• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III AEK NABARA SELATAN KARYA ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III AEK NABARA SELATAN KARYA ILMIAH"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT

PTPN III AEK NABARA SELATAN

KARYA ILMIAH

CIKITA DEVI DAMANIK 142401034

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT

PTPN III AEK NABARA SELATAN

KARYA ILMIAH

DiajukanUntukMelengkapiTugasAkhirdanMemenuhi SyaratMencapaiGelarAhliMadya

CIKITA DEVI DAMANIK 142401034

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)
(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI Crude Palm Oil (CPO) Di PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IIIAEK NABARA SELATAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebut sumbernya.

Medan, Februari 2018

CIKITA DEVI DAMANIK 142401034

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME atas semua berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Penentuan Kadar Air dan Kadar Minyak pada Ampas Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Kimia difakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan pada penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu maupun keterbatasan penulis. Meski demikian penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang telah membaca karya ilmiah ini serta dapat bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis yang selalu memberikan semangat, cinta dan kasih sayang serta perhatian dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, penulis penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan, dan juga dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kebaikan Hati, penulis ingin menyampaikan rasa Terimakasih dan penghargaan kepada

1. Keluarga besar Damanik yang slalu mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk penulis dalam kondisi apapun, tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa.

2. Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku dosen pembingbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam penyusunanKaryaIlmiahini.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si., M.Si selaku ketua departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua program studi D-III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. SeluruhstafpengajarFakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam khususnya jurusan kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Seluruhstafkaryawan di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS AEK NABARA SELATAN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya kepada penulis sehingga penulis bisa membuat Karya Ilmiah ini.

7. Teman-temansemasa PKL, Rebecka oktalia purba, Rhud Nainggolan, Yusuf Manurung yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatiannya kepada penulis serta bersama-sama berjuang dalam dalam suka dan duka.

8. Teman-temansayaangkatan 2014 yang telah memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir pada masa perkuliahan.

9. SeluruhAnakkossaragih Andi yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis menjadi semangat dalam mngerjakan Karya Ilmiah ini.

10. Rivaldy C Damanik selaku adek yang telahmemberikansemangat dan dukungan kepada penulis, sehingga penulisdapatmenyeleaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya Karya ilmiah ini. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(7)

PENENTUAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT

PTPN III AEK NABARA SELATAN

ABSTRAK

Dalam proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan. Telah didapatkan kadar kotoran pada Crude Palm Oil (CPO).

Kadar kotoran yang diperoleh dengan menggunakan pelarut N-heksan yang disaring dengan menggunakan kertas saring whatmann no. 41 kemudian dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 105°C dan dimasukkan kedalam alat soklet dan dibiarkan hingga sampel berwarna bening. Kadar kotoran yang diperoleh sebanyak 2,08522% dan 2,42899%.

(8)

DETERMINATION OF DRIED LEVELS IN CRUDE OIL PALM OIL (CPO) PRODUCTION IN PALM OIL FACTORY

PTPN III AEK NABARA SELATAN

ABSTRACT

In processing of oil palm at PTPN III Aek Nabara Selatan Oil Mill. Crude Palm Oil (CPO) has been found. The level of impurities obtained by using N-hexane solvent is filtered by using filter paper whatmann no. 41 is then fed into the oven at 105 ° C. and fed into the socket and left until the sample is clear. Levels of dirt obtained as much as 2.08522% and 2.42899%.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Minyak Kelapa Sawit 3

2.2 Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit 4 2.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Recifing Station) 4

2.2.1.1. Asam lemak Bebas 7

2.2.1.2 Asam Lemak 7

2.2.1.3. Standar Mutu 8

2.3Kadar Air 14

2.4.Pemurnian Minyak 15

2.5.Manfaat Kelapa Sawit dan Keunggulan pada

Aplikasinya untukKeperluan Pangan 17

(10)

BAB 3 BAHAN DAN METODE 19

3.1 Alat 19

3.2 Bahan 19

3.3 Prosedur Percobaan 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1. Data 20

4.2. Perhitungan 20

4.3 Pembahasan 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 23

5.1. Kesimpulan 23

5.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1 KriteradalamMensortasi TBS (Tandan Buah Segar) 5 2.2 KomposisiAsamLemak Minyak Sawit 7 2.3 KomposisiAsamLemakMinyakKelapa 8

Sawit Dan MinyakIntiKelapaSawit

2.4 KomposisiAsamLemak Minyak Sawit dan Inti Sawit 13 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Air Dan Kadar Kotoran 20 4.2 Syarat Minyak Kelapa Sawit Mentah SNI-2901-2006 22 4.3 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah 22

SNI 01-2901-1992

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Gambar Storage Tank yaitu tempat 25 penyimpanan Minyak Kelapa Sawit(CPO)

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian di perkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, suhu antara 24°C-32°C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30%-40%.

Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya yaitu, minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit, dan minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit . (Tambunan, R.2006)

Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga dapat mempertinggi kehilangan minyak

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat klepa sawit tang di bawa dari Mauritus dan Amsterdam kemudian di tanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit di usahakan dan dibudidayakan secara komersial pada Tahun 1912.

(Fauzi, 2014)

Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Peemerrintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan tahun 1970 Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja (Asahan)

(14)

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda

Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di kirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan Sekutu pad tahun 1943.

Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pettiga dari perkebunan yang pernah dikuasai Kelaskaran (stoler, 1985). Kemudian menjelang akhr tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada Akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda di ambil alih oleh pemerintah Indonesia. (Risza, 1994)

1.2 IdentifikasiMasalah

Untukmenghasilkanminyakinti sawit yang tinggi maka perlu diperhatikan mulai dari cara perawatan pohon kelapa sawit serta pada proses pengolahannya dan juga kadar air dan minyak yang ditersisa di dalam ampas hasil pengepressan.

Permasalahan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini adalah “cara penentuan kadar air dan kadar minyak pada ampas kelapa sawit”. Bagaimana cara penentuan kadar air dan kadar minyak pada ampas kelapa sawit.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui cara penentuan kadar air dan kadar minyak padaampaskelapasawit

1.4 Manfaat

Untukmengetahuicarapenentuan kadar air dan kadar minyak pada ampas kelapa sawit sehingga minyak yang didalam ampas tidak terbuang.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MinyakKelapaSawit

Tanamankelapasawit(ElaisGuinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang Selatan 12°). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24°C-32°C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm/Tahun. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit 2. Minyakintisawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit

Padaumumnyaminyaksawit lebih banyak mengandung asam-asam palmitat, oleat, dan linoleat jika dibandingkan dengan mminyak inti sawit. Pada minyak kelapa sawit, asam lemak dapat bebas terbentuk karena adanya aksi mikroba atau karena hidrolisa autokatalitik oleh enzim lipase yang terdapat pada buah sawit. (Rondang Tambun, 2006)

Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura (D), tenera(T), dan pisifera (P). Ketiga jenis ini dapat di bedakan dengan cara memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekita 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak di kembangkan sebagai tanaman komersial. (LyungPahan, 2010

(16)

2.2 Proses PengolahanBuahKelapa Sawit

2.2.1 StasiunPenerimaanBuah (Fruit Recifing Station) 1. Jembatan Timbang (Weigth Bridges)

Alat ini beerfungsi untuk menimbang TBS dari afdeling yang diangkut truk. Untuk memperoleh netto TBS , ditimbang terlebih dahulu bruttonya, yaitu berat truk dengan berat TBS. Kemudian TBS dikeluarkan dari truk dan dituangkan di loading ramp. Setelah itu truk yang kosong ditimbang untuk mengetahui berat tarra setelah itu berat netto dari TBS yaitu selisih antara berat tarra. Kapasitas timbangan yang di gunakan 30 dan 40 ton

2. Loading Ramp

Berfungsi sebagai alat penampung sementara dan pemindahan TBS dan juga sebagai pembersihan TBS dari pasir dan kotoran

Spesifikasi Loading Ramp 1. Kemiringan 27°-30°

2. Jarak Kisi ± 1-5cm

3. Kapasitas Tampung ±150 ton

4. 14 buah pintu yang di gerakkan oleh kompressor untuk menutup dan membuka pintu sehingga TBS dapat masuk ke dala lori.

Pada tahap ini dilakukan pensortasian terhadap TBS yang masukk, sebab mutu daru TBS yang diolah sangat mempengaruhi rendemen dan mutu produksi dari CPO yang dihasilkan. Adapun tujuan sortasi adalah untuk mengetahui tingkat kematangan buah dan menilai mutu yang masuk ke pabrik.

