• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam percaturan politik dunia. Timur Tengah telah diakui sebagai kekuatan politik, ekonomi, dan militer. Timur Tengah juga memiliki potensi perekonomian yang besar terutama minyak, seperti yang diketahui minyak merupakan bahan bakar utama dan bahan mentah yang sangat diperlukan dalam peradaban industrial kontemporer.1 Oleh karena itu, potensi tersebut menjadi pusat perhatian negara-negara Barat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Negara-negara Barat menempatkan posisinya untuk saling memperluas pengaruh di wilayah ini. Namun, Timur Tengah sangat rentan dengan konflik karena wilayah ini bukanlah suatu kesatuan yang bulat, melainkan terdiri dari berbagai negara yang kerap kali berselisih satu sama lain baik perbedaan identitas maupun perbedaan sikap terhadap negara-negara Barat.2 Kondisi ini juga disebabkan adanya keterlibatan pihak asing yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Terbukti bahwa banyaknya keterlibatan pihak asing dalam berbagai konflik di Timur Tengah, seperti konflik di Iran, Suriah, dan Mesir. Situasi ini dijadikan titik celah bagi negara-negara Barat untuk memanfaatkan wilayah ini.

Saat ini, Timur Tengah sedang dilanda gejolak Arab Spring. Gejolak ini menimbulkan sebagian pemimpin turun dari kekuasaan dikarenakan kedikatorannya. Sistem pemerintah yang otoriter telah membendung kebebasan rakyat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidakpuasan

(2)

commit to user

2

dari mereka. Situasi tersebut bersamaan dengan adanya gejolak Arab Spring sehingga peristiwa ini dijadikan momentum yang tepat bagi rakyat untuk menggulingkan para pemimpinnya. Penggulingan tidak hanya dilakukan oleh warga sipil, melainkan didukung oleh pihak asing. Berkaitan dengan itu, ketika rakyat menginginkan negaranya menjadi demokrasi, apakah negara tersebut dapat lebih sejahtera ataupun sebaliknya?. Demokrasi tidak hanya berdasarkan pada kebebasan melainkan kesepahaman dari berbagai pendapat dalam membentuk suatu kesepakatan bersama. Faktanya, gejolak Arab Spring tidak hanya karena keinginan rakyat untuk dapat hidup lebih sejahtera, melainkan adanya kepentingan dari pihak-pihak tertentu.

Revolusi yang terjadi masa Hosni Mubarak tidak terlepas dari gelombang

Arab Spring di Tunisia. Gelombang Arab Spring yang bermula terjadi di Tunisia

telah menjalar sampai ke Mesir. Protes rakyat Tunisa telah mengakhiri kekuasaan Presiden Zine El Abidine Ben Ali sebagai Presiden yang otoriter dan korup. Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang telah berkuasa sejak tahun 1978, akhirnya berhasil digulingkan oleh rakyatnya sendiri.3 Kondisi ini menjadi acuan bagi rakyat Mesir untuk menumbangkan Husni Mubarak (Hosni Mubarak) yang telah berkuasa selama 30 tahun. Kudeta tersebut akhirnya membuat negara-negara di Timur Tengah menjadi goyah dikarenakan Mesir secara tradisional menjadi poros dunia Arab. Sehingga ketika pusatnya goyah, maka daerah pinggiran pun akan ikut goyah.

Pada masa kepemimpinan Raja Farouk I, Mesir telah melakukan revolusi pada 23 Juli 1952 dengan menggantikan sistem Kerajaan menjadi Republik.4

(3)

commit to user

3

Sistem pemerintahan Mesir secara berturut-turut dikuasai oleh pihak militer dari masa kepemimpinan Jenderal Muhammad Naguib, Jenderal Gamal Abdel Nasser, Jenderal Anwar Sadat, dan Jenderal Hosni Mubarak.5 Mereka memimpin Mesir dengan sistem pemerintahan yang sentralistik dan pemusatan kekuasaan berada pada tangan kepala negara6. Pemerintahan yang sentralistik dan otoriter membuat rakyat Mesir lebih memilih untuk mendirikan negara demokrasi. Pada 11 Februari 2011, Hosni Mubarak yang berusia 83 tahun mundur dari jabatan Presiden Mesir dan kekuasaan dikendalikan oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (Supreme Council of the Armed Force/ SCAF).7 Penggulingan yang berlangsung dengan demonstrasi besar-besaran oleh rakyat di Kairo dan beberapa kota lain selama 18 hari, akhirnya berhasil mengulingkan Hosni Mubarak. Setelah penggulingan Hosni Mubarak, Mesir memulai transisi demokrasi dengan dilaksanakannya pemilu yang paling demokratis di Mesir. Hasil pemilihan umum dimenangkan oleh Muhammad Mursi (Mohamed Morsi) dengan meraih 51,73% suara.8 Muhammad Mursi merupakan calon Presiden dari Partai Kebebasan dan Keadilan (Hizbul Hurriyah

wal ‘Adalah) yang termasuk partai bentukan dari kelompok Ikhwanul Muslimin.

Meskipun demikian, pemilihan presiden telah dilakukan secara demokratis tetap menimbulkan konflik ketika Muhammad Mursi menerapkan Dekrit Presiden 22 November 2012 yang sampai akhirnya terlaksana referendum rancangan konstitusi.9 Sejak terbitnya dekrit hingga pelaksanaan referendum pada tanggal 15 Desember 2012, berbagai peristiwa telah terjadi di Mesir. Gejolak demonstran kerap terjadi di Mesir, bahkan menimbulkan banyak

(4)

commit to user

4

korban dari warga sipil. Selain itu, kondisi ini telah membentuk rakyat Mesir menjadi dua kubu yaitu: kelompok pendukung dan penentang Muhammad Mursi. Pembentukan kubu-kubu juga dikaitkan antara agama versus liberal-sekuler karena masyarakat menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh Muhammad Mursi merupakan sebuah pengingkaran terhadap semangat revolusi.

Gejolak ini memancing pihak militer untuk bertindak tegas terhadap Muhammad Mursi karena mereka menganggap bahwa dekrit hanya untuk kepentingan Muhammad Mursi. Selanjutnya, militer melakukan aksinya dengan mengeluarkan ulitimatum 48 jam pada 1 Juli 2013 yang dibacakan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah el-Sisi dengan alasan untuk menyelamatkan negara dari krisis politik.10 Pada tanggal 3 Juli 2013, militer berhasil menyingkirkan Muhammad Mursi dan menahannya. Kudeta militer yang terjadi di Mesir telah menjadi pusat perhatian bagi masyarakat Internasional dengan berbagai macam reaksi. Negara Arab Saudi dan Perancis mendukung Abdel Fattah el-Sisi dengan memberikan kesempatan konsep peta jalan penyelesaian krisis di Mesir. Sebaliknya, Inggris tidak mendukung penggulingan Muhammad Mursi. Faktanya, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menegaskan ketidaksetujuan penggunaan intervensi militer dalam persoalan demokrasi dan sengketa politik.11

Berkaitan dengan itu, Amerika Serikat seakan tidak tegas dengan kudeta militer di Mesir. Melihat bahwa Mesir merupakan salah satu sekutu terdekat dan terpenting Amerika Serikat di Timur Tengah. Mesir sebagai pilar kedua

(5)

commit to user

5

Amerika Serikat di Timur Tengah setelah tumbangnya Shah Iran. Sejak zamannya Anwar Sadat yang dilanjutkan oleh Presiden Husni Mubarak, Mesir telah menjadi sekutu strategis Amerika Serikat.12 Sebelumnya, Amerika Serikat memiliki peran terhadap demokratisasi di Mesir. Amerika Serikat memberikan dukungan terhadap pihak oposisi ketika Hosni Mubarak dilengserkan untuk mendirikan negara demokrasi. Amerika Serikat juga turut mendukung pelaksanaan pemilihan umum di Mesir. Terbukti bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang diwakili oleh Hillary Clinton pertama kali hadir di Mesir setelah Muhammad Mursi dilantik untuk mendiskusikan kelanjutan hubungan bilateral Amerika Serikat dan Mesir, serta perjanjian damai Israel dan Mesir.13 Namun, ketika terjadi kudeta militer terhadap Muhammad Mursi, Amerika Serikat tidak mengakui bahwa penggulingan tersebut merupakan sebuah kudeta. Amerika Serikat tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan luar negerinya sebagai negara pejuang demokrasi di seluruh penjuru dunia. Amerika Serikat tidak bertindak tegas kepada militer yang telah merobohkan demokrasi. Faktanya, Muhammad Mursi secara sah terpilih sebagai Presiden dalam pemilihan umum yang demokratis. Kudeta militer juga menyebabkan banyaknya korban dari warga sipil karena telah melakukan tindakan kekerasan dalam menghadapi para demonstran. Kudeta militer tidak hanya ilegal dan melecehkan demokrasi melainkan telah melanggar Hak Asasi Manusia.14 Menurut Kementerian Kesehatan Mesir, menyatakan bahwa jumlah korban yang tewas sebanyak 525 orang dan 3.717 orang mengalami cedera.15 Banyak dari mereka dibunuh oleh pasukan keamanan Mesir dengan menggunakan

(6)

commit to user

6

kekuatan senjata mematikan yang dilarang penggunaanya dalam membubarkan unjuk rasa.16

Namun, Amerika Serikat seakan tidak tegas dengan aksi yang dilakukan oleh militer Mesir. Tindakan Amerika Serikat dianggap tidak konsisten dengan makna demokrasi itu sendiri. Padahal Amerika Serikat sebagai pejuang demokrasi yang sangat menekankan penerapan hak asasi manusia dan perdamaian. Oleh karena itu, sikap Amerika Serikat seakan mengabaikan peristiwa tersebut. Berkaitan dengan sikap Amerika Serikat yang tidak konsisten terhadap kudeta militer di Mesir, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih jauh tentang bagaimana terjadinya konflik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Melihat bahwa Amerika Serikat merupakan negara yang mempromosikan demokrasi dan mengecam segala bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam dunia internasional.

B. Rumusan Masalah

Fokus masalah yang akan diteliti pada penulisan skripsi ini ialah tentang konfllik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Permasalahan inilah yang akan menjadi pertanyaan besar ketika Amerika Serikat merupakan negara pejuang demokrasi. Permasalahan ini juga yang akan menjabarkan kepentingan Amerika Serikat dibalik sikap standar gandanya dalam kudeta militer di Mesir. Maka dari itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(7)

commit to user

7

“Bagaimana terjadinya konflik internal dalam kudeta di Mesir dan kaitannya dengan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi ?”

C. Tujuan Penelitian:

Selaras dengan apa yang menjadi fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara umum memberikan gambaran tentang bagaimana konflik internal dalam kudeta militer di Mesir.

2. Mengetahui sikap Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait dengan demokrasi dan penegakan HAM.

3. Mengetahui alasan Amerika Serikat berstandar ganda dalam kudeta militer di Mesir.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain:

1. Memperkaya khazanah bagi pengembangan keilmuan serta wawasan bagi para akademisi, intelektual, dan praktisi dalam memahami fenomena penting tentang konflik internal dan sikap Amerika Serikat dalam kudeta militer di Mesir.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan terkait sikap Amerika Serikat dalam mencampuri masalah internal perpolitikan di Mesir sehingga dapat menjadi perbandingan dengan konflik internasional lainnya.

