• Tidak ada hasil yang ditemukan

II - 47 Penetapan sistem jaringan jalan tersebut didasarkan pada:

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 68-73)

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

II - 47 Penetapan sistem jaringan jalan tersebut didasarkan pada:

 Penetapan dalam RTRWN, penetapan dalam Keputusan Menteri PU tentang Jalan Nasional,

dan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Jalan Provinsi; dan

 Kajian terhadap sistem jaringan jalan dan penyimpulan mengenai jaringan jalan yang strategis untuk ditetapkan dalam RTRW Aceh ini.

Selanjutnya penjelasan atau uraian terhadap sistem jaringan jalan yang ditetapkan di depan dapat dikemukakan sebagai berikut ini.

I. Jalan Arteri Primer (JAP)

Jalan Arteri Primer di wilayah Aceh dapat dibedakan atas 5 kelompok:

1. Jalan Bebas Hambatan (Highway), yang merupakan Jalan Arteri Primer khusus, yang dewasa ini masih dalam tahap perencanaan teknis (perancangan). Jalan bebas hambatan ini selaras dengan penetapan dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional pada RTRWN, yaitu menghubungkan Banda Aceh sampai Medan di Provinsi Sumatera Utara. Jalan bebas

hambatan tersebut merupakan ”komplementer” terhadap Jalan Lintas Timur yang ada

sekarang. Sehubungan dengan karakternya sebagai Jalan Bebas Hambatan, maka

dikembangkan ”interchange” untuk menghubungkannya dengan pusat-pusat penting lainnya di Aceh. Dengan demikian jaringan jalan bebas hambatan ini akan menghubungkan: PKNp Banda Aceh – PKN Lhokseumawe – PKW Langsa – dan PKN Medan.

2. Jalan Lintas Timur, yaitu bagian dari Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera, yang menghubungkan Banda Aceh – Medan – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung di ujung selatan Pulau Sumatera. Jalan Lintas Timur ini merupakan sumbu wilayah yang paling tinggi intensitas/volume lalu-lintas pergerakannya, yang menghubungkan PKNp Banda Aceh –

Seulimum – PKL Sigli – PKL Meureudu – PKL Bireuen – PKN Lhokseumawe – PKL Lhok Sukon

– PKL Idi Rayeuk – PKW Langsa – PKL Kuala Simpang/Karang Baru – dan terus ke Provinsi Sumatera Utara.

3. Jalan Lintas Barat, yaitu bagian dari Jalan Lintas Barat Pulau Sumatera, yang menghubungkan Banda Aceh – Sibolga – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung. Pusat-pusat di Aceh yang dilalui Jalan Lintas Barat ini adalah PKNp Banda Aceh – Lamno – PKL Calang – PKW Meulaboh – PKL Blangpidie – PKL Tapaktuan – PKWp Subulussalam – dan terus ke Sibolga di Provinsi Sumatera Utara. Sehubungan dengan bencana gempa dan tsunami akhir 2004 lalu, sebagian ruas Jalan Lintas Barat ini masih direkonstruksi.

4. Jalan Lintas Tengah, yaitu bagian dari Jalan Lintas Tengah Pulau Sumatera. Di wilayah Aceh, Jalan Lintas Tengah ini menghubungkan Seulimum (di Jalan Lintas Timur) – PKL Jantho –

Keumala – Tangse – Geumpang – Pameu – PKW Takengon – PKL Blangkejeren – PKL Kutacane – dan terus ke Provinsi Sumatera Utara. Jalan Arteri Primer Lintas Tengah, dewasa ini belum efektif memberikan pelayanan bagi pergerakan, sebagian ruas masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan Jalan Lintas Tengah ini adalah keberadaannya dalam kawasan yang sarat dengan fungsi lindung dan konservasi, terutama pada Kawasan Ekosistem Leuser dan Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Sehubungan dengan itu perlu dibentuk tim verifikasi dan evaluasi dalam pembangunan jalan ini, yang akan menilai kelayakan pembangunan dengan ikut mempertimbangkan kawasan lindung dan konservasi tersebut.

II - 48 5. Jalan Arteri Primer Lainnya, yaitu ruas-rusa jalan:

a. Banda Aceh – Krueng Raya, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh dengan Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya, yang akan mendukung PKNp Banda Aceh.

b. Banda Aceh – Ulee Lheue, yang berfungsi menghubungkan pusat Banda Aceh dengan Pelabuhan Penyeberangan di Ulee Lheue, yang akan mendukung PKNp Banda Aceh. c. Lambaro – Blang Bintang, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh dengan Bandar

Udara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, yang akan mendukung PKNp Banda Aceh. d. Ulee Kareng – Blang Bintang, yang merupakan jalan alternatif yang berfungsi

menghubungkan Banda Aceh dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, yang akan mendukung PKNp Banda Aceh.

e. Simpang Krueng Geukueh – Pelabuhan Krueng Geukueh, yang berfungsi menghubungkan Lhokseumawe ke Pelabuhan Laut Krueng Geukueh, yang akan mendukung PKN Lhokseumawe.

f. Langsa – Kuala Langsa, yang berfungsi menghubungkan Langsa dengan Pelabuhan Laut Kuala Langsa, yang akan mendukung PKW Langsa.

Semua Jalan Arteri Primer yang dijelaskan di atas mempunyai status sebagai jalan nasional, kecuali ruas Ulee Kareng – Balang Bintang yang merupakan jalan provinsi.

II. Jalan Kolektor Primer (JKP)

Jalan Kolektor Primer di wilayah Aceh tediri atas ruans-ruas jalan sebagai berikut:

1. Bireuen – Takengon, yang berfungsi menghubungkan PKW Takengon pada JAP Lintas Tengah

– PKL Bireuen dan terus ke PKN Lhokseumawe pada JAP Lintas Timur.

2. Simpang Peut – Jeuram – Genting Gerbang, yang berfungsi menghubungkan PKW Meulaboh pada JAP Lintas Barat – PKL Suka Makmue – PKW Takengon pada JAP Lintas Tengah.

3. Singkil – Lipat Kajang, yang berfungsi menghubungkan PKL Singkil - PKWp Subulussalam pada JAP Lintas Barat.

4. Peureulak – Lokop – Blangkejeren, yang berfungsi menghubungkan dari PKW Langsa dan Peureulak pada JAP Lintas Timur – PKL Blangkejeren pada JAP Lintas Tengah. Pengembangan ruas jalan ini perlu mempertimbangkan fungsi lindung kawasan yang dilaluinya, oleh karena itu perlu dibentuk tim verifikasi dan evaluasi dalam pembangunan jalan ini, yang akan menilai kelayakan pembangunan dengan ikut mempertimbangkan kawasan lindung tersebut.

5. Beureunuen – Keumala, yang berfungsi menghubungkan PKL Sigli dan Beureunuen pada JAP Lintas Timur – Keumala pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya didukung ruas Meulaboh-Tutut-Geumpang akan menghubungkan pula ke PKW Meulaboh.

6. Meulaboh – Tutut – Geumpang, yang berfungsi menghubungkan PKW Meulaboh pada JAP Lintas Barat – Geumpang pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya didukung ruas Beureunun

– Keumala akan menghubungkan pula ke PKL Sigli.

7. Jantho – Lamno, yang berfungsi menghubungkan PKL Jantho pada JAP Lintas Tengah –

Lamno pada JAP Lintas Barat yang selanjutnya akan menghubungkan ke PKW Meulaboh dan PKL Calang. Pengembangan ruas jalan ini perlu mempertimbangkan fungsi lindung kawasan yang dilaluinya, oleh karena itu perlu dibentuk tim verifikasi dan evaluasi dalam pembangunan jalan ini, yang akan menilai kelayakan pembangunan dengan ikut mempertimbangkan kawasan lindung dan konservasi tersebut.

II - 49 8. Takengon – Bintang – Kebayakan, yang berfungsi sebagai pendukung JAP Lintas Tengah dan

sekaligus merupakan jalan lingkar keliling Danau Laut Tawar.

