1
TINJAUAN AKSESIBILITAS DAN SIRKULASI BAGI
PENYANDANG DISABILITAS DI STASIUN BOGOR
REVIEW OF ACCESSIBILITY AND CIRCULATION FOR PEOPLE
WITH DISABILITIES IN BOGOR STATION
layak bagi penyandang disabilitas.
Kata Kunci: Stasiun Bogor, Disabilitas, Aksesibilitas.
ABSTRACK
The station is one part of the city transportation system network which has an important role for community mobility. Persons with disabilities are one group of Train Station users who need attention because of the lack of accessible facilities that do not meet the standards set by the government for persons with disabilities. This study aims to observe and compare the accessibility elements of station facilities based on government regulations. The object under review is persons with disabilities as users of facilities within the Bogor Station. It is intended to review station facilities that are suitable for persons with disabilities.
Keywords: Bogor Station, Disability, Accessibility.
1.
Winny Oktavianty, 2. Lilik Setiawan HP., ST., MT.Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma Jalan Akses UI, Kelapa Dua, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451
email penulis: fyratlape@gmail.com
ABSTRAK
Stasiun merupakan salah satu bagian dari jaringan sistem transportasi kota yang mempunyai peran penting bagi mobilitas masyarakat. Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok pengguna Stasiun Kereta yang perlu diperhatikan karena minimnya fasilitas yang aksesibel dan tidak sesuai standar yang ditetapkan pemerintah bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi dan mengomparasikan elemen aksesibilitas pada fasilitas stasiun berdasarkan ketentuan pemerintah. Objek yang ditinjau adalah penyandang disabilitas sebagai pengguna fasilitas di dalam Stasiun Bogor. Hal ini ditujukan untuk meninjau fasilitas stasiun yang
2
PENDAHULUAN
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api yang merupakan prasarana angkutan yang berfungsi sebagai pelayanan publik, berupa tempat kendaraan umum menaikkan dan menurunkan penumpang dan/atau barang, bongkar muat barang, tempat perpindahan penumpang antar moda transportasi yang terjadi akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang untuk efisiensi transportasi. Keberadaan fasilitas publik tersebut seharusnya dapat menjangkau berbagai kondisi pengunjung, baik yang normal maupun disabilitas. Pentingnya aksesibilitas yang baik bagi penyandang disabilitas dalam menjalankan kegiatan sehari-hari merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah bangunan, karena hal tersebut adalah penentu bagi kemudahan dan kenyamaman mobilitas penyandang disabilitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemudahan dan kenyamanan penyandang disabilitas dalam mengakses Stasiun Besar Bogor dengan memperhatikan aspek kenyamanan, kemudahan dan efisiensi.
Undang-undang no. 22 tahun 2009 menyebutkan bahwa stasiun adalah pangkalan merupakan komponen penting dalam sistem transportasi yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang atau barang, serta perpindahan dari satu moda ke moda angkutan lain. Berdasarkan makalah yang disajikan oleh DR. Didi Tarsidi berjudul Aksesibilitas lingkungan fisik bagi penyandang cacat (2008), terdapat beberapa hambatan arsitektural yang seringkali mengakibatkan keterbatasan pergerakan bagi penyandang disabilitas pada bangunan publik. Hambatan tersebut terbagi menjadi 2 kategori umum, yaitu kecacatan fisik, dan kecacatan sensori. Kecacatan fisik mencakup pada mereka dengan keterbatasan pergerakan, yaitu tuna daksa pengguna kursi roda dan pengguna kruk. jenis penyandang disabilitas yang termasuk ke dalam kecacatan sensori meliputi tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara.
Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai suatu lokasi berinteraksi satu sama lain (Black, 1981). Dalam hal ini yang dimaksud adalah alur sirkulasi yang memudahkan pergerakan baik orang maupun kendaraan, dalam suatu bangunan publik ataupun lingkungan. Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan kesetaraan hak antara penyandang cacat dan masyarakat normal, agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Sehingga tidak ada lagi penghambat bagi kaum difabel dalam melakukan aktivitas.
METODE PENELITIAN
Penelitian Penyediaan Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas pada Stasiun Bogor merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode observasi dan komparasi. Metode pengumpulan data primer yang pertama dilakukan yaitu melakukan observasi langsung. Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Hasil observasi berupa kondisi eksisting tapak, pola sirkulasi dan aksesibilitas. Kondisi eksisting tapak terhadap disabilitas ditemukan melalui observasi pada subjek penelitian yaitu Stasiun Bogor. Observasi penelitian ini dilakukan secara terlibat, observasi terlibat adalah jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran peneliti tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan yang bersangkutan dan tidak
3 menyembunyikan diri (Bachtiar dalam Sugiyono, 2006:118-120). Alat yang digunakan untuk observasi ini adalah alat tulis, kamera. Hasil dari observasi ini adalah penemuan titik-titik hambatan yang menyulitkan penyandang disabilitas untuk bermobilitas di dalam Stasiun Stasiun Bogor.
Selanjutnya, penelitian dilakukan dengan metode komparasi. Komparasi adalah suatu metode yang digunakan untuk membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru. Titik hambatan yang ada diteliti lalu dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Alat yang digunakan untuk metode komparasi adalah alat tulis, alat ukur dan data standar minimal fasilitas penunjang bagi penyandang disabilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum
Stasiun Bogor merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Cibogor, Bogor Tengah, Bogor. Stasiun yang terletak pada ketinggian +246 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun yang dibangun pada tahun 1881 ini menjadi stasiun terminus untuk perjalanan KRL Commuter Line yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Angke, Stasiun Kampung Bandan, dan Stasiun Jatinegara. Stasiun Bogor memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 3 sebagai sepur lurus jalur ganda arah Jakarta Kota-Manggarai dan juga jalur tunggal arah Cianjur-Padalarang serta jalur 5 sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Manggarai-Jakarta Kota.
Sebagai stasiun dengan kelas Besar tipe A, Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi stasiun untuk kelas besar sejumlah angka kredit lebih dari 70 dengan dilakukan berdasarkan kriteria:
a. fasilitas operasi; b. jumlah jalur; c. fasilitas penunjang; d. frekuensi lalu lintas; e. jumlah penumpang; dan f. jumlah barang.
Banyaknya pengguna di stasiun bogor menuntut fasilitas yang memadai, tidak hanya untuk pengguna biasa namun juga penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok pengguna stasiun yang perlu diperhatikan, karena minimnya fasilitas tidak sesuai standar yang ditetapkan pemerintah bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi elemen aksesibilitas pada fasilitas terminal berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua pendeketan melalui Analisa sistem dan aspek teknis. Analisa sistem dilakukan dengan cara melakukan observasi kegiatan yang dilakukan pengguna dari mulai mengakses pintu masuk hingga masuk ke dalam kereta lalu membandingkannya dengan standar teknis yang sudah ditetapkan.
Alur Kegiatan di dalam Stasiun
Kegiatan yang dilakukan di dalam stasiun dibagi menjadi dua aktivitas umum yaitu, keberangkatan dan kepulangan.
4 a. Mengakses masuk menuju pembelian tiket
b. Menuju peron
c. Di area peron dan menaiki kereta Kepulangan meliputi kegiatan, antara lain:
a. Turun dari kereta dan berjalan di area peron b. menuju tempat refund tiket
c. mengakses pintu keluar Pembahasan Analisa
Gambar 4.1. Siteplan Stasiun Bogor
Sumber: Data pribadi, 2020
Berikut adalah siteplan stasiun bogor yang digunakan untuk dijadikan patokan penggambaran sirkulasi dan aksesibilitas penyandang disabilitas serta titik hambatannya. a. Akses keluar dan masuk dan menuju Ticket Vending Machine
Gambar 4.2. Akses masuk stasiun Bogor
5 Terdapat 2 akses masuk menuju stasiun Bogor, pertama melalui JPO dan akses masuk yang berada sejajar di jalan Mayor Oking. Pewarnaan merah pada sirkulasi dan lambang tanda seru menandakan titik hambatan yang ada. JPO tidak memiliki ramp untuk penyandang disabilitas dan akses masuk di jalan Mayor Oking tidak memiliki guide block di area yang diberi warna merah.
Gambar 4.3. akses masuk melalui JPO
Sumber: Data pribadi, 2020
Gambar 4.4. Akses masuk di Jalan Mayor Oking
Sumber: Data pribadi, 2020
Tabel 4.1. Variabel fasilitas penunjang penyandang disabilitas di akses masuk
Sumber: Analisa pribadi
No Variabel Ada Ada tapi tidak sesuai
standar
Tidak ada
1 Ramp v
6 b. Menuju Peron
Gambar 4.5. sirkulasi menuju peron
Sumber: Data pribadi, 2020
Gambar 4.6. tangga dan ramp di dekat gate
7 Sirkulasi dari ticket vending machine menuju peron, pada bagian gate terdapat tangga yang memiliki ramp, serta guiding block sepanjang jalan sirkulasi hingga area yang diberi warna merah sebelum peron 1, 2 dan 3.
Gambar 4.7. area sirkulasi yang tidak memiliki guiding block
Sumber: Data pribadi, 2020
Tabel 4.2. Variabel fasilitas penunjang penyandang disabilitas di area menuju peron
No Variabel Ada Ada tapi tidak
sesuai standar Tidak ada 1 Ramp v 2 Railing pada ramp v 3 Guide Block v
Sumber: Analisa Pribadi
Guiding Block di area ini tidak tersebar secara merata, hanya ada di beberapa tempat tertentu, namun terputus di area dekat peron 1, 2 dan 3.
8 c. Area Peron hingga menaiki kereta
Gambar 4.8. area peron
Sumber: Data pribadi, 2020
Keseluruhan area peron memiliki guiding block yang tidak merata, sebagian telah hilang atau terlepas dari tempatnya, posisi guiding line juga tidak sesuai dengan fungsi yang seharusnya.
Gambar 4.9. Guiding Block pada peron
9 Gambar 4.10. Tipe Guiding Block yang tidak sesuai dengan fungsi
Sumber: Data pribadi, 2020
Gambar 4.11. Peron 2
10 Pada peron 2 yang memiliki 2 jalur kereta di 2 sisinya, memiliki lebar 2,2 meter dan tidak sesuai dengan standar lebar peron yang ditetapkan sehingga tidak dapat dilalui oleh 2 pengguna kursi roda disaat yang bersamaan. Juga tidak memiliki safe line.
Tabel 4.3. Variabel fasilitas penunjang penyandang disabilitas di area peron
No Variabel Ada dan
sesuai standar
Ada tapi tidak sesuai standar Tidak ada Peron 1 1 Ramp v 2 Guide Block v 3 Yellow Safe Line v 4 Dimensi Peron v Peron 2 1 Ramp v 2 Guide Block v 3 Yellow Safe Line v 4 Dimensi Peron v Peron 3 1 Ramp v 2 Guide Block v 3 Yellow Safe Line v 4 Dimensi Peron v Peron 4 1 Ramp v 2 Guide Block v 3 Yellow Safe Line v 4 Dimensi Peron v
11 d. Dari peron menuju loket refund
Gambar 4.12. sirkulasi dari peron ke arah loket refund
Sumber: Data pribadi, 2020
Selain pada bagian dekat peron yang tidak memiliki guiding block, guiding block di area gate juga tidak dipasang ke arah loket refund, semuanya mengarah kepada sirkulasi pintu keluar stasiun.
Gambar 4.13. guiding block yang mengarah pada akses keluar
12
KESIMPULAN
Beberapa fasilitas di stasiun Bogor masih kurang memenuhi standar minimal fasilitas aksesibilitas dan sirkulasi untuk penyandang disabilitas, terutama persebaran dan kondisi guiding block yang banyak terputus dan tipe yang tidak sesuai dengan fungsinya, juga kendala akses masuk bagi penyandang tuna netra karena tidak adanya guiding block pada akses masuk di Jalan Mayor Oking, lalu dimensi peron yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan tidak adanya safe line di jalur 2.
Pembangunan fasilitas publik harus mementingkan kebutuhan penggunanya terutama bagi penyandang disabilitas, agar semua warga dapat mudah mengakses fasilitas pelayanan publik tanpa harus kesulitan menggunakannya, menjaga fasilitas publik juga perlu dilakukan agar tidak terlalu sering melakukan rehabilitasi dan renovasi yang memakan biaya yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Saloka, Triadi Mustikawati, dan Rinawati P. Handajani. Fasilitas Aksesbilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang. Univesitas Brawijaya.
Black, John, 1981. Urban Transport, Planning Theory and Practise, London.
Pemerintah Indonesia, 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 69 Tahun 1998 (69/1998) tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api. Jakarta: Menteri Perhubungan. Pemerintah Indonesia, 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Menteri Perkerjaan Umum.
Pemerintah Indonesia, 2011. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Jakarta: Menteri Perhubungan. Tarsidi, Didi. 2008. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Bagi Penyandang Cacat. Universitas