PENERAPAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM
BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
(Single Subjek Research Terhadap Anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII SMPLB di SLB – C Purnama Asih)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikian Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh
Hana Haniefan Latiefah
0607079
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
PENERAPAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN
(Single Subjek Research Terhadap Anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII SMPLB di SLB– C PurnamaAsih)
Oleh : Hana Haniefan Latiefah (0607079)
Anak Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan dan perilaku adaptif yang terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Dengan keterbatasan yang mereka miliki menimbulkan munculnya permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita ringan, salah satunya yaitu dalam perilaku adaptif, perilaku adaptif itu sendiri mencakup bidang-bidang: komunikasi, merawat diri, mengurus rumah, keterampilan sosial, kehidupan kemasyarakatan, mengarahkan diri, kesehatan dan keselamatan, keterampilan akademik, penggunaan waktu senggang dan pekerjaan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di SLB – C Purnama asih, penulis menemukan bahwa anak tunagrahita ringan mengalami hambatan dalam keterampilan sosialnya, itu menyebabkan anak tersebut susah untuk bergaul dan kurang adanya interaksi dengan lingkungan. Maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan cara mengikutsertakan 2 subjek tersebut untuk mengikuti latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi. Kegiatan bernyanyi tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan diiringi musik. Sesuai dengan permasalahan diatas, maka dirumuskan penelitian sebagai berikut: Apakah latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan? Untuk menjawab rumusan diatas, dilakukanlah penelitian terhadap anak tunagrahita ringan yang duduk di kelas VIII SMPLB. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen single subject research dengan desain A-B-A, yaitu A-1 (baseline 1), B (intervensi), dan A-2 (baseline -2). Dari data hasil penelitian yang sudah terkumpul, terlihat perbedaan antara fase baseline 1 (A-1) dengan baseline 2 (A-2), kedua subjek mengalami peningkatan dalam keterampilan sosial. Peningkatan yang diperoleh subjek AM sebesar 75 point sedangkan subjek MY sebesar 76,25 point. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada pendidik agar lebih mengembangkan keterampilan sosial melalui latihan olah vokal dalam bernyanyi sehingga keterampilan sosial anak tunagrahita ringan terus meningkat.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI ... 6
A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 6
1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 6
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 6
a. Tunagrahita ringan ... 7
b. Tunagrahita sedang ... 7
c. Tunagrahita berat ... 7
3. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 8
4. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan ... 10
5. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Ringan ... 11
B. Konsep Keterampilan Sosial ... 12
1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 16
4. Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan ... 18
C. Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi ... 19
1. Teknik Olah Vokal dalam Bernyanyi ... 21
2. Manfaat Pembelajaran Olah Vokal dalam Bernyanyi bagi Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita ... 24
D. Penelitian yang Relevan ... 26
E. Kerangka Berfikir... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Variabel Penelitian ... 29
1. Definisi Konsep ... 29
a. Variabel Bebas ... 29
b. Variabel Terikat (Target Behavior) ... 29
2. Definisi Operasional Variabel ... 30
a. Variabel Bebas ... 30
b. Variabel Terikat (Target Behaviour) ... 31
B. Metode Penelitian ... 32
C. Desain Penelitian ... 33
D. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 34
1. Subjek Penelitian ... 34
2. Lokasi Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 35
a. Teknik Pengumpulan Data ... 35
b. Instrumen Penelitian ... 36
c. Uji Validitas Instrumen ... 37
F. Teknik Pengolahan Data ... 38
G. Analisis Data ... 39
1. Analisis Dalam Kondisi ... 39
2. Analisis Antar Kondisi ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
1. Hasil Baseline – 1 (A 1) ... 41
2. Hasil Intervensi (B) ... 43
3. Hasil Baseline 2 (A2) ... 44
B. Analisis Data ... 47
1. Analisis Dalam Kondisi ... 47
a Panjang Kondisi ... 47
b Estimasi Kecenderungan Arah ... 47
c Kecenderungan Stabilitas ... 49
d Jejak Data ... 57
e Level Stabilitas Rentang ... 57
f Perubahan Level ... 58
g Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi ... 59
2. Analisis Antar Kondisi ... 61
a Jumlah Variabel yang Diubah ... 61
b Perubahan Arah dan Efeknya ... 61
c Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 62
d Level Perubahan ... 63
e Data Overlap ... 64
C. Pembahasan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Interpersonal Behavior (Perilaku Interpersonal) ... 13
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Sosial ... 38
Tabel 4.1 Data baseline1 (A1) Subjek AM ... 41
Tabel 4.2 Data baseline1 (A1) Subjek MY ... 41
Tabel 4.3 Data intervensi (B) Subjek AM ... 43
Tabel 4.4 Data intervensi (B) Subjek MY ... 43
Tabel 4.5. Data baseline 2 (A2) Subjek AM ... 44
Tabel 4.6. Data baseline 2 (A2) Subjek MY ... 44
Tabel 4.7 Data panjang kondisi. ... 47
Tabel 4.8. Estimasi kecenderungan arah subjek AM ... 49
Tabel 4.9. Estimasi kecenderungan arah subjek MY ... 49
Tabel 4.10. Kecenderungan stabilitas subjek AM ... 56
Tabel 4.11. Kecenderungan stabilitas subjek MY ... 57
Tabel 4.12. Jejak data subjek AM ... 57
Tabel 4.13. Jejak data subjek MY ... 57
Tabel 4.14. Level stabilitas rentang subjek AM ... 58
Tabel 4.15. Level stabilitas rentang subjek MY ... 58
Tabel 4.16. Perubahan level subjek AM ... 58
Tabel 4.17. Perubahan level subjek MY ... 59
Tabel 4.18. Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi subjek AM ... 59
Tabel 4.19. Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi subjek MY ... 60
Tabel 4.20. Data jumlah variabel yang diubah ... 61
Tabel 4.21. Perubahan arah dan Efeknya. Subjek AM ... 61
Tabel 4.22 Perubahan arah dan Efeknya. Subjek MY. ... 62
Tabel 4.23.Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek AM ... 62
Tabel 4.24 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek MY. ... 62
Tabel 4.25. Perubahan Level Subjek AM ... 63
Tabel 4.26. Perubahan Level Subjek MY ... 63
Tabel 4.28. Persentase Data Overlap. Subjek MY ... 67
Tabel 4.29. Rangkuman Analisis Antar Kondisi Subjek AM ... 67
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Hasil Baseline 1 (A1) Subjek AM ... 42
Grafik 4.2. Hasil Baseline 1 (A1) Subjek MY ... 42
Grafik 4.3. Hasil intervensi (B) Subjek AM ... 44
Grafik 4.4. Hasil intervensi (B) Subjek MY ... 44
Grafik 4.5. Hasil baseline 2 (A2) Subjek AM ... 45
Grafik 4.6. Hasil baseline 2 (A2) Subjek MY ... 45
Grafik 4.7. Hasil pengukuran baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2) Subjek AM ... 46
Grafik 4.8. Hasil pengukuran baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2) Subjek MY ... 46
Grafik 4.9. Estimasi kecenderungan arah. Subjek AM ... 48
Grafik 4.10. Estimasi kecenderungan arah. Subjek MY ... 48
Grafik 4.11. Kecenderungan stabilitas baseline 1 (A1) Subjek I ... 50
Grafik 4.12. Kecenderungan stabilitas intervensi (B) Subjek I ... 52
Grafik 4.13. Kecenderungan stabilitas baseline 2 (A2) Subjek I ... 53
Grafik 4.14. Kecenderungan stabilitas baseline 1 (A1) Subjek II ... 54
Grafik 4.15. Kecenderungan stabilitas intervensi (B) Subjek II ... 55
Grafik 4.16. Kecenderungan stabilitas baseline 2 (A2) Subjek II ... 56
Grafik 4.17. Data overlap baseline 1 (A1) dan intervensi (B) Subjek AM ... 64
Grafik 4.18. Data overlap baseline 1 (A1) dan intervensi (B) Subjek MY ... 65
Grafik 4.19. Data overlap intervensi (B) ke baseline 2 (A2) Subjek AM ... 66
Grafik 4.20. Data overlap intervensi (B) ke baseline 2 (A2) Subjek AM ... 67
Grafik 4.21. Mean level Subjek AM ... 69
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahluk sosial dituntut untuk dapat berinteraksi dan
senantiasa berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Manusia membutuhkan bantuan orang lain dan butuh bermasyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, selama hidupnya manusia akan terus melakukan
hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Dalam melakukan hubungan
sosial tersebut setiap individu harus memiliki keterampilan sosial agar kegiatan
mereka dalam bersosialisasi dapat berlangsung dengan lancar.
Keterampilan sosial harus dimiliki oleh semua orang begitupun anak-anak,
keterampilan sosial diperoleh melalui proses belajar, baik belajar dari orang tua
sebagai figur yang paling dekat dengan anak maupun belajar dari teman sebaya
dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk. (dalam Ramdhani, 1994:36)
menyebutkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu keterampilan yang
diperoleh individu melalui proses belajar mengenai cara-cara mengatasi atau
melakukan hubungan sosial dengan tepat dan baik.
Kebanyakan anak merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, guru
maupun orang yang baru dikenalnya. Para orang tua sering beranggapan bahwa
keterampilan sosial anaknya tidaklah begitu penting untuk diperhatikan dalam
kehidupannya. Karena anak akan dapat belajar dengan sendirinya untuk
berinteraksi secara baik dengan teman, saudara atau orang lain.
Sama halnya dengan anak tunagrahita pada dasarnya mereka memiliki
dorongan untuk dapat berinteraksi dan melakukan hubungan sosial dengan
lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya, tetapi dalam hal ini anak
tunagrahita juga memiliki ketidakmampuan dalam belajar dan menyesuaikan diri
dengan masyarakat termasuk dalam berinteraksi sosial, yang kesemuanya itu
berkaitan dengan penyesuaian perilaku atau perilaku adaptifnya. Maka dari itu
diperlukannya keterampilan sosial agar anak dapat berinteraksi dengan baik.
2
“Defisit keterampilan sosial adalah salahsatu karakteristik dari anak tunagrahita. Fakta ini jelas terlihat karena kurangnya kemampuan intelektual dan keterbelakangan sosial yang terjadi pada anak tunagrahita ringan, sehingga mereka memerlukan bantuan dalam perilaku sosial”.
Menurut Sunardi dalam Tarmansyah (1995:75) mengemukakan tentang
problem kepribadian yang terjadi pada anak tunagrahita diantaranya cemas, takut,
tegang, sangat pemalu, menyendiri, tidak punya teman, mudah tersinggung,
terlalu perasa/sensitiv, sedih depresi, rendah diri, tidak berharga, kurang percaya
diri, mudah bingung, menyembunyikan diri, sering menangis, dan sangat tertutup.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak, dan
sebagai pengembang awal kemampuan sosial anak, disamping lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah juga merupakan salah satu lembaga formal yang
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan kepribadian siswa
karena sekolah merupakan tempat yang tepat untuk mengorganisir berbagai
kegiatan yang menunjang perkembangan sosial siswa.
Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat anak tunagrahita ringan yang
duduk di tingkat sekolah menengah pertama yang mendapat kesulitan dalam hal
keterampilan sosial dengan teman – temannya seperti bergaul dengan teman
sekelasnya, memberi perhatian kepada orang lain, membantu orang lain, memulai
percakapan dan lain sebagainya.
Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan pemberian kegiatan-kegiatan
yang menunjang untuk meningkatkan perkembangan sosial anak yaitu dengan
kegiatan bernyanyi, disamping itu anak tersebut juga mempunyai hobi dalam
bernyanyi tetapi anak mempunyai kesulitan dalam mengekspresikan dirinya.
Chaplin berpendapat dalam Dictionary of psychology membatasi rumusan
Process of acquiring responses as a result of special practice. “Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus”. (Syah
M, 1995: 89).
Dengan dikemukakannya teori diatas, pada penelitian ini yang bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan sosial, maka dilakukanlah kegiatan dengan pola
3
Pembelajaran musik mempunyai manfaat-manfaat tertentu khususnya bagi
anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran musik dapat dijadikan terapi dengan
menggunakan musik sebagai medianya. Menurut Astati (2001 : 12) Tujuan
pembalajaran musik bagi anak tunagrahita dirancang berdasarkan karakteristik
anak tunagrahita, salah satunya dalam mengembangkan kemampuan sosial.
Salah satu manfaat musik untuk anak tunagrahita yaitu membentuk kembali
hubungan interpersonal, dalam prosesnya dilakukan dengan aktifitas-aktifitas
bermusik secara berkelompok. Melalui kegiatan ini hubungan interpersonal anak
akan dikembangkan melalui proses bermain musik dimana masing-masing anak
dituntut untuk menjaga kekompakan dan keserasian yang dikendalikan oleh
melodi, harmoni, irama musik. Dan bernyanyi sebagai salah satu aktifitas musikal
merupakan suatu kegiatan olah vokal yang dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek-aspek teknik vokal.
Menurut Meiliawati (2011 : 18) “Teknik olah vokal adalah sebuah cara atau usaha untuk memproduksi suara yang baik dan benar agar dapat bernyanyi dengan
baik dengan cara mempelajari dasar-dasar teknik bernyanyi”.
Bernyanyi adalah kegiatan musik yang fundamental, karena anak dapat
mendengar melalui inderanya sendiri, menyuarakan beragam tinggi nada dan
irama musik dengan suaranya sendiri. (Kholifatul, 2008). Menyanyi tak hanya
bagian dari kecerdasan seni, melainkan juga cara untuk mengasah kecerdasan
sosial-emosi anak karena ia harus menyajikan lagu dengan emosi dan ekspresi
yang tepat sesuai isi lagu. Melatih organ dalam bernyanyi merupakan hal yang
penting selain harus didukung pula oleh latihan-latihan yang dilakukan secara
bertahap dan terus menerus, latihan tersebut dinamakan latihan olah vokal, latihan
olah vokal dilakukan agar kita tahu bagaimana cara melakukan kegiatan
bernyanyi yang baik dan benar yang dilakukan secara bersama-sama.
Latihan olah vokal sebagai bagian dari kegiatan bernyanyi yaitu latihan
yang dilakukan sebelum kegiatan bernyanyi dimulai, dengan cara melakukan
latihan pernapasan, menggerakkan rongga mulut, membunyikan suara dengan
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerapan latihan olah vokal dalam bernyanyi terhadap peningkatan
keterampilan sosial anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB-C
Purnama Asih.
B. Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Kedua subjek mempunyai kesulitan dalam keterampilan sosial di
sekolahnya seperti sulit bergaul dengan teman sekelasnya, tidak mau
bergabung untuk melakukan kegiatan kelompok, kurangnya perhatian
terhadap lingkungan sekitar dan kurang memiliki kepekaan terhadap orang
lain.
2. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita
ringan adalah melalui latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka peneliti membatasi
penelitian ini dengan hal-hal berikut:
1. Subjek yang diteliti difokuskan pada anak tunagrahita ringan kelas VIII
SMPLB
2. Keterampilan sosial anak tunagrahita ringan dalam aspek Perilaku
Interpersonal.
3. Penelitian ini menerapkan pendekatan latihan olah vokal dalam upaya
meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, dan agar penelitian
5
“Apakah penerapan latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah
latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam
keterampilan sosial Anak Tunagrahita Ringan.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan
kelas 2 SMPLB sebelum dan sesudah diberikan latihan olah vokal dalam
bernyanyi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
pendidikan khususnya yang berkecimpung dalam pendidikan luar biasa.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi guru: penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi guru bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi
merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berguna bagi
perkembangan perilaku adaprif siswa terutama dalam meningkatkan
keterampilan sosial. Dan memberikan sumbangan ilmiah yang dapat
memotifasi guru dalam menghadapi permasalahan anak terutama
dalam segi perilaku adaptifnya.
b. Bagi siswa : penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perilaku adaptif siswa terutama dalam hal keterampilan sosial dengan
menggunakan cara yang tepat yaitu dengan latihan olah vokal dalam
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut juga target
behavior. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah latihan olah vokal dalam bernyanyi.
Bernyanyi adalah panduan antara seni ilmu pengetahuan yang
menghubungkan permainan dua aspek yaitu aspek mental dan aspek
fisik, Cristy (1977:3). Bernyanyi juga bermanfaat untuk mengasah
kecerdasan sosial-emosi anak karena ia harus menyajikan lagu dengan
emosi dan ekspresi yang tepat sesuai isi lagu.
Bernyanyi merupakan salah satu cabang seni musik di luar seni
musik instrumental yang membutuhkan kata-kata. Karena itu latihan
menyanyi berarti juga latihan membentuk vokal dan konsonan yang
membentuk kata-kata itu. Keduanya harus dilatih untuk memperoleh
suara yang indah dan dapat dimengerti, suara yang digunakan untuk
bernyanyi itu harus pula diolah lagi dengan teknik-teknik vokal agar
tercapai suatu keindahan. Teknik olah vokal adalah sebuah cara atau
usaha untuk memproduksi suara yang baik dan benar agar dapat
bernyanyi dengan baik dengan cara mempelajari dasar-dasar teknik
bernyanyi.
b. Variabel Terikat (Target Behavior)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
30
Keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung
dan menunjang proses interaksi. Combs & Slaby (1986: 7)
mengungkapkan, keterampilan sosial dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial
melalui cara-cara spesifik yang secara sosial dapat diterima atau
bernilai dan pada waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi
dan orang lain.
Anak sebagai bagian dari lingkungan sosial memerlukan
keterampilan sosial untuk memudahkan anak merealisasikan diri dalam
hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan
olah vokal dalam bernyanyi. Pembelajaran musik melalui kegiatan olah
vokal itu sendiri dapat membetuk hubungan interpersonal bagi anak
dengan melakukan aktifitas-aktifitas bermusik secara berkelompok dan
anak dituntut untuk menjaga kekompakannya.
Adapun tahapan yang harus dilatih dalam kegiatan olah vokal
diantaranya:
1) Posisi anak melingkar dan saling berpegangan tangan kemudian
anak diminta melakukan teknik pernapasan diafragma, pernapasan yang
mengambil/menarik kekuatan napas untuk mengisi paru-paru dengan
menyebabkan rongga perut atau diafragma, yang juga diikuti dengan
mengembangkan tulang rusuk dan dilakukan secara bersama-sama.
2) Latihan Rahang Bawah
Dengan posisi saling berhadapan, anak diminta untuk menggerakkan
rongga mulut, fungsinya agar mulut tidak kaku pada saat melakukan
31
- Buat lah suara brrr (deru mobil) sepanjang mungkin.
- Buatlah pisisi A, I, U, E, O, bergantian dengan atau tanpa suara.
4) Latihan Lidah
- Julurkan lidah sepanjang mungkin dengan ujungnya terkait pada gigi
seri atau bawah bergantian.
- Lidah dijulurkan lalu digerakkan ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke
bawah.
- Lidah dijulurkan secara bergantian ditegangkan dan dilemaskan.
5) Latihan Langit-langit Lunak
Posisi rongga mulut siap mengucapkan b dan m, d dan n, k dan ng,
secara bergantian dalam keadaan mulut terkatup.
6) Latihan Suara / Vokalisasi
- Menyanyikan berbagai tingkatan nada dimulai dari tangga nada bernada
sedang, makin rendah, lalu makin tinggi.
- Menyanyikan berbagai variasi interval dengan solmisasinya.
- Latihan diiringi instrument musik harmonis.
- Anak dibagi kedalam 2 kelompok
Kelompok pertama menyanyikan lagu pada bait pertama
Kelompok kedua menyanyikan lagu pada bait kedua
Pada bagian reff, kelompok pertama dan kedua menyanyikan
secara berbarengan
b. Variabel Terikat (Target Behavior)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah
keterampilan sosial.
Adapun keterampilan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini
32
Perilaku Interpersonal ialah bentuk perilaku yang menunjukkan
tingkah laku sosial individu dalam mengenal dan mengadakan
hubungan dengan sesama individu lain, diantaranya: 1) Bergabung
dengan temannya, 2) Mau menerima temannya, 3) Memiliki kepekaan
terhadap orang lain.
Pengukuran aspek keterampilan sosial dalam penelitian ini
menggunakan skor. Skor 1 jika anak diam saja, skor 2 anak ada
interaksi tetapi dengan bantuan, skor 3 jika anak mampu berinteraksi
tanpa bantuan sama sekali.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian sangat menentukan dalam menghimpun data yang
diperlukan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan karena peneliti ingin
mengkaji suatu peristiwa atau gejala-gejala yang muncul dengan secermat
mungkin sehingga dapat diketahui sejauh mana terjadinya sebab akibat
munculnya gejala tersebut. Arikunto (1993:3) mengemukakan bahwa:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud melihat akibat dari suatu perlakuan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian yang menggunakan metode
eksperimen akan diperoleh hubungan sebab akibat munculnya gejala yang
ada dalam penelitian tersebut. Dengan demikian, penelitian yang
menggunakan metode eksperimen diharapakan dapat memperoleh data
akurat dalam menguji hipotesis yang diajukan serta menjawab permasalahan
yang terjadi.