(8)

commit to user

8

3. Lebih spesifik dapat memberikan pengetahuan di bidang politik dalam menggambarkan perpolitikan di Mesir.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa karya tulis yang akan dijadikan acuan peneliti dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah: Pertama: Buku yang berjudul “Tahrir Square Jantung Revolusi Mesir” karya Trias Kuncahyono. Buku ini menjelaskan tentang Arab Spring yang terjadi di Mesir dan konflik internal Mesir dari proses penggulingan Hosni Mubarak hingga Muhammad Mursi. Buku ini juga menjelaskan peran militer dalam menggulingkan Muhammad Mursi. Berlandaskan dengan buku ini, peneliti akan lebih memaparkan peran Ikhwanul

Muslimin dalam kudeta militer di Mesir.

Kedua: Harvard International Law Journal yang berjudul “The Democratic

Coup d’Etat” karya Ozan O. Varol.17 Jurnal ini menjelasakan bahwa kudeta militer

yang terjadi di Turki tahun 1960 dan Mesir tahun 2011 merupakan anti-demokrasi. Semua kudeta militer merupakan suatu penghinaan terhadap stabilitas, legitimasi, dan demokrasi. Militer berperilaku sebagai aktor utama dalam menjaga perdamaian. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan lebih menjelaskan tentang langkah militer dalam mengkudeta Muhammad Mursi dan memaparkan bahwa tindakan militer Mesir telah merobohkan makna demokrasi.

Ketiga: English Language Journal of the Revolutionary Communist International Tendency (RCIT) yang berjudul “Revolutionary Communism” oleh

(9)

commit to user

9

Carloss Latuff18. Jurnal ini menjelaskan bahwa adanya peran Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir. Padahal sebelumnya Amerika Serikat telah menyumbangkan dana untuk mempromosikan demokrasi di TimurTengah. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan lebih menjelaskan dukungan Amerika Serikat terhadap militer di Mesir.

Keempat: Journal Essay yang berjudul “The Arab Spring: U.S. Democracy

Promotion In Egypt” karya Erin A. Snider dan David M. Faris19. Jurnal ini

menjelaskan bahwa Amerika Serikat telah mempromosikan demokrasi di Mesir sejak awal 1990-an. Amerika Serikat memberikan dana dalam program demokrasi dengan mendirikan United States Agency for International

Development/USAID di Mesir. Latar belakang sejarah tersebut membuktikan

bahwa Amerika Serikat telah lama mempromosikan demokrasi di Mesir. Pada Mei 2011, Presiden Barack Obama berpidato dengan menyatakan bahwa dia akan mendukung transisi demokrasi di Mesir. Sebagai bagian dari dukungan tersebut, Amerika Serikat berjanji meringankan hingga 1 Miliar Dollar AS hutang Mesir dan memberikan pinjaman 1 Miliar Dollar AS untuk membantu penciptaan lapangan kerja dan infrastruktur.20 Upaya Amerika Serikat dengan memberikan berbagai bantuan bertujuan agar dapat meningkatkan pengaruh demokrasi di Mesir. Berlandaskan dengan jurnal ini, peneliti akan mengaitkan potensi Mesir dengan kepentingan nasional Amerika Serikat.

(10)

commit to user

10

F. Kerangka Konseptual

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pandangan Realisme untuk menganalisis konflik internal dalam kudeta militer di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Pandangan realisme merupakan salah satu pandangan tradisional dari Hubungan Internasional. Pandangan ini mulai berkembang pada akhir 1930-an dan hingga saat ini merupakan salah satu pandangan paling dominan dalam disiplin Hubungan Internasional.21 Pandangan realisme berkembang dari kritikan para Realis Klasik terhadap pandangan Idealis Liberalis.22 Kritikan tersebut diungkapakan oleh E.H.Carr dalam bukunya The

Twenty Year’s of Crisis yang mengungkapakan bahwa Idealis Liberalis dengan

kerjasama dan perdamaian yang diidam-idamkan merupakan Utopis, yakni lawan dari Realis.23 Carr berpendapat bahwa, terdapat konflik kepentingan antar pihak baik antar negara maupun antar masyarakat sehingga akan sangat sulit untuk mengharmonisasikan kepentingan di antara mereka.24 Berbagai pihak terutama negara memiliki kelebihan masing-masing yang digunakan untuk mempertahankan posisinya dalam politik dunia.25

Tokoh lainnya yang berperan dalam mengembangkan pemikiran realis adalah Hans J. Morgenthau. Morgenthau dalam bukunya Politics Among

Nations: The Struggle For Power and Peace mengungkapkan bahwa aktivitas

hubungan internasional adalah berkaca dari sifat dasar manusia. Bagi Morgenthau, sifat dasar manusia adalah egois mementingkan kepentingan pribadinya dan cenderung agresif, sehingga sifat-sifat tersebut juga

(11)

commit to user

11

mencerminkan keadaan yang terjadi dalam hubungan internasional.26 Oleh karena itu, pandangan realis merupakan pandangan yang realistik terhadap utopia milik idealisme.27 Menurut realis, hubungan internasional bersifat anarki, yakni negara sebagaimana sifat manusia yang secara alamiah akan bertindak berdasarkan kepentingan pribadi dan bertindak agresif serta condong untuk menimbulkan kehancuran bagi pihak lainnya.28

Realisme menekankan bahwa dalam sistem internasional, negara sebagai aktor utama dan tidak ada bentuk kekuasaan lain yang lebih tinggi derajatnya dari negara yang berdaulat.29 Negara merupakan aktor yang paling rasional, bertindak sesuai dengan kepentingannya, negara juga merupakan aktor

unitary, yang mengkalkulasikan kepentingan mereka berdasar pemikiran

rasional.30 Interaksi yang terjadi antar negara digolongkan sebagai politik kekuasaan, yakni negara-negara akan selalu berusaha untuk menjadi yang paling unggul diantara negara-negara lainnya sehingga kecurigaan akan selalu mewarnai interaksi di antara mereka.31 Bagi kaum realis, negara dalam rangka untuk dapat bertahan (survive) di sistem politik dunia yang anarki, diharuskan bertindak egois sebagai aktor yang rasional.32 Negara akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya. Kepentingan negara ini terbagi menjadi dua katergori yakni high politics dan low politics. Isu-isu seperti ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, dan lain sebagainya digolongkan sebagai low politics sedangkan masalah yang berkaitan dengan keamanan nasional suatu negara adalah high politics.33 Selain itu, peneliti juga menggunakan teori dan konsep untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

(12)

commit to user

12 1. Teori Konflik

Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki sasaran tidak sejalan.34 Sehingga konflik disebabkan karena adanya pertentangan dan perbedaan pendapat antara dua orang atau kelompok. Konflik merupakan produk dari hubungan sosial (social relations).35 Hubungan sosial ini terjadi karena pihak yang berinteraksi saling bertentangan (kontradiksi sosial), sehingga melahirkan perubahan sosial.36 Munculnya ketegangan ataupun konflik antar kelompok biasanya terkait dengan kuatnya solidaritas kelompok pada satu pihak dan rentannya hubungan sosial dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain, karena setiap kelompok mengembangkan mitos dan ideologi masing-masing.37 Maurice Duverger mengatakan, “Mitos dan ideologi cenderung memperkuat konflik politik.”38 Menurut Clifford Geertz bahwa penguatan pengelompokan sosial yang melahirkan ketegangan dan konflik sering disebabkan oleh adanya pengaruh ideologi atau ketidaksenangan terhadap nilai-nilai kelompok lain, adanya sistem stratifikasi sosial yang berubah, serta adanya perjuangan kekuasaan politik yang semakin meningkat secara tajam.39 Maka dari itu, konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak bisa terhindarkan dan sering dilakukan dengan kekerasan, meliputi tindakan perkataan, sikap, sistem yang menyebakan kerusakan secara fisik, mental, sosial, dan lingkungan, serta menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh.

Sedangkan menurut Ted Robert Gurr, pengertian konflik terdiri dari empat karakteristik, yaitu: (1) melibatkan dua pihak atau lebih; (2) kedua pihak saling

(13)

commit to user

13

menentang; (3) kedua pihak melakukan tindakan pemaksaan yang diarahkan untuk menghancurkan, melukai, merintangi, atau mengontrol lawan-lawannya; (4) interaksi saling berlawanan ini dilakukan secara terang-terangan, sehingga tindakan mereka dapat dengan mudah dideteksi, dan disepakati oleh pihak-pihak atau pengamat independen.40 Menurut Simon Fisher terdapat enam teori Penyebab Konflik dalam masyarakat, diantaranya: Pertama, teori Hubungan Masyarakat. Konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan, dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.41 Kedua, teori Negosiasi Prinsip. Konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.42 Ketiga, teori Kebutuhan Manusia. Konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi.43 Keempat, teori Identitas. Konflik disebabkan karena identitas yang terancam dan sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak terselesaikan.44 Kelima, teori Kesalahpahaman Antar Budaya. Konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.45 Keenam, teori Transformasi Konflik. Konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.46

Selain itu, terdapat lima tahapan dalam menganalisis konflik, yakni pre-konflik, konfrontasi, krisis, resolusi atau akibat, serta pasca konflik. Jika dianalogikan, konflik merupakan sebuah api unggun yang menyala, yang mana

(14)

commit to user

14

terdapat tahapan-tahapan mulai dari api menyala hingga padam.47 Tahapan Pertama adalah Pre-Konflik (Pengumpulan Material). Pada tahapan ini, mulai adanya ketidaksesuaian pandangan atau pemahaman antar suatu pihak dengan pihak lain.48 Tahapan ini juga terkadang terdapat masyarakat yang sedang mengalami kekejaman struktural, yakni terjadinya ketidakadilan antara pihak satu dengan lainnya.49 Keadaan ini seperti halnya, pengumpulan material-material kering yang sangat berpotensi menyebabkan munculnya api.50 Meskipun belum ada api yang tersulut, akan tetapi tahapan ini sangat rawan dan sewaktu-waktu api akan muncul akibat adanya gesekan.51 Tahapan Kedua adalah Konfrontasi (Api Mulai Menyala). Pada tahapan ini, konflik menjadi semakin terbuka dengan munculnya konfrontasi dari berbagai pihak, seperti munculnya demonstrasi besar-besaran.52 Bentuk konfrontasi tersebut dapat berupa suatu tindakan perlawanan publik terhadap kejahatan struktural atau ketidakadilan dari pihak yang dirugikan.53 Keadaan ini seperti halnya, korek api terhadap material-materil kering tadi, yang mana apabila satu percikan api muncul maka akan dengan mudah membakar seluruh material-material tersebut.54 Tahapan Ketiga adalah Krisis (Kobaran Api). Pada tahapan ini, konflik telah mencapai masa puncaknya sehingga tindakan kekerasan akan sering terjadi, bahkan dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan membunuh, menyingkirkan, ataupun memusnahkan pihak lawan.55 Penyebab utama krisis ini adalah ketika komunikasi antar pihak yang bertentangan telah terputus.56 Keadaan ini seperti halnya, api telah berkobar dan dapat membakar apapun material- material yang disentuhnya.57 Sehingga kobaran api ini menjadi

(15)

commit to user

15

lebih besar dan panas.58 Tahapan Keempat adalah Resolusi atau Akibat (Bara Arang). Pada tahapan ini, konflik dapat dengan sendirinya mereda atau dapat berlanjut apabila terdapat hal-hal yang menyulut kembali.59 Jika pihak-pihak yang berkonflik melakukan perjanjian damai atau gencatan senjata, maka kekerasan dapat berkurang untuk sementara waktu.60 Namun apabila masih terdapat ketidakadilan dan tidak ada komunikasi untuk menyelesaikannya, maka tindakan kekerasan dapat sewaktu-waktu muncul kembali.61 Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari krisis. Keadaan ini seperti halnya, sebagian besar api telah hilang dan hanya tersisa bara-bara api kecil pada arang.62 Meskipun hanya bara-bara api kecil, akan tetapi tetap berpotensi untuk menyala kembali apabila terdapat material-material kering baru yang menyentuhnya.63 Pada Tahapan Kelima adalah Pasca konflik atau Regenerasi (Api Padam).64 Pada tahapan ini, api telah hilang dan arang-arang telah menjadi dingin.65 Tahapan ini bersifat membangun kembali sektor-sektor yang sebelumnya telah hancur akibat konflik.66 Apabila struktur dan sistem baru telah diganti menjadi lebih adil maka ruang untuk rekonsiliasi, regenerasi, maupun pembangunan dapat dilakukan.67 Tahapan ini ditandai dengan telah selesai segala bentuk konfrontasi sehingga hubungan kembali normal.68

Berkaitan dengan teori konflik, kudeta yang terjadi di Mesir merupakan sebuah konflik karena antara masing-masing pihak memiliki sasaran kepentingan yang tidak sejalan. Konflik yang terjadi di Mesir melibatkan berbagai pihak yang saling menentang, mengontrol lawan-lawannya, dan melakukan aksi kekerasan. Penyebab konflik dianalisis menggunakan teori

(16)

commit to user

16

Hubungan Masyarakat dan teori Kebutuhan Manusia. Sedangkan untuk menganalisis proses konflik yang terjadi di Mesir, peneliti menggunakan lima tahapan konflik, yang berawal dari tahapan pertama hingga tahapan terakhir.

2. Teori Domino

Efek domino merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh para ahli strategi internasional untuk menggambarkan hubungan antara suatu ideologi dan pengaruhnya, suatu agama, budaya, kebijakan politik, moneter, dan hubungan antara suatu negara dengan mengambil suatu fenomena “Kartu Domino”.69 Apabila salah satu kartu domino jatuh baik secara sengaja atau lemah secara alamiah, maka seluruh rangkaian kartu tersebut akan jatuh secara berurutan.70 Oleh karena itu, efek domino menjadi populer sebagai Teori Domino dalam hubungan internasional sebagai fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-strategis.71 Berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-strategis tersebut, membuat objek dalam teori ini adalah negara-negara yang berada dalam satu wilayah ataupun negara-negara yang berdekatan. Fenomena perubahan tersebut dapat diumpamakan seperti domino China (Mahyong). Ketika keping domino awal dijatuhkan, maka akan menimpa keping domino terdekat, dan proses tersebut akan berlanjut hingga ke keping domino terakhir.72 Apabila diimplikasikan dengan negara, suatu negara jatuh karena suatu peristiwa, maka negara terdekatnya pun dapat terkena dampak yang serupa. Menurut Benjamin Hatinger (2010) mengatakan dalam fenomena integrasi regional terdapat gejala efek domino. Jika beberapa negara berhasil melakukan integrasi, negara-negara lain di kawasan akan

(17)

commit to user

17

bergerak untuk mengikuti pola tersebut dan bergabung dengan proses integrasi.73 Efek domino dapat dibuktikan ketika terjadinya Arab Spring di Timur Tengah. Awalnya negara yang pertama kali melakukan revolusi adalah Tunisia, selanjutnya Mesir, Libya, dan Suriah juga mengalami revolusi. Peristiwa Arab Spring tersebut menjadi suatu bukti bahwa negara di Timur Tengah secara berurutan mengalami revolusi.

Berkaitan dengan teori domino, Amerika Serikat merasa khawatir apabila terjadi efek domino yang berawal di Mesir. Keadaan ini berbeda ketika terjadinya Arab Spring di Timur Tengah. Amerika Serikat mempraktekan teori domino dalam mempromosikan demokratisasi di Timur Tengah. Akhirnya, efek domino tersebut berhasil diterapkan di wilayah tersebut. Faktanya, negara-negara di Timur Tengah melakukan revolusi secara berurutan. Namun dalam kudeta militer di Mesir, sikap Amerika Serikat sangat berbeda. Amerika Serikat berusaha mencegah terjadinya efek domino pada masa kepemimpinan Muhammad Mursi. Tindakan tersebut berlandaskan bahwa Amerika Serikat merasa khawatir apabila Mesir menjadi negara Islam yang disebabkan pengaruh dari Ikhwanul Muslimin. Ketika Mesir menjadi negara Islam, negara yang berdekatan dengan Mesir juga akan mendirikan negara Islam. Keadaan tersebutlah yang akan mengancam posisi Amerika Serikat di Timur Tengah terutama kepentingan nasionalnya.

3. Kudeta Militer

Kudeta merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan dilakukan dengan sengaja.74 Kudeta dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai target

(18)

commit to user

18

yang telah ditetapkan dengan menyadari kemungkinan dana dan resikonya.75 Kudeta militer mengacu pada situasi dimana militer sebagai aktor politik utama yang sangat dominan dan secara langsung menggunakan kekuasaan mereka untuk mengancam76. Tindakan militer dapat dikatakan sebuah kudeta apabila menghalangi kemenangan seseorang dalam pemilihan presiden, menjatuhkan pemerintahan yang menguntungkan di satu pihak tetapi merugikan pihak lain, dan mengadakan perebutan kekuasaan untuk mempertahankan dominasi suatu golongan, ras, agama, atau suku tertentu di dalam masyarakat majemuk.77 Kudeta dapat terjadi ketika pemerintahan sipil dianggap gagal untuk memimpin negara. Kegagalan pemerintah dapat dikarenakan menjalankan tugas diluar dari kelembagaan (kejahatan politik), adanya kemerosotan ekonomi atau hiper inflasi, dan ketidakmampuan mengendalikan perasaan kecewa dan penentang politik.78 Kegagalan ini menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dan kepercayaan dari rakyatnya. Kegagalan tersebut menjadi peluang bagi militer untuk menggulingkan pemerintahan sipil dengan menghalakan segala cara.

Kudeta militer juga dapat terjadi ketika pemerintah, Pertama: bertindak inkonstitusional dan tidak memiliki kelembagaan.79 Pemerintah melaksanakan Undang-undang secara sewenang-wenang, memperluas kekuasaan dalam bidang yang dilarang oleh Konstitusi, mempertahankan jabatan sehingga melampaui batas-batas yang telah ditentukan oleh peraturan, dan meremehkan Undang-undang dengan membiarkan atau terlibat korupsi. Kedua, adanya permasalahan kemerosoton ekonomi. Kemerosotan ekonomi

(19)

commit to user

19

menjadi suatu alasan militer melakukan kudeta. Kemerosotan ekonomi membuat pemerintah dianggap tidak bisa bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat.80 Sehingga menyebabkan inflasi melambung tinggi dan pengangguran meningkat. Ketiga, adanya hura hara dan kekerasan.81 Prestasi pemerintah akan merosot apabila tindakan mereka tidak mementingkan rakyat sehingga menimbulkan huru-hara dan kekerasan di kalangan rakyat yang tidak merasa puas.82

Sedangkan menurut Samuel P. Huntington merumuskan bahwa terdapat tiga jenis kudeta diantaranya: Pertama, Kudeta Sempalan (Breakthrough coup

d’etat). Kudeta ini dilakukan oleh kelompok bersenjata yang terdiri dari militer

atau tentara yang tidak puas dengan kebijakan pemerintahan tradisional saat itu, kemudian melakukan gerakan untuk menggulingkan pemerintah tradisional dan menciptakan elit birokrasi baru.83 Kedua, Kudeta Wali (Guardian coup

d’etat). Kudeta ini dilakukan oleh sekelompok pengkudeta yang akan

mengumumkan diri sebagai perwalian dalam rangka meningkatkan ketertiban umum, efisiensi, dan mengakhiri korupsi.84 Para pemimpin kudeta akan menggambarkan tindakan mereka hanyalah tindakan sementara dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Pada umumnya, kudeta wali sering dilakukan dengan cara mengubah bentuk pemerintahan sipil menjadi bentuk pemerintahan militer dan selalu dikaitkan dengan patriotisme.85 Ketiga, Kudeta Veto (Veto coup d’etat). Kudeta ini dilakukan melalui partisipasi dan mobilisasi sosial dari sekelompok rakyat dalam melakukan penekanan berskala besar yang berbasis luas pada oposisi sipil.86

(20)

commit to user

20

Berkaitan dengan konsep kudeta, hakikatnya kudeta telah menghancurkan legitimasi suatu pemerintahan melalui perebutan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan melakukan cara ilegal dan sering menggunakan kekerasan. Milter melakukan kudeta terhadap Muhammad Mursi dengan tujuan untuk mencapai kepentingannya. Terlebih dalam melancarkan aksinya, militer didukung oleh negara-negara Barat. Sehingga militer memilki kekuatan yang besar untuk menggulingkan Muhammad Mursi.

4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)

Kebijakan luar negeri merupakan suatu tindakan negara terhadap negara lain dalam politik internasional. Kebijakan luar negeri didasarkan pada serangkaian asumsi dan tujuan untuk menjamin keamanan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan sikap dan komitmen suatu negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai kepentingan nasional di luar batas wilayahnya, dan diterapkan dalam sejumlah keputusan yang dibuat dalam kebijakan politik suatu bangsa.87 Para aktor pengambilan keputusan luar negeri suatu bangsa akan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap formulasi kebijakan politik luar negerinya.88 Kebijakan luar negeri dipengaruhi beberapa faktor determinan, yakni: Pertama: Situasi politik domestik, termasuk faktor budaya sebagai dasar tingkah laku politik.89 Kedua: situasi ekonomi dan militer domestik, termasuk faktor geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan.90 Ketiga: konteks internasional, yaitu pengaruh negara-negara lain atas konsentrasi politik

(21)

commit to user

21

internasional.91 Maka, kebijakan luar negeri mengacu pada tindakan suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya demi menjamin keamanan, kesejahteraan, kekuatan, dan daya saing ekonomi.

Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri merupakan upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.92 Kebijakan luar negeri ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara.93 Rosenau mengatakan bahwa apabila mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa.94

Berkaitan dengan konsep kebijakan luar negeri, Amerika Serikat tidak konsisten dengan kebijakan luar negerinya terkait Democracy dan Humanitarian

Intervention. Kebijakan luar negerinya mencerminkan gejala intervensionis

yang kuat dan cenderung meremehkan kedaulatan nasional negara lain. Oleh karena itu, Amerika Serikat sebagai aktor politik global sering dituding memiliki sikap standar ganda dalam mengimplementasi kebijakan luar negerinya. Di satu pihak, negara ini sebagai pendekar demokrasi dunia yang sangat menekankan penerapan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Sementara di pihak lain, Amerika

(22)

commit to user

22

Serikat bersikap semena-mena, intervensionis, dan otoriter untuk melindungi kepentingannya. Analisis Morgenthau menjadi relevan seperti dalam bukunya

Politics Among Nations, yang menyatakan bahwa negara-negara bertindak

berdasarkan kemampuan dan kapablitas (power) dengan tujuan dari kebijakan negara-negara untuk menambahkan power itu sendiri.95 Carr juga berpendapat bahwa motivasi kebijakan luar negeri suatu negara adalah kepentingan nasional yang merupakan kalkulasi strategis dari kepentingan politik, keamanan, ekonomi, prestise, dan ideologi.96 Artinya, Amerika Serikat hanya akan konsisten dan setia pada kepentingan nasionalnya. Pemahaman kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan semakin jelas ketika menggunakan perspektif realisme klasik dikarenakan negara ini tidak akan pernah memprioritaskan nilai-nilai seperti, agama, perdamaian, demokrasi, dan penegakan hak asasi manusia. Amerika Serikat digerakkan oleh kepentingan nasionalnya dan kalkulasi strategis global baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

5. Standar Ganda (Double Standard)

Istilah mengenai standar ganda dalam ilmu politik, jurnalisme, ekonomi, ilmu sosial, dan humaniora merupakan sikap yang berbeda dalam berbagai evaluasi dan peristiwa yang sama oleh estimator yang sama sebagai akibat dari prasangka mereka, keadaan yang berubah, kepentingan diri, keadaan emosional, dan lain-lain.97 Standar ganda termasuk dasar politik yang dapat dikatakan tidak bermoral karena memanipulasi kebenaran. Seperti halnya pengertian standar ganda sebagai berikut:

(23)

commit to user

23

“For instance, in administration activities the double standards can take a form of giving advantages to the ‘insiders’ and posing obstacles to the ‘outsiders’ in the similar situations by corresponding authorities following

the principle ‘everything for the insiders, due to law for the rest’ ”.98

Jadi, standar ganda dapat memberikan keuntungan kepada “orang dalam” dan memberikan hambatan untuk “orang luar” dalam situasi yang sama. Berhubungan dengan itu, standar ganda akan mempengaruhi kebijakan politik suatu negara dikarenakan kebiasan tersebut. Oleh karena itu, standar ganda merupakan sikap yang oportunis dengan mengungkapkan dua hal yang berlainan, demi keuntungan pihak sendiri. Standar ganda dilakukan biasanya karena adanya kepentingan- kepentingan tertentu sehingga tidak dapat konsisten.

Berkaitan dengan konsep standar ganda, Amerika Serikat menjalankan standar ganda terhadap demokratisasi di negara - negara Timur Tengah. Namun dalam waktu bersamaan senantiasa mempermasalahkan isu tersebut yang berada di luar siklus politik Amerika Serikat.99 Keadaan ini sangat berkaitan dengan kudeta militer yang terjadi di Mesir. Bersamaan dengan sikap mengabaikan isu demokrasi di Mesir, Amerika Serikat seakan tidak mengetahui atas aksi kekerasan yang dilakukan oleh militer Mesir terhadap warga sipil. Kasus kudeta militer tersebut telah menunjukkan ketidak konsistenan Amerika Serikat terhadap demokratisasi di Mesir.

6. Kepentingan Nasional (National Interest)

Kepentingan Nasional atau yang dikenal dengan istilah National Interest merupakan salah satu komponen penting dalam Hubungan Internasional.

(24)

commit to user

24

Definisi kepentingan nasional menurut Hans. J Morgenthau adalah sebagai cita-cita atau harapan dari suatu negara untuk mencapai tujuan negaranya dalam dunia internasional.100 Kepentingan nasional melibatkan antar negara untuk mencapai tujuan bersama. Negara sebagai aktor utama dalam Hubungan Internasional. Kepentingan nasional yang utama dari setiap negara di dunia sebenarnya adalah sama, yaitu untuk tetap bisa mempertahankan eksistensi atau tetap survive.101 Sedangkan faktanya, kepentingan nasional dari setiap negara selalu berjalan seiringan dengan tujuan nasional dari negara itu sendiri. Karena setiap negara memiliki tujuan nasional yang beragam dan sangat kompleks, maka tidak akan ada negara yang mempunyai kepentingan nasional yang sama persis dengan kepentingan nasional negara lain.

Kepentingan nasional diibaratkan sebagai tujuan, cita-cita, dan harapan yang ingin dicapai oleh suatu negara. Sedangkan kebijakan luar negeri adalah sebagai metode atau cara agar tujuan negara dapat tercapai.102 Sementara

power diumpamakan sebagai modal utama yang harus dimiliki oleh tiap-tiap

negara dalam usaha untuk mencapai cita-cita atau kepentingan nasionalnya masing-masing. Oleh karena itu, hubungan antara kepentingan nasional, kebijakan luar negeri dan power sangatlah erat dan tidak dapat dipisahkan. Kepentingan nasional pada dasarnya memiliki motivations maker yang berfungsi untuk memberikan motivasi atau dorongan agar negara dapat mencapai kepentingan nasionalnya masing-masing.103 Motivations maker terdiri atas beberapa komponen yaitu individu, ekonomi, strategi dan ideologi.104 Komponen strategi dan individu juga sangat diperlukan untuk memotivasi

(25)

commit to user

25

negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Berkaitan dengan konsep kepentingan nasional, sikap standar ganda Amerika Serikat terhadap kudeta militer di Mesir berlandaskan dengan kepentingan nasionalnya. Kepentingan yang harus dicapai dan dipertahankan oleh Amerika Serikat agar tidak mengganggu stabilitasnya di Timur Tengah.

G. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini berlandaskan pada pertanyaan “Bagaimana” dan “Mengapa”.105 Jenis penelitian eksplanatif akan dapat menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa. Dalam tipe penelitian eksplanatif, peneliti akan memakai structural eksplanation dengan menggabungkan antara teori dan konsep.106

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualititatif non interaktif. Sehingga peneliti akan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.107 Sumber data yang didapat berupa dokumen-dokumen.

(26)

commit to user

26 2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian library research adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan peneliti berasal dari hasil wawancara dan terdapat Deklarasi Konstitusional Muhammad Mursi setelah disahkannya sebagai Presiden Mesir. Data sekunder yang digunakan peneliti berasal dari laporan-laporan tertulis, buku, e-book, jurnal, dan artikel-artikel dari media massa dan internet. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendukung permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan, atau mentransformasikan data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Narasi ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah dan akhirnya sampai pada kesimpulan final. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Interaktif (Interactive Model) oleh Miles dan Huberman.108 Proses dalam analisis Interaktif terdiri dari tiga bagian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya.109 Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data. Oleh karena itu, analisa data dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses pengumpulan data.

