• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUNGKAI

( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan oleh : HOKI SETIYAWAN

A 120908013

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

(2)

ii

TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )

Diajukan oleh : HOKI SETIYAWAN

A. 120908013

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing:

Dewan Pembimbing :

Jawaban Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd ... ...

NIP.193907151962031001.

Pembimbing II Prof. Dr. Siswandari, M.Stat ... …………..

NIP. 131 476 662

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd

NIP. 193907151962031001.

(3)

iii

PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )

Disusun oleh:

HOKI SETIYAWAN A. 120908013

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing:

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Furqon H, M.Pd ___________ ________

Sekretaris dr. Dr. Mucshin Doewes, AIFO ___________ ________

Anggota Penguji 1.Prof. Dr Sudjarwo, M.Pd ___________ ________

2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat ___________ ________

Mengetahui Ketua Program Studi

Ilmu Keolahragaan : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd ___________ ________

NIP. 193907151962031001

Direktur Program

Pasca sarjana : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D ___________ ________

NIP. 195708201985031004

(4)

iv Nama : Hoki Setiyawan

NIM : A.120908013

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul

“PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER

OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan ), adalah betul-betul karya penulis sendiri.

Hal-hal yang bukan karya penulis dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan penulis tidak benar, maka penulis bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang penulis peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 22 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Hoki Setiyawan

(5)

v

mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Q.S. Ar- Ra’du : 1)

 Hidup adalah perjuangan, maka berusaha, berdoa dan bertawakallah

( Penulis )

(6)

vi

 Kakak dan Adik tersayang

 Istri Anik terima kasih atas dukungan serta doanya

 Keluarga besar SDN Glinggangan II Pacitan terima kasih atas doanya

 Teman-teman IOR angkatan 2008 Prodi Pascasarjana UNS

 Teman-teman POK’03 UNS

 Teman-teman di Pacitan terima kasih atas bantuannya

 Almamater

(7)

vii

memberikan rahmat dan hidayatNya dan bantuan berbagai pihak, maka penelitian yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )

Terwujudnya tesis ini melewati proses yang cukup panjang. Berbagai pihak telah memberikan dorongan, arahan, bimbingan, saran dan bantuan. Semua ini telah mendukung kelancaran dalam upaya menyelesaikan tesis ini, mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis sampai penulisan tesis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana pada Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, diantaranya adalah:

1. Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp. K.J. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pasca sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Program Pasca Sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

Pembimbing dalam Penelitian tesis ini.

(8)

viii

5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun tesis ini.

6. Drs. Sukarni selaku Kepala SMK Negeri 2 Pacitan yang telah memberikan izin dan menggunakan siswanya sebagai naracoba

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan perhatian dan dukungan moril maupun materiil sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis paparkan satu per satu, yang juga telah banyak membantu dalam penelitian tesis ini.

Semoga amal kebaikan semua berbagai pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT, dan diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan olahraga pada umumnya.

Surakarta, 22 Juli 2010

Hoki Setiyawan

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

(10)

x

a. Macam-macam Power ... 13

b. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Power ... 15

c. Hal-hal yang Pelu Diperhatikan dalam Melatih Power ... 17

d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power ... 19

e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan ... 20

f. Peranan Power Otot Tungkai dalam Berbagai Cabang Olahraga 21 2. Latihan ... 23

a. Pengertian Latihan ... 23

b. Tujuan Latihan ... 24

c. Prinsip-prinsip Latihan ... 25

d. Pengaruh Latihan ... 29

3. Sistem Energi Latihan ... 34

a. Sistem Penyediaan Energi ... 34

b. Karakteristik Umum Sistem Energi ... 37

4. Latihan Berbeban ... 37

5. Latihan Plyometrics ... 47

a. Pengertian dan Tujuan Latihan Plyometrics ... 47

b. Dasar Fisiologis Latihan Plyometrics ... 48

c. Prinsip-prinsip Latihan Plyometrics ... 49

1). Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump ... 55

(11)

xi

a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Squat Jump ... 57

b. Pengaruh Latihan Plyometrics Squat Jump... 57

6. Kecepatan ... 60

a. Pengertian Kecepatan ... 60

b. Pengaruh Kecepatan terhadap Power Otot Tungkai ... 60

B. Penelitian Yang Relevan ... 61

C. Kerangka Pemikiran ... 63

D. Perumusan Hipotesis ... 66

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

B. Metoda Penelitian ... 67

C. Variabel Penelitian ... 69

D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian ... 69

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 71

a. Populasi ... 71

b. Sampel ... 71

F. Teknik Pengumpulan Data ... 72

1. Mencari Reliabilita Tes ... 72

2. Uji Coba Instrumen ... 73

G. Teknik Analisis Data ... 74

(12)

xii

4. Hipotesis Statistik ... 81

BAB VI. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 83

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 87

C. Pengujian Hipotesis ... 89

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Implikasi ... 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 104

(13)

xiii

2. Karakteristik Umum Sistem Energi ... 37

3. Rancangan Penelitan Faktorial 2 x 2 ... 68

4. Tabel Koefisien Kategori Reliabilitas ... 74

5. Satuan Harga untuk Uji Bartlett ... 76

6. Analisis Variansi Dua Jalur ... 77

7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan ... 83

8. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-masing sel (kelompok perlakuan) ... 85

9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data... 87

10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data... 88

11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan ………... 89

12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A

1

dan A

2

)... 90

13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan (B

1

dan B

2

)………... 90

14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ...… 90

15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis

Varians ………... 90

(14)

xiv

18. Anatomi Latihan ... 104

19. Kelompok Treatment Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Tinggi... 112

20. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Tinggi ... 112

21. Kelompok Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Rendah ... 113

22. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Rendah... 113

(15)

xv

2. Latihan Leg Press ... 45 3. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jumps ... 56 4. Latihan Plyometrics Squat Jump ... 57 5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot

Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat Kecepatan 84 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Tungkai Tiap Kelompok

Berdasarkan Tingkat Pembebanan Pada Latihan Berbeban dan Tingkat

Kecepatan ... 86 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Power Otot

Tungkai ... 96

8. Vertical Jump Test ... 106

(16)

xvi

2. Instrumen Penelitian... 105 3. Program Latihan Berbeban dengan Squat dan Leg Press ... 108 4. Program plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump ... 110 5. Data Tes Awal Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri

2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 112 6. Data Tes Akhir Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri

2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 113 7. Data Tes Kecepatan Pada Siswa Putra kelas XI SMK

Negeri 2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 114 8. Rekapitulasi data hasil tes kecepatan dan pengklasifikasian

kategorinya. ... 115 9. Rekapitulasi data hasil tes awal dan tes akhir power otot tungkai,

klasifikasi kecepatan beserta pembagian sampel ke sel-sel. ... 116 10. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada

kelompok 1 (kelompok latihan berbeban)... 118 11. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada

kelompok 2 (kelompok latihan plyometrics)... 118

12. Uji Reliabilitas Dengan Anava... 119

13. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal loncat tegak 122

14. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir loncat tegak 125

(17)

xvii

18. Analisis Varians ... 136

19. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls ... 137

(18)

xviii

Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pejaran 2009/2010 ). Tesis:

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai, 2) Perbedaan peningkatan power otot tungkai siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan kecepatan rendah, 3) Pengaruh interaksi antara metode latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 2 Pacitan Jawa Timur yang berjumlah 70 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik purposive Random Sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel : variabel independent yakni latihan berbeban dan latihan plyometrics, variabel atributif yakni kecepatan lari serta variabel dependent yakni power otot tungkai, Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap kecepatan dengan menggunakan lari cepat 40 meter serta power otot tungkai dengan vertical power jumps test. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai. 2) Ada perbedaan yang signifikan peningkatan power otot tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan siswa yang memiliki kecepatan rendah. 3) Ada pengaruh interksi yang signifikan antara metode latihan dan tingkat kecepatan terhadap peningkatan power otot tungkai. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi lebih tepat jika dilatih dengan latihan plyometrics, sedangkan kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah lebih baik jika dilatih dengan latihan beban

Kata kunci : latihan berbeban, plyometrics, kecepatan, power otot tungkai

(19)

xix

East Java in Academic Year Of 2009/2010). Thesis: Postgraduate Program of Surakarta. Sebelas Maret University. Juli 2010.

The aims of this research are to find out: 1) The difference effect of weight training and plyometrics on the leg muscle power, 2) The difference effect on the leg muscle power between the student having higher speed of leg muscle and the ones having lower speed of leg muscle, 3) Interaction effect between the training resistance and the speed on the muscle power.

The method employed in this research was an experimental method using 2 x 2 factorial design. The Population of research was the male students of grade XI SMK N 2 Pacitan, as many as 70 studens. The sample of research is 40 students taken using purposive Random Sampling. The Variable of research consists of two independent variable: training resistance ( weight training and plyometrics) and speed; one dependent variable: leg muscle power. Entire data needed in this research was obtained throught test and measurement on the speed using sprint 40 metre as well as the leg muscle power using vertical power jumps test. Two-way analysis of variance was used to analysis data followed by Newman Keul’s interval test.

The result shows that 1) there is significant different effect of training resistance and plyometrics on the leg muscle power. 2) There is significant difference of leg muscle power between the students having higher speed of leg muscle and the ones having lower speed of leg muscle. 3) There is significant interaction effect between the training resistance and the speed level with on the result of leg muscle power. The group of students having higher speed of leg muscle is more suitable to be coached using the plyometrics, while the group of students having lower speed of leg muscle is better to be coached using weight training.

Keyword : Weight training, plyometrics, speed, leg muscle power

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini peranan olahraga bagi bangsa Indonesia menjadi sangat penting. Melalui olahraga pada umumnya dan prestasi yang tinggi di bidang olahraga pada khususnya dapat membangkitkan rasa kebangsaan nasional. Selain itu olahraga dapat membawa kehormatan dan kebanggaan suatu bangsa.

Prestasi disemua cabang olahraga perlu ditingkatkan dan mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Salah satu unsur penting yang harus disertakan dalam upaya pembinaan adalah pembinaan dalam kondisi fisik, mengingat bahwa olahraga melibatkan komponen jasmani dan rohani. Faktor yang paling dominan adalah jasmani atau yang lebih dikenal dengan istilah badan. Dalam hal ini M.

Sajoto (1995: 8) menyatakan bahwa, “kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet”. Adapun dalam upaya pembinaan kondisi fisik adalah dengan peningkatan unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi :kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi.

Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi

sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan

aktifitas seperti melompat, berjalan, berlari dan sebagainya. Setiap individu

mempunyai kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda. Adapun kekuatan itu

sendiri menurut kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal

(21)

(maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power), dan kekuatan daya tahan (power endurance) Bompa, D.Tudor (1993:23-25).

Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai.

Power otot tungkai dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah latihan resistence. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:108) mengemukakan bahwa, “latihan resistence adalah latihan dimana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri maupun bobot dari luar (external resistence)”.

Latihan berbeban dan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan

dalam penerapan latihan resistence. Kedua metode latihan tersebut ditinjau dari

segi kecepatan lari, belum diketahui mana yang lebih efektif dalam meningkatkan

power otot tungkai. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai karakteristik

yang berbeda dengan kelompok lain. Menurut Suharno HP. (1993:33)

mendefinisikan power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot

untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu

gerakan yang utuh”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai

merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi

tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.

(22)

Latihan berbeban adalah suatu latihan yang menggunakan beban, baik latihan secara isometrik, secara isotonik maupun secara isokinetik. Latihan ini dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet.

Latihan berbeban adalah suatu cara penerapan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan beban ini dalam pelaksanaannya menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah dikombinasikan menjadi alat khusus untuk latihan beban (weight training)

Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang sering dilakukan adalah latihan kekuatan menggunakan beban (weight training).

Latihan berbeban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan berbeban biasanya untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot tungkai. Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti cara untuk meningkatkan power otot tungkai dengan latihan beban.

Latihan dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai harus pula

ditujukan pada otot-otot tungkai secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah squat dan legg pres. Bentuk latihan tersebut

dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot

tungkai

(23)

Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai.

Latihan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan dalam penerapan latihan kekuatan. Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”.

Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.

Latihan plyometrics berusaha untuk menggunakan berat badan itu sendiri atau menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsang latihan Pelatihan plyometrics menggunakan kekuatan gaya berat untuk meningkatkan energi elastik yang tersimpan di otot selama konstraksi eksentrik (masa persiapan) dari suatu kegiatan. Beberapa energi yang disimpan itu kemudian dilepaskan pada saat konstraksi konsentris (masa pelepasan) yang menyusul dengan segera.

Energi simpanan ini memudahkan gerakan meninggi atau melompat.

Pelatihan plyometrics digunakan untuk melatih aspek yang eksentris dari kerja

otot. Disamping itu latihan plyometrics membantu mengembangkan seluruh

(24)

sistem neuro muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang berkonstraksi.

Latihan-latihan plyometrics diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok- kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometrics tampaknya adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga memungkinan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompatan dan gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan.

Pada dasarnya latihan plyometrics adalah gerakan dari rangsang peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat.

Latihan tersebut dapat menghasilkan peningkatan daya ledak kekuatan otot kontraksi. Daya ledak dan kekuatan kontraksi otot merupakan cermin peningkatan adaptasi fungsional neuromuskuler. Peningkatan kontraksi otot merupakan perbaikan fungsi refleks peregangan dari muscle spindle.

Latihan plyometris lebih ditekankan pada pengembangan power. Power

Sendiri diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekuatan yang terbagi

dengan waktu, maka beban lebih dan temporal harus diberikan. Mengacu pada

permasalahan diatas latihan plyometrics merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan. Program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih, temporal

(25)

dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban lebih yang tidak tepat menggangggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan beban yang resestif dari gerakan-gerakan plyometrics tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak selalu meningkatkan power eksplosif. Beban lebih resestif pada kebanyakan latihan plyometrics adalah berupa gaya momentum dari gravitasi dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali masa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat, sehingga momentumnya akan semakin besar.

Untuk meningkatkan power dapat melalui latihan plyometrics. Adapun bentuk-bentuk latihan plyometrics adalah :melangkah, melompat, melayang, melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak, skiping mengayun, dan memutar (Bompa, 1994 :77) Beberapa bentuk latihan plyometrics yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak anggota gerak bawah adalah “bounds, hops, jumps,leaps, skips, ricochets, jumping-in place, standing jums, multiple hop and jums, box drill, bounding dan dept jump”.

(Radeliffe,J.C., Farentinos,R.C :1985; Chu: 1992)

Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi

sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan

aktifitas seperti melompat, berjalan berlari dan sebagainya. Otot tungkai dipakai

sebagai tumpuan dan tolakan didalam lompat jauh. Setiap individu mempunyai

kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda, adapun kekuatan itu sendiri menurut

(26)

kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal (maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power) dan kekuatan daya tahan (power endurance).

Berdasarkan bentuk latihan plyometrics anggota gerak bawah, latihan untuk meningkatkan power otot tungkai dapat dilakukan dengan gerakan melompat-lompat, baik tanpa alat maupun dengan alat. Hal ini dikarenakan, latihan plyometrics menbacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat. Bentuk latihan plyometrics yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah knee tuck jump dan squat jump

Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengamati siswa khususnya putra saat pelajaran olahraga khususnya Atletik, banyak siswa yang mengalami kesulitan mengikuti materi pelajaran khususnya untuk nomor lari, lompat maupun lempar. Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidak berhasilan siswa dalam menempuh pelajaran tersebut, diantaranya adalah kemampuan fisik siswa yang belum optimal, serta pendekatan latihan yang tidak sesuai dengan nomor- nomor yang ada dalam cabang atletik. Salah satu kemampuan fisik yang dominan dalam nomor-nomor tersebut adalah power otot tungkai, karena hampir semua nomor cabang ini membutuhkan power otot tungkai.

Kekuatan otot tungkai merupakan faktor penting untuk meningkatkan

power anggota gerak bawah. Otot-otot tungkai yang baik (kuat) akan membantu

penampilan atlet dalam melakukan gerakan plyometrics. Karena gerakan

(27)

membutuhkan kekuatan dan kecepatan gerak dari otot-otot yang terlibat.

Radcliffe,J.C., Farentinos,R.C (1985 :4) mengemukakan “setiap keterampilan olahraga yang menuntut power, yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, dapat memperoleh manfaat dari latihan plyometrics”.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu adanya penelitian dengan menggunakan metode latihan berbeban dan latihan plyometrics serta pengaruhnya terhadap power otot, yang selanjutnya akan dikembangkan model dengan judul

” Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dan plyometrics Ditinjau dari kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai (Studi eksperimen latihan berbeban dan plyometrics pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruhi terhadap peningkatan power otot tungkai .

2. Sejauh mana peranan metode latihan yang diterapkan terhadap hasil latihan 3. Metode latihan berbeban dan plyometrics yang paling tepat yang dapat

digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai.

4. Belum diketahui pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatkan power otot

tungkai

(28)

5. Penerapan metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan lari berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Metode latihan yang tepat untuk peningkatan power otot tungkai.

2. Pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010

3. Pengaruh metode latihan dan tinggi rendahnya kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai ?

2. Adakah perbedaan peningkatan power otot tungkai antara siswa yang

memiliki kecepatan lari tinggi dan siswa yang memiliki kecepatan lari

rendah?

(29)

3. Adakah pengaruh interaksi metode latihan dan kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai

2. Perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah terhadap peningkatan power otot tungkai

3. Pengaruh interaksi metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.

F. Manfaat Penellitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun pelatih cabang olahraga tentang pentingnya memilih dan menggunakan metode latihan yang tepat dalam meningkatkan power otot tungkai.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun pelatih cabang olahraga, dalam merancang variasi metode latihan khususnya latihan untuk meningkatkan power otot tungkai

3. Dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan

tahanan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai.

(30)

4. Dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi pembina dan pelatih cabang

olahraga dalam menerapkan metode latihan, sehingga akan lebih efektif dan

efisien.

(31)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Power Otot Tungkai

Pada saat melakukan aktivitas olahraga, pengertian daya ledak atau power biasanya mengacu pada kemampuan seseorang dalam melakukan kekuatan maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai “ Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Berkaitan dengan power , M.Sajoto (1995 : 17) menyatakan bahwa, ”Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa daya ledak otot adalah hasil perkalian antara kekuatan dan kecepatan”. Hal senada dikemukakan oleh Sugiyanto & Sudjarwo (1992 : 21) bahwa, ”Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan kerja otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif.

Eksplosif Power ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsangan syaraf serta kecepatan kontraksi”. Seperti yang dikemukakan Nossek (1982 : 46-48) bahwa ”Power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot”. Sedangkan menurut Harsono (1988 : 200)

”Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam

waktu yang sangat cepat”.

(32)

Berbagai cabang olahraga memerlukan power dalam penampilannya, terutama cabang-cabang olahraga yang membutuhkan ketangkasan dan kecepatan dalam bereaksi, sebagai contoh: cabang olahraga atletik, hampir semua nomor dalam cabang ini memerlukan power, mulai dari nomor lari, lompat maupun lempar dan berbagai cabang olahraga permainan. Power otot tungkai memegang peranan penting dan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya suatu prestasi dalam berbagai cabang olahraga terutama untuk cabang-cabang olahraga yang didalamnya terdapat gerakan-gerakan melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara meksimal dalam waktu yang singkat

Berdasarkan batasan atau definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa power pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat- singkatnya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Power otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif yang melibatkan otot otot tungkai sebagai penggerak utama.

a. Macam-macam Power

Berdasarkan jenisnya power dibedakan menjadi dua macam, Bompa (1990

: 285) mengemukakan bahwa ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power

acyclici dan power cyclic”. Pembedaan jenis power ini dilihat dari segi

(33)

kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga.

Istilah asiklik yang melekat pada power merupakan atribut gerak fisik yang ditilik dari struktur dan fungsi ketrampilan gerak dalam olahraga. Asiklik sendiri berarti satu ketrampilan yang berbentuk dari gerak yang terus menerus berubah tanpa ada kemiripan gerak dengan yang lainnya. Sedangkan siklik adalah kebalikannya yang berarti satu ketrampilan yang terdiri atas gerak yang diulang secara terus menerus

Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti cabang atletik, unsur-unsur geraka pada senam, loncat indah dan permainan. Peran power asiklik dalam permainan akan sangat tampak pada gerakan smash dan block pada permainan bolavoli, slam-dunk dan jump-shot pada bola basket, jump smash pada permainan bulutangkis dan lainya sebagainya. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.

Besarnya power seseorang dapat dinyatakan kerja per unit waktu dengan rumus :

P = t

FxD = P = t

Work (Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L 1988 : 11)

Keterangan :

P = power, F = Force, D = Disatance, t = time

(34)

Dari rumus tersebut diatas menyatakan bahwa power menghasilkan suatu momentum, dan momentum ini merupakan tenaga untuk menghasilkan gerakan yang kuat dan cepat. Jadi power merupakan performa fungsi kerja otot maksimal dibagi satuan waktu.

Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik untuk cabang lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan dapat menentukan jenis dan model latihan yang tepat untuk mengembangkan power otot tungkai yang dimilikinya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power

Power atau daya ledak merupakan gabungan antara dua kemampuan yaitu

kekuatan dan kecepatan. Power akan berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga

yang membutuhkan gerakan-gerakan yang eksplosif. Kekuatan dan kecepatan

yang dikombinasikan akan berperan penting dalam berbagai keterampilan

olahraga. Berkenaan dengan itu, dalam rangka melakukan pembinaan dan

peningkatan prestasi dalam olahraga, power otot yang dimiliki oleh atlet dalam

pembinaan fisik di usia dini perlu ditingkatkan.

(35)

Dalam upaya meningkatkan power otot yang dimiliki oleh para siswa dengan tepat, pelatih atau guru olahraga perlu memahami hal-hal mengenai seluk beluk power otot. Dalam menghasilkan power otot yang baik banyak faktor yang turut menentukan. Suharno HP. (1993:38) menjelaskan bahwa faktor-faktor penentu power adalah :

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.

2) Kekuatan dan kecepatan otot Rumus P = F x V P = Power F = Force V = Velocity (kecepatan) 3) Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit lamanya.

4) Koordinasi gerakan yang harmonis.

5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP)

Selanjutnya Bucher seperti yang dikutip Harsono (1988:200) menyatakan bahwa :

Seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang mempunyai : 1) A high degree muscular strength,

2) A high degree of speed,

3) A high degree of skill in in intergrating speed and muscular strength

Faktor utama yang menjadi dasar dari power otot adalah kekuatan dan

kecepatan. Oleh karena itu segala hal yang mempengaruhi kekuatan dan

kecepatan, juga akan berpengaruh terhadap power otot. Disamping unsur

kecepatan dan kekuatan, power juga dipengruhi oleh teknik dan koordinasi

gerakan. Dengan teknik dan koordinasi yang baik, maka akan memungkinkan

gerakan yang dilakukan akan menjadi lebih cepat dan eksplosif.

(36)

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh kecepatan, kekuatan, keterampilan serta koordinasi gerakan. Disamping itu power juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya ada dua macam yaitu “serabut otot cepat dan serabut otot lambat” (Sadoso sumosardjuno, 1994:15). Serabut otot cepat merupakan serabut otot putih, sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah.

Setiap atlet atau siswa memiliki kecenderungan jenis serabut otot yang berbeda. Jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot putih, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan kemampuan fisik dengan waktu kontraksi pendek seperti, kecepatan power dan kekuatan. Sebaliknya jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot merah, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan waktu kontraksi yang relatif lama atau daya tahan.

c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melatih Power

Dalam melatih dan mengembangkan power otot tungkai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satu diantaranya proses terbentuknya power.

Power merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, maka latihan yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan explosif power. Ciri-ciri latihan tersebut menurut Suharno HP (1993 : 59) antara lain :

a) Melawan beban relatif ringan yaitu dengan berat badan sendiri, atau dapat pula dengan tambahan beban luar yang ringan.

b) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat

c) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh

(37)

d) Bentuk gerakan bisa cyclic maupun acyclic e) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa ciri-ciri latihan untuk mengembangkan power adalah beban latihan ringan dengan gerakan yang aktif dinamis, cepat, singkat dan serasi serta utuh, gerakannya dapat berbentuk cyclic dan acyclic dengan intensitas submaksimal dan maksimal

Selain ciri-ciri tersebut, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam melatih power diantaranya adalah perlunya pemanasan. Lebih lanjut Suharno (1993 : 61) menambahkan bahwa masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam meliatih power diantaranya adalah ”Pemanasan badan sebelum masuk kelatihan inti harus cukup baik untuk menghindari cedera dan kesiapan kerja otot, gerakan-gerakan dalam latihan angkat besi harus benar dan teliti, sesuai dengan tujuan pengembangan otot yang ingin ditingkatkan kualitasnya”.

Latihan yang benar terlebih dahulu harus diawali dengan peregangan otot skelet dan ligamen, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Peregangan bertujuan agar unsur kelentukan tetap terjaga dan untuk mencegah cedera, sedangkan pemanasan bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh yang selanjutnya akan membantu kelancaran sirkulasi darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran zat.

Demikian pula dalam pelaksanaan penelitian ini. Treatment dilakukan sesuai

dengan prosedur pelatihan dan dilaksanakan dalam tiga bagian yaitu

pemanasan selama kurang lebih 15 menit, dilanjutkan dengan latihan inti

berkisar 90 menit kemudian diakhiri dengan penutup atau penenangan selama

kurang lebih 10 menit

(38)

Berdasarkan ciri-ciri latihan tersebut diatas, maka bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah latihan dengan beban ringan, gerakanya aktif dinamis, cepat, serasi dan utuh gerakannya dapat berbentuk cyclic dan acyclic, intensitas submaksimal dan maksimal. Beberapa metode latihan yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas diantaranya adalah dengan latihan berbeban (ketrampilan gerak asiklis), seperti yang dikemukakan Suharno HP (1993 : 59) bahwa untuk mengembangkan power ”dapat digunakan metode weight training, interval training, dan repetition training”

dan latihan plyometrics (ketrampilan gerak kombinasi asiklis) (Redciffe,J.C., Farentinos, R.C. 1985 : 5). Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap power otot tungkai.

Alasan yang digunakan berkaitan dengan metode latihan tahanan adalah seperti yang telah diuraikan diatas. Demikian pula dengan bentuk latihannya, masing-masing metode latihan terdiri dari 2 macam jenis latihan.

Untuk latihan berbeban, bentuk latihannya squat dan leg pres, sedangkan untuk latihan plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump. Pemilihan jenis latihan tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan latihan dalam penelitian.

d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power

Power berhubungan erat dengan kekuatan dan kecepatan, kontraksi

otot dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot

(39)

maksimum dalam satu durasi waktu yang pendek. Harre (1982) menyatakan bahwa ”untuk meningkatkan power atau daya ledak diperlukan peningkatan kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama, sehingga bila seseorang dilatih kecepatan secara khusus, maka kemampuan power akan meningkat’.

Pemberian latihan harus direncanakan, disusun dan diprogram dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Dosis beban latihan merupakan komponen yang sangat penting, yang harus diperhitungkan dengan cermat dalam menyusun program latihan.

e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan

Unsur-unsur pembebanan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan menurut M.Sajoto (1995 : 33-35) diantaranya adalah ”1) jumlah beban, 2) Repetisi dan set, 3) Frekuensi dan lamanya latihan”

Beberapa pendapat berkaitan dengan dosis latihan untuk meningkatkan power atau daya ledak. Menurut Nossek (1982 : 80) sebagai berikut ”beban latihan 50% - 75% dari maksimal, repetisi 6-10, set 4-6, dan istirahat antar set 3-5 menit dan irama angkatan cepat, sedangkan menurut Harre (1982 : 81)

”beban latihan 30% - 50% dari maksimal, repetisi 6 – 10, set 4 – 6, istirahat

antar set 2 – 5 menit dan irama angkatan cepat”. Dan dosis untuk latihan

plyometrics menurut Bompa (1994 : 44) adalah dengan ”intensitas

submaksimal, dengan jumlah repetisis 3-25, jumlah setnya 5-15 dan dengan

istirahat antar set 3-5 menit”. Hal ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991),

bahwa dalam melatih power atau daya ledak, besarnya beban latihan sangat

(40)

penting, prinsipnya beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga dapat digerakkan dalam jumlah yang sangat dan cepat

Mengenai berat latihan Moeloek & Arjatmo Tjokronagara (1984 ;12- 15) menyatakan bahwa ”berat pelatihan dapat diberikan dengan berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan frekuensi pelatihan, jumlah pelatihan, macam pelatihan, ulangan (repetition), dalam suatu bentuk pelatihan, berat badan, kesukaran dalam suatu pelatihan dan memperpendek interval pelatihan”. Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa beban latihan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan frekuensi latihan, meningkatkan intensitas latihan, meningkatkan program latihan maupun memodifikasi berbagai komponen dalam pelatihan, sehingga pelatih mempunyai kebebasan untuk berkreasi dalam melakukan pelatihan.

Sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu beban yang akan diberikan disamakan, yaitu dengan intensitas latihan 50% - 75%, repetisi 10 kali, set 4-6, dan recovery 3-5 menit. Tujuan menyamakan beban yang diterima sampel sehingga dosis yang digunakan untuk kedua metode tersebut dari awal penelitian betul-betul merupakan sebuah keadaan yang seimbang

f. Peranan Power Otot Tungkai Dalam Berbagai Cabang Olahraga

Power otot tungkai memuliki peranan yang sangat penting hampir

disemua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang

olahraga permainan baik olahraga individu maupun beregu, power otot tungkai

mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah prestasi.

(41)

Berdasarkan jenis power dibedakan menjadi dua macam, Bompa (1990 : 285) mengemukakan bahwa ”power dibedakan dalam dua bentuk yakni power acyclic dan power cyclic”. Perbedaan jenis power ini dilihat dari segi kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang atletik, unsur-unsur gerakan pada senam, loncat indah dan permainan. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang aktivitasnya terdapat gerakan maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.

Besarnya power otot tungkai yang diperlukn pada masing-masing cabang

tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot

tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot

tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang

diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang

olahraga atletik untuk nomor lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat

penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan

dapat menentukan jenis dan model latihan yang paling tepat untuk

mengembangkan power otot tungkai yang dimilikinya

(42)

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental dalam upaya untuk meningkatkan pencapaian prestasi. Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam olahraga, atlet harus melaksanakan latihan secara intensif.

Menurut A. Hamidsyah Noer (1995:90) yang dimaksud dengan latihan adalah : “Suatu proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada disampaikan Mulyono B (1992:21) yang menyatakan bahwa :

Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu, dimana beban latihan dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya akan memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama- sama.

Adapun menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:126) “ Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.

Ketiga teori tentang latihan tersebut diatas memiliki pengertian yang sama.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa latihan adalah suatu aktivitas olahraga

yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban

(43)

secara bertahap dan berkelanjutan yang dilakukan tertentu untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga.

b. Tujuan Latihan

Upaya peningkatan prestasi di bidang olahraga mutlak memerlukan latihan. Proses latihan dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu dengan program yang baik. Latihan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian prestasi olahraga secara optimal.

Tujuan serta sasaran utama dari latihan olahraga menurut A.Hamidsyah Noer (1995:90) adalah “Untuk membantu para atlet dalam meningkatkan keterampilan dan pencapaian prestasi semaksimal mungkin, disamping untuk menjaga stabilitas derajat kesehatan dan kesegaran jasmani atlet”. Sedangkan tujuan utama latihan dalam olahraga menurut Harsono (1988:100) adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin”.

Jadi, tujuan akhir dalam pelaksanaan latihan adalah pencapaian prestasi yang semaksimal mungkin dalam olah raga. Untuk dapat mencapai hal tersebut mutlak diperlukan kemampuan fisik dengan tingkatan fitness yang tinggi. Sebab hanya dengan kemampuan fisik seperti itulah, seorang atlet akan dapat tampil prima dalam penampilam olahraganya. Dengan penampilan yang prima akan dapat memungkinkan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya dalam olahraga.

Karena tidak bisa ditinggalkan, maka kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan

melalui latihan fisik.

(44)

Sasaran dan tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu “untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”.

Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dalam melakukan olahraga, sedangkan secara khusus latihan fisik ditunjukkan kepada komponen fisik tertentu. Memang semua komponen- komponen fisik dalam tubuh manusia tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Akan tetapi latihan fisik yang bersifat khusus, hanya akan menekan komponen-komponen fisik tertentu. Untuk meningkatkan komponen fisik tertentu, misalnya power otot, maka latihan fisik yang dilakukan harus bersifat khusus sesuai denngan karakteristik power otot tersebut.

c. Prinsip-prinsip Latihan

Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga, menuntut adanya latihan secara intensif. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan yang baik akan sangat diperlukan dalam pelaksanaan latihan, sebab hal itu akan turut menentukan terhadap hasil yang akan dicapai. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan harus di dasarkan pada prinsip-prinsip latihan yang benar.

Menurut Nosseck (1982:14) bahwa prinsip-prinsip latihan merupakan garis

pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan

baik”.

(45)

Usaha untuk mencapai suatu tujuan latihan haruslah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsi latihan yang benar. Prinsip-prinsip tersebut menurut E.L Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-31) yaitu :

1. Prinsip overload

2. Prinsip penggunaan beban secara progresif 3. Prinsip pengaturan latihan

4. Prinsip kekhususan program latihan

Adapun menurut Bompa yang dikutip Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:130-140) prinsip-prinsip latihan tersebut adalah :

1. Prinsip beban lebih

2. Prinsip perkembangan multilateral 3. Prinsip intensitas latihan

4. Prinsip kualitas latihan 5. Prinsip berpikir positif 6. Variasi dalam latihan 7. Prinsip individualisasi

8. Penetepan sasaran (goal setting) 9. Prinsip perbaikan kesalahan

Dari pendapat pendapat di atas ada kesamaan dan saling melengkapi,

keduanya dapat disatukan. Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai

berikut :

(46)

1) Prinsip Beban Lebih (overload)

Prinsip latihan lebih merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kemampuan atlet, karena pembebanan yang dilakukan lebih berat dari kemampuan atlet. Hal ini senada dengan Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:131) mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet”.

Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, maka akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Dengan pembebanan lebih ini tubuh akan memberi respon terhadap rangsangan yang tepat dan akan beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut.

2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif

Prinsip penggunaan beban secara progresif yang dimaksud adalah

penggunaan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi

sedikit. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan beban adalah penentuan

peningkatan harus berada dalam ambang rangsang. Dalam artian, pembebanan

yang dilakukan tidak boleh terlalu berat karena dapat menyebabkan terjadinya

over training. Nosseck (1982:49) menyatakan bahwa “periode stabilitas atau

adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu

yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”.

(47)

3) Prinsip Pengaturan Latihan

Pembebanan yang dilakukan dalam latihan berbeban haruslah diatur sedemikian rupa, sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:31) mengemukakan bahwa :

Latihan hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.

4) Prinsip Kekhususan

Pengaruh yang ditimbulkan dalam latihan itu sangat bersifat khusus. Oleh karena itu, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus pula.

Dalam hal itu Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan tersebut bersifat khusus sesuai dengan karakteristik gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan.

5) Prinsip Individual

Kemampuan dan keadaan masing-masing orang berbeda, baik dari segi fisik, mental, watak, potensi, karakteristik belajarnya dan tingkat kemampuannya.

Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis

(48)

latihan dan metode latihan dapat serasi untuk mencapai suatu prestasi bagi tiap- tiap individu.

Dosis latihan yang diberikan kepada atlet hendaknya bersifat individual.

Meskipun sejumlah atlet atau siswa dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, namun kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama.

Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai ciri yang berbeda. Faktor-faktor karakteristik individu harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan. Dalam hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa :

“Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan”.

Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet atau siswa.

Dengan hal tersebut maka pelatih akan dapat memperhitungkan beban latihan yang akan diberikan kepada tiap atletnya dengan cepat.

d. Pengaruh Latihan

Telah diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan

terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologi

yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energy yang lebih besar dan

memperbaiki penampilan fisik. Menurut Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L(1988 :

324) perubahan fisiologi yang terjadi akibat latihan fisik diklafikasikan menjadi 3

(49)

macam perubahan, yaitu : (a) perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang berhubungan dengan biomekanika, (b) perubahan yang terjadi secara sistematis, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi termasuk system pengangkutan oksigen, (c) perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. Secara lebih rinci perubahan-perubahan akibat latihan oleh Davis et al (1989 : 175-177) dijabarkan sebagai berikut.

a. Perubahan-perubahan Biokimia :

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam otot rangka akibat latihan dikelompokkan menjadi dua, yakni : perubahan yang disebabkan oleh latihan aerobik dan perubahan yang disebabkan oleh latihan anaerobik.

1) Perubahan yang terjadi pada aerobik otot akibat latihan aerobik a) Meningkatnya cadangan glukosa dan trigliserida

b) Meningkatnya ekstraksi oksigen yang disebabkan adanya peningkatan konsentrasi mioglobin

c) Meningkatnya pengangkutan oksigen melalui vaskularisasi, karena jumlah kapiler dalam otot meningkat

d) Bertambahnya tempat untuk memproduksi energi karena bertambahnya ukuran dan jumlah mitokondria

e) Terjadi peningkatan produksi ATP melalui sistem aerobik, karena jumlah enzim oksidatif meningkat sangat banyak.

2) Perubahan yang terjadi pada otot kaki akibat latihan anaerobik

Perubahan yang terjadi dalam otot akibat anaerobik meliputi :

(50)

a) Peningkatan sistem ATP-PC seiring dengan meningkatnya cadangan ATP- PC

b) Peningkatan cadangan glukosa dan aktivitas enzim-enzim glikolitik.

c) Meningkatnya kecepatan kontraksi otot.

d) Hipertropi otot ( paling banyak pada serabut-serabut otot cepat).

(1) Meningkatnya area crossectional, dengan demikian meningkatnya kekuatan (force) otot.

(2) Meningkatnya jumlah dan ukuran myofibril per serabut otot.

(3) Meningkatnya jumlah aktin dan moisin.

(4) Meningkatnya diameter dan (mungkin) jumlah serabut otot.

e) Meningkatnya densitas kapiler per serabut otot.

f) Meningkatnya kekuatan tendon dan ligament.

g) Meningkatnya kemampuan rekruitmen motor unit.

h) Meningkatnya berat tubuh tanpa lemak.

b. Perubahan Pada Sistem Kardiorespiratori

Perubahan yang terjadi pada sistem kardiorespiratori akibat latihan adalah : 1) Hipertropi jantung

Pada latihan aerobik peningkatan ukuran jantung disebabkan oleh bertambah luasnya ventrikel kiri tanpa disertai penebalan dinding ventrikel, sedangkan pada latihan anaerobik perubahan ukuran jantung disebabkan karena terjadi penebalan dinding ventrikel.

2) Bertambahnya volume sekuncup jantung.

(51)

Dengan bertambah luasnya chambers (bagian dari ventrikel kiri), bertambah tebalnya dinding ventrikel, dan ekstensibilitas, serta kontraktilitas jantung. Volume darah yang dipancarkan setiap detak menjadi lebih banyak.

3) Menurunnya frekuensi detak jantung pada saat istirahat.

Cardiac output yang dibutuhkan pada saat istirahat adalah konstan, dengan meningkatnya isi sekuncup maka frekuensi detak jantung akan menurun.

4) Meningkatnya volume darah dan haemoglobin

Latihan merangsang peningkatan plasma dan volume sel-sel darah merah, dengan demikian pengangkutan oksigen dan pembersihannya kembali menjadi lebih efektif.

5) Tekanan darah pada penderita hipertensi, latihan akan menurunkan tekanan darahnya sehingga menjadi normal.

6) Sistem respiratori

Pengaruh latihan pada sistem respiratori adalah meningkatnya volume paru secara keseluruhan, dan pada orang-orang tertentu meningkatkan kapasitas difusi pulmonal.

c. Perubahan-Perubahan Lain

Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti :

1) Perubahan dalam komposisi tubuh.

2) Perubahan kadar kolesterol dan trigliserida darah.

3) Perubahan dalam tekanan darah.

(52)

4) Perubahan dalam aklimatisasi ; dan

5) Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung.

d. Perubahan Pada Saraf

Perubahan fisiologis yang lain, selain dari 3 hal yang telah dikemukakan adalah perubahan-perubahan pada struktur saraf. Perubahan pada sruktur saraf ini tidak dibahas secara rinci seperti pada perubahan-perubahan otot skelet, tetapi hanya dikemukakan sebagian saja. Kebanyakan penelitian fisiologis dari latihan terfokuskan pada perubahan-perubahan dalam otot skelet. Meskipun demikian,beberapa penelitian yang memusatkan perhatiannya pada neurumuskuler junction dan motoneuron tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih penting karena ditemukan bahwa susunan atau struktur ini menunjukkan perubahan sebagai hasil dari latihan (Fox, 1984 : 231).

Kekuatan dan power tidak hanya ditentukan oleh jumlah dan kualitas

massa otot yang terlibat, tetapi juga oleh massa otot yang dapat diaktifkan

melalui usaha yang disadari (volunter). Lebih lanjut ekspresi dari kekuatan

dan power volunter disamakan dengan gerakan yang terampil, yang mana

otot-otot penggerak utama harus diaktifkan secara keseluruhan, demikian

juga otot-otot sinergis, sedangkan otot-otot antagonis dihambat. Latihan

kekuatan dan power menyebabkan perubahan dalam sistem saraf, yang

membuat seseorang lebih baik koordinasi kelompok ototnya, dan dengan

demikian power menjadi lebih besar (Sale dalam Jones, NL., McCarteney,

N., and McCormas, AJ., 1986 : 289-299)

Referensi

Dokumen terkait

PTK dengan judul Media Pembelajaran Multimedia Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Penerapan Desain Interior dan Eksterior Bangunan dilakukan

Dari hasil analisis data diketahui bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama dalam penguasaan nomina bahasa Jerman sebelum penerapan

a) Diusulkan oleh Pengurus Provinsi dan/atau sekurang-kurangnya ¾ pemilik suara sesuai kondisi daerah dengan persetujuan Pengurus Pusat. b) Usulan dimaksud dibahas dalam

Proyek Pembangunan Gedung PT.Bank Jabar Cabang Depok, Masalah Khusus : Perhitungan Volume Beton dan Analisa Biaya pada Kolom Lantai 1 Penulisan Ilmiah / Kerja Praktek, Fakultas

Sistem saluran drainase di kota Depok saat ini masih dapat dikatakan minim karena belum adanya koordinasi atau keterpaduan yang baik antara saluran drainase satu dengan saluran

Peranan Rekam Medis dalam Mendukung Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Kaitan Rumah Sakit sebagai Swadana.. Dalam Kumpulan Makalah Seminar Nasional dalam Kongres &

Dari Gambar 3 terlihat bahwa berat kering biji 15 sampai 25 HSP untuk ke tiga dosis pupuk P pada varietas Kaba dan Wilis masih relatif rendah dimana bahan kering

Beberapa kultivar kedelai yang ditanam di tanah pasir pantai dengan pemberian bokashi pelepah pisang menunjukkan beragam antar kultivar maupun tanggapannya terhadap takaran