Dalam penelitian ini, rancangan eksperimen yang digunakan adalah
33
mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang
diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian dengan subjek tunggal ini (SSR), desain yang
digunakannya adalah desain A-B-A, dimana desain ini dapat menunjukkan
adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat.
Sunanto (2006:44) mengemukakan:
“Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Mula-mula perilaku sasaran diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A-1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline ke (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline ke (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan ada hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat lebih kuat”.
Prosedur pelaksanaan desai A-B-A adalah target behavior diukur secara
kontinyu pada konsisi baseline (A1) dengan periode waktu 30 menit per
sesi. Setelah data menjadi stabil pada kondisi baseline, intervensi (B)
diberikan dengan periode waktu 30 menit persesi. Pengumpulan data
dilakukan secara kontinyu sampai data mencapai level stabil atau jelas.
Setelah pengukuran pada kondisi intervensi, dilakukan pengukuran pada
kondisi baseline kedua (A-2). Baseline kedua (A-1) ini dilakukan sebagai
kontrol kondisi intervensi sehingga memungkinkan peneliti menarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang fungsional antara variabel terikat
(latihan olah vokal dalam bernyanyi) dan variabel bebas (keterampilan
34
Gambar 3.1 Desain Penelitian A-B-A
Keterangan :
A-1 = (Baseline-1) merupakan fase awal mengetahui keterampilan sosial
anak tunagrahita ringan sebelum diberikan intervensi. Fase ini dilakukan
selama 4 sesi. Pada kondisi ini merupakan suatu gambaran murni sebelum
diberikan perlakuan. Gambaran murni tersebut adalah kondisi awal perilaku
anak pada saat melakukan kegiatan bernyanyi tanpa melakukan latihan olah
vokal terlebih dahulu.
B = (Intervensi) pada fase ini subjek diberikan perlakuan yaitu diberikan
latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi secara berulang-ulang. Subjek
diberikan latihan olah vokal pada saat memulai kegiatan bernyanyi.
Intervensi ini diberikan selama 8 sesi.
A-2 = (Baseline-2) Sebagai fase akhir setelah diberikan perlakuan atau
intervensi. Baseline ini berfungsi untuk melihat sejauhmana pengaruh
keterampilan sosial subjek setelah diberikan latihan olah vokal dalam
kegiatan bernyanyi. Fase ini dilakukan selama 4 sesi.
D. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu dua orang siswa tunagrahita ringan
kelas VIII SMPLB. Adapun identitas siswa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Nama : AM
Usia : 17 tahun
35
Karakteristik : Secara fisik AM sama seperti anak normal pada
umumnya, hanya saja AM kurang bergaul dengan teman sekelasnya
ataupun dengan kelas lain. Pada waktu istirahat AM lebih suka
berdiam diri di kelas, AM akan menjawab seperlunya bila ditanya.
b. Nama : MY
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Karakteristik : MY termasuk orang yang pemalu dan kepercayaan
dirinya kurang, apabila bertemu dengan orang baru MY lebih
banyak diam dan tidak berani menyapa atau bertanya kepada orang
baru. MY lebih senang bermain hanya dengan satu orang teman saja
dan kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya.
2. Lokasi penelitian
Lokasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah di SLB-C Purnama
Asih Bandung. Dimana sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap
diantaranya ruangan kesenian dan beberapa unit alat-alat kesenian seperti
organ, angklung, dan lain-lain.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan guna mengumpulkan
informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
tes dan dokumentasi.
Tes merupakan suatu instrument yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa. Menurut Ridwan (2004: 76) dalam Ramadhany (2011: 43), “ Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan
36
Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan sosial pada kedua subjek penelitian yang akan
diberikan pada tiga fase atau tahapan, masing-masing tahapan tersebut
adalah tahap baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kemampuan awal
subjek, lalu intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian keterampilan
selama mendapatkan perlakuan, dan terakhir baseline-2 (A-2) untuk
mengetahui kemampuan kedua subjek setelah diberi perlakuan.
Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor
3 jika anak dapat berinteraksi tanpa bantuan sama sekali, skor 2 anak ada
interaksi tetapi dengan bantuan, dan skor 1 jika anak hanya diam saja. .
Kemudian setelah data terkumpul maka skor akan dihitung dengan
menggunakan persentase sebagai berikut:
Persentase = Σ Skor yang diperoleh X100 % Σ Skor maksimal
Teknik dokumentasi merupakan kegiatan dimana peneliti
menggunakan dokumen-dokumen untuk mengumpulkan dan mencatat
informasi tentang subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan informasi
mengenai kemampuan sosial subjek melalui hasil asesmen dengan guru
yang bersangkutan, foto-foto dan hasil wawancara dengan guru kelas.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Menurut Sugiono (2008:148) “ Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrument
keterampilan sosial. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh latihan olah vokal
terhadap keterampilan sosial yang dimiliki oleh subjek.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti menyusun beberapa langkah
37
1) Membuat kisi-kisi
Pembuatan kisi kisi berguna untuk untuk memberikan gambaran untuk
menyusun pembuatan butir soal pada variabel yang telah ditentukan.
2) Pembuatan butir soal
Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan
pada kisi-kisi soal. Butir-butir soal yang dibuat sebanyak 15 soal tentang
perilaku keterampilan sosial.
3) Membuat kriteria penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan skor, misalnya dalam aspek
perilaku terhadap lingkungan (contoh soal : Menjaga kekompakan saat
bernyanyi bersama) skor 1 jika anak diam saja, skor 2 anak ada interaksi
tetapi dengan bantuan, skor 3 jika anak mampu berinteraksi tanpa bantuan
sama sekali. Setelah dibuatkan penilaian butir soal, maka tahap
selanjutnya adalah uji validitas instrument.
c. Uji Validitas Instrumen
Uji coba instrument dilaksanakan dengan maksud untuk
mengetahui tingkat validitas dari instrument yang digunakan untuk
penelitian. Setelah dilakukan uji coba maka kita dapat mengetahui
apakah instrument yang telah dibuat tersebut apakah perlu diperbaiki
atau layak tidaknya digunakan untuk penelitian. Untuk mengukur tingkat
validitas, peneliti menggunakan validitas isi berupa expert-judgement
dengan teknik penilaian oleh para ahli. Para ahli dalam penelitian ini
adalah ahli dalam bidang PLB (Pendidikan Luar Biasa) baik guru
maupun dosen yang telah berpengalaman. Pada penelitian ini validitas
instrument akan dilakukan oleh 2 orang dosen PLB FIP UPI dan 2 orang
guru SLB-C Purnama Asih Bandung.
Hasil expert-judgementdikatakan valid jika perolehan skornya
diatas 50%. Adapaun perhitungannya dihitung dengan menggunakan
38
N = Jumlah Penilai ahli
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen keterampilan sosial
Perilaku Aspek Indikator
Keterampilan sosial
Interpersonal Behavior (Perilaku Interpersonal) ialah bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu
dalam mengenal dan
mengadakan hubungan dengan sesama individu lain (dengan teman sebaya atau guru)
Bergabung dengan temannya
Mau menerima temannya
Memiliki kepekaan terhadap orang lain
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data
terkumpul sebelum adanya kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian
data diolah dan dianalisi dalam statistik deskriptif yaitu teknik analisis yang
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka
tertentu. Data dari hasil penelitian dijabarkan secara detail dalam bentuk
grafik atau diagram, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis.
Sehingga terlihat jelas apakah ada pengaruh dari suatu intervensi terhadap
39
G. Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan.
Setelah terkumpul semua data, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis
untuk dihitung dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan utama
menganalisis data adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap
perilaku sasaran (target behavior) yang ingin dirubah, komponen paling
penting yang akan dianalisis meliputi :
1. Analisis Dalam Kondisi
Komponen analisis dalam kondisi ini meliputi :
a. Panjang kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga
menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.
b. Kecenderungan arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi
semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas
dan di bawah garis yang sama banyak.
c. Tingkat stabilitas (level stability)
Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat
kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang
berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.
d. Jejak data (data path)
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu
kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan
mendatar.
e. Rentang
Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data
terkecil pada setiap kondisi (fase)
f. Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau
40
2. Analisis Antar Kondisi
Sedangkan komponen-komponen analisis antar kondisi dalam
menganalisis antar kondisi meliputi :
a. Variabel yang diubah
Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline
dan intervensi.
c. Perubahan stabilitas dan efeknya
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan
data.
d. Perubahan level data
Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi
lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase
kondisi selanjutnya)
e. Data yang tumpang tindih
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan
data yang sama pada kedua kondisi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
tersebut adalah:
a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.
b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi.
c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.
d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.
e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi,
dan skor pada kondisi baseline-2.
f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat
secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh keterangan bahwa
kegiatan olah vokal dalam bernyanyi dapat meningkatkan keterampilan sosial
pada subjek AM dan MY. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan perilaku
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Adapun perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial yang terlihat
pada subjek AM sebelum diberikan intervensi seperti anak lebih banyak
menyendiri di kelas tidak mau bergabung dengan temannya untuk mengikuti
kegiatan kelompok, anak lebih banyak diam atau duduk saja pada saat diikutkan
dalam kegiatan bersama. Setelah diberikan intervensi, anak mau bergabung
mengikuti kegiatan bernyanyi bersama, dapat mengekspresikan lagu yang
dinyanyikan walaupun agak sedikit kaku, mau melakukan kontak fisik seperti
berpegangan tangan dengan teman lain, berani mengeluarkan suara saat bernyanyi
didepan teman-temannya. Mau mengajak teman sekelasnya untuk mengikuti suatu
kegiatan. Apabila dilihat dari mean level subjek AM terlihat Pada baseline 1 (A1)
mean level subjek AM untuk keterampilan sosial adalah 52,5%. Pada baseline 2
(A2) subjek AM mengalami peningkatan menjadi 75 %.
Sedangkan perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial pada subjek
MY sebelum diberikan intervensi terlihat seperti, anak mau ikut bernyanyi tapi
harus ditemani olah satu teman dekat nya saja, berani bernyanyi dan
mengeluarkan suara tetapi dalam keadaan sendiri, lebih suka duduk dikelas dari
pada melakukan kegiatan dengan teman-temannya. Setelah diberikan intervensi,
anak mau diajak bergabung dengan teman lain tidak harus ditemani oleh satu
orang teman saja, mau mengajak teman lain untuk mengikuti kegiatan bersama,
dapat mengekspresikan lagu yang dinyanyikan, berani mengeluarkan suara
didepan teman-teman yang lain tetapi masih harus diberikan dorongan secara
verbal. Persentase mean level untuk subjek MY pada baseline 1 (A1) adalah
74
Hasil tersebut menunjukan bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi
dapat meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan kelas VIII
SMPLB di SLB-C Purnama Asih.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal diantaranya :
1. Bagi pendidik
Diharapkan bagi para pendidik dapat memberikan masukan
bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi merupakan salah satu
bentuk pendekatan yang berguna bagi perkembangan perilaku adaptif
terutama dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita
ringan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan
kekurangan yang ada pada latihan olah vokal ini untuk bisa digunakan
dalam meningkatkan keterampilan sosial. ,selain itu penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lain sehingga
dapat mengetahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak dengan Gangguan Kognitif/Kecerdasan
dan Motorik. (Online). Tersedia di :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_3_UNIT_1.pdf (24-4-2012)
Amin, M. (1995). Ortopedagogik anak tunagrahita. Proyek pembinaan dan pengembangan
Astati. Menuju Kemandirian Anak Tunagrahita. (Online). Tersedia di :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011974032-ASTATI/BAHAN_AJAR-KEMANDIRIAN.pdf
Cartledge,G., and Milburn, J.F. (1986). Teaching Social Skills To Children. America : Pergamon
Books, Inc.
Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung : Refika Aditama
Delphie, B. (2009). Bimbingan perilaku adaptif. Yogjakarta: Intan Sejati Klaten.
Jarolimek. J, (1977). Social studies competencies and skills, learning to teach as an intern.
Amerika : macmillan publishing Co., Inc.
Matson, J.L., and Ollendick T.H. (1988). Enhancing children’s social skills,assessment and training. Pergamon Press.
Raharjo, E. (2007),Musik sebagai media terapi. (Online). Tersedia di
journal.unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/download/772/705 (28-8-12)
Sunanto, J., Takeuchi, K.,dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal.Univercity of Tsukuba : Criced
Universitas Prndidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah . Bandung
Wahyu, (2012). Kebutuhan belajar anak tunagrahita ringan (Online). Tersedia di :
http://www.pabk-4you.com/2012/06/kebutuhan-belajar-anak-tunagrahita.html (10 januari 2013)
Yanti, D. (2005) Keterampilan sosial pada anak mengengah akhir yang mengalami gangguan perilaku (Online). Tersedia di: