• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Perkeretaapian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Induk Perkeretaapian"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JAKARTA, 2010

JAKARTA, 2010

RENCANA INDUK

RENCANA INDUK

PERKERET

(2)

1

1..

P

PE

EN

ND

DA

AH

HU

ULLU

UA

AN

N

2

2..

V

VIIS

SII P

PE

ER

RK

KE

ER

RE

ET

TA

AA

AP

PIIA

AN

N 2

20

03

30

0

3

3..

A

AR

RA

AH

H K

KE

EB

BIIJJA

AK

KA

AN

N

4

4..

R

RE

EG

GU

ULLA

AS

SII

5

5..

JJA

AR

RIIN

NG

GA

AN

N P

PE

ELLA

AY

YA

AN

NA

AN

N

6

6..

K

KE

ELLE

EM

MB

BA

AG

GA

AA

AN

N D

DA

AN

N S

SD

DM

M

7

7..

T

TE

EK

KN

NO

OLLO

OG

GI

I D

DA

AN

N IIN

ND

DUS

UST

TR

RII

8.

8. KE

KESE

SELA

LAMA

MATA

TAN D

N DAN

AN KU

KUAL

ALIT

ITAS

AS PE

PELA

LAYA

YANA

NAN

N

9.

9.

RE

RENC

NCAN

ANA I

A INV

NVES

ESTA

TASI

SI, P

, PEN

ENDA

DANA

NAAN

AN SE

SERT

RTA

A PE

PERA

RAN

N

SWASTA

SWASTA

DAFTAR ISI

(3)

Jaringan kereta api yang beroperasi saat ini hanya sekitar 4.700 km dari 6.500 km jaringan eksisting dengan produksi 190 juta penumpang dan 16 juta ton barang (Tahun 2009);

Kereta api mempunyai peran penting dalam sistem transportasi nasional dan pengembangan ekonomi wilayah;

Pada tahun 2007, pemerintah telah menerbitkan UU No.23 tentang Perkeretaapian dan didalamnya terdapat paradigma baru pembangunan perkeretaapian yaitu : multioperator, peningkatan peran Pemerintah Daerah, peningkatan peran BUMN/BUMD/Swasta dalam investasi di bidang perkeretaapian.

Dalam Pasal 7 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian telah diamanatkan penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian dengan memperhatikan kondisi saat ini, lingkungan strategis, tata ruang, potensi kereta api dalam mengatasi masalah penyediaan transportasi, perkembangan teknologi, paradigma pembangunan nasional, peran industri dan masyarakat serta investasi swasta;

Rencana Induk Perkeretaapian memuat arahan pembangunan perkeretaapian sampai dengan Tahun 2030 yang meliputi : arah kebijakan, regulasi, jaringan pelayanan dan prasarana, kelembagaan dan SDM, Teknologi dan Industri, Rencana Investasi, Pendanaan dan Peran Swasta serta Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan.

(4)

1. Share angkutan penumpang mencapai 11-13 % dan angkutan barang mencapai 15-17 %;

2. Jaringan kereta api sepanjang 10.000 km,  jalur ganda dan elektrifikasi pada lintas

utama Jawa, serta terwujudnya jaringan KA Trans Sumatera;

3. Kereta api sebagai backbone angkutan massal di kota/perkotaan di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Palembang, dan Semarang;

4. Pengoperasian kereta cepat Argo Cahaya (High Speed Train/ HST) di Jawa;

5. Kereta api sebagai backbone angkutan barang di Kalimantan, Sulawesi, Papua; 6. Pelayanan terpadu, aman, selamat,

nyaman, handal, dan terjangkau; 7. Industri perkeretaapian nasional yang

mandiri dan berdaya saing;

8. Penyelenggaraan perkeretaapian yang didukung oleh sistem dan peralatan modern serta SDM yang profesional.

2.

VISI PERKERETAAPIAN

2030

Perkeretaapian yang berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan mampu menjawab tantangan perkembangan.

 Visi Perkeretaapian

(5)

3.

ARAH KEBIJAKAN

1. Perkuatan dan peningkatan regulasi dalam menjamin keselamatan dan memenuhi kualitas pelayanan;

2. Pemulihan/ peningkatan prasarana dan sarana perkeretaapian yang ada;

3. Mengembangkan angkutan kota/perkotaan di kota-kota besar termasuk

mengembangkan jaringan pelayanan dan akses ke pelabuhan dan bandara.

4. Mengembangkan jaringan pelayanan sesuai dengan peningkatan kebutuhan angkutan penumpang dan barang serta kondisi ekonomi, sosial budaya masyarakat.

5. Mewujudkan pelayanan KA yang terpadu; 6. Meningkatkan peran angkutan

perkeretaapian nasional dan lokal; 7. Melaksanakan pengujian dan sertifikasi

kelaikan prasarana dan sarana;

8. Melaksanakan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan;

9. Merumuskan mekanisme perizinan dan pola pendanaan;

10. Meningkatkan peran swasta dan pemerintah daerah;

11. Mengembangkan dan modernisasi teknologi perkeretaapian;

12. Meningkatkan peran industri perkeretaapian dalam negeri;

13. Meningkatkan standar kompetensi SDM; 14. Meningkatkan keselamatan dan pelayanan

(6)

4.

REGULASI

1. Penjabaran UU.23 /2007 tentang Perkeretaaapian, PP.56/2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian dan PP.72/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dalam bentuk norma, standar, pedoman dan kriteria yang dituangkan dalam Keputusan Menteri dan Keputusan Dirjen. 2. Penyempurnaan sistem dan prosedur perawatan

dan pengujian prasarana dan sarana KA serta pemanfaatan teknologi dalam rangka peningkatan keselamatan;

3. Perumusan mekanisme pelaksanaan sertifikasi prasarana, sarana dan SDM perkeretaapian dalam rangka peningkatan keselamatan;

4. Pengembangan standar kompetensi SDM perawatan, pengujian dan operasi KA; 5. Perumusan mekanisme perizinan dengan

mengedepankan transparansi, kesederhanaan, keterpaduan, efisiensi dan efektifitas serta dapat  meningkatkan investasi bidang ka ;

6. Penyempurnaan peraturan penetapan

penyelenggaraan prasarana dan sarana oleh BUMN/BUMD dan swasta.

7. Perumusan pedoman pelaksanaan TAC dalam pemanfaatan prasarana milik pihak ketiga yang menjamin sustainability penyelenggaraan

perkeretaapian yang sesuai dengan tingkat  pelayanan yang diharapkan;

8. Perumusan persyaratan dan mekanisme penyelenggaraan KA perkotaan dan KA

barang/logistik sesuai dengan tata ruang dan rencana transportasi kota/perkotaan;

9. Perumusan persyaratan dan mekanisme

pembentukan lembaga pengujian prasarana dan sarana perkeretaapian dengan memberikan penekanan kepada peran swasta;

10. Perumusan pola insentif pengembangan prasarana dan sarana perkeretaapian oleh BUMN/BUMD dan swasta;

11. Perumusan peraturan persaingan usaha

perkeretaapian dalam upaya mengembangkan industri perkeretaapian guna mendukung kebutuhan nasional;

12. Perumusan peraturan penggunaan produksi dalam negeri guna pengembangan industri dalam negeri yang mampu mendukung kebutuhan nasional;

(7)

5.

JARINGAN PELAYANAN

1. Menyiapkan kerangka konsesi/kontrak manajemen prasarana KA

2. Penguatan kelembagaan Pemda dalam pembinaan dan pengembangan

perkeretaapian

3. Perumusan pola pembiayaan Pemda/Swasta dan Pemerintah

4. Pengembangan sistem insentif dalam menjamin sustainability penyelenggaraan angkutan KA

5. Pengembangan kualitas/tingkat pelayanan sesuai dengan peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dengan

memanfaatkan perkembangan teknologi 6. Rehabilitasi dan peningkatan KA sesuai

dengan tata ruang dan rencana

pengembangan sistem transportasi nasional, termasuk menghidupkan lintas yang tidak operasi;

7. Modernisasi sistem pelayanan angkutan KA 8. Mengembangkan jaringan prasarana sesuai

dengan perkembangan wilayah dan permintaan.

9. Meningkatkan keterpaduan intra dan antar moda (integrity)

10. Mengembangkan pelayanan /akses ke bandara dan pelabuhan untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan transportasi kota. 11. Pengembangan teknologi perkeretaapian

yang ramah lingkungan;

12. Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan ka untuk angkutan barang guna mengurangi beban moda lain serta menekan pemanfaatan energi dan polusi udara

13. Meningkatkan efesiensi pengiriman produksi dengan KA

(8)

1. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA,  jembatan, persinyalan, telekomunikasi dan

pelistrikan pada lintas utama Jawa dan Sumatera;

2. Reaktivasi jalur KA yang potensial

3. Pembangunan dan pengembangan fasilitas perawatan prasarana dan sarana

perkeretaapian (Depo, Balai Yasa, gudang), 4. Pembangunan dry port serta fasilitas

pendukung angkutan barang/logistik 5. Pengembangan peralatan pengujian

prasarana dan sarana perkeretaapian; 6. Perbaikan/retrofit, modifikasi dan

pengadaan sarana KA baru

7. Pengembangan akses jalur KA menuju

bandara dan pelabuhan serta akses dari dan menuju sentra produksi

8. Pembangunan jalur ganda KA pada lintas utama Jawa dan Sumatera

9. Pembangunan jalur KA baru di Jawa

(shortcut dan perkotaan), Sumatera (trans Sumatera Railway), Kalimantan (trans Kalimantan Railways) dan Sulawesi (trans Sulawesi Railways);

10. Pembangunan kereta api cepat (high speed train) di Jawa, diantaranya Jakarta 

Surabaya, Jakarta  Bandung;

11. Pemanfaatan perkembangan teknologi dalam rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana 12. Modernisasi teknologi bidang

perkeretaapian;

13. Pengembangan/pembangunan teknologi sarana perkeretaapian (tram, monorail, dsb).

(9)

2. Menjamin ketersedian lahan bagi

pengembangan jaringan kereta api Trans Sumatera yang menghubungkan kota-kota:  Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi,

Palembang, Bandar Lampung 3. Membangun akses dari kawasan

industri/pertambangan ke pelabuhan Belawan, Dumai, Tanjung Api-api, dan Panjang sesuai dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Sumatera.

4. Mewujudkan Jaringan Kereta Api

kota/perkotaan di Medan, Padang, Palembang dan Bandar Lampung

5. Mewujudkan jaringan Kereta Api trans

Sumatera dari Aceh, Medan(Sumatera Utara), Pekanbaru(Riau), Padang(Sumatera Barat), Jambi, Palembang (Sumatera Selatan) hingga Bandar Lampung (Lampung)

6. Membangun akses ke bandara Kualanamu, Minangkabau, Sultan Mahmud Badarudin Dua. 7. Pembangunan fasilitas perawatan prasarana

perkeretaapian di Sumatera. 1. Meningkatkan jalur kereta api eksisting termasuk

reaktivasi jalur non-operasi,

B ANDA  ACEH

MEDAN

JAMBI

P ALEMB ANG

P ADANG

BENGKULU L AMPUNG PEK ANB ARU

KETERANGAN:

JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA

(10)

1. Optimalisasi jaringan kereta api eksisting melalui program peningkatan, reaktivasi jalur non operasi termasuk jalur kereta api di

Madura.

2. Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi Lintas Utama Jawa.

3. Menjamin ketersedian lahan bagi

pengembangan jaringan kereta api Cepat  (HST) yang menghubungkan kota-kota: Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya 4. Mengembangkan kereta api kota/perkotaan di

wilayah Jabodetabek, Bandung, Yogya,

Semarang dan Surabaya serta kota-kota besar lainnya.

5. Membangun akses dari kawasan industri ke pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon, Bojonegaro, Tanjung Mas dan Tanjung perak sesuai dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Jawa.

6. Membangun akses ke bandara Soekarno-Hatta, Kertajati, Adi Sucipto, Ahmad Yani dan Juanda.

7. Pembangunan fasilitas perawatan prasarana perkeretaapian di Jawa. JAK ARTA CIREBON SEMARANG SURAB AYA KETERANGAN: JALUR HST JALUR EKSISTING

(11)

2. Membangun akses dari kawasan industri/ pertambangan ke pelabuhan Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak sesuai

dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Kalimantan.

3. Pembangunan jalur kereta api di wilayah

Kalimantan bagian timur yang menghubungkan kota-kota: Balikpapan, Samarinda-Bontang, Samarinda-Tenggarong-Kotabangun, Tanjung-Barabai-Rantau-Martapura-Banjarmasin, Bontang-Sangkulirang-Tanjung Redep, Tanjung-Tanah Grogot.

4. Pembangunan jalur kereta api di wilayah

Kalimantan bagian selatan yang menghubungkan kota-kota: Banjarmasin-Batulicin,

Tanjung-Buntok-Muara Teweh.

5. Pembangunan jalur kereta api di wilayah

Kalimantan bagian tengah yang menghubungkan kota-kota:Banjarmasin-Palangkaraya, Balikpapan-Tanah Grogot.

6. Pembangunan jalur kereta api di wilayah

Kalimantan bagian barat yang menghubungkan kota-kota:Pontianak-Mempawah-Singkawang. 1. Menjamin ketersedian lahan bagi pengembangan

 jaringan kereta api Trans Kalimantan yang

menghubungkan kota-kota: Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Palangkaraya dan Pontianak

P AL ANGK ARAYA

PONTI ANAK SINGK AWANG

S AMB AS

B ANJARMASIN

B ALIKP AP AN

S AMARINDA

BONTANG

KETERANGAN:

JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA

(12)

1. Menjamin ketersedian lahan bagi

pengembangan jaringan kereta api Trans Sulawesi yang menghubungkan kota-kota: Manado, Bitung, Gorontalo, Palu, Mamuju, Pare-pare, Makasar, Kolaka, dan Kendari.

2. Membangun akses dari kawasan industri ke pelabuhan Bitung dan Makasar sesuai dengan rencana pengembangan koridor  jalur ekonomi.

3. Pembangunan jalur kereta api di wilayah Sulawesi bagian utara yang

menghubungkan kota-kota:Manado, Bitung, dan Gorontalo khususnya memberi prioritas pada pembangunan lintasManado-Bitung, serta melaksanakan pembangunan sebagian lintas Gorontalo-Bitung,

4. Pembangunan jalur kereta api di wilayah Sulawesi bagian selatan yang

menghubungkan kota-kota: Makasar,Pare Pare, Takalar khususnya pada lintas Makasar-Pare Pare dan sebagian lintas Makasar-Takalar-Bulukumba

TAK AL AR

P AREP ARE

GORONTALO

BITUNG

MAAK AS AR

MANADO

MAMUJU

P ALU

KOL AK A KENDARI

KETERANGAN:

JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA

(13)

1. Menjamin ketersedian lahan

bagi pengembangan jaringan

kereta api di papua yang

menghubungkan kota-kota:

Sorong, Manokwari, Nabire,

Timika, Sarmi dan Jayapura,

2. Membangun akses dari

kawasan

industri/pertambangan ke

pelabuhan Manokwari dan

Jayapura sesuai dengan

rencana pengembangan

koridor ekonomi di Papua.

3. Pembangunan jalur kereta api

di Papua bagian utara yang

menghubungkan kota-kota

Manokwari-Nabire

kj

JAYAPURA KETERANGAN: JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA

(14)

6.

KELEMBAGAAN DAN SDM

1. Perumusan bentuk penyelenggara

prasarana dan sarana perkeretaapian dalam rangka mewujudkan multioperator dalam penyelenggaraan perkeretaapian;

2. Penetapan status kepemilikan dan hak pengelolaan aset prasarana perkeretaapian sebagai dasar untuk menentukan pola dan sistem konsesi dan kontrak, pengoperasian dan manajemen aset serta aturan akses  jaringan (network statement);

3. Pembentukan lembaga pengujian prasarana dan sarana untuk menunjang program

sertifikasi kelaikan operasi prasarana dan sarana perkeretaapian;

4. Percepatan pelaksanaan akreditasi lembaga pengujian prasarana dan sarana

perkeretaapian sebagai upaya pembinaan pemerintah sebagai regulator

perkeretaapian;

5. Pembentukan lembaga diklat untuk menyiapkan SDM yang profesional dan kompeten di bidang perkeretaapian yang

didukung fasilitas, kurikulum dan pola diklat  sesuai standar kompetensi yang

dipersyaratkan di dalam peraturan teknis perkeretaapian;

6. Kajian pembentukan Badan regulasi

perkeretaapian yang bertugas memantau persaingan layanan kereta api, mengatur tarif; market entry dan perijinan/pemberian lisensi, memantau kontrak akses prasarana dan menyelesaikan sengketa antar operator perkeretaapian;

7. Perumusan pola diklat berbasis kompetensi (Competence Based Training) termasuk kurikulum/silabus diklat sesuai dengan perkembangan teknologi perkeretaapian; 8. Pelaksanaan sertifikasi SDM untuk

menjamin terpenuhinya kompetensi SDM dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kualitas layanan jasa transportasi perkeretaapian.

(15)

7.

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

1. Keret A i Cepat a. Rancang Bangun

 Pengembangan konsep dan bl eprint 

per j dan keret a api cepat,

 Pengembangan prot otip dan t est track

(pengembangan lab ji),

 Pengembangan Lembaga

Penyelenggara Keret a Cepat,

 Pengembangan Instit si iset Keret a

 Api Cepat 

b. Teknologi prasarana

 Pengembangan t eknologi sinyal,

t elekomunikasi dan listrik unt uk

mendukung pengoperasian yang aman (f ail-safe) ;

c. Teknologi sarana

 Penguasaan t eknologi ut ama (bogie,

badan keret a alumunium, sist em propulasi, train controling and monit oring syst em) keret a cepat 

 et up Line Production komponen

ut ama keret a cepat 

2. Kereta api antar kota dengan kecepatan

120-140 km/jam :

a. Teknologi prasarana

 Pengembangan t eknologi perangkat 

luar support elektrifikasi

 Peningkat an kualit as track

 Pembangunan elektrifikasi kV  Pengembangan konsep&t eknologi

sinyal ( I , lectronic Int erlocking,  Aut omatic rain t op) 

 Set up line production unt uk MOBIS dan

 Aut omatic rain St op

 Pengembangan t eknologi aut omatic

train prot ection

b. Teknologi sarana

 Pengembangan Teknologi keret a

ramah lingkungan dan hemat energi

 Pengembangan t eknologi konstruksi

ringan dan modular

 Pengembangn t eknologi keret a Tilting

dan acti e /semi acti e suspension

 Set up Line Production sist em produksi

(16)

3. Kereta api dengan gauge 1435 mm

a. Penyiapan dokumen (basic design dll) dan persiapan konstruksi jalan rel

b. Pembangunan konstruksi jalan rel dan elektrifikasi

c. Pengadaan sarana dan operasional

4. Angkutan Perkotaan : a. Teknologi prasarana

 Pengembangan teknologi perangkat luar

support elektrifikasi

 Peningkatan kualitas track  Pembangunan elektrifikasi

 Pengembangan konsep & teknologi sinyal

(MOBIS, electronic interlocing, automatic train stop), pengembangan teknologi sinyal (electronic interlocking)

 Pengembangan teknologi centralized train

control

 Pengembangan teknologi sinyal

(electronic interlocking)

 Pengembangan teknologi automatic train

control

 Setup line production dan automatic train

control

 Setup line production untuk MOBIS dan

automatic train stop

 Pengembangan teknologi automatic train

protection

 Setup untuk electronic site inspection

b. Teknologi sarana

 Pengembangan teknologi kereta ramah

lingkungan dan hemat energi

 Pengembangan teknologi konstruksi

ringan dan modular

 Pengembangan teknologi bogie low floor  Penguasaan teknologi kereta ringan dan

new transportation system (LRT, Monorail, Tram, dan lain-lain)

(17)

5. Kereta Barang :

 Pengembangan teknologi intermoda;  Pengembangan teknologi distributed

traction power;

 Penguasaan teknologi lokomotif elektrif

AC-AC

 Pengembangan kapasitas produksi dengan

piramida industri dan sinergi perusahaan dalam negeri;

 Penguatan INKA sebagai technology

provider;

 Pengembangan dan perkuatan kemampuan

dan kompetensi industri pendukung seperti : casting component, soring component, dll.

 Pengembangan dan penguasaan teknologi

material komponen bagi industri pendukung 

6. Pengembangan industri perkeretaapian

diarahkan untuk :

a. Mendorong penggunaan kandungan lokal;

b. Mendorong kemandirian industri komponen pendukung kereta api; c. Mengoptimalkan kapasitas industri

prasarana kereta api.

7. Pengembangan teknologi informasi yang mendukung pelayanan jasa perkeretaapian.

8. Pengembangan teknologi sarana

perkeretaapian yang efisien dan ramah lingkungan.

(18)

8.

KESELAMATAN DAN KUALITAS PELAYANAN

1. Menjamin ketersediaan norma, standar, prosedur dan kriteria sebagai pedoman dalam pelaksanaan program peningkatan keselamatan dan kualitas pelayanan kereta api.

2. Menyusun dan melaksanakan rencana aksi secara terpadu antara lembaga dalam rangka peningkatan keselamatan dan keamanan perkeretaapian;

3. Pengembangan sistem audit keselamatan yang menjamin terselenggaranya program keselamatan pada operator

penyelenggaraan perkeretaapian;

4. Melaksanakan sertifikasi kelaikan sarana, prasarana dan fasilitas operasi

perkeretaapian secara menyeluruh dan berkala;

5. Melaksanakan akreditasi terhadap lembaga pengujian, lembaga pendidikan dan

pelatihan SDM operasi dan penguji serta lembaga pendukung lainnya;

6. Peningkatan kapasitas dan keandalan prasarana, sarana dan fasilitas pendukung operasi serta fasilitas perawatan kereta api; 7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas

penelitian keselamatan perkeretaapian; 8. Monitoring pelaksanaan program

keselamatan dan operasi dari setiap penyelenggara perkeretaapian.

9. Melaksanakan pelatihan dan sosialisasi keselamatan perkeretaapian.

10. Menyusun dan menetapkan Standar

Pelayanan Minimal dalam rangka menjamin kualitas pelayanan perkeretaapian.

(19)

9.

RENCANA INVESTASI, PENDANAAN DAN PERAN SWASTA

1. Pendanaan pemerintah diprioritaskan pada

pembangunan infrastruktur per keretaapian difokuskan pada peningkatan aksesibilitas dan keter  jangkauan bagi publik seperti angkutan kereta api di wilayah per kotaan dan penyediaan angkutan kereta api untuk memperlancar pergerakan barang/logistik dengan mempertimbangkan besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. 2. Mendorong partisipasi swasta dalam

pendanaan infrastruktur per keretaapian dengan strategi penyiapan program insentif  dan paket pembangunan yang menarik dan memberikan keuntungan dalam pengelolaan bisnis per keretaapian.

3. Kebutuhan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur per keretaapian sampai dengan Tahun 2030 diper kirakan membutuhkan investasi sebesar Rp.700 Triliun terdiri dari Investasi Pemerintah/Pemda sebesar  Rp.500 Triliun dan Swasta sebesar Rp.200 Triliun.

4. Merumuskan dan menetapkan mekanisme pelaksanaan kontrak pendanaan IMO

dengan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana (BUP);

5. Merumuskan dan menetapkan pedoman pelaksanaan TAC yang mengatur hubungan antara Badan Usaha Penyelenggara Sarana (BUS) dengan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana (BUP);

6. Ketersediaan pendanaan PSO dalam

rangka men jamin peningkatan aksesibilitas dan keter  jangkauan pelayanan kereta api terhadap publik.

(20)

SEKIAN

&

TERIMA KASIH

D

epartemen Perhubungan

D

irektorat Jenderal Per keretaapian

Gedung Karsa Lt.2

Jl.Medan Merdeka Barat No.8

Telp.021-3506204, 385683 Fax.021-3813972

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah

Kebijakan-3 : Mengembangkan Sistem Transportasi Laut Yang Terintegrasi Dengan Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Provinsi Kepulauan

Untuk penyusunan Rencana Induk Penelitian Unismuh Makassar, didasarkan pada kepentingan Unismuh Makassar yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk Pengembangan dan

Pembangunan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa merupakan program prioritas Nasional dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas), Masterplan Percepatan dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan

LANDASAN KEBIJAKAN RIP UNISMUH MAKASSAR Untuk penyusunan Rencana Induk Penelitian Unismuh Makassar, didasarkan pada kepentingan Unismuh Makassar yang telah

Integrasi rencana pembangunan permukiman berisikan arahan kebijakan pengembangan permukiman di kabupaten/kota tersebut, untuk selanjutnya diterjemahkan pada rencana

Penyusunan Rencana Induk SPAL mengacu pada prinsip pengembangan wilayah; RUTRW/K, RPJPN maupun perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan Rencana Induk SPAL berada dibawah