• Tidak ada hasil yang ditemukan

II - 69 Bila dihubungkan dengan jenis kawasan lindung sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN, maka

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 90-94)

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

II - 69 Bila dihubungkan dengan jenis kawasan lindung sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN, maka

dalam penetapan kawasan lindung pada tingkat RTRW Aceh ini akan terdapat 3 kelompok kawasan lindung, yaitu:

a. Jenis dan sebaran kawasan lindung yang ditetapkan, yang ditunjukkan dengan

penggambaran delineasinya dalam rencana pola ruang wilayah Aceh;

b. Jenis kawasan lindung yang diindikasikan sebarannya, yang belum didelineasikan dalam rencana pola ruang wilayah Aceh;

c. Jenis kawasan lindung yang belum ditetapkan/diindikasikan; dengan catatan terbuka peluang di kemudian hari untuk penetapannya.

Untuk jenis kawasan lindung yang belum ditetapkan delineasinya dalam pola ruang wilayah pada tingkatan RTRW Aceh ini, akan ditetapkan dan didelineasikan dalam rencana rinci pada Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Aceh, serta pada RTRW Kabupaten/Kota, yang masing-masing sesuai dengan tingkat ketelitian peta yang ditetapkan.

Khusus untuk kawasan lindung yang merupakan hutan, yaitu hutan konservasi dan hutan lindung, penetapannya disesuaikan dengan penetapan fungsi kawasan hutan oleh Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan & Perkebunan Aceh.

Selanjutnya untuk kelompok jenis dan sebaran kawasan lindung yang ditetapkan dalam pola ruang wilayah pada RTRW Aceh (yaitu kelompok a. di atas) dijelaskan sebagai berikut ini.

A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

1. Kawasan Hutan Lindung (HL), luas: 2.841.630,00 Ha, yang terdiri atas:

- hutan Lindung sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, seperti penetapan dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN dan Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; dan

- hutan lindung pesisir/pantai, yang terdapat di pesisir timur Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang; sesuai dengan penetapan dalam PP No.44.2004 tentang Perencanaan Kehutanan Pasal 24 ayat (3) huruf b angka 6.

Sebaran kawasan hutan lindung tersebut terletak di kabupaten/kota di Aceh kecuali Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe, dengan rincian: Sabang (5.060,00 Ha), Aceh Besar (118.700,00 Ha), Pidie (207.300,00 Ha), Pidie Jaya (60.270,00 Ha), Bireuen (74.870,00 Ha), Aceh Utara (55.990,00 Ha), Aceh Timur (318.600,00 Ha), Langsa (3.360,00 Ha), Aceh Tamiang (84.290,00 Ha), Aceh Jaya (290.700,00 Ha), Aceh Barat (146.900,00 Ha), Nagan Raya (263.800,00 Ha), Aceh Barat Daya (94.380,00 Ha), Aceh Selatan (211.300,00 Ha), Aceh Singkil (38.840,00 Ha), Subulussalam (54.410,00 Ha), Aceh Tenggara (99.060,00 Ha), Gayo Lues (274.100,00 Ha), Aceh Tengah (227.700,00 Ha), Bener Meriah (121.600,00 Ha), dan Simeulue (121.400,00 Ha).

2. Kawasan Bergambut (Gambut), luas: 50.000,00 Ha, yaitu Kawasan Rawa Gambut Tripa, yang terletak di Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Nagan Raya. Dalam penetapan pada PP No.26/2008 tentang RTRWN dan Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, kawasan bergambut ini dimasukkan dalam klasifikasi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.

II - 70 B. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

1. Cagar Alam (CA), yaitu CA Pinus Jantho dengan luas 16.640,00 Ha terletak di Kabupaten Aceh Besar dan CA Serbajadi (untuk Raflesia) dengan luas 311,00 Ha terletak di Kabupaten Aceh Timur.

2. Suaka Margasatwa (SM), luas: 98.347,24 Ha, yaitu Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil, yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan (67.190,27 Ha), Kabupaten Aceh Singkil (26.524,08 Ha), dan Kota Subulussalam (4.632,88 Ha).

3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau, yang tercakup dalam penetapan Hutan Lindung, yaitu sebagai Hutan Lindung Pesisir/Pantai (lihat A angka 1 di atas).

4. Taman Nasional (TN), luas: 640.204,67 Ha, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yang terletak di Kabupaten Aceh Tenggara (273.492,34 Ha), Kabupaten Gayo Lues (210.903,72 Ha), Kabupaten Aceh Selatan (77.342,26 Ha), Kabupaten Aceh Barat Daya (62.669,89 Ha), Aceh Singkil (19.223,34 Ha) dan Aceh Tamiang (572,87 Ha).

5. Taman Wisata Alam – Darat (TWA-D), luas: 45.987,00 Ha, yang terdiri atas:

o TWA Iboih Sabang, luas: 1.314,49 Ha, di Kota Sabang;

o TWA Pulau Banyak, luas: 1.346,89 Ha, di Kabupaten Aceh Singkil;

o TWA Anak Laut Singkil, luas: 1.259,00 Ha, di Kabupaten Aceh Singkil;

o TWA Makam Teuku Umar, luas: 505,00 Ha, di Kabupaten Aceh Barat;

o TWA Kuta Malaka, luas: 1.428,00 Ha, di Kabupaten Aceh Besar. 6. Taman Wisata Alam – Laut (TWA-L), luas: 209.239,00 Ha, yang terdiri atas:

o TWAL Pulau Weh Sabang, luas: 5.355,35 Ha, di perairan Kota Sabang, (yang juga mencakup Kawasan Terumbu Karang);

o TWAL Kepulauan Banyak, luas: 204.379,57 Ha, di Kabupaten Aceh Singkil, (yang juga mencakup Kawasan Terumbu Karang);

o TWAL Pinang-Siumat-Simanaha (Pisisi), luas: belum teridentifikasi, di Kabupaten Simeulue, (yang juga mencakup Kawasan Terumbu Karang).

7. Taman Hutan Raya (Tahura), luas: 6.545,24 Ha, yang terdiri atas:

o Tahura Pocut Meurah Intan, luas: 5.724,24 Ha, yang terletak di Kabupaten Aceh Besar (5.635,44 Ha) dan Kabupaten Pidie (88,72 Ha);

o Tahura Tepah Selatan, luas: 821,00 Ha, yang terletak di Kabupaten Simeulue. 8. Cagar Budaya, luas belum ditentukan, yang terdiri atas:

o Peninggalan Kesultanan Aceh berupa bangunan dan/atau situs di Banda Aceh dan Aceh Besar;

o Peninggalan Kerajaan Islam Samudera Pasai berupa bangunan dan/atau situs dan Monumen Samudera Pasai di Aceh Utara.

C. Kawasan Lindung Lainnya

1. Taman Buru (TB), luas: 84.962,53 Ha, yaitu Taman Buru Lingga Isaq, yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah (84.889,32 Ha) dan Kabupaten Bener Meriah (73,21 Ha).

2. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN) yang ditetapkan di Aceh adalah Kebun Plasma Nutfah (KPN), dengan luas: 3.121,00 Ha, yang terdiri atas:

o KPN Leupung, luas: 1.300,00 Ha, di Kabupaten Aceh Besar, yang dewasa ini masih terletak dalam kawasan Hutan Produksi, atau merupakan bagian dari kawasan budidaya;

o KPN Kapur, luas: 1.821,00 Ha, di Kota Subulussalam, yang dewasa masih ini terletak dalam Areal Penggunaan Lain (APL), atau merupakan bagian dari kawasan budidaya.

II - 71 3. Kawasan Pengungsian Satwa, yaitu Pusat Konservasi Gajah (PKG) dengan luas: 793,00 Ha, di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara, yang dewasa ini masih terletak dalam kawasan Hutan Produksi. Pusat Konservasi Gajah ini dimaksudkan sebagai pengganti dari Pusat Latihan Gajah (PLG) seluas 112,00 Ha yang terletak di Lhok Asan Kabupaten Aceh Utara. 4. Terumbu Karang, yang tercakup dalam penetapan TWAL (Taman Wisata Alam Laut) (lihat

huruf B angka 6 di atas).

5. Koridor Satwa Yang Dilindungi, , yaitu Koridor Singkil – Bengkung, yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan dengan perkiraan luas: 2.307,00 Ha. Koridor tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser yang menyambung dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Koridor Singkil – Bengkung ini merupakan jalur migrasi satwa: gajah, harimau, beruang, dan satwa lainnya di antara kedua kawasan tersebut.

6. Kawasan Hutan Pendidikan STIK (hutan dengan tujuan khusus), luas: 80,00 Ha, yaitu Hutan Pendidikan STIK di Kabupaten Aceh Besar, yang dewasa ini masih terletak di dalam kawasan Hutan Produksi.

II.4.1.4.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

II.4.1.4.2.1 Jenis dan Kriteria Penetapan Kawasan Budidaya

Dengan mengacu kepada PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 63 sampai Pasal 71, ditetapkan kriteria kawasan budidaya secara umum, seperti dikemukakan pada Tabel IV.2.1. Dikaitkan dengan kajian/analisis mengenai arahan pola ruang, selanjutnya diidentifikasi kawasan budidaya yang akan ditetapkan dalam RTRW Aceh. Dalam penetapan ini dipilah atas 2 aspek penetapan, yaitu penetapan secara deskriptif dan penetapan secara delineasi pada wilayah Aceh (yang dapat digambarkan pada Peta Rencana skala 1 : 250.000).

Dalam identifikasi penetapan kawasan budidaya menurut aspek deskriptif pada prinsipnya ditetapkan untuk semua jenis kawasan budidaya secara umum atau normatif. Sementara penetapan menurut aspek delineasