• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulaw esi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulaw esi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, info rmasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulaw esi Tenggara.

Kajian ini disusun secara triw ulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jaw ab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Bank Indonesia Kendari.

Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu , isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai.

Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi -tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.

Kendari, M ei 20 10

BANK INDONESIA KENDARI

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

... ....

iii

DAFTAR GRAFIK

...

v

DAFTAR TABEL

...

vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

PERKEMBANGAN EKONOMI... 1

INFLASI ... 1

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 2

KEUANGAN DAERAH ... 5

KETENAGAKERJAAN D AN KESEJAHTERAAN ... 5

PROSPEK EKONOMI... 6

BAB I. ASESMEN MAKROEKONOMI ... 7

1.1 Kondisi Umum ... 7

1.2 PDRB Menurut Penggunaan ... 8

1.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 14

Boks I Dampak Perdagangan Bebas ACFTA ... 24

BAB II. ASESMEN INFLASI ... 25

2.1 Kondisi U mum ... 25

2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulawesi Tenggara ... 26

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi /Deflasi ... 32

2.4 Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan... 33

2.4 Inflasi/Deflasi Terbesar per-Sub Kelompok ... 35

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 37

3.1 Kondisi Umum ... 37

3.2 Perkembangan Aset ... 38

(4)

3.6 Perkembangan Kredit U MKM dan KUR ... 44

BAB IV. KEUANGAN DAERAH ... 47

4.1 Realisasi Pendapatan... 47

4.2. Realisasi Belanja ... 49

BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 52

5.1 Perkembangan Pembayaran Tunai ... 52

5.2 Perkembangan Pembayaran Non Tunai ... 54

BAB VI. TENAGA KERJA D AERAH DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 57

6.1 Ketenagakerjaan Daerah ... 57

6.2 Kesejahteraan ... 59

BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 63

7.1 Prospek Ekonomi Makro ... 63

7. 2 Perkiraan Inflasi ... 64

(5)

N ama Grafik ...N omor H alaman

Grafik. 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 7

Grafik. 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara... 9

Grafik. 1.3. Indeks Kondisi Ekonomi saat ini ... 9

Grafik. 1.4. Penerimaan Pajak... 10

Grafik. 1.5. Konsumsi Air ... 10

Grafik. 1.6. Konsumsi Listrik ... 10

Grafik. 1.7. Konsumsi Bahan Bakar... 10

Grafik. 1.8. Perkembangan Kendaraan Bermotor... 11

Grafik. 1.9. Perkembangan Realisasi Kredit Konsumsi... 11

Grafik. 1.10. Realisasi Kredit Investasi... 12

Grafik. 1.11. Volume Ekspor Provinsi Sultra... 13

Grafik. 1.12. Arus Bongkar Muat Pelabuhan ... 13

Grafik. 1.13. Kontribusi Tiap Sektor ... 15

Grafik. 1.14.Share Tiap Sektor ... 15

Grafik. 1.15. Produksi Biji Nikel PT.Antam, Tbk ... 17

Grafik. 1.16. Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk ... 18

Grafik. 1.17. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Sultra... 19

Grafik. 1.18. Realisasi Pengadaan Semen Sulawesi Tenggara ... 20

Grafik. 1.19. Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo... 21

Grafik. 1.20. NTB Perbankan Sulawesi Tenggara ... 21

Grafik. 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional dan Kendari ... 25

Grafik. 2.2. Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Bulanan Sub-Kelompok Padi -padian ... 29

Grafik. 2.3. Perkembangan Emas Internasional (per troy ounce) ... 31

Grafik. 2.4. Perkembangan Harga Gula Pasir dan Inflasi Bulanan Sub-Kelompok Minuman Tidak Beralkohol ... 32

Grafik. 2.5. Inflasi Tahunan dan Tahun Berjalan Kota Kendari... 34

Grafik. 3.1. Pangsa Kepemilikan Aset ... 38

Grafik. 3.2. Pangsa DPK Golongan Pemilik ... 40

(6)

Grafik. 5.2. Aliran Uang MasukI Inflow Triwulan II-2010 ... 53

Grafik. 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring ... 55

Grafik. 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS ... 55

Grafik. 6.1. Pertumbuhan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara ... 57

Grafik. 6.2. Pangsa dan Pertumbuhan Penduduk yang Bekerja ... 58

Grafik. 6.3. Pekerja Berdasarkan Lapangan Kerja Utama ... 58

Grafik. 6.4. NTP Sulawesi Tenggara Mei 2008 - Mei 2010 ... 60

Grafik. 7.1. Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari ... 64

(7)

Tabel . 1.1. Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara ... 8

Tabel . 1.2. Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 8

Tabel . 1.3. Pertumbuhan Tiap Sektor (dalam persen) ... 14

Tabel . 1.4. Produksi Padi Provinsi Sulawesi Tenggara ... 16

Tabel . 1.5. Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko ... 20

Tabel . 2.1. Perkembangan Inflasi Kendari ... 26

Tabel . 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) ... 27

Tabel . 2.3. Sumbangan Per Kelompok Terhadap Inflasi Bulanan (mtm) ... 27

Tabel . 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Bahan Makanan Bulan April-Juni ... 29

Tabel . 2.5. Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Bulan April-Juni ... ... 30

Tabel . 2.6. Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Bulan April-Juni ... 32

Tabel . 2.7. Bebrapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi Di Kota Kendari ... 33

Tabel . 2.8. Inflasi (Deflasi) Terbesar Per Sub Kelompok Secara Bulanan ... 35

Tabel . 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara ... 38

Tabel . 3.2. Perkembangan Penghimpunan DPK ... 40

Tabel . 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan ... 41

Tabel . 3.4. NPLs Kredit Bank Umum Berdasarkan Penggunaan ... 43

Tabel . 3.5. Perkembangan Pendapatan Bunga Bank ... 44

Tabel . 3.6. Perkembangan Kredit UMKM ... 45

Tabel . 4.1. Realiasai Pendapatan dan Belanja Sulawesi Tenggara Tahun 2009... 47

Tabel . 6.1. Pekerjaan Berdasarkan Status Pekerjaannya ... 59

Tabel . 6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 61

(8)
(9)

KAJIAN EKO N O M I REGIO NAL

PROVIN SI SU LAW ESI TEN GGARA

TRIW U LAN II-2010

PERKEM BANGANEKONOM I

Perekonomian Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-20 10 sebesar 8,98% (y.o.y), triw ulan II-20 10 tercatat sebesar

2.41% (y.o.y)

Pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 kembali menunjukkan trend yang positif yaitu sebesar 8,98% (y.o.y)1.

Pertumbuhan tersebut meningkat baik secara tahunan maupun

triw ulanan.

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi. M eskipun demikian, konsumsi tercatat

mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Perlambatan konsumsi yang terjadi terutama disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara, ekspor dan impor menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang relatif tinggi.

Dari sisi penaw aran, pertumbuhan ekonomi pada triw ulan II-2010 didorong oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR), industri pengolahan, serta sektor bangunan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi masing-masing sebesar 13,55% , 21,64% dan 16,15% secara tahunan.

INFLASI

(10)

komunikansi, dan jasa keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,70% (m.t.m).

Pada sisi lain, Kota Kendari tercatat mengalami inflasi pada bulan April dan M ei 2010. Inflasi Kota Kendari pada bulan April tercatat sebesar 0,31% (m.t.m). Berdasarkan kelompoknya, terdapat dua kelompok yang mengalami deflasi dan lima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau serta kelompok perumahan tercatat sebagai kelompok yang mengalami deflasi masing -masing sebesar -0,24% (m.t.m) dan -0,18% (m.t.m). Sementara itu, kelompok transportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada bulan April 2010 sebesar 1,20% (m.t.m).

PERBANKAN DANSISTEM PEM BAYARAN

..

Total asset perbankan pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar Rp7.937 miliar.

Terpeliharanya iklim usaha yang kondusif di Sulaw esi Tenggara

telah memberikan peluang kepada sektor perbankan untuk terus

meningkatkan volume usahanya. Hal ini terlihat pada perkembangan total aset dimana pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar Rp7.937 miliar. Secara agregat menunjukkan peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 10,53% (y-t-d). Berdasarkan kelompok bank, peningkatan terbesar terjadi pada kelompok bank umum dengan laju pertumbuhan sebesar10,62% , sementara aset BPR hanya tumbuh 1,24% . Peningkatan total aset tersebut terutama di dorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun.

(11)

DPK tercatat sebesar Rp444,87 miliar pada triw ulan II-2010

Kredit tumbuh 13,06% (ytd)

Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun, tentunya telah

memberikan peluang kepada perbankan Sulaw esi Tenggara untuk lebih meningkatkan kapasitas kredit/pembiayaan yang disalurkan. Posisi triw ulan II-2010 total kredit/pembiyaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp5.348 miliar, selama tahun berjalan (y-t -d) kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 13,06% , sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 11,77% , sementara secara tahunan tumbuh sebesar 26,28% .

Jumlah uang yang diedarkan oleh KBI Kendari mencapai Rp489 miliar.

Pada II-2010 laba perbankan Sulaw esi Tenggara tercatat sebesar sebesar Rp269 miliar, tumbuh 34,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar Rp201 miliar.

Posisi kredit UM KM yang disalurkan bank umum di Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar Rp5.079 miliar, meningkat sebesar 11,99% dibanding posisi Desember 2009 yang tercatat sebesar Rp4.535 miliar (y-t -d). Kredit kepada UM KM tersebut mencapai 94,06% dari total kredit yang disalurkan.

SISTEMPEM BAYARAN

Dalam upaya memenuhi permintaan masyarakat terhadap uang kartal baik dalam jumlah maupun nominal yang dibutuhkan untuk kebutuhan bertransaksi (transaction motive), KBI Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di w ilayah Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar Rp489 miliar, meningkat sebesar Rp406 miliar dibandingkan triw ulan I-2010 yang hanya sebesar Rp83 miliar.

(12)

Transaksi non tunai

flowsebesar Rp469,56 miliar .

Aktivitas transaksi pembayaran non tunai di KBI Kendari yang dilakukan melalui sarana Sistim Kliring Nasional BI (SKNBI) pada triw ulan II-2010 menunjukkan peningkatan dibandingkan triw ulan I-II-2010. Hal ini terlihat pada perkembangan jumlah w arkat maupun nominal kliring. Warkat kliring tercatat sebanyak 24.280 dengan total nominal sebesar Rp528,46 miliar, masing-masing meningkat 3,89% dan 3,93% .

Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga telah mendorong peningkatan kegiatan transaksi non tunai melaui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), sebagaimana terlihat pada meningkatnya jumlah maupun nominal transaksi. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada triw ulan II-2010 tercatat sebanyak 15.581 transaksi, meningkat sebesar 86,63% dari periode sebelumnya (q-t -q), sementara jumlah nominal transaksi tercatat sebesar Rp18,525 miliar, meningkat sebesar 32,23% .

Terdapat defisit anggaran sebesar Rp88,98 M ilyar pada APBD-P 2009.

KEUANGANDAERAH

Realisasi pendapatan APBD-P Provinsi Sulaw esi Tenggara 2009 tercatat sebesar Rp1.030,72 milyar, sedangkan realisasi belanja APBD-P Provinsi Sulaw esi Tenggara tercatat sebesar Rp1.119,70 milyar sehingga terdapat defisit sebesar Rp88,98 milyar.

(13)

.

Jumlah angkatan kerja di Sulaw esi Tenggaa meningkat 4,81 % dibandingkan tahun 2009.

Nilai Tukar Petani (NTP) Juni 2010 meningkat 0,23% ..

dianggarkan.

Belanja Daerah didefinisikan sebagai semua kew ajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja daerah Provinsi Sulaw esi Tenggara pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp1.119,70 milyar atau 82,30% dari pagu anggaran belanja Provinsi Sulaw esi Tenggara tahun 2009. Proporsi terbesar atau 61,26% dari total realisasi belanja daerah adalah belanja operasional terutama pengeluaran untuk belanja pegaw ai serta belanja barang dan jasa masing-masing sebesar Rp397,82 milyar dan Rp260,37 milyar sehingga proporsi dari total belanja tersebut mencapai 95,96% dari total realisasi belanja operasional Provinsi Sulaw esi Tenggara. Belanja Pegaw ai merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegaw ai Negeri Sipil (PNS), dan pegaw ai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Sementara itu, belanja barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

KETENAGAKERJAANDAERAHDANKESEJAHTERAAN

Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Sulaw esi Tenggara berdasarkan survei BPS pada bulan Februari 2010 menunjukkan peningkatan angkatan kerja sebesar 4,81% dibandingkan dengan bulan Februari 2009. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan olehshifting dari penduduk

yang bukan angkatan kerja yang mengalami penurunan -3,02%

dibandingkan dengan data bulan Februari 2009.

(14)

Kondisi perekonomian pada triw ulan III-2010 diperkirakan akan mengalami tumbuh pada kisaran 8% + 1% (yoy).

Inflasi pada triw ulan III-2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triw ulan II-2010.

dipengaruhi oleh penurunan indeks pada sub sektor perikanan sebesar 0,06% .

PROSPEKEKONOM I

Kondisi perekonomian Sulaw esi Tenggara pada triw ulan III-2010 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi dan berada pada kisaran 8% + 1% (y.o.y). Perkiraan kinerja perekonom ian tersebut sesuai dengan optimisme ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha pada triw ulan III-2010 yang tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) dengan SBT ekspektasi usaha sebesar 30,62 atau lebih tinggi dibandingkan triw ulan II-2010 yang tercatat sebesar 20,85. Kondisi ini mencerminkan bahw a pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi perekonomian yang baik sehingga akan mendorong peningkatan aktivitas usahanya.

(15)

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00%

-500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00 3,500,000.00

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

Jutaan

PDRB Pertumbuhan (y.o.y)

I

ASESM EN MAKRO EKO N O M I

1.1 KONDISIUM UM

Pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 kembali

menunjukkan trend yang positif yaitu sebesar 8,98% (y.o.y)1. Pertumbuhan tersebut

meningkat baik secara tahunan maupun triw ulanan.

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong

oleh konsumsi. M eskipun demikian, konsumsi tercatat mengalami perlambatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan konsumsi yang terjadi terutama oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara, ekspor dan impor menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang relatif tinggi.

Dari sisi penaw aran, pertumbuhan ekonomi pada triw ulan II-2010 didorong

oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR), industri

pengolahan, serta sektor bangunan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan

yang relatif tinggi masing-masing sebesar 13,55 % , 21,64% dan 16,15% secara tahunan.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulaw esi Tenggara

(16)

Sumber : BPS Sultra

1.2 PDRB M ENURUT PENGGUNAAN

Pada sisi penggunaan, seperti halnya periode-periode sebelumnya konsumsi

masih menjadi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Sulaw esi

Tenggara triw ulan II-2010 yaitu sebesar 4,44% . Selanjutnya, cukup kondusifnya kegiatan

dunia usaha di Sulaw esi Tenggara memberikan dampak positif terhadap investasi sehingga pertumbuhan investasi juga memberikan kontribusi yang cukup penting bagi kinerja perekonomian Sulaw esi Tenggara.

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulaw esi Tenggara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Konsumsi 12.26% 7.71% 4.71% 0.94% 4.06% 6.06%

Rumah Tangga 8.48% 7.95% 5.45% 1.18% 4.20% 3.14%

Pemerint ah 23.32% 7.02% 2.69% 0.33% 3.73% 14.43%

Invest asi 8.26% 8.76% 14.11% 29.81% 20.02% 11.28%

Ekspor barang dan jasa 3.06% 1.95% -0.47% 18.37% 1.83% 7.38%

Dikurangi impor barang dan jasa 15.05% 4.04% 2.66% 15.36% 2.92% 6.27%

PRODUK DOM ESTIK BRUTO 7.40% 7.47% 6.65% 8.73% 8.23% 8.98%

2009 2010

Tabel 1.2 Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulaw esi Tenggara

Ket erangan Kont ribusi

Konsumsi 4.44%

Invest asi 3.36%

Ekspor barang dan jasa 2.17% Impor barang dan jasa 2.05% Sumber: Data BPS diolah

1.2.1 KONSUM SI

Aktivitas konsumsi pada triw ulan II-2010 secara tahunan tumbuh 6,06%

(y.o.y) (Tabel 1.1). M eskipun konsumsi masih menjadi penggerak utama perekonomian

Sulaw esi Tenggara, namun pertumbuhan konsumsi menujukkan perlambatan jika

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan konsumsi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh

perlambatan konsumsi rumah tangga dari 7,95% (y.o.y) pada triw ulan II-2009

menjadi 3,14% (y.o.y) pada triw ulan II-2010. M elambatnya pertumbuhan konsumsi

(17)

untuk melakukan aktivitas konsumsi yaitu Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) yang turun dari 122,15 pada triw ulan II-2009 menjadi 1 22,01 (Grafik 1.3).

M eski mengalami perlambatan, konsumsi pada periode berjalan masih tumbuh positif, hal ini sesuai dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat lebih rendah namun masih berada pada level optimisme.

Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen Sulaw esi Tenggara

0.00

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

0.00

Aug Oct Dec Feb Apr Jun

2010

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama

Optimisme tersebut didorong oleh keyakinan masyarakat akan adanya kenaikan penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu yang juga t ercermin dari peningkatan penerimaan hasil pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari yaitu sebesar 11,52 % (yoy) (Grafik 1.4).

Selain itu beberapa indikator lainnya yang tumbuh positif juga mencerminkan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Kendari

(18)

Grafik 1.4 Penerimaan Pajak Grafik 1.5 Konsumsi Air

Grafik 1.7 Konsumsi Bahan Bakar

0% 2007 2008 2009 2010

M 2007 2008 2009 2010

M

PREMIUM M.SOLAR Growth Premium Growth M.Solar

bahan bakar. Konsumsi air di Kota Kendari pada triw ulan II-2010 tumbuh 6,82% secara tahunan (Grafik 1.5) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 18 M3.

Konsumsi listrik pada triw ulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 11,53% (Grafik 1.6) dengan pengguna utama adalah rumah tangga dengan pangsa sebesar 63,06 % . Peningkatan konsumsi listrik pada periode berjalan didorong oleh event piala dunia yang ditayangkan hingga dini hari sehingga menambah jam penggunaan listrik masyarakat untuk televisi.

Konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar minyak tanah, premium dan solar juga mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 0,90% , 10,80% dan 13,20% secara tahunan (Grafik 1.7). Hal ini juga sesuai dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang tumbuh masing-masing sebesar 38,25% dan 14,02% .

Sementara itu, pembiayaan oleh perbankan terhadap konsumsi rumah tangga juga tumbuh positif yang tercermin dari pertumbuhan realisasi kredit baru untuk konsumsi sebesar 11,78% (y.o.y) (grafik 1.9).

0

2006 2007 2008 2009 2010

B

Pajak Penghasilan PPN & PPnBM Pendapatan atas Pl dan PIB

0 2006 2007 2008 2009 2010

Th

Konsumsi Air Rumah Tangga (M3) Growth Konsumsi Air Rumah Tangga

Sumber: Kantor Pajak Pratama Kendari Sumber: PDAM Kendari

Sumber: PLN Divre VII Sumber: Pertamina Kendari

(19)

Sumber: LBU Sumber: Kepolisian Daerah Sulaw esi Tenggara

-0.4 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Roda 2 Jumlah Roda 4 Pertumbuhan Jumlah Roda 2 Pertumbuhan Jumlah Roda 4

-80%

Realisasi Kredit Konsumsi Growth Konsumsi

Ju

ta

a

n

Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga pada periode berjalan antara lain kondisi liburan sekolah, tahun ajaran baru, kenaikan penghasilan dengan datangnya masa panen kakao dan padi.

Berbeda dengan perlambatan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga,

pertumbuhan investasi pada periode berjalan mengalami peningkatan dari 8,76 % (y.o.y) pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 11,28% (y.o.y) pada triw ulan II-2010 . Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain dipengaruhi oleh cairnya dana alokasi khusus dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah pada bulan M ei 2010.

1.2.2 INVESTASI

Pada triw ulan II-2010 investasi Sulaw esi Tenggara menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Trend peningkatan investasi tersebut sudah

berlangsung sejak triw ulan I-2010, sementara pada periode laporan investasi

tercatat tumbuh sebesar 11,28% (y.o.y) (Tabel 1.1).

Pertumbuhan investasi antara lain tercermin dari pertumbuhan kredit investasi pada triw ulan-II 2010 yang secara tahunan tercatat sebesar 31 ,97% . Selain itu, realisasi kredit investasi juga tumbuh sebesar 3,54% (Grafik 1.9).

Grafik 1.8 Perkembangan Kendaraan Bermotor

(20)

-100%

Realisasi Kredit Investasi Growth Investasi Jutaan

Perkembangan investasi terutama didorong oleh perkembangan investasi sw asta khususnya pada sektor bangunan, sektor pertambangan dan sektor pertanian. Kondisi tersebut perlu didukung oleh pemerintah daerah Sulaw esi Tenggara d engan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif khususnya dengan kemudahan-kemudahan perijinan usaha dan dukungan infrastruktur yang memadai.

1.2.3 EKSPOR& IM POR

Ekspor Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan

sebesar 7,38% (y.o.y) (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,95 % (y.o.y).

Peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri tercermin pada peningkatan volume ekspor yaitu sebesar 280,34% (grafik 1.11) pada triw ulan II-2010. Relatif tingginya pertumbuhan ekspor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor komoditas pertambangan dan industri pengolahan antara lain Bijih Nikel dan Ferronikel. Nilai ekspor2

komoditas sektor pertambangan pada periode berjalan tumbuh sebesar 7,32 % (y.o.y) yaitu dari USD 20.154.976 menjadi sebesar USD 21.631.201,16 .

2Sumber data dari Bank Indonesia

Sumber : Laporan Bank Umum

(21)

Sumber: Dataw arehouse Bank Indonesia

Grafik 1.11 Volume Ekspor Provinsi Sulaw esi Tenggara

-Peningkatan ekspor juga tergambar dari aktivitas perdagangan antar w ilayah yang juga menjadi bagian perhitungan ekspor yang tercatat pada PDRB Sulaw esi Tenggara. Pada periode berjalan, perdagangan antar pulau mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan arus muat barang di pelabuhan Kendari yaitu sebesar 19,14% (y.o.y) menjadi 30.816 Ton (Grafik 1.11 ) dari 25.866 Ton pada triw ulan II-2009 (Grafik 1.11).

Grafik 1.12 Arus Bongkar M uat Pelabuhan

(22)

Impor Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan

sebesar 6,27% , mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,04 % (yoy) (Tabel 1.1).

Peningkatan pertumbuhan impor Sulaw esi Tenggara tercermin dari peningkatan pertumbuhan perdagangan antar pulau dengan Indikator peningkatan aktivitas arus bongkar pada pelabuhan utama Sulaw esi Tenggara yaitu pelabuhan Kendari yang tercatat mengalami pertumbuhan 1,37% (Grafik 1.11 ).

Dengan kondisi impor yang tumbuh lebih tinggi dari ekspor maka Net Balance arus perdagangan Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 masih tercatat negatif sebesar Rp118,207 M ilyar.

1.3 PDRB M ENURUT LAPANGAN USAHA

Perkembangan perekonomian Sulaw esi Tenggara secara sektoral pada triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada semua sektor. (Tabel 1.4).

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Tiap Sektor (dalam persen)

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Pertanian 2.67% -0.11% 5.58% 0.36% 2.22%

Pertambangan 23.81% 21.48% -16.86% 16.25% 13.98%

Industri -12.02% -9.35% 10.26% 18.70% 21.64%

Listrik, Gas dan Air 15.52% 17.57% 17.74% 5.77% 10.65%

Bangunan 10.13% 14.55% 15.25% 19.86% 16.15%

Perdagangan 13.73% 14.71% 16.21% 15.32% 13.55%

Angkutan 19.16% 21.38% 20.80% 9.10% 6.90%

Keuangan 10.10% 2.56% 7.89% 10.51% 24.33%

Jasa-jasa 10.64% 8.62% 5.13% 2.31% 1.18%

PDRB 7.47% 6.65% 8.73% 8.23% 8.98%

Sektor 2009 2010*

Sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sektor keuangan dan

sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor yang memiliki kontribusi terbesar pada

pertumbuhan ekonomi yaitu sektor perdagangan hotel dan restauran, sektor industri pengolahan dan sektor angkutan yaitu masing-masing sebesar 2,24% , 1,7 0% dan 1,34% (Grafik 1.12).

(23)

Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah

Grafik 1.13 Kontribusi Tiap Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB (dalam persen)

0.74%

0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% Pertanian

Pertambangan Industri Listrik, Gas dan A ir Bangunan Perdagangan Angkutan

Keuangan Jasa-jasa

Pada triw ulan II-2010, sektor pertanian masih merupakan sektor dengan pangsa terbesar sumbangannya dalam perekonomian Sulaw esi Tenggara yaitu sebesar 31,21% yang disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 17,23% (grafik 1.13).

Grafik 1.14 Share Tiap Sektor

31.21%

Listrik, Gas dan Air Bangunan

Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa

Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

(24)

Sumber: Data Dinas Pertanian Prov. Sulaw esi Tenggara

1.3.1 Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan

positif sebesar 2,22% (y.o.y) (Tabel 1.4) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,74% (Grafik 1.12). Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2, 67% (y.o.y) (tabel 1.4).

Faktor yang mempengaruhi kinerja sektor pertanian pada periode laporan antara lain berlangsungnya masa panen kakao dan padi pada saat bersamaan serta meningkatnya produksi rumput laut.

Pada sisi lain, hasil produksi padi pada periode laporan menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu dari 124.047 Ton menjadi 107.84 Ton.

Tabel 1.4 Produksi Padi Prov. Sultra 2010

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II

Produksi Padi (Ton) 60,762.00 124,047.96 78,063.00 84,353.16 22,491.73 107,848.13

Luas Lahan (Ha) 31,180.00 29,884.00 16,755.00 3,606.00 32,497.00 24,651.00

Luas Panen (Ha) 15,600.00 31,848.00 20,042.00 21,253.00 3,365.00 20,689.00

Indikator

2009 2010

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga turut menunjukkan penurunan tingkat realisasi kegiatan usaha pada sektor pertanian dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) -3,14% . Persepsi masyarakat akan menurunnya realisasi usaha diperkirakan disebabkan oleh kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi yang menyebabkan terjadinya puso di beberapa daerah.

1.3.2 Sektor Pertambangan

Perkembangan sektor pertambangan Provinsi Sulaw esi Tenggara pada

triw ulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 13,98% (y.o.y) melambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 23,81% (Tabel 1.4). Kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi ter catat sebesar sebesar 0,81% (Grafik 1.12).

(25)

9,21% (y.o.y) (Grafik 1.14). Penurunan produksi bijih nikel tersebut disebabkan oleh berkurangnya deposit bijih nikel pada kuasa pertambangan yang sedang dieksplorasi PT.Antam saat ini3.

M eski mengalami perlambatan, namun sektor pertambangan masih tumbuh positif yang ditopang oleh peningkatan produksi aspal Buton yang diperkirakan disebabkan oleh

adanya w acana pemerintah untuk mew ajibkan penggunaan Aspal Buton dalam

pengembangan infrastruktur jalan4.

Grafik 1.15 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk

-100 -100 200 300 400 500 600

-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009 2010

Biji Nikel Pertumbuhan

%

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Perkembangan sektor industri pengolahan pada triw ulan I I-2010

menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,64% (y.o.y) (Tabel 1.4) dengan kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,70 % (Grafik 1.12).

Salah satu indikator peningkatan pertumbuhan sektor industri adalah peningkatan produksi Ferronikel pada PT.Antam, Tbk yaitu sebesar 73,85% (y.o.y) (Grafik 1.14). Peningkatan produksi Ferronikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Cina, Korea dan Jepang.

Selain itu, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan sebesar 16,15% (y.o.y).

(26)

Grafik 1.16 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk

-80 -60 -40 -20 -20 40 60 80

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009 2010

Ferronikel Pertumbuhan

1.3.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada triw ulan II-2010 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh

13,55% (y.o.y) (Tabel 1.4) melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 13,73% (y.o.y) dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,24% (Grafik 1.12 ).

Pada sektor perhotelan, melambatnya kinerja sektor PHR tersebut antara lain ditandai dengan menurunnya rata-rata tingkat penghunian kamar hotel di Sulaw esi Tenggara dari 33,76% menjadi 31,70% pada triw ulan II-20105. Lebih lanjut , aktivitas perdagangan di

Sulaw esi Tenggara juga menunjukkan perlambatan yang tercermin dari melambatnya volume total bongkar dan muat di pelabuhan Kendari yaitu dari 14,94% menjadi 5,99% (y.o.y).

Dari sisi pembiayaan perbankan, perlambatan sektor PHR juga tercermin dari pertumbuhan negatif kredit terhadap sektor PHR yaitu sebesar -11,16% (y.o.y).

Faktor yang mendorong perlambatan perkembangan sektor PHR antara lain dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi masyarakat pada periode berjalan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

5Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah

(27)

Grafik 1.17 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Di Sulaw esi Tenggara

Perkembangan sektor bangunan pada triw ulan II-2010 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 16,15% (y.o.y) (Tabel 1.4) lebih tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) dengan kontribusi atas pertumbuhan ekonomi sebesar 1,34% (Grafik 1.12).

Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yang tercatat tumbuh 36,73% (y.o.y) menjadi sebesar Rp491 ,65 M iliar (tabel 1.7)

Selain itu, peningkatan pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari meningkatnya penjualan semen di Sulaw esi Tenggara yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,62% (y.o.y). Realisasi pengadaan semen pada periode ini tercatat sebesar 9 2.028 ton meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 71.550 ton (Grafik 1.1 5).

Pertumbuhan sektor bangunan tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya aktivitas pembangunan sektor sw asta yang tercermin dari berbagai pembangunan ruko serta perumahan. Selain itu, aktivitas pembangunan oleh pemerintah juga turut menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan khususnya pembangunan yang merupakan lanjutan dari pembangunan pada tahun sebelumnya.

(28)

Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/ Ruko

Penggunaan 2009 2010 Growth

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 q.t.q y.o.y

KPR s/d Type 70 140,905 164,981 197,633 225,515 369,651 63.91% 262.34%

KPR Di atas Type

70 102,958 114,773 122,028 140,885 31,349 -77.75% 30.45%

Ruko dan Rukan 76,657 79,835 79,190 82,148 55,005 -33.04% 71.75%

Total 320,520 359,589 398,851 448,548 456,005 10.92% 142.27%

Grafik 1.18 Realisasi Pengadaan Semen Sultra

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80%

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1

2006 2007 2008 2009 2010

Penjualan Semen Sultra Pertumbuhan Penjualan Semen

1.3.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Perkembangan sektor angkutan dan komunikasi pada triw ulan II-2010

mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 6,90% (Tabel 1.4) namun

mengalami p erlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 19,16% (y.o.y). Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Tenggara tercatat sebesar 0,60 % (Grafik 1.12).

Kinerja sektor angkutan tersebut antara lain ditandai dengan m eningkatnya jumlah arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di Bandara Haluoleo. Pada periode laporan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak 72.188

Sumber: Laporan Bank Umum

(29)

orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak 72.925 orang (grafik 1.16) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 5,92% dan 5,43% (y.o.y). Kondisi tersebut didorong oleh semakin tingginya mobilitas masyarakat Sulaw esi Tenggara khususnya pada liburan sekolah, serta aktivitas kunjungan baik dari pemerintah dan sw asta.

Grafik 1.19 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari

-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009 2010

TIBA BERANGKAT

1.3.7 Sektor Keuangan

Sektor keuangan pada triw ulan II-2010 tumbuh sebesar 24,33% (y.o.y).

mengalami perlambatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,10% (y.o.y). Kontribusi sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Tengg ara tercatat sebesar 1,31 % .

Grafik 1.20 NTB Perbankan Di Sulaw esi Tenggara (M ilyar Rp)

-0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

(30)

Pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan NTB perbankan Sulaw esi Tenggara yang tercatat sebesar Rp880.598 juta atau meningkat dibandingkan triw ulan II-2009 yang tercatat sebesar Rp693.150 juta (grafik 1.17).

Selain itu, perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triw ulan II-2010 tercatat 26,50% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp5.248,03 miliar. Hasil SKDU Bank Indonesia juga menunjukkan optimisme pelaku usaha akan realisasi pada sektor Keuangan yang tercermin dari nilai SBT sebesar 1,52% .

1.3.8 Sektor Lainnya

Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada

triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar

10,65% (y.o.y) dan 1,18% (y.o.y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

masing-masing sebesar 0,08% dan 0,16% .

(31)

Boks I

Dampak Perdagangan Bebas ASEAN

China (ACFTA)

Terhadap Kinerja Sektor Unggulan Daerah :

Implikasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja;

Dampak perdagangan bebas ASEAN –China (ACFTA) terhadap kinerja sektor unggulan di Sulaw esi Tenggara belum menunjukkan dampak yang signifikan terutama untuk sektor perdagangan. Hal ini terlihat dari hasil survei terhadap tiga pedagang di

kota Kendari yang memiliki beraneka ragam komoditas dagangan antara lain sembako, perlengkapan rumah tangga, pakaian jadi dan sepatu yang memiliki omset yang berkisar antara Rp25 Juta –Rp200 Juta per bulan menyatakan bahw a pengimplementasian ACFTA belum memberikan dampak bagi kinerja usaha mereka. Hal ini juga terkonfirmasi dari kondisi keuangan yang belum mengalami perubahan setelah pemberlakuan ACFTA. Sementara itu dari sisi tenaga kerja seluruh responden menyatakan tidak melakukan pengurangan tenaga kerja, dan memiliki rencana untuk menambah tenaga kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahw a pada sektor perdagangan, pemberlakuan ACFTA belum memberikan dampak yang berarti bagi pelaku usaha perdagangan. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh komoditas perdagangan di Sulaw esi Tenggara yang lebih banyak didatangkan dari luar khususnya komoditas bahan pokok serta belum masuknya komoditas perdagangan yang didatangkan dari Cina. Sementara itu, seluruh responden masih belum dapat memberikan gambaran tentang ekspektasi mereka terhadap ACFTA karena belum terlalu paham akan mekanisme ACFTA serta komoditas yang sudah mengalami pembebasan t arif.

Sementara padasektor industri pengolahan komoditas pengolahan kayu yang

terdiri dari dua responden yang masing -masing memiliki omset sebesar Rp25 Juta –Rp200 per bulan dan daerah pemasaran hingga ke luar provinsi menyatakan bahw a belum

merasakan dampak ACFTA terhadap perkembangan usaha mereka. Hal ini juga

(32)

bahw a dengan pemberlakuan ACFTA merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk memperluas pasar mereka.

Padasektor industri pengolahan komoditas pengolahan makanan yang terdiri

dari dua responden menunjukkan bahw a pemberlakuan ACFTA belum memberikan dampak pada kedua responden tersebut . Kondisi keuangan pelaku usaha tersebut juga tidak menunjukan pengetatan dengan semakin membaiknya kondisi usaha mereka. Hal ini diperkirakan karena komoditas makanan yang berasal dari Cina belum memasuki pasar Kendari sehingga pelaku usaha belum merasakan adanya penurunan permintaan. Selain itu bahan baku yang seluruhnya berasal dari kota Kendari juga turut menjadi alasan belum dirasakannya dampak ACFTA bagi perkembangan usaha mereka. Sementara itu dari sisi tenaga kerja, kedua pelaku usaha juga belum melakukan pengurangan tenaga kerja sebagai dampak dari ACFTA dan merencanakan untuk menambah jumlah tenaga kerja. Sementara itu, kedua pelaku usaha belum memiliki ekspektasi tertentu dengan pemberlakuan ACFTA karena belum jelasnya mekanisme pelaksanaan ACFTA serta komoditas yang sudah bebas tarif.

Sektor industri pengolahan komoditas ikan merupakan salah satu sektor usaha

yang merasakan dampak dari ACFTA dengan mengalami pengurangan penjualan. Hal

ini terjadi karena pada daerah pemasaran mereka sudah dikuasai dengan penjualan ikan dari Cina. Penurunan penjualan tersebut berdasarkan informasi dari pelaku usaha disebabkan oleh kualitas ikan dari Cina yang lebih bagus karena proses pendinginan

yang lebih baik. Sementara kualitas ikan dari Sulaw esi Tenggara relatif kurang bagus karena minimnya teknologi pendinginan yang digunakan sehingga mengurangi kesegaran ikan. Kondisi ini telah mendorong penurunan usaha mereka hingga mencapai 10% .

Selain itu pelaku usaha sektor perikanan juga mengeluhkan adanya kekurangan pelayanan dari perbankan sehingga timbul keengganan untuk melakukan pinjaman dari perbankan, suku bunga yang relatif tinggi juga menjadi kendala pelaku usaha dalam meningkatkan investasi yang pendanaannya bersumber dari perbankan.

M asukan yang diberikan oleh responden untuk pemerintah antara lain : 1. M empermudah akses terhadap kredit perbankan

2. Kepastian kontinuitas pasokan energi (listrik dan gas) 3. Pengurangan pungutan-pungutan liar

(33)

-2.0% -1.0% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0%

2007 2008 2009 2010

II

ASESM EN IN FLASI

2.1 Kondisi Umum

Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional pada bulan Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 0,97% (m.t.m). Laju inflasi tahun kalender sampai dengan Juni 2010 sebesar 2,42%

(y.t.d), sedangkan inflasi tahunan bulan Juni 2010 sebesar 5,05% (y.o.y). Penyumbang

inflasi bulan Juni 2010 (m.t.m) adalah kelompok bahan makanan (0,73% ), kelompok

makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (0,08% ), dan kelompok sandang (0,07% ). Selanjutnya, komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain cabe merah

(0,26% ), beras (0,13% ), daging ayam ras dan baw ang merah masing-masing 0,07% , cabe raw it, emas perhiasan dan angkutan udara masing-masing 0,05% , serta telur ayam ras (0,04% ).

Pada sisi lain, komoditas yang menyumbang deflasi adalah gula pasir (0,03% ), bensin

(0,02% ), dan ikan segar (0,01% ). Berdasarkan perkembangan harga yang terjadi di 66 kota pada bulan Juni 2010, 63 kota mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jambi sebesar 3,23% , sementara deflasi tertinggi terjadi di M anado sebesar -1,07% .

(34)

Pada bulan Juni 2010, Kota Kendari menjadi salah satu kota yang tercatat

mengalami deflasi. Perkembangan harga yang digambarkan oleh perubahan Indeks

Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar

-0,06% (m.t.m) (grafik 2.1) sedangkan laju inflasi tahunan tercatat sebesar 2,41% (y.o.y) jauh

lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan Juni 2009 yang tercatatat sebesar 6,81 % (y.o.y). Sementara, inflasi tahun berjalan Kota Kendari sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebesar 0,50% (y.t.d). Relatif rendahnya laju inflasi tahunan Kota Kendari tersebut antara lain dipengaruhi oleh terjaganya stok serta semakin ketatnya tingkat persaingan diantara pelaku usaha sehingga mempengaruhi perilaku pembentukan harga. Berdasarkan kelompoknya, deflasi yang terjadi pada bulan Juni 2010 terutama didorong oleh deflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Kendari

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb M ar Apr M ay Jun

Bulanan (m.t.m) -0.87 0.54 0.41 1.23 0.37 (0.77) 0.11 0.57 (0.78) 0.01 0.31 0.46 (0.06) Thn Berjalan (y.t.d) 2.64 3.19 3.62 4.90 5.29 4.48 4.60 0.57 -0.21 -0.20 0.11 0.56 0.50 Tahunan (y.o.y) 6.81 5.52 6.02 5.67 5.11 4.95 4.60 3.15 2.15 1.36 0.73 1.59 2.41

Inflasi Umum (% ) 2009 2010

Sumber: data BPS diolah

2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulaw esi Tenggara

Perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode April – Juni 2010 ditandai

dengan terjadinya deflasi pada bulan Juni 2010 (tabel 2.1) sebesar -0,06% (m.t.m).

Pada bulan tersebut, tercatat empat kelompok mengalami inflasi dimana kelompok sandang tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,24% (m.t.m). Sementara itu, terdapat tiga kelompok yang tercatat mengalami deflasi dimana kelompok transportasi, komunikansi, dan jasa keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,70% (m.t.m).

(35)

Trend kenaikan harga di Kota Kendari masih berlanjut pada bulan M ei 2010 sebagaimana tercermin dari laju inflasi yang tercatat sebesar 0,46% (m.t.m). Laju inflasi Kota Kendari pada bulan M ei 2010 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 2,88% (m.t.m). Namun demikian, laju inflasi Kota Kendari dapat sedikit teredam oleh deflasi kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan sebesar -1,67% (m.t.m). Selain kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan, masih terdapat tiga kelompok lainnya yang mengalami deflasi pada periode laporan.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m)

KELOM POK Apr-10 M ay-10 Jun-10

Bahan M akanan 0.34 2.88 0.72

M akanan Jadi, M inuman, Rokok & Tembakau (0.24) (0.06) (0.29)

Perumahan (0.18) (0.14) 0.19

Sandang 0.36 1.22 1.24

Kesehatan 0.09 0.35 0.14

Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 0.32 (0.12) (0.44)

Transportasi & Komunikasi 1.20 (1.67) (1.70)

U M U M 0.31 0.46 (0.06)

Tabel 2.3. Sumbangan Per Kelompok Thd Inflasi Bulanan (m.t.m)

KELOM POK Apr-10 M ay-10 Jun-10

Bahan M akanan 0.09 0.73 0.19

M akanan Jadi, M inuman, Rokok & Tembakau (0.03) (0.003) (0.04)

Perumahan (0.04) (0.03) 0.05

Sandang 0.03 0.10 0.10

Kesehatan 0.00 0.01 0.01

Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 0.02 (0.01) (0.03)

Transportasi & Komunikasi 0.25 (0.34) (0.34)

U M U M 0.31 0.46 (0.06)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahw a secara umum pergerakan harga di Kota Kendari pada triw ulan II-2010 masih relatif stabil. kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebagai kelompok yang mengalami deflasi berturut-turut selama periode April – Juni 2010. Pada sisi lain, kelompok sandang masih menunjukkan angka inflasi bulanan yang relatif tinggi diatas 1% . Sementara, kelompok bahan makanan yang memiliki bobot cukup besar masih berada dalam kondisi yang terkendali. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi tertinggi pada bulan M ei 2010 sebesar 2,88% (m.t.m).

Sumber: Data BPS Prov. Sultra

(36)

2.2.1 Kelompok Bahan M akanan

Pada bulan April 2010, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi

sebesar 0,34% (m.t.m) dan memberikan sumbangan sebesar 0,09% terhadap inflasi

umum bulan April 2010. Inflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan, antara lain

didorong oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok sayur mayur dan sub kelompok bumbu -bumbuan masing-masing sebesar 8,48% (m.t.m) dan 5,61% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok padi-padian yang memiliki bobot cukup besar justru menunjukkan kecenderungan penurunan harga sebagaimana tercermin pada angka deflasi sub kelompok padi-padian sebesar -4,71% (m.t.m). Selain itu, sub kelompok kacang -kacangan juga tercatat mengalami deflasi cukup besar yaitu -6,63% (m.t.m).

Inflasi kelompok bahan makanan pada bulan M ei 2010 tercatat sebesar 2,88% (m.t.m) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya inflasi bahan makanan tersebut telah mendorong laju inflasi Sulaw esi Tenggara dimana sumbangan inflasi kelompok bahan makanan terhadap inflasi umum sebesar 0,73% . Tingginya inflasi kelompok bahan makanan pada bulan M ei 2010 terutama dipengaruhi oleh inflasi sub kelompok ikan segar yang tercatat sebesar 10,74% (m.t.m). Sementara, sub kelompok padi-padian masih tercatat mengalami deflasi sebesar -2,63% (m.t.m) sehingga mampu meredam laju inflasi kelompok bahan makanan bulan M ei 2010.

(37)

Komodit i Sumbangan Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan

cakalang 0.13 kembung/gembung 0.31 t omat sayur 0.10

kembung/gembung 0.10 bandeng 0.18 layang 0.08

cabe raw it 0.07 cakalang 0.10 cabe raw it 0.08

saw i hijau 0.06 layang 0.07 baw ang merah 0.05

t omat sayur 0.06 t embang 0.07 bayam 0.05

bayam 0.05 udang basah 0.06 udang basah 0.04

baronang 0.05 baronang 0.05 t embang 0.04

kat amba; 0.03 bayam, 0.04 t eri 0.03

udang basah 0.03 cumi-cumi 0.04 kangkung 0.03

kacang panjang 0.03 rambe 0.04 baw ang putih 0.02

t embang 0.03 nangka muda 0.02 ekor kuning 0.02

pisang; 0.02 kol put ih/kubis 0.02 daging ayam 0.02

kangkung; 0.02

nangka muda 0.02

ayam hidup 0.02

ekor kuning 0.02

Apr-10 M ei 2010 Juni 2010

Tabel 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi

Kelompok Bahan M akanan Bulan April 2010 – Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Sub kelompok padi-padian pada periode April 2010 – Juni 2010 tercatat selalu

mengalami deflasi sehingga dapat meredam laju inflasi kelompok bahan makanan.

Deflasi sub kelompok padi-padian tersebut dipengaruhi oleh pergerakan harga beras yang memiliki bobot cukup besar dalam penghitungan inflasi dimana harga beras di beberapa pasar tradisional di Kota Kendari menunjukkan kecenderungan menurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga beras tersebut adalah terjaganya pasokan.

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Bulanan

(38)

2.2.2 Kelompok Sandang

Kelompok sandang merupakan salah satu kelompok yang menunjukkan trend

inflasi selama periode April – Juni 2010. Pada bulan April 2010, inflasi kelompok sandang

tercatat sebesar 0,36% (m.t.m) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi umum bulan April sebesar 0,03% . Berdasarkan sub sektornya inflasi tersebut didorong oleh sub kelompok barang pribadi yang mengalami inflasi sebesar 1,00% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok sandang laki-laki justru menunjukkan deflasi sebesar -0,25% (m.t.m) sedangkan sub kelompok sandang w anita dan sandang anak-anak tidak mengalami perubahan.

Pada bulan M ei 2010, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,22% (m.t.m) dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya inflasi kelompok sandang tersebut telah mendorong inflasi Kota Kendari sebesar 0,10% . Seperti halnya bulan sebelumnya, inflasi kelompok sandang pada bulan M ei 2010 masih di dorong oleh inflasi sub kelompok barang pribadi yang mengalami inflasi sebesar 3,14% (m.t.m). Sementara itu, deflasi sub kelompok sandang laki-laki sebesar -0,31% (m.t.m) dapat sedikit meredam laju inflasi kelompok sandang pada periode laporan.

Trend kenaikan harga komoditi kelompok sandang masih berlanjut pada bulan Juni 2010 dimana kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,24% (m.t.m) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi Kota Kendari bulan Juni 2010 sebesar 0,10% . Inflasi kelompok sandang tersebut masih dipicu oleh inflasi sub kelompok barang pribadi sebesar 2,94% (m.t.m). Pada sisi lain, tiga sub kelompok yang termasuk dalam kategori kelompok sandang tercatat tidak mengalami perubahan harga.

Tabel 2.5. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Sandang Bulan April – Juni 2010

Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Komodit i Sumbangan

Emas perhiasan 0.03 Emas perhiasan 0.10 Emas perhiasan 0.10

Celana panjang bahan

drill 0.04

Apr-10 M ei 2010 Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Berdasarkan komoditinya, penyumbang inflasi pada kelompok sandang

selama periode April – Juni 2010 bersumber dari harga emas yang cenderung

mengalami peningkatan. Trend kenaikan harga emas yang terjadi di Kota Kendari

(39)

Grafik 2.3. Perkembangan Harga Emas Internasional

Sumber: w w w .goldprice.org

2.2.3 Kelompok M akanan Jadi, M inuman, Rokok & Tembakau

Pada periode April –Juni 2010, kelompok m akanan jadi, minuman, rokok & tembakau merupakan satu-satunya kelompok yang secara konsisten mengalami deflasi sehingga dapat meredam laju inflasi Kota Kendari. Pada bulan April 2010, deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebesar -0,24% (m.t.m). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tersebut didorong oleh deflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar -3,54% (m.t.m) sehingga dapat meredam dampak kenaikan harga pada sub kelompok makanan jadi dan rokok.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau masih tercatat mengalami deflasi pada bulan M ei 2010 sebesar -0,06% (m.t.m). Seperti halnya bulan sebelumnya, deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada periode laporan dipicu oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar -1,34% (m.t.m). Sementara, dua sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok makanan jadi serta sub kelompok rokok & tembakau masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,01% (m.t.m) dan 0,62% (m.t.m).

(40)

Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Komodit i Sumbangan

Gula pasir 0.074 Gula pasir 0.037 Gula pasir 0.044

Selai/jam 0.004

Apr-10 M ei 2010 Juni 2010

-6%

Inflasi (m.t.m) Sub Kelompok M inuman Tidak Beralkohol

jadi serta sub kelompok rokok & tembakau masih tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,05% (m.t.m) dan 0,15% (m.t.m).

Tabel 2.6. Komoditi Penyumbang Deflasi

Kelompok M akanan Jadi, M inuman, Rokok & Tembakau Bulan April – Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Harga gula pasir tercatat sebagai komoditi yang mempengaruhi deflasi

kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dimana harga gula pasir di

Kota Kendari pada periode April – Juni 2010 menunjukkan kecenderungan

penurunan harga. Secara umum pergerakan harga gula pasir di Kota Kendari mengikuti

trendpergerakan gula pasir di tingkat nasional.

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Gula Pasir dan

Inflasi Bulanan Sub Kelompok M inuman Tidak Beralkohol

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

2.3 Faktor Yang mempengaruhi Inflasi/ Deflasi

(41)

dampak kenaikan tersebut masih dapat tertahan oleh pergerakan harga beras yang cenderung mengalami penurunan. Selanjutnya, pergerakan harga beberapa komoditi secara nasional juga direspon dengan penyesuaian harga di Kota Kendari sehingga berdampak terhadap inflasi Kota Kendari pada periode April 2010 –Juni 2010.

Tabel 2.7. Beberapa Faktor Yang M empengaruhi Inflasi/ Deflasi Di Kota Kendari

Faktor Penyebab Dampak

Faktor cuaca yang ditandai oleh curah hujan dimana pada bulan Juni 2010 curah hujan sebagian besar w ilayah Sulaw esi Tenggara cenderung tinggi yaitu 201 – 300 mm dan bersifat diatas normal1. Kondisi tersebut berdampak terhadap

terganggunya supplai beberapa komodit i sayur mayur dan bumbu bumbuan.

Inflasi pada kelompok bahan makanan

Terjaganya pasokan beras di Kota Kendari seiring dengan adanya panen padi di beberapa sentra produksi padi di Sulaw esi Tenggara khususnya di Kabupaten Konaw e dan Kolaka. Produksi padi di Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar 107 ribu ton.

M eredam laju inflasi kelompok bahan makanan Kenaikan harga emas di Kota Kendari sebagai respon t erhadap kenaikan harga

emas ditingkat nasional. Trend kenaikan harga emas nasional seiring dengan perkembangan harga emas di tingkat dunia yang masih cenderung naik pada periode April -Juni 2010 dimana harga emas pada bulan Juni berada pada kisaran 1.240 – 1.260 USD/Oz.

Inflasi kelompok sandang

Terjaganya pasokan gula pasir secara nasional, berdampak terhadap kecukupan pasokan gula pasir di Kota Kendari sehingga harga gula pasir kembali mengalami penurunan setelah sempat mengalami kenaikan hingga aw al tahun 2010. Pada bulan Juni 2010, gula pasir kualitas I diperdagangkan pada harga rata-rata Rp9.300/kg

Deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau.

Tarif angkutan udara khususnya pada bulan M ei – Juni 2010 yang cenderung mengalami penurunan seiring dengan semakin mudahnya akses ke Kota Kendari.

Deflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi

2.4 Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan

Inflasi tahun berjalan pada bulan Juni 2010 menunjukkan pergerakan yang

cenderung rendah yaitu tercatat sebesar 0,50% (y.t.d) (grafik 2.5). Angka tersebut

berada dibaw ah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,42% (y.t.d).

Selanjutnya, inflasi tahunan Kota Kendari tercatat sebesar 2,41% (y.o.y) sedangkan

(42)

(1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2009 2010

%

inflasi y.o.y inflasi y.t.d

Inflasi tahun berjalan Kota Kendari sampai dengan bulan Juni 2010 masih cukup rendah meskipun terdapat beberapa kelompok komoditi yang mengalami inflasi. Terkendalinya inflasi tahun berjalan Kota Kendari dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada

kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -4,94% (y.t.d). Deflasi tersebut antara

lain dipengaruhi oleh semakin terbukanya akses ke Kota Kendari sehingga mempengaruhi pembentukan harga/tarif transportasi. Tarif komunikasi yang semakin murah juga menjadi pemicu deflasi kelompok transportasi dan komunikasi. Pada sisi lain, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi yang relatif tinggi sebesar 4,02% (y.t.d) seiring dengan meningkatnya harga sayur mayur dan ikan segar.

Seiring dengan terkendalinya inflasi bulanan Kota Kendari, pergerakan harga yang tercermin dari laju inflasi tahunan Kota Kendari pada bulan Juni 2010 juga masih menujukkan angka yang cukup rendah dimana laju inflasi tahunan tercatat sebesar 2,41% (y.o.y). Deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 1,05% (y.o.y) masih menjadi penghambat laju inflasi tahunan Kota Kendari pada periode laporan. Pada sisi lain, beberapa kelompok yang mengalami inflasi cukup tinggi adalah kelompok kesehatan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 4,90% (y.o.y) dan 4,07% (y.o.y). Sementara itu, kelompok bahan makanan yang memiliki bobot cukup besar dalam penghitungan inflasi tercatat mengalami inflasi sebesar 3,49% (y.o.y).

Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan dan Tahun Berjalan Kota Kendari

(43)

2.5 Inflasi/ Deflasi Terbesar per- Sub kelompok

Berdasarkan kelompoknya, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi bulanan tertinggi yaitu sebesar 1,24% (m.t.m) pada bulan Juni 2010. Inflasi pada kelompok

tersebut terutama didorong oleh inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seiring dengan kenaikan harga emas di Kota Kendari.

Tabel 2.8. Inflasi (Deflasi) terbesar per-Sub Kelompok Secara Bulanan

KELOM POK/ SUB KELOM POK INFLASI/ DEFLASI

JUNI 2010

BAHAN M AKANAN 0.72%

PADI-PADIAN, UM BI-UM BIAN & HASILNYA -3.59%

BUM BU-BUM BUAN 12.85%

M AKANAN JADI, M INUM AN, ROKOK & TEM BAKAU -0.29%

M INUM AN YANG TIDAK BERALKOHOL -2.24%

ROKOK, TEM BAKAU & M INUM AN BERALKOHOL 0.15%

PERUM AHAN 0.19%

BIAYA TEM PAT TINGGAL -0.04%

PENYELENGGARAAN RUM AH TANGGA 2.73%

SANDANG 1.24%

SANDANG LAKI-LAKI 0.00%

BARANG PRIBADI & SANDANG LAINNYA 2.94%

KESEHATAN 0.14%

JASA KESEHATAN & OBAT-OBATAN 0.00%

PERAWATAN JASM ANI & KOSM ETIKA 0.32%

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA -0.44%

KURSUS DAB PELATIHAN 0.00%

PERLENGKAPAN/ PERALATAN PENDIDIKAN -1.79%

TRANSPORT & KOM UNIKASI -1.70%

TRANSPORT -2.43%

KOM UNIKASI & PENGIRIM AN 0.31%

U M U M -0.06%

Sumber: Data BPS diolah

(44)
(45)

III

PERKEM BAN GAN PERBAN KAN

3.1. Kondisi Umum

Seiring dengan membaiknya indikator makro ekonomi nasional, kondisi indikator makro regional Sulaw esi Tenggara juga menunjukkan perfo rma yang cukup baik, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi yang positif, dimana pada triw ulan II-20 10 diperkirakan tumbuh sebesar 8,98% (y-o-y)1

, dan laju inflasi tahun berjalan (y-t -d) yang relatif

rendah serta terjaganya kondisi usaha pada level yang baik sebagaimana hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU). Kondisi ini tentunya telah memberikan ruang gerak kepada perbankan Sulaw esi Tenggara untuk terus memacu peningkatan kinerjanya.

Perbankan Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 menunjukkan kinerja

usaha yang positif sebagaimana terlihat pada peningkatan tot al aset,

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit/ pembiayaan dan

perolehan laba usaha serta terjaganya stabilitas sistem perbankan yang didukung

oleh terjaganya risiko kredit (credit risk) yang terindikasikan pada renda hnya rasio

NPLs (t abel 3.1). Peningkatan laba usaha tersebut tidak terlepas dari diterapkannnya efisiensi

usaha dan penerapan good corporate governance (GCG) secara konsisten oleh bank sebagaimana terlihat pada rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Dengan meningkatnya penyaluran kredit/pebiayaan telah mendorong peningkatan loan to deposit ratio (LDR) yang merefleksikan pelaksanaan fungsi intermediasi dimana pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar 94,62% , berada di atas rata-rata nasional yang sebesar 75,00% .

(46)

24.812 debitur dengan total plafon dan outstanding masing-masing sebesar Rp160.145 juta dan Rp84.153 juta.

Tabel 3.1. : Perkembangan Indikator Perbankan Sulaw esi Tenggara

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-t-d y-o-y

Aset 6,692,997 6,734,110 7,180,415 7,306,899 7,936,553 8.62% 10.53% 18.58% - Bank Umum 6,633,468 6,674,495 7,115,034 7,242,588 7,870,361 8.67% 10.62% 18.65%

- BPR 59,529 59,615 65,381 64,311 66,192 2.92% 1.24% 11.19%

DPK 5,141,815 5,059,012 5,261,893 5,303,128 5,706,766 7.61% 8.45% 10.99% - Bank Umum 5,092,506 5,009,644 5,207,284 5,249,854 5,651,856 7.66% 8.54% 10.98%

- BPR 49,309 49,368 54,609 53,274 54,910 3.07% 0.55% 11.36%

Kredit 4,276,313 4,508,296 4,775,972 4,989,670 5,399,541 8.21% 13.06% 26.27% - Bank Umum 4,227,707 4,458,821 4,725,364 4,937,428 5,348,030 8.32% 13.18% 26.50%

- BPR 48,606 49,475 50,608 52,242 51,511 -1.40% 1.78% 5.98%

LDR 83.17% 89.11% 90.77% 94.09% 94.62%

- Bank Umum 83.02% 89.00% 90.75% 94.05% 94.62%

- BPR 98.57% 100.22% 92.67% 98.06% 93.81%

NPLs (Gross) 3.49% 3.43% 2.42% 2.48% 2.04%

- Bank Umum 3.46% 3.40% 2.36% 2.43% 1.99%

- BPR 6.35% 6.01% 7.54% 7.83% 7.47%

Grow th Indikator 2009 2010

Sumber : LBU Bank Umum dan BPR

3.2. Perkembangan Aset

Terpeliharanya iklim usaha yang kondusif di Sulaw esi Tenggara telah memberikan peluang kepada sektor perbankan untuk terus

meningkatkan volume usahanya. Hal ini

terlihat pada perkembangan total aset

dimana pada triw ulan II-2010 tercatat

sebesar Rp7.937 miliar. Secara agregat

menunjukkan peningkatan dengan laju

pertumbuhan sebesar 10,53% (y-t-d).

Berdasarkan kelompok bank, peningkatan terbesar terjadi pada kelompok bank umum dengan laju pertumbuhan sebesar10,62% , sementara aset BPR hanya tumbuh 1,24% .

Peningkatan total aset tersebut terutama di dorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun.

Grafik 3.1. Pangsa Kepemilikan Aset

(47)

Dengan adanya pertumbuhan tersebut, telah mendorong perubahan komposisi kepemilikan aset perbankan Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-2010 dimana sebesar 99,17% dimiliki oleh kelompok bank umum dan 0,83% dimiliki oleh BPR (grafik 3.1). Kecilnya pangsa aset BPR tidak terlepas dari masih minimnya jumlah BPR yang beroperasi di Sulaw esi Tenggara, hingga triw ulan II-2010 hanya berjumlah 6 BPR dengan 10 jaringan kantor, sementara bank umum terdiri dari 15 bank dengan 99 jaringan kantor.

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Setelah 5 bulan terakhir perkembangan DPK yang dihimpun perbankan

Sulaw esi Tenggara relatif stagnan, pada akhir triw ulan II-2010 DPK menunjukkan

pertumbuhan sebesar 8,45% (y-t-d) atau meningkat sebesar Rp444,87 miliar , dari

Rp5.262 miliar pada triw ulan IV-2009 menjadi Rp5.707 miliar, yang terdiri dari

tabungan sebesar Rp3.143 miliar (55,08% ), giro Rp1.433 miliar (25,10% ) dan deposito

Rp1.131 miliar (19,81% )

Berdasarkan jenis simpanan, pertumbuhan signifikan terjadi pada simpanan giro dengan laju pertumbuhan sebesar 81,81% (y-t -d), sementara deposito tumbuh sebesar 7,75% , sedangkan tabungan mengalami penurunan sebesar 8,21% . Peningkatan yang terjadi pada giro terutama didorong oleh adanya dana droping DAU dan DAK tahap I dari pemerintah pusat untuk pembiayaan pembangunan di daerah. Hal ini tercermin pada DPK menurut golongan pemilik, dimana DPK milik pemerintah daerah mengalami peningkatan yang relatif tinggi.

Sementara itu, penurunan pada tabungan didorong oleh menurunnya simpanan perorangan antara lain terkait meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan biaya pendidikan karena memasuki tahun ajaran baru dan pemilukada. Dana hasil panen raya kakao yang terjadi dibeberapa sentra perkebunan belum tereflesikan pada pertumbuhan DPK, sebagaimana terlihat pada perkembangan DPK di w ilayah Kabupaten Kolaka yang hanya tumbuh sebesar 6,51% (q-t -q) dan 2,45% (y-o-y). Hal ini disebabkan masih banyaknya petani kakao yang belum memiliki rekening tabungan karena terbatasnya akses jaringan kantor bank.

(48)

bertujuan untuk berjaga-jaga serta adanya berbagai kemudahan dalam melakukan transaksi, dan bukan untuk tujuan investasi (tabel 3.2.).

Tabel 3.2. : Perkembangan Penghimpunan DPK

Juta Rp.

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II qtq ytd y-o-y

Bank Umum

- Tabungan 2,708,774 2,857,104 3,397,440 3,015,857 3,117,385 3.37% -8.24% 15.08% - Giro 1,481,325 1,288,914 788,020 1,117,125 1,432,661 28.25% 81.81% -3.29%

- Deposito 902,407 863,626 1,021,824 1,116,872 1,101,810 -1.35% 7.83% 22.10% Sub Total 5,092,506 5,009,644 5,207,284 5,249,854 5,651,856 7.66% 8.54% 10.98%

BPR

- Tabungan 24,446 24,677 27,147 27,956 26,096 -6.65% -3.87% 6.75%

- Deposito 24,863 24,691 27,462 25,318 28,814 13.81% 4.92% 15.89%

Sub Total 49,309 49,368 54,609 53,274 54,910 3.07% 0.55% 11.36%

Total

- Tabungan 2,733,220 2,881,781 3,424,587 3,043,813 3,143,481 3.27% -8.21% 15.01%

- Giro 1,481,325 1,288,914 788,020 1,117,125 1,432,661 28.25% 81.81% -3.29% - Deposito 927,270 888,317 1,049,286 1,142,190 1,130,624 -1.01% 7.75% 21.93% Total 5,141,815 5,059,012 5,261,893 5,303,128 5,706,766 7.61% 8.45% 10.99%

2009 Grow th

Kelompok Bank 2010

Sumber : LBU BU dan BPR.

Berdasarkan golongan pemilik, sebagian besar (78,25% ) DPK merupakan milik perorangan yang disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito yang berjangka w aktu pendek sehingga tingkat volatilitasnya tinggi, kondisi tersebut mendorong bank lebih banyak menempatkan dananya pada penyaluran

kredit/pembiayaan yang berjangka w aktu pendek seperti kredit modal kerja dan konsumsi. Selain perorangan, pemilik DPK

terbesar pada perbankan Sulaw esi

Tenggara adalah pemerintah daerah

dengan pangsa 15,41% , diikuti oleh perushaan sw asta dan pemerintah pusat dengan pangsa masing-masing sebesar 2,76% dan 1,45% (g rafik 3.2.).

Dalam rangka meningkatkan minat

masyarakat untuk menabung, beberapa upaya telah dilakukan Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan, antara lain dengan meluncurkan program “ Tabungan-Ku” , yakni suatu produk tabungan tanpa biaya administrasi dengan setoran aw al yang rendah. Sementara itu

Grafik 3.2. Pangsa DPKM enurut Golongan Pemilik

(49)

pada level Sulaw esi Tenggara, telah diinisiasi “ Gerakan Sekolah M enabung” yaitu kerja sama antara perbankan daerah dengan sekolah-sekolah dalam memobilisasi dana dari para pelajar.

3.4. Penyaluran Kredit / Pembiyaan

Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun, tentunya telah memberikan peluang kepada perbankan Sulaw esi Tenggara untuk lebih meningkatkan kapasitas kredit/pembiayaan yang disalurkan. Posisi triw ulan II-2010 total kredit/pembiyaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp5.348 miliar, selama tahun berjalan (y-t -d) kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 13,06% , sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 11,77% , sementara secara tahunan tumbuh sebesar 26,28 % (Tabel 3.3.).

Tabel 3.3. : Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II qtq ytd y-o-y

Bank Umum

- M odal Kerja 1,530,550 1,584,851 1,598,255 1,994,660 1,757,306 -11.90% 9.95% 14.82%

- Invest asi 397,631 428,984 458,672 510,619 524,742 2.77% 14.40% 31.97%

- Konsumsi 2,299,526 2,444,986 2,668,437 2,432,149 3,065,982 26.06% 14.90% 33.33%

Sub Total 4,227,707 4,458,821 4,725,364 4,937,428 5,348,030 8.32% 13.18% 26.50%

BPR

- M odal Kerja 32,230 32,780 32,984 35,231 34,926 -0.87% 5.89% 8.36%

- Invest asi 0 0 13 0 0 0.00% 0.00% 0.00%

- Konsumsi 15,867 16,690 17,611 17,011 16,585 -2.50% -5.83% 4.53%

Sub Total 48,097 49,470 50,608 52,242 51,511 -1.40% 1.78% 7.10%

Total

- M odal Kerja 1,562,780 1,617,631 1,631,239 2,029,891 1,792,232 -11.71% 9.87% 14.68%

- Invest asi 397,631 428,984 458,685 510,619 524,742 2.77% 14.40% 31.97%

- Konsumsi 2,315,393 2,461,676 2,686,048 2,449,160 3,082,567 25.86% 14.76% 33.13%

Total 4,275,804 4,508,291 4,775,972 4,989,670 5,399,541 8.21% 13.06% 26.28%

2010

Kelompok Bank 2009 Grow th

Sumber LBU BU dan BPR

Sementara itu berdasarkan jenis bank, penyaluran kredit/pembiayaan yang mengalami peningkatan cukup tinggi terjadi pada bank umum yakni sebesar 13,06% (y-t -d), sementara pertumbuhan kredit pada BPR hanya sebesar 1,78% (y-t -d). Rendahnya pertumbuhan kredit pada BPR tidak terlepas dari rendahnya pertumbuhan DPK yang dihimpun yang merupakan sumber dana utama untuk pemberian kredit.

Gambar

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional & Kendari
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Kendari2009
Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beras dan Inflasi BulananSub Kelompok Padi-Padian
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Emas Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai maksud tersebut kegiatan pengusahaan Panas Bumi pada sisi hulu yang merupakan kegiatan padat modal dan padat teknologi serta mempunyai resiko besar, maka

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun srikaya ( Annona squamosa L.) sebagai antifertilitas pada mencit putih betina

Ber- dasarkan nilai keteguhan lentur, secara keseluruh- an BBL 3 lapis yang dibuat dari susunan bilah bambu andong secara tegak dan direkat meng- gunakan perekat

Dan karena editor sudah membuat halaman baru dan ingin menambahkannya ke dalam menu maka yang perlu dicentang adalah judul halaman baru tersebut, contohnya

Dengan penambahan tersebut, total kapasitas produksi perseroan akan menjadi 425 ton per jam dari sebelumnya 405 ton per jam dari 11 pabrik yang dimiliki.. Perseroan juga

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya yang berlimpah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisa Permintaan

Hasyim Asy‟ari sebagai seorang tokoh ulama Indonesia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan islam, dan kemudian menyusun dalam sebuah karya skripsi dengan judul

Unit kompetensi ini menggambarkan ruang lingkup pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja yang diperlukan untuk membaca dan menterjemahkan gambar kerja dan