Derajat kematangan yang baik yaitu, jika tandan-tandan yang di panen berada pada fraksi 1,2 dan 3, sebab pada faksi inin terjadi keseimbangan randemen minyak tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah.

(17)

Tabel2.1 KriteradalamMensortasi TBS (Tandan Buah Segar)

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1 2

4

Mentah Matang

Lewat Matang

00 0 1 2 3 4 5

Tidak ada yang membrondol 1-10 Buah luar brondol 10-25 Buah luar brondol 25-50 Buah luar brondol 50-75 Buah luar brondol 75-100 Buah luar brondol

Buah dalam juga membrondol, ada yang Busuk

Sangat mentah Mentah

Kurang Matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II

3. Lori Rebusan

Berfungsi untuk mengangkut TBS dari Loading Ramp ke Sterilizer sebagai tempat merebus TBS. Rata-rata kapasitas tiap lori rebusan adalah 2,5 ton /lori. Dalam pengisian lori hendaknya jangna sampai penuh, karena dapat mengakibatkan :

1. Tandan buah dapat jatuh kedalam rebusan

2. Pintu maupun plate penahan tandan buah bengkok 3. Tandan buah dapat jatuh, sehingga dapat menimbulkan:

a. penyumbatan saringan pipa kondensat

b. kerugian waktu dan stteam sera kerusakan alat

4. Trasfer Carriage

Berfungsi untuk memindahkan lori yang berisi TBS dari loading ramp ke rel rebusan. Alat ini terdiri dari 1 unit dengan kapasitas 3 lori.

a. StasiunPerebusan (Steriizer Station)

Langkah pertama dari pengolahan kelapa sawit adalah rebusan yang berfungsi sebagai tempat merebus TBS dengan tekanan 2,8 -3 kg/cm2 dan suhunya 130°C-140°C serta mambutuhkan siklus ± 100 menit. Tempat rebusan ada 3 unit, kapasitas dari tiap rebusan 10 unit lori, sedangkan

(18)

lamanya untu merebus lori 90 menit. Pemeriksaan dan pembersihan saringan kondensat dan rel dilakukan setiap minggu.

1) Tujuan Perebusan:

a) Mematikan dan menonaktifkan enzim penghidrolisa minyak b) Mengurangi kadar air dalam buah ± 10% -14% terhadap total TBS

yang direbus.

c) Membekukan zat putih telur yang terdapat dalam dagiing buah d) Memudahkan sawit lepas dari janjangan pada proses penebahan

(thrasher).

e) Mampermudah pemecahan cangkang, sehingga presentase inti pecah berkurang .

2) Sistem Rebusan

Sisten rebusan menggunakan 3 sistem puncak:

a) PuncakPertama

Seetelah selesai pengeluaran udara, tekanan uap di naikkan hinga 0,8 -1,0 kg/cm2.kemudian di buang dengan Blow Down sampai rekanan uap 0 kg/cm2

b) PuncakKedua

.

Sterilizer diisiuaplagi hingga tekanan 1,5 - 2,0 kg/cm2 kemudian dibuang Melalui Blow Down sampai tekanan uap 0 kg/cm

c) PuncakKetiga

2

Diisidenganuaphingga tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 kemudian ditahan sampai jangka waktu tertentu, lalu selanjutnya di buang.

b. KomposisiMinyakKelapaSawit

Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama sumber pangan dengan tingkat konsumsi lebih dari 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mampunyai komposisi tetap karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbbon lebih dari delapan. (S. Ketaren 1986).

(19)

2.2.1.1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas di hasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak kelapa sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan di percepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Anonim 2001).

Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih dari 1%. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan rasa tidak lezat.

Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. (Ketaren, 1986)

2.2.1.2 Asam Lemak

Dua jenis asam leak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Umumnya komposisi asam lemak kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2KomposisiAsamLemak Minyak Sawit

Nama Asam Jenis Rumus Molekul Kadar (%)

Asam Laurat Asam Lemak Jenuh C11H23COOOH 2,0 Asam Miristat Asam Lemak Jenuh C13H27COOOH 1,8 Asam Palmitat Asam Lemak Jenuh C15H31COOOH 40 Asam stearat Asam Lemak Jenuh C17H35COOOH 3,0 Asam Arakhidat Asam Lemak Jenuh C19H25COOOH 1,0 Asam Linoleat Asam Lemak Tak Jenuh C17H27COOOH 1,1 Asam Linolenat Asam Lemak Tak Jenuh C17H31COOOH 7,9 Asam oleat Asam Lemak Tak Jenuh C17H33COOOH 42

(20)

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.

Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2.

bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnyasekitar 0,3 persen.

Tabel 2.3.KomposisiAsamLemakMinyakKelapaSawit Dan MinyakIntiKelapaSawit

Asam lemak Minyakkelapasawit(%) Minyakintikelapasawit(%)

Asam kaprilat - 3–5

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 - 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

2.2.1.3. Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam beratdan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik memiliki kadar air kurang dari 1%

dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%. Kandungan asam lemak bebas serendah

(21)

mungkiin (lebih kurang 2% atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah atau kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

(Ketaren, 2005)

a. PemurnianMinyak (clarification)

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun inin untuk di proses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi, proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.

1) Sand trap Tank

Alatinidigunakanuntuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar

Haruscukuppanas yang diperoleh dengan menginjeksi uap.

2) Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Saringanbergetardigunakanuntukmemisahkan benda-benda padat yang terikut minyak kasar.Saringan bergetar terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan masing-masing 2m2.. tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh.Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut danbahan bahan lain yang masihmengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digetser. Untuk mengetahui ketepatan penambah air pengencer maka setiap 2jam sekali diambil sempel crude oil sebelum masuk vibrating screen untuk selanjutnya dengan hand centifuge/electric centrifuge dapat diketahui komposisi minyak, NOS dan air. komposisi yang tepat adalah satu bagian minyak dan dua bagian sludge (NOS dan air). dengan menggunakan decanter maka perbandingan minyak dan sludge 1:1. Minyak kasar yang telah di saring dialirkan kedalam crude oil

(22)

tank dan suhu dipertahan kan 90 - 95°C selanjutnya minyak kasar akan dipompa ke setling tank.

3) Tangki /Pompa Minyak Kasar (Crude Oil Tank / Pump)

Tangkiminyakkasaradalah tanki penampung minyak kasar, yang telah disaring, untuk di pompakan ke tangki pisah (contonius clarifer tank)dengan pompa minyak kasar. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap, diberikan penambahanpanas dengan penambahan panas dengan menginjeksi uap.Pembersihan secaramenyeluruh (luar dan dalam) dilakukan setiap minggu akhir mengolah.

4) TangkiMasakanMinyak

Minyak yang telahdipisah pada tangki pemisah ditampung pada tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada oil centrifuge.Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3kg/cm2

5) Sentrifusi Minyak (Oil Purifier)

.Tangki terbentuk silinder, dengan bagian dasar berbentuk kerucut.

Untukpemurnianminyak yang berasal dari tangki masakan yang mengandung air ± 0,50 – 0,70% dan ± 0,10 – 0,30 dipergunakan alat pemisah sentrifusi ini yang berputar antara 5.000 – 6.000 Rpm. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi, maka minyak mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak ke arah oros, dan terdorong keluar oleh sudu-sudu (parig disc), sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding bowl. Air keluar, padatan melekat pada dinding bowl yang dikeluarkan dengan pencucian.

6) Tangki Apung (Float Tank)

Tangkiapungdigunakanuntuk mengatur jumlah minyak yang masuk kedalam tangki tanpa udara (Vacuum) agar merata dan tetap (konstan).

Perlu diperhatikan agar pengapung selalu dalam keadaan baik.

7) PengeringanMinyak (Vacuum Dryer)

Pengeringanminyakdigunakanuntuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan 3

(23)

tingkat steam ejector.Minyak terhisap kedalam tabung melalui pemercik (nozzle), akibat adanya hampa udara, dan terpancar kedalam tabung hampa.Uap air dari tabung hampa, terhisap oleh ejector1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap kondensor 1 terhisap oleh ejector 2, masuk kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosfer.Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung di tampung dalam tangki air panas dibawah (hot well tank).

b. Sifat Kimia Minyak dan Lemak

Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak mempunyai rantai lurus monokarbosilat dengan jumlah atom karbon yang genap. Reaksi penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisi, oksidasi dan hidrogenasi.

1) Hidrolisis

Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak karena tercapainya jumlah suatu air dalam minyak atau lemak tersebut. Minyak atau lemak dapat dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak karena adanya air. reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Hidrolisis oleh enzim lipae akan menyebabkan kadar asam lemak bebas menjadi tinggi.(ketaren,1986).

2) Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.(ketaren,1986)

3) Hidrogenasi

Hidrogenasi disebut pengerasan menyebutkan penjenuhan/ikatan rangkao dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Dua akibat yang ditimbulkan yaitu titik cair lemak atau minyak akan naik atau minyak akan lebih cair.(Adiono,1987)

(24)

c. Kadar Kotoran

Kadar pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Denan proses tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang dapat disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak dapat disaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan pada perbedaan berat jenis.(marunduri, 2009)

Kotoran yang terdapat pada minyak terdiri dari tiga golongan, yaitu : 1) Kotoran yang tidak terlarut dalam minyak (fat insolube) dan terdispersi

dalam minyak.

Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan getah serat- serat yang berasal dari kulit abu atau material yang terdiri dari Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran seperti ini dapat diatasi dengan cara mekanis yaitu dengan cara pengendapan dan sentrifugasi.

Kadar pengotor dalam minyak sawit berupa logam seperti besi, tembaga, dan kuningan biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan.

Tindakan preventif pertama yang harus dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless stell.

Mutu dan kuualitas kelapa sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dengan kondisi tertentu, logam-logam dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.

(25)

2) Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak

Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran dapat dihilangkan dengan menggunakan uap panas, sentrifugasi atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.

3) Kotoran yang terlarut dalam minyak (fat soluble compound)

Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, monogliserida yang dihasilkan dari hidrolisis trigliserida., zat warna yang terdiri dari karatenoid, klorofil. Zat wrna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang terdiri dari keton, aldehida, dan resin serta zat lainnya yang belum teridentifikasi. (ketaren, 1986)

d. KomposisiMinyakKelapaSawit

Kelapasawitmengandung 80% perikarp (lapisan serat daging) dan 20% buah yang dilapisi kulit tipis, minyak dalam perikarpsekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalahlemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik lebur minyak kelapa sawit tergantung pada trigligseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigligserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda.

Panjangrantaiadalah 14–20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan komposisi trigligserida. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak jenuh oleat-linoleat. Jumlah asam jenuh dan asam tak jenuh dalam minyak kelapa sawit hampir sama. Komponen utamanya adalah asampalmitatdanoleat.

(26)

Tabel 2.4KomposisiAsamLemak Minyak Sawit dan Inti Sawit

Asam lemak

Jumlah brondolan

Tak jenuh

Titik lebur (°)

Asam Lemak % Berat Minyak

sawit

Minyak inti sawit Kaprilat

Kaprat Laurar Miristat Palmitat stearat

8 10 12 14 16 18

16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6

- - - 1,4 (0,5-6) 40,1 (32-45

5,5 (2-7)

2,7 (3-5) 7,0 (3-7) 46,6 (40-52) 14,1 (14-17)

8,8 (7,9) 1,3 (1-3) Jumlah

asam jenuh

47,0 80,8

Oleat Linoleat

18 18

1 2

15 -5

42,7 (38- 52) 10,3 (5-11)

18,5 (13-19) 0,7 (0,5-2)

Jumlah lemak asam jenuh 53,0 119,2

2.3Kadar Air

Air dalamminyakhanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu penumbuhan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektifitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air sangat kecil (<0.15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udarabaik pada suhu kamar selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak akan mempunyai rasa dan bau yang tidak enak (ketengian).

Akibat mutu minyak menjadi turun.

(27)

Jika kadar aair dalam minyak sawit (<0.15%) maka akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa minyak dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut. Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untukmenghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak. (Gunawan E, 2004)

2.4. Pemurnian Minyak

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempaan di kirim ke stasiun ini untuk di proses lebi lanjut sehingga diperoleh minyak produksi, proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.

1. Sand Tramp Tank

Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari ciran minyak kasar yang berasal dari screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus cukup panas yang diperoleh dengan menginjeksi uap.

2. Saringan Bergetar (Vibrating Sreen)

Saringan bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat yang terikut minyak padat. Saringan bergetar terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan masing-masing 2 m2. Tingkat atas memakai saringan ukuran saringan 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Crude oil yang telah di encerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembailikan ke digetser. Untuk menggetahui ketepatan penambahan air pengernceran maka setiap 2 jam sekali diambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating screen untuk selanjutnya dengan hand centrifuge / electric centrifuge dapat diketahui komposisi minyak, NOS

(28)

sludge (NOS dan air). jika menggunakan decanter maka perbandingn minyak dan sludge 1:1. Minyak kasar yang telah di saring dialirkan kedalam crude oil dan suhu dipertahankan 90 - 95° selanjutnya minyak kasar dipompa ke setling tank

3. Tangki / Pompa Minyak Kasar (crude oil tank / pump)

Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar, yang telah disaring, untuk dipompakan ke tangki pisah (continious clarifer tank) dengan pompa minyak kasar. Untuk menjaga suhu cairan tetap, diberikan penambahan panas dengan menginjeksi uap. Pembersihan dilakukan menyulurkan (luar dan dalam) dilakukan setiap minggu akhir mengolah.

4. Tangki Masakan Minyak (oil tank)

Minyak yang telah di pisah pada tangki pemisah di tampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah selih lanjut pada oil centrifuge.

Diusahakan agar tangki tetap penuh untuk menjaga spiral yang dialiri uap dengan tekana 3 kg/cm2

5. Sentrifusi Minyak (oil Purifier)

. Tangki berbentuk silinder, dengan bagian dasar berbentuk kerucut.

Untuk pemurnian minyak yang berasal dari tangki masakan yang mengandung air ± 0,50 – 0,70 dan ± 0,10 – 0,30 dipergunakan alat pemisah sentrifusi ini, yang berputar adntaara 5.000 – 6.000 rpm. Akibat gya sentrifugal yang terjadi, maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak kearah poros, dan terdorong keluar oleh sudu-sudu (parig disk), sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar akan terdorong kearah dinding bowl. Air keluar padatan melekat pada dingding bowl yang dikeluarkan dengan pencucian.

6. Tangki Apung (Float Tank)

Tangki apung dipakai untuk mengatur jumlah minyak masuk kedalam tangki hampa udara (vacuum) agar merata dan tetap (konstan). Perlu diperhatikan agar pelampung selalu dalam keadaan baik.

(29)

7. Pengeringan Minyak (vcuum Dryer)

Pengeringan minyak dilakukan agar memisahan air dan minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan 3 tingkat steam ejector. Minyak terhisap ke dalam tabung malalui pemercik (nozzle), akibat adanya hampa udara, dan terpancar kedalam tabung hampa udara. Uap air dari tabung hampa, terhisap oleh ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap dari kondensor 1, terhisap oleh ejector 2, masuk kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihiap oleh ejector 3 dan di buang ke atmosfer. Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung ditampung pada tangki air panas dibawah (hot wll tank).

2.5. Manfaat Kelapa Sawit dan Keunggulan pada Aplikasinya untuk Keperluan Pangan

Manfaat kelapa sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri kosmetik dan farmasi. Bahkan, minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar nabati (biodisel).

Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Kadar steril dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosteroldan kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkaisar 360-620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001% dalam CPO.

Berikut adalah beberapa keunggulan minyak sawit pada aplikasinya untuk keperluan pangan:

1. Produk pangan yang diformulasikan dengan menggunakan minyak sawit akan mempunyai keawetan yang lebih baik karena minyak sawit sangat stabil terhadap proses ketengikan dan kerusakan oksidatof lainnya. Alasan itulah membuat minyak sawit dikenal sebagai minyak goreng terbaik.

(30)

2. Minyak sawit mempunyai kecenderungan untuk mengalami kristalisasi dalam bentuk Kristal kecil sehingga mampu meningkatkan kinerja creaming jika digunakan pada formulasi cake dan margarin.

3. Kandungan asam palmitat minyak sawit sangat baik untuk proses aerasi campuran lemak/gula, misalnya pada proses baking.

4. Minyak sawit baik digunakan untuk membuat vanaspati, atau vegetable ghe, yang mengandung 100% lemak nabati, bias digunakan untuk substitusi mentega susu dan mentega cokelat.

5. Roti yang diproduksi dengan shortening dari minyak sawit mempunyai tekstur dan keawetan yang lebihh baik.

6. Minyak sawit juga banyak untuk produksi krim biskuit, karena kandungan padatan dan titik lelehnya yang cukup tinggi. (Fauzi, Y,.dkk..2012

(31)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

1. TimbanganAnalitik 2. Erlenmeyer

3. Kertas Saring 4. Oven

5. tang penjepit 6. Soklet 7. Kertas

8. Labu Alas 250 mL

3.2 Bahan

1. TimbanganAntik 2. N-Heksan

3.3 ProsedurPercobaan

1. Ditimbang kertas saring whatmann no.41 2. Diambil sampel minyak cpo ± 20 gram

3. Tuang sampel minyak melalui kertas saring kedalam erlenmeyer

4. Diambil N-heksan secukupnya untuk membilas sampel sampai kertas berwarna putih.

5. Sampel yang berada dalam kertas whatmann diletakkan didalam oven yang bersuhu 105°C dengan waktu 10 menit

6. Ditimbang kembali setelah sampel dingin 7. Dibalut dengan kertas

8. Dirangkai alat soklet

9. Dimasukkan kedalam alat soklet 10. Dilarutkan pelarut pada labu alas

11. Disokletasi sampai sampel berwarna bening

(32)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Dari hasil analisa yang dilakukan untuk penentuan kadar air dan kadar minyak pada ampas kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan dengan sampel yang sama dilakukan sebanyak dua kali percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Air Dan Kadar Kotoran Tanggal Berat Sampel

Basah (gr)

Berat Sampel Kering

(gr)

Kadar kotoran

%

01-01-2017 16,9010 12,3379 2,08522

01-02-2017 16,3393 14,8659 2,42899%

4.2. Perhitungan

Dari data yang diperoleh, dapat dihitung kadar kotoran pada pada minyak produksi (CPO) yang dinyatakan dalam % berat. Persentase kadar kotoran dapat dihitung dengan:

- Sampel 1

% Kadar Kotoran =

%

Berat Sampel kering × Berat Sampel basah =

%

12,3379 × 16,9010

= 2,08522%

- Sampel 2

% Kadar Kotoran =

%

Berat Sampel kering × Berat Sampel basah

=

%

14,8659 × 16,3393

= 2,42899%

(33)

4.3 Pembahasan

Kadar kotoran adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam minyak, dimana dengan ukuran kecil zat pengotor ini sulit untuk disaring, oleh karena itu perlu dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan alat purifier sebelum di simpan pada tangki timbun.

Kadar pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam minykak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses ppengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugas (marunduri, 2009)

Kadar kotoran merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan penurunan mutu minyak sawit atau yang biasa yang disebut dengan / crude palm oil CPO. Untuk mengetahui tinggi rendahnya asam lemak bebas maka perlu dilakukan alnalisa asam lemak bebas. Dalam penentuan kadar asam lemak bebas (ALB). PKS Aek Nabara menggunakan metode grafimetri.

Analisis grafimetri adalah proses isolasi dan pengukuran suatu berat unsur atau senyawa tertentu. Metode grafimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat di uji dan bila perlu faktor-faktor koneksi dapat digunakan. (Anonim, 2011)

4.3.1 Nilai Kadar Kotoran

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel dan perhitungan di atas telah dapat diketahui hasil analisa kadar kotoran di produksi minyak (CPO), bahwa tanggal 01 Februari 2017, % kadar kotoran pada minyak produksi (CPO) 2, 08522% dan pada tanggal 02 Februari 2017 kadar kotoran pada minyak produksi (CPO) 2,42899%.

Kandungan kadar kotoran minyak dapat dipengaruhi pada saat proses pengolahan dan pada saat pemanenan, untuk itulah pada saat proses pengolahan minyak terdapat stasiun klarifikasi yang merupakan stasiun pemurnian minyak dengan metode penyaringan, pengendapan, sentrifugasi.

(34)

Jenis-jenis kadar kotoran yang terdapat pada minyak sawit dan kemudian akan disaring oleh vibrating screen yaitu berupa pasir, serabut, lumpur, dan lain- lain. Menurut pardameian (2009) crude oil yang telah diencerkan, dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20-40 mesh untuk memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lainnya.

4.3.2 Standar Kadar Kotoran Berdasarkan SNI

Standar kualitas minyak sawit pada PKS Aek Nabara Selatan berdasarkan SNI 01-2901-2006 dan SNI 01-2901-1992 sudah memenuhi standar dengan dibawah 5%. Adapun standar SNI 01-2901-2006 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan SNI 01-2901-1992 pada tabel 4.3.

Tabel 4.2 Syarat Minyak Kelapa Sawit Mentah SNI-2901-2006

No Karakteristik Batasan

1 Kadar Asam Lemak Bebas (%) <50,0

2 Kadar Air (%) <0,50

3 Kadar Kotoran (%) <0.50

Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2006

Tabel 4.3 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah SNI 01-2901-1992 No Karakteristik Syarat Cara Pengujian

1 Warna Kuning jingga sampai

kemerah-merhan

Visual

2 Asam lemak bebas (%) 5,00 BS 684 – 1958 3 Asam kotoran (%) 0,50 SNI – 1384 1992

4 Kadar air (%) 0,45 BS 684 – 1958

Sumber : Standar Nasional Indonesia 1992

(35)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil yang diperoleh diketahui bahwa pada tanggal 01 Februari 2017, persen kadar kotoran pada minyak produksi(CPO), 2, 08522% dan pada tanggal 02 Februari 2017 kadar kotoran pada minyak produksi (CPO) 2,42899%.

Kadar kotoran tersebut masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan standar kadar kotoran yang ditetapkan.

5.2 Saran

1. Dalam melakukan analisa terhadap crude palm oil menggunakan parameter lain yang juga menggunakan metode lain untuk membandingkan metode mana yang lebih baik.

2. Pada pelaksanaan analisa crude palm oil pada tangki timbun sebaiknya dilakukan setiap 1 jam sekali, nilai kadar kotoran akan berubah setiap saat tergantung kondisi tempat penyimpanan.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Analisis Lion Information Center. Diakses 20 Mei 2017 pada jam 20.18. di http:/www.asiaticlion.org/.

Aziz, A. A., 2009. Penentuan Kadar Air dan Kadar Kotoran Minyak Sawit Mentah(CPO) Pada Tangki Penyimpanan di Pabrik Kelapa Sawit PTPN. IV Kebun Adolina, Universitas Sumatera Utara, Medan

Fauzi, Yan dkk. 2004. Kelapa Sawit, Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah, Analisa Usaha dan Peemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta:Penebar Swadaya

Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Keisyo L. 1998. Pbabrik Fraksionasi Sawit PTP II. Medan: Lembaga Penelitian Perkebunan.

Ketaren, A. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Cetakan VIII. Jakarta: Penebar swdaya

(37)

Lampiran 1 : Gambar Storage Tank yaitu tempat penimpanan Minyak Kelapa Sawit(CPO)

(38)
(39)

Gambar

Tabel 2.2KomposisiAsamLemak Minyak Sawit
Tabel 2.3.KomposisiAsamLemakMinyakKelapaSawit Dan  MinyakIntiKelapaSawit
Tabel 2.4KomposisiAsamLemak Minyak Sawit dan Inti Sawit  Asam  lemak  Jumlah  brondolan  Tak  jenuh  Titik lebur (°)
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Kadar Air Dan Kadar Kotoran   Tanggal   Berat Sampel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kelompok Kerja 8 Unit Layanan Pengadaan Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk

KANTOR SAR VII BANDA ACEH. Alamat :

Hal tersebut dikarenakan produksi profil cetak ini hanya membutuhkan tenaga kasar yang dididik mampu menggunakan cetakan, produktifitas yang dilaksanakan diluar proyek juga

Implementasi perbaikan dilakukan dengan menggunakan timer dan menugaskan operator khusus pada saat pembakaran untuk mengurangi cacat retak dan membersihkan kotoran bodi

Pada penulisan ilmiah ini akan diterapkan sebuah sistem jaringan area lokal yang diatur oleh kebijakan yang dibuat yang disesuaikan dengan keperluan mengkondisikan lingkungan kerja

2.3.1 Identification Critical Lakes: It comprises of three parts; firstly, pre-processing of the satellite data for delineation of watershed and to draw out inferences

Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi jasa pelaksana untuk konstruksi jalan raya