Langkah Pertama ialah Reduksi Data. Reduksi data melibatkan beberapa tahap. Pada tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing,

(27)

commit to user

27

pengelompokan, dan meringkas data baik data primer dan sekunder yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk berkenaan dengan aktivitas, serta proses-proses, sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok, dan pola data.

Langkah Kedua ialah Penyajian Data (Data Display). Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menyalin data yang satu dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Berhubungan dengan ini, data telah tersaji berupa kelompok-kelompok yang kemudian saling dikaitkan sesuai dengan kerangka konseptual yang digunakan.

Langkah Ketiga ialah Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and

Verifying Conclutions). Penarikan kesimpulan adalah suatu proses penjelasan

dari suatu analisis. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses terhadapa fenomena yang ada.

(28)

commit to user

28

H. Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Berisi pemaparan tentang alasan peneliti memilih topik tentang terjadinya konflik internal di Mesir dan standar ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Melihat bahwa terdapat berbagai pihak dalam kudeta militer di Mesir. Di lain pihak, Amerika Serikat tidak tegas dalam kudeta militer di Mesir. Faktanya, negara ini sangat memperjuangkan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Tujuan yang akan dicapai adalah mengetahui bagaimana terjadinya kudeta militer di Mesir dan standar Ganda Amerika Serikat terhadap demokratisasi. Selain itu, mengetahui kepentingan Amerika Serikat terkait ketidakkonsistennya dalam kudeta militer di Mesir. Bab ini juga memaparkan

literature review yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam

penelitian ini. Bab ini juga memaparkan tentang teori dan konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam membantu menganalisis permasalahan di penelitian ini. Selain itu, bab ini juga memaparkan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti untuk mempermudah peneliti dalam penelitian ini.

2. Bab II Substansi

Berisi tentang gambaran umum yang akan membantu peneliti dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Langkah awal yang akan dibahas oleh peneliti adalah Biografi Muhammad Mursi. Langkah kedua yang akan dibahas oleh peneliti adalah Kemenangan Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir. Langkah ketiga yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti

(29)

commit to user

29

Penting Mesir dalam aspek Sejarah, Geografi, dan Demografi. Langkah keempat yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti Strategis Mesir dalam Konstelasi Politik Global. Sub bab ini terbagi menjadi tiga anak sub bab, diantaranya: Pertama: Nasionalisasi Terusan Suez. Kedua, Perang Enam Hari dan Perang Yom Kippur. Ketiga, Perjanjian Camp David. Langkah kelima yang akan dibahas oleh peneliti adalah Arti Potensi Mesir sebagai Pusat Kepentingan Negara Lain. Langkah keenam yang akan dibahas oleh peneliti adalah Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terkait dengan Demokrasi. Langkah ketujuh yang akan dibahas oleh peneliti adalah Pihak-pihak yang terlibat dalam Kudeta Militer di Mesir.

3. Bab III Pembahasan

Berisi tentang jawaban dari rumusan masalah yang sebelumnya telah dipaparkan oleh peneliti. Langkah awal yang akan dibahas oleh peneliti adalah Peristiwa Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi 2012-2013. Sub bab ini terbagi menjadi dua anak sub bab, diantaranya: Pertama: Proses Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi 2012-2013. Pembahasan ini juga menjelaskan Peran Militer dan Ikhwanul Muslimin dalam Kudeta Militer Masa Kepemimpinan Muhammad Mursi 2012-2013. Kedua: Penyebab Militer melakukan Pengambilalihan Kekuasaan dari Muhammad Mursi.

Langkah Kedua yang akan dibahas oleh peneliti adalah Standar Ganda Amerika Serikat terhadap Demokratisasi dalam Kudeta Militer di Mesir tahun 2012-2013. Sub bab ini terbagi menjadi empat anak sub bab, diantaranya:

(30)

commit to user

30

Kedua: Peran Amerika Serikat dalam Kudeta Militer Mesir 2012-2013. Ketiga:

Sikap Standar Ganda Amerika Serikat dalam Kudeta Militer Mesir 2012-2013.

Keempat: Kepentingan Amerika Serikat dalam Kudeta Militer 2012-2013.

4. BAB IV Penutup 1) Kesimpulan

Berisi tentang benang merah dari rangkaian persoalan dalam penelitian ini yang berhasil dibahas oleh peneliti. Kesimpulan akan bersifat temuan baru, reflektif, dan sangat dimungkinkan bersifat prediktif.

2) Saran

Berisi tentang saran dari peneliti yang berhubungan erat antara yang peneliti bahas dengan realitas yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

dapat dilihat bahwa pada varietas Wilis, perkembangan larva mulai instar tiga sampai instar enam membutuhkan waktu paling singkat yaitu sekitar 9 hari, namun dalam

Sedangkan untuk pemeriksaan katup pengarah dari rangkaian tadi kran penutup diganti dengan katup pengarah, kemudian kita tes arah aliran cairan hidrolik yang keluar

YS Albay'a: Teşkilat içinde kendisinin de bildiği gibi üst kademede çekişmelerin olduğunu, bizi de alet edip kullanmaya çalıştıklarını, bu insanların inandığımız,

a) Proses Isotermal : proses perubahan keadaan sistem pada suhu tetap. b) Proses Isokhorik : proses perubahan keadaan sistem pada volume tetap c) Proses Isobarik :

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi objek dan daya tarik Pulau Balai secara ekologi adalah pasir putih dengan perairan yang jernih dan terumbu karang yang memiliki

[r]

Pada saat berlangsungnya pertunjukan kesenian reog di daerah desa Kolam, peneliti melihat yaitu di antaranya,pemain dari reog tersebut sebagian adalah anak-anak yang kira-kira