• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEKATUL BERAS MERAH DALAM SISTEM PANGAN ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RED RICE BRAN EXTRACT ON FOOD SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEKATUL BERAS MERAH DALAM SISTEM PANGAN ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RED RICE BRAN EXTRACT ON FOOD SYSTEM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEKATUL BERAS MERAH DALAM SISTEM PANGAN

ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RED RICE BRAN EXTRACT ON FOOD SYSTEM

I Wayan Rai Widarta1), I Gusti Putu Tengah1), I Ketut Suter1), I Wayan Arnata2) 1)Staf Pengajar Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud

Email: rai_widarta@yahoo.com

Abstrak

Bekatul merupakan limbah penggilingan padi yang mengandung komponen bioaktif yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode ekstraksi komponen bioaktif yang tepat sehingga menghasilkan aktivitas antioksidan yang tinggi dan mendapatkan sistem pangan yang tepat untuk aplikasinya. Pada penelitian tahap I dilakukan ekstraksi komponen bioaktif pada bekatul beras merah pada konsentrasi etanol yang berbeda (48%, 60%, 78% dan 96%). Hasil terbaik pada tahap ini digunakan pada penelitian tahap II yaitu ekstraksi dengan pelarut etanol dengan dan tanpa pengasaman serta waktu maserasi yang berbeda (6, 12, 18, 24, 30 dan 36 jam). Ekstrak terpilih hasil penelitian ini, selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya pada sistem pangan (aqoeus dan minyak). Parameter yang diamati meliputi: total fenolik, total antosianin, aktivitas antioksidan dan IC50. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya dan dilakukan uji perbandingan berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bekatul beras merah dengan pelarut etanol 96% dalam waktu ekstraksi optimum 30 jam dengan pelarut yang diasamkan menghasilkan total antosianin, total fenolik dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi yaitu 106,90 mg/100 g bekatul, 4,30 mg/100 g bekatul, dan 88,07% dengan nilai IC50 sebesar 0,51%. Sistem pangan yang tepat digunakan untuk aplikasi ekstrak bekatul beras merah adalah dalam sistem aqoeus.

Kata kunci : aktivitas antioksidan, bekatul beras merah, ekstraksi, sistem pangan

Abstract

Bran is a rice mill waste containing high bioactive components. This study aimed to obtain bioactive components extraction method and get the right food system that is appropriate for the application. In the first step, extraction was carried out by different concentrations of ethanol (48%, 60%, 78% and 96%). The best results at this study are used in optimize extraction by ethanol solvent with and without acidification and different maceration times (6, 12, 18, 24, 30 and 36 hours). Futhermore, the antioxidant activity of the extract was tested in the food system (aqoeus and oil). The results showed that ethanol 96% was the most effective extractant under the optimized conditions of acidified solvent and a time of extraction of 30 h. The yields of total anthocyanins, total phenolics and antioxidant activity was of 106.90 mg/100 g of bran, 4.30 mg / 100 g rice bran, and 88.07%

(2)

with IC50 values was 0.51%. Proper food system used for the application of red rice bran

extract is in aqoeus system.

Keyword: antioxidant, extraction, food system, red rice bran

PENDAHULUAN

Proses penggilingan padi dengan kadar air 14% akan menghasilkan rendemen beras 57-60%, sekam 18-20%, dan bekatul 8-10%. Bekatul merupakan limbah proses penggilingan padi yang jarang dimanfaatkan sebagai produk makanan oleh masyarakat, padahal potensinya sangat besar apabila dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekatul mengandung komponen bioaktif yang tinggi seperti antioksidan senyawa fenolik (Wiboonsirikul et al. 2007). Sompong et al. (2010) melaporkan bahwa beras merah yang diperoleh di China, Thailand dan Sri Lanka mengandung senyawa polifenol dan antosianin yang berbeda-beda tergantung tempat tumbuhnya yang juga dapat berperan sebagai antioksidan yang baik. Menurut Rattanachitthawat et al. (2010) pigmen merah pada beras merah dapat berperan dalam pencegahan stres oksidatif pada tikus percobaan. Oleh karena itu, penelitian untuk mendapatkan komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan pada bekatul beras merah perlu dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut bekatul beras merah sebagai pangan fungsional.

