LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSI BERAT(PEB) A. DEFINISI
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004)
Post partum (nifas) secara harfiah adalah sebagai masa persalinan dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak hamil). Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002)
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
B. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan : Hypertensi
Pada otak (sakit kepala, kejang)
Pada placenta (solution placentae, kematian janin) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
Pada hati (icterus) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi Molahidatidosa
Diabetes melitus Kehamilan ganda Hidrocepalus Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun C. KLASIFIKASI
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode 1. Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2. Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu 3. Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Synopsis Obstetri I, 2002).
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih 2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter 3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
5) Terdapat edema paru dan sianosis
D. TANDA DAN GEJALA
a. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg 3) Diastolik>15 mmHg
4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
E. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardatio
PATHWAY
Pre Eklamsi ↓
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan ↓
Ekspansiplasma ↓
↑ekspansi massa sel darah ↓
Anemia fisiologis pada kehamilan
Peningkatan volume plasma darah ↓
Vasodilatasi ↓ ↓albumin serum
↓tekanan osmotik keloid ↓
Hemokonsentrasi ↓
↑hematoksit maternal ↓
Perfusi organ maternal↓ termasuk perfusi ke unit janin
uretroplasma ↓
Vasospasme siklik lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel
darah merah ↓
Kapasitas O2 maternal↓
↓resistensi vasculer sistemik /sistemik vasculer
resisten (SVR) ↓ ↑curah jantung ↓ Hipertensi arterial ↓
Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
Edema ↓
Intoleransi aktivitas
↑aliran plasma ginjal ↓
Laju filtrasi glomerulus↑ ↓
Hepatoseluler GFR endoteliosis glumerulus
↓
SRAA protein realease
Kontraksi
D ↓
Nyeri akut Duka cita↓
↓
Penanganan pre eklamsi Berat Ringan 36 minggu ˂ ↓ Konservatif ≥ 36 minggu ↓ ↓ Konservatif Membaik ↓ Tunggu Aterm ↓ Akhiri kehamilan Gagal (12-24 jam) ↓ Akhiri kehamilan Aktif ↓ Akhiri kehamilan Membaik ↓ Tunggu aterm ↓ Partus biasa Memburuk ↓ Akkhiri pada ≥ 37 minggu
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin G. KOMPLIKASI
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
H. PENATALAKSANAAN
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah 2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
e. Pola aktivitas sehari-hari 1) Aktivitas
Gejala :
Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda :
Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka 2) Sirkulasi
Gejala :
Biasanya terjadi penurunan oksegen. 3) Abdomen
Gejala : Inspeksi :
Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
Palpasi : Leopold I :
Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II :
Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba masa keras, terfiksir Leopold IV :
Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul Auskultasi :
Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular 4) Eliminasi
Gejala :
Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria 5) Makanan / cairan
Gejala :
Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah Tanda :
Biasanya nyeri epigastrium 6) Integritas ego Gejala : Perasaan takut. Tanda : Cemas. 7) Neurosensori Gejala :
Biasanya terjadi hipertensi Tanda :
Biasanya terjadi kejang atau koma 8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :
Biasanya klien gelisah, 9) Pernafasan
Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor Tanda :
Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak. 10) Keamanan
Gejala :
Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan. 11) Seksualitas
Gejala :
Status Obstetrikus PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6) c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
Sistem cardiovaskuler Inspeksi :
Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis. Palpasi :
o Tekanan darah :
Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
o Nadi :
Biasanyanadi meningkat atau menurun o Leher :
Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi :
Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
System reproduksi a. Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara. b. Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
c. Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
Sistem integument perkemihan
a. Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b. Oliguria c. Proteinuria Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
Pengelompokan Data a. Data Subyektif
Biasanya ibu mengeluh Panas Biasanya ibu mengeluh sakit kepala Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
Biasanya a. ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
Biasanya mengeluh nyeri Skala nyeri (2-4)
Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan Klien biasanya sering mual muntah
Klien biasanya sering bertanya
Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan b. Data Obyektif
Biasanya teraba panas
Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan Biasanya ibu tampak kejang
Biasanya ibu tampak lemah Biasanya penglihatan ibu kabur Biasanya klien tampak cemas Biasanya klien tampak gelisah Biasanya klien tampak kurus,
biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis. Tonus otot perut tampa tegang
Biasanya ibu tampak meringis kesakitan Biasanya tamapa cemas
Biasanya DJJ bayi cepat >160
biasanya ibu tampak cemas
Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5) aktivitas janin menurun
DJJ meningkat >160 2. Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu: 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi, 3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi. 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif. 3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik Tujuan
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya Kriteria Hasil
Ibu mengerti penyebab nyerinya
Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
2. Jelaskan penyebab nyerinya 3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri
dengan nafas dalam bila HIS timbul
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.
2. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif 3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat
berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian pasien b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi. Tujuan
Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal Kriteria hasil
BB meningkat atau normal tidal ada tanda-tanda mal nutrisi kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
3. Berikan substansi gula
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
1. Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi makanan
2. intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang
3. substansi gula dapat meningkatkan energi pasien
4. Untuk memenuhi status gizi pasien 5. Catatan harian makanan dapat
mengetahui asupan nutrisi pasien c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gngguan mekanisme regulasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang.
Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda edema.
Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.
Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan darah, protein dan urine.
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari.
2. Timbang berat badan secara rutin.
3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler.
4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.
5. Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau berlanjut.
6. Kaji distensi vena jugularis.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet rendah garam.
8. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik
1. Pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi odema.
2. Mengetahui peningkatan berat badan yang berlebih
3. Menjaga peningkatan vital sign berlebih. 4. Kesesuaian dalam pemberian informasi
dapat mengurangi tingkat kecemasan. 5. Menghindari edema anasarka. Krena
cairan yang tidakmampu keluar.
6. Pembesaran vena jugularis merupakan tanda dari pembengkakan dri jantung. 7. Diet rendah garam akan memngurangi
asupan Na dalam tubuh.
8. Pemberian diuretik akan mengurangi cairan yang tertimbun di tubuh melalui urine.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang Kriteria Hasil :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
1. tingkat kecemasan ibu
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
3. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
4. Beri support system pada ibu
1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptive.
3. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif 4. ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
e. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit. Klien tidak cemas.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang tanda dan gejala yang mengindentifikasi kondisi yang memburuk.
2. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diit klien dengan kemungkinan atau pre-eklamsia ringan.
3. Pertahankan agar klien dapat informasi tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan kesejahteraan janin.
1. Pemberian informasi dapat mencegah komplikasi
2. Kliaen dapat mempertahankan konsumsi protein yang adekuat 3. Informasi yang diperoleh akan
mempertahankan status kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 – 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen.
Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.
Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan