyawan bertanggung jawab untuk menyesuaikan tugas dan termasuk menggunakan waktu libur mereka untuk mendapatkan tidur yang cukup dan

menginformasikan kepada manajemen ketika mereka tidak mendapatkan tidur yang memadai atau merasa terlalu lelah di tempat kerja.

#1

(17)

Peran dan Tanggung Jawab

• Tanggung jawab manajemen risiko kelelahan secara spesifik harus diuraikan sesuai peran yang tercantum di bawah ini:

• Manajemen senior;

• Supervisor langsung;

• Individu karyawan;

• Kontrakor dan karyawannya, dan

• Fungsi pendukung utama (misalnya; medis,

Personalia, K3, pelatihan, perencanaan tenaga kerja dan penjadwalan).

#2

(18)

Pernyataan Jam Kerja dan Batas Jam Kerja Lembur

MRK harus mencakup suatu pernyataan organisasi yang dianggap menjadi batas yang dapat diterima untuk:

• Jumlah jam kerja maksimum untuk suatu hari standar;

• Maksimum batas jam kerja lembur / jam kerja diperpanjang;

• Jam kerja mingguan dan bulanan;

• Jumlah maksimum untuk tugas pada siang dan malam secara berturut-turut;

• Periode waktu istirahat minimal antara tugas, dan

• Jumlah maksimum jam kerja sebelum istirahat diambil.

• Sementara mungkin ada peraturan perusahaan dan / atau peraturan nasional yang harus ditaati, mungkin tepat dan diinginkan untuk memberi batasan yang lebih ketat untuk bagian-bagian operasi pekerjaan tertentu, atau peran yang berhubungan dengan tingkat risiko yang tinggi.

#1

(19)

Pernyataan Jam Kerja dan Batas Jam Kerja Lembur

• Beberapa organisasi perusahaan mungkin juga menggunakan sebuah 'prosedur persetujuan jam kerja yang diperpanjang ', untuk situasi di mana operasional pekerjaan menuntut karyawan untuk bekerja lebih lama dari jam standar, atau bekerja lebih dari jumlah tugas maksimum secara

berturut-turut.

• Prosedur ini memerlukan manajer penanggung jawab untuk mendokumentasikan kontrol dan

mitigasi yang telah dilaksanakan untuk mengelola risiko kelelahan tambahan.

#2

(20)

Promosi Manajemen Risiko Kelelahan

Tujuan promosi keselamatan kerja adalah untuk memastikan bahwa seluruh orang yang memiliki peran dalam MRK dapat memahami fungsinya,

berbagai prosedur baru yang diperkenalkan, serta tanggung jawab dan tugas yang diemban sesuai posisi masing-masing.

Promosi keselamatan kerja akan dapat dicapai

melalui komunikasi dan pada interval yang lebih

panjang melalui pendidikan dan pelatihan.

(21)

Komunikasi

• Komunikasi yang sedang berlangsung tentang

manajemen risiko kelelahan diperlukan untuk menjaga karyawan yang terlibat.

• Contoh metode komunikasi antara lain meliputi media elektronik (email, website, intranet perusahaan),

majalah keselamatan kerja, seminar dan kampanye dalam bentuk poster secara berkala.

• Komunikasi yang efektif juga harus memberikan ruang umpan balik secara tepat waktu kepada individu

pekerja yang ingin menyampaikan formulir laporan

kelelahan atau mengidentifikasi bahaya kelelahan.

(22)

Training

Manajemen Risiko Kelelahan

• Program pelatihan manajemen risiko kelelahan

dimaksudkan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan karyawan untuk

memenuhi tanggung jawab dalam MRK.

• Agar program pelatihan kelelahan menjadi efektif, maka harus disesuaikan sehingga mencerminkan

risiko kelelahan organisasi dan tersedia pengendalian risiko bagi karyawan.

#1

(23)

Training Manajemen Risiko Kelelahan

• Pelatihan harus dapat memotivasi dan mendorong

karyawan untuk memikirkan kelelahan dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi mereka, keluarga mereka, rekan kerja mereka dan organisasi tempat

mereka bekerja, dan bagaimana membuat pilihan yang baik tentang bagaimana mereka memprioritaskan tidur sesuai kebiasaan mereka.

• Pelatihan harus bertujuan untuk mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku, melihat kelelahan

sebagai konsekuensi yang tak terelakkan, mengenali risiko keselamatan sebagai suatu ancaman sehingga mereka dan organisasi harus bekerja sama untuk

mengelola masalah yang dihadapi.

#2

(24)

Contoh Training Manajemen Risiko Kelelahan terhadap individu pekerja yang berbeda dalam satu Organisasi Perusahaan

Training awal Training penyegaran

Training bagi manajer

W orkshop manajemen

kelelahan

Format Training Berbasis

Komputer atau

Klasikal

In-house

klasikal

In-house

klasikal

eksternal training

Durasi ½ hari ¼ hari ½ hari 2 hari

Frekuensi Sekali Setahun sekali  Sekali Setahun sekali

Karyawan

Safety officer

Penyusun jadwal

Manajer Operasional

Manajer shift

Manajer K3

Petugas

Kesehatan

Ketua Tim MRK

Anggota tim

Tim expert

(25)

Sekian

• terimakasih

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pembiayaan sosial saat ini yang dilakukan melalui berbagai skema jaminan kesehatan sosial seperti Jamkesmas belum berhasil mengurangi hambatan akses bagi masyarakat miskin

Tujuan antara dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produktivitas hijau pada proses produksi ban motor, mengukur dan mengevaluasi tingkat

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebijakan kredit atas dasar hukum gadai yang telah dilakukan oleh LKM Sinar Abadi Bersaudara Singosari Malang dan

Jika dilihat dari data potensi keagamaan yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama Provinsi DIY, potensi di bidang pendidikan keagamaan di Yogyakarta sangat di dominasi

Pohon ini dapat tumbuh pada curah hujan antara 500-3000 mm/tahun, pada temperatur antara hampir nol sampai lebih dari 40°C apabila tumbuhan sudah cukup kuat, pada ketinggian

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi

Dalam semiotik film dapat diamati dan dibuat berdasarkan suatu hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified), seperti halnya tanda pada umumnya, yang merupakan