Penelitian yang berkembang saat ini lebih banyak menggali komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan pada berasnya (Sompong et al. 2010). Komposisi komponen bioaktif pada bekatul berbeda-beda tergantung pada tempat tumbuh dan salinitas lahan pertanian (Daiponmak et al. 2010). Untuk mendapatkan ekstrak komponen bioaktif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya metode ekstraksi, jenis/polaritas pelarut, pH, waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan dengan pelarut (Hismath et al. 2011).

Menurut deMan (1997), penambahan asam sebagai pelarut tidak selalu diperlukan. Metode ekstraksi yang digunakan untuk analisis kuantitatif harus diperiksa secara menyeluruh pada tanaman dan jenis pigmen tertentu. Jika terdapat gugus asil pada antosianin misalnya di dalam kubis ungu, maka penggunaan asam sebagai campuran pelarut harus dihindarkan. Hal ini disebabkan ikatan asil ini mudah terhidrolisis. Oleh karena antosianin pada bekatul yang digunakan dalam penelitian ini belum diketahui

(3)

mengandung gugus asil atau tidak maka dilakukan tahapan penelitian mengenai pengaruh pelarut etanol yang diasamkan dan tidak diasamkan terhadap komposisi komponen bioaktif khususnya total antosianin dan total fenolik dalam ekstrak bekatul.

Selain metode yang tepat, faktor lain yang juga penting adalah kestabilan ekstrak yang diperoleh karena aplikasinya pada produk pangan membutuhkan stabilitas dan sifat kelarutan yang baik. Dalam aplikasinya, aktivitas antioksidan juga dipengaruhi oleh sistem pangan yang merupakan medium bagi antioksidan tersebut (Tensiska et al. 2003). Oleh karena itu, pengujian aktivitas antioksidan dalam sistem pangan perlu dilakukan sehingga diperoleh sistem pangan yang paling tepat untuk aplikasi ekstrak bekatul beras merah sebagai indgridien pangan fungsional.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah bekatul (dedak halus) dari varietas beras merah cendana dan beras putih bali yang diperoleh dari pabrik penyosohan beras di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Bekatul yang telah diayak dengan ayakan 60 mesh, etanol 95%, standar asam galat, DPPH, reagen Folin-Ciocalteu, HCl, etanol pa, sodium karbonat, aquades, buffer potasium klorida (pH 1), buffer sodium asetat (pH 4,5).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahapan penelitian pertama adalah penentuan konsentrasi etanol yang tepat sehingga dihasilkan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah yang tertinggi. Konsentrasi etanol yang digunakan adalah 42%, 60%, 78%, dan 96%. Parameter yang diamati adalah aktivitas antioksidan (Sompong

et al. 2011). Hasil terbaik dari penelitian tahap I digunakan dalam penelitian tahap II.

Penelitian tahap kedua adalah penentuan waktu ekstraksi komponen bioaktif bekatul beras merah dengan pelarut etanol yang diasamkan dan tanpa pengasaman. Sebanyak 20 g bekatul beras merah dilarutkan dengan pelarut etanol (untuk perlakuan dengan pengasaman, pelarut etanol diasamkan dengan HCl 37% sampai pH 1). Perbandingan bahan dengan pelarut adalah 1 : 6 b/v kemudian di shaker merk Eyela sesuai perlakuan (6, 12, 18, 24, 30 dan 36 jam) pada suhu kamar. Selanjutnya disaring

(4)

dengan kertas saring whatman no 1. Filtrat yang diperoleh di pekatkan dalam rotari evaporator vakum merk IKA pada suhu 30oC.

Penelitian tahap kedua ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Faktor pertama adalah keasaman pelarut (A) dan yang kedua adalah waktu maserasi (B).

Faktor pertama terdiri dari dua taraf yaitu : A1 = Etanol tanpa pengasaman A2 = Etanol dengan pengasaman (pH 1) Faktor kedua terdiri dari tiga taraf yaitu :

W1 = waktu maserasi 6 jam W2 = waktu maserasi 12 jam W3 = waktu maserasi 18 jam W4 = waktu maserasi 24 jam W5 = waktu maserasi 30 jam W6 = waktu maserasi 36 jam

Seluruh perlakuan tahap diulang sebanyak dua kali sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila terdapat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati, maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). Parameter yang diamati meliputi : Total fenol dianalisis dengan metode Folin–Ciocalteau (Garcia et al. 2007), penentuan kadar total antosianin dengan metode pH differential (Giusti dan Wrolstad 2001), penentuan aktivitas antioksidan dengan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) (Sompong et al. 2011), dan Pengukuran IC50 (Pourmorad et al. 2006). Hasil terbaik penelitian tahap kedua digunakan untuk penelitian tahap ketiga.

Penelitian tahap ketiga adalah pengujian aktivitas antioksidan ekstrak bekatul terbaik hasil penelitian tahap kedua pada sistem pangan (sistem aqueos dan minyak). Aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah dalam sistem aqueos (Skerget et al. 2005). Larutan β-karoten dibuat dengan melarutkan 2,0 mg β-karoten dalam 10 ml Chloroform. Sebanyak 1 ml larutan tersebut dipipet ke dalam erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 20 ml asam linoleat, 0,2 ml Tween 20, 2 mgl ekstrak antioksidan, dan 50 ml air destilasi yang sudah diaerasi dengan oksigen selama 15 menit. Campuran kemudian dikocok hingga terbentuk campuran yang homogen selanjutnya disimpan selama 2 jam

(5)

pada suhu 50oC. Segera emulsi ditambahkan pada masing-masing tabung dan absorbansi pada waktu 0 menit dibaca pada panjang gelombang 470 nm yang merupakan panjang gelombang β-karoten. Absorbansi berikutnya segera dibaca setelah sampel disimpan pada penangas air suhu 50oC selama 120 menit. Aktivitas antioksidan sampel (s) dihitung sebagai persen penghambatan oksidasi terhadap kontrol (k).

% aktivitas antioksidan dalam sistem =

      − − ) k -k ( ) s s ( 1 100 120 0 120 0 A A A A x ; dimana : As adalah absorbansi sampel pada waktu t= 0 menit dan t=120 menit, sedangkan Ak adalah absorbansi kontrol pada waktu t=0 menit dan t=120 menit.

Aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah dalam sistem minyak (Azizkhani dan Zandi 2010). Aktivitas antioksidan dalam sistem minyak dilakukan dengan uji Rancimat. Sebanyak 200 ppm ekstrak dan 0,5% tween 80 ditambahkan ke dalam minyak kedelai murni. Periode induksi sampel ditentukan dengan rancimat pada suhu 110oC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Konsentrasi Etanol

Hasil penelitian pendahuluan (tahap I) menunjukkan bahwa konsentrasi etanol terbaik yang mampu menghasilkan ekstrak bekatul beras merah dengan aktivitas antioksidan yang tinggi adalah konsentrasi pelarut etanol 96%. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(6)

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi etanol dengan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah

Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah. Hal ini dapat disebabkan oleh polaritas komponen bioaktif pada ekstrak bekatul beras merah yang memberikan aktivitas sebagai antioksidan mirip dengan polaritas etanol 96%. Menurut Franco et al. (2008), polaritas pelarut berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari ekstrak yang dihasilkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh dari pelarut etanol menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak dari pelarut air dan metanol, dimana polaritas pelarut etanol lebih rendah dari metanol dan air.

Kadar Total Antosianin

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan waktu maserasi dan pengasaman pelarut berpengaruh sangat nyata terhadap kadar total antosianin (P<0,01). Nilai rata-rata total antosianin (mg/100g bekatul) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan antara waktu maserasi dengan total antosianin ekstrak bekatul beras merah pada pelarut dengan dan tanpa pengasaman

Gambar 2 menunjukkan bahwa waktu maserasi berpengaruh nyata terhadap kadar total antosianin ekstrak bekatul beras merah. Semakin lama waktu maserasi maka semakin tinggi pula kadar antosianin yang dihasilkan hingga pada waktu tertentu. Begitu pula dengan pengaruh pelarut yang diasamkan, pada waktu maserasi yang sama terlihat bahwa pelarut yang diasamkan menghasilkan total antosianin yang lebih tinggi

(7)

dibandingkan dengan pelarut yang tidak diasamkan. Kadar total antosianin tertinggi diperoleh dengan waktu maserasi 36 jam menggunakan pelarut yang diasamkan yaitu sebesar 109,33 mg/100g bekatul yang tidak berbeda nyata dengan waktu maserasi 18, 24 dan 30 jam yaitu 106,41, 106,70, 106,90 mg/100g bekatul. Kadar total antosianin tertinggi yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda nyata dengan kadar total antosianin yang diperoleh dari bekatul beras ketan hitam yang diekstraksi dengan pelarut metanol yang diasamkan dengan 1% HCl yaitu 116,75 ± 12,84 mg/100g, sedangkan ekstraksi dengan larutan basa menghasilkan rendemen antosianin yang lebih rendah (Hanum 2000). Tananuwong dan Tewaruth (2010) melaporkan bahwa keasaman pelarut memberikan hasil yang lebih besar terhadap kadar total monomer antosianin. Lebih lanjut dilaporkan bahwa pada durasi ekstraksi yang sama, pelarut yang diasamkan menghasilkan total monomer antosianin yang lebih besar dibandingkan pelarut yang tidak diasamkan. Hal ini disebabkan oleh stabilitas antosianin yang lebih tinggi dalam larutan asam.

Kadar total fenolik

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan waktu maserasi dan pengasaman pelarut berpengaruh sangat nyata terhadap kadar total fenolik (P<0,01). Nilai rata-rata total fenolik (mg/100g bekatul) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Hubungan antara waktu maserasi dengan total fenol ekstrak bekatul beras merah pada pelarut dengan dan tanpa pengasaman

Gambar 3 menunjukkan bahwa waktu maserasi berpengaruh nyata terhadap kadar total fenolik ekstrak bekatul beras merah. Semakin lama waktu maserasi maka semakin tinggi pula kadar total fenolik yang dihasilkan hingga pada waktu tertentu.

(8)

Menurut Tananuwong dan Tewaruth (2010), waktu reaksi yang pendek belum menunjukkan reaksi yang sempurna pada ekstraksi senyawa fenolik. Hal serupa juga dilaporkan oleh Devi dan Arumughan (2007) bahwa waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen ekstrak senyawa fitokimia termasuk senyawa fenolik. Pengaruh pelarut yang diasamkan pada waktu maserasi yang sama terlihat bahwa pelarut yang diasamkan menghasilkan total fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut yang tidak diasamkan. Menurut Lestario et al. (2001) diacu dalam Dewi et al. (2007) menyatakan bahwa penggunaan pelarut yang diasamkan dengan HCl disarankan karena HCl dapat mendestruksi sel tumbuhan sehingga senyawa antioksidan yang terdapat dalam sel dapat terekstrak dengan baik. Kadar total fenolik tertinggi diperoleh dengan waktu maserasi 36 jam menggunakan pelarut yang diasamkan yaitu sebesar 4,38 mg/100g bekatul yang tidak berbeda nyata dengan waktu maserasi 18, 24 dan 30 jam yaitu sebesar 4,20, 4,21 dan 4,30 mg/100g bekatul. Kadar total fenolik terendah diperoleh dengan waktu maserasi 6 jam dengan pelarut yang tidak diasamkan yaitu sebesar 1,62 mg/100g bekatul.

Aktivitas Antioksidan

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan waktu maserasi dan pengasaman pelarut berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah (P<0,01). Nilai rata-rata aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hubungan antara waktu maserasi dengan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah pada pelarut dengan dan tanpa pengasaman

(9)

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa waktu maserasi berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah. Semakin lama waktu maserasi maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Begitu pula dengan pengaruh pelarut yang diasamkan, pada waktu maserasi yang sama terlihat bahwa pelarut yang diasamkan menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut yang tidak diasamkan. Aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh dengan waktu maserasi 36 jam menggunakan pelarut yang diasamkan yaitu sebesar 88,10% yang tidak berbeda nyata dengan waktu maserasi 30 jam yaitu sebesar 88,07%. Hal ini dapat disebabkan oleh kadar komponen bioaktif (total antosianin dan fenolik) pada ekstrak bekatul beras merah yang dihasilkan semakin tinggi dengan semakin lamanya waktu maserasi. Hasil analisis regresi linier antara kadar total antosianin dan total fenolik terhadap aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah yang diekstrak dalam pelarut asam menunjukkan koefisien determinasi yang tinggi mendekati 1 dengan persamaan garis y=0,185x+67,64; r2=0,973 dan y=16,80x+20,99; r2=0,931.

Adanya gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatis pada molekul senyawa fenolik dan antosianin memberikan kemampuan mendonorkan proton ke senyawa radikal sehingga dapat berperan sebagai antioksidan (Franco et al. 2008). Aktivitas antioksidan yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan yang diperoleh oleh Damayanthi et al. (2010) yaitu sebesar 83,89% dan lebih lanjut dilaporkan bahwa aktivitas antioksidan jus tomat lebih rendah dibandingkan bekatul yaitu sebesar 60,74%.

Pourmorad et al. (2006) melaporkan bahwa ekstrak M. officinalis yang mengandung senyawa fenolik dan flavonoid paling tinggi menghasilkan aktivitas antioksidan yang tertinggi. Sifat antioksidan yang tinggi disebabkan oleh gugus hidroksil yang ada dalam struktur kimia senyawa fenolik dapat memberikan komponen yang diperlukan sebagai penangkap senyawa radikal. Tananuwong dan Tewaruth (2010) juga melaporkan bahwa ekstrak kasar yang diperoleh dari waktu ekstraksi yang lebih lama cenderung memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar.

IC50

IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang menyebabkan 50% kehilangan aktivitas DPPH yang dihitung dengan regresi linier antara persentase aktivitas antioksidan dengan konsentrasi senyawa yang diuji. Nilai IC50 yang rendah menunjukkan

(10)

bahwa senyawa tersebut memiliki kemampuan menangkap radikal bebas yang tinggi (Riaz

et al. 2012). Berdasarkan persamaan yang diperoleh y = 8,203x + 7,629 maka dapat

ditentukan nilai IC50 ekstrak bekatul beras merah adalah 0,51%.

Aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah dalam sistem aqoeus

Prinsip uji aktivitas antioksidan dengan metode ini adalah sejauh mana proteksi antioksidan yang diuji terhadap oksidasi asam linoleat dan β-karoten akibat pengaruh oksidasi air yang jenuh dengan oksigen dan pemanasan. Metode ini didasarkan pada hilangnya warna kuning β-karoten akibat bereaksi dengan radikal yang terbentuk melalui oksidasi asam linoleat dalam emulsi. Laju pemucatan β-karoten dapat dihambat dengan adanya antioksidan (Almeida et al. 2011). Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan bahwa ekstrak bekatul beras merah memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dalam sistem aqoeus dibandingkan dengan BHT. Hal serupa juga dilaporkan oleh Almeida et al. (2011) bahwa BHT memiliki aktivitas antioksidan yang paling kuat dalam sistem β-karoten linoleat dibandingkan dengan BHA, asam askorbat serta ekstrak tanaman A. dolichocarpa dan D. chrysocarpa.

Aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras merah dalam sistem minyak

Aktivitas antioksidan dalam sistem minyak diuji dengan menggunakan alat Rancimat. Medium yang digunakan adalah minyak kedelai murni. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya aliran udara dan panas. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan waktu induksi (Tensiska et al. 2003). Standar yang digunakan adalah tokoferol, asam sitrat dan BHT. Hasil uji Rancimat dapat dilihat pada Gambar 6.

(11)

Gambar 6 Periode induksi masing-masing jenis antioksidan dan kombinasinya pada sistem minyak

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa ekstrak bekatul beras merah tidak menunjukkan aktivitas antioksidan dalam sistem minyak. Periode induksi minyak kedelai yang ditambahkan ekstrak bekatul beras merah bahkan lebih rendah dari kontrol (tanpa antioksidan). Antioksidan BHT menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling tinggi dibandingkan yang lain. Maisuthisakul et al. (2005) juga melaporkan bahwa antioksidan BHT lebih efektif dalam sistem minyak dibandingkan dengan ekstrak Teaw (Cratoxylum

formosum Dyer). Gugus butil tersier BHT efektif dalam menghambat reaksi gugus -OH

aktif melalui steric hindrance dan selanjutnya meningkatkan stabilitas radikal antioksidan serta memperpanjang masa aktif antioksidan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bekatul beras merah terbaik diperoleh dengan menggunakan pelarut etanol 96% dalam kondisi asam dengan waktu maserasi optimum 30 jam. Pada kondisi tersebut dihasilkan total antosianin, total fenolik dan aktivitas antioksidan yang paling tinggi yaitu 106,90 mg/100g bekatul, 4,30 mg/100 g bekatul, dan 88,07% dengan nilai IC50 sebesar 0,51%. Berdasarkan hasil pengujian ekstrak bekatul beras merah dalam dua sistem pangan yang berbeda (aqueos dan minyak) dapat disimpulkan bahwa ekstrak bekatul beras merah lebih tepat diaplikasikan dalam sistem aqueos dibandingkan sistem minyak.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Almeida JRGDS, Oliveira MRD, Guimarães AL, Oliveira APD, Ribeiro LADA, Lúcio ASSC, Júnior LJQ. 2011. Phenolic quantification and antioxidant activity of Anaxagorea

dolichocarpa and duguetia chrysocarpa (Annonaceae). Int J Pharma and Bio Sci

2(4): P367-P374

Azizkhani M dan Zandi P. 2010. Effects of some natural antioxidant mixtures on margarine stability. Pak J Agri Sci 47(3): 251-257

Daiponmak W, Theerakulpisut P, Thanonkao P, Vanavichit A, Prathepha P. 2010. Changes of anthocyanin cyanidin-3-glucoside content and antioxidant activity in Thai rice varieties under salinity stress. Science Asia 36: 286–291

Damayanthi E, Kustiyah L, Khalid M, Farizal H. 2010. Aktivitas antioksidan bekatul lebih tinggi daripada jus tomat dan penurunan aktivitas antioksidan serum darah setelah intervensi minuman kaya antioksidan. Jurnal Gizi dan Pangan 5(3): 205–210

deMan JM. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB, Bandung

Devi RR, Arumughan C. 2006. Phytochemical characterization of defatted rice bran and optimization of a process for their extraction and enrichment. Bioresource Technol 98: 3037-3043. DOI:10.1016/j.biortech.2006.10.009

Dewi JR, Estiasih T, Murtini ES. 2007. Aktivitas antioksidan dedak sorgum lokal varietas coklat (sorghum bicolor) hasil ekstraksi berbagai pelarut. J Teknologi Pertanian. Vol 8 (3):184-192

Franco D, Sineiro J, Rubilar M, Sánchez M, Jerez M, Pinelo M, Costoya N, Núñez MJ. 2008. Polyphenols from plant materials: extraction and Antioxidant power. Electron J Env Agric Food Chem. 7 (8) :3210-3216

Garcia CA, Gavino G, Mosqueda MB, Hevia P, Gavino VC. 2007. Correlation of tocopherol, tokotrienol, γ-oryzanol and total polyphenol content in rice bran with different antioxidant capacity assays. J Food Chem. 102 : 1228–1232. DOI:10.1016/j.foodchem.2006.07.012

Giusti MM dan Wrolstad RE. 2001. Unit F1.2: Anthocynins. Characterization and Measurement with UV-visible Spectroscopy. In “Current Protocols in Food Analytical Chemistry”. pp. 1-13. Wrolstad, R.E., ed. John Wiley and Sons. New York, USA.

Hanum T. 2000. Ekstraksi dan stabilitas zat pewarna dari katul beras ketan hitam (Oryza

sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri Pangan Vol XI. No. 1, 2000

Hismath I, Wan Aida WM, Ho CW. 2011. Optimization of extraction conditions for phenolic compounds from neem (Azadirachta indica) leaves. Int Food Res J 18(3): 931-939

(13)

Maisuthisakul P, Pongsawatmanit R, Gordon MH. 2005. Antioxidant properties of Teaw (Cratoxylum formosum Dryer) extract in soybean oil and emulsions. Kasetsart University, Thailand

Pourmorad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicinal plants. Afr J Biotechnol Vol. 5 (11): 1142-1145

Rattanachitthawat S, Suwannalert P, Riengrojpitak S, Chaiyasut C, Pantuwatana S. 2010. Phenolic content and antioxidant activities in red unpolished Thai rice prevents oxidative stress in rats. J Med Plants Res 4(9): 796-801. Doi: 10.5897/JMPR10.067

Riaz T, Abbasi MA, Rehman A, Shahzadi T, Ajaib M, Khan KM. 2012. Phytochemical screening, free radical scavenging, antioxidant activity and phenolic content of

Dodonaea viscose Jacq. J Serb Chem Soc. 77 (4):423–435. Doi:

10.2298/JSC110621183R

Skerget M, Kotnik P, Hadolin M, Hras AR, Simonic M, Knez Z. 2005. Phenols, proanthocyanidins, flavones and flavonols in some plant materials and their antioxidant activities. Food Chem 89:191–198. Doi:10.1016/j.foodchem.2004.02.025

Sompong R, Siebenhandl-Ehn S, Linsberger-Martin G, Berghofer E.2011. Physicochemical and antioxidative properties of red and black rice varieties from Thailand, China and Sri Lanka. J Food Chem. 124 (2011) 132–140. Doi:10.1016/j.foodchem.2010.05.115

Tananuwong K danTewaruth W. 2010. Extraction and application of antioxidants from black glutinous rice. J Food Sci and Tech. 43 : 476–481. DOI:10.1016/j.lwt.2009.09.014

Tensiska, Wijaya CH, Andarwulan N. 2003. Aktivitas antioksidan ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum achantopodium DC) dalam beberapa sistem pangan dan kestabilan aktivitasnya terhadap kondisi suhu dan pH. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. Vol. XIV (1): 29-39

Wiboonsirikul J, Kimura Y, Kadota M, Morita H, Tsuno T, Adachi S. 2007. Properties of Extracts from Defatted Rice Bran by Its Subcritical Water Treatment. JAgric Food Chem55: 8759–8765. DOI:10.1021/jf072041l

Gambar

Gambar  1  Hubungan  antara  konsentrasi  etanol  dengan  aktivitas  antioksidan  ekstrak  bekatul beras merah
Gambar  3  Hubungan  antara  waktu  maserasi  dengan  total  fenol  ekstrak  bekatul  beras  merah pada pelarut dengan dan tanpa pengasaman
Gambar 4 Hubungan antara waktu maserasi dengan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul  beras merah pada pelarut dengan dan tanpa pengasaman
Gambar  5  menunjukkan  bahwa  ekstrak  bekatul  beras  merah  memiliki  aktivitas  antioksidan  yang  lebih  rendah  dalam  sistem  aqoeus  dibandingkan  dengan  BHT
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam metode ini, sampel ditumbuk halus dan ditempatkan dalam kantong berpori atau thimble yang terbuat dari kaca yang kuat, ditempatkan dalam ruang dari alat sokhlet,

Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada rotor yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi angin memanfaatkan gaya drag

Berdasarkan latar belakang tersebut, tim peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimana personal branding yang dilakukan Diana Rikasari melalui blog-nya pada awal

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Populasi

Siapkan alat dan bahan yang telah kamu bawa hari ini untuk percobaan membuat rangkaian lampu seri sederhana?. Amati kembali gambar rangkaian seri

Dengan melihat potensi bahan pangan altenatif di Indonesia cukup besar dan beragam serta memiliki manfaat yang sangat banyak, membuat tepung sorgum sangat

Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara MA nomor : 1097K/Pdt/2013 adalah karena Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak terdapat bukti yang sah dan kuat dari bukti-bukti

Nilai kelengkapan informasi mendapatkan nilai yang tertinggi karena fasilitas/ fitur yang tersedia pada aplikasi SAKPOLE sudah lengkap dalam membantu