commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN
HOLLOW SPRINTS
DAN
REPETITION SPRINTS
TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU
DARI POWER OTOT TUNGKAI
(Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh: Muhammad Syafaruddin
A 120809023
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN
HOLLOW SPRINTS
DAN
REPETITION SPRINTS
TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU
DARI POWER OTOT TUNGKAI
(Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh: Muhammad Syafaruddin
A 120809023
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN
HOLLOW SPRINTS
DAN
REPETITION SPRINTS
TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU
DARI POWER OTOT TUNGKAI
(Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupatan Kubu Raya)
Disusun Oleh: Muhammad Syafaruddin
A 120809023
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sugiyanto Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP : 19491108197609 1 001 NIP : 19480531197603 1 001
Mengetahui
Ketua Proram Studi Ilmu Keolahragaan
Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP : 19480531197603 1 001
commit to user
iv
commit to user
v
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN
HOLLOW SPRINTS
DAN
REPETITION SPRINTS
TERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU
DARI POWER OTOT TUNGKAI
(Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya )
Disusun oleh :
MUHAMMAD SYAFARUDDIN
Nim : A.120809023
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. M. Furqon H, M. Pd ... ……..
Sekretaris : Dr. Kiyatno, dr, MARS. AIFO ... ……..
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sugiyanto ... ……..
: 2. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO ... ……..
Surakarta, 13 januari 2011
Mengetahui,
Direktur PPS UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
commit to user
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Syafaruddin
NIM : A120809023
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbedaan Pengaruh
Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan
Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot Tungkai”. (Studi
Eksperimen Metode Latihan Pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya), adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, November 2010 Yang membuat pernyataan
commit to user
vii
MOTTO
v Carilah ilmu setinggi-tingginya karena dengan ilmu hidup akan mudah …
dengan agama hidup akan terarah.
v Suatu perjuangan tidak dapat diukur oleh suatu penghargaan namun hanya
dari niat yang suci.
v Beri satu kunci untuk mengenal hidup, Jadikan setiap langkah kita sebagai
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
v Ayah dan ibu tercinta
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga tesis saya yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints
Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot
Tungkai”, dapat saya selesaikan dengan baik.
Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan
bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sedalam-dalamnya kepada :
a. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku ketua Program Ilmu Keolahragaan,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan
guna kelancaran studi.
d. Prof. Dr. Sugiyanto dan Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO sebagai pembimbing
tesis yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam
mencurahkan pikiran, waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan
commit to user
x
e. Prof. Dr. Sujarwo, M.Pd dan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
sebagai dosen yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam
mencurahkan pikiran, waktu serta tenaga untuk memberikan masukan dalam
penyusunan tesis ini.
f. Bapak Lahmudin A. Rani, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Sungai
Raya Kabupaten Kubu Raya serta staf yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini.
g. Bapak Kaseri selaku guru pendidikan jasmani SMP Negeri 3 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya dalam membantu selesainya penelitian ini dari awal
sampai akhir.
h. Siswa-siswa SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang telah
bersedia menjadi sampel penelitian serta,
i. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril
ataupun materil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan
yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini
masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharap saran dan kritik yang sifatnya membangun sebagai bekal
demi kesempurnaan tesis ini.
Surakarta, November 2010
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABSTRAK ... xviii
ABSTRACT ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
commit to user
xii
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ... 11
1. Latihan Fisik ... 11
a. Pengaruh Latihan Fisik ... 12
b. Jenis-Jenis Latihan Fisik. ... 19
2. Metode Latihan Lari Cepat ... 22
a. Metode latihan lari cepat Hollow (Hollow Sprints) ... 23
b. Metode latihan lari cepat Repetisi (Repetition of Sprints) 25 3. Lari Cepat 100 meter ... 28
a. Kecepatan ... 29
b. Latihan Lari Cepat ... 35
c. Energi Utama Aktivitas Lari Cepat 100 Meter ... 41
d. Kecepatan Lari 100 Meter ... 42
4. Power Otot Tungkai ... 45
B. Penelitian yang Relevan ... 49
C. Kerangka Pemikiran ... 50
D. Perumusan Hipotesis ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56
B. Metode Penelitian ... 57
C. Variabel Penelitian ... 58
D. Definisi Operasional Variabel ... 58
commit to user
xiii
F. Teknik Pengumpulan Data ... 62
G. Teknik Analisis Data ... 64
1. Uji Prasyarat Analisis ... 64
2. Uji Hipotesis ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 69
B. Reliabilitas ... 73
C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 74
1. Uji Normalitas ... 74
2. Uji Homogenitas ... 75
D. Pengujian Hipotesis ... 73
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Implikasi ... 86
C. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi ... 19
Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Otot FastTwitch dan Slow Twitch .... 30
Tabel 3. Latihan Interval Pedoman Waktu ... 38
Tabel 4. Latihan Interval Pedoman Jarak ... 38
Tabel 5. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 57
Tabel 6. Ringkasan Anava Untuk Menghitung Eksperimen Faktorial 2 x 2 ... 67
Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai ... 69
Tabel 8. Nilai Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Masing-masing Sel (Kelompok Perlakuan) ... 71
Tabel 9. Range Kategori Reliabilitas ... 73
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 73
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 74
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ... 75
Tabel 13. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Jenis Metode Latihan dan Power Otot Tungkai ... 76
commit to user
xv
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Power Otot Tungkai
(B1 dan B2) ... 77
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ... 77
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis
Varians ... 78
Tabel 18. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Kecepatan pada Lari 100 Meter ... 43
Gambar 2. Perkembangan Frekuensi Langkah pada Lari 100 Meter ... 43
Gambar 3. Perkembangan Panjang Langkah pada Lari 100 Meter ... 44
Gambar 4. Ilustrasi Keterkaitan Diantara Kemampuan Biomotorik ... 46
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai ... 70
Gambar 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Pada Tiap kelompok Perlakuan ... 71
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Tahapan Penelitian ... 92
Lampiran 2. Deskripsi Pelaksanaan Eksperimen ... 93
Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Test Power Otot Tungkai ... 96
Lampiran 4. Test Kecepatan Lari 100 Meter ... 98
Lampiran 5. Program Latihan Tiap Pertemuan ... 99
Lampiran 6. Daftar Siswa Putra Kelas VIII ... 108
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Test Power Otot Tungkai Berdasarkan Rengking ... 112
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Test Power Otot Tungkai Beserta Klasifikasinya ... 116
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Power Otot Tungkai Beserta Klasifikasinya ... 120
Lampiran 10. Data Test Awal Kecepatan Lari 100 Meter ... 122
Lampiran 11. Data Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter ... 124
Lampiran 12. Rekapitulasi Data Hasil Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter, Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel ke Sel-sel ... 126
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Hollow Sprints) ... 128
commit to user
xviii
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari
100 Meter pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Repetition
Sprints) ... 129
Lampiran 15. Uji Reabilitas Test Awal Lari 100 Meter ... 130
Lampiran 16. Uji Reabilitas Test Akhir Lari 100 Meter ... 134
Lampiran 17. Uji Normalitas Data dengan Metode Lilliofors ... 138
Lampiran 18. Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians ... 142
Lampiran 19. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 144
Lampiran 20. Analisis Varians ... 145
Lampiran 21. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Varians ... 146
Lampiran 22. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls ... 147
commit to user
xix
ABSTRAK
MUHAMMAD SYAFARUDDIN. Perbedaan Pengaruh Latihan Hollow
Sprints Dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau Dari Power Otot Tungkai. Tesis. Surakarta. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Desember 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011. (2) perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011. (3) pengaruh interaksi antara metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen melibatkan dua variabel, yaitu variabel independen(metode latihan) terdiri dari dua variabel manipulative (hollow sprints dan repetition sprints) dan satu variabel atributif ( power otot tungkai) dan variabel dependen ( peningkatan kecepatan lari 100 meter). Rancangan penelitian menggunakan faktorial 2X2. Sampel penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupatan Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011 yang mengikuti ekstrakulikuler. Teknik pengambilan sampel adalah purposive random sampling dengan cara undian. Teknik analisis data adalah Anava Rancangan 2X2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05.
Penelitian menyimpulkan : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints dalam meningkatkan kecepatan lari 100 meter. (2) Ada perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter yang signifikan, antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah. Peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik di banding yang memiliki power otot tungkai rendah. (3) Ada interaksi antara latihan lari cepat dan tingkat power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Interaksinya adalah Siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan latihan repetition sprints dan Siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan latihan hollow sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
commit to user
xx
ABSTRACT
Muhammad Syafaruddin. The Difference of Hollow Sprints and Repetition Sprints
Training Effects to Increased 100 Metre Run Speed Evaluated from Leg Muscle Power.Thesis, Surakarta. The Postgraduate Program of Sport Science of Surakarta Sebelas Maret University, December 2010.
The aim of This research is to know (1) Difference between hollow sprints and repetition sprints training method effects to increased of 100 metre run speed in the students 7th of SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2010/2011, (2) Difference of result increased of 100 metre run speed between high leg muscle power and low leg muscle power, (3) Interaction between training method with leg muscle power to increased of run speed.
This research applies two method experiment that included two variables are: variable independent (training method) that consists two manipulative variables (hollow and repetition sprints) and one attributive variable (leg muscle power) and variable dependent (increased 100 metre run speed). This research applies factorial design 2 x 2 planning. Subject applied in this research is the students 7th of SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2010/2011 which followed extracurricular. The data analyse technique using ANAVA. Hypothesis test is used significant level 0,05.
This research conclusion is follows (1) There is significance effect difference between hollow sprints and repetition sprints training methods in increasing 100 metre run speed, (2) There is significance difference of result increase of 100 metre run speed between students having high leg muscle power with low leg muscle power. Run speed increase of student having high leg muscle power better than students having low leg
muscle power, (3) There is interaction between run speed training and level of leg muscle power to increased of 100 metre run speed. The interaction is the students having high leg muscle power more compatibly if they were given repetition sprint training and the students with low leg muscle power more compatibly if they were given hollow sprint training to increased 100 metre run speed.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembinaan prestasi dalam olahraga, merupakan hal yang sangat perlu
mendapat perhatian sebab prestasi dibidang olahraga merupakan sesuatu yang
sangat bergengsi. Karena prestasi dalam olahraga dapat disebut sebagai parameter
bagi kemajuan dalam pembinaan dan kepelatihan olahraga, tetapi dalam hal
prestasi saat ini, dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa prestasi atlet-atlet
Indonesia sangat minim dibandingkan dengan prestasi yang telah dicapai oleh
negara-negara tetangga, ditingkat Asia dan tingkat dunia. Hal ini sangat
memprihatinkan dan tentunya perlu adanya jalan keluar yang harus dipikirkan,
maka untuk dapat mencapai prestasi yang optimal dalam olahraga memang harus
ditunjang dengan pengembangan teori dan metodologi latihan yang didukung dari
berbagai disiplin ilmu, karena berlatih pada masa sekarang ini harus berdasar pada
prinsip-prinsip ilmiah. Dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam latihan
olahraga serta metode latihan yang berkualitas dan diimbangi adanya dukungan
dan peran dari berbagai disiplin pengetahuan dan teknologi, akan dapat memacu
perkembangan prestasi dalam olahraga terutama cabang atletik.
Pembinaan cabang olahraga atletik belum mampu melakukan inovasi
dalam metode latihan. Inovasi metode latihan dapat dilakukan dengan mengkaji
penemuan-penemuan baru hasil penelitian ilmiah maupun menerapkan metode
commit to user
pengetahuan dan teknologi.
Kendala yang dapat menimbulkan terhambatnya pembinaan olahraga
cabang atletik adalah pelatih yang masih mengacu pada pengalaman selama
menjadi atlet dan berasal dari mantan atlet sehingga jenis dan bentuk latihan
bersifat praktis, tanpa menerapkan dan memperhatikan ilmu keolahragaan yang
semakin komplek dan berkembang.
Pada tingkat Pengurus Daerah Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
(PENGDA PASI) masih kurang memperhatikan\program latihan dan proses
pernbinaan yang berkelanjutan. Dalam proses pembinaan tidak memiliki program
yang jelas dan terukur, program latihan yang tidak berjalan secara kontinyu dan
berkesinambungan yang dibarengi dengan evaluasi yang tidak pernah dilakukan
secara berkala. Bila hal ini terus berlangsung akan berakibat tidak sesuainya
metode latihan yang diharapkan.
Penerapan teori dan teknologi secara optimal ke dalam olahraga semakin
dirasakan manfaatnya, terutama bagi olahraga prestasi. Dalam penampilan
puncaknya, prestasi yang dicapai merupakan usaha yang dilaksanakan secara
terprogram, juga peranan dan usaha yang di rencanakan berdasarkan pada
penelitian ilmiah, pendekatan ilmiah, dan teknologi.
Pencapaian prestasi dalam olahraga memerlukan berbagai kajian serta
analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang menentukan dan menunjang
prestasi. Faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi tersebut dapat
dijadikan dasar dalam menyusun program latihan.
kaidah-commit to user
kaidah metodologi yang benar, sesuai dengan faktor-faktor yang secara khusus
terkait dengan pola dan bentuk latihan yang dilakukan. Faktor yang menentukan
secara lebih khusus dalam kecepatan lari adalah unsur kecepatan, kekuatan, dan
power.
“Unsur kecepatan merupakan unsur fisik yang banyak diperlukan untuk lari cepat dalam atletik, sehingga banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu kecepatan kontraksi otot, kecepatan gerak menahan suatu hambatan, koordinasi kekuatan berbagai macam otot dan panjang pengungkit (Jensen, C.R. Schultn, G.W. and Bongerter, B.C.1983: 185-189)”.
Pada nomor lari cepat kekuatan dan kecepatan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap power yang banyak diperlukan dalam kecepatan yang
membutuhkan kontraksi otot yang cepat terutama pada kegiatan yang
membutuhkan waktu singkat.
Bompa (1990: 315-317) berpendapat, faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan lari adalah:
1. Keturunan (heredity)
2. Waktu reaksi
3. Kemampuan mengatasi tahanan (resistance) eksternal
4. Teknik, misalnya gerakan lengan, tungkai, sikap tubuh pada waktu lari dan
sebagainya
5. kosentrasi dan semangat
6. Elasitas otot, terutama otot-otot dipergelangan kaki dan pinggul
commit to user
secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-langkah
kaki. Sehingga dalam hal ini unsur pokoknya adalah ayunan lengan,
panjang lengan, dan kecepatan frekuensi langkah (Hay James, 1985:
395-401)”.
Gerakan langkah kaki dalam lari cepat terdiri dari serangkaian tolakan,
ayunan dan pendaratan, unsur utamanya adalah power tungkai (untuk tolakan)
kecepatan (untuk ayunan) dan koordinasi kerja otot (untuk keseimbangan dan
koordinasi dari serangkaian gerakan tersebut). Oleh karena itu Pyke, (1991: 136)
menyarankan agar dalam melakukan latihan untuk lari cepat agar berprinsip pada
pengembangan kecepatan gerak anggota tubuh, frekuensi langkah, power tungkai,
langkah panjang, dan percepatan yang efisien. Oleh karena itu dalam menyusun
program latihan untuk meningkatkan prestasi lari cepat harus cermat dan penuh
perhitungan, agar latihan tersebut dapat mencapai hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Peningkatan kecepatan lari cepat diperlukan latihan yang intensif,
program latihan yang baik, dan diperlukan metode latihan yang benar. Selain itu
juga diperlukan metode latihan yang bersifat khusus yang sesuai dengan
karakteristik nomor lari cepat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fox,
Edward L. Bowers, Richard W and Foss, Merie L (1988: 171) bahwa untuk
meningkatkan prestasi harus dilakukan latihan yang bersifat khusus, yaitu:
"khusus terhadap sistem energi yang digunakan dan khusus terhadap pola gerak
yang sesuai dengan olahraga tersebut".
Kecepatan erat kaitannya dengan kekuatan dapat ditingkatkan melalui
latihan power otot. Berdasarkan pada kaidah-kaidah metodologi yang benar,
commit to user
lari, perlu mempertimbangkan inovasi dalam bidang metode latihan yang
mengkaji pada pengembangan teori dan metodologi latihan, penemuan baru hasil
penelitian yang relevan yang selaras dengan pemanfaatan pengembangan bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecepatan merupakan faktor atau komponen
bio-motorik yang diperlukan pada lari cepat, selain unsur-unsur : kekuatan,
power, kelentukan, dan daya tahan.
Kecepatan adalah faktor yang paling penting dan paling berat dari
berbagai faktor-faktor atau komponen bio-motorik yang diperlukan pada lari cepat
tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nossek (1982 : 63), yang
menyatakan bahwa kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui
latihan yang dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100 %. Sebaliknya peningkatan
kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan kecepatan lari cepat hanya 20-30
%.
Kecepatan lari cepat merupakan fungsi dari bentuk secara biomekanika,
yaitu: mempertahankan kecepatan maksimal, kecepatan akselerasi dan
peningkatan baik panjang langkah maupun frekuensi langkah. Jika seorang pelatih
ingin meningkatkan kecepatan lari seorang atlet maka factor kecepatan dan power
(kecepatan x kekuatan) adalah faktor-faktor kondisi fisik yang harus diperhatikan
paling utama pada program latihannya selain komponen biomotorik lainya.
Frekuensi langkah dan panjang langkah menentukan kecepatan lari, hal
ini merupakan peran dari power otot tungkai seseorang. Power otot tungkai yang
dimaksudkan disini adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai
commit to user
sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai tidak hanya dibutuhkan atau berperan
dalam lari cepat saja, tetapi pada hampir semua cabang olahraga, terutama untuk
gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang
melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu
yang singkat. Power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan menentukan
frekuensi langkah (stride rate) dan panjang langkah (stride length) pada saat
berlari sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan larinya.
