• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA INDUK PELABUHAN

ACEH

LAPORAN PENDAHULUAN

Mei, 2013

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Dahsyat, Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk Pelabuhan Aceh dapat selesai sesuai jadwal.

Sesuai dengan amanat undang-undang no 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, ps 172 dan ps 173 bahwa adalah kewenangan dari pemerintahan Aceh untuk mengelola insfrastruktur ekonomi Aceh termasuk didalamnya adalah pelabuhan laut. Permendagri no 8 tahun 2009 tentang pedoman pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah-urusan wajib bidang perhubungan. Juga merupakan amanat dari rancangan qanun RTRW Aceh 2012-2032 ps 19 dan ps 20 bagian ketiga dalam sistem jaringan transportasi dan pelabuhan laut yang dikelompokkan kedalam zona kerja berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan kawasan strategis Aceh. Maka disusunlah Rencana Induk Pelabuhan Aceh 2013-2033.

Buku Rencana Induk Pelabuhan Aceh akan menjadi pedoman (guide book) dalam

mengembangkan pelabuhan-pelabuhan di Aceh. Hal ini penting untuk mengarahkan pembangunan sesuai amanat undang-undang dan qanun Aceh, demi kemakmuran rakyat Aceh.

Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk Pelabuhan Aceh ini terdiri atas 5 bab dan 1 lampiran. Bab 1 berisi pendahuluan, Bab 2 mengenai gambaran wilayah, Bab 3 mengenai metodologi dan pendekatan, Bab 4 mengenai rencana kerja dan Bab 5 mengenai organisasi pelaksanaan pekerjaan serta lampiran berisi mengenai form kebutuhan data sekunder dan primer.

Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk Pelabuhan Aceh ini akan mendapat masukan, saran, rekomendasi dari berbagai pemangku kepentingan di Aceh pada pemaparan rencana kerja konsultan di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Aceh.

Semoga buku laporan ini bermanfaat, salam, dan terima kasih.

Banda Aceh, Mei 2013

(10)

ii DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud Dan Tujuan ... 1

I.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 2

I.3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 2

I.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 2

I.4 Sistematika Laporan Pendahuluan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN ... 1

II.1 Ruang Administrasi Aceh ... 1

II.1.1 Pembagian Wilayah Administrasi ... 1

II.1.2 Kependudukan, Sosial Budaya ... 4

II.1.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk ... 4

II.1.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur ... 5

II.1.2.4 Prediksi Jumlah Penduduk Menurut RTRW Aceh 2030 ... 5

II.1.2.5 Penduduk Menurut Keragaman Etnis/Suku ... 6

II.2 Kondisi fisik dan lingkungan ... 7

II.2.1 Konfigurasi wilayah ... 7

II.2.2 Ketinggian/Elevasi ... 7

II.2.3 Kemiringan Lereng ... 8

II.2.4 Fisiografi Wilayah Aceh ... 10

II.2.5 Klimatologi ... 10

II.2.6 Jenis Tanah ... 11

II.2.7 Sistem Lahan ... 12

II.2.8 Geologi, Hidrogeologi dan Cekungan Air Tanah ... 13

II.2.9 Geologi, Hidrogeologi dan Cekungan Air Tanah ... 14

II.3 Kondisi Keanekaragaman Hayati ... 15

II.4 Kondisi Pertambangan ... 16

II.5 Kondisi Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil ... 19

II.6 Kondisi Pariwisata... 20

II.7 Kondisi Ekonomi ... 21

(11)

iii

II.7.1.1 Struktur Ekonomi Aceh ... 21

II.7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Aceh ... 24

II.4 Tinjauan Kebijakan dan Rencana ... 29

II.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh ... 29

II.4.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Aceh ... 29

II.4.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Aceh ... 29

II.4.1.3 Rencana Struktur Ruang Wilayah Aceh ... 33

II.4.1.4 Rencana Pola Ruang Wilayah Aceh... 63

II.4.2 RPJMD Aceh ... 85

II.4.2.1 Permasalahan, tantangan dan Isu Strategis Aceh hingga 2017 ... 85

II.4.2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Aceh hingga 2017 ... 85

II.4.2.3 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Aceh hingga 2017 ... 89

II.4.2.4 Posisi RIP Aceh 2033 dalam RPJMD Aceh 2017 ... 92

II.4.3 MP3EI ... 93

II.4.3.1 Percepatan Transformasi Ekonomi melalui Not Business As Usual ... 94

II.4.3.2 MP3EI Merupakan Bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional... 96

II.4.3.3 Kerangka Desain MP3EI ... 97

II.4.3.4 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi ... 98

II.4.3.5 Penguatan Konektivitas Nasional ... 99

II.4.3.6 Kerangka Strategis dan Kebijakan Penguatan Konektivitas ... 101

II.4.3.7 Koridor Ekonomi Sumatera ... 106

II.4.3.8 Overview Ekonomi Sumatera ... 108

II.4.4 Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional ... 121

II.4.4.1 Peran dan Tujuan Pengembangan Sistem Logistik Nasional ... 121

II.4.4.2 Perkembangan dan Permasalahan Logistik Nasional ... 125

II.4.4.3 Permasalahan Infrastruktur... 128

II.4.4.4 Kondisi Yang Diharapkan dan Tantangannya ... 130

II.4.4.5 Roadmap dan Rencana Aksi ... 145

II.4.5 Tatanan Kepelabuhan Nasional (TKN) dan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) ... 148

II.4.6 Tatanan Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Aceh ... 157

II.4.6.1 Permasalahan dan tantangan kedepan ... 157

II.4.6.2 Isu Strategis ... 159

(12)

iv

BAB III METODOLOGI DAN PENDEKATAN ... 1

III.1 Umum ... 1

III.2 Pendekatan Kronologis/Implemetantif ... 1

III.2.1 Tahap-1 : Identifikasi dan Konfirmasi Isu Pokok Studi ... 4

III.2.2 Tahap-2: Pengumpulan Data dan Survei Lapangan ... 6

III.3.3 Tahap-3 : Identifikasi Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi Provinsi Aceh Saat Ini ... 9

III.3.4 Tahap- 4 : Analisa Pemetaan Permasalahan Sistem Transportasi Laut di Provinsi Aceh Saat Ini ... 11

III.3.5 Tahap - 5 :Analisa Perspektif Perkembangan Provinsi Aceh di Masa Mendatang ... 15

III.3.6 Tahap - 6 :Analisa Pengembangan Pelabuhan Laut Provinsi Aceh ... 16

III.3.6 Tahap - 7 :Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Provinsi Aceh ... 19

III.3 PENDEKATAN KONSEPTUAL ... 21

III.3.1Pendekatan Wilayah (Regional Approach) ... 21

III.3.2Pendekatan Keterpaduan Program (Integrated Approach) ... 21

III.3.3Pendekatan Manfaat Ekonomi Ganda (Multiplier Effects Approach)... 21

III.3.4Pendekatan Partisipasi (Participation Approach) ... 22

III.3.5Pendekatan Manajemen Interaksi Sebagai Dasar Mekanisme Perumusan Rencana Induk Pelabuhan ... 22

BAB IV RENCANA KERJA ... 1

Iv.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan ... 1

IV.2. Sistem Pelaporan ... 2

IV.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN PELAPORAN ... 3

BAB V ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ... 1

V.1 Kebutuhan Tenaga Ahli ... 1

V.2 Tugas dan Tanggungjawab Tenaga Ahli ... 1

V.3 Struktur Organisasi Tim ... 3

(13)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Administrasi Wilayah Pemerintah Aceh ... 4

Gambar 2 Peta Pembagian Administrasi Wilayah Aceh ... 3

Gambar 3 Peta Elevasi Aceh ... 9

Gambar 4 Peta Geologi Wilayah Aceh ... 14

Gambar 5 Peta Kawasan Leuser dan Ekosistem Ulu Masen ... 16

Gambar 6 Peta Sebaran Potensi Mineral Bukan Logam ... 19

Gambar 7 Peta Rencana dan Struktur Ruang Aceh ... 36

Gambar 8 Peta Wilayah Pengembangan (WP) Aceh ... 45

Gambar 9 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Aceh ... 68

Gambar 10 Peta KAA-WP dan KALA dengan Kegiatan Unggulannya di Aceh ... 77

Gambar 11 Peta Kawasan Strategis Aceh (KSA) ... 84

Gambar 12 Posisi RIP Aceh 2033 dalam RPJMD 2017 ... 93

Gambar 13 Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia ... 94

Gambar 14 Ilustrasi Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia ... 95

Gambar 15 22 Kegiatan Ekonomi Utama ... 96

Gambar 16 Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah ... 97

Gambar 17 Kerangka Desain Pendekatan Masterplan P3EI ... 97

Gambar 18 Ilustrasi koridor Ekonomi ... 98

Gambar 19 Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional di Masa Depan ... 101

Gambar 20 Komponen Konektivitas ... 102

Gambar 21 Visi Konektivitas Nasional ... 102

Gambar 22 Kerangka Kerja Konektivitas Nasional ... 104

Gambar 23 Koridor Ekonomi Sumatera ... 107

Gambar 24 Peran Sislognas Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional ... 121

Gambar 25 Infrastruktur dan Jaringan Sistem Logistik ... 124

Gambar 26 Sistem Logistik Nasional ... 125

Gambar 27 Pola Spasial Pemenuhan Permintaan Antara Lokal, Antar Provinsi dan Impor ... 126

