DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
JAKARTA, 2010
JAKARTA, 2010
RENCANA INDUK
RENCANA INDUK
PERKERET
1
1..
P
PE
EN
ND
DA
AH
HU
ULLU
UA
AN
N
2
2..
V
VIIS
SII P
PE
ER
RK
KE
ER
RE
ET
TA
AA
AP
PIIA
AN
N 2
20
03
30
0
3
3..
A
AR
RA
AH
H K
KE
EB
BIIJJA
AK
KA
AN
N
4
4..
R
RE
EG
GU
ULLA
AS
SII
5
5..
JJA
AR
RIIN
NG
GA
AN
N P
PE
ELLA
AY
YA
AN
NA
AN
N
6
6..
K
KE
ELLE
EM
MB
BA
AG
GA
AA
AN
N D
DA
AN
N S
SD
DM
M
7
7..
T
TE
EK
KN
NO
OLLO
OG
GI
I D
DA
AN
N IIN
ND
DUS
UST
TR
RII
8.
8. KE
KESE
SELA
LAMA
MATA
TAN D
N DAN
AN KU
KUAL
ALIT
ITAS
AS PE
PELA
LAYA
YANA
NAN
N
9.
9.
RE
RENC
NCAN
ANA I
A INV
NVES
ESTA
TASI
SI, P
, PEN
ENDA
DANA
NAAN
AN SE
SERT
RTA
A PE
PERA
RAN
N
SWASTA
SWASTA
DAFTAR ISI
Jaringan kereta api yang beroperasi saat ini hanya sekitar 4.700 km dari 6.500 km jaringan eksisting dengan produksi 190 juta penumpang dan 16 juta ton barang (Tahun 2009);
Kereta api mempunyai peran penting dalam sistem transportasi nasional dan pengembangan ekonomi wilayah;
Pada tahun 2007, pemerintah telah menerbitkan UU No.23 tentang Perkeretaapian dan didalamnya terdapat paradigma baru pembangunan perkeretaapian yaitu : multioperator, peningkatan peran Pemerintah Daerah, peningkatan peran BUMN/BUMD/Swasta dalam investasi di bidang perkeretaapian.
Dalam Pasal 7 UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian telah diamanatkan penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian dengan memperhatikan kondisi saat ini, lingkungan strategis, tata ruang, potensi kereta api dalam mengatasi masalah penyediaan transportasi, perkembangan teknologi, paradigma pembangunan nasional, peran industri dan masyarakat serta investasi swasta;
Rencana Induk Perkeretaapian memuat arahan pembangunan perkeretaapian sampai dengan Tahun 2030 yang meliputi : arah kebijakan, regulasi, jaringan pelayanan dan prasarana, kelembagaan dan SDM, Teknologi dan Industri, Rencana Investasi, Pendanaan dan Peran Swasta serta Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan.
1. Share angkutan penumpang mencapai 11-13 % dan angkutan barang mencapai 15-17 %;
2. Jaringan kereta api sepanjang 10.000 km, jalur ganda dan elektrifikasi pada lintas
utama Jawa, serta terwujudnya jaringan KA Trans Sumatera;
3. Kereta api sebagai backbone angkutan massal di kota/perkotaan di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Palembang, dan Semarang;
4. Pengoperasian kereta cepat Argo Cahaya (High Speed Train/ HST) di Jawa;
5. Kereta api sebagai backbone angkutan barang di Kalimantan, Sulawesi, Papua; 6. Pelayanan terpadu, aman, selamat,
nyaman, handal, dan terjangkau; 7. Industri perkeretaapian nasional yang
mandiri dan berdaya saing;
8. Penyelenggaraan perkeretaapian yang didukung oleh sistem dan peralatan modern serta SDM yang profesional.
2.
VISI PERKERETAAPIAN
2030
Perkeretaapian yang berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan mampu menjawab tantangan perkembangan.
Visi Perkeretaapian
3.