Latihan yang intensif dan terprogram secara baik diperlukan dalam upaya
meningkatkan kecepatan lari seseorang. Selain itu diperlukan adanya suatu
metode latihan atau strategi pendekatan latihan yang bersitat khusus, yakni :
khusus terhadap sistem energi yang digunakan, khusus terhadap kelompok otot
yang dilatih, khusus terhadap pola gerak yang sesuai dengan keterampilan gerak
lari cepat.
Metode latihan untuk melatih kecepatan 100 meter, diantaranya
acceleration sprints, hollow sprints, dan repetition sprints. Semua metode latihan
tersebut memiliki kontribusi yang sangat baik terhadap peningkatan kecepatan
lari, walaupun dalam pelaksanaannya berbeda-beda. Oleh karena itu, metode
latihan tersebut sangat menarik untuk di kaji lagi, untuk menemukan metode
mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Di SMP Negeri 3 Sungai Raya, kabupaten Kubu Raya sebelumnya belum
pernah ada siswa sekolah tersebut mumpunyai prestasi sampai di tingkat provinsi
khususnya lari 100 meter. Untuk itu saya berkeinginan mengadakan penelitian di
commit to user
meter.
Berdasarkan berbagai pertimbangan yang melatarbelakangi
permasalahan ini, maka peneliti ingin mengadakan penelitian yang berkaitan
dengan metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dari berbagai metode
latihan untuk meningkatkan kecepatan lari tersebut sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, saya tertarik pada dua metode latihan lari cepat yaitu
metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints. Alasan
pemilihan kedua metode latihan lari cepat tersebut karena kedua metode tersebut
sama-sama biasa digunakan dalam upaya untuk meningkatkan kecepatan lari dan
kekuatan otot, walaupun karakteristik kedua metode latihan lari cepat tersebut
berbeda. Pada metode latihan hollow sprints kecepatan lari dengan dua kali
periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan, sedangkan
pada metode latihan repetition sprints kecepatan maksimal dimulai sejak dari
awal lari sampai finis.
Selain pada kedua metode latihan lari cepat tersebut, penelitian ini juga
dikenakan pada subyek penelitian yang memiliki power otot tungkai tinggi dan
subyek yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh di antara kedua metode tersebut
pada subyek yang memiliki power otot tungkai berbeda. Karena power otot
tungkai juga merupakan faktor utama yang menentukan kecepatan lari seseorang.
Metode-metode latihan lari cepat yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints.
commit to user
mengembangkan kecepatan lari. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini akan
dikembangkan lebih jauh, dengan mengambil judul penelitian “Perbedaan
Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints Terhadap
Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot Tungkai” (Studi
eksperimen metode latihan pada siswa putra SMP Negeri 3 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, muncul sejumlah
pertanyaan atau perrnasalahan yang perlu diidentifikasi antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari 100
meter siswa putra kelas VIII SMP.
2. Metode latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints yang diterapkan akan
meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
3. Bentuk latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
4. Power otot tungkai dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100 meter
siswa putra kelas VIII SMP.
5. Penerapan metode latihan dan power otot tungkai berpengaruh terhadap
commit to user C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada:
1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter
siswa putra kelas VIII SMP.
2. Tinggi rendahnya power otot tungkai dapat mempengaruhi peningkatan
kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
3. Perbedaan pengaruh metode latihan dan tinggi rendahnya power otot tungkai
terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan metode
latihan Repitition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa
putra kelas VIII SMP ?
2. Adakah perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang
memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII
SMP ?
3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai
commit to user E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan metode
latihan Repetition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter
siswa putra kelas VIII SMP.
2. Perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki
power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP.
3. Interaksi antara metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan
kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Secara ilmiah dapat memberikan dan menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan bagi guru pendidikan jasmani, pembina olahraga, pelatih cabang
olahraga dan bagi peneliti sendiri tentang pentingnya memilih dan
menggunakan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari
100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
2. Memberi sumbangan pengetahuan sebagai bahan pertimbangan tentang
pentingnya memperhatikan faktor power otot tungkai didalam upaya
meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
3. Secara praktis bagi peneliti hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
bahan perbandingan apa bila para peneliti akan mengadakan penelitian tentang
metode latihan terutama hollow Sprints dan repetition sprints dan power otot
commit to user BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Latihan Fisik
Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui oleh seorang atlet untuk
mencapai suatu prestasi. Salah satu upaya untuk mencapai dan meningkatkan
prestasi olahraga adalah melalui latihan. Banyak pendapat yang telah
dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian atau definisi dari latihan.
Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nossek, Josef (1982:10).
menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode
waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai
standar penampilan yang tinggi”. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah
“Proses yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan atau pekerjaan”.
”Latihan fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan secara sistematik, berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang dengan peningkatan beban secara bertahap dan bersifat individual yang bertujuan untuk membentuk kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik (Brooks, GA & Fahay, TD, 1984:231)”.
commit to user
Melalui latihan fisik, seseorang dapat meningkatkan sebagian besar
sistem fisiologis dan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi
dari apa yang biasa dijumpai dari dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode latihan fisik adalah suatu cara yang berbentuk aktivitas fisik yang
dilakukan secara sistematis, berulang-ulang secara terus menerus dengan
penambahan beban latihan (over load principle) secara periodik yang
dilaksanakan berdasarkan pada intensitas, pola dan metode tertentu yang
bertujuan untuk meningkatkan prestasi atlet.
Pemilihan suatu metode latihan yang tepat merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program latihan. Pemilihan metode latihan yang tepat
menurut Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin ( 1996 : 142 ) tergantung pada:
1) Tujuan umum melatih
2) Tugas-tugas tertentu
3) Kekhususan suatu cabang olahraga
4) Kedewasaan fisik dan mental
5) Tingkat kemampuan atlet
a. Pengaruh Latihan Fisik
Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu
serta menerapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan
commit to user
kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat.
Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan
yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara
benar. Prinsip-prinsip Latihan yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan latihan, menurut Sajoto, M. (1995:30-31) yaitu:
1) Prinsip overload (beban Lebih )
2) Prinsip penggunaan beban secara progresif
3) Prinsip pengaturan latihan
4) Prinsip kekhususan program latihan
Latihan terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara
benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar
latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan. Dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan dapat
disusun.
Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam
meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1) Intensitas latihan
Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet
dalam suatu program latihan tertentu. Intensitas (intensity) latihan sering diartikan
commit to user
jumlah denyutan jantung meningkat tiap menitnya atau denyut nadi latihan (heart
rate). Intensitas yang diberikan tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Apabila intensitas terlalu rendah maka pengaruh latihan sangat kecil atau bahkan
tidak ada sama sekali. Sebaliknya apabila terlalu tinggi dapat berakibat terjadinya
cedera atau sakit. Jadi dalam menentukan intensitas latihan harus memperhatikan
kemampuan masing-masing atlet.
Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai
patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang
anaerobik. Cara yang termudah adalah dengan pengukuran perhitungan denyut
nadi.
Menurut Harre, D (1982: 116), “untuk meningkatkan daya ledak adalah
dengan berat beban 30%-50% atau 60%-70%, ulangan 6-10 kali, set 4-6 kali,
istirahat 2-5 menit, irama eksplosit”.
2) Lama latihan
Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan
program latihan itu dijalankan serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali
latihan (Soekarman, 1987:63), sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi
yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per
minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per
menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila
commit to user
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang.
Sajoto, M (1995: 70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya
dilakukan 4-8 minggu”. Sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa
“untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga
kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.
3) Frekuensi latihan
Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif
yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus
memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak
sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih
dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan
hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan.
Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter
olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu
untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan.
commit to user
4) Prosedur Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana
pelatihan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan
penutup. Hal-hal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan
suatu cabang olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal
ke super maskimal dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera.
“Otot yang dilatih secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan fisik (Fox, Edward L.Bowers, Richard W and Foss, Marie L :l988)”.
Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai
akibat dari latihan yang dilakukan berupa :
1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan
Glikogen 66%.
2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat
3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil
dan tidak dapat ditentukan.
4) Aktivitas enzim daur Kreb's mengalami sedikit peningkatan.
5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya
ukuran myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma.
Sedangkan perubahan fisiologis sebagai akibat dari latihan adalah
commit to user
1) Perubahan biokimia dalam jaringan
2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan
sistem pengangkutan oksigen
3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan
trigliserida, perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada
panas. Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and Foss, Marie L (1988).
“Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and. Foss, Marie L. (1988:27) menyatakan bahwa, prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload, disusunlah suatu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus tersebut”.
Menurut Fox (1984 : 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu
penampilan olahraga secara umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :
1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang
dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh
olahraganya adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan
lari pemain belakang sepakbola.
2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara
30 detik sampai 1½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah
ATPPC dan asam laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan
commit to user
3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara
1½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah
asam laktat dan Oksigen, contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan
1500 meter, renang gaya bebas 200 dan 400 meter, nomor-nomor
senam, tinju (3 menit tiap ronde) dan gulat (2 menit tiap babak).
4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih
dari 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh
olahraganya adalah lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan
jogging.
Berdasarkan pendapat di atas, lari 100 meter merupakan olahraga yang
masuk pada bidang 1, karena lari menggunakan power otot tungkai maksimal
dalam waktu yang singkat dan gerakan selanjutnya juga sangat cepat, sehingga
sistem energi utama untuk adalah ATP-PC. Konsentrasi ATP-PC yang
dibutuhkan untuk lari 100 meter adalah 100%.
Sedangkan karakteristik umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat
commit to user
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi
Sistem ATP-PC Sistem Lactid Acid Sistem Oksigen
Anaerobik (tanpa oksigen)
Anaerobik Aerobik
Sangat cepat Cepat Lambat
Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar makanan: Glikogen
Bahan bakar makanan: glikogen dan protein Produksi ATP sangat
Terbatas
Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak terbatas
(Dikutip dari Fox. Edward, L, 1984:22)
b. Jenis-Jenis Latihan Fisik
Latihan fisik mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam
gerakan, agar gerakan-gerakan yang semula sulit dilakukan menjadi semakin
mudah dan terjadi otomatisasi gerakan sehingga dalam penggunaan energi dapat
dihemat.
Tujuan latihan fisik yang lain menurut Bompa (1990:3-5) adalah bahwa
dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi
yang lebih baik. Untuk mencapai puncak penampilan yang lebih baik, perlu
commit to user
1) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.
2) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu
kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga.
3) Menanamkan kualitas kemampuan melalui latihan yang mencukupi
serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk
menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis
yang cukup.
4) Mempertahankan keadaan kesehatan.
5) Mencegah cedera melalui penanganan terhadap penyebabnya dan juga
meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan
gerakan.
6) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan
dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan
regenerasi.
Disamping itu latihan fisik juga bertujuan untuk :
1) Meningkatkan perkembangan fisik secara umum.
2) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga
tertentu.
3) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu
commit to user
Latihan fisik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Latihan aerobik
2) Latihan anaerobik
3) Latihan beban (weight training)
Perbedaan dari ketiga jenis latihan tersebut adalah pada jenis latihan dan
sistem energinya. Latihan aerobik biasanya untuk latihan ketahanan atau daya
tahan. Latihan ini masuk pada kategori latihan dengan sistem energi bidang 4,
yaitu semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit dan
sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Latihan aerobik digunakan
untuk melatih olahraga seperti lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan
jogging.
Latihan anaerobik masuk pada bidang 1, yaitu semua aktivitas yang
memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang
terlibat adalah ATP-PC. Latihan anaerobik biasanya untuk melatih power,
kecepatan dan kelincahan. Salah satu jenis latihan anaerobik adalah Latihan lari
cepat (sprint).
Latihan beban (weight training) merupakan latihan fisik dengan bantuan
alat berupa besi yang merupakan beban, yang khusus ditujukan untuk
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna membantu kemajuan penampilan
seseorang. Latihan beban sistem energinya tergantung pada jenis latihan beban
yang akan dilakukan, misalnya untuk melatih kekuatan maksimal, latihan beban
dilakukan dengan intensitas maksimal, sedikit pengulangan gerakan namun
commit to user
Berdasarkan jenis-jenis latihan fisik di atas, penelitian ini menggunakan
metode latihan (lari cepat hollow dan repetisi) karena bermanfaat untuk
meningkatkan kecepatan yang sangat diperlukan dalam lari 100 meter.
2. Metode Latihan Lari Cepat
Metode latihan untuk mengembangkan kondisi fisik dalam cabang
olahraga atletik nomor lari, khususnya lari cepat atau jarak pendek, menurut Fox
(1984: 212), terdiri dari “latihan cepat akselerasi (acceleration sprint) dan latihan
kemampuan mengembangkan sistem energi yang berbeda, namun semuanya
sama-sama mengembangkan sistem energi yang menunjang di cabang olahraga
atletik pada nomor lari.
Menurut Jonath, Haag & Kremple (1987 : 19-20) kecepatan
didefinisikan sebagai hasil kerja suatu massa. Di dalam dasar gerakan manusia,
massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh dan tenaga merupakan kekuatan
otot yang digunakan seseorang menurut massa yang digerakkan. Lari cepat
(sprint) sangat memerlukan kondisi fisik yang sangat prima, oleh karena itu perlu
dicari suatu metode yang cocok dan pas untuk tiap-tiap atlit sesuai dengan
karakteristik masing-masing atlit. Sebagai dasar pengembangan metode latihan
yang baik perlu diketahui bahwa kualitas fisik dasar sangatlah penting diketahui
oleh setiap pelatih atau guru olahraga (Nossek, Josef. 1982 : 19), kualitas fisik
dasar meliputi :
a. Kecepatan (speed)
b. Kekuatan (strength)
commit to user
Sedangkan unsur lain yang sangat mendukung pencapaian prestasi antara
lain disiplin, motivasi, fleksibilitas (kelenturan), agility (kelincahan dan
keseimbangan gerak).
Dalam pembinaan kecabangan olahraga unsur-unsur tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan dalam program, melainkan merupakan suatu kesatuan yang utuh,
sehingga sebagai konsekuensi dari analisa-analisa semacam itu dapat dikatakan
pada masing-masing kecabangan olahraga, kualitas fisik dasar bertindak
bersama-sama dan “campuran” dengan unsur lain dilatih dan dikembangkan dengan
memberi tekanan yang sesuai pada unsur fisik tertentu yang penting dan dominan
pada masing-masing kecabangan olahraga tertentu secara tepat.
a. Metode latihan lari cepat Hollow (Hollow Sprints)
Latihan hollow sprints merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan
berselang. Menurut Rex Hazeldine (1985: 102) menyatakan bahwa hollow sprints
menggunakan dua kali sprint yang diselingi dengan periode recovery dengan cara
lari pelan atau jogging. Sprint sejauh 30-50 meter, jogging 30-50 meter, sprint lagi
30-50 meter, kemudian berjalan sebagai fase recovery. Pada fase recoveri
memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke repetisi
berikutnya.
Misalnya sprint sepanjang 30 meter, jogging atau jalan 30 meter, lalu
sprint lagi 30 meter, kemudian jalan 30 meter. Jadi pelaksanaannya dalam
ulangan (repetisi) yaitu, cepat-pelan cepat. Di antara ulangan yang dilakukan
commit to user
Hollow sprints merupakan latihan yang dilakukan pada satu repetisi
terdapat dua ka1i kerja lari menempuh jarak tertentu pada intensitas tinggi
diantara sekali jarak intensitas rendah. Dengan periode kerja pada intensitas tinggi
yang dilakukan secara berulang pada satu repetisi, terjadi pengurasan energi ATP
dan PC untuk kerja otot.
Latihan hollow sprints jika dilakukan secara berulang-ulang dapat
memungkinkan terjadinya akumulasi LA di dalam darah dan otot. Dengan adanya
akumulasi LA tersebut maka pengembangan kondisi fisiknya terutama dalam
daya tahan anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC dan LA. Latihan hollow
sprints dapat meningkatkan kemampuan daya tahan dan membuat tubuh lebih
toleran terhadap asam laktat.
Latihan hollow sprints mengembangkan sistem energi LA 10% dan
sistem energi 25%. Latihan hollow sprints ini cukup baik untuk meningkatkan
daya tahan, khususnya daya tahan anaerobik atau daya tahan kecepatan. Dengan
peningkatkan daya tahan anaerobik ini maka kemampuan pelari dalam melakukan
kerja dapat meningkat. Dengan demikian latihan hollow sprints dapat
meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Pada latihan hollow sprints yang ditekankan adalah latihan banyaknya
frekuensi langkah. Dalam usaha meningkatkan kualitas fisik pada tingkat yang
lebih tinggi, perlu mempunyai pengetahuan yang cukup pada tingkat yang lebih
tinggi, perlu mempunyai pengetahuan yang cukup efek pelatihan terhadap organ
tubuh dan perototan. Pengembangan kondisi fisik sebagai efek pelatihan
commit to user
memperoleh efek pelatihan yang maksimal, pelatihan harus spesifik sesuai dengan
cabang olahraga yang ditekuni. Latihan hollow sprints jika dilakukan secara
berulang-ulang dapat memungkinkan terjadinya akumulasi LA di dalam darah dan
otot. Dengan adanya akumulasi LA tersebut maka pengembangan kondisi fisiknya
terutama dalam daya dalam anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC dan LA.
Latihan hollow sprints memiliki keuntungan dan kelemahan yang dapat
di analisis sebagai berikut:
Keuntungan Kelemahan Efektif untuk
mengembangkan frekuensi langkah pada lari cepat
Kurang efektif untuk mengembangkan langkah (stredle length) pada lari cepat
Dapat memberikan pengaruh pada peningkatan kecepatan reaksi, terutama reaksi sederhana
Resiko cedera yang terjadi tinggi, terutama cedera otot kaki, karena kecepatan lari tambah secara tidak bertahap
Efektif untuk
mengembangkan kekuatan otot dan kecepatan reaksi
Recovery yang cukup untuk bisa melanjutkan ke repetisi berikutnya
b. Metode latihan Lari Cepat Repetisi (Repetition of Sprints)
Lari cepat repetisi mempunyai pengertian yang sama dengan Short sprint
training, yang merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan
ATP-commit to user
PC) dan kekuatan otot. Tipe latihan lari cepat repetisi ini terdiri dari beberapa
ulangan lari cepat pada kecepatan maksimal repetisi di sini melibatkan suatu jarak
tertentu, kecepatan yang konstan dan periode pulih asal yang cukup panjang guna
mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Durasi ulangan
pada lari cepat repetisi harus dikerjakan dengan sangat singkat (5-10 detik) agar
kecepatan maksimal dapat dicapai tanpa terjadi kelelahan dini.
Fox, & Bowers, & Foss (1988 : 315), memberikan definisi bahwa latihan
lari cepat repetisi adalah lari cepat yang dilakukan dengan kecepatan maksimal,
berulang-ulang dengan diselingi periode pulih asal (recovery) sempurna diantara
ulangan yang dilakukan. Sebelum ulangan (repetisi) dilakukan, perlu adanya pulih
asal yang cukup lama, hal ini penting terutama untuk meningkatkan power
anaerobic dan oksigen-dept yang tinggi. Menurut Bossey (1980 : 15), pulih asal
waktu istirahat dalam lalihan lari cepat repetisi biasanya menggunakan aktivitas
jogging atau jalan.
Metode latihan lari cepat repetisi mengembangkan: (a) kecepatan sebesar
90%; (b) daya tahan anaerobic sebesar 6%; dan (c) daya tahan aerobic sebesar 4%
(Wilt, F. 1968 : 407). Sedangkan Fox, & Bowers, & Foss (1988 : 316),
mengemukakan bahwa lari cepat repetisi mengembangkan system energi:
(a) ATP-PC dan LA sebesar 90%; (b) LA dan 02 sebesar 6%; dan
(c) 02 sebesar 4%.
commit to user
peningkatan mekanik pada neuromuskuler”.
Peningkatan yang terjadi pada serabut otot cepat dicerminkan dengan
adanya perubahan ukuran serabut-serabut otot, isi total phosphagen pada otot dan
konsentrasi enzim-enzim yang bertanggung jawab untuk pemecahan glikogen
menjadi asam laktat dan menghancurkan phosphate energi tinggi. Sedangkan
peningkatan mekanika yang terjadi pada neuromuskuler dicerminkan dengan
adanya peningkatan panjang langkah dan frekuensi langkah serta koordinasi
gerakan pada waktu mengangkat lutut.
Dari literatur yang ada, jarak dan pulih asal waktu istirahat untuk latihan
lari cepat repetisi sangat beragam. Berbagai jarak dan bentuk pulih asal untuk
latihan lari cepat repetisi dari beberapa penulis dapat dikemukakan sebagai
berikut: (a) menturut Boosey (1980 : 15), adalah lari cepat berulang-ulang 15 kali
menempuh jarak 40-50 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi pulih asal
jogging atau berjalan diantara ulangan yang dilakukan; (b) menurut Nossek
(1982: 71 ), adalah lari cepat berulang 10-16 ulangan dalam 3-4 seri pada jarak
30-80 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi pulih asal aktif diantara
ulangan yang dilakukan; (c) menurut Rex Hazeldine (1985 : 103), adalah lari
cepat berulang pada jarak 20-70 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi
pulih asal jogging diantara ulangan yang dilakukan.
Penerapan metode latihan lari cepat repetisi dalam suatu unit latihan akan
commit to user
Keuntungan Kelemahan Efektif untuk mengembangkan
frekuensi langkah pada lari cepat.
Resiko cidera sangat tinggi bagi atlet-atlet pemula, terutama cidera otot kaki.
Efektik untuk mengembangkan kecepatan reaksi, terutama reaksi pada saat start bagi pelari cepat.
Kurang efektif untuk
nomor lari cepat (sprint). Lari cepat (sprint), adalah gerakan maju yang dilakukan
untuk mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dengan waktu yang
sesingkat mungkin. Adapun yang dimaksud dengan lari cepat 100 meter adalah
lari yang diusahakan atau dilakukan dengan secepat-cepatnya (kecepatan
maksimal) mulai start hingga finish dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk
menempuh jarak 100 meter. Inti olahraga lari cepat 100 meter adalah terletak pada
kecepatannya, oleh karena itu faktor kecepatan adalah unsur utama yang harus
diperhatikan dalam lari cepat. Bompa (1990:314) mengemukakan bahwa
kecepatan adalah salah serta kemampuan biomotorik yang sangat penting
dilakukan dalam olahraga yaitu: kecepatan, atau kapasitas berpindah, bergerak
secepat mungkin. Menurut Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan
commit to user
yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Lari jarak pendek adalah suatu cara lari dimana atlet harus menempuh
seluruh jarak atau sepanjang jarak yang tempuh dengan kecepatan yang
semaksimal mungkin atau dengan kecepatan penuh (Aip Syarifuddin, 1992:15).
Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak tubuh atau anggota
tubuh dari satu titik ke titik lain atau untuk mengerjakan suatu aktivitas
berulang-ulang yang lama serta berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
a. Kecepatan
Kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat esensial dalam
berbagai cabang olahraga. Kecepatan adalah salah satu kemampuan biomotorik
yang penting untuk aktivitas olahraga (Bompa, 1990: 263). Berdasarkan sifatnva,
menurut Bompa (1990:315) kecepatan dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu:
1. Kecepatan umum
Kecepatan umum yaitu kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan
(reaksi motorik) dengan cara yang tepat. Persiapan fisik umum maupun khusus
dapat memperbaiki kecepatan umum.
2. Kecepatan khusus
Kecepatan khusus yaitu kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau
keterampilan tertentu biasanya sangat tinggi, kecepatan ini adalah khusus
untuk cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat ditransferkan,
kemungkinan hanya dapat dikembangkan melalui metode khusus namun perlu
commit to user
transfer yang positif kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip
dengan pola ketrampilannya.
