• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan selanjutnya juga termasuk untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Sebagaimana yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan selanjutnya juga termasuk untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Sebagaimana yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap warga negara Indonesia membutuhkan jaminan atas kesehatannya dan selanjutnya juga termasuk untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Sebagaimana yang dimandatkan dalam UUD 1945, maka perlindungan atas kesehatan dan kesejahteraan sosial tersebut menjadi kewajiban negara. Setiap manusia khususnya seluruh masyarakat Indonesia membutuhkan jaminan sosial yang dapat memberikan kepastian untuk perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Demi mewujudkan hal tersebut, salah satu dasar mengapa perlu dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang berbentuk badan hukum. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Pasal 1 menjelaskan bahwa “Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan layak. Serta “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk meyelenggarakan program jaminan sosial.”1

Hal ini didasarkan pada cita-cita UUD RI 1945 untuk menciptakan sistem jaminan sosial yang tertuang dalam Pasal 34 ayat (2), “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”2

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat dengan BPJS merupakan sebuah lembaga milik negara yang masuk dalam kategori Badan Usaha Milik

1 Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 2 Pasal 34 ayat 2 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

(2)

2

Negara (BUMN). Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, menyebutkan bahwa “Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.3 BUMN merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Serta BUMN mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Badan penyelenggara jaminan sosial sendiri terdiri atas dua bentuk, yaitu BPJS Kesehatan (BPJS-K) yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-KT) yang menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.4 PT ASKES akan bertransformasi

menjadi BPJS Kesehatan dan PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan dimana proses transformasi berjalan selama dua tahun dan keduanya mulai aktif per 1 Januari 2014.

Transformasi kelembagaan ini memiliki ciri-ciri, yaitu5:

1. Pembubaran tanpa proses likuidasi, sehingga tidak berlaku ketentuanPasal 142 ayat (2) UU 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur pembubaran Perseroan Terbatas wajib diikuti dengan likuidasi.

2. Pembubaran dilaksanakan atas perintah UU BPJS, sehingga tidak berlaku ketentuan Pasal 64 ayat (1) UU 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menetapkan pembubaran BUMN dengan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah Indonesia secara khusus memberi tugas penting pada BPJS untuk menyelenggarakan jaminan dan pemeliharaan bagi masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali. BPJS merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi semua masyarakat

3

Pasal 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

4 UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pasal 5 dan 6

(3)

3

sipil, PNS, TNI/POLRI, Veteran, Pensiunan PNS, dan Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dijamin oleh BPJS untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS ketenagakerjaan yang sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT Jamsostek (Persero), namun sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS maka PT Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 Tahun 2011 dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua. Terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo. UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48/1952 jo PMP No. 8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh. PMP No. 15/1957 tentang pembentukan yayasan sosial buruh, PMP No. 5/1964 tentang pembentukan yayasan dana jaminan sosial (YDJS), diberlakukannya UU No. 14/1969 tentang pokok-pokok tenaga kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No 34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Pada akhir tahun 2004, pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2 yang manfaat perlindungan tersebut dapat

(4)

4

memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja. Sehingga pada tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (persero) yang bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan menambahkan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. BPJS Ketenagakerjaan terus meningkatkan kompetensi pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. Program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan diberi tugas secara khusus oleh Pemerintah Indonesia yaitu untuk menyelenggarakan jaminan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali dijamin oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan diresmikan pertama kali oleh pemerintah pada tanggal 31 Desember 2013. Berselang sehari setelah diresmikan atau tepatnya 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan resmi beroperasi dan melayani semua masyarakat di Indonesia melalui rumah sakit atau lembaga kesehatan lain yang ditunjuk atau bekerja sama. Pembentukan BPJS Kesehatan di Indonesia merupakan penerapan dari beberapa Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Sejarah terbentuknya BPJS Kesehatan itu sendiri merupakan BUMN yang sudah dibentuk sejak tahun 1968 meski dengan nama yang berbeda. Awal pembentukannya, BPJS Kesehatan bernama Badan Penyelenggaraan Dana Pemeliharaan Kesehatan atau (BPDPK). Lembaga ini merupakan kebijakan pemerintah era Soeharto untuk mengatur pemeliharaan kesehatan bagi PNS, penerima pensiun (PNS dan ABRI) dan keluarga mereka dengan batasan tertentu. Setelah

(5)

5

berjalan kurang lebih 16 tahun, BPDPK yang awalnya hanya merupakan badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. Perusahaan ini dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1984 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 dan 23 tahun 1984. Pada tahun 1991 atau selepas tujuh (7) tahun berdiri sebagai sebuah perusahaan, BPDPK akhirnya diberi izin untuk memperluas jangkauan pesertanya. Jika awalnya yang dijamin hanyalah PNS, TNI/POLRI, pensiunan dan keluarganya, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1991, BPDPK bisa menyasar badan usaha lain beserta anggota keluarganya yang artinya pihak-pihak swasta bisa masuk ke dalam jangkauan BPDPK dengan membayar sebuah iuran tertentu setiap bulannya. Selama kurang lebih 8 tahun, BPDPK resmi diubah menjadi perusahaan perseroan atau PT Persero. Keputusan ini diambil untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1992. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan fleksibel pengelolaan keuangan. Akhirnya, dibuatlah sebuah perusahaan yang lebih mandiri agar bisa melaksanakan fungsinya dengan jauh lebih baik. Setelah menjadi Persero, nama BPDPK pun diubah menjadi Askes atau Asuransi Kesehatan. PT Askes Persero bekerja secara mandiri untuk mengurusi penyelenggaraan jaminan kesehatan khusus bagi warga-warga yang bekerja kepada pemerintah hingga tahun 2005. Pemerintah

akhirnya menerbitkan sebuah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

124/MENKES/SK/XI/2001 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005 untuk mengubah system kerja PT Askes agar menjamin juga keluarga miskin yang tidak masuk dalam golongan Abdi Negara. PT Askes akhirnya menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat miskin. Dasar dari penyelenggaraan Askes ini adalah UUD 1945, UU Nomor 23/1992 tentang kesehatan, UU Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan yang terakhir Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 124 tahun 2014 serta Nomor 56 tahun 2005.

(6)

6

Berdasarkan Undang-Undang dan Keputusan Menteri yang telah disebutkan di atas. Penyelenggaraan dari Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin) ini harus mengacu pada beberapa prinsip pelaksanaan yang meliputi:

1. Diselenggarakan di seluruh Indonesia secara serentak dengan menganut asas gotong royong. Artinya, diharapkan akan ada subsidi silang antara yang kaya dan yang miskin.

2. Acuan Pelaksanaan Askeskin adalah prinsip Asuransi Kesehatan Sosial.

3. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan prinsip managed care.

4. Penyelenggaraan Program Askeskin dengan prinsip nirlaba.

5. Prinsip kerja dari Askeskin menjamin adanya ekuitas dan protabilitas dalam pelayanan kepada para peserta.

6. Adanya transparansi dan akuntabilitas yang terjamin dengan prinsip efisiensi, kehati-hatian, dan efektivitas.

Perjalanan dari PT Askes Persero akhirnya dilanjutkan lagi dengan perombakan yang lebih matang di tahun 2014. Pemerintah Indonesia membuat sebuah BUMN bernama BPJS Kesehatan yang bekerja secara menyeluruh untuk menjamin semua masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali. Semuanya bahu-membahu dalam pembayaran kesehatan hingga terjadi subsidi silang yang baik dan terstruktur.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial

(7)

7

bagi seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan jamianan sosial yang kuat dan berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkeadilan. Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.

Fungsi UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan empat (4) program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan

(8)

8

manfaat pasti. Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Tugas dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta,

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, 3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah,

4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta,

5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial,

6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial, dan

7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian

Telah disebutkan diatas bahwa demi mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layakperlu dibentuk badan penyelenggara Jaminan Sosial yang berbentuk badan hukum. Beberapa pemaparan tentang badan hukum oleh beberapa para sarjana, menurut Maijers badan hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, Logemann, badan hukum adalah suatu personifikatie (personifikasi) yaitu suatu bestendigheid (perwujudan,

(9)

9

innerlijkstruktuur (struktur intern) dari personifikatie itu.Menurut E.Utrecht, badan hukum (rechtspersoon), yaitu badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, selanjutnya dijelaskan, bahwa badan hukum ialah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia. Sedangkan menurut R. Subekti, badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim. Dan menurut R. Rochmat Soemitro mengemukakan, badan hukum (rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban

seperti orang pribadi.6

Dengan pemaparan tentang proses pendirian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), tujuan dari pendirian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta teori badan hukum yang penulis paparkan diatas yang menjadi latar belakang penelitian hukum (legal research),

”ANALISIS YURIDIS TERHADAP BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian tentang BPJS dalam prespektif badan hukum maka research issue dalam penelitian ini adalah BPJS dalam teori badan hukum dan pengaturannya.

Research quations dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana BPJS sebagai badan hukum diatur dalam berbagai pengaturan? 2. Apakah status BPJS sebagai badan hukum publik, sesuai dengan teori hukum? 3. Apakah implikasi hukum dari badan hukum BPJS sebagai badan hukum publik?

(10)

10 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian hukum diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana BPJS sebagai badan hukum diatur dalam berbagai pengaturan.

2. Untuk mengetahui status BPJS sebagai badan hukum publik, sesuai dengan teori hukum.

3. Untuk mengambarkan implikasi hukum dari badan hukum BPJS sebagai badan hukum publik.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau memberikan solusi dalam bidang hukum publik yang terkait dengan BPJS sebagai badan hukum diatur dalam berbagai pengaturan. Dengan demikian diharapkan pembaca atau calon peneliti semakin mengetahui tentang pengaturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang berlaku sekarang.

b. Dapat dijadikan acuan maupun pedoman untuk para pihak atau peneliti lain yang ingin mengkaji dan menganalisis secara mendalam mengenai BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) apakah merupakan badan hukum publik yang sesuai dengan teori hukum.

(11)

11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pemahaman hukum dalam bidang sosial serta dengan adanya penelitian ini dapat menjadi wadah bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus menerapkan ilmu yang telah didapat.

E. Metode Penelitian

1.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dimana penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan

perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).7

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan perundang-undangan, Jenis pendekatan perundang-undangan yang

menurut Marzuki8 “Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi.”

b. Pendekatan konseptual, Pendekatan konseptual beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.

7

Mukti Fajar ND. Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 34

(12)

12

Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu

hukum.9

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

(1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2)

(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(4) PP No. 19 tahun 2016 tentang Pemberian gaji, pensiun, atau tunjangan ketiga belas kepada pegawai negeri sipil, prajurit tentara nasional Indonesia, anggota kepolisian negara Republik Indonesia, pejabat negara, dan penerima pensiun atau tunjangan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi dan jurnal-jurnal hukum. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam “petunjuk” kearah mana peneliti

melangkah.10 Oleh karena itu, penulis menggunakan bahan hukum sekunder

sebagai petunjuk yang berupa buku hukum yang berkaitan tentang hukum perusahaan, jaminan sosial, perdata.

c. Bahan Hukum Tersier

(1) Kamus Hukum

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi Revisi, kencana, Jakarta, 2014, hal. 95 10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi Revisi, kencana, Jakarta, 2014, hal. 196

(13)

13 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dari isi paparan yang penulis sampaikan, maka penulis membagi penulisan ini menjadi empat bab. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian pustaka yang berisi pengertian dari jaminan sosial serta badan hukum yang meliputi pengertian, teori dari badan hukum, jenis dari badan hukum dan badan hukum publik.

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian dari hasil penelitian dan pembahasan atau analisis terhadap permasalahan penelitian. Untuk penelitian hukum, pembahasan atau analisis terhadap permasalahan penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseptual.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari apa yang telah dibahas serta jawaban atas permasalahan dan juga berisi saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan (r hitung = 0,069 dengan

Melihat permasalahan di atas, pada penelitian ini akan dicoba untuk meningkatkan kuat tekan bebas (UCS) tanah lempung dengan bahan tambah matos terhadap

“ Rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan, dengan

Kita tidak sama dengan orang lain, dalam kaum kita tiak ada laki-laki, kita tidak punya mamak yang akan membela sako jo pusako, engkau adalah satu-satunya

Maksud dari pengecatan ini adalah untuk mengetahui bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan gram, yang berwarna merah termasuk kelompok bakteri gram negatif,

Penelitian oleh I Gede Marsaja (2008) menyatakan bahwa dadia atau dusun Tihing memiliki angka tuli bisu yang cukup tinggi, dikarenakan masyarakat dengan dadia

Tulisan NOVUS ORDO SECLORUM adalah berarti Orde Baru Abad ini atau Tatanan Dunia Baru atau Tatanan Zaman Baru (Satu pemerintahan dunia). Enam hal tersebut

service quality memiliki yang pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel customer satisfaction. Sehingga apabila terdapat peningkatan pada service quality