• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETRAMPILAN GENERIK SAINS GURU FISIKA PADA TOPIK FLUIDA MENGALIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETRAMPILAN GENERIK SAINS GURU FISIKA PADA TOPIK FLUIDA MENGALIR."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS ... 12

(2)

ii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Karakteristik Model Pembelajaran (Penataran) ... 48

2. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 49

3. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 54

4. Tanggapan Guru (petatar) tentang Model Pembelajaran Multimedia Fluida Mengalir ... 57

5. Tanggapan Penatar tentang Model Pembelajaran Multimedia Fluida Mengalir ... 60

6. Deskripsi Pembelajaran ... 62

B. Pembahasan ... 63

1. Karakteristik Model Pembelajaran ... 63

2. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 65

3. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 66

4. Tanggapan Guru (petatar) tentang Model Pembelajaran Multimedia Fluida Mengalir ... 69

5. Tanggapan Penatar tentang Model Pembelajaran Multimedia Fluida Mengalir ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79 A. Perangkat pembelajaran

B. Instrumen Penelitian C. Hasil Uji Coba Instrumen

D. Data Pre test, Post test, N Gain dan Angket E. Pengolahan Data

(3)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Arus Fluida Pada Sepotong Pipa ... 24

2.2. Fluida Inkompresibel Yang Mengalir Dalam Pipa Dengan Penampang Yang Berubah-ubah ... 25

2.3 Terema kerja-energi pada fluida ... 27

3.1 Desain penelitian ... 35

(4)

iv

4.1 Hubungan Sub Pokok Bahasan dan Indikator Keterampilan Generik Sains pada Instrumen Penelitian ... 49

4.2 Data Pretes, Postes, dan N-Gain secara Klasikal ... 50

4.3 Data Pretes, Postes, dan N-Gain menurut Pengalaman Mengajar ... 52

4.4 Rata-rata Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Penguasaan Konsep Tiap Sub Topik secara Klasikal ... 52

4.5 Rata-rata Skor Pretes, Postes, N-gain dan Hasil Uji Statistik Penguasaan Konsep Tiap Sub Pokok Bahasan menurut Pengalaman Mengajar ... 53

4.6 Rata-rata Skor Pretes, Postes, N-Gain, dan Hasil Uji Statistik Tiap Indikator KGS secara Klasikal ... 54

4.7 Rata-rata Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Tiap Indikator KGS secara Menurut Pengalaman Mengajar ... 55

4.8 Rekapitulasi Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran Multimedia pada Materi Fluida mengalir ... 57

4.9 Perhitungan Data Responden tiap indikator Kuisioner ... 59

4.10 Rekapitulasi Tanggapan Penatar terhadap Model Pembelajaran Multimedia pada Materi Fluida mengalir ... 60

(5)
(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia, yang tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan bernalar yang tinggi. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas akan memungkinkan kita dapat mengatasi tantangan dan ancaman di era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu mutlak harus diciptakan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Faktanya, mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Kondisi ini dapat dilihat dari prestasi pebelajar-pebelajar Indonesia pada TIMSS tahun 1999 (Trend in International Mathematics and Science Study) (Jalal, 2006). Dalam bidang IPA, Indonesia menduduki peringkat 32 di bawah Iran dan di atas Turki dari 38 negara yang berpartisipasi. Urutan pertama untuk bidang IPA adalah Taiwan. Secara signifikan Indonesia berada jauh di bawah rerata Internasional. Prestasi literasi IPA pada PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2003, Indonesia menempati urutan

38 dari 41 negara, di bawah Argentina dan di atas Albania (Jalal, 2006). Sementara rangking Indonesia berdasarkan Human Development Index (HDI) pada tahun 2005 berada pada posisi 110, di bawah Vietnam (Jalal, 2005).

(7)

2 bahasa dan pengalaman sehari-hari, dan rendahnya penerapan model-model pembelajaran yang ada. Rendahnya penguasaan konsep fisika yang dimiliki para guru dan kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan berbagai media yang tersedia. Hasil tes kompetensi guru SMU pada mata pelajaran fisika menunjukkan bahwa rata-rata nilai penguasaan kurikulum 4,33 dan rata-rata nilai penguasaan mata pelajaran fisika 4,86 pada skala 10 (Soewondo, 2006).

(8)

3 Untuk meningkatkan kompetensi guru perlu segera ada kebijakan yang jelas, terprogram dan terencana sehingga pembinaan yang dilakukan mengarah pada profesionalisme. Untuk mencapai profesionalisme, guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat. Profesionalisme tersebut harus didukung oleh kompetensi yang memadai. Kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005).

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan konsep secara luas dan mendalam. Penguasaan konsep sangatlah menentukan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Menurut Piaget bahwa untuk membantu meningkatkan penguasaan konsep dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang ganjil (discrepant event). Lebih lanjut, Piaget menyatakan bahwa contoh-contoh yang ganjil dapat berupa suatu demonstrasi atau gejala, yang mana memerlukan peserta didik untuk menjelaskan atau membuat suatu prediksi tentang gejala fisis yang muncul (Zacharia, & Anderson, 2003).

(9)

4 memeriksa kondisi-kondisi, para guru dapat menginterpretasikan konsep ilmiah yang mendasar dari simulasi dan kemampuannya dalam memberikan umpanbalik (feedback) yang segera.

Guru yang mengembangkan keterampilan generik sains diharapkan memiliki hal-hal yang mencakup: (a) keterampilan dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis; (b) Memiliki kapasitas untuk menerapkan konsep yang berkembang ke dalam konteks yang berbeda; (c) Kemampuan menggunakan model konseptual untuk memaparkan pengamatan serta kapasitas untuk mengartikulasikan pengetahuan dan pemahaman dalam presentasi. Selain itu, Brotosiswoyo (2001) menyampaikan gagasannya tentang kemampuan berpikir dalam belajar fisika, yang pada intinya menyatakan bahwa ada kemampuan berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar fisika.

(10)

5 Multimedia adalah gabungan berbagai media yang dapat merangkumi berbagai media: video, audio, teks, animasi, film, grafik dan gambar (Blanchard dan Rotenberg dalam Munir 2001). Multimedia menawarkan sejumlah alternatif gagasan/ide, informasi atau materi pelajaran yang sesuai dengan minat atau tingkat berfikir dari seorang pengguna untuk dipelajari. File-file Multimedia berisikan hyperlink-hyperlink yang dapat menghubungkan file lain dengan informasi-informasi terkait lainnya, pengguna diberi kebebasan untuk memilih sehingga memberikan kemudahan untuk pindah, bergerak, atau menelusuri dari dokumen ke dokumen lain melalui sistem ini (www.geof@server.org).

(11)

6 (logical self-consistency) dari hukum alam, 5)Inferensi logika, 6)Hukum sebab akibat (causality), 7)Pemodelan matematik, dan 8)Membangun konsep.

Penelitian tentang manfaat penggunaan multimedia atau media ICT bagi pencapaian hasil peserta didik telah banyak dilakukan oleh para ahli. Ricky J. Sethi (2005), meneliti tentang penggunaan labolatorium virtual dan pembelajaran on-line untuk meningkatkan kualitas pendidikan Fisika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi subjek penelitian merespon sangat baik terhadap prototipe program tersebut. Beberapa komentar mahasiswa yang muncul setelah menggunakan prototipe program ini diantaranya, “…keseluruhan pembelajaran dengan program ini sangat menyenangkan, dan merupakan alat pembelajaran yang sangat bagus”.

Selain itu, Slykhuis dan Park (2005) meneliti tentang penggunaan media pembelajaran komputer untuk memperbaiki penguasaan materi Fisika konsep posisi, kecepatan dan percepatan dari mahasiswanya. Data yang diperoleh dari penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil pre test dan post test secara signifikan, yang menunjukkan adanya perbaikan konsep pada

diri mahasiswa tentang posisi, kecepatan dan percepatan. Hal ini menunjukkan juga bahwa penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep.

(12)

7 konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis guru. Selain itu, Wiyono (2009) melalui penelitiannya menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran multimedia interaktif pada materi relativitas khusus, lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perlu adanya upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan keterampilan generik. Melalui model pembelajaran multimedia ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan keterampilan generik sains yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan sosial guru. Fokus penelitian ini adalah model pembelajaran multimedia untuk meningkatkan penguasaan konsep dan ketrampilan generik sains guru calon fisika pada topik Fluida Mengalir.

(13)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perlu adanya upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan keterampilan generik guru. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran multimedia interaktif terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains guru fisika pada topik fluida mengalir?”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diungkapkan dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep guru fisika setelah penerapan model pembelajaran multimedia interaktif?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan generik sains guru fisika setelah penerapan model pembelajaran multimedia interaktif?

3. Bagaimana tanggapan guru terhadap model pembelajaran multimedia interaktif?

D. Tujuan Penelitian

(14)

9 1. Menerapkan model pembelajaran multimedia interaktif melalui compact disk (CD) interaktif materi fluida mengalir dan menelaah pengaruhnya

terhadap penguasaan konsep dan kemampuan generik sains guru fisika. 2. Memperoleh fakta tentang besar peningkatan penguasaan konsep dan

ketrampilan generik sains guru fisika melalui model pembelajaran multimedia interaktif fluida mengalir. Peningkatan penguasaan konsep dan ketrampilan generik sains ini diukur dengan uji kebermaknaan gain yang dinormalisasi antara tes akhir dan tes awal.

3. Mengidentifikasi pendapat guru tentang penerapan model pembelajaran multimedia interaktif.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk percontohan pembelajaran materi fluida mengalir yang dapat digunakan untuk membekali kemampuan generik sains guru sehingga mereka dapat mengembangkan aspek kemampuan dasarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Memberikan wawasan baru bagi guru tentang penggunaan model pembelajaran multimedia interaktif.

(15)

10 F. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Multimedia Interaktif

Model pembelajaran multimedia interaktif adalah proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan seperangkat courseware multimedia yang terdiri dari: teks, grafik, bunyi, video, animasi dan simulasi interaktif dalam bentuk CD; untuk menyampaikan materi subyek fluida mengalir dengan melibatkan pelajar secara aktif. Multimedia yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan gabungan tutorial, simulasi dan drill.

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah gambaran kemampuan guru dalam memahami konsep-konsep fluida mengalir secara ilmiah, baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Penguasaan konsep yang ditinjau pada penelitian ini, mencakup: konsep konkret, konsep abstrak, dan konsep-konsep yang menunjukkan atribut ukuran (Heron dalam Liliasari, 2002). Untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep guru pada konsep fluida mengalir adalah dengan melihat signifikansi gain normalisasi dari selisih tes awal dan test akhir, yang akan diukur dengan instrumen multiple choices test.

3. Ketrampilan Generik Sains

(16)
(17)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain dan Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan metode Pra eksperimen, dengan desain penelitian “one group pretest-posttest design” yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelas tanpa menggunakan kelas kontrol, diawali dengan memberikan pre test untuk mengindentifikasikan kemampuan awal mahasiswa. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan post test untuk mengindentifikasikan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains guru. Menurut Suharsini Arikunto (2002) desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pretes Perlakuan Post test

O X O

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(18)

36 B. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini meliputi: studi pendahuluan, persiapan, implementasi dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan pembelajaran fisika di dalam diklat-diklat guru fisika sehingga dapat diperoleh permasalahan-permasalahan yang aktual, seperti: masalah-masalah yang berhubungan dengan materi diklat, interaksi guru-fasilitator, metode, pendekatan, sarana dan prasarana pembelajaran. Secara bersamaan, pada tahap ini juga dilakukan studi mengenai penguasaan konsep, keterampilan generik dan studi literatur mengenai simulasi komputer untuk merancang multimedia yang sesuai dengan pokok bahasan.

2. Tahap persiapan

(19)

37 yang meliputi konsep-konsep yang relevan dengan menggunakan kata penghubung. Kegiatan berikutnya adalah mengidentifikasi indikator-indikator pengusaan konsep dan keterampilan generik yang tepat dan sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Pada tahap ini juga dilakukan studi kesesuaian antara hasil analisis konsep dengan analisis indikator keterampilan generik.

3. Tahap perancangan model pembelajaran multimedia

Setelah dilakukan studi kesesuaian antara hasil analisis konsep dengan analisis indikator keterampilan generik diperoleh rancangan model pembelajaran multimedia fluida mengalir. Selanjutnya dilakukan penyusunan storyboard sebagai pedoman bagi animator, programmer dan narator dalam menyusun model pembelajaran multimedia.

4. Tahap implementasi

Model pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada diklat fisika secara kolaborasi oleh peneliti dan fasilitator. Setelah implementasi ini selesai, maka dilakukan wawancara dan pengisian angket terhadap guru dan fasilitator.

5. Tahap analisis dan penyusunan laporan

(20)

38 Gambar 3.2 Alur Penelitian

Keterampilan generik

(21)

39 C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru fisika di SMA-SMA Muhammadiyah yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika Sekolah Muhammadiyah Se-DKI Jakarta yang mengikuti Pelatihan pada Salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Swasta di DKI Jakarta yang berjumlah 30 orang.

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan berbagai instrumen baik dalam pembelajaran maupun dalam pengumpulan data. Secara singkat jenis instrumen dan kegunaannya dapat diuraikan seabagi berikut:

a. Tes penguasaan konsep yang terintegrasi dengan kemampuan generik sains

(22)

40 b. Lembar Observasi

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengobservasi proses pembelajaran atas dasar standar pembelajaran sains secara umum.

c. Angket

Penggunaan angket adalah untuk mengungkap respon petatar dan penatar terhadap pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif. Setiap Petatar dan penatar diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), Tak bisa memutuskan (N), Tidak setuju (TS), dan dan Sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3, N = 2, TS = 1, dan STS = 0 (Ruseffendi, 1998).

d. Model Pembelajaran

Model pembelajaran multimedia interaktif adalah proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan seperangkat couseware multimedia yang terdiri dari: teks, grafik, bunyi, video, animasi dan simulasi interaktif dalam bentuk CD; untuk menyampaikan materi subyek fluida mengalir dengan melibatkan pelajar secara aktif.

2. Analisis Tes

a. Validitas butir soal

(23)

41 (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Jadi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes (Suharsimi A, 1999). Validitas tiap butir soal dapat diketahui butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya.

Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment Pearson : (Arikunto, 2002)

Kriteria koefisien korelasi yang digunakan adalah kriteria dari Gilford

(24)

42 Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,81 - 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,61 - 0,80 tinggi (baik)

0,41 - 0,60 cukup(sedang)

0,21 - 0,40 rendah (kurang)

0,00 - 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji tingkat keajegan dari instrumen yang digunakan atau sejauh mana instrumen tersebut dapat menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Pada penelitian ini, untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus K-R 21 (Arikunto, 2002):

(

)

(

)



r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan k = banyak butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata

Vt = varians total

(25)

43 Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,81 - 1,00 sangat tinggi (sangat baik)

0,61 - 0,80 tinggi (baik)

0,41 - 0,60 cukup(sedang)

0,21 - 0,40 rendah (kurang)

0,00 - 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Hasil analisis reliabilitas tes penguasaan konsep yang terintegrasi dengan ketrampilan generik sains adalah 0,71 yang termasuk dalam kategori tinggi.

c. Tingkat Kemudahan

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah (Arikunto, 2002). Uji tingkat kemudahan dengan mengunakan rumus seperti di bawah ini:

JS B P=

Keterangan :

P : indeks tingkat kemudahan

(26)

44 Klasifikasi untuk indeks kemudahan diklasifikasikan sebagai berikut;

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemudahan

Batasan P Kategori

0,00 - 0,30 soal sukar

0,31 - 0,70 soal sedang

0,71 - 1,00 soal mudah

d. Daya pembeda untuk tes hasil belajar

Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa yang mampu memahami konsep dengan yang tidak memahmi konsep. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto,2002):

B

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

(27)

45 Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut (Arikunto, 2005);

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan D Kategori

0,00 - 0,20 Jelek

0,21 - 0,40 Cukup

0,41 - 0,70 Baik

0,71 - 1,00 baik sekali

E. Pengolahan dan analisis data

Dengan menggunakan hasil tes siswa sebelum dan setelah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan tahapan berikut :

(28)

46 Smaks = skor maksimum

Kriteria tingkat N-Gain (Cheng, et.al, 2004) sebagai berikut; Tabel 3.5. Kategori Tingkat N Gain

Batasan Kategori

1,00 - 0,71 Tinggi

0,31 - 0,70 Sedang

0,00 - 0,30 Rendah

2. Analisis Data Angket

Angket yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang ditujukan untuk mengetahui respon dari responden tentang penggunaan multimedia interaktif fluida mengalir dalam meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan generik sains. Angket ini terdiri dari delapan pernyataan, dan untuk setiap pernyataannya responden diminta untuk memilih responnya dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan yang disajikan dalam angket seluruhnya merupakan pernyataan positif. sehingga jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

(29)

47 a. menjumlahkan respon dari seluruh responden untuk setiap pernyataan

dalam bentuk pilihan SS, S, TS dan STS;

b. mengkonversi jumlah setiap pilihan respon untuk setiap pernyataan ke dalam bentuk persentase (%);

c. membuat penjelasan untuk setiap pilihan respon berdasarkan isi dari pernyataan yang relevan.

Untuk menentukan kriteria persentase dari angket yang telah diolah, peneliti menggunakan aturan yang dikemukakan oleh Budiarti (Nurfitriani Solihat, 2010) pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Persen Angket

R (%) Kriteria

R = 0 Tak seorang pun

0 < R < 25 Sebagian Kecil 25 < R < 50 Hampir Setengahnya

R = 50 Setengahnya

50 < R < 75 Sebagian Besar 75 < R < 100 Hampir Seluruhnya

R = 100 Seluruhnya

(30)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu pada hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran multimedia pada materi fluida mengalir dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika guru (petatar), rata-rata peningkatannya termasuk dalam kategori sedang. Penguasaan konsep tertinggi terjadi pada sub topik viskositas.

2. Model pembelajaran multimedia pada materi fluida mengalir dapat meningkatkan keterampilan generik sains guru (petatar). Peningkatan tertinggi pada indikator pengamatan tak langsung. Peningkatan keterampilan generik sains untuk guru (petatar) yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 5 tahun sampai dengan sepuluh tahun termasuk dalam kategori sedang, serta untuk petatar yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari sepuluh tahun dalam kategori rendah.

3. Model pembelajaran MmI Fluida Mengalir dapat meningkatkan penguasaan konsep guru-guru fisika dengan N-gain sebesar 65,9%, termasuk dalam kategori sedang.

(31)

74 5. Peningkatan Penguasaan konsep guru-guru fisika tiap sub topik menurut pengalaman mengajar yang ditinjau pada penelitian ini adalah sebagai berikut: ≤ 5 tahun dengan N-gain rata-rata 64,22% pada kategori sedang, 6 – 10 tahun dengan N-gain rata-rata 92% pada kategori tinggi, dan > 10 tahun dengan N-gain rata-rata sebesar 41,53% pada kategori..

6. Peningkatan keterampilan generik sains guru-guru fisika (petatar) tiap indikator keterampilan generik sains yang ditinjau pada penelitian ini adalah sebagai berikut: inferensi logika dengan N gain rata-rata 58,6% termasuk dalam kategori sedang, pengamatan tak langsung dengan N Gain rata-rata 78,3% pada kategori tinggi, dan kerangka logika taat azas dengan N gain rata-rata 52,2% pada kategori sedang.

7. Guru (petatar) memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran multimedia interaktif fluida mengalir. Guru-guru fisika merasakan model pembelajaran multimedia interaktif memotivasi mereka untuk meningkatkan kompetensinya. Guru-guru juga merasakan bahwa tampilan Mutimedia interaktif yang digunakan sudah cukup baik.

(32)

75 B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini hanya melibatkan beberapa indikator keterampilan generik sains di antaranya adalah inferensi logika, pengamatan tak langsung dan kerangka logika taat azas, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengembangan indikator keterampilan generik sains yang lain.

2. Penelitian dapat dilanjutkan untuk melihat pengaruh model multimedia interaktif terhadap keterampilan berpikir konseptual tinggi.

3. Perlu dikembangkan model pembelajaran sejenis untuk materi fisika pada pokok bahasan lain yang mempunyai karakteristik berbeda.

4. Penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan genrik sain. Penguasaan konsep tidak terlepas dari konten materi subjek atau mata pelajaran, sehingga pengunaan multimedia interaktif bisa meningkatkan kompetensi guru. Untuk itu, kepada pihak penyelenggara peningkatan mutu guru khususnya Majelis Dikdasmen PWM di seluruh Indnesia, sudah saatnya melengkapi sistem penyelenggaraan pendidikannya tidak hanya dengan tatap muka dengan tutor.

(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

Allo, E. (2005). Model Pembelajaran Radioaktif Berbasis Komputer dalam Upaya

Meningkatkan Pemehaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Positif Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Amin, M. (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode”Discovery dan

Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Best, J. W. (1978). Research in Education Third edition. New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.

Brotosiswojo, B.S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi: Fisika. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (PAU-PPAI) Dirjen Dikti Depdiknas.

Cheng, K.K., Thacker, B.A., and Cardenas, R.L. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Dikti, (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Th 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

Dirjen Dikdasmen. (2002). Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. 87Harper. (1998). “Hipermedia Chemistri Lectures”. Journal Chem

Educ, 71, 721-725

Gagne, R. M. (1989). Essentials of Learning for Instruction. New York : Holt Renihart and Winston.

Heinich, R. (1996). Educational technology; Audio-visual education. Merrill: Englewood Cliffs

Jalal, F. (2006). “Peran PPPG dalam Memfasilitasi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Makalah Disampaikan pada Rapat Koordinasi 12 PPPG. Jakarta

Kadir, A dan Triwahyuni. (2003). Teknologi Informasi. Yogyakarta : Kanisius.

(35)

Mendiknas. (2001). Laporan Menteri Pendidikan Nasional pada Rapat Koordinasi Kesejahteraan Rakyat pada Tanggal 12 September 2001. [Online]. Tersedia http://www.depdiknas.go.id. [8 Desember 2006].

Microsoft. (2002). Encarta Encyclopedia 2002. 1993-2001 Microsoft Corporation [CD-ROOM]. Tersedia : (Oktober 2003)

Munir. (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Jurnal

Pendidikan No. 3 Tahun XX 2001.

Paramata, Y. (1996). Computer – Aided Instruction (CAI) dalam Pembelajaran IPA –

Fisika. Tesis pada PPS IKIP Bandung. tidak diterbitkan

Pavlos, M. (2003). A Computer Simulation to Help Inteaching Induction Phenomena. School of Education, Democritus University of Thrace. [Online]. Tersedia http://www.iop.org/journals/physed

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. (2001). Kurikulum Berbasis

Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah (versi 1 edisi Agustus 2001). Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Ikip Bandung Press.

Santoso, (2002). SPSS (Statistical Package for Social Studies). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 88

Schacter, J. (1999). The Impact of Educational Technology on Student Achievment: What

the Most Current Research Has to Say. California: Milken Family Foundation.

Soewondo. (2006). Standar Kompetensi dan Kinerja Guru. Makalah disampaikan pada Workshop Pengembangan Profesionalisme Guru Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 26 Mei s/d 1 Juni 2006. Bandung: Depdiknas.

Sudjana. (1996). Metoda Statistik. Bandung: Penerbit Waskito.

Suma, (2003). Pembekalan Kemampuan-kemampuan Fisika Bagi Calon Guru Melalui

Mata Kuliah Fisika Dasar. Disertasi pada PPS UPI Bandung. tidak diterbitkan

Suwarna, I.P. (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis untuk Siswa SMP (Computer Based Instruction). Proceeding Seminar Nasional Pendidikan

IPA 2005. Bandung: Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(36)

Winn, W. (2002). Current Trends in Educational Technology Research: The Study of

Learning Environment. Educational Psycology Review, Vol 14, No. 3. p.

331-351.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2  Alur Penelitian
Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal
Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Butir Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan agar siswi kelas XI mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan zat gizi magnesium karena sebagian besar siswi kekurangan akan zat gizi tersebut serta adanya

Dari data perhitungan Fuzzy -mamdani persedian beras untuk bulan januari diperoleh 18.485, 567 ton, sedangkan data menurut Perum BULOG Divisi Regiona Sumatera Utara pada bulan

Pembuat CD Interaktif Profil perusahaan dengan menggunakan Macromedia Flash MX 2004 Profesional merukapan sebuah CD Interaktif Pembuatan yang berisi informasi mengenai letak

Pembelajaran keterampilan perlu mengenalkan berbagai bentuk kerajinan dan teknologi tradisional dan modern yang ada di sekitar dan yang berkembang di

Metode Net Promoter Score Pada Konsumen Wanita Kelas Menengah Muslim di.

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

[r]

Hasil yang diperoleh dari pengujian test bed kompresor torak satu tingkat yaitu daya adiabatik maksimal 0,255 HP, daya listrik maksimal yang terpakai sebesar 0,594 HP,