• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Rencana Induk SPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Rencana Induk SPAL"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I PERENCANAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR ………TAHUN ……

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Lampiran I ini terdiri dari 3 buku, yaitu : Buku 1 : Pedoman Rencana Induk Buku 2 : Pedoman Studi Kelayakan Buku 3 : Pemberdayaan Masyarakat

BUKU 1

PEDOMAN RENCANA INDUK

A. CAKUPAN DAN JENIS RENCANA INDUK 1. Rencana Induk SPAL Kab/Kota

Rencana Induk SPAL di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air limbah sistem terpusat dan sistem setempat yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota. Kabupaten atau kota yang dimaksud dalam peraturan ini adalah Kota Metropolitan (> 1.000.000 jiwa) dan Kota Besar (> 500.000), sedangkan untuk Kota Sedang (>100.000) menyusun Rencana Induk Sederhana (Outline Plan) dan Kota Kecil (>20.000) cukup membuat SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota).

2. Rencana Induk SPAL Lintas Kab/Kota

Rencana induk SPAL lintas kabupaten dan/atau kota mencakup wilayah pelayanan air limbah sistem terpusat dan sistem setempat yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.

(2)

3. Rencana Induk SPAL Lintas Provinsi

Rencana induk SPAL lintas provinsi mencakup wilayah pelayanan air limbah sistem terpusat dan sistem setempat yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.

4. Rencana Induk SPAL Kawasan Strategis Nasional

Rencana Induk SPAL Kawasan Strategis Nasional mencakup pelayanan air limbah terpusat dan sistem setempat pada wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

B. MAKSUD & TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK 1. Maksud

Maksud penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki pedoman dalam pengembangan dan operasional penyelenggaraan SPAL berdasarkan perencanaan yang efektif, efisien, berkelanjutan, dan terpadu dengan sektor terkait lainnya

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki Rencana Induk SPAL yang sistematis, terarah, dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder (pemerintah, investor, masyarakat).

Kabupaten/Kota yang belum mempunyai rencana induk, rencana pengembangan SPAL mengacu pada Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS).

(3)

C. KEDUDUKAN RENCANA INDUK

Penyusunan Rencana Induk SPAL mengacu pada prinsip pengembangan wilayah; RUTRW/K, RPJPN maupun perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan Rencana Induk SPAL berada dibawah kebijakan spasial di masing-masing daerah baik pada skala Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Kedudukannya adalah sebagai petunjuk teknis dalam penyusunan strategi pembangunan per kawasan, serta mempengaruhi rencana program investasi infrastruktur. Sedangkan untuk kota menengah dan kecil, keberadaan SSK menjadi alternatif pengganti Rencana Induk SPAL seperti terlihat pada Gambar I.1.

Gambar I.1. Kedudukan Rencana Induk SPAL *) SSK untuk Kota Sedang dan Kecil dapat digunakan sebagai Rencana Induk D. PERIODE PERENCANAAN

Rencana induk SPAL harus direncanakan untuk periode perencanaan 20 tahun, dihitung dengan mempertimbangkan penetapan oleh kepala daerah sesuai dengan kewenangannya.

NASIONAL PROPINSI KABUPATEN/KOTA RTRWN RTRW PROPINSI RTRW KAB/KOTA RPJMN RPJM PROPINSI RPJM KAB/KOTA KEBIJAKAN SPASIAL KEBIJAKAN SEKTORAL PROGRAM RENCANA INDUK SPAL STRATEGI PEMBANGUNAN KAB/KOTA (SSK)*) STRATEGI PEMBANGUNAN PER KAWASAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR RPIJM

(4)

Periode perencanaan dalam penyusunan rencana induk ini dibagi menjadi 3 tahap pembangunan sesuai urutan prioritas, yaitu:

1. Perencanaan Jangka Pendek (Tahap Mendesak)

Perencanaan pembangunan jangka pendek atau tahap mendesak dilaksanakan dalam satu sampai dua tahun anggaran, dengan memprioritaskan pada hal yang mendesak.

2. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan pembangunan jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun setelah dilaksanakan program jangka pendek. 3. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan pembangunan jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pembangunan di sektor air limbah untuk 20 tahun yang akan datang.

E. EVALUASI RENCANA INDUK

Rencana Induk SPAL harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana induk bidang sanitasi lainnya, tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi dalam bidang lingkungan (Local Environment Strategy), ataupun hasil rekomendasi audit lingkungan kota yang terkait dengan air limbah permukiman.

F. MUATAN RENCANA INDUK

Rencana Induk Pengembangan SPAL paling sedikit memuat : 1. Rencana Umum, meliputi :

a. Evaluasi Kondisi Kota/Kawasan

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang bersangkutan.

(5)

Evaluasi yang dilakukan dengan menginventarisasi peralatan dan perlengkapan sistem pengelolaan air limbah eksisting.

c. Program dan Kegiatan Pengembangan

Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana induk meliputi identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan unit pengolahan meliputi pengolahan air limbah permukiman (baik pengolahan fisik, biologis, maupun pengolahan kimia) dan pengolahan lumpur, perkiraan debit buangan hasil pengolahan air limbah dan lumpur, serta identifikasi badan air penerima.

d. Kriteria dan Standar Pelayanan

Kriteria dan standar pelayanan, mencakup kriteria teknis yang dapat diaplikasikan dalam perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data hasil survei maka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan. e. Rencana Keterpaduan Program Sanitasi

Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) Sanitasi, adalah bahwa penyelenggaraan SPAL dan prasarana perkotaan yang terkait (air minum, persampahan, dan drainase) memperhatikan keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap tahapan penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap baku mutu sumber air baku air minum. Keterpaduan SPAL dengan PS sanitasi dilaksanakan berdasarkan prioritas adanya sumber air baku. Misalnya bila pada suatu daerah terdapat air tanah dangkal dengan kualitas yang baik, maka sistem sanitasi harus menggunakan sistem terpusat (off site sistem), atau contoh lainnya adalah peletakan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah atau Instalasi Pengolahan Lumpur Terpadu di hilir lokasi pengambilan air baku air minum.

f. Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi

Rencana pembiayaan dan pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh komponen pekerjaan perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pembebasan tanah, dan perizinan.

(6)

g. Rencana Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Perundang-undangan

Rencana Pengembangan Kelembagaan merupakan rencana yang dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan dalam penyelenggaraan SPAL. Kelembagaan dalam penyelenggaraan SPAL dimaksudkan untuk melakukan penyusunan rencana, penelaahan kebijakan, pengkajian, pengelolaan, serta mengkordinasikan kegiatan bidang perencanaan dan pengembangan SPAL.

h. Rencana Pemberdayaan Masyarakat

Rencana pemberdayaan masyarakat meliputi struktur organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

2. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah

Rencana sistem pengelolaan air limbah terdiri dari : a. Unit Pelayanan

b. Unit Pengumpulan c. Unit Pengolahan

d. Teknologi Pengolahan Lumpur

3. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat a. Unit Penampungan Tinja Setempat

b. Sarana Pengangkutan Lumpur Tinja (SPLT) c. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

G. PROSES PENYUSUNAN RENCANA INDUK

Tahapan penyusunan Rencana Induk terdiri dari Tahap Pengumpulan Data dan Tahap Penyusunan Strategi SPAL. Tahapan proses penyusunan Rencana Induk dapat dilihat pada Gambar I.2. Sedangkan tahapan penyusunan SSK sesuai dengan pedoman penyusunan SKK yang telah berlaku selama ini.

(7)

Gambar I.2. Proses Penyusunan Rencana Induk

Permasalahan yang Dihadapi 1. Masalah Kelembagaan 2. Masalah Teknis dan

Lingkungan

3. Masalah Pembiayaan 4. Masalah Peraturan

Perundangan 5. Masalah peran serta

masyarakat dan Swasta

Rencana Program Investasi Pengembangan SPAL Rencana Tahapan Pelaksanaan Kegiatan:

- Jangka Pendek/Tahap Mendesak - Jangka Menengah

- Jangka Panjang Kebijakan Pengembangan Sistem PAL

Pengumpulan Data 1. Data sekunder 2. Data Primer

Data Kondisi Daerah Rencana 1. Deskripsi daerah rencana 2. Kondisi fisik

3. Tata Ruang Kota 4. Kependudukan

5. Prasarana kota yang terkait 6. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat

7. Tingkat kesehatan penduduk

Data Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah

Teknis:

1. Kinerja pelayanan 2. Tingkat pelayanan 3. Periode pelayanan 4. Cakupan pelayanan

5. Kinerja instalasi dan jaringan perpipaan

6. Jumlah dan kinerja peralatan/perlengkapan 7. Sistem pengolahan

8. Prosedur dan kondisi operasi dan pemeliharaan

Non Teknis:

1. Kondisi dan kinerja keuangan 2. Kondisi dan kinerja karyawan 3. Kinerja kelembagaan

4. Jumlah pelanggan

 Strategi pengembangan prasarana

 Strategi pengembangan kelembagaan

 Strategi pengembangan peraturan dan perundangan

 Strategi pengembangan edukasi dan peran masyarakat

 Strategi pengembangan ekonomi dan pembiayaan - Tujuan & Target Penanganan

- Pilihan Arah Pengembangan - Penetapan Arah Pengembangan - Strategi Transformasi Sistem

Setempat menjadi Terpusat

Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Analisis SWOT

- Pembagian Zona Perencanaan - Arah Pengembangan SPAL

(8)

G.1. Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan meliputi data kondisi daerah rencana, data kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah, dan data permasalahan yang dihadapi saat ini. Cara pengumpulan dan analisis data untuk menyusun Rencana Induk SPAL dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder

Merupakan pengumpulan data yang sudah ada, baik berupa data statistik, data hasil survei dan studi terkait, NSPM serta kebijakan dan pengaturan. Selanjutnya dilakukan analisis untuk proyeksi kebutuhan sesuai periode perencanaan induk 20 tahun yang akan datang.

2. Pengumpulan dan Analisis Data Primer

Merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui pekerjaan survey secara langsung ke lokasi pengelolaan air limbah pengambilan sampling dan penyelidikan laboratorium yang dipandang perlu untuk menyusun Rencana Induk SPAL yang mengacu pada studi EHRA (EHRA = Environment And Health Risks Assessment).

3. Studi EHRA (EHRA = Environment And Health Risks Assessment)

Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan pengamatan.

Adapun tujuan dari studi EHRA adalah untuk mengumpulkan data primer tentang gambaran situasi sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan kabupaten/kota pada saat ini, secara khusus tujuannya adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan gambar kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan.

b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan.

(9)

Studi ini berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, yang masing-masing terdiri dari :

a. Fasilitas sanitasi

Fasilitas sanitasi yang mencakup : 1) Sumber air minum

2) Layanan pembuangan sampah 3) Jamban

4) Saluran pembuangan air limbah b. Perilaku masyarakat

Perilaku masyarakat yang mencakup : 1) Buang air besar

2) Cuci tangan pakai sabun,

3) Pengelolaan air minum rumah tangga, 4) Pengelolaan sampah dengan 3R

5) Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan) c. Tahapan Studi EHRA

Sementara itu, tahapan-tahapan dalam studi EHRA adalah sebagai berikut :

1) Pembentukan tim studi EHRA

Studi EHRA memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata, agar efektif, Pokja Sanitas Kabupaten/Kaota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.

2) Penentuan target area survey

Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Penentuan target area survey Tim Studi EHRA melibatkan Camat agar informasi yang di dapatkan lebih akurat. Adapun kriteria penetapan klaster antara lain :

a) Kepadatan penduduk, yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

(10)

b) Angka kemiskinan, dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100%

∑ KK

c) Daerah/wilayah yang dialiri sungai/ kali /saluran drainase/ pesisir saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

d) Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/ genangan, lamanya surut.

3) Pelatihan Enumerator dan Entri Data

EHRA merupakan sebuah survey partisipatif di tingkat kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai tingkat kelurahan. Komponen penting dalam pelaksanaannya adalah enumerator dan data entri. Berdasarakan hall tersebut perlu dilaksanakan pelatihan yang bertujuan untuk:

a) Melatih tenaga enumerator dan data entri untuk kegiatan survey EHRA.

b) Menjelaskan tugas coordinator dan supervisor di lapangan dalam survey EHRA.

4) Pelaksanaan Survey dan Entri Data

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan survey adalah sebagai berikut :

a) Persiapan logistik b) Persiapan E-Numerator c) Persiapan Supervisor d) Pelaksanaan survey EHRA

(11)

Output dari pelaksanaan survey ini adalah :

a) Terisinya kuisioner dengan lengkap oleh enumerator dan di cek oleh supervisor dan koordinator wilayah.

b) Terisinya lembar spot check.

c) Terisinya laporan harian dan rekap harian oleh supervisor. Setelah survey dilakukan, selanjutnya data yang telah dikumpulkan, dimasukkan dan dikumpulkan menjadi satu untuk diolah. Kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian siap untuk dientri ke dalam program Epi-info.

5) Analisis Hasil Studi EHRA

Data hasil entri yang siap dianalisa dengan menggunakan SPSS. Hasil analisa dari studi EHRA menjadi bahan masukan bagi penyusunan buku putih dan berperan dalam penentuan area beresiko sanitasi. Di samping itu, analisa studi EHRA juga menjadi input untuk penyusunan strategi Sanitasi Kota.

Selanjutnya dilakukan analisis untuk proyeksi kebutuhan sesuai periode perencanaan induk 20 tahun yang akan datang.

Pengumpulan Data, meliputi : G.1.1. Data kondisi daerah rencana;

Berisi semua data baik primer maupun sekunder yang berhubungan dengan penyusunan Rencana Induk SPAL, data tersebut adalah :

1. Deskripsi Daerah Rencana

Berupa uraian singkat mengenai daerah rencana. Uraian ini berisi tentang letak dari daerah rencana secara geografis (berdasarkan lintang dan bujur) serta batas-batas (Utara, Selatan, Timur dan Barat) dari daerah rencana.

2. Kondisi Fisik

Data kondisi fisik daerah rencana sangat penting karena ikut menentukan sistem pengelolaan air limbah. Data-data yang diperlukan meliputi :

(12)

Kondisi topografi ikut menentukan sistem pengelolaan air limbah, seperti kondisi lahan yang landai sulit menerapkan sistem perpipaan bila dibandingkan dengan lahan yang miring atau curam. Sedangkan kondisi yang berbukit-bukit mungkin lebih menguntungkan menggunakan sistem inseptor. Data topografi harus dilengkapi dengan peta daerah rencana yang dilengkapi dengan kontur.

b. Iklim

Data iklim diperlukan untuk perencanaan sistem instalasi pengolahan air limbah terutama suhu dan penyinaran matahari. Curah hujan sangat mempengaruhi kualitas air sungai serta tingkat infiltrasi terhadap jaringan air limbah. Data iklim ini meliputi kecepatan angin, penyinaran matahari, kelembaban, suhu udara, dan curah hujan. Untuk curah hujan diperlukan data lebih banyak, yaitu data 10 tahun terakhir.

c. Sungai dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

Analisa pencemaran sungai diperlukan untuk memperkirakan secara teoritis tingkat pencemaran yang sudah terjadi dan yang akan terjadi dimasa mendatang karena pengaruh pembuangan air limbah ke sungai. Analisa pencemaran sungai diperlukan untuk mengetahui upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pengelolaan air limbah domestic, serta dalam rangka rencana pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh. Parameter yang dipakai adalah BOD, karena pencemaran sungai terjadi akibat pembuangan limbah domestik. Data yang dibutuhkan yaitu panjang sungai, daerah yang dilewati, pemekaran daerah yang dilewati, debit sungai serta keadaan sekitar daerah aliran sungai (DAS) serta rencana pengembangan pengelolaan sumber daya air. Data ini juga dilengkapi dengan peta yang menggambarkan sungai yang ada di daerah rencana. Analisa pencemaran sungai pada tahun yang akan datang dapat diperoleh dengan mengkorelasikan data proyeksi penduduk yang akan menjadi beban sungai. Dari analisa tersebut maka didapatkan proyeksi pencemaran sungai dengan menganalisa beban sungai dari tiap-tiap daerah alirannya. Hasil analisa ini

(13)

juga dapat dilengkapi dengan peta yang menggambarkan hal tersebut.

d. Laut

Data yang dibutuhkan adalah perkiraan penyebaran polutan di laut yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut, yaitu :

1) Kedalaman dasar laut (kontur)

Kedalaman dasar laut didapat dari peta topografi dasar laut yang dikeluarkan oleh TNI Angkatan Laut dan Jawatan Hidro-Oseanografi.

2) Tinggi muka air

Tinggi muka air laut didapat dari data pasang surut yang dikeluarkan oleh TNI Angkatan Laut dan Jawatan Hidro-Oseanografi.

3) Arah dan kecepatan arus

Arah dan kecepatan arus didapat dari Jawatan Hidro-Oseanografi.

4) Prakiraan distribusi dan pencemaran laut

Merupakan gabungan dari data-data diatas sehingga dapat diketahui arah sebaran dari pencemaran laut.

5) Kualitas air laut

Berdasarkan prakiraan distribusi dan pencemaran laut maka dapat diketahui titik-titik pengambilan sampel air laut untuk mengetahui kualitas dan tingkat pencemarannya.

e. Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah sangat erat hubungannya dengan sistem sanitasi setempat seperti tangki septik selalu memerlukan bidang resapan melalui lapisan tanah. Data permebilitas tanah ini berdasarkan survei perkolasi dan dilengkapi dengan peta tingkat permeabilitas tanah di daerah rencana.

(14)

Kualitas air tanah sangat erat kaitannya dengan sistem sanitasi setempat. Data yang dibutuhkan adalah data kualitas air tanah dan data tinggi muka air tanah. Untuk mengetahui kualitas air tanah dilakukan uji kualitas air tanah dengan mengambil sampel dari sumur penduduk, sedangkan untuk data tinggi muka air tanah dilakukan dengan survei muka air sumur penduduk. g. Geologi

Data geologi merupakan data tentang struktur tanah yang ada di daerah rencana. Data geologi ini dapat ditunjukkan melalui peta geologi.

3. Tata Ruang Kota

Data yang dibutuhkan untuk tata ruang daerah rencana yaitu data tentang penggunaan lahan daerah rencana (dilengkapi dengan peta), dan RURTK yang dibuat oleh masing-masing daerah rencana. Data ini juga dilengkapi dengan data fasilitas-fasilitas pelayanan kota seperti hotel, rumah makan, kantor pemerintahan dan industri. Peta penggunaan lahan untuk sarana umum antara lain Sistem Penyediaan Air Minum, Sistem Pengelolaan Air Limbah, Sistem Pengelolaan Persampahan, serta Sistem Drainase Perkotaan, sangat diperlukan dalam penyusunan rencana induk sistem pengelolaan air limbah baik terpusat maupun setempat.

4. Kependudukan

Informasi kependudukan diharapkan dalam time series minimal 5 tahun antara lain: jumlah penduduk, laju pertumbuhan Penduduk, struktur umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan lain-lain.

a. Penduduk Saat ini

Data penduduk saat ini yaitu jumlah dan kepadatan penduduk di suatu daerah sangat menentukan terhadap cara penanganan sanitasinya terutama pembuangan air limbah dan produksi air limbah penduduk. Data tentang kepadatan penduduk saat ini dapat pula dilengkapi dengan peta kepadatan penduduk.

(15)

Proyeksi penduduk didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi). Proyeksi penduduk penyelenggaraan SPAL dilakukan untuk 20 tahun. Proyeksi penduduk ini memerlukan data jumlah penduduk pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya data-data 10-20 tahun-tahun sebelum periode perencanaan. Data kependudukan dapat diperoleh baik secara primer maupun data sekunder dari BPS. Dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui pula proyeksi kepadatan penduduk pada 20 tahun yang akan datang.

5. Prasarana Kota yang Terkait

Dalam rangka perlindungan dan pelestarian air, selain data dan gambar Pengelolaan Sumber Daya Air, diperlukan juga data dan gambar Sistem Penyediaan Air Minum, Sistem Pengelolaan Air Limbah, Sistem Pengelolaan Persampahan, serta Sistem Drainase Perkotaan yaitu sebagai berikut :

a. Air Minum

Air minum sangat erat kaitannnya dengan Rencana Induk SPAL. Data tentang air bersih yang dibutuhkan adalah sumber air minum yang digunakan penduduk, tingkat pemakaian dan proyeksi kebutuhan air minum untuk 20 tahun yang akan datang. Debit air limbah yang berasal dari buangan air minum dapat diketahui pula untuk 20 tahun yang akan datang. Data-data tersebut dilengkapi dengan peta presentasi pelayanan oleh PDAM dan peta sumber air di daerah rencana.

b. Persampahan

Persampahan di daerah rencana perlu dicermati, karena pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan badan air baik langsung maupun tidak langsung. Data yang dibutuhkan yaitu data timbulan sampah, jenis-jenis sampah, kondisi pelayanan persampahan, dan data-data lain tentang persampahan di daerah rencana. Dari korelasi dengan proyeksi penduduk maka didapat pula proyeksi timbulan sampah minimal 10 tahun yang akan datang. Data–data dilengkapi dengan peta sistem

(16)

pengelolaan sampah yang ada, antara lain meliputi Lokasi TPA, TPS, dan Sarana & Prasarana Persampahan lainnya.

c. Drainase Perkotaan

Saluran pematusan air hujan atau drainase sangat erat hubungannya dengan air limbah, karena pada umumnya penduduk membuang air limbah rumah tangga ke saluran ini. Data yang diperlukan adalah data jaringan drainase di daerah rencana, panjang saluran, keadaan saluran, serta kualitas air dalam saluran. Dilengkapi dengan peta perkiraan genangan yang umumnya terjadi apabila musim hujan. Dari korelasi dengan pertumbuhan penduduk maka didapat pula proyeksi penggunaan lahan untuk 20 tahun.

6. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Pendapatan dan Sumber Mata Pencaharian

Dalam pemilihan teknologi pengelolaan air limbah, salah satu faktor penting adalah kemampuan penduduk membiayai operasi setiap teknologi yang diusulkan. Dimana kemampuan ini erat hubungannya dengan pendapatan dan sumber mata pencaharian penduduk. data yang dibutuhkan adalah data pendapatan penduduk, mata pencaharian, pengeluaran penduduk, dan pengeluaran penduduk untuk pengelolaan air minum.

b. Kepemilikan Rumah

Data yang diperlukan adalah kondisi kepemilikan rumah di daerah rencana, proyeksi perumahan sampai 20 tahun yang akan datang, luas pekarangan rumah sarta dilengkapi dengan peta kondisi lahan sisa pekarangan eksisting dan untuk proyeksi 20 tahun yang akan datang. Selain itu, data kondisi kepemilikan rumah juga diperlukan untuk mengetahui SPAL yang akan digunakan untuk suatu kawasan perumahan. Apabila suatu kawasan perumahan real estate dilewati oleh jaringan pipa SPALT, maka pengembangnya wajib untuk melakukan penyambungan saluran air limbah setiap rumah ke jaringan pipa terpusat tersebut, akan tetapi apabila di Kota tersebut tidak terdapat SPAL, maka pengembang kawasan perumahan tersebut

(17)

harus membuat jaringan dan IPAL sendiri dan dikelola oleh pengembang kawasan perumahan tersebut.

c. Non Permukiman

Yang dimaksud non pemukiman disini adalah daerah komersial dan daerah non komersial. Yang menjadi perhatian adalah daerah komersial seperti daerah jasa, perdagangan dan industri. Data yang diperlukan adalah pendapatan rata-ratanya, kondisi bangunannya, pengeluarannya untuk pemenuhan air minum, dan proyeksinya untuk 20 tahun yang akan datang.

7. Tingkat Kesehatan Penduduk

Tingkat kesehatan penduduk sangat erat kaitannya dengan sistem sanitasinya. Maka diperlukan data-data tentang penyakit yang sering timbul, khususnya yang berhubungan dengan air limbah. Selain itu diperlukan data fasilitas kesehatan yang ada di daerah rencana.

G.1.2. Data Kondisi Eksisting SPAL

Sebelum menetapkan rencana pengembangan di sektor air limbah permukiman perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi pengelolaan eksisting dan upaya pengelolaan dari pemerintah.

Data kondisi sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada dikelompokkan dalam Data Teknis dan Data Non Teknis.

1. Data Teknis

Data teknis yang diperlukan untuk SPALT antara lain meliputi : a. Kinerja Pelayanan

b. Tingkat Pelayanan c. Periode Pelayanan d. Cakupan Pelayanan

e. Kinerja Instalasi dan Jaringan Perpipaan f. Jumlah dan Kinerja Peralatan/ Perlengkapan g. Sistem Pengelolaan

(18)

Sedangkan data teknis yang diperlukan untuk SPALS antara lain adalah :

a. Pemetaan masyarakat tentang kondisi sumber air dan akses terhadap sarana sanitasi yang tersedia.

b. Kelayakan Teknis di Lapangan

c. Prediksi Perkembangan Lingkungan Permukiman, dan d. Prediksi Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat

Sedangkan untuk IPLT, data teknis yang diperlukan antara lain : a. Peta Wilayah dengan data Topografi

b. Data Sosial dan Ekonomi c. Data geografi

d. Data Geologi, dan data lain yang relevan 2. Data Non Teknis

Data non teknis yang diperlukan untuk SPALT antara lain meliputi : a. Kondisi dan Kinerja Keuangan

b. Kondisi dan Kinerja Karyawan c. Kinerja Kelembagaan

d. Jumlah Pelayanan

Sedangkan data non teknis yang diperlukan untuk SPALS antara lain adalah :

a. Kondisi/ Permukiman b. Kebiasaan/ Perilaku

c. Jumlah Calon Penerima Manfaat untuk 5 tahun ke depan 3. Penyusunan Buku Putih Sanitasi

Proses penyusunan buku putih sanitasi meliputi tahapan-tahapan berikut ini :

a. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan adanya kesepahaman dan kesamaan persepsi di antara anggota Pokja tentang adanya buku putih sanitasi yang menjadi dasar penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota. Output dari kegiatan ini adalah adanya kesepakatan rencana kerja penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota.

(19)

b. Penyiapan Profil Wilayah

Tujuan kegiatan penyiapan profil wilayah dalam Buku Putih Sanitasi adalah untuk menjelaskan kondisi saat ini dari Kabupaten/ Kota (termasuk kondisi geografis, geohidrolis, administratif, aspek demografis, tata ruang wilayah, kondisi sosial budaya, perekonomian dan keuangan daerah, serta kelembagaan Pemerintah Daerah. Output yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah terkumpulnya datas sekunder dan dapat menggambarkan profil wilayah suatu Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.

c. Penilaian Profil Sanitasi

Kegiatan ini bertujuan agar menghasilkan data dasar (baseline). Data dasar yang dimaksud dapat membantu memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh mengenai data teknis/non-teknis yang mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten/Kota. Output yang diharapkan adalah tersusunnya peta sistem sanitasi bagi tiap komponen dan lokasinya yang spesifik, adanya data hasil survei atau kajian yang disyaratkan untuk penyusunan Buku Putih Sanitasi, serta teridentifikasinya rencana program dan kegiatan pengembangan sanitasi atau kegiatan sanitasi yang sedang berlangsung.

d. Penetapan Area Berisiko Sanitasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan pengembangan sanitasi tersebut. Prioritas yang dimaksud bertujuan untuk menentukan arah pembangunan sanitasi Kabupaten/Kota di masa mendatang. Output dari kegiatan ini dapat menghasilkan posisi pengelolaan sanitasi saat ini di Kabupaten/Kota.

e. Finalisasi Buku Putih

Buku Putih Sanitasi yang telah selesai kemudian disahkan oleh Bupati/Walikota setempat. Hal terpenting dalam melakukan finalisasi buku putih adalah membangun pemahaman dan persepsi yang sama di lingkungan internal SKPD-SKPD mengenai dokumen putih sanitasi yang telah disusun. Proses ini perlu dilakukan sebelum Pokja menginformasikan hasil buku putih ke masyarakat yang lebih luas. Output dari kegiatan ini adalah tersusunnya Draf Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota, terselenggaranya kegiatan

(20)

Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi, dan Pengesahan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota oleh Kepala Daerah (Bupati/Walikota).

Disamping itu, diperlukan juga data-data yang meliputi :

 Peta Dasar dan Peta Identifikasi

Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang diperlukan meliputi:

a. Peta tata guna lahan eksisting; b. Peta kepadatan penduduk;

c. Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E. coli; d. Peta kualitas air sungai dengan parameter E. coli dan BOD;

e. Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water) dengan parameter E. Coli dan BOD;

f. Peta water borne disease; g. Peta pelayanan PDAM; dan

h. Peta fasilitas sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (on-site dan off-site).

Setelah mengetahui kondisi eksisting daerah perencanaan, kemudian dilakukan identifikasi permasalahan yang ada di daerah perencanaan untuk mengetahui besarnya tingkat pelayanan yang telah dilakukan.

 Identifikasi Permasalahan Eksisting

Permasalahan tersebut dapat berupa permasalahan dalam bidang : a. Teknis, mencakup spesifikasi tangki septic eksisting, yang

berkaitan dengan permeabilitas tanah, lahan yang tersedia dan tingkat pengetahuan teknis dari masyarakat;

b. Budaya, mencakup kebiasaan penduduk membuang air limbah; c. Ekonomi, mencakup kemampuan membangun fasilitas sanitasi

(21)

d. Lingkungan, mencakup dampak dari keseluruhan permasalahan tersebut terhadap keadaan sekitarnya agar dapat ditanggulangi sesuai skala prioritas.

 Data Kondisi Eksisting SPAL yang diperlukan

Berikut adalah data kondisi eksisting SPAL yang perlu dikumpulkan: a. Tingkat Pelayanan

Data kondisi sistem pengelolaan air limbah dalam hal ini tingkat pelayanannya adalah sejauh mana pelayanan air limbah yang ada di area pelayanan. Data dapat berupa jumlah MCK/cubluk, pipa penyalur air limbah (jika ada), tangki septik, jumlah penduduk terlayani, kawasan pelayanan, dan data lain yang mencerminkan pengelolaan air limbah yang ada di lapangan saat ini.

b. Sistem Pengelolaan Meliputi :

1) Aspek Teknis

Data yang dibutuhkan berupa data teknis meliputi data mengenai kinerja pelayanan, tingkat pelayanan, periode perencanaan, cakupan pelayanan, kinerja instalasi dan jaringan perpipaan, jumlah dan kinerja peralatan/ perlengkapan (termasuk sarana&prasarana air limbah), sistem pengelolaan air limbah yang digunakan oleh penduduk di daerah rencana, serta prosedur dan kondisi operasi dan pemeliharaan.

2) Aspek Kelembagaan

Data yang diperlukan adalah bentuk lembaga pengelola air limbah yang ada di daerah rencana, struktur organisasi, dan TUPOKSI lembaga pengelola.

3) Aspek Hukum

Data yang diperlukan adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang institusi pengelola, teknis penanganan limbah, dan tarif retribusi, maupun peraturan lain yang secara tidak langsung berkaitan dengan air limbah juga harus

(22)

mendapatkan perhatian lebih. Contohnya adalah peraturan tentang daerah aliran sungai dan lain-lain.

4) Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Data yang diperlukan adalah daerah-daerah yang telah mendapatkan program-program seperti SANIMAS dan program lainnya.

5) Aspek Pendanaan

Data yang diperlukan adalah sumber pendanaan, jumlah pendapatan, biaya OM, dan besaran tarif/retribusi.

G.1.3. Permasalahan yang Dihadapi

Langkah pertama sebelum menentukan arah dan strategi pengembangan sarana dan prasarana air limbah, terlebih dahulu harus disepakati mengenai permasalahan pencemaran air limbah, baik pada area skala kawasan maupun kota.

Permasalahan yang dihadapi dapat berupa masalah–masalah sebagai berikut :

1. Masalah Kelembagaan

Permasalahan kelembagaan dapat berupa masalah bentuk institusi yang mengelola, dasar hukum pembentukan institusi yang masih belum ada, atau masalah sumber daya manusia yang ada dalam kelembagaan tersebut.

2. Masalah Teknis dan Lingkungan

Permasalahan yang berhubungan dengan aspek teknis dalam pengelolaan air limbah pada umumnya berhubungan dengan pengelolaan yang dilakukan penduduk saat ini, baik itu sistem setempat maupun sistem terpusat. Berdasarkan kondisi tersebut, permasalahan teknis pencemaran air limbah dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pencemaran Air Limbah saat ini

(23)

Formulasi permasalahan pencemaran air limbah saat ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencemaran dengan standar lingkungan atau standar kesehatan yang berlaku.

b. Pencemaran Air Limbah dimasa mendatang

Formulasi permasalahan pencemaran air limbah dimasa mendatang (20 tahun proyeksi) dilakukan dengan memproyeksikan pencemaran air limbah yang akan terjadi dengan skenario tidak melakukan tindakan apapun terhadap pencemaran air limbah.

Dalam uraian permasalahan teknis ini harus mencerminkan keadaan sesungguhnya sistem pengelolaan air limbah yang dilakukan penduduk saat ini yang dilengkapi dengan data-data yang mendukung.

3. Masalah Pembiayaan

Permasalahan biaya yang telah terjadi berhubungan dengan sumber-sumber pembiayaan pengelolaan SPAL, besarnya alokasi dana APBD, tarif retribusi yang ditetapkan, mekanisme penarikan retribusi, dan realisasi penerimaan retribusi saat ini.

4. Masalah Peraturan Perundangan

Permasalahan peraturan perundangan berupa permasalahan dalam implementasi dan kekinian peraturan-peraturan terkait dalam pengelolaan SPAL dan penerapan sanksi yang diberikan apabila ada yang melanggar peraturan yang telah dibuat selama ini.

5. Masalah Peranserta Masyarakat dan Swasta

Permasalahan peranserta masyarakat dan swasta berupa permasalahan dalam bidang budaya dan sosial ekonomi. Permasalahan budaya seperti kebiasaan penduduk untuk membuang air limbah langsung ke saluran atau ke sungai juga perlu diperhatikan. Dijelaskan pula akibat dari perilaku atau kebiasaan penduduk setempat dalam perilakunya membuang air limbah.

6. Masalah Sosial dan Ekonomi

Permasalahan sosial ekonomi hubungannya erat dengan kemampuan penduduk memiliki fasilitas sanitasi yang sehat. Faktor-faktor yang

(24)

mempengaruhinya berupa tingkat pendapatan, kerelaan, dan kesediaan penduduk untuk memenuhi tingkat sanitasi yang sehat. Analisis terhadap besar kecilnya dampak yang ditimbulkan dari permasalahan-permasalahan tersebut, dapat didasarkan pada beberapa pedoman. Pedoman yang dipakai dalam menganalisa permasalahan tersebut adalah:

1. Data kasus penyakit yang berhubungan dengan air

2. Kualitas air sungai harus sesuai dengan ketentuan pemerintah 3. Kualitas air laut harus sesuai dengan ketentuan pemerintah.

4. Kualitas air tanah yang digunakan sebagai air bersih tidak mengandung coli tinja.

Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisa, maka dapat diberikan uraian tentang target penanganan untuk tiap-tiap permasalahan tersebut. Penanganan tersebut dengan memperhatikan tingkat pencemaran air sungai, tingkat pencemaran laut dan tingkat pencemaran air tanah.

G.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan G.2.1. Umum

Setelah diketahui kondisi permasalahan serta pengelompokkan pelayanan di sektor air limbah maka perlu disusun upaya penanganan sesuai dengan tingkat prioritasnya. Namun sebelumnya harus disusun strategi dan target yang akan dicapai. Strategi tersebut harus sejalan dengan dan tidak bertentangan dengan yang telah digariskan pemerintah.

Strategi ini harus sesuai dengan arahan kebijakan nasional dalam bidang pengelolaan air limbah, kebijakan daerah seperti RURTK, Millenium Development Goal (MDG), dan Deklarasi Kyoto.

Target yang akan dicanangkan harus realistis dan sesuai dengan kemampuan membangun dari pemerintah serta tidak terlalu memberatkan masyarakat. Sedangkan strategi yang akan disusun mencakup pembiayaan sistem sanitasi, berikut sumber pendanaannya

(25)

untuk pembangunan jangka mendesak, jangka menengah dan jangka panjang termasuk lembaga pengelola dan dampak lingkungan.

G.2.2. Tujuan dan Target Penanganan 1. Jangka Pendek

Tujuan penanganan tahap jangka pendek ini adalah dilaksanakan dalam satu sampai dua tahun anggaran. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dasar sanitasi sebagai dasar pengelolaan air limbah. Kebutuhan dasar ini didapat setelah menganalisa data eksisting pengelolaan air limbah saat ini.

2. Jangka Menengah

Program jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun setelah dilaksanakan program jangka pendek. Program jangka menengah ini sesuai dengan permasalahan yang ada dan strategi yang akan dilaksanakan untuk pemenuhan sistem pengelolaan dan pembuangan air limbah untuk daerah rencana.

3. Jangka Panjang

Program jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pembangunan di sektor air limbah untuk -20 tahun yang akan datang. Tujuan pembangunan ini untuk menekan laju pencemaran terhadap badan air dan air tanah serta mengurangi tingkat pertambahan kasus penyakit yang disebabkan air limbah yang pada akhirnya diharapkan dapat menunjang produktifitas penduduk serta membantu peningkatan potensi daerah.

G.2.3. Pilihan Arah Pengembangan

Sebelum menetapkan rencana induknya, setiap kabupaten/kota harus terlebih dahulu menetapkan pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk masa 20 tahun mendatang. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang harus dipertimbangkan antara lain adalah:

- Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan; - Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu;

(26)

- Mengembangkan sistem off-site skala kota; dan

- Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju.

Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah, minimal harus dianalisis dengan metode SWOT, yaitu analisis Kekuatan (Sthrenghts), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) atau dengan metoda lainnya.

G.2.4. Penetapan Arah Pengembangan

Tahapan dalam penetapan arah pengembangan terdiri dari : 1. Analisis SWOT Arah Pengembangan SPAL

Analisis SWOT (Sthrenghts, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan alat bantu perencanaan strategis yang dapat membantu perencanaan penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dimasa mendatang. Keampuhan analisis SWOT ini terletak pada kemampuan para penentu strategi pengembangan SPAL dalam memaksimal peranan faktor internal yaitu kekuatan (S) dan meminimalkan kelemahan (W), serta memanfaatkan faktor eksternal yaitu peluang (O) dan mampu menekan dampak tantangan (T) yang harus dihadapi. Analisis SWOT untuk peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada zona prioritas di permukiman terbangun, dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Kondisi sistem pengelolaan air limbah; b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah;

c. Kondisi tingkat pencemaran badan air penerima; d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;

e. Kondisi kesehatan masyarakat;

f. Tingkat kesediaan membayar retribusi (willingness to pay);

g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase, dan sebagainya); dan

(27)

h. Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APBD.

Aspek-aspek tersebut kemudian dievalusi terhadap faktor internal (SW) dan faktor eksternal (OT) dengan menggunakan metode pembobotan dan skoring. Hasil evaluasi ini kemudian diplotkan dalam matrik SWOT di bawah ini sesuai dengan besaran nilai perkalian bobot dan nilai untuk setiap faktor SWOT yang dianalisis.

Gambar I.3. Matriks SWOT

Berdasarkan analisis SWOT tersebut, pengembangan sarana dan prasarana air limbah air limbah dapat digambarkan atas 4 kuadran, seperti pada contoh Gambar I.4. Masing-masing kuadran menujukkan strategi pengembangan SPAL yang berbeda, yaitu sebagai berikut : a. Kuadran I (WT) : strategi yang diambil adalah Strategi Defensif/

Optimalisasi, sebab kondisi SPAL yang masih lemah dan penuh dengan tantangan.

b. Kuadran II (WO): strategi yang diambil adalah Strategi Selektif (Turn Arround), sebab kondisi SPAL memiliki banyak peluang untuk semakin berkembang, akan tetapi kondisinya masih lemah c. Kuadran III (SO): strategi yang diambil adalah Strategi Agresif,

sebab kondisi SPAL yang kuat dan banyak peluang untuk semakin berkembang.

d. Kuadaran IV (ST): strategi yang diambil adalah Strategi Diversifikasi/teknologi lebih maju, sebab kondisi SPAL yang sangat kuat akan tetapi penuh dengan tantangan.

O W S T Kuadran II Kuadran IV Kuadran III Kuadran I

WO

SO

ST

WT

(28)

Catatan : A : Posisi Saat ini

B : Posisi Potensi Pengembangan 20 Tahun mendatang Gambar I.4. Matriks SWOT

Penggambaran koordinat nilai pembobotan dikalikan skor akan menunjukkan posisi pada saat sekarang (tahun awal perencanaan), dalam Gambar I.4 dicontohkan sebagai titik A dan pada posisi titik B pada perkiraan pengembangan 20 tahun mendatang. Dengan demikian perubahan strategi yang harus digunakan akan terlihat pada matriks tersebut di atas.

2. Penetapan arah pengembangan

Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat ditetapkan berdasarkan posisi kuadran hasil analisis SWOT. Berdasarkan pengelompokan kuadran tersebut, maka grand strategi arah pengembangan sarana dan prasarana pada masing-masing kuadran dapat dijelaskan pada gambar I.5.

4 3 B 2 1 A -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 -1 -2 -3 -4 O T W S Kuadran IV Kuadran I Kuadran III Kuadran II

(29)

Gambar I.5. Grand Strategi Arah Pengembangan Penjelasan:

a. Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem setempat Arah pengembangan strategi ini meliputi :

1) Pengawasan dan pengendalian sarana prasarana sistem air limbah setempat (individual dan komunal).

2) Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun.

3) Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui : a) Peningkatan kapasitas armada dan penyedotan secara

berkala.

b) Peningkatan kapasitas IPLT.

4) Pengembangan prasarana air limbah berbasis masyarakat. b. Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem terpusat

Arah pengembangan strategi ini meliputi :

1) Pengawasan dan pengendalian sarana prasarana sistem air limbah setempat (individual dan komunal).

2) Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun.

3) Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui: a) Peningkatan kapasitas armada.

b) Peningkatan kapasitas IPLT.

4) Pengembangan prasarana air limbah berbasis masyarakat. 5) Pengembangan sistem terpusat skala kawasan (IPAL) pada

daerah-daerah prioritas.

Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat akan dimulai secara kawasan demi kawasan.

c. Grand strategi kuadran III : Pengembangan agresif sistem terpusat Arah pengembangan strategi ini adalah :

Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah terpusat skala kota, dengan cara sistem terpusat akan ditingkatkan secara bertahap.

(30)

Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi pengembangan tingkat advance (lanjutan). Arah pengembangan ini merupakan gambaran kondisi permasalahan pencemaran air limbah telah demikian serius, sementara sarana prasarana konvensional sudah tidak memungkinkan dan tidak efektif lagi. Hal ini menyebabkan diperlukan teknologi pengolahan limbah lanjut agar kualitas air limbah yang dihasilkan dapat memenuhi peraturan pemerintah setempat.

3. Strategi Transformasi Sistem Setempat

Transformasi prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi dampak adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun (terdapat pada Gambar I.6).

Dengan demikian, penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat pada daerah permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis untuk menciptakan dukungan masyarakat dan mewujudkan lembaga yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun. Perencanaan strategis tersebut meliputi:

a. Rencana Kampaye Publik (public campaign);

b. Rencana penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dan sosialisasi Perda; dan

c. Rencana pembentukan lembaga pengelola.

Gambar I.6. Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat

(31)

G.2.5. Pembagian Zona Perencanaan 1. Daerah Perencanaan

Daerah perencanaan pengembangan SPAL pada daerah terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan sistem perencanaan dan pengembangan SPAL.

2. Pembagian Zona Perencanaan

Pembagian zona-zona perencanaan pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah terbangun ditetapkan berdasarkan : a. Keseragaman tingkat kepadatan penduduk;

b. Keseragaman bentuk topografi dan kemiringan lahan; c. Keseragaman tingkat kepadatan bangunan;

d. Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah dan permukaan;

e. Kesamaan badan air penerima; dan f. Pertimbangan batas administrasi.

G.2.6. Penetapan Zona Prioritas

Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat penilaian utama untuk diprioritaskan dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 15-20 tahun mendatang.

Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona prioritas dapat dibagi atas cluster - cluster untuk mendukung perencanaan pembangunan secara bertahap dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Penetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Tingkat permasalahan pencemaran air limbah terhadap air tanah dan badan air penerima;

2. Tingkat kemudahan pelaksanaan; 3. Tingkat kelayakan ekonomi; 4. Tingkat kelayakan keuangan;

(32)

5. Kelayakan lingkungan; dan 6. Kelayakan kelembagaan.

G.2.7. Arah Pengembangan SPAL pd Permukiman Baru 1. Pilihan Arah Pengembangan

Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah permukiman baru adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem setempat (on-site);

b. Mengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiri; dan c. Di integrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangun. 2. Penetapan Arah Pengembangan

a. Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh developer wajib memiliki Rencana Induk air limbah tersendiri. b. Rencana induk Air Limbah kawasan permukiman baru tersebut

harus mengacu pada Rencana Induk air limbah kota.

G.2.8. Strategi Pengembangan Prasarana

1. Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK)

Di dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), proses perencanaan strategis menghasilkan tiga (3) dokumen, yaitu Buku Putih Sanitasi, SSK, dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Ketiga dokumen tersebut perlu disiapkan Kabupaten/kota sebelum implementasi fisik dapat dilakukan. Buku Putih Sanitasi dan SSK adalah dokumen yang dihasilkan dari pelaksanaan tahap 3 di dalam PPSP, yaitu Perencanaan Strategis Sanitasi. Di dalam SSK harus memuat perumusan strategi yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan sanitasi permukiman.

Sementara itu, proses penyusunan SSK adalah : a. Penyiapan Kerangka Pengembangan Sanitasi

(33)

Output dari kegiatan ini adalah disepakatinya visi dan misi Sanitasi Kabupaten/Kota yang mendukung RPJMD, disepakatinya infrastruktur sanitasi jangka panjang, disepakatinya tahapan pengembangan infrastruktur sanitasi dan sistem pendukungnya, disepakatinya asumsi pendanaan sanitasi Kabupaten/Kota.

b. Penetapan Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Berdasarkan Sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi untuk mencapainya dapat disusun dengan memperhatikan hasil identifikasi isu-isu strategis di dalam Buku Putih Sanitasi.

Terdapat berbagai metode untuk merumuskan strategi, diantaranya adalah menggunakan analisis SWOT. Pokja dapat memilih salah satu metode yang paling dikuasai oleh sebagian besar anggota Pokja. Output yang diharapkan adalah disepakatinya tujuan, sasaran, dan strategi, serta disepakatinya indikator capaian dari sasaran yang ditetapkan.

c. Penyusunan Program dan Kegiatan

Kegiatan yang sudah disusun (sebagai bagian dari pelaksanaan sebuah Program) selanjutnya dibuat indikasi jadwal pelaksanaannya, volume kegiatan tersebut, indikasi biaya yang diperlukan, serta indikasi apakah kegiatan itu dapat didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau tidak. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi dasar dan masukan bagi proses pemograman maupun penganggaran rutin dan formal terutama di Pemerintah Kabupaten/Kota. Output yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah disepakatinya daftar program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi dan teridentifikasinya indikasi pendanaan kegiatan dari APBD, APBD Provinsi, dan APBN.

d. Finalisasi SSK

Hal terpenting adalah membangun pemahaman dan persepsi yang sama di lingkungan internal SKPD-SKPD tentang dokumen SSK yang telah disusun, terutama terkait dengan Program dan Kegiatan yang dirumuskan. Hal ini akan menjamin hasil dari SSK masuk di dalam proses penganggaran formal di masing-masing SKPD untuk memastikan implementasi dari strategi yang telah disusun.

Selain pemahaman di lingkungan internal, kegiatan ini juga mensyaratkan adanya kesamaan pemahaman dan persepsi

(34)

terhadap strategi pengembangan sanitasi yang disusun (termasuk program dan kegiatannya) dari Pemerintah Provinsi dan Pusat, meskipun proses ini secara lebih rinci akan dilakukan di tahapan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS).

Penetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah dan membantu perumusan program dan kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Dalam menetapkan sistem sanitasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah: (i) faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O&M, kepemilikan aset); (ii) faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan topografi); (iii) faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiskal, dukungan, dan mekanisme pendanaan). Pilihan sistem yang dapat digunakan umumnya adalah:

a. Subsektor air limbah domestik: sistem setempat (sistem on-site) dimana air limbah langsung diolah ditempat; dan sistem terpusat (sistem offsite) dengan mengalirkan air limbah domestik melalui perpipaan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

b. Subsektor persampahan: sistem pengangkutan tidak langsung (melalui tempat penampungan sementara/TPS; sistem pengangkutan langsung; dan sistem penanganan sampah di sumbernya.

c. Subsektor drainase: sistem gravitasi dan sistem pemompaan.

Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi adalah: (i) lingkungan (risiko kesehatan, pemanfaatan air tanah & air permukaan); (ii) budaya – perilaku (tingkat kesadaran, ketrampilan manajemen masyarakat); dan (iii) biaya investasi dan berulang (keterjangkauan, ketepatan teknologi).

2. Perkiraan Debit Air Limbah

Berdasarkan data yang telah didapatkan serta peraturan-peraturan yang terkait dengan air limbah dapat memperkirakan besarnya debit air limbah di tahun yang akan datang. Besarnya debit air limbah ini sangat terkait dengan rencana pengembangan untuk masing-masing kota/kabupaten. Besarnya debit air limbah masa datang didapatkan dari hasil proyeksi penduduk dikorelasikan dengan penggunaan air bersih yang sisanya sebagai air limbah.

(35)

3. Perkiraan Kondisi Sosial Ekonomi & Lingkungan pada Masa yang Akan Datang

Rencana pengembangan daerah rencana sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi di masa datang. Dimana perkiraan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan dapat diproyeksi dari data yang telah didapatkan.

4. Sistem Pengembangan Pengelolaan

Skenario pengembangan daerah adalah alternatif dan gambaran dari pelaksanaan strategi pembangunan dengan melihat lingkungan strategis yang mempengaruhi. Melalui skenario ini dapat diperoleh ilustrasi terhadap kondisi awal dan pencapaian serta kondisi pada akhir pelaksanaan. Sistem pengelolaan yang akan diterapkan di daerah rencana disesuaikan hasil skenario pengembangan daerah yang telah dilakukan.

5. Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan pengelolaan air limbah dapat dibagi menjadi 2 yaitu pelayanan individual dan pelayanan komunal (bersama). Pelayanan individual berupa sistem sanitasi setempat seperti tangki septik yang dilengkapi sumur resapan yang harus dibiayai dan dirawat oleh individu masing-masing. Sedangkan pelayanan komunal (bersama) dapat berupa sistem sanitasi setempat dengan penggunaan tangki septik bersama ataupun pengolahan secara terpusat yaitu air limbah disalurkan dari tiap rumah menuju unit pengolahan air limbah komunal. Sistem pelayanan ini dapat diterapkan bersama-sama, penerapannya disesuaikan dengan kondisi yang ada di daerah rencana.

6. Cakupan Pelayanan

Cakupan rencana pelayanan sistem setempat minimal 60%. Daerah dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota. Kemudian, untuk sebuah kabupaten/kota dengan jumlah masyarakat minimal 50.000 jiwa yang telah memiliki tangki septik sesuai dengan standar teknis, diharapkan memliliki sebuah IPLT yang memiliki kualitas effluent air limbah domestik tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan.

(36)

7. Strategi OP Prasarana & Sarana

Strategi operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah erat kaitannya dengan lembaga pengelola, stakeholder, dan peraturan yang mengaturnya. Agar prasarana dan sarana dapat terjaga dengan baik, maka diperlukan kerjasama antar komponen tersebut. Lembaga pengelola dan para stakeholder harus bertanggung jawab dan mempunyai kepedulian tinggi terhadap pembangunan SPAL, selain itu aturan yang ditetapkan haruslah mendukung terealisasinya SPAL yang bermutu dan tidak mencemari lingkungan.

G.2.9. Strategi Pengembangan Kelembagaan

Perubahan (Transformasi) prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi dampak adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun atau membutuhkan peningkatan kapasitas kelembagaan terhadap lembaga yang ada.

1. Dasar-dasar Penyusunan Kelembagaan

Dasar-dasar penyusunan kelembagaan meliputi hal-hal berikut ini: a. Menyusun klasifikasi jenis sarana dan prasarana yang harus

dikelola termasuk peralatan yang akan dioperasikan.

b. Menganalisa kapasitas sarana dan prasarana air limbah yang harus dikelola dalam satuan orang/bulan dengan rincian orang/hari. c. Mengelompokkan bagian-bagian yang sejenis untuk memudahkan

penyusunan bidang-bidang organisasi kelembagaan.

d. Operator terpisah dari regulator, sehingga jelas fungsi penyelenggara dengan pelaksana.

e. Menjamin terselenggaranya fungsi-fungsi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan (pp 38/2007).

2. Pilihan Bentuk Kelembagaan

Kebutuhan peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut umumnya berkorelasi langsung dengan peningkatan luas wilayah layanan dan peningkatan teknologi yang dioperasikan. Bentuk lembaga operator

(37)

pengelolaan air limbah dapat berbasis masyarakat (swadaya) untuk skala komunal didalam kawasan dan berbasis lembaga (formil) untuk berbagai skala pengelolaan (lihat Gambar I.7).

Strategi peningkatan kapasitas kelembagaan dan pilihan bentuk kelembagaan. Operator harus mempertimbangkan cara pembiayaan dan sumber dana untuk mengoperasikan prasarana tersebut agar dapat berkelanjutan. Rencana peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut, harus didukung oleh Perda dan sosialisasi yang memadai.

Gambar I.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan G.2.10. Strategi Pengembangan Pengaturan

Untuk pedoman pelaksanaan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di daerah, perlu dibuat Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini. Apabila daerah belum mempunyai Peraturan Daerah,. Maka terhadap pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di daerah diberlakukan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini.

G.2.11. Strategi Pengembangan Edukasi dan Peran Masyarakat

1. Strategi Pengembangan Pemberdayaan dan Peran Masyarakat

Efektifitas sistem pengelolaan air limbah sangat terkait dengan perilaku masyarakat dalam bersikap dan bertindak terhadap air

(38)

limbah yang dihasilkan. Di bidang air limbah, perubahan perilaku masyarakat yang diharapkan untuk mendukung sistem pengelolaan air limbah yang efektif berkaitan dengan perilaku sebagai berikut: a. Bersedia tidak membuang air limbah secara sembarang pada

lingkungan.

b. Bersedia menyediakan tangki septik sesuai standard pada masing-masing bangunan.

c. Bersedia mengelola tangki septik secara benar dengan melakukan pengurasan lumpur tangki septik secara rutin (setiap 3 tahun sekali).

d. Bersedia membayar retribusi air limbah khususnya bagi penduduk yang daerahnya telah dilayani oleh jaringan perpipaan air limbah.

2. Strategi Pengembangan Kampaye Publik (Public Campaign)

Upaya mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mendukung sistem pengolahan sampah, memerlukan suatu perencanaan rekayasa sosial (Social Engineering). Perangkat rekayasa sosial di bidang air limbah secara umum terdiri atas:

a. Pelaksanaan kampanye publik (Public Campaign).

b. Pelaksanaan penegakkan hukum dan peraturan (Rule and Regulation).

Proses pelaksanaan rekayasa sosial secara umum terdiri dari salah satu atau kombinasi dari rangkaian kegiatan seperti pada Gambar I.8.

Memberi Informasi

Menumbuhkan Motivasi

Melakukan Persuasi

(39)

Gambar I.8. Proses Rekayasa Sosial

Perencanaan dan pelaksanaan rekayasa sosial tersebut, pada dasarnya adalah upaya untuk mempengaruhi (merubah perilaku) masyarakat agar : Tertarik, Tergerak, Terajak untuk bertindak kearah yang ditunjukan sesuai dengan sistem pengelolaan air limbah yang direncanakan. Secara umum proses perubahan masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik adalah sebagai berikut :

- Meningkatnya kesadaran (Awareness) - Meningkatnya minat (Interest)

- Tumbuhnya kebutuhan (Demand)

- Adanya partisipasi dan tindakan (Action)

Pelaksanaan kampanye publik tersebut, harus direncanakan secara berkesinambungan agar proses perubahan masyarakat tersebut dapat berlangsung hingga terwujudnya partisipasi (Action) masyarakat secara luas dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan air limbah yang efektif dan efisien.

Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan pengumpulan, penyaluran, pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa konsultansi, kontraktor, maupun pengadaan barang khususnya kendaraan; dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam pelayanan umum. Selain itu swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu masalah pembiayaan, operasional dan pemeliharaan melalui program “community development” yang umumnya menjadi focus utama untuk perusahaan berskala besar.

G.2.12. Strategi Pengemb. Ekonomi & Pembiayaan

Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana air limbah pada dasarnya berasal dari dana hasil pajak melalui APBD dan APBN atau dari dana hasil retribusi pelayanan air limbah. Sumber dana investasi dari pajak dapat digolongkan sebagai sumber dana tidak langsung dan sumber dana dari retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung. Sumber dana investasi pengelolaan SPAL untuk tiap daerah

(40)

berbeda-beda, tergantung pada cakupan pelayanan SPAL yang akan dibangun. Sumber pendanaannya adalah :

1. Proyek SPAL Lintas Provinsi, sumber dananya dari APBD.

2. Proyek SPAL Lintas Kab/Kota, sumber dananya dari APBD Provinsi tempat berlangsungnya proyek.

3. Proyek SPAL Kab/Kota, sumber dananya dari APBD Kota/ Kabupaten tersebut.

Pilihan strategi pendanaan tersebut, sangat tergantung dari kapasitas fiskal masing-masing daerah dan kemampuan membayar retribusi masing-masing penduduk yang mendapat pelayanan. Dalam hal pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan SPALT, Pemerintah dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan pemenuhan standard pelayanan minimal yang dibutuhkan secara bertahap, atau sesuai dengan ketentuan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Sementara itu, sumber pendanaan investasi dari pendapatan retribusi hanya dimungkinkan, apabila kelayakan keuangan proyek memenuhi standard (IRR dan NPV).

Selain dana yang berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari swadaya masyarakat, sektor swasta, maupun dana asing untuk biaya operasional dan perawatan SPAL.

H. RENCANA PROGRAM DAN TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN H.1. Rencana Program

Rencana pengembangan di sektor air limbah direncanakan mulai tahun anggaran di 1 tahun kedepan sampai 15-20 tahun kedepan. Mengingat jangkauan rencana induk relatif lama maka sampai tahap menengah atau 6 tahun pertama dari rangkaian rencana pembangunan jangka panjang, diperlukan rekomendasi rencana pembangunan yang lebih terarah melalui penyusunan studi kelayakan terutama dalam menentukan sistem yang akan dikembangkan kelak.

Maka dalam rencana program ini disusun jadwal kegiatan-kegiatan penting sesuai dengan tahapan pembangunan, yaitu mulai dari tahap

(41)

mendesak, tahap menengah dan jangka panjang. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan CSF ”Critical Success Factor” atau kegiatan kunci untuk tercapainya kesuksesan pada tiap tahapan pembangunan. CSF ini sesuai dengan program-program apa saja yang akan dijalankan pada masig-masing tahapan pembangunan. CSF ini harus diuraikan secara detail untuk tiap tahapan pembangunan.

H.1.1. Rencana Umum

Secara umum, hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyusun rencana induk pengembangan SPALT adalah :

1. Pengumpulan Data Sekunder

Kumpulkan data sekunder sebagai dasar perencanaan dalam penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan, yang antara lain meliputi:

a. Fungsi strategis kota/kawasan (Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW).

b. Peta topografi, foto udara citra satelit skala 1:50.000, 1:5.000, tergantung luas daerah studi/perencanaan.

c. Data dan peta gambaran umum hidrologi sumber air, topografi, klimatografi, fisiografi dan geologi.

d. Penggunaan lahan dan rencana tata guna lahan.

e. Data demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, penyebaran penduduk dan kepadatan.

f. Data sosial ekonomi–karakteristik wilayah dan kependudukan ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan budaya:

1) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); 2) Mata pencaharian dan pendapatan;

3) Adat istiadat, tradisi dan budaya;

4) Perpindahan penduduk dan pengaruhnya terhadap urbanisasi dan kondisi ekonomi masyarakat.

g. Data kesehatan–kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan 1) Statistik kesehatan/kasus penyakit;

2) Angka kelahiran, kematian dan migrasi;

3) Data penyakit akibat yang buruk (water borne disease); 4) Sarana pelayanan kesehatan.

h. Sarana dan prasarana kota yang ada (infrastruktur): 1) Air minum;

2) Drainase;

3) Pembuangan limbah dan sampah; 4) Listrik;

(42)

5) Telepon;

6) Jalan dan sarana transportasi

7) Kawasan strategis (pariwisata dan industri)

2. Evaluasi sistem eksisting (jika sudah ada), menyangkut aspek-aspek sebagai berikut : a. Teknis; b. Kinerja pelayanan; c. Tingkat pelayanan; d. Periode pelayanan ; e. Jangkauan pelayanan; f. Kinerja instalasi;

g. Jumlah dan kinerja peralatan/perlengkapan; h. Prosedur dan kondisi operasi dan perawatan; i. Tingkat kebocoran;

j. Non teknis;

k. Kondisi dan kinerja keuangan; l. Kondisi dan kinerja karyawan.

3. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan SPAL. Hal yang perlu diidentifikasi antara lain:

a. Tingkat dan cakupan pelayanan b. Kinerja pelayanan

c. Kebutuhan penyambung jaringan distribusi dan/atau kapasitas pengolahan

d. Kinerja kelembagaan, sumber daya manusia dan keuangan. 4. Kembangkan alternatif

Setiap alternatif harus dikaji aspek teknis dan ekonomis. Alternatif terpilih adalah yang terbaik ditinjau dari berbagai aspek tersebut. Pradesain dan alternatif terpilih merupakan dasar dalam prakiraan biaya investasi dan prakelayakan teknis.

5. Kembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia

Dalam operasi dan pemeliharaan suatu sistem air limbah diperlukan tenaga-tenaga ahli profesional yang berpengalaman, maka diperlukan penilaian terhadap kemampuan karyawan yang ada untuk menyusun suatu program pengembangan karyawan yang tercapai melalui pendidikan dan pelatihan.

6. Pilih alternatif sistem

Gambar

Gambar I.1.  Kedudukan Rencana Induk SPAL
Gambar I.2.  Proses Penyusunan Rencana Induk
Gambar I.3.  Matriks SWOT
Gambar I.4.  Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1.2 Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait 8 Gambar 2.1 Ilustrasi Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini merupakan panduan

Perencanaan teknis merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk atau studi kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan

Penyusunan RIPPARDA DIY yang di badan hukumkan dalan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah

Pelanggaran  terhadap  prinsip‐prinsip  Tata  Kelola  Perusahaan  yang  baik,  nilai‐nilai  etika, 

Sasaran : Penyusunan dokumen rancangan peraturan perundang-undangan pendukung pelayanan SKPD Kegiatan : Penyusunan rencana kerja.. rancangan peraturan

Maksud pekerjaan penyusunan Rencana Induk Bandar Udara adalah sebagai pedoman yang diperlukan bagi pembangunan dan pengembangan Bandar Udara, mencakup analisis

Rencana Induk Pengembangan Selama 5 lima Tahun, terdiri atas:  Visi dan Misi Lembaga;  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sesuai dengan Permendikbud yang berlaku;  Sasaran