Lebih lanjut Bompa (1999: 18-19) menyampaikan perbandingan
karakteristik otot putih atau fast twitch (FT) dengan otot merah atau slow twitch
(ST). Fast twitch mempunyai sel saraf yang besar hingga 300 sampai 5000 fiber,
slow twitch mempunyai sel saraf yang kecil antara 10 sampai dengan 180 fiber
sehingga fast twitch mempunyai fungsi keberhasilan pada kecepatan dan power
tetapi juga cepat mengalami kelelahan. Untuk slow twitch dapat berfungsi untuk
intensitas yang lama dalam aktivitas yang membutuhkan ketahanan atau
endurance, lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Otot Fast Twitch dan
Slow Twitch (Bompa,1999:9) Comparison of FT and ST Characteristics
Fast twitch (FT) Slow twitch (ST)
White, Type II, anaerobic Red, Type 1, aerobic
• Fast fatiguing • Slow fatiguing • Large nerve cell-innervates
from300 to more than 500 muscle fibers
• Smaller nerve cell-innervates from 10 to 180 muscle fibers only
• Develops short, forceful contractions
• Develops long, continuous contractions
• Speed and power • Endurance • Recruited only during high-
intensity work
• Recruited during low-and high intensity work
commit to user
Kecepatan adalah bagian integral dari tiap olahraga dan dapat dinyatakan
sebagai bagian dari atau kombinasi antara kecepatan maksimum, kekuatan dan
daya tahan. Untuk meningkatkan kecepatan adalah pergerakan eksplosif dan
kekuatan fungsional terhadap resistensi sedang sampai berat, intensitas latihan
untuk meningkatkan kecepatan antara 85 sampai 100% kecepatan maksimum.
Untuk melatih kecepatan dilakukan kecepatan tinggi atau maksimal dengan
interval singkat atau pendek. (Speed Training.
Mbt. Training for Speed , Power, Strength. download 3 Juni 2010).
Menurut Kirkendall, Gruber J. Johnson (1987: 18) kecepatan
didefinisikan sebagai jarak persatuan waktu yakni kecepatan diukur dengan satuan
jarak dibagi dengan satuan waktu (V = S/t).
Lebih lanjut menurut Schmolinsky (1983:120-142) bahwa faktor-faktor
yang menjadi parameter prestasi lari cepat (sprint) adalah sebagai berikut: :
a. Tenaga otot adalah salah satu persyaratan yang terpenting bagi kecepatan.
Terutama para pelari yang masih jauh dari puncaknya, dapat memperbaiki
prestasinya dengan latihan tenaga secara terarah.
b. "Viskositas" otot, hambatan gesekan dalam sel (intraseluler) serat-serat otot,
dengan pemanasan otot dapat diturunkan. “Viskositas” tinggi pada otot dengan
mempengaruhi secara negatif kecepatan maksimal yang dapat dicapai.
c. Kecepatan reaksi atau daya reaksi pada waktu start, sudah banyak yang dapat
di latih.
d. Kecepatan kontraksi, yaitu kecepatan pengerutan otot setelah mendapat
rangsangan syaraf, tidak dapat ditingkatkan dengan latihan. Hal ini terutama
commit to user
e. Koordinasi, kerjasama antara sistem syaraf pusat dan otot-otot yang digunakan.
f. Ciri antropometris yaitu bentuk tabuh atlet terutama perbandingan badan
dengan kaki.
g. Stamina anaerobik umum atau stamina kecepatan pada lari cepat jarak pendek
(sprint). Terutama pada meter terakhir, mempunyai pengaruh terhadap prestasi.
Hal ini, tergantung pada potensi otot untuk mengeluarkan energi, tanpa
pemasukan oksigen.
Kecepatan dipengaruhi oleh kekuatan otot, power otot, daya tahan
anaerobik, koordinasi gerakan, ketrampilan teknik lari dan juga dipengaruhi oleh
jenis serat otot yang dimiliki oleh atlet. Pada serat otot pada manusia terdiri dari
dua macam yaitu "serat otot merah dan serat" otot putih. Jenis serat otot yang
dimiliki oleh seseorang merupakan bawaan sejak lahir. Menurut Nossek
(1982:59) bahwa: Seseorang atlet yang ototnya terutama terdiri dari serat-serat
otot merah tidak bisa berkembang menjadi pelari cepat, atlet yang memiliki serat
otot putih lebih berpeluang untuk menjadi pelari cepat. Dapat diketahui bahwa
kecepatan lari itu dapat ditingkatkan walaupun peningkatan kecepatan itu sangat
terbatas, karena dibatasi oleh bakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nossek
(1982:54): bahwa peningkatan kecepatan sangat terbatas, peningkatan kecepatan
lari berkisar antara 20-30%.
Latihan yang dilakukan agar dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan, harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan cermat mengenai dosis
latihan yang akan dilakukan. Atlet harus berlatih dengan beban kerja yang ada di
commit to user
macam beban latihan, yaitu beban dalam (innerload) dan beban luar (outload).
Beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis peningkatan denyut nadi.
Sedangkan beban luar, menyangkut masalah: intensitas, volume, frekuensi dan
durasi ( Bompa .1990: 77).
Pemberian dosis latihan untuk program latihan Iari cepat harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Intensitas
Latihan lari cepat adalah latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang dalam waktu yang singkat dengan intensitas tinggi. Dan pengertian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa intensitas latihan lari cepat adalah maksimal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bompa (1990:79) yaitu bahwa prinsip latihan lari
cepat adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu
yang pendek dan diulang-ulang beberapa kali. Jadi intensitas latihan sangat erat
dengan kualitas suatu latihan yang mana intensitas latihan adalah jumlah beban
dalam latihan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan benar
pelaksanaannya.
2. Volume
Volume beban latihan untuk program latihan lari cepat, menurut Bompa
(1990:317-318) adalah sebagai berikut :
a. Intensitas rangsangan antara submaksimal dan super maksimal
b. Durasi (waktu) rangsangannya antara 5-20 detik.