ANALISIS PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN NON MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2007-2011
Oleh :
LILA SEPTIA ADI KUSUMA NIM : 232008107
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan – persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jalan Diponegoro 52 -60 :(0298) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsa ia Salatiga 50711 – Indonesia Fax. (0298) -3 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : LILA SEPTIA ADI KUSUMA
N I M : 232008107
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja,
Judul : ANALISIS PERATAAN LABA PADA
PERUSAHAAN NON MANUFAKTUR sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 24 Mei 2013 Yang memberi pernyataan,
ANALISIS PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN NON MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2007-2011
Oleh :
LILA SEPTIA ADI KUSUMA NIM : 232008107
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
Disetujui oleh :
Paskah Ika Nugroho, SE, M. Si., CMA Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
HALAMAN MOTTO
Serahkanlah perbuatanmu kepada
Tuhan,
maka terlaksanalah segala rencanamu
(amsal 16:3)
Sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
yang selalu menyertai penulis dalam pembuatan skripsi ini, karena melalui
penyertaan Tuhan Yesus Kristus penulis dapat menyelesaikan skripsi dari awal
sampai akhir pembuatan skripsi ini dengan baik.
Sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana penulis menulis skripsi
yang berjudul “Analisis Perataan Laba pada Perusahaan Non Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-20011”.
Akhir kata penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan kertas kerja ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran agar penulisan kertas
kerja lebih sempurna. Semoga penulisan kertas kerja ini memberikan manfaat
berupa masukan kepada pihak yang membutuhkan.
Salatiga, 24 Mei 2013
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rasa
hormat penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluargaku tercinta Papah Hadi Koen, Mama Sus, Kakakq Satiok,
Adikku si endoet kalian inspirasiku. Serta keluarga besar ku yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, aku sayang kalian.
2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis.
3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA., selaku Kaprogdi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis
4. Bapak Paskah Ika Nugroho, SE, M. Si., CMA selaku pembimbing saya yang
telah memberi banyak inspiransi, ide, dukungan, saran dan kritik selama
penyusunan kertas kerja ini.
5. Ibu Sally Dwijayanti, SE., M.SM., selaku wali studi saya yang telah
memberikan banyak arahan selama saya kuliah.
6. Para dosen-dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
menempuh kuliah di fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana dan seluruh para staff fakultas maupun universitas.
7. Si Jelek “Benyamin” makasih buat dukungan doa, suport, kesabaran dan
waktunya selama pembuatan skripsi terlebih-lebih waktu membantu
8. Temen-temen LC Crew : si Kupret, si Endog, nyak Narti, si Genter, si
Emprit, Chilphiee, cah Cinta, si Jimbon makasih ya temen-temen LC Crew
dari awal kuliah sampai menjelang lulus segala suasana telah kita laluin
bersama, meskipun sudah ada yang mendahuluin, bakal kangen
masa-masa menggila bersama kalian.
9. Penghuni kost Jelita 26 a angkatan 08: si Bantet, si Kuntet, si Sutet
makasih ya say buat semuanya, bakal kangen untuk kumpul bareng dan
seluruh anggota Mokjang Wonosobo :Babe Sugi, si dudul Dimas, adekku
Titah.
10.Efrianus Landu M buat waktu dan materi yang sudah diberi selama
mengerjakan kertas kerja ini.
11.Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Kertas Kerja ...ii
Halaman Persetujuan ...iii
Halaman Motto ...iv
Kata Pengantar ...v
Ucapan Terima Kasih ...vi
Daftar Isi ...vii
Daftar Lampiran ...ix
Saripati ...x
Abstract ...xi
Pendahuluan ...1
Telaah Teoritis ...5
Metode Penelitian ...12
Analisis dan Pembahasan ...14
Kesimpulan/Penutup ...31
Daftar Pustaka ...33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian
SARIPATI
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk meneliti tentang praktik perataan laba pada perusahaan non manufaktur. Penelitian ini menggunakan periode waktu pada tahun 2007-2011, jumlah observasi 73 . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan tahunan yang telah diaudit untuk perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Sumber data yang diperoleh dari web www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Perhitungan perataan laba menggunakan indeks Eckel. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka terdapat 22 perusahaan yang melakkan tindakan perataan laba dan 51 perusahaan tidak melakukan tindakan perataan laba. Dari analisis perataan laba perjenis industri, perusahaan konstruksi memiliki prosentase yang paling tinggi dalam melakukan tindakan pertaan laba yaitu sebesar 66,66%, hampir secara keseluruhan sampel perusahaan konstruksi melakukan tindakan perataan laba. Besar kecilnya nilai ukuran perusahaan , financial leverage, net profit margin dan struktur kepemilikan publik yang mempengaruhi praktik perataan laba tergantung pada jenis perusahaan, karena di dalam setiap perusahaan berada pada kondisi yang berbeda-beda.
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze income smoothing practices in non manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange (BEI/IDX) using time period 2007 until 2011. Data were collected from www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and 73 sample were used. Eckel index was used to compute income smoothing. The result of this research show that 22 companies conduct income smoothing practices and 51 companies don’t. Construction companies have highest percentage (66.66%) in income smoothing practices.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi akuntansi yang
diharapkan mampu memberi bantuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam proses pengambilan keputusan,misalnya bagi investor sebagai pihak
surplus dana, karena melalui laporan keuangan ini dapat diketahui bagaimana
kondisi suatu perusahaan. Laporan keuangan dibuat sebagai laporan pertanggung
jawaban manajemen perusahaan terhadap pengguna laporan keuangan tersebut.
Pada dasarnya pengguna laporan keuangan ini mencakup dua pihak, yaitu pihak
internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor, pemegang saham,
kreditor, pemerintah, karyawan, masyarakat), dan yang paling khusus dalam
penggunaan laporan keuangan adalah pihak eksternal karena dalam hal ini pihak
eksternal berada dalam posisi ketidakpastian yang paling besar, sedangkan pihak
internal mengetahui secara terperinci apa yang terjadi dalam perusahaan. Dengan
adanya hal ini menjadikan kondisi ketidakseimbangan perolehan informasi antara
pihak internal (manajemen sebagai penyedia informasi) dengan pihak eksternal
(sebagai pemakai informasi).
Sebenarnya isi semua komponen laporan keuangan bermanfaat, akan
tetapi pihak eksternal lebih cenderung memperhatikan informasi laba. Nasser dan
Herlina (2003:291) menyatakan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan
perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen
dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas
“earning power” perusahaan di masa yang akan datang.
Menyadari hal ini, manajemen cenderung melakukan perilaku tidak
semestinya yaitu dengan melakukan perataan laba untuk mengatasi berbagai
konflik kepentingan yang timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan (Budileksmana dan Andriani, 2005). Tindakan
perataan laba dapat didefinisikan sebagai proses memanipulasi profit waktu
earning atau pelaporan earning agar aliran laba yang dilaporkan perubahannya
lebih sedikit (Zuhroh, 1996).
Ada dua motivasi menurut Utomo dan Siregar (2008) yang mendorong
efisiensi dilakukan manajer dengan berbagai alasan yaitu meningkatkan
kepercayaan investor, mengurangi utang pajak, dan menghindari permintaan
kenaikan gaji oleh karyawan. Sedangkan motivasi opurtunistik dilakukan manajer
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan.
Praktik perataan laba merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing
lagi bagi setiap perusahaan, akan tetapi praktik perataan laba sulit untuk dideteksi
dan dapat menyebabkan informasi yang menyesatkan bagi para pengguna
informasi tersebut. Apabila para pengguna informasi tersebut tidak menyadari
akan adanya praktik perataan laba di dalam laporan keuanagan setiap perusahaan,
maka dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Di lain sisi
bagi pihak manajemen, praktik perataan laba juga dapat menimbulkan kerugian
apabila pihak eksternal mengetahui bahwa informasi yang disajikan dengan tidak
semestinya, yaitu harga saham perusahaan yang tadinya bisa diperkirakan
overvalued menjadi undervalued. Ashari et al (1994) menemukan bahwa terdapat
indikasi tindakan perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang
digunakan untuk melakukan perataan laba. Tindakan perataan laba cenderung
dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah, dan perusahaan dalam
industri yang beresiko.
Menurut Ronen dan Simeha (1975) perataan laba dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya (a) melalui kejadian dan pengakuan peristiwa, untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, manajemen dapat menentukan waktu
terjadinya transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata
sepanjang tahun; (b) melalui alokasi, manajemen melakukan perataan dan
mengalokasikan pendapatan dan biaya selama beberapa periode pelaporan; (c)
melalui klasifikasi, manajemen melakukan perataan dengan mengklasifikasi laba
sebagai ordinary dan extraordinary item.
Banyak penelitian mengenai praktik perataan laba, penelitian Yusuf dan
Soraya (2004) melakukan penelitian dalam jangka waktu 4 tahun pada
perusahaan-perusahaan disektor manufaktur yang dibagi menurut status
perusahaan yaitu perusahaan yang terdaftar sebagai penanam asing dan
perhitungan yang dilakukan, ada 30 perusahaan yang dijadian sampel, terdapat 14
perusahan asing dan non asing yang melakukan perataan laba dan 16 perusahaan
asing dan non asing tidak melakukan tindakan perataan laba. Antara perusahaan
asing dan non asing, perusahaan non asing lebih banyak melakukan tindakan
perataan laba. Hal ini nampak bahwa 8 dari 16 perusahaan non asing yang
dijadikan sampel diindikasikan melakukan praktik perataan laba laba atau sekitar
50% dari total sampel yag diuji untuk perusahaan non asing tersebut. Sedangkan
untuk perusahaan asing nampak bahwa 6 dari 14 perusahaan asing yang
melakukan paktik perataan laba atau 42,85% dari total sampel yang diuji untuk
perusahaan asing.
Penelitian Juniarti dan Corolina (2005) membuktikan bahwa dari 54
perusahaan yang berhasil dijadikan sampel, terdapat 25 perusahaan yang
melakukan perataan laba (46,30% dari total sampel) dan 29 perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba (53,70% dari total sampel). Budileksana dan Andriani
(2005) meneliti bahwa dari 76 sampel perusahaan diklasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu sebanyak 37 perusahaan untuk kelompok perata laba dan 39
perusahaan kelompok bukan perata laba.
Penelitian Dewi dan Carina (2008) dari 52 perusahaan terdapat 25
perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan 27 perusahaan tidak
melakukan praktik perataan laba. Untuk sektor industri tampak bahwa perusahaan
manufaktur lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan
lembaga keuangan lainnya. Pada perusahaan manufaktur terdapat 17 perusahaan
dari 31 perusahaan melakukan yang melakukan praktik perataan laba, artinya
terdapat 54,84% perusahaan manufaktur yang melakukan praktik perataan laba.
Untuk lembaga keuangan lainnya terdapat 8 perusahaan dari 21 perusahaan yang
melakukan praktik perataan laba, artinya terdapat 38,10% lembaga keuangan
lainnya yang melakukan praktik perataan laba. Penelitian Herni dan Susanto
(2008) laba adalah sebesar 33 perusahaan sehingga nilai ketepatan perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba adalah sebesar 86,3% . Sedangkan untuk
perusahaan yang melakukan perataan laba menurut prediksi ada 165 perusahaan
tindakan perataan laba sehingga ketepatan perusahaan yang melakukan tindakan
perataan laba adalah sebesar 49,7%. Penelitian Mila dan Supatmi (2012)
membuktikan bahwa dari 212 observasi yang melakukan tindakan perataan laba
72 observasi dilakukan oleh perusahaan non manufaktur dan 140 diantaranya
dilakukan perusahaan manufaktur. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dari100
observasinya perusahaan non manufaktur, 72% diantaranya melakukan perataan
laba, sementara dari 300 observasi perusahaan manufaktur, hanya 46,66%
diantaranya melakukan tindakan perataan laba.
Banyak penelitian mengenai praktik perataan laba, penelitian Yusuf dan
Soraya (2004) mengatakan hanya Financial leverage yang berpengaruh terhadap
perataan laba, sementara faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, profitabilitas
dan status perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba.
Penelitian Suwito dan Herawaty (2005) membuktikan bahwa jenis usaha,
ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, financial leverage, dan net profit
margin perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan
laba. Juniarti dan Corolina (2005) membuktikan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas (return on assets) dan sektor industri mempunyai pengaruh negatif
terhadap praktik perataan laba. Budileksana dan Andriani (2005) membuktikan
resiko perusahaan berpengaruh positif dan profitabilitas, ukuran perusahaan,
leverage operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik
perataan laba.
Syahriana (2006) menemukan bahwa hanya Operating Profit Margin yang
mempunyai pengaruh terhadap perataan laba dan faktor-faktor yang lain seperti
besaran perusahaan, net profit margin dan return on assets tidak memiliki
pengaruh yang positif terhadap perataan laba. Budiasih (2006) membuktikan
bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan dividend payout ratio mempunyai
pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Sedangkan financial leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba.
Yulianto (2007) mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari besaran
perusahaan, kelompok usaha, winner/losser stocks, net profit margin, dan
Penelitian Dewi dan Carina (2008) menyatakan bahwa profitabilitas
(return on asset) dan sektor industri berpengaruh positif terhadap praktik perataan
laba sementara faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, net profit margin dan
financial leverage berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Penelitian
Herni dan Susanto (2008) membuktikan bahwa struktur kepemilikan publik,
praktik pengelolaan perusahaan, jenis industri, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan
resiko keuangan memberikan pengaruh yang negatif terhadap praktik perataan
laba. Hasil penelitian Utomo dan Siregar (2008) membuktikan bahwa
profitabilitas dan financial leverage memiliki pengaruh yang positif terhadap
praktik perataan laba, sedangkan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, dan
kontrol kepemilikan tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian Mila dan Supatmi (2012) membuktikan ukuran perusahaan dan
financial leverage berpengaruh secara positif terhadap tidakan perataan laba.
Sedangka jenis usaha, net profit margin, dan struktur kepemilikan publik tidak
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Di dalam penelitian ini juga
menyebutkan ada indikasi bahwa perusahaan non manufaktur memiliki dorongan
yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. Penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mila dan
Supatmi (2012), karena adanya indikasi bahwa perusahaan non manufaktur lebih
cenderung melakukan praktik perataan laba. Penelitian ini mencoba untuk
meneliti lebih lanjut mengenai praktik perataan laba pada perusahaan non
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun
2007-2011. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat
bagi para emiten dalam menilai kinerja suatu perusahaan, serta dapat memberikan
masukan pada investor sebelum memutuskan untuk melakukan investasi.
KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Manajemen laba (earnings management)
Menurut Tarjo dan Sulistyowati dalam Herni dan Susanto (2008)
manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam
untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka
akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi
keleluasaan untuk memilih metoda akuntansi yang akan digunakan dalam
mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan privat yang dimiliki.
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas
laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan
dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Herni dan Susanto, 2008).
Mila dan Supatmi (2012) mengatakan manajemen laba diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted
Accounting Principles (GAAP). Scott dalam Mila dan Supatmi (2012)
mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh manajer
antara lain :
o Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak
menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, dengan
cara mengakui biaya pada periode-periode yang akan datang dan
kerugian periode berjalan.
o Income Minization, dilakukan saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian
secara politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan
pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan
sebagainya. Cara ini mirip dengan taking a bath namun kurang
ekstrim.
o Income Maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh
bonus yang lebih besar. Demikian pula bagi perusahaan yang
mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer
perusahaan tersebut cenderung untuk memaksimalkan laba.
o Income Smoothing (Perataan Laba), merupakan bentuk manajemen laba yang paling sering dilakukan dan paling populer, lewat income
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan
terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi.
Perataan Laba (income smoothing)
Perataan laba menurut Assih dkk (2000), merupakan tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan
agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Rivard dkk (2003) mendefinisikan
income smoothing sebagai sebuah praktik dengan menggunakan tehnik-tehnik
akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
Perataan laba adalah cara yang digunakan oleh manager untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai target yang diinginkan baik melalui
metode akuntansi maupun melalui transaksi (Zuhroh, 2006).
Konsep perataan laba sebenarnya sejalan dengan konsep manajemen laba,
yaitu menggunakan teori keagenan (agency teory). Menurut Budileksmana dan
Eka (2005) menyatakan bahwa tehnik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau memperhatikan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
Menurut Utomo dan Siregar, (2008) perataan laba dibagi menjadi 2, yaitu :
o Perataan laba yang terjadi secara alamiah (naturally income
smoothing)
Merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh pihak manajemen
secara langsung tanpa adanya rekayasa.
o Perataan laba yang disengaja oleh manajemen (intentionally income
smoothing)
Terjadi karena adanya campur tangan dari pihak manajemen.
Bisa dalam bentuk:
Perataan laba rill
Merupakan tindakan manajemen dalam mengendalikan
peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba
Perataan laba artificial
Merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk meratakan
laba dengan cara manipulasi.
Menurut Ronen dan Sadan (1981) dalam Belkoui (1993) perataan laba
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk
mengurangi perbedaan laba yang diperoleh.
2. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada
periode akuntansi yang berbeda.
3. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokan item laba tertentu
ke dalam kategori yang berbeda.
Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Hepwort (1953) adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada
periode berjalan yang dapat mengurangi hutang pajak.
2. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan
dan kebijkan deviden sesuai dengan keinginan.
3. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat
menghindari perintah kenaikan upah atau gaji oleh karyawan.
4. Memilki dampak psikologis pada perekonomian.
Selain itu, menurut Foster (1986) dalam Suwito dan Herawati (2005)
mengungkapkan bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra
perusahaan dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki resiko yang rendah. Disamping itu, memberikan informasi yang relevan
dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa mendatang, meningkatkan
kepuasan relasi bisnis, meningkatkan presepsi pihak eksternal terhadap
Menurut Foster (1986) pos–pos tertentu pada laporan keuangan yang sering digunakan sebagai sasaran manajemen untuk melakukan perataan laba
adalah :
a) Pos–pos penjualan misalnya dengan membuat faktur penjualan pada periode yang akan datang ke periode saat ini, atau dengan membuat
penjualan fiktif atau memasukkan produk baik ke dalam produk
cacat atau rusak sehingga dapat dilaporkan telah terjual dengan harga
yang lebih rendah dari harga semestinya.
b) Pos–pos biaya, misalnya biaya dibayar dimuka dianggap sebagai biaya pada periode saat ini.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perataan Laba
Sebenarnya hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa belum adanya
ketepatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tentang pratik perataan laba,
mungkin ini dikarenakan kondisi setiap perusahaan berbeda-beda. Akan tetapi
peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi praktik perataan laba, diantaranya ukuran perusahaan, Financial
Leverage, Net Profit Margin, Struktur Kepemilikan Publik. Adapun penjelasan
lebih lanjut dijelaskan di bawah:
Ukuran Perusahaan
Menurut Machfoedz (1994), penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain:
total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm).
Penelitian Moses ( 1997) menyatakan bahwa perusahaan besar mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil karena merupakan subyek yang diamati
dibebankan pemerintah terhadap perusahaan tersebut semakin besar karena biaya
tersebut dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Hasil penelitian
Budiasih (2006) menemukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan
mendorong perusahaan melakukan perataan laba.
Hasil penelitian Utomo dan Siregar (2008) menemukan bahwa perusahaan
yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.
Financial Leverage
Dalam penelitian Herni dan Susanto (2008) Financial Leverage yang
digunakan adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total asset
yang dimiliki oleh perusahaan, yang menunjukkan berapa bagian asset yang
digunakan untuk menjamin hutang. Semakin tinggi financial leverage
menunjukkan bahwa resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah financial leverage
menunjukkan bahwa resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman akan semakin rendah. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi
mempunyai resiko yang tinggi pula sehingga laba perusahaan berfluktuasi dan
perusahaan cenderung melakukan perataan laba supaya perusahaan kelihatan
stabil. Hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bahwa semakin
tinggi financial leverage suatu perusahaan maka semakin kecil perusahaan
melakukan tindakan perataan laba. Menurut Sartono di dalam Budiasih (2006)
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko
yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan praktik
pertaan laba. Menurut Yusuf dan Soraya (2004) menemukan bukti bahwa semakin
tinggi financial leverage suatu perusahaan maka akan mendorong perusahaan
untuk melakukan tindakan perataan laba.
Menurut Suwito dan Herawaty (2005) net profit margin adalah suatu
pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh
seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Hasil penelitian Salno dan Baridwandi
dalam Suwito dan Herawati (2005) mengatakan net profit margin diduga
mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung
dengan objek perataan penghasilan. Hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005)
menemukan bukti empiris bahwa semakin tinggi net profit margin maka
perusahaan kurang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan perataan laba.
Menurut Mila dan Supatmi (2012) mengatakan bahwa perusahaan dengan net
profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa operasi perusahaan tersebut
semakin baik. Semakin baik operasi suatu perusahaan maka akan menjadi subjek
pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum). Dengan demikian semakin tinggi net profit margin akan mendorong
perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba.
Net Profit Margin
Menurut Suwito dan Herawaty (2005) net profit margin adalah suatu
pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh
seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Hasil penelitian Salno dan Baridwandi
dalam Suwito dan Herawati (2005) mengatakan net profit margin diduga
mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung
dengan objek perataan penghasilan. Hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005)
menemukan bukti empiris bahwa semakin tinggi net profit margin maka
perusahaan kurang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan perataan laba.
Menurut Mila dan Supatmi (2012) mengatakan bahwa perusahaan dengan net
profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa operasi perusahaan tersebut
semakin baik. Semakin baik operasi suatu perusahaan maka akan menjadi subjek
pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat
umum). Dengan demikian semakin tinggi net profit margin akan mendorong
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah perusahaan non manufaktur yang terdaftar di
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan
periode waktu pada tahun 2007-2011, jumlah observasi 73
Tabel 1
Pemilihan Sampel Penelitian
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 381
Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode 2007-2011 -68
Perusahaan yang selama periode 2007-2011 tidak melaporkan laba -138
Perusahaan yang melakukan akuisisi dan merger selama periode 2007-2011 -102
Sampel penelitian yang digunakan 73
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk laporan keuangan tahunan yang telah diaudit untuk perusahaan publik
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Sumber data yang
diperoleh dari web www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory
(ICMD).
Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
Praktik perataan laba diukur dengan menggunakan indeks eckel (Utomo
dan Siregar, 2008). Indeks eckel ini dilakukan untuk mengetahui perusahaan yang
melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
Adapun indeks perataan laba dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks Perataan Laba =
Dimana :
S :Perubahan penjualan dalam satu periode
CV :Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dengan nilai
yang diharapkan.
Apabila CV I ≥ CV S atau Indeks Perataan Laba 1 maka perusahaan tidak digolongkan perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba, sedangkan CV
I < CV S atau Indeks Perataan Laba < 1 maka perusahaan digolongkan
perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.
CV I : Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV S : Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV I atau CV S dapat dihitung sebagai berikut :
CV I atau CV S =
Di mana
CV ∆I dan CV ∆S = (∆x - ∆X)2
: ∆X n – 1
Keterangan :
X : Perubahan laba (I) atau Penjualan (S)
X : Rata-rata perubahan laba (I) atau Penjualan (S)
N : Banyaknya tahun yang diamati
Praktik perataan laba diukur dengan dummy variable, skor (1) jika perusahaan
melakukan tindakan perataan laba, dan skor (0) jika perusahaan tidak melakukan
tindakan perataan laba.
Ukuran Perusahaan (UP)
Ukuran perusahaan adalah total nilai kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan logaritma besarnya aktiva
Financial Leverage (LEV)
Variabel ini diukur dengan total hutang jangka panjang dibandingkan
dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan (Utomo dan Siregar, 2008).
Net Profit margin (NPM)
Variabel ini diukur dengan rata-rata rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan total penjualan (Suwito dan Herawati, 2005).
Struktur Kepemilikan Publik (SKP)
Variabel ini diukur dengan menggunakan perbandingan antara total saham
yang dimiliki publik terhadap total saham yang beredar (Herni dan Susanto,
2008).
Langkah Analisis
a. Statistik deskriptif
Analisis deskriptif adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, nilai
minimum (Ghozali, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk menggambarkan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel-variabel ukuran perusahaan,
financial leverage, net profit margin dan struktur kepemilikan publik terhadap
perataan laba. Berdasarkan data-data yang tersaji dalam laporan keuangan yang
mendukung variabel-variabel penelitian maka tabel berikut ini memperlihatkan
kisaran teoritis dan nilai mean, std deviation, minimum dan maksimum dari
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std Deviation
Ukuran Perusahaan 73 5,00 8,62 6,4366 ,85361
Financial Leverage 73 ,00 ,73 ,1432 ,15103
NPM 73 3,09 16,00 ,3560 1,85894
Struktur Kep. Publik 73 ,00 68,48 27,9707 15,48381
Perataan Laba 73 0 1 ,30 ,426
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Keterangan :
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah responden ada 73, dari 73
responden ukuran perusahaan terkecil sebesar 5 , dan nilai terbesar senilai 8,62 .
Adapun rata-ratanya sebesar 6,4366 dengan standar deviasi sebesar ,85361.
Variabel financial leverage, dari 73 responden memiliki nilai terkecil
sebesar 0, dan nilai terbesar senilai ,73 . Adapun nilai rata-ratanya ,1432 dengan
standar deviasi sebesar ,85361 .
Variabel net profit margin memiliki nilai rata-rata sebesar ,3560 dengan
standar deviasi 1,8589 . Adapun nilai terkecil 0 dan nilai terbesar 16,00.
Variabel struktur kepemilikan publik memiliki nilai minimal sebesar 0,
nilai maksimum sebesar 68,48. Sedangkan nilai rata-rata struktur kepemilikan
sebesar 27,9707 dengan standar deviasi sebesar 15,48381.
Berdasarkan tabel 2 juga diketahui bahwa nilai terendah pada variabel
perataan laba 0 dan nilai yang tertinggi adalah 1. Adapun mean yang dihasilkan
Analisis Perataan Laba per Jenis Industri
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel jenis
perusahaan agriculture, forestry and fishing tidak melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien varians laba dan penjualan
diatas 1, hanya PP London Sumatra Indonesia yang melakukan perataan laba.
Dari sampel yang digunakan pada jenis industri agriculture, forestry and fishing,
memiliki nilai prosentase sebesar 20% (yang artinya 1 dari 5 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian)
Tabel 3.1
Status Perusahaan Agriculture, Forestry and Fishing Perusahaan Agriculture, Forestry and Fishing
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
AALI 6,8858 0,0287 0,264 20,32 0
UNSP 7,011 0,0658 0,1443 66,23 0
BISI 6,1366 0,0229 0,177 36,01 0
LSIP 6,7169 0,1083 0,2702 36,17 1
SGRO 6,4079 0,1063 0,1741 24,65 0
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
LSIP atau PP London Sumatra Indonesia (LONSUM) merupakan
perusahaan perkebunan dan perdagangan yang menjadikan karet sebagai
komoditas utama perseroan. Selama tahun 2007-2011 pendapatan perusahaan
LISP, pada tahun 2009 saja LISP mengalami penurunan pendapatan, yaitu sebesar
220068 (dalam miliaran rupiah), dan penjualan pada tahun 2009 juga mengalami
penurunan sebesar 646467. Pada pergitunngan Indeks Perataan Laba (IPL)
mempunyai nilai sebesar 1,19533.
Sampel pada jenis perusahaan agriculture, forestry and fishing untuk
ukuran perusahaan yang melakukan praktik perataan laba memiliki nilai sebesar
6,7169, adanya indikasi bahwa perataan laba lebih cenderung dilakukan pada
3.1, meskipun nilai ukuran perusahaan terbesar terdapat pada UNSP, perusahaan
ini kategorikan pada perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba.
Untuk financial leverage dan net profit margin pada jenis perusahaan agriculture,
forestry and fishing yang melakukan praktik perataan laba memiliki nilai tertinggi
dari sampel yang digunakan, adanya indikasi perataan laba lebih cenderung
dilakukan pada perusahaan yang memilki nilai financial leverage dan net profit
margin yang tinggi. Meskipun nilai struktur kepemilikan publik untuk perusahaan
yang melakukan perataan laba pada jenis perusahaan agriculture, forestry and
fishing mempunyai pengaruh yang signifikan, akan tetapi hal ini tidak mendukung
adanya indikasi bahwa perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan publik
yang tinggi cenderung melakukan tindakan perataan laba, hal ini terbukti dari
hasil perhitungan data sekunder yang tertuang di dalam tabel 3.1
Tabel 3.2
Status Perusahaan Animal Feed and Husbandry
Perusahaan Animal Feed and Husbandry
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
CPIN 6,7875 0,0487 0,0927 36,13 0
MAIN 5,9727 0,0105 0,0521 30,89 0
MBAI 6,0058 0,3132 0,0744 12,43 1
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan animal feed and husbandry, tidak melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien varian laba lebih besar dari
pada varian penjualan atau dengan kata lain nilai indeks perataan laba pada jenis
perusahaan animal feed and husbandry masih di atas 1. Akan tetapi ada satu
perusahaan yang melakukan praktik perataan laba, yaitu Multibreeder Adirama
husbandry memiliki nilai prosentase sebesar 33,33% dalam hal melakukan
tindakan perataan laba per jenis industri.
Perusahaan Multibreeder Adirama Indonesia Tbk memulai usahanya
secara komersial pada tahun 1985, ruang lingkup kegiatan perusahaan ini meliputi
bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri dan perdagangan umum. Selama
5 tahun (tahun 2007-2011), perubahan pendapat setiap tahun cenderung
mengalami penurunan, hanya pada tahun 2009 perubahan pendapatan perusahaan
ini mengalami kenaikan, yaitu sebesar 164855. Akan tetapi untuk perubahan
penjualan dalam perusahaan ini cenderung mengalami kenaikan, hal ini
ditunjukkan dari data yang diperoleh, selama 5 tahun hanya tahun 2010 saja yang
mengalami penurunan penjualan, penurunan penjualan pada tahun itu sebesar
787085. Dari hasil perhitungan data sekunder menunjukkan bahwa nilai indeks
perataan laba untuk perusahaan ini cukup besar, yaitu 21,37878.
Ukuran perusahaan pada jenis perusahaan animal feed and husbandry
yang melakukan praktik perataan laba memilki nilai sebesar 6,0058. Nilai untuk
financial leveragenya untuk perusahaan yang melakukan perataan laba sebesar
0,3132, hasil ini jauh di atas dari nilai financial leverage yang sampel dijadikan
sampel. Nilai net profit marginnya sebesar 0,0744. Untuk struktur kepemilikan
publik pada jenis perusahaan animal feed and husbandry yang melakukan praktik
perataan laba memiliki nilai yang paling rendah diantara perusahaan lain yang
dijadikan sampel penelitian, ada indikasi bahwa perusahaan yang memiliki nilai
financial leverage tinggi lebih cenderung melakukan tindakan perataan laba
kurang tepat.
Tabel 3.3
Status Perusahaan Mining and Mining Services Perusahaan Mining and Mining Services
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
ANTM 7,0765 0,1358 0,2165 35 0
MEDC 7,3236 0,1584 0,1683 36,85 0
PGAS 7,4398 0,4417 0,3683 43,6 1
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan mining and mining services, tidak melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien varians laba dan penjualan
masih di bawah angka 1, hanya Perusahaan Gas Negara yang melakukan perataan
laba. Jenis perusahaan mining and mining services memiliki nilai prosentase
33,33% dalam hal melakukan tindakan perataan laba.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk pada awalnya bernama Firma L.
J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage yang didirikan pada tahun 1859 dan akhirnya
menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (“Persero”) dan
namanya berubah menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486
tanggal 30 Mei 1996. Selama 5 tahun (tahun 2007-2011) PGAS mengalami
kenaikan pendapatan hanya pada tahun 2009 dan 2010, 3 tahun lainnya
mengalami penurunan . Dalam penjualannya selama 5 tahun, PGAS ini juga
mengalami penurunan penjualan selama 2 periode waktu juga, akan tetapi
penurunannya pada tahun 2009 dan tahun 2011. Pada perhitungan indeks perataan
laba, PGAS memiliki nilai sebesar 1,01948.
Pada jenis perusahaan mining and mining services yang melakukan praktik
perataan laba, memiliki nilai ukuran perusahaan, financial leverage, net profit
margin, struktur kepemilikan publik yang tinggi dibanding perusahaan lain yang
dijadikan sampel akan tetapi masuk dalam kategori pada perusahaan yang tidak
melakukan praktik perataan laba. Adanya indikasi bahwa apabila perusahaan
memiliki nilai ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, struktur
kepemilikan publik memiliki nilai tinggi cenderung melakukan tindakan perataan
Tabel 3.4
Status Perusahaan Constructions Perusahaan Constructions
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
ADHI 6,7181 0,1011 0,0228 44,34 1
PTRO 6,3264 0,2658 0,105 14,29 1
TOTL 6,1714 0,0496 0,0406 31,11 0
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan construction, melakukan perataan laba yang ditunjukkan dengan
nilai hasil perbandingan koefisien varians laba dan penjualan dengan angka 1,
hanya Total Bangun Persada yang tidak melakukan perataan laba. Maka dari itu
perusahaan construction memiliki nilai prosentase yang cukup besar dalam
melakukan tindakan perataan laba, yaitu sebesar 66,66% (dari sampel perusahaan
construction). Dari hasil perhitungan secara keseluruhan, jenis perusahaan
construction mempunyai nilai prosentase tindakan perataan laba yang paling
tinggi dibandingkan jenis perusahaan yang lainnya.
Adhi Karya (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, EPC, properti, real state, investasi infrastruktur dan perusahaan ini
berdiri pada 11 maret 1960. Dari tahun 2007-2011 perusahaan ini cenderung
mengalami kenaikan pendapatan, hanya pada tahun 2008 saja mengalami
penurunan pendapatan, yaitu sebesar 30119. Penurunan penjualan juga terjadi,
akan tetapi hanya pada tahun 2010, penurunan penjualan sebesar 2039634. Dalam
perhitungan IPL nya, ADHI mempunyai nilai sebesar 1,28098.
Dalam perhitungan data sekunder, Petrosea Tbk memiliki nilai indeks
perataan laba sebesar 1,14577. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1972, yang
bergerak dibidang industri batubara, minyak dan gas bumi di Indonesia. Dalam
kurun waktu 5 tahun yang dijadikan tahun penelitian, perusahaan ini mengalami
2009. Pada tahun 2009 perusahaan ini mengalami penurunan penjualan,
penurunan penjualan ini sebesar 638280.
Pada jenis perusahaan construction yang melakukan perataan laba
memiliki nilai ukuran perusahaan dan financial leverage yang tinggi
dibandingkankan pada jenis perusahaan construction yang tidak melakukan
tindakan perataan laba, akan tetapi nilai untuk net profit margin, struktur
kepemilikan publik untuk perusahaan yang melakukan praktik perataan laba
terdapat pada perusahaan yang memiliki nilai net profit margin, struktur
kepemilikan publik tertinggi dan terendah, jadi pada jenis perusahaan construction
yang melakukan perataan laba belum tentu dilakukan pada perusahaan yang
memiliki nilai net profit margin dan struktur kepemilikan publik tinggi, begitu
pula juga sebaliknya.
Tabel 3.5
Status Perusahaan Transpotation Services Perusahaan Transpotation Services
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
WEHA 5,2512 0,0808 0,0292 26,08 0
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.5 menunjukkan bahwa sampel jenis perusahaan
transportation service, tidak melakukan tindakan perataan laba, yang ditunjukkan
dengan nilai hasil indeks perataan laba di bawah 1. Dengan kata lain jenis
perusahaan transportation service tidak memiliki nilai prosentase dalam hal
melakukan tindakan perataan laba.
Tabel 3.6
Status Perusahaan Telecommunication Perusahaan Telecommunication
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
TLKM 7,9039 0,0741 0,2022 33,9 0
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa sampel jenis perusahaan
telecomunication, tidak melakukan perataan laba yang ditunjukkan dengan nilai
hasil perbandingan koefisien varians laba dan penjualan masih di bawah angka 1.
Atau dengan kata lain, sampel jenis perusahaan telecommunication sama dengan
sampel jenis perusahaan transportation service, dalam sampel yang dijadikan
penelitian kedua jenis perusahaan ini tidak melakukan tindakan praktik perataan
laba.
Tabel 3.7
Status Perusahaan Whole Sale and Retail Trade Perusahaan Whole Sale and Retail Trade
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan whole sale and retail trade tidak melakukan praktik perataan
laba. Hanya terdapat satu perusahaan yang melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien laba dan penjualan satu
(dummy angka 1) yaitu Ramayana Lestari Sentosa.
Dengan ini menunjukkan bahwa nilai prosentase tindakan perataan laba
pada jenis perusahaan whole sale and retail trade sebesar 14,28%. 1 perusahaan
yang melakukan tindakan perataan laba, mempunyai IPL sebesar 1,20846.
Ramayana Lestari Sentosa Tbk pada tahun 2009 mengalami penurunan
pendapatan, yaitu sebesar 94984. Namun perubahan penjualan selama periode
penelitian selalu konstan, tidak mengalami penurunan. Perusahaan Ramayana
Lestari Sentosa Tbk merupakan salah satu department store terkemuka di
Nilai ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, struktur
kepemilikan publik pada jenis perusahaan whole sale and retail trade memiliki
nilai relatif ditengah diantara perusahaan yang dijadikan sampel penelitian akan
tetapi masuk dalam kategori perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan
laba.
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa sampel jenis perusahaan
banking hanya terdapat dua bank yang melakukan perataan laba yaitu Bank
Mandiri dan Bank Nusantara Parahyangan atau nilai presentase jenis perusahaan
banking yang melakukan tindakan peratan laba dari total sampel jenis perusahaan
banking hanya sebesar 16,66% saja.
Pada jenis perusahaan banking, perusahaan yang melakukan perataan laba
ada 2 perusahaan. Perusahaan yang satu memiliki nilai ukuran perusahaan
tertinggi diantara perusahaan yang dijadikan sampel, akan tetapi satu perusahaan
yang melakukan praktik perataan laba memiliki nilai ukuran perusahaan relatif,
struktur kepemilikan public untuk jenis perusahaan banking yang melakukan
praktik perataan laba memiliki nilai diantara nilai terendah maupun tertinggi.
Tabel 3.9
Status Perusahaan Credit Agencies Other than Bank Perusahaan Credit Agencies Other than Bank
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
ADMF 6,8538 0,4269 0,3073 5,14 1
CFIN 6,399 0,1126 0,5884 29,43 0
MFIN 6,4046 0,0337 0,1619 24,52 0
SMMA 7,388 0,7267 0,0822 45,32 0
TRUS 5,3914 0,0524 0,3096 28,39 1
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan credit agencies other than bank, terdapat dua perusahaan yang
melakukan perataan laba yang ditunjukkan dengan nilai lebih dari 1 (dummy)
yaitu Adira Dinamika Multi Finance dan Truss Finance Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa jenis perusahaan credit agencies other than bank memiliki
nilai prosentase sebesar 40% dari sampel jenis industri credit agencies other than
bank
Adanya indikasi apabila sebuah perusahaan memiliki nilai ukuran
perusahaan , financial leverage, net profit margin, struktur kepemilikan publik
yang tinggi akan memiliki dorongan untuk melakukan tindakan kurang tepat,
karena dari hasil olah data sekunder yang tertuang di dalam tabel 3.9 sudah
terbukti, bahwa perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan, financial
leverage, net profit margin, struktur kepemilikan publik tertinggi malah tidak
Tabel 3.10
Status Perusahaan Securities Perusahaan Securities
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
BCAP 6,0905 0,5182 0,2103 10,5 0
KREN 5,6946 0,5073 0,3522 39,68 1
PEGE 5,441 0,1666 0,5315 44,61 1
RELI 5,7501 0,2449 0,4408 33,89 0
TRIM 6,0107 0,2651 0,1424 11,98 1
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan securities, memiliki nilai prosentase 60% dari jumlah sampel
pada jenis perusahaan securities yang melakukan tindakan perataan laba. Terdapat
tiga perusahaan yang melakukan perataan laba yang ditunjukkan dengan nilai
hasil perbandingan koefisien laba dan penjualan dengan angka 1, yaitu perusahaan
Kresna Graha Sekurindo, Panca Global Securities dan Tri Megah Securite.
Nilai ukuran perusahaan , financial leverage, net profit margin, struktur
kepemilikan publik untuk perusahaan yang bergerak di bidang securities memiliki
nilai yang bermacam-macam, ada nilai terendah ada pula nilai yang tinggi. Hal ini
diperkira karena keadaan setiap perusahaan yang bergerak dibidang securities
Tabel 3.11
Status Perusahaan Insurance Perusahaan Insurance
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
ASDM 5,446 0,213 0,1007 20,66 0
AHAP 5,0017 0,2554 0,0771 24,81 0
AMAG 5,7803 0,1572 0,2088 33,47 1
ASRM 5,6 0,3978 0,092 15,85 0
LPGI 5,8783 0,1176 0,1237 36,82 0
MREI 5,5595 0,4045 0,1276 16,8 1
PNIN 6,9474 0,2347 0,2453 25,07 1
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.11 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan insurance, ada 3 perusahaan yang melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien laba dan penjualan dengan
angka 1, yaitu Asuransi Multi Artha Guna, Maskapai Reasuransi Indonesia dan
Panin Insurance. Dengan kata lain jenis perusahaan insurance memiliki nilai
prosentase sebesar 42,85% secara keseleruhan dari sampel jenis industri
insurance.
Nilai ukuran perusahaan pada perusahaan insurance yang melakukan
perataan laba memiliki nilai relatif yang cukup tinggi dari sampel perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba, hal ini terlihat dari hasil olah data sekunder
yang tertuang di dalam tabel 3.11. Untuk nilai financial leverage pada perusahaan
yang melakukan perataan laba, memiliki nilai yang tinggi diantara sampel yang
dijadikan penelitian pada jenis perusahaan insurance, begitu juga untuk nilai net
profit marginnya juga. Nilai tertinggi struktur kepemilikan publik terdapat pada
Tabel 3.12
Status Perusahaan Real Estate and Property Perusahaan Real Estate and Property
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.12 menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel jenis
perusahaan real estate dan property, terdapat 6 perusahaan yang melakukan
perataan laba yaitu Duta Anggada Realty, Duta Pertiwi, Gowa Makassar Tourism
Development, Jaya Real Property, Pudjiadi Prestige dan Summerecon Agung atau
dengan kata lain memiliki nilai prosentase sebesar 50%.
Duta Pertiwi Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang property.
Perusahaan ini, tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 1995. Dalam
penelitian ini, DUTI memiliki nilai indeks perataan laba yang paling tinggi, yaitu
sebesar 30,7752. Selama kurun waktu dalam penelitian, DUTI memiliki nilai
perubahan pendapatan menurun pada 2 tahun awal, yaitu tahun 2007 dan 2008
dan perubahan penurunan penjualan pada tahun 2008 dan 2009.
Gowa Makassar Tourism Development Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang properti. Meskipun pendapatan pada 5 tahun (tahun 2007-2011)
tergolong kecil, akan tetapi perubahan pendapatan selalu konstan naik, begitu pula
pada penjualan juga tetap konstan. Hasil dari olah data sekunder, GMTD memiliki
PT Jaya Real Property, Tbk. merupakan salah satu pengembang properti
hunian dan komersial terkemuka di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1979.
Perusahaan ini memiliki nilai perubahan pendapatan dan penjualan yang stabil.
Perubahan dalam tahun ketahun tidak pernah mengalami penurunan. Perusahaan
ini memiliki nilai perataan laba sebesar 1,06168.
Pudjiadi Prestige Tbk berdiri sejak tahun 1983, perusahaan ini bergerak di
kancah bisnis property dan real estat nasional. Perusahaan ini memiliki IPL
sebesar 1,67102. Pada tahun 2007, perusahaan ini mengalami penurunan
pendapatan sebesar 2849, dan pada tahun itu juga perusahaan ini mengalami
penurunan penjualan sebesar 16686.
Adanya indikasi perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan tinggi
lebih cenderung melakukan tindakan perataan kurang tepat, karena dalam tabel
3.13 tertuang, nilai ukuran perusahaan tertinggi terdapat pada perusahaan yang
tidak melakukan perataan laba, begitu juga untuk nilai financial leverage, struktur
kepemilikan publik yang tertinggi juga terdapat pada perusahaan yang tidak
melakukan tindakan perataan laba. Akan tetapi untuk nilai net profit margin yang
tertinggi terdapat pada perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.
Tabel 3.13
Status Perusahaan Hotel and Travel Services Perusahaan Hotel and Travel Services
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
BAYU 5,3312 0,0185 0,0065 27,82 0
SHID 5,795 0,2689 0,1009 5,51 0
PANR 5,7485 0,1621 0,006 12,35 0
SONA 5,7584 0,0785 0,0173 8,54 0
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.13 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan hotel and travel service, tidak melakukan perataan laba yang
ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien laba dan penjualan masih
perusahaan hotel and travel service sebesar 0% pada sampel perusahaan yang
melakukan tindakan perataan laba.
Pada jenis perusahaan hotel and travel service, besar kecilnya nilai ukuran
perusahaan , financial leverage, net profit margin, struktur kepemilikan publik
tidak mempengaruhi praktik perataan laba, hal ini terbukti dari hasil olah data
sekunder yang tertuang di dalam tabel 1.13
Tabel 3.14
Status Perusahaan Holding and Other Invesment Companies
Perusahaan Holding and Other Invesment Companies
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
ALKA 5,2365 0,1555 0,0063 5,08 0
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3.14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan holding and other investment companies, tidak melakukan
perataan laba yang ditunjukkan dengan nilai hasil perbandingan koefisien laba dan
penjualan masih di bawah angka 1. Jenis perusahaan holding and other investment
companies juga memiliki prosentase 0% terhadap praktik perataan laba pada
sampel jenis perusahaan holding and other investment companies.
Tabel 3.15
Status Perusahaan Others Perusahaan Others
KODE UP LEV NPM SKP STATUS
JTPE 5,2649 0,0508 0,1295 25,92 0
MNCN 6,8925 0,1339 0,1347 23,92 0
RUIS 5,0829 0,0591 0,0189 17,66 0
SCMA 6,3895 0,1964 0,2322 16,21 1
Berdasarkan tabel 3.15 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
jenis perusahaan other, tidak melakukan perataan laba yang ditunjukkan dengan
nilai hasil perbandingan koefisien laba dan penjualan masih di bawah angka 1.
hanya satu perusahaan yang melakukan perataan laba yaitu Surya Citra Media
Tbk.
PT Surya Citra Media Tbk, atau selanjutnya disebut „Perseroan‟, didirikan pada tahun 2000 dengan fokus bidang usaha meliputi jasa multimedia,
hiburan dan komunikasi, terutama di bidang pertelevisian. Pada tahun yang
dijadikan penelitian perubahan pendapatan selalu konstan, tidak ada perubahan
pendapatan yang negatif.
Nilai untuk ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan publik tertinggi
terdapat pada perusahaan yang dikategorikan pada perusahaan yang tidak
melakukan tindakan perataan laba, maka dari itu adanya indikasi bahwa ukuran
perusahaan tinggi akan mempengaruhi praktik perataan laba kurang tepat begitu
juga untuk nilai struktur kepemilikan publik. Akan tetapi nilai untuk financial
leverage dan net profit margin tertinggi terdapat pada perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba, adanya indikasi bahwa nilai financial leverage dan net
profit margin tinggi akan mempengaruhi praktik perataan laba benar.
Tabel 4
Perincian Perataan Laba
Variabel Penelitia Jumlah %
Status Perusahaan :
Perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba (1) 22 30%
Perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba (0) 51 70%
Total 73 100%
Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Dari tabel 4 yang telah diolah terdapat ada 22 perusahaan yang melakukan
melakukan perataan laba. Atau secara presentase menunjukkan 30% perusahaan
melakukan tindakan perataa laba dan sisanya 70% dari total responden, tidak
melakukan tindakan perataan laba.
P E N U T U P
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa dari 73 responden dari perusahaan non manufaktur terdapat 22 perusahaan
yang melakukan tindakan perataan laba, dan 51 perusahaan yang dijadikan
responden tidak melakukan tindakan perataan laba. Dari analisis per jenis industri
dapat diketahui bahwa prosentase yang paling tinggi melakukan tindakan perataan
laba terdapat pada perusahaa constructions, nilai prosentasenya sebesar 66,66% (2
perusahaan melakukan tindakan perataan laba dari 3 responden yang dijadikan
sampel). Meskipun prosentase terbesar terdapat pada perusahaan constructions,
akan tetapi nilai indeks perataan laba tertinggi terdapat pada perusahaan real
estate and property,yaitu sebesar 30,7752. Hal ini jelas terlihat nyata bahwa DUTI
memiliki nilai penjualan yang cukup besar, akan tetapi meskipun nilai penjualan
dikategorikan besar, nilai pendapatan pada DUTI terlihat jelas berbeda jauh ke
bawah.
Adanya indikasi besar kecilnya nilai ukuran perusahaan , financial
leverage, net profit margin dan struktur kepemilikan publik yang mempengaruhi
praktik perataan laba tergantung pada jenis perusahaan, karena di dalam setiap
perusahaan berada pada kondisi yang berbeda-beda.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka untuk implikasi
terapan dalam menilai kinerja perusahaan bagi para investor sebaiknya agar lebih
melihat lagi secara detail pada perusahaan constructions, akan tetapi pada
perusahaan real estate and property dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah hanya menganalisis tentang
perataan laba perjenis industri, tidak meneliti secara detail lagi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba itu sendiri.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat melakukan penelitian
yang khusus ditujukan untuk mengembangkan model pengukuran perataan laba
yang lebih akurat, misalkan per industri tertentu misalnya hanya farmasi atau
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, N., Koh H. C., Tan S.L., dan Wong W.H. 1994. Factors Affecting Income Smoothing among Listed Companies in Singapore, Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291-304.
Assih, P. dan M. Gundono, “Hubungan Tindakan Perataan laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi III IAI-Kapd Universitas Brawijaya, 24-25 September 1999.
Barnea, A., J. Ronen dan S. Sada, “The Implementation of Accounting Objectives
An Application to Extraordinary Items”, The Accounting Review, January
1975.
Belkaoui, A., R., Accounting Teory, 3th Edition,1993.
Budiasih, I.G.A.N. (2006). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba.” Jurnal Akuntansi . Universitas Undayana. Diunduh dari htpp://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20budiasih.pdf, tanggal 20 Maret 2012.
Budileksmana, Antariksa dan Eka Andriani. 2005. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan- Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. “Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6 (2) hal. 205-223.
Dewi, Sofia Prima dan Carina. (2008). “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur dan Lembaga Keuangan
Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.”Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 02, Mei 2008 : 117-131.
Foster, “Financial Statement Analysis” Englewood, New Jersey, Prentice Hall
International, 1986.
Fudenberg, Drew dan Jean. T. (1995). “A Theory of Income and Devidend Smoothing Based on Incumbency Rates. ”Journal of Political Economy. February:75-93.
Ghozali, Imam. (2006). Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Edisi pertama. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hepworth, S. R.,1953, Smoothing Periodic Income, The Accounting Review, January.
Herni dan Yulius Kurnia Susanto. (2008). “ Pengaruh Struktur Kepemilikan