• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH | PERDA&PERBUP PERDA 3 TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH | PERDA&PERBUP PERDA 3 TAHUN 2009"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

NOMOR 3 TAHUN 2009

TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TENGAH,

Menimbang : a. bahwa perempuan dan anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang perlu mendapat perlindungan dari tindak kekerasan demi harkat dan martabatnya sebagai manusia;

b. bahwa penyelenggaraan perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan belum dilakukan secara optimal sehingga perlu diatur tentang mekanisme penyelenggaraan perlindungannya dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah – Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1655)

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara RI Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3143 );

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara RI Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3277);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3495 );

(2)

2 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4235);

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4419);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban ( Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4635 );

12. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ( Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4720 );

13. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4604);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;

16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001 tentang Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk anak;

17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak;

18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak; 19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 tentang

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak;

(3)

3 21. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan

Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Lombok Tengah Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 Nomor 2);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 Nomor 3);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

dan

BUPATI LOMBOK TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Lombok Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.

3. Pusat Pelayanan Terpadu yang selanjunya disingkat (PPT) adalah lembaga penyedia pelayanan terhadap korban kekerasan, yang berbasis Rumah Sakit, dikelola bersama-sama dalam bentuk perawatan medik (termasuk medico–legal), Psiko–sosial dan pelayanan hukum;

4. Lembaga Sosial Kemasyarakatan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan atau Organisasi kemasyarakatan lainnya;

5. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk yang ada dalam kandungan ;

6. Kekerasan adalah setiap perbuatan yang berakibat atau dapat mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan baik fisik, seksual, ekonomi, sosial, psikis terhadap korban; 7. Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, ekonomi, sosial, psikis termasuk ancaman tindakan tertentu. Pemaksaan atau perampasan kemerdekaan, baik yang terjadi di depan umum atau kehidupan pribadi;

(4)

4 9. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, cedera, luka atau

cacat pada tubuh seseorang, gugurnya kandungan, pingsan dan atau menyebabkan kematian;

10.Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu;

11.Kekerasan ekonomi adalah setiap perbuatan yang sengaja menelantarkan anggota keluarga dalam bentuk tidak memberikan kehidupan perawatan atau pemeliharaan secara layak;

12.Kekerasan fsikis adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan fsikis berat pada seseorang;

13.Korban adalah perempuan dan anak yang mengalami dan/atau menderita baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari kekerasan;

14.Perlindungan terhadap perempuan adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk memberikan rasa aman yang dilakukan oleh pihak kepolisian, kejaksaan, Pengadilan, Lembaga sosial, atau pihak lain yang mengetahui atau mendengar akan atau telah terjadi kekerasan terhadap perempuan;

15.Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan Pelindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan dilakukan berdasarkan asas; penghormatan dan pengakuan atas hak-hak dan martabat kemanusiaan yang sama, non diskriminasi, kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan hak-hak asasi anak dan perempuan serta kepentingan terbaik bagi korban.

Pasal 3

Penyelenggaraan perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan bertujuan memberikan perlindungan dan pelayanan yang meliputi aspek pencegahan, pelayanan dan pendampingan, reunifikasi dan pemberdayaan.

BAB III

HAK-HAK KORBAN

Pasal 4

Setiap korban berhak mendapatkan: a. Perlindungan;

(5)

5 c. Pelayanan optimal;

d. Penanganan berkelanjutan sampai tahap rehabilitasi; e. Penanganan secara rahasia;

f. Pendampingan secara psikologis dan hukum; dan

g. Jaminan atas hak-hak yang berkaitan dengan status korban sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat.

BAB IV

TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah bertugas melakukan upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap Anak dan Perempuan dengan melakukan upaya :

a. Mengumpulkan data dan informasi tentang Anak dan Perempuan Korban Kekerasan; b. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan;

c. Mengadakan pendidikan tentang nilai-nilai anti kekerasan terhadap anak dan perempuan;

d. Mengadakan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan perlindungan anak dan perempuan korban kekerasan.

(2) Pemerintah Daerah berkewajiban mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan, menyediakan dan menyelenggarakan layanan bagi korban dalam bentuk:

a. Menyediakan dan memfasilitasi terbentuknya pelayanan terpadu untuk korban dengan melibatkan lembaga dan unsur masyarakat;

b. Mendorong kepedulian masyarakat tentang pentingnya perlindungan terhadap korban; c. Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan tindak kekerasan.

BAB V

LEMBAGA PENYELENGGARA

PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah membentuk Pusat Pelayanan Terpadu (PPT ) sebagai Lembaga Penyelenggara, Pencegahan dan Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan. (2) PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur : Dinas Kesehatan, Rumah

Sakit Umum Daerah, Kepolisian Resort Lombok Tengah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, dan Perguruan Tinggi.

(6)

6 (4) PPT dapat menerima rujukan kasus dari Puskesmas.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VI

PENYELENGGARAAN DAN BENTUK PERLINDUNGAN

Pasal 7

(1) Penyelenggaraan Perlindungan kepada korban dilaksanakan secara terpadu dalam wadah PPT.

(2) PPT dalam penanganan perlindungan medis, hukum, medicolegal, psykologis maupun ekonomi yang dalam pelaksanaannya dapat melakukan kemitraan dengan lembaga-lembaga Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang perlindungan anak dan perempuan;

(3) Penyelenggaraan perlindungan kepada korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan norma-norma agama, adat serta hak dan kewajiban orang tua wali, suami/ orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap korban ;

(4) Mekanisme penanganan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan menurut Standart Operasional Prosedur (SOP) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

(1) Setiap korban kekerasan berhak mendapat perlindungan sesuai ketentuan yang berlaku; (2) Perlindungan terhadap korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap

penduduk Kabupaten Lombok Tengah baik yang dilakukan di Lombok Tengah maupun di luar Lombok Tengah;

(3) Selain perlindungan terhadap korban penduduk Lombok Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perlindungan juga dilakukan terhadap bukan penduduk Lombok Tengah yang kejadiannya dilakukan di wilayah Kabupaten Lombok Tengah;

Pasal 9

(1) Bentuk perlindungan yang diberikan kepada Korban yang diselenggarakan oleh PPT berupa perlindungan:

a. medis; b. hukum;

c. medicolegal (Kedokteran Forensik), atau d. psykologis, atau

e. ekonomi.

(2) Bentuk perlindungan medis terhadap Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa perawatan dan pemulihan dan luka-luka fisik yang bertujuan untuk pemulihan kondisi fisik korban yang dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis;

(7)

7 (4) Bentuk perlindungan medicolegal terhadap Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c berupa layanan medis untuk kepentingan pembuktian di bidang hukum ;

(5) Bentuk perlindungan psikologis terhadap Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa pendampingn dalam rangka memulihkan kondisi traumatis termasuk penyediaan rumah aman untuk melindungi korban dari berbagai ancaman dan intimidasi bagi korban dan memberikan dukungan secara psychologis sehingga korban mempunyai rasa percaya diri, kekuatan dan kemandirian dalam penyelesaian masalah ;

(6) Bentuk perlindungan ekonomi terhadap korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa layanan untuk keterampilan dan memberikan akses ekonomi agar korban dapat mandiri.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 10

(1) Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan perlindungan Korban Kekerasan dapat melibatkan peran serta masyarakat.;

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok maupun organisasi sosial kemasyarakatan.

(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan;

b. Menyampaikan laporan kepada yang berwajib apabila terjadi tindakan kekerasan terhadap anak dan perempuan;

c. Memberikan bantuan terhadap korban.

Pasal 11

(1) Organisasi sosial kemasyarakatan yang berperan serta dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), diberikan pembinaan oleh Pemerintah Daerah;

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bimbingan sosial, bimbingan keterampilan dan bimbingan teknis oprasional.

BAB VIII

SUMBER DANA

Pasal 12

(1) Sumber dana penyelenggaraan Perlindungan Korban dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(2) Selain sumber dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dana dapat berasal dari sumber-sumber lain yang sah;

(3) Penyelenggaraan Perlindungan terhadap korban harus dilaksanakan dengan prinsip tidak dipungut biaya.

BAB IX

PELAPORAN

Pasal 13

(8)

8 (2). Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Administrasi; b. Keuangan; c. Pelayanan; d. Kinerja.

(3). Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali.

BAB X

PENUTUP

Pasal 14

(1). Pembentukan PPT harus dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini.

(2). Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud Pasal 6 Ayat (5) dan Pasal 7 ayat (4) harus ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah.

Ditetapkan di Praya pada tanggal 6 Juni 2009 BUPATI LOMBOK TENGAH

H. LALU WIRATMAJA

Diundangkan di Praya pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TENGAH

H. LALU SUPARDAN

(9)

9

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009

TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN

A. UMUM

Nasib anak dan perempuan korban tindak kekerasan harus diperhatikan oleh Pemerintah. Munculnya kasus tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan acapkali disebabkan oleh faktor-faktor yang berkembang didalam masyarakat, misalnya rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, korban tindak kekerasan seperti ini perlu mendapat perlindungan sesuai dengan prinsip keadilan, kebenaran, kepastian hukum, kesetaraan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Dari kerangka diatas, maka Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan baik secara hukum, politik, ekonomi maupun sosial untuk menekan, mencegah, mengurangi dan menghapuskan segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan. Sebagai, salah satu upaya tersebut adalah terwujudnya kerangka hukum, yakni dengan merumuskan regulasi berupa Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah yang komprehensif mengenai penyelenggaraan perlindungan bagi anak dan perempuan korban tindak kekerasan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Yang dimaksud dengan reunifikasi adalah upaya mengembalikan dan memulihkan kondisi fisik dan kejiwaan korban yang kemudian menyatukannya dengan keluarga korban dan masyarakatnya.

Pasal 4

Huruf a

Yang dimaksud dengan mendapatkan perlindungan adalah mendapatkan perlindungan dari individu, kelompok dan lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah.

Huruf b

Yang dimaksud dengan mendapatkan informasi adalah akses dan keterangan tentang keberadaan tempat pengaduan, PPT, dan segala hal-hal yang berhubungan dengan pemernuhan hak-hakya dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendampingan dan perkembangan perkara.

Huruf c

(10)

10 Huruf d

Yang dimaksud dengan penanganan berkelanjutan sampai tahap rehabilitasi adalah penanganan yang tidak berhenti sampai penyembuhan fisik dan psikis, tapi sampai korban dapat menjalani kehidupan kembali dalam masyarakat termasuk dalam pemulihan nama baiknya.

Huruf e

Yang dimaksud dengan penanganan secara rahasia adalah upaya jaminan kepastian bagi korban untuk tidak disebarluaskan mengenai identitas dirinya, perawatan medis dan penanganan hukum.

Huruf f

Yang dimaksud dengan mendapatkan pendampingan secara psikologis adalah bantuan yang diberikan oleh psokolog kepada korban yang menderita trauma/masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban. Sedangkan, pendampingan secara hukum adalah upaya bantuan yang diberikan oleh orang dan/lembaga bantuan hukum kepada korban pada setiap tingkatan pemeriksaan dan selama proses hukum berjalan.

Huruf g

Yang dimaksud dengan jaminan atas hak-hak yang berkaitan dengan status korban adalah upaya memberi kepastian dan perlindungan bagi korban sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pasal 5

Cukup Jelas Pasal 6

Cukup Jelas Pasal 7

Cukup jelas Pasal 8

Cukup Jelas Pasal 9

Cukup jelas Pasal 10

Ayat 1

Cukup jelas Ayat 2

Cukup Jelas Ayat 3

Huruf a Cukup jelas Hurup b

Yang termasuk kategori aparat yang berwajib selain pihak kepolisian juga termasuk aparat Pemerintah Daerah pada setiap jenjang.

(11)

11 Hurup c

Cukup jelas Pasal 11

Cukup jelas Pasal 12

Cukup Jelas Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas Pasal 15

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Referensi

Dokumen terkait

Penjabaran lebih lanjut dari Perda Nomor 3 Tahun 2008, maka sesuai dengan Peraturan Bupati Lombok Tengah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan

DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lombok Tengah dalam kedudukannya pada Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai instansi yang

Pengukuran kinerja Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lombok Tengah tahun 2020, mencakup penilaian

Retribusi Izin Gangguan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang

Dengan dibentuknya Desa Mekar Bersatu di wilayah Kecamatan Batukliang maka diharapkan dapat segera terwujud desa yang mandiri sesuai dengan semangat otonomi

”Profil Kesehatan Lombok Tengah” ini merupakan peremajaan dan perkembangan data dari tahun sebelumnya sebagai upaya kesehatan selama tahun 2011, memuat data dan informasi