Gambar 28 Aliran Kargo Nasional ... 127

Gambar 29 Pola Pergerakan Kontainer Ekspor-Impor Indonesia 2007 ... 127

Gambar 30 Jaringan Sistem Logistik Nasional ... 132

Gambar 31 Faktor Penggerak Sistem Logistik Nasional ... 133

Gambar 32 Ilustrasi Sosok Sistem Logistik Nasional ... 134

Gambar 33 Penyebaran Pusat Distribusi Komoditas Pokok dan Strategis ... 136

Gambar 34 Tatanan Pelabuhan Penting dan Jalur Utama Pelayaran Domestik ... 139

Gambar 35 Pengembangan Pelabuhan Hub Internasional ... 140

Gambar 36 Orientasi Transportasi Multimoda ... 142

Gambar 37 Skema E-Logistik Nasional ... 144

Gambar 38 Skema Sistem Operasi e-Logistik Nasional... 144

Gambar 39 Road Map Cetak Biru Logistik Nasional ... 146

Gambar 40 Pengertian Umum TKN dan RIPN ... 148

Gambar 41 Tatanan Kepelabuhan Nasional ... 149

Gambar 42 Lanjutan RIPN ... 149

(14)

vi

Gambar 44 Konsep TKN & RIPN ... 150

Gambar 45 Rencana Pelabuhan Nasional dan Visi 2030 ... 151

Gambar 46 Sosialisasi RIP Nasional ... 151

Gambar 47 Definisi Undang-undang nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran ... 152

Gambar 48 Visi Pelabuhan Indonesia 2030 ... 152

Gambar 49 Misi Pelabuhan Indonesia 2030 ... 153

Gambar 50 RIPN Dalam Kerangka Kerja MP3EI ... 153

Gambar 51 Kerangka Kerja RIPN ... 154

Gambar 52 Pelabuhan Utama Dalam Koridor Ekonomi ... 154

Gambar 53 Pelabuhan Strategis Dalam Koridor Ekonomi Sumatera ... 155

Gambar 54 International Hub Pelabuhan di Indonesia ... 155

Gambar 55 Konektivitas dan Distribusi Nasional ... 156

Gambar 56 Kebutuhan Pengembangan Pelabuhan di Indonesia ... 156

Gambar 57 Proyek Pengembangan Pelabuhan ... 157

Gambar 58 Zona Pengembangan Sistem Transportasi Aceh ... 163

Gambar 59 Desire lines Permintaan Pergerakan Penumpang ... 180

Gambar 60 Bagan Alir Pekerjaan ... 3

Gambar 61 Bagan Alir Analisa Pemodelan Transportasi ... 12

(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pembagian Administrasi Pemerintah Aceh ... 2

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Penduduk Aceh ... 4

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Tahun 2007-2011 ... 5

Tabel 4 Prediksi Jumlah Penduduk Aceh Tahun 2029 (Skenario 1 Optimis)... 6

Tabel 5 Keragaman Suku/Etnis dan Bahasa di Aceh ... 7

Tabel 6 Wilayah Sungai di Aceh ... 15

Tabel 7 Potensi Bahan Tambang di Aceh, diluar Bahan Galian ... 17

Tabel 8 Lokasi Bahan Tambang diluar galian ... 18

Tabel 9 Lokasi Pengembangan Pariwisata Aceh... 20

Tabel 10 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta Rupiah) ... 23

Tabel 11 Distribusi Porsi PDRB Menurut Lapangan Usaha (2009-2011) dengan MIGAS (%) ... 24

Tabel 12 Distribusi Porsi PDRB Menurut Lapangan Usaha (2009-2011) Tanpa MIGAS ... 24

Tabel 13 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta Rupiah) ... 27

Tabel 14 Laju Pertumbuhan (%) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta Rupiah) ... 28

Tabel 15 Sistem Perkotaan/Pusat Pelayanan di Aceh ... 35

Tabel 16 Penetapan Fungsi Pelayanan Dalam Sistem Perkotaan ... 43

Tabel 17 Penetapan Wilayah Pengembangan (WP) di Aceh ... 44

Tabel 18 Sistem Jaringan Rencana Struktur Ruang Wilayah Aceh ... 46

Tabel 19 Rencana Pengembangan Pelabuhan di Aceh ... 52

Tabel 20 Rencana Pengembangan Bandar Udara di Aceh ... 55

Tabel 21 Pengembangan Pengelolaan Wilayah Sungai di Aceh ... 59

Tabel 22 Pengembangan Irigasi di Aceh ... 61

Tabel 23 Pengembangan Wilayah Waduk di Aceh ... 62

Tabel 24 Jenis dan Sebaran Kawasan Lindung di Aceh ... 65

Tabel 25 Lanjutan Jenis dan Sebaran Kawasan Lindung di Aceh ... 65

Tabel 26 Lanjutan Jenis dan Sebaran Kawasan Lindung di Aceh ... 66

Tabel 27 Lanjutan Jenis dan Sebaran Kawasan Lindung di Aceh ... 66

Tabel 28 Lanjutan Jenis dan Sebaran Kawasan Lindung di Aceh ... 67

Tabel 29 Penetapan Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis Provinsi ... 73

Tabel 30 Penetapan Kegiatan Unggulan Pada Kawasan Budidaya Lainnya dalam Kawasan Andalan Aceh-WP (KAA-WP) ... 75

Tabel 31 Kawasan Andalan Laut Aceh ... 76

Tabel 32 Kawasan Strategis Aceh (KSA) ... 79

Tabel 33 Big Win Pengembangan Sistem Logistik Nasional ... 146

Tabel 34 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 4

Tabel 35 Kebutuhan Tenaga Ahli ... 1

(16)
(17)

I - 1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh memiliki peran sangat strategis dalam mendukung perekonomian. Pelabuhan merupakan salah satu simpul jaringan transportasi yang mengandalkan kemampuan sarana kapal yang memiliki daya angkut logistik dalam jumlah besar. Kondisi topologi Aceh sendiri yang dikelilingi oleh lautan menjadikan Aceh sangat berketergantungan pada transportasi laut untuk mengakses wilayah lainnya terutama luar negeri.

Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh berpedoman pada suatu tatanan kepelabuhanan yang secara hirarkhi dan terorganisasi dalam beberapa zona pengembangan transportasi. Zona transportasi ini terbagi atas empat wilayah: Zona Pusat, Zona Utara-Timur, Zona Barat-Selatan dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan Pelabuhan sebagai titik simpul jaringan yang akan menjembatani ke simpul transportasi di luar Aceh (skala regional, nasional dan internasional).

Dalam kenyataannya, potensi pendayagunaan pelabuhan di Aceh belum termaksimalkan. Persoalan mendasar yang terjadi adalah keberadaan pengembangan jaringan transportasi laut yang belum terencana dan terpadu yang didukung dengan pengembangan moda transportasi lainnya. Demikian juga pengembangan wilayah seharusnya juga ikut didukung oleh keberadaan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Aceh. Sehingga keberadaan efektifitas keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini masih berjalan terpisah dengan pembangunan wilayah.

Persoalan lainnya adalah pembangunan sistem jaringan transportasi terpadu. Efektivitas sistem jaringan transportasi Aceh masih jauh dari hasil yang diharapkan. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh saat ini masih terkesan terpisah dengan moda jaringan transportasi lainnya. Pembangunan yang dilaksanakan masih dijalankan secara terpisah diakibatkan berbagai persoalan kelembagaan dan kewenangannya, pendanaan dan visi yang berbeda-beda di tiap daerah.

Mendasari persoalan diatas, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telamatika Aceh bermaksud untuk menyiapkan suatu pedoman yang dapat menjadi arah pengembahan pelabuhan Aceh sampai dengan tahun 2033.

I.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah tersusunnya Rencana Induk Pelabuhan Aceh tahun 2013-2033 yang menjadi pedoman perencanaan pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Aceh, sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan transportasi laut dapat dilakukan secara terstruktur, menyeluruh dan tuntas, dan terpadu dengan moda transportasi lainnnya.

(18)

I - 2

I.3 Ruang Lingkup Pekerjaan

I.3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan

Adapun beberapa lingkup pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Aceh ini adalah : a. Melakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan;

b. Melakukan peninjauan lapangan; c. Mengumpulkan data yang diperlukan; d. Melakukan analisa data dan studi;

e. Mengevaluasi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku terkait pelayanan pelabuhan, pelayaran dan keimigrasian dan peraturan terkait lainnya;

f. Melakukan pengkajian tentang;

1. Kebutuhan akan ruang dan lahan

2. Perkembangan ekonomi daerah hinterland pelabuhan 3. Perkembangan industri yang terkait pada pelabuhan 4. Arus dan komposisi barang yang ada dan diperkirakan 5. Jenis dan ukuran kapal

6. Hubungan dengan transportasi darat dan perairan dengan wilayah hinterland-nya 7. Akses dari dan menuju laut/dermaga

8. Potensi pengembangan fisik 9. Aspek nautis dan hidraulik

10. Keamanan/keselamatan dan dampak lingkungan

11. Analisis ekonomi dan finansial 12. Fasilitas dan struktur yang ada

g. Menetapkan target pengembangan Pelabuhan dan fasilitas pendukung lainnya yang tesusun secara terpadu; dan

h. Menyusun Buku Rencana Induk Pelabuhan aceh .

Hasil yang diharapkan dari Konsultan adalah tersusunnya Buku/Dokumen Rencana Induk Pelabuhan Aceh yang sesuai dengan Rencana umum Tata Ruang Aceh (RTRW) Aceh.

I.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Adapun ruang lingkup wilayah yang menjadi batasan perencanaan pekerjaan Rencana Induk Pelabuhan Aceh ini adalah Provinsi Aceh, yang memiliki 23 Kab/Kota. (Lihat Gambar Wilayah Administrasi)

I.4 Sistematika Laporan Pendahuluan

Buku Laporan Pendahuluan ini terdiri atas lima (5) bab, yang diawali dengan Bab I Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan ruang lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan oleh konsultan pelaksana.

(19)

I - 3

tanah, iklim dan hidrologi, kondisi social ekonomi. Kedua (2) mengenai kondisi social ekonomi, yang menguraikan tentang demografi kependudukan, struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi. Ketiga (3) Mengenai transportasi, yang menguraikan tentang transportasi darat, jaringan jalan, terminal angkutan umum, pelabuhan angkutan sungai dan perairan (ASDP), system transportasi laut yang menguraikan tentang lokasi pelabuhan laut dan rute pelabuhan laut. Sistem transportasi udara, yang menguraikan tentang lokasi Bandar udara, kelas Bandar udara, rute penerbangan bandar udara. Keempat (4) mengenai tinjauan kebijakan dan rencana yang ada di wilayah Aceh, didalamnya akan menguraikan kebijakan yang terkait seperti rencana program jangka menengah daerah (RPJMD), rencana tata ruang wilayah (RTRW) Aceh, Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, keputusan menteri, dan keputusan gubernur Aceh yang terkait dengan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Aceh ini.

Bab III Metodologi dan Pendekatan yang menguraikan tentang metode dan pendekatan pekerjaan yang akan dilakukan. (tambahkan setelah melihat tulisan pak Lutfi)

Bab IV Rencana kerja yang menguraikan tentang tahapan pekerjaan, system pelaporan yang akan dilaksanakan, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Bab V Organisasi pelaksana pekerjaan yang menguraikan tentang kebutuhan tenaga ahli, tugas dan tanggungjawab tenaga ahli, struktur organisasi tim tenaga ahli, jadwal penugasan personil.

(20)
(21)
(22)

II - 1

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

II.1 Ruang Administrasi Aceh

Wilayah Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan sekaligus merupakan wilayah paling barat di Indonesia.

Selaras dengan penetapan dalam UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No.26 Tahun 2008, bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya; maka ruang wilayah Aceh dalam konteks RTRWA (Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh) meliputi: wilayah daratan, wilayah laut, wilayah udara, dan dalam bumi.

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, wilayah daratan Aceh secara geografis terletak pada 020 00’ 00” –060 00’ 00” LU dan 950 00’ 00” – 980 30’ 00” BT. Dengan batas -batas wilayah adalah:

 sebelah utara : Selat Malaka dan Laut Andaman/Teluk Benggala;

 sebelah timur : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara;

 sebelah selatan : Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia;

 sebelah barat : Samudera Hindia.

Luas wilayah daratan Aceh adalah 56.758,8482 Km2 atau 5.675.840,82 Ha, yang meliputi daratan utama di Pulau Sumatera, pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil.

Berdasarkan penetapan UU 32/2004 Pasal 18 ayat (4), maka selain wilayah daratan yang akan menjadi lingkup wilayah perencanaan RTRW Aceh juga tercakup wilayah laut kewenangan pengelolaan (WLK) Provinsi Aceh sejauh 12 (dua belas) mil-laut dari garis pangkal ke arah laut lepas. Wilayah laut kewenangan tersebut terdapat atau terletak di Samudera Hindia, Laut Andaman, dan Selatan Malaka, dengan luas Berdasarkan PP no 37 tahun 2008 yang merupakan refisi PP no 38 tahun 2002 tentang titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia luas laut kewenangan Aceh Adalah 74.798,02 km2 atau 7.478.801,59 Ha bila ditambah dengan kawasan gugusan karang melati seluas 14.249,86 km2 atau 1.424.986,18 Ha, luas laut kewenangan Aceh menjadi 89.047,88 km2 atau 8.904.787,77 Ha.

Wilayah udara Aceh adalah ruang udara yang yang terletak di atas wilayah darat dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Wilayah dalam bumi Aceh adalah ruang dalam bumi yang terletak di bawah wilayah darat dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

II.1.1 Pembagian Wilayah Administrasi

(23)

II - 2

dalam UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, pembagian administrasi pemerintahan kabupaten/kota terdiri berturut-turut atas: kecamatan, mukim, dan gampong.

(24)
(25)

II - 4 II.1.2 Kependudukan, Sosial Budaya

II.1.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk

Jumlah penduduk Aceh pada akhir 2011 adalah 4.597.308 jiwa, Perkembangan jumlah penduduk beserta sebarannya menurut masing-masing kabupetan/kota ditunjukkan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Penduduk Aceh

1980 1990 2000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011 1 Simeulue 57058 59093 71517 78389 80380 81127 81790 82344 80674 82521 2 Aceh Singkil 120459 124758 144684 148277 92605 94961 100265 102505 102509 104856 3 Aceh Selatan 275260 342901 302273 197719 185704 191539 202080 209853 210111 215315 202251 206881 4 Aceh Tenggara 159248 185768 207721 150776 168229 169053 173056 174371 175501 177024 179010 183108 5 Aceh Timur 423418 585971 656086 331636 312014 304643 311413 313333 332915 340728 360475 368728 6 Aceh Tengah 163341 199659 263070 272453 285619 160549 166895 170766 182533 189298 175527 179546 7 Aceh Barat 288422 385700 422690 195000 160545 150450 151552 152557 153398 158499 173558 177532 8 Aceh Besar 236374 240219 285750 295957 301757 296541 304303 307362 310107 312762 351418 359464 9 Pidie 343558 420107 499796 517697 469888 474359 365813 373234 380382 386053 379108 387787 10 Bireuen 349085 361528 348057 351835 354027 355989 357564 359032 389288 398201 11 Aceh Utara 625296 846435 667243 523717 487526 493670 506002 510494 517741 532537 529751 541878 12 Aceh Barat Daya 115358 111100 115676 119397 121302 123101 124813 126036 128922 13 Gayo Lues 66448 68312 72045 73752 74312 74794 75165 79560 81382 14 Aceh Tamiang 225011 229520 235314 239260 239451 239899 241734 251914 257681 15 Nagan Raya 143985 110486 123743 123984 124141 124340 125425 139663 142861 16 Aceh Jaya 98796 79155 60660 65996 70673 75597 82904 76782 78540 17 Bener Meriah 106148 109429 111040 112549 114464 122277 125076 18 Pidie Jaya 125892 128446 130906 135345 132956 136000 19 Banda Aceh 72090 184699 216121 223829 239146 177881 199241 219659 217918 212241 223446 228562 20 Sabang 23521 24416 23654 24498 28692 28597 29098 29144 29221 29184 30653 31355 21 Langsa 122865 135167 137586 139893 140005 140267 140415 148945 152355 22 Lhokseumawe 167362 138663 154634 157635 158169 158760 159239 171163 175082

23 Subulussalam 61870 63444 64256 66451 67446 68990

2610528 3415875 4071006 4218486 4075781 4031589 4153573 4223833 4293915 4363477 4494410 4597308 Catatan/Notes: * Hasil Sensus Penduduk 2010/Results of population census 2010

Sumber : Aceh dalam angka 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Source : BPS-Statistics of Aceh Province

KAB/KOTA NO

JUMLAH

TAHUN

Kabupaten/kota pada tahun 2008 dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Aceh Utara (541.878 jiwa) dan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Sabang (31.355 jiwa). Bila sebaran penduduk dilihat menurut masing-masing bagian wilayah Aceh, dapat ditunjukkan sebagai berikut:

 di pesisir timur, mulai dari Pidie sampai Aceh Tamiang, jumlah penduduk adalah 2.417.712 jiwa atau 52.59% dari penduduk Aceh;

 di sekitar Banda Aceh, yang meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang, jumlah penduduk adalah 619.381 jiwa atau 13.47% dari penduduk Aceh;

 di pesisir barat, mulai dari Aceh Jaya sampai Subulussalam/Aceh Singkil dan Simeulue, jumlah penduduk adalah 991.103 jiwa atau 21.56% dari jumlah penduduk Aceh;

 di bagian tengah (pegunungan/dataran tinggi), yang meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, jumlah penduduk adalah 569.112 jiwa atau 12.38% dari penduduk Aceh.

(26)

II - 5 II.1.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Pada tabel 3 ditunjukkan komposisi penduduk Aceh menurut jenis kelamin, pada tahun 1980, 1990, dan 2008 sampai 2011. Dari tahun 1980 sampai 2003 jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada perempuan, sementara sejak 2004 sampai 208 jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada laki-laki. Perubahan komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini terkait dengan jatuhnya korban jiwa pada bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004. Sedangkan pada tahun 2010-2011, laki-laki lebih besar dari perempuan.

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Tahun 2007-2011

NO TAHUN LAKI - LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 1980 1310 1300 2609

Catatan/Notes: * Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)/Result of int population survey

Source : BPS-Statistics of Aceh Province

Sumber : Aceh dalam angka 2009 dan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

II.1.2.4 Prediksi Jumlah Penduduk Menurut RTRW Aceh 2030

(27)

II - 6 Tabel 4 Prediksi Jumlah Penduduk Aceh Tahun 2029 (Skenario 1 Optimis)

II.1.2.5 Penduduk Menurut Keragaman Etnis/Suku

Pada tabel dibawah ini dikemukakan tentang keragaman suku/etnis dan bahasa daerah yang dipakai sehari-hari menurut masing-masing kabupaten/kota di Aceh.

Pada wilayah pesisir utara dan timur dari Banda Aceh sampai Langsa/Aceh Timur dan pesisir barat dari Aceh Jaya sampai Aceh Barat Daya suku asli yang dominan adalah suku Aceh dengan bahasa Aceh. Pada wilayah pesisir timur yang berbatasan dengan Sumatera Utara terdapat suku Tamiang dengan Bahasa Tamiang.

Pada wilayah bagian tengah terdapat suku asli Gayo dengan bahasa Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues), dan suku asli Alas dengan bahasa Alas (Aceh Tenggara).

(28)

II - 7 Tabel 5 Keragaman Suku/Etnis dan Bahasa di Aceh

Selain penduduk asli di atas, penduduk Aceh juga berasal dari pendatang, yang bervariasi: Jawa, Melayu, Batak, Karo, Mandailing, Minang, Nias, dan Cina, yang tersebar di kabupaten dan kota di Aceh.

II.2 Kondisi fisik dan lingkungan

II.2.1 Konfigurasi wilayah

Wilayah daratan Aceh terdiri atas daratan utama (mainland) di Pulau Sumatera beserta 119 pulau (sumber: RUTR Wilayah Pesisir Aceh, data dari Departemen Dalam Negeri menyebutkan total ada 663 pulau, dengan rincian: 205 pulau telah bernama, dan 458 pulau belum bernama). Di antara pulau-pulau tersebut, paling tidak ada 9 pulau yang berpenghuni, yaitu: Pulau Simeulue (Kab. Simeulue), Pulau Tuangku, Pulau Ujungbatu, Pulau Balai, Pulau Nibong (di Kepulauan Banyak Kab. Aceh Singkil), Pulau Weh (Kota Sabang), serta Pulau Breueh, Pulau Nasi, Pulau Bunta (di Pulo Aceh Kab. Aceh Besar). Selain pulau tersebut, pulau lainnya relatif merupakan pulau-pulau kecil. Dengan konfigurasi demikian dan terletak di tepi perairan laut, maka selain daratan di pulau utama (mainland) Pulau Sumatera dan pulau-pulau besar dan kecil, juga ada wilayah laut kewenangan Aceh yaitu sejauh 12 mil-laut dari garis pantai dan/atau garis pangkal menurut pulau-pulau terluar.

II.2.2 Ketinggian/Elevasi

(29)

II - 8 II.2.3 Kemiringan Lereng

(30)
(31)

II - 10 II.2.4 Fisiografi Wilayah Aceh

Kondisi fisiografi wilayah Aceh di daratan Pulau Sumatera (mainland) dapat dikelompokkan atas empat kelompok utama, yaitu : dataran rendah, pegunungan bagian utara, pegunungan bagian tengah, dan pegunungan bagian selatan.

Dataran rendah di bagian barat terdapat terletak sejak dari sekitar muara Sungai Alas/Singkil, muara Krueng Tripa, sampai muara Krueng Teunom. Dataran ini berhampiran atau diapit oleh barisan pegunungan berlereng terjal yang merupakan tempat mengalirnya sungai-sungai yang relatif pendek dan deras ke bagian lembah yang datar di pesisir. Fisiografi yang demikian disertai dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan bagian muara sungai tidak mampu menampung volume air, sehingga selalu tergenang dan membentuk kawasan berawa-rawa. Dataran rendah di bagian timur wilayah mempunyai alur yang cukup lebar, mulai dari perbatasan Aceh dan Provinsi Sumatera Utara yang selanjutnya menyempit di sekitar pesisir Peudada sampai di kaki Gunung Seulawah. Dataran rendah di bagian utara, merupakan lembah sungai Krueng Aceh yang terletak di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh.

Pegunungan bagian utara terletak di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, dan Aceh Barat. Pegunungan bagian utara ini merupakan bukit-bukit yang saling terpisah, yang antara lain terdiri atas Kompleks Gunung Seulawah (1.762 m), Kompleks Gunung Ulu Masen (2.390 m), dan Komplek Gunung Peut Sagoe (2.780 m). Selain itu, terdapat patahan turun lembah Krueng Aceh yang diduga belum sepenuhnya stabil, sehingga sewaktu-waktu potensial terjadi getaran di permukaan bumi (gempa). Pada bagian wilayah ini terdapat dataran tinggi, yaitu Dataran Tinggi Tangse (dan Geumpang).

Pegunungan bagian tengah terletak di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Nagan Raya. Pegunungan bagian tengah ini mempunyai lereng yang sangat curam sehingga sulit dilalui, yang ditandai oleh keberadaan antara lain Kompleks Gunung Geureudong/Burni Telong (2.556 m) dan Kompleks Gunung Ucap Malu (3.187 m). Pada pegunungan bagian tengah ini terdapat dataran tinggi, yaitu Dataran Tinggi Gayo, dan terdapat danau yaitu Danau Laut Tawar.

Pegunungan bagian selatan terletak di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan. Pegunungan bagian selatan ini terdiri dari tiga baris pegunungan sejajar. Jajaran paling selatan dengan dengan pegunungan paling tinggi adalah Gunung Leuser (3.466 m) yang merupakan gunung tertinggi di Aceh. Jajaran di tengah relatif lebih rendah, sementara jajaran di utara kembali naik lebih tinggi. Pada jajaran di tengah tersebut terdapat dataran tinggi, yang dikenal dengan Dataran Tinggi Alas; dan mengalir Sungai Alas, yang seperti halnya dengan Krueng Aceh, mengalir di atas patahan turun (slank).

II.2.5 Klimatologi

(32)

II - 11

Dari ketiga stasiun klimatologi tersebut, gambaran kondisi iklim wilayah Aceh adalah sebagai berikut :

a. Stasiun Blang Bintang : curah hujan rata-rata 1.250 – 2.000 mm/tahun, dengan hari hujan rata-rata 13 hari/bulan, suhu udara rata-rata-rata-rata berkisar 25 – 28 oC, kelembaban nisbi rata-rata 69 – 90 %, serta kecepatan angin 2,0 – 4,0 knot.

b. Stasiun Sabang : curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun, dengan hari hujan rata-rata 7 hari/bulan, suhu udara rata-rata berkisar 26 – 27,5 oC, kelembaban nisbi rata-rata 73 – 86 %, serta kecepatan angin 3,0 – 11,0 knot.

c. Stasiun Meulaboh : curah hujan rata-rata 2.500 – 3.500 mm/tahun, dengan hari hujan rata-rata 17 hari/bulan, suhu udara rata-rata berkisar 21 – 31 oC, kelembaban nisbi rata-rata 69 – 96 %, serta kecepatan angin 5,0 – 7,0 knot.

II.2.6 Jenis Tanah

Jenis tanah yang diidentifikasikan di wilayah Aceh, yaitu dari pembacaan Peta Penyebaran Jenis Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor ada 12 jenis tanah yang terdapat di Aceh, yaitu : (1) Organosol dan Glei Humus, (2) Aluvial, (3) Hidromorf Kelabu, (4) Regosol, (5) Podsolik Merah Kuning (PMK), (6) Renzina, (7) Andosol, (8) Litosol, (9) Komplek PMK dan Litosol, (10) Komplek PMK, Latosol, dan Litosol, (11) Komplek Podsolik Coklat, Podsol, dan Litosol, (12) Komplek Renzina dan Litosol. Dari pembacaan pada peta sebaran jenis tanah dapat diindikasikan sebaran jenis tanah tersebut seperti berikut ini.

Jenis tanah organosol dan glei humus dominan tersebar di pesisir barat, yang relatif luas, yaitu di Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Selatan bagian selatan, Aceh Singkil, dan Subulussalam; dan di pesisir timur, yang relatif sempit dan memanjang mengikuti garis pantai, yaitu di Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, dan Pidie Jaya.

Jenis tanah aluvial yang terletak di pesisir yaitu di Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara sampai Aceh Timur dan Aceh Tamiang; sementara di dataran tinggi terdapat pada tepi alur sungai Lawe Alas di Aceh Tenggara. Selain itu di pulau-pulau terdapat di Simeulue, Kepulauan Banyak, dan Pulau Breueh. Jenis tanah hidromorf kelabu terdapat memanjang dan setempat di Aceh Utara sampai Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Jenis tanah regosol relatif sangat sedikit, yaitu di pesisir Aceh Besar yang menerus ke Pidie, dan setempat-setempat di sekitar Gunung Leuser dan di Aceh Tenggara.

Jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) terdapat hampir di semua kabupaten/kota baik di pesisir maupun di dataran tinggi/pegunungan. Jenis tanah PMK yang terdapat di pesisir berhadapan langsung dengan garis pantai antara lain terdapat di Aceh Jaya, Aceh Barat Daya sampai Aceh Selatan; pada lini di belakang pesisir tersebut terdapat di Aceh Barat, Nagan Raya, Subulussalam, memanjang sejak dari Pidie sampai ke Aceh Tamiang. Sementara di dataran tinggi terdapat di Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara. Selain itu terdapat sedikit di Pulau Simeulue bagian barat.

(33)

II - 12

lainnya, yang terdapat di sekitar G. Seulawah, G. Ulu Masen, G. Peut Sagoe, G. Geureudong, dan punggungan pegunungan/perbukitan lainnya di Nagan Raya, Aceh Jaya, dan Pidie.

Komplek PMK dan litosol dengan sebaran sedikit di pegunungan perbatasan Pidie – Aceh Jaya – Aceh Besar, dan sebaran yang agak dominan di Pulau Simeulue dan Kepulauan Banyak. Komplek PMK, latosol, litosol, tersebar di dataran tinggi/pegunungan, sejak dari Aceh Besar, Aceh Jaya dan Pidie teus ke arah selatan/tenggara hingga ke Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang. Komplek podsolik coklat, podsol, dan litosol, juga terdapat di dataran tinggi/pegunungan yaitu sejak dari Pidie, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara. Komplek renzina dan litosol tersebar pada lereng pegunungan setempat, terdapat di Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya, Aceh Selatan, dan memanjang dari Aceh Timur sampai Aceh Tamiang.

II.2.7 Sistem Lahan

Pada Gambar 1.2.8 ditunjukkan sistem lahan (land system) di wilayah Aceh, yaitu sebanyak sekitar 60 sistem lahan. Dari sebaran sistem lahan tersebut, dapat diindikasikan kecenderungan sistem lahan yang menonjol pada masing-masing bagian wilayah di Aceh.

Bagian wilayah pegunungan tengah

Pada bagian wilayah pegunungan tengah ini sangat menonjol sistem lahan BPD (Bukit Pandan) dengan karakteristik utamanya antara lain peka gerakan tanah/longsor, lereng >60%, sistem drainase dendritik, dan curah hujan yang tinggi. Sistem lahan BPD ini sangat dominan di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), dan juga terdapat di Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Selain sistem lahan BPD tersebut, di bagian wilayah pegunungan tengah ini juga terdapat sistem lahan lainnya seperti: PDH (Pendreh) dan TWI (Telawi), yang keduanya mempunyai lereng >60%. Selain itu terdapat juga sistem lahan BYN (Bukit Ayun) dan GGD (Gunung Gedang), seperti pada pegunungan perbatasan Aceh Besar dan Aceh Jaya.

Bagian wilayah pesisir timur

Pada bagian wilayah pesisir timur ini sangat menonjol sistem lahan KHY (Kahayan), yang terdapat terutama di lembah Krueng Aceh (Banda Aceh dan sekitarnya), pesisir Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang. Selain itu setempat-setempat terdapat sistem lahan: MPT (Maput), AMI (Alur Menani), dan MBI (Muara Beliti).

Bagian wilayah pesisir barat

Pada bagian wilayah pesisir barat ini, di kawasan yang berupa rawa tedapat sistem lahan MDW (Mendawai) yaitu di Rawa Singkil, dan sistem lahan BBK (Benjah Bekasik) yaitu di Rawa Tripa. Selain itu setempat-setempat terdapat sistem lahan PTG (Putting), MPT (Maput), dan TNJ (Tanjung).

Selain itu, khusus yang terletak di sekitar gunung-gunung utama di Aceh, dengan sistem lahan yang menonjol adalah sebagai berikut:

(34)

II - 13

 Di kompleks Gunung Peut Sago, yang menonjol adalah sistem lahan BBG (Bukit Balang) dengan kawasan di sekitarnya dengan sistem lahan PDH (Pendreh) dengan karakter dominan lereng >60%;

 Di kompleks Gunung Geureudong, yang menonjol adalah sistem lahan TGM (Tanggamus) dengan kawasan sekitarnya dengan sistem lahan TLU (Talamau).

II.2.8 Geologi, Hidrogeologi dan Cekungan Air Tanah

Pada Gambar 1.2.9 ditunjukkan peta geologi, dan pada Gambar 1.2.10 ditunjukkan peta hidrogeologi wilayah Aceh. Dari peta geologi dapat dilihat bahwa sebagian terbesar wilayah Aceh terdiri atas batuan tersier dan quarter. Pada bagian-bagian tertentu, khususnya di punggungan pegunungan terdapat batuan yang lebih tua, berupa singkapan.

Sejalan dengan itu pada peta hidrogeologi dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan (lithological rock types) serta potensi dan prospek air tanah (groundwater potential and prospects). Berturut-turut relatif dari kompleks punggungan hingga ke pesisir atau pantai dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan sebagai berikut:

 batuan beku atau malihan (igneous or metamorphic rocks) terletak pada kompleks pegunungan mulai dari puncak atau punggungan; dengan potensi air tanah sangat rendah;

 sedimen padu - tak terbedakan (consolidated sediment – undifferentiated) terletak di bagian bawah/hilir batuan beku di atas namun masih pada kompleks pegunungan hingga ke kaki pegunungan, dan juga terdapat di Pulau Simeulue; dengan potensi air tanah yang juga sangat rendah;

 batu gamping atau dolomit (limestones or dolomites), yang terletak setempat-setempat, yaitu di pegunungan di bagian barat laut Aceh Besar (sekitar Peukan Bada dan Lhok Nga), di Aceh Jaya, di Gayo Lues dan Aceh Timur; dengan potensi air tanah yang juga sangat rendah;

 hasil gunung api – lava, lahar, tufa, breksi (volcanic products – lava, lahar, tuff, breccia) terutama terdapat di sekitar gunung berapi, terutama yang teridentifikasi terdapat di sekitar G. Geureudong, G. Seulawah, dan G. Peut Sagoe; dengan potensi air tanah rendah;

 sedimen lepas atau setengah padu – kerikil, pasir, lanau, lempung (loose or semi-consolidated sediment (gravel, sand, silt, clay) yang terdapat di bagian paling bawah/hilir yaitu di pesisir, baik di pesisir timur maupun pesisir barat dan di cekungan Krueng Aceh; dengan potensi air tanah sedang sampai tinggi.

Pada Gambar tersebut juga ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan yang relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif berarah barat laut – tenggara).

(35)

II - 14 Gambar 4 Peta Geologi Wilayah Aceh

II.2.9 Geologi, Hidrogeologi dan Cekungan Air Tanah

Di wilayah Aceh terdapat 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil. Untuk pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 Wilayah Sungai (WS) yang terdapat di Aceh, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006, seperti ditunjukkan pada Tabel I.2.16 dan Gambar 1.2.12.

Ada 4 klasifikasi WS yang ada di Aceh, yaitu:

1. WS Lintas Provinsi: (A2-1) WS Lawe Alas-Singkil, yang dikelola Pemerintah Pusat;

2. WS Strategis Nasional: (A3-1) WS Meureudu-Baro, (A3-2) WS Jambo Aye, (A3-3) WS Woyla-Seunagan, (A3-4) WS Tripa-Bateue, yang juga dikelola oleh Pemerintah Pusat;

3. WS Lintas Kabupaten/Kota: (B-1) WS Krueng Aceh, (B-2) WS Pase-Peusangan, (B-3) WS Tamiang-Langsa, (B-4) WS Teunom-Lambesoi, (B-5) WS Krueng Baru-Kluet, yang dikelola oleh Pemerintah Aceh;

4. WS Dalam Kabupaten/Kota: (C-1) WS Pulau Simeulue, yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Simeulue.

(36)

II - 15

Jaya), Krueng Meureubo (Aceh Barat), Krueng Seunagan dan Krueng Tripa (Nagan Raya), Lawe Alas – Krueng Singkil (Gayo Lues, Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Aceh Singkil).

Tabel 6 Wilayah Sungai di Aceh

II.3 Kondisi Keanekaragaman Hayati

Biodiversity atau keanekaragaman hayati tersebut meliputi fauna (satwa) dan flora (tumbuhan). Sebaran tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati yang tinggi terdapat di bagian wilayah pegunungan tengah (khususnya pada lereng dan kaki pegunungan), dan di pesisir yaitu di bagian wilayah dengan ekosistem rawa di pesisir barat, seperti di rawa Singkil/Trumon dan rawa Tripa. Dihubungkan dengan wilayah administrasi, maka hampir semua kabupaten terkena dengan kawasan keanekaragaman hayati tinggi tersebut.

(37)

II - 16

Di samping sebaran “spesies payung” tersebut, wilayah Aceh juga memiliki kawasan keanekaragaman hayati penting lainnya, yaitu: “Ecofloristic” seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.19 Kawasan Penting Burung (Important Bird Areas/IBA) dan Kawasan Kunci Keaneka-ragaman Hayati (Key Biodiversity Areas/KBA) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.20 Berdasarkan data dari For TRUST (Forum Tata Ruang Sumatera), bila dilakukan tumpang tindih (super impose) seluruh data keanekaragaman hayati tersebut, maka akan diperoleh kawasan keanekaragaman hayati di Aceh yang perlu dilindungi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.13 di depan.

Sehubungan dengan sebaran keanekaragaman hayati di wilayah Aceh, maka di luar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang telah ditetapkan juga terdapat kawasan ekosistem lainnya yang telah dikaji yang akan mengakomodasi keanekaragaman hayati ini di bagian wilayah lainnya yaitu di Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Pada Gambar 1.2.21 ditunjukkan Kawasan Ekosistem Leuser dan Kawasan Ekosistem Ulu Masen di Aceh.

Gambar 5 Peta Kawasan Leuser dan Ekosistem Ulu Masen

II.4 Kondisi Pertambangan

(38)

II - 17

golongan A dan golongan B (atau di luar bahan galian) seperti pada Tabel I.2.17 yang kemudian dirincikan lagi pada Tabel I.2.18 dan Tabel I.2.19. Khusus untuk bahan tambang yang merupakan bahan galian (atau dahulu dikenal dengan golongan C) dirincikan pada Tabel I.2.20.

Selanjutnya secara khusus untuk jenis mineral logam dan mineral bukan logam digambarkan sebarannya seperti pada Gambar 1.2.22 dan Gambar 1.2.23.

Secara khusus untuk bahan tambang berupa air tanah, potensi dan sebarannya telah dijelaskan pada pembahasan hidrogeologi khususnya mengenai cekungan air tanah di depan.

Dari pembacaan pada tabel-tabel dan gambar-gambar tersebut, dari sudut pandang tata ruang dapat diindikasikan bahwa bahan-bahan tambang yang potensial terdapat baik pada atau di bawah permukaan kawasan budidaya dan kawasan lindung.

(39)
(40)

II - 19 Gambar 6 Peta Sebaran Potensi Mineral Bukan Logam

II.5 Kondisi Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil

Dengan memperhitungkan panjang garis pantai pada pulau utama dan pulau-pulau yang relatif besar, maka Aceh mempunyai garis pantai lebih kurang sepanjang 2.422 km, yang terdiri atas garis pantai di pulau induk (mainland) Sumatera 1.660 km, di Pulau Weh/Sabang 62 km, dan di Pulau Simeulue 700 km.

Berdasarkan penetapan UU 32/2004 Pasal 18 ayat (4), maka selain wilayah daratan yang akan menjadi lingkup wilayah perencanaan RTRW Aceh juga tercakup wilayah laut kewenangan pengelolaan (WLK) Aceh sejauh 12 (dua belas) mil-laut dari garis pantai terluar ke arah laut lepas. Dengan demikian maka wilayah laut kewenangan tersebut terdapat atau terletak di Samudera Hindia, Laut Andaman, dan Selat Malaka. Adalah 74.798,02 km2 atau 7.478.801,59 Ha bila ditambah dengan kawasan gugusan karang melati seluas 14.249,86 km2 atau 1.424.986,18 Ha, luas laut kewenangan Aceh menjadi 89.047,88 km2 atau 8.904.787,77 Ha.

(41)

II - 20

Simeulue (Kab. Simeulue), Pulau Tuangku, Pulau Ujungbatu, Pulau Balai (di Kepulauan Banyak Kab. Aceh Singkil), Pulau Weh (Kota Sabang), Pulau Breueh, Pulau Nasi, Pulau Bunta (di Pulo Aceh Kab. Aceh Besar). Pulau-pulau lainnya relatif merupakan pulau-pulau kecil. Gugus pulau-pulau kecil dengan jumlah pulau-pulau kecil yang relatif banyak adalah di perairan Kepulauan Banyak Kabupaten Aceh Singkil, yang terdiri atas 99 pulau.

II.6 Kondisi Pariwisata

Sektor pariwisata di Aceh akan merupakan salah satu sektor yang dapat dijadikan andalan di masa datang. Jenis pariwisata di Aceh sangat bervariasi yaitu meliputi wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata ekologi, wisata kota, dan wisata minat khusus.

Untuk memudahkan dalam identifikasi distribusi objek-objek wisata yang ada, maka dibuat cluster yang berdasarkan pada 4 faktor yang dianggap penting, faktor itu adalah (i) faktor letak geografis yaitu kedekatan satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, (ii) faktor jarak yaitu jarak dari satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, (iii) faktor aksesibilitas yaitu tingkat kemudahan pencapaian baik jalur transportasi maupun angkutan, dan (iv) faktor pelayanan kota yaitu pelayan suatu kota terhadap kebutuhan dari pada penduduknya.

Tabel 9 Lokasi Pengembangan Pariwisata Aceh

CLUSTER OBJEK WISATA UNGGULAN ARAHAN

PENGEMBANGAN

Cluster Banda Aceh -Sabang

Mesjid Raya Baiturrahman, bekas-bekas tsunami, Kherkhof, Pantai Gapang, Taman Laut Pulau Rubiah, dan Pantai Iboih

Diarahkan menjadi

ODTW Alam dan

Budaya

Cluster Aceh Besar - Pidie Pantai Pelabuhan Malahayati, Pantai Ujung Batee, dan Pantai Kuala Baru, dan Taman Laut Pulau Pelambak Besar

Pantai Lasikin, Pulau Bengkaru

(tempat penyu hijau, penyu

belimbing, penyu sisik).

Diarahkan menjadi

(42)

II - 21

II.7 Kondisi Ekonomi

II.7.1 Kondisi Ekonomi Aceh

II.7.1.1 Struktur Ekonomi Aceh

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2009 sampai 2011 ditunjukkan pada tabel dibawah Angka PDRB tahun 2009 adalah Rp. 32.219.086.32 milyar dan tahun 2007 adalah Rp. 34.779.702.73milyar. Angka PDRB tersebut termasuk lapangan usaha yang terkait dengan minyak & gas bumi (migas), yaitu pertambangan migas dan industri migas. Sementara untuk angka PDRB tanpa migas pada tahun 2009 adalah Rp. 27.574.794.89 milyar dan tahun 2011 adalah Rp. 30.801.676.45 milyar.

Selanjutnya dikemukakan distribusi porsi (menurut persentase) dari masing-masing lapangan usaha dalam PDRB Aceh dengan migas, dan pada Tabel 12 dikemukakan distribusi tersebut tanpa migas.

Berdasarkan Tabel 11 berturut-turut dari lapangan usaha yang paling besar persentase porsinya dapat dikemukakan catatan penting sebagai berikut ini.

1. Pertanian (26.88 %)

Porsi lapangan usaha pertanian ini meningkat dari 26.18 % pada tahun 2009 menjadi 26.88% pada tahun 2011. Ada pergeseran porsi dari sub lapangan usaha yaitu pada tahun 2009 berturut-turut adalah pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, kehutanan, kemudian perikanan menjadi pada tahun 2011 berturut-turut adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, kemudian kehutanan. Dengan demikian dalam lapangan usaha pertanian ini ada peningkatan yang lebih pesat pada kegiatan perkebunan dan perikanan.

2. Pertambangan & Penggalian (7.51 %)

Porsi lapangan usaha pertambangan & penggalian ini menurun dari 8.68% pada tahun 2009 menjadi 7.51% pada tahun 2011. Dalam lapangan usaha ini kontribusi sangat dominan dari pertambangan migas, yang memang menurun produksinya.

3. Perdagangan, Hotel & Restoran (20.30 %)

Porsi lapangan usaha perdagangan, hotel & restoran meningkat dari 19.29% pada tahun 2009 menjadi 20.30% pada tahun 2011. Bila pada tahun 2009 lapangan usaha ini menduduki urutan ke-2 kontribusinya, maka pada tahun 2011 tetap menduduki urutan ke-3. Kontribusi sub lapangan usaha yang terbesar adalah dari perdagangan besar dan eceran. Dengan demikian untuk total PDRB ada kecenderungan peningkatan kegiatan perdagangan hotel dan restoran.

4. Industri (10.23 %)

(43)

II - 22 5. Jasa-Jasa (18.1 %)

Porsi lapangan usaha jasa-jasa ini meningkat dari 17.9% pada tahun 2009 menjadi 18.1% pada tahun 2011. Konstribusi jasa pemerintahan umum (16.96%) sangat dominan jika dibandingkan dengan jasa swasta (1.14%).

6. Pengangkutan & Komunikasi (7,55 %)

Porsi lapangan usaha ini meningkat signifikan, yaitu dari 7.08% pada tahun 2009 menjadi 7,55% pada tahun 2011. Kontribusi pengangkutan (6.25%) sangat dominan jika dibandingkan dengan komunikasi (1.30%). Pada sub lapangan usaha pengangkutan ini angkutan jalan raya masih sangat dominan (5.54%) diikuti di bawahnya adalah angkutan udara (0.34%) dan angkutan laut (0,32%). Dengan semakin membaiknya kondisi ekonomi ke depan lapangan usaha pengangkutan & komunikasi ini diindikasikan akan semakin besar porsinya.

7. Konstruksi (7,55 %)

Porsi lapangan usaha konstruksi ini meningkat dari 6.92% pada tahun 2009 menjadi 7,55% pada tahun 2011. Indikasi kenaikan ini membuktikan bahwa gerakan pembangunan di Aceh semakin baik dan pembangunan sarana dan prasarana di seluruh Aceh semakin baik.

8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan (1.90 %)

Porsi lapangan usaha ini meningkat dari 1,83% pada tahun 2009 menjadi 1,90% pada tahun 2011. Sub lapangan usaha real estate (0,58%) dan bank (0,1.17%) adalah yang menonjol dalam lapangan usaha ini.

9. Listrik, Gas & Air Bersih (0,38 %)

(44)

II - 23 Tabel 10 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 Pertanian 8433957.9 8857389.65 9348967.32

a. Tanaman Bahan Makanan 3353314.86 3618517.57 3869060.79

b. Tanaman Perkebunan 1696447.75 1748506.75 1828590.83

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1447049 1499048.84 1579118.65

d. Kehutanan 518234.38 518110.47 546695.57

e. Perikanan 1418911.92 1473206.03 1525501.47

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2797970.49 2609892.25 2612904.74

a. Minyak dan Gas Bumi 2389320.15 2176996.88 2155037.41

b. Pertambangan Bukan Migas 0 0 0

c. Penggalian 408650.34 432895.38 457867.33

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3794880.67 3491324.15 3557636.65

a. Industri Migas 2254971.28 1851822.45 1822988.86

- Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0

- Gas Alam Cair 2254971.28 1851822.45 1822988.86

b. Industri Bukan Migas 1539909.39 1639501.71 1734647.79

- Makanan, Minuman dan Tembakau 502491.81 546422 603079.27

- Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5746.56 6137.1 6523.11

- Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 537.61 536.6 538.77

- Kertas dan Barang Cetakan 14176.94 15011.47 15991.61

- Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 946860.26 997051.37 1030555.56

- Semen dan Barang Galian bukan Logam 45977.79 48576.57 50929.21

- Logam Dasar Besi dan Baja 9992.81 10866.25 11444.38

- Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8475.7 9024.62 9405.77

- Barang lainnya 5649.92 5875.72 6180.1

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 104092.03 121754.53 132193.09

a. Listrik 99615.81 116717.97 126854.29

b. Gas Kota 0 0 0

c. Air Bersih 4476.22 5036.56 5338.8

5 KONSTRUKSI 2229792.49 2343693.95 2489441.95

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6213658.59 6609054.88 7059809.11

a. Perdagangan Besar dan Eceran 5991618.42 6373943.98 6806626.46

b. Hotel 19705.57 20578.06 22093.69

c. Restoran 202334.6 214532.84 231088.97

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2280601.82 2430513.05 2624174.17

a. Pengangkutan 1881181.69 2010426.28 2172995.05

- Angkutan Rel 0 0 0

- Angkutan Jalan Raya 1648670.07 1774120.58 1926772.72

- Angkutan Laut 105355.38 107825.7 112345.57

- Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 2088.04 2229.66 2364.77

- Angkutan Udara 112336.14 112785.8 116930.97

- Jasa Penunjang Angkutan 12732.07 13464.54 14581.03

b. Komunikasi 399420.13 420086.77 451179.12

- Pos dan Telekomunikasi 393824.09 414125.64 444739.93

- Jasa Penunjang Komunikasi 5596.04 5961.13 6439.19

8 KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSH. 588136.87 620705.18 660994.03

a. Bank 343882.26 375442.64 405466.23

b. Lembaga Keuangan bukan Bank 36049.21 36658.2 38013.15

c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0

d. Real Estat 195124.04 195120.57 203397.09

e. Jasa Perusahaan 13081.36 13483.77 14117.56

9 JASA-JASA 5775995.45 6033842.89 6293581.67

a. Pemerintahan Umum 5443093.43 5674215.03 5898233.08

- Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 3590697.66 3757339.46 3938012.29

- Jasa Pemerintah Lainnya 1852395.77 1916875.57 1960220.8

b. Swasta 332902.03 359627.86 395348.58

- Sosial Kemasyarakatan 187041.87 200361.21 222525.42

- Hiburan dan Rekreasi 46032.66 50287.39 54644.53

- Perorangan dan Rumah Tangga 99827.49 108979.26 118178.64

32219086.32 33118170.55 34779702.73

27574794.89 29089351.22 30801676.45

(45)

II - 24 Tabel 11 Distribusi Porsi PDRB Menurut Lapangan Usaha (2009-2011) dengan MIGAS (%)

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 PERTANIAN 26.18% 26.74% 26.88%

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.68% 7.88% 7.51%

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 11.78% 10.54% 10.23%

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.32% 0.37% 0.38%

5 KONSTRUKSI 6.92% 7.08% 7.16%

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 19.29% 19.96% 20.30%

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7.08% 7.34% 7.55%

8 KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSH. 1.83% 1.87% 1.90%

9 JASA-JASA 17.93% 18.22% 18.10%

Sumber: Hasil Olahan Konsultan, 2013

Tabel 12 Distribusi Porsi PDRB Menurut Lapangan Usaha (2009-2011) Tanpa MIGAS

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 PERTANIAN 30.59% 30.45% 30.35%

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.15% 8.97% 8.48%

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13.76% 12.00% 11.55%

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.38% 0.42% 0.43%

5 KONSTRUKSI 8.09% 8.06% 8.08%

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 22.53% 22.72% 22.92%

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.27% 8.36% 8.52%

8 KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSH. 2.13% 2.13% 2.15%

9 JASA-JASA 20.95% 20.74% 20.43%

Sumber: Hasil Olahan Konsultan, 2013

II.7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Dari PDRB Aceh 2009 sampai 2011 atas dasar harga konstan tahun 2000, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah, dapat dihitung laju pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan PDRB Aceh seperti pada tabel dibawah.

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Aceh, yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan PDRB dari

(46)

II - 25

lapangan usaha yang paling besar laju pertumbuhannya dapat dikemukakan catatan penting sebagai berikut ini.

1. Konstruksi (5.66% per tahun)

Lapangan usaha konstruksi mengalami pertumbuhan negatif (-16,14%) pada 2004-2005, namun pada 2005-2006 mempunyai pertumbuhan tertinggi di antara lapangan usaha lainnya yaitu 48,41%, dan pada 2006-2007 sebesar 13,93%. Tingginya pertumbuhan pada 2 tahun terakhir tersebut terkait dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh. Berdasarkan analisis dan olahan data 2009-2011 mengalami pertumbuhan yang dinamis dan cenderung ada pergerakan yakni sebesar 5.66%.

2. Pengangkutan & Komunikasi (7.27% per tahun)

Analisis pada tahun 2004-2007, lapangan usaha pengangkutan & komunikasi relatif konsisten terus bertumbuh. Sub lapangan usaha pengangkutan (14,03%) mempunyai laju pertumbuhan relatif jauh lebih besar daripada komunikasi (3,74%). Pertumbuhan angkutan yang besar tersebut adalah kegiatan angkutan udara, angkutan jalan raya, dan jasa penunjang angkutan. Sedangkan data analisis pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan dari 6.57% menjadi 7.97 pertahunnya.

3. Listrik, Gas, dan Air Bersih (12.69% per tahun)

Analisis pada tahun 2004-2007, Sub lapangan usaha Listrik mempunyai laju pertumbuhan (12,44%) yang jauh lebih besar daripada Air Bersih (-8,64%) yang malahan negatif. Dengan upaya rehabilitasi & rekonstruksi dan pengembangan jaringan air bersih diharapkan sub lapangan usaha ini akan menyumbangkan pertumbuhan yang signifikan di masa datang. Sedangkan pada tahun 2009-2011 laju pertumbuhan listrik turun dan semakin dinamis menjadi 12.85%. dan air bersih sudah membaik menjadi 9.21%.

4. Jasa-Jasa (4.38% per tahun)

Walaupun masa BRR NAD Nias sector ini sangat mempengaruhi, namun pada tahun rentang waktu 2009-2011 lapangan usaha tetap ada cenderung dinamis berfluktuasi, lapangan usaha jasa-jasa ini konsisten tumbuh, terutama pada jasa-jasa pemerintahan umum.

5. Perdagangan, Hotel & Restoran (6.59% per tahun)

Kendati berfluktuasi, lapangan usaha perdagangan, hotel & restoran ini relatif konsisten tumbuh dan cenderung dinamis positif mengalami pertumbuhan.

6. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan (6.01% per tahun)

Analisis data pada tahun 2004-2009, lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan negatif (-9,53%) pada 2004-2005, kemudian positif kembali sesudahnya. Dan pada analisis pada tahun 2009-2011 mengalami pertumbuhan positif dan membaik.

7. Pertanian (5.28% per tahun)

(47)

II - 26

dan perikanan (0,97%); sementara pertumbuhan negatif untuk peternakan (-5,16%) dan kehutanan (-2,95%). Namun bila dilihat pada selang waktu 2006-2007 ternyata pertumbuhan tanaman perkebunan (9,14%), tanaman bahan makanan (8,50%), dan perikanan (6,10%), yang menunjukkan pertumbuhan yang relatif besar, sehingga mengindikasikan prospek pertumbuhan yang tinggi ke depan.

Sedangkan analisis pada tahun 2009-2011, cenderung mengalami pertumbuhan dan dapat menjadi factor kunci dalam pembangunan di Aceh. Selang waktu 2009-2010 sebesar 5.02%, dan selang waktu 2010-2011 sebesar 5.55%

8. Industri Pengolahan (-3.18% per tahun)

Analisis data tahun 2004-2006, dalam lapangan usaha industri pengolahan ini laju pertumbuhan sub lapangan usaha industri migas mengalami penurunan secara konsisten dan besar (yaitu -20,21%); sementara industri bukan migas sebesar 1,36%, bahkan pada selang waktu 2006-2007 mengalami pertumbuhan yang besar yaitu 8,57%.

Sedangkan analisis data 2009-2011, cenderung mengalami pertumbuhan kecil dan negative. Dengan demikian industri bukan migas mengindikasikan akan terus bertumbuh ke depan.

9. Pertambangan & Penggalian (-3.36% per tahun)

Analisis data pada rentang waktu 2004-2006, dalam lapangan usaha pertambangan & penggalian ini laju pertumbuhan sub lapangan usaha minyak & gas bumi mengalami penurunan secara konsisten dan besar (-17,05%); sementara penggalian mengalami pertumbuhan yang tinggi (22,51%) dan malahan pada 2005-2006 mengalami pertumbuhan sebesar 78,77%. Pertumbuhan sub lapangan usaha penggalian ini terutama terkait dengan adanya kegiatan pada rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami di Aceh, yang membutuhkan material untuk pembangunan fisik.

(48)

II - 27 Tabel 13 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 Pertanian 8433957.9 8857389.65 9348967.32

a. Tanaman Bahan Makanan 3353314.86 3618517.57 3869060.79

b. Tanaman Perkebunan 1696447.75 1748506.75 1828590.83

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1447049 1499048.84 1579118.65

d. Kehutanan 518234.38 518110.47 546695.57

e. Perikanan 1418911.92 1473206.03 1525501.47

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2797970.49 2609892.25 2612904.74

a. Minyak dan Gas Bumi 2389320.15 2176996.88 2155037.41

b. Pertambangan Bukan Migas 0 0 0

c. Penggalian 408650.34 432895.38 457867.33

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3794880.67 3491324.15 3557636.65

a. Industri Migas 2254971.28 1851822.45 1822988.86

- Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0

- Gas Alam Cair 2254971.28 1851822.45 1822988.86

b. Industri Bukan Migas 1539909.39 1639501.71 1734647.79

- Makanan, Minuman dan Tembakau 502491.81 546422 603079.27

- Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5746.56 6137.1 6523.11

- Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 537.61 536.6 538.77

- Kertas dan Barang Cetakan 14176.94 15011.47 15991.61

- Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 946860.26 997051.37 1030555.56

- Semen dan Barang Galian bukan Logam 45977.79 48576.57 50929.21

- Logam Dasar Besi dan Baja 9992.81 10866.25 11444.38

- Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8475.7 9024.62 9405.77

- Barang lainnya 5649.92 5875.72 6180.1

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 104092.03 121754.53 132193.09

a. Listrik 99615.81 116717.97 126854.29

b. Gas Kota 0 0 0

c. Air Bersih 4476.22 5036.56 5338.8

5 KONSTRUKSI 2229792.49 2343693.95 2489441.95

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6213658.59 6609054.88 7059809.11

a. Perdagangan Besar dan Eceran 5991618.42 6373943.98 6806626.46

b. Hotel 19705.57 20578.06 22093.69

c. Restoran 202334.6 214532.84 231088.97

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2280601.82 2430513.05 2624174.17

a. Pengangkutan 1881181.69 2010426.28 2172995.05

- Angkutan Rel 0 0 0

- Angkutan Jalan Raya 1648670.07 1774120.58 1926772.72

- Angkutan Laut 105355.38 107825.7 112345.57

- Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 2088.04 2229.66 2364.77

- Angkutan Udara 112336.14 112785.8 116930.97

- Jasa Penunjang Angkutan 12732.07 13464.54 14581.03

b. Komunikasi 399420.13 420086.77 451179.12

- Pos dan Telekomunikasi 393824.09 414125.64 444739.93

- Jasa Penunjang Komunikasi 5596.04 5961.13 6439.19

8 KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSH. 588136.87 620705.18 660994.03

a. Bank 343882.26 375442.64 405466.23

b. Lembaga Keuangan bukan Bank 36049.21 36658.2 38013.15

c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0

d. Real Estat 195124.04 195120.57 203397.09

e. Jasa Perusahaan 13081.36 13483.77 14117.56

9 JASA-JASA 5775995.45 6033842.89 6293581.67

a. Pemerintahan Umum 5443093.43 5674215.03 5898233.08

- Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 3590697.66 3757339.46 3938012.29

- Jasa Pemerintah Lainnya 1852395.77 1916875.57 1960220.8

b. Swasta 332902.03 359627.86 395348.58

- Sosial Kemasyarakatan 187041.87 200361.21 222525.42

- Hiburan dan Rekreasi 46032.66 50287.39 54644.53

- Perorangan dan Rumah Tangga 99827.49 108979.26 118178.64

32219086.32 33118170.55 34779702.73 27574794.89 29089351.22 30801676.45 Sumber : BPS Pemerintah Aceh, 2012

(49)

II - 28 Tabel 14 Laju Pertumbuhan (%) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009 - 2011 (Juta

Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2009-2010 2010-2011 2009-2011

1 Pertanian 5.02 5.55 5.28

a. Tanaman Bahan Makanan 7.91 6.92 7.42

b. Tanaman Perkebunan 3.07 4.58 3.82

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.59 5.34 4.46

d. Kehutanan -0.02 5.52 2.71

e. Perikanan 3.83 3.55 3.69

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -6.72 0.12 -3.36

a. Minyak dan Gas Bumi -8.89 -1.01 -5.03

b. Pertambangan Bukan Migas

b. Industri Bukan Migas 6.47 5.80 6.13

- Makanan, Minuman dan Tembakau 8.74 10.37 9.55

4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 16.97 8.57 12.69

a. Listrik 17.17 8.68 12.85

b. Gas Kota

c. Air Bersih 12.52 6.00 9.21

5 KONSTRUKSI 5.11 6.22 5.66

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.36 6.82 6.59

a. Perdagangan Besar dan Eceran 6.38 6.79 6.58

b. Hotel 4.43 7.37 5.89

c. Restoran 6.03 7.72 6.87

7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6.57 7.97 7.27

a. Pengangkutan 6.87 8.09 7.48

8 KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSH. 5.54 6.49 6.01

a. Bank 9.18 8.00 8.59

b. Lembaga Keuangan bukan Bank 1.69 3.70 2.69

c. Jasa Penunjang Keuangan

d. Real Estat 0.00 4.24 2.10

e. Jasa Perusahaan 3.08 4.70 3.89

9 JASA-JASA 4.46 4.30 4.38

a. Pemerintahan Umum 4.25 3.95 4.10

- Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 4.64 4.81 4.72

- Jasa Pemerintah Lainnya 3.48 2.26 2.87

Sumber : BPS Pemerintah Aceh, 2012 dan Hasil Olahan Konsultan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(50)

II - 29

II.4 Tinjauan Kebijakan dan Rencana

II.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh II.4.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Aceh

Berdasarkan pertimbangkan karakter wilayah Aceh menurut kekhasan, potensi, permasalahan, harapan ke depan, tujuan penataan ruang Aceh adalah:

“ mewujudkan tata ruang wilayah Aceh yang Islami dan maju, produktif, adil dan merata, serta berkelanjutan ”.

Islami: dimaksudkan bahwa penataan ruang berdasarkan pada pandangan hidup masyarakat Aceh yang berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan budaya Islam yang kuat.

Maju: dimaksudkan bahwa penataan ruang akan ikut mewujudkan kesejahteraan rakyat yang terus meningkat.

Produktif: dimaksudkan bahwa penataan ruang mewujudkan pemanfaatan segenap sumber daya yang mencakup sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan, sehingga mempunyai nilai atau manfaat ekonomi dan sosial.

Adil dan merata: dimaksudkan bahwa penataan ruang mewujudkan manfaat ekonomi dan sosial secara adil dan merata kepada masyarakat.

Berkelanjutan: dimaksudkan bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

II.4.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Aceh

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Aceh meliputi pengembangan struktur ruang wilayah Aceh dan pengembangan pola ruang wilayah Aceh.

II.4.1.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Aceh

Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Aceh meliputi:

1. Peningkatan fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah Aceh sesuai dengan hierarki dan fungsi yang ditetapkan;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Aceh yang merata dan berhierarki;

3. Peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Aceh, baik dalam lingkup nasional maupun lingkup internasional;

4. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah Aceh.

Gambar

Gambar  2 Peta Pembagian Administrasi Wilayah Aceh
Gambar  5 Peta Kawasan Leuser dan Ekosistem Ulu Masen
Tabel  7 Potensi Bahan Tambang di Aceh, diluar Bahan Galian
Gambar  6 Peta Sebaran Potensi Mineral Bukan Logam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat dialogis. pada dasarnya manusia mempunyai

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Alhamdulillahhirrobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat, karunia, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

Personil ini bertanggungjawab kepada pihak pemerintah setempat (pihak poin 1), dengan cara melaporkan setiap perkembangan kondisi lapangan yang terjadi. Lakukan pembagian

Kelurahan  Sidomukto  Kecamatan  Lamongan  Kepadatan  Penduduk  pada  Lokasi  sebesar  201 ‐ 499 Jiwa/Ha  Sedang  Lokasi tidak terletak pada 

Pada periode 1966-77, mereka menemukan bahwa ekspor Indonesia berpengaruh positif terbadap pertumbuhan PDB, tetapi tidak sebaliknya Sepintas lalu, temuan tersebut nampaknya

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan

Kelompok ini pada bulan Januari 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar -0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,33 pada bulan Desember