ARAH KEBIJAKAN
1. Perkuatan dan peningkatan regulasi dalam menjamin keselamatan dan memenuhi kualitas pelayanan;
2. Pemulihan/ peningkatan prasarana dan sarana perkeretaapian yang ada;
3. Mengembangkan angkutan kota/perkotaan di kota-kota besar termasuk
mengembangkan jaringan pelayanan dan akses ke pelabuhan dan bandara.
4. Mengembangkan jaringan pelayanan sesuai dengan peningkatan kebutuhan angkutan penumpang dan barang serta kondisi ekonomi, sosial budaya masyarakat.
5. Mewujudkan pelayanan KA yang terpadu; 6. Meningkatkan peran angkutan
perkeretaapian nasional dan lokal; 7. Melaksanakan pengujian dan sertifikasi
kelaikan prasarana dan sarana;
8. Melaksanakan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan;
9. Merumuskan mekanisme perizinan dan pola pendanaan;
10. Meningkatkan peran swasta dan pemerintah daerah;
11. Mengembangkan dan modernisasi teknologi perkeretaapian;
12. Meningkatkan peran industri perkeretaapian dalam negeri;
13. Meningkatkan standar kompetensi SDM; 14. Meningkatkan keselamatan dan pelayanan
4.
REGULASI
1. Penjabaran UU.23 /2007 tentang Perkeretaaapian, PP.56/2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian dan PP.72/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dalam bentuk norma, standar, pedoman dan kriteria yang dituangkan dalam Keputusan Menteri dan Keputusan Dirjen. 2. Penyempurnaan sistem dan prosedur perawatan
dan pengujian prasarana dan sarana KA serta pemanfaatan teknologi dalam rangka peningkatan keselamatan;
3. Perumusan mekanisme pelaksanaan sertifikasi prasarana, sarana dan SDM perkeretaapian dalam rangka peningkatan keselamatan;
4. Pengembangan standar kompetensi SDM perawatan, pengujian dan operasi KA; 5. Perumusan mekanisme perizinan dengan
mengedepankan transparansi, kesederhanaan, keterpaduan, efisiensi dan efektifitas serta dapat meningkatkan investasi bidang ka ;
6. Penyempurnaan peraturan penetapan
penyelenggaraan prasarana dan sarana oleh BUMN/BUMD dan swasta.
7. Perumusan pedoman pelaksanaan TAC dalam pemanfaatan prasarana milik pihak ketiga yang menjamin sustainability penyelenggaraan
perkeretaapian yang sesuai dengan tingkat pelayanan yang diharapkan;
8. Perumusan persyaratan dan mekanisme penyelenggaraan KA perkotaan dan KA
barang/logistik sesuai dengan tata ruang dan rencana transportasi kota/perkotaan;
9. Perumusan persyaratan dan mekanisme
pembentukan lembaga pengujian prasarana dan sarana perkeretaapian dengan memberikan penekanan kepada peran swasta;
10. Perumusan pola insentif pengembangan prasarana dan sarana perkeretaapian oleh BUMN/BUMD dan swasta;
11. Perumusan peraturan persaingan usaha
perkeretaapian dalam upaya mengembangkan industri perkeretaapian guna mendukung kebutuhan nasional;
12. Perumusan peraturan penggunaan produksi dalam negeri guna pengembangan industri dalam negeri yang mampu mendukung kebutuhan nasional;
5.
JARINGAN PELAYANAN
1. Menyiapkan kerangka konsesi/kontrak manajemen prasarana KA
2. Penguatan kelembagaan Pemda dalam pembinaan dan pengembangan
perkeretaapian
3. Perumusan pola pembiayaan Pemda/Swasta dan Pemerintah
4. Pengembangan sistem insentif dalam menjamin sustainability penyelenggaraan angkutan KA
5. Pengembangan kualitas/tingkat pelayanan sesuai dengan peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi 6. Rehabilitasi dan peningkatan KA sesuai
dengan tata ruang dan rencana
pengembangan sistem transportasi nasional, termasuk menghidupkan lintas yang tidak operasi;
7. Modernisasi sistem pelayanan angkutan KA 8. Mengembangkan jaringan prasarana sesuai
dengan perkembangan wilayah dan permintaan.
9. Meningkatkan keterpaduan intra dan antar moda (integrity)
10. Mengembangkan pelayanan /akses ke bandara dan pelabuhan untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan transportasi kota. 11. Pengembangan teknologi perkeretaapian
yang ramah lingkungan;
12. Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan ka untuk angkutan barang guna mengurangi beban moda lain serta menekan pemanfaatan energi dan polusi udara
13. Meningkatkan efesiensi pengiriman produksi dengan KA
1. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA, jembatan, persinyalan, telekomunikasi dan
pelistrikan pada lintas utama Jawa dan Sumatera;
2. Reaktivasi jalur KA yang potensial
3. Pembangunan dan pengembangan fasilitas perawatan prasarana dan sarana
perkeretaapian (Depo, Balai Yasa, gudang), 4. Pembangunan dry port serta fasilitas
pendukung angkutan barang/logistik 5. Pengembangan peralatan pengujian
prasarana dan sarana perkeretaapian; 6. Perbaikan/retrofit, modifikasi dan
pengadaan sarana KA baru
7. Pengembangan akses jalur KA menuju
bandara dan pelabuhan serta akses dari dan menuju sentra produksi
8. Pembangunan jalur ganda KA pada lintas utama Jawa dan Sumatera
9. Pembangunan jalur KA baru di Jawa
(shortcut dan perkotaan), Sumatera (trans Sumatera Railway), Kalimantan (trans Kalimantan Railways) dan Sulawesi (trans Sulawesi Railways);
10. Pembangunan kereta api cepat (high speed train) di Jawa, diantaranya Jakarta
Surabaya, Jakarta Bandung;
11. Pemanfaatan perkembangan teknologi dalam rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana 12. Modernisasi teknologi bidang
perkeretaapian;
13. Pengembangan/pembangunan teknologi sarana perkeretaapian (tram, monorail, dsb).
2. Menjamin ketersedian lahan bagi
pengembangan jaringan kereta api Trans Sumatera yang menghubungkan kota-kota: Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi,
Palembang, Bandar Lampung 3. Membangun akses dari kawasan
industri/pertambangan ke pelabuhan Belawan, Dumai, Tanjung Api-api, dan Panjang sesuai dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Sumatera.
4. Mewujudkan Jaringan Kereta Api
kota/perkotaan di Medan, Padang, Palembang dan Bandar Lampung
5. Mewujudkan jaringan Kereta Api trans
Sumatera dari Aceh, Medan(Sumatera Utara), Pekanbaru(Riau), Padang(Sumatera Barat), Jambi, Palembang (Sumatera Selatan) hingga Bandar Lampung (Lampung)
6. Membangun akses ke bandara Kualanamu, Minangkabau, Sultan Mahmud Badarudin Dua. 7. Pembangunan fasilitas perawatan prasarana
perkeretaapian di Sumatera. 1. Meningkatkan jalur kereta api eksisting termasuk
reaktivasi jalur non-operasi,
B ANDA ACEH
MEDAN
JAMBI
P ALEMB ANG
P ADANG
BENGKULU L AMPUNG PEK ANB ARU
KETERANGAN:
JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA
1. Optimalisasi jaringan kereta api eksisting melalui program peningkatan, reaktivasi jalur non operasi termasuk jalur kereta api di
Madura.
2. Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi Lintas Utama Jawa.
3. Menjamin ketersedian lahan bagi
pengembangan jaringan kereta api Cepat (HST) yang menghubungkan kota-kota: Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya 4. Mengembangkan kereta api kota/perkotaan di
wilayah Jabodetabek, Bandung, Yogya,
Semarang dan Surabaya serta kota-kota besar lainnya.
5. Membangun akses dari kawasan industri ke pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon, Bojonegaro, Tanjung Mas dan Tanjung perak sesuai dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Jawa.
6. Membangun akses ke bandara Soekarno-Hatta, Kertajati, Adi Sucipto, Ahmad Yani dan Juanda.
7. Pembangunan fasilitas perawatan prasarana perkeretaapian di Jawa. JAK ARTA CIREBON SEMARANG SURAB AYA KETERANGAN: JALUR HST JALUR EKSISTING
2. Membangun akses dari kawasan industri/ pertambangan ke pelabuhan Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak sesuai
dengan rencana pengembangan koridor ekonomi di Kalimantan.
3. Pembangunan jalur kereta api di wilayah
Kalimantan bagian timur yang menghubungkan kota-kota: Balikpapan, Samarinda-Bontang, Samarinda-Tenggarong-Kotabangun, Tanjung-Barabai-Rantau-Martapura-Banjarmasin, Bontang-Sangkulirang-Tanjung Redep, Tanjung-Tanah Grogot.
4. Pembangunan jalur kereta api di wilayah
Kalimantan bagian selatan yang menghubungkan kota-kota: Banjarmasin-Batulicin,
Tanjung-Buntok-Muara Teweh.
5. Pembangunan jalur kereta api di wilayah
Kalimantan bagian tengah yang menghubungkan kota-kota:Banjarmasin-Palangkaraya, Balikpapan-Tanah Grogot.
6. Pembangunan jalur kereta api di wilayah
Kalimantan bagian barat yang menghubungkan kota-kota:Pontianak-Mempawah-Singkawang. 1. Menjamin ketersedian lahan bagi pengembangan
jaringan kereta api Trans Kalimantan yang
menghubungkan kota-kota: Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Palangkaraya dan Pontianak
P AL ANGK ARAYA
PONTI ANAK SINGK AWANG
S AMB AS
B ANJARMASIN
B ALIKP AP AN
S AMARINDA
BONTANG
KETERANGAN:
JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA
1. Menjamin ketersedian lahan bagi
pengembangan jaringan kereta api Trans Sulawesi yang menghubungkan kota-kota: Manado, Bitung, Gorontalo, Palu, Mamuju, Pare-pare, Makasar, Kolaka, dan Kendari.
2. Membangun akses dari kawasan industri ke pelabuhan Bitung dan Makasar sesuai dengan rencana pengembangan koridor jalur ekonomi.
3. Pembangunan jalur kereta api di wilayah Sulawesi bagian utara yang
menghubungkan kota-kota:Manado, Bitung, dan Gorontalo khususnya memberi prioritas pada pembangunan lintasManado-Bitung, serta melaksanakan pembangunan sebagian lintas Gorontalo-Bitung,
4. Pembangunan jalur kereta api di wilayah Sulawesi bagian selatan yang
menghubungkan kota-kota: Makasar,Pare Pare, Takalar khususnya pada lintas Makasar-Pare Pare dan sebagian lintas Makasar-Takalar-Bulukumba
TAK AL AR
P AREP ARE
GORONTALO
BITUNG
MAAK AS AR
MANADO
MAMUJU
P ALU
KOL AK A KENDARI
KETERANGAN:
JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA
1. Menjamin ketersedian lahan
bagi pengembangan jaringan
kereta api di papua yang
menghubungkan kota-kota:
Sorong, Manokwari, Nabire,
Timika, Sarmi dan Jayapura,
2. Membangun akses dari
kawasan
industri/pertambangan ke
pelabuhan Manokwari dan
Jayapura sesuai dengan
rencana pengembangan
koridor ekonomi di Papua.
3. Pembangunan jalur kereta api
di Papua bagian utara yang
menghubungkan kota-kota
Manokwari-Nabire
kj
JAYAPURA KETERANGAN: JALUR TERB ANGUN JALUR RENCANA6.
KELEMBAGAAN DAN SDM
1. Perumusan bentuk penyelenggara
prasarana dan sarana perkeretaapian dalam rangka mewujudkan multioperator dalam penyelenggaraan perkeretaapian;
2. Penetapan status kepemilikan dan hak pengelolaan aset prasarana perkeretaapian sebagai dasar untuk menentukan pola dan sistem konsesi dan kontrak, pengoperasian dan manajemen aset serta aturan akses jaringan (network statement);
3. Pembentukan lembaga pengujian prasarana dan sarana untuk menunjang program
sertifikasi kelaikan operasi prasarana dan sarana perkeretaapian;
4. Percepatan pelaksanaan akreditasi lembaga pengujian prasarana dan sarana
perkeretaapian sebagai upaya pembinaan pemerintah sebagai regulator
perkeretaapian;
5. Pembentukan lembaga diklat untuk menyiapkan SDM yang profesional dan kompeten di bidang perkeretaapian yang
didukung fasilitas, kurikulum dan pola diklat sesuai standar kompetensi yang
dipersyaratkan di dalam peraturan teknis perkeretaapian;
6. Kajian pembentukan Badan regulasi
perkeretaapian yang bertugas memantau persaingan layanan kereta api, mengatur tarif; market entry dan perijinan/pemberian lisensi, memantau kontrak akses prasarana dan menyelesaikan sengketa antar operator perkeretaapian;
7. Perumusan pola diklat berbasis kompetensi (Competence Based Training) termasuk kurikulum/silabus diklat sesuai dengan perkembangan teknologi perkeretaapian; 8. Pelaksanaan sertifikasi SDM untuk
menjamin terpenuhinya kompetensi SDM dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kualitas layanan jasa transportasi perkeretaapian.
7.
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
1. Keret A i Cepat a. Rancang Bangun
Pengembangan konsep dan bl eprint
per j dan keret a api cepat,
Pengembangan prot otip dan t est track
(pengembangan lab ji),
Pengembangan Lembaga
Penyelenggara Keret a Cepat,
Pengembangan Instit si iset Keret a
Api Cepat
b. Teknologi prasarana
Pengembangan t eknologi sinyal,
t elekomunikasi dan listrik unt uk
mendukung pengoperasian yang aman (f ail-safe) ;
c. Teknologi sarana
Penguasaan t eknologi ut ama (bogie,
badan keret a alumunium, sist em propulasi, train controling and monit oring syst em) keret a cepat
et up Line Production komponen
ut ama keret a cepat
2. Kereta api antar kota dengan kecepatan
120-140 km/jam :
a. Teknologi prasarana
Pengembangan t eknologi perangkat
luar support elektrifikasi
Peningkat an kualit as track
Pembangunan elektrifikasi kV Pengembangan konsep&t eknologi
sinyal ( I , lectronic Int erlocking, Aut omatic rain t op)
Set up line production unt uk MOBIS dan
Aut omatic rain St op
Pengembangan t eknologi aut omatic
train prot ection
b. Teknologi sarana
Pengembangan Teknologi keret a
ramah lingkungan dan hemat energi
Pengembangan t eknologi konstruksi
ringan dan modular
Pengembangn t eknologi keret a Tilting
dan acti e /semi acti e suspension
Set up Line Production sist em produksi
3. Kereta api dengan gauge 1435 mm
a. Penyiapan dokumen (basic design dll) dan persiapan konstruksi jalan rel
b. Pembangunan konstruksi jalan rel dan elektrifikasi
c. Pengadaan sarana dan operasional
4. Angkutan Perkotaan : a. Teknologi prasarana
Pengembangan teknologi perangkat luar
support elektrifikasi
Peningkatan kualitas track Pembangunan elektrifikasi
Pengembangan konsep & teknologi sinyal
(MOBIS, electronic interlocing, automatic train stop), pengembangan teknologi sinyal (electronic interlocking)
Pengembangan teknologi centralized train
control
Pengembangan teknologi sinyal
(electronic interlocking)
Pengembangan teknologi automatic train
control
Setup line production dan automatic train
control
Setup line production untuk MOBIS dan
automatic train stop
Pengembangan teknologi automatic train
protection
Setup untuk electronic site inspection
b. Teknologi sarana
Pengembangan teknologi kereta ramah
lingkungan dan hemat energi
Pengembangan teknologi konstruksi
ringan dan modular
Pengembangan teknologi bogie low floor Penguasaan teknologi kereta ringan dan
new transportation system (LRT, Monorail, Tram, dan lain-lain)
5. Kereta Barang :
Pengembangan teknologi intermoda; Pengembangan teknologi distributed
traction power;
Penguasaan teknologi lokomotif elektrif
AC-AC
Pengembangan kapasitas produksi dengan
piramida industri dan sinergi perusahaan dalam negeri;
Penguatan INKA sebagai technology
provider;
Pengembangan dan perkuatan kemampuan
dan kompetensi industri pendukung seperti : casting component, soring component, dll.
Pengembangan dan penguasaan teknologi
material komponen bagi industri pendukung
6. Pengembangan industri perkeretaapian
diarahkan untuk :
a. Mendorong penggunaan kandungan lokal;
b. Mendorong kemandirian industri komponen pendukung kereta api; c. Mengoptimalkan kapasitas industri
prasarana kereta api.
7. Pengembangan teknologi informasi yang mendukung pelayanan jasa perkeretaapian.
8. Pengembangan teknologi sarana
perkeretaapian yang efisien dan ramah lingkungan.
8.
KESELAMATAN DAN KUALITAS PELAYANAN
1. Menjamin ketersediaan norma, standar, prosedur dan kriteria sebagai pedoman dalam pelaksanaan program peningkatan keselamatan dan kualitas pelayanan kereta api.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana aksi secara terpadu antara lembaga dalam rangka peningkatan keselamatan dan keamanan perkeretaapian;
3. Pengembangan sistem audit keselamatan yang menjamin terselenggaranya program keselamatan pada operator
penyelenggaraan perkeretaapian;
4. Melaksanakan sertifikasi kelaikan sarana, prasarana dan fasilitas operasi
perkeretaapian secara menyeluruh dan berkala;
5. Melaksanakan akreditasi terhadap lembaga pengujian, lembaga pendidikan dan
pelatihan SDM operasi dan penguji serta lembaga pendukung lainnya;
6. Peningkatan kapasitas dan keandalan prasarana, sarana dan fasilitas pendukung operasi serta fasilitas perawatan kereta api; 7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas
penelitian keselamatan perkeretaapian; 8. Monitoring pelaksanaan program
keselamatan dan operasi dari setiap penyelenggara perkeretaapian.
9. Melaksanakan pelatihan dan sosialisasi keselamatan perkeretaapian.
10. Menyusun dan menetapkan Standar
Pelayanan Minimal dalam rangka menjamin kualitas pelayanan perkeretaapian.
9.
RENCANA INVESTASI, PENDANAAN DAN PERAN SWASTA
1. Pendanaan pemerintah diprioritaskan padapembangunan infrastruktur per keretaapian difokuskan pada peningkatan aksesibilitas dan keter jangkauan bagi publik seperti angkutan kereta api di wilayah per kotaan dan penyediaan angkutan kereta api untuk memperlancar pergerakan barang/logistik dengan mempertimbangkan besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. 2. Mendorong partisipasi swasta dalam
pendanaan infrastruktur per keretaapian dengan strategi penyiapan program insentif dan paket pembangunan yang menarik dan memberikan keuntungan dalam pengelolaan bisnis per keretaapian.
3. Kebutuhan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur per keretaapian sampai dengan Tahun 2030 diper kirakan membutuhkan investasi sebesar Rp.700 Triliun terdiri dari Investasi Pemerintah/Pemda sebesar Rp.500 Triliun dan Swasta sebesar Rp.200 Triliun.
4. Merumuskan dan menetapkan mekanisme pelaksanaan kontrak pendanaan IMO
dengan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana (BUP);
5. Merumuskan dan menetapkan pedoman pelaksanaan TAC yang mengatur hubungan antara Badan Usaha Penyelenggara Sarana (BUS) dengan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana (BUP);
6. Ketersediaan pendanaan PSO dalam
rangka men jamin peningkatan aksesibilitas dan keter jangkauan pelayanan kereta api terhadap publik.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH
D
epartemen Perhubungan
D
irektorat Jenderal Per keretaapian
Gedung Karsa Lt.2
Jl.Medan Merdeka Barat No.8
Telp.021-3506204, 385683 Fax.021-3813972