9. Krueng Geukueh – Simpang Kebayakan, yang berfungsi menghubungkan PKN Lhokseumawe

dan Krueng Geukueh pada JAP Lintas Timur – PKL Simpang Tiga Redelong dan selanjutnya ke PKW Takengon. Jalan ini dikenal juga dahulu sebagai jalan angkut kayu untuk PT.KKA (Kertas Kraft Aceh).

10. Gelombang – Sp.Lawe Deski, yang berfungsi menghubungkan PKWp Subulussalam pada JAP Lintas Barat – PKL Kutacane pada JAP Lintas Tengah. Pengembangan ruas jalan ini perlu mempertimbangkan fungsi lindung kawasan yang dilaluinya, oleh karena itu perlu dibentuk tim verifikasi dan evaluasi dalam pembangunan jalan ini, yang akan menilai kelayakan pembangunan dengan ikut mempertimbangkan kawasan lindung dan konservasi tersebut. 11. Keliling Pulau Weh Sabang, yang berfungsi menghubungkan pusat Kota Sabang dengan

Pelabuhan Sabang, Bandar Udara Maimun Saleh, Pelabuhan Peyeberangan Balohan, dan objek-objek lainnya di Pulau Weh.

12. Sinabang – Lasikin, yang berfungsi menghubungkan PKL Sinabang dengan Bandara Lasikin. Semua Jalan Kolektor Primer tersebut di atas berstatus sebagai Jalan Provinsi.

III. Jalan Lokal Primer (JKP)

Jalan Lokal Primer di wilayah Aceh yang ditetapkan dalam RTRW Aceh tediri atas ruas-ruas jalan sebagai berikut:

1. Blang Bintang – Krueng Raya, yang berfungsi menghubungkan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda dan Pelabuhan Laut Malahayati.

2. Krueng Raya – Laweung – Tibang, yang berfungsi menghubungkan Krueng Raya dengan JAP Lintas Timur melalui pesisir utara Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

3. Ulee Lheue – Simpang Rima, yang berfungsi menghubungkan Pelabuhan Penyeberangan dengan Simpang Rima di JAP Lintas Barat.

4. Banda Aceh (Sp.Tiga) – Mata Ie, yang berfungsi menghubungkan Kota Banda Aceh dengan Mata Ie di Kabupaten Aceh Besar.

5. Jantho – Alue Glong, yang berfungsi sebagai jalan alternatif dari Jantho ke JAP Lintas Timur. 6. Sp. Teritit – Samarkilang – Peunaron, yang berfungsi sebagai akses alternatif dan mendorong

perkembangan kawasan yang dilaluinya, yang menghubungkan antara PKL Simpang Tiga Redelong ke arah PKW Langsa dan PKL Blangkejeren (JKP Peureulak – Lokop –

Blangkejeren).

7. Geudong – Makam Malikussaleh – Mancang, yang berfungsi sebagai akses ke kawasan cagar budaya peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dari JAP Lintas Timur.

8. Lhok Sukon – Cot Girek, yang berfungsi sebagai akses dari JAP Lintas Timur dan mendukung pengembangan kegiatan di Cot Girek dan sekitarnya.

9. Bintang – Simpang Kraft, sebagai akses alternatif dari jalan lingkar keliling Danau Laut Tawar ke JAP Lintas Tengah.

10. Isaq – Jagongjeget – Glelungi, sebagai akses mendukung perkembangan kegiatan di Jagongjeget, Bukit Lintang dan sekitarnya.

11. Blangkejeren – Babah Rot, yang berfungsi menghubungkan PKL Blangkejeren pada JAP Lintas Tengah – PKL Blangpidie pada JAP Lintas Barat.

II - 50 12. Kuala Tuha – Lamie, yang berfungsi menghubungkan Kuala Tuha – Lami yang keduanya pada JAP Lintas Barat, yang mendorong perkembangan kegiatan di pesisir Kabupaten Nagan Raya. 13. G.Kapur – Trumon – Pulo Paya, yang menghubungkan G.Kapur dan Pulo Paya di JAP Lintas

Barat dengan Trumon, yang mendorong perkembangan kegiatan di Trumon dan sekitarnya. 14. Subulussalam – Rundeng – Kr. Luas, yang menghubungkan PKWp Subulussalam dan Kr. Luas

pada JAP Lintas Barat dengan Rundeng, yang mendorong perkembangan kegiatan di Rundeng dan sekitarnya.

15. Sinabang – Sibigo, yang menghubugkan PKL Sinabang dengan Sibigo dan pusat-pusat lainnya di Pulau Simeulue bagian utara/timur.

16. Lasikin – Inor – Nasreuhe, yang menghubungkan pusat-pusat di bagian selatan/barat Pulau Simeulue, mulai dari Lasikin/Bandara hingga Nasreuhe.

17. Sibigo – Nasreuhe, yang menghubungkan Sibigo dan Nasreuhe, sehingga melengkapi terbentuknya jalan lingkar Pulau Simeulue.

Semua Jalan Lokal Primer di atas adalah berstatus sebagai Jalan Provinsi. Selain Jalan Lokal Primer di atas, dalam RTRW Kabupaten/Kota masih mungkin ditetapkan Jalan Lokal Primer sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

B. Jaringan Jalur Kereta Api

Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di wilayah Aceh mengacu kepada RTRWN, yang menetapkan untuk wilayah Aceh ada 2 jaringan yang masing-masing terletak di pesisir timur dan pesisir barat, yaitu:

1. Revitalisasi jaringan jalur kereta api di pesisir timur, yang menghubungkan Banda Aceh ke Besitang di Provinsi Sumatera Utara, yaitu dengan menghidupkan kembali jaringan jalur kereta api yang pernah ada pada pesisir timur tersebut.

2. Pengembangan jaringan jalur kereta api baru di pesisir barat, yang menghubungkan Banda Aceh ke Sibolga di Provinsi Sumatera Utara.

C. Prasarana Angkutan di Perairan

Berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan PP No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, prasarana angkutan di perairan yaitu pelabuhan, yang akan melayani jenis angkutan yang terdiri atas: (1) angkutan laut, (2) angkutan penyeberangan, dan (3) angkutan sungai dan danau.

Rencana pengembangan pelabuhan dikemukakan menurut tabel 19. Dalam rencana pengembangan tersebut ditetapkan:

 Hierarki pelabuhan, yang terdiri atas: pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, dan pelabuhan pengumpan;

 Pelayanan menurut: angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan;

 Jangkauan pelayanan menurut: luar negeri (internasional), dalam negeri antarprovinsi, dalam negeri dalam provinsi, pelayaran rakyat, dan khusus;

II - 51

 Khusus untuk angkutan penyeberangan dikemukakan lintasan/rute penyeberangan yang dilayani oleh pelabuhan tersebut.

Untuk masing-masing pelabuhan yang ditetapkan tersebut diberikan penjelasan sebagai berikut ini.

1. Pelabuhan Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional), sehingga dikenal juga sebagai Pelabuhan Internasional. Pengembangan pelabuhan utama Sabang ini sangat terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan bebas Sabang dan kawasan perdagangan bebas Sabang. Dalam RTRWN dan RTRWA Sabang ditetapkan dengan hierarki sebagai PKSN/PKW Sabang, dengan demikian maka Pelabuhan Sabang ini merupakan prasarana pendukung terkait dengan fungsi PKSN/PKW Sabang. Bila dihubungkan dengan kondisi dan kapasitas pelabuhan Sabang yang ada dewasa ini, maka rencana untuk Pelabuhan Sabang sebagai Pelabuhan Utama dengan pelayanan luar negeri (internasional) merupakan pengembangan yang sangat signifikan yang

disertai dengan ”investasi” yang besar sebagai peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa

ini..

2. Pelabuhan Balohan di Kota Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan internasional direncanakan untuk rute atau lintasan penyeberangan Balohan – Phuket (Thailand), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada rute atau lintasan Balohan – Ulee Lheue (Banda Aceh) yang merupakan lintasan strategis nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini akan menghubungkan PKW/PKSN Sabang dengan PKNp Banda Aceh secara langsung.

II - 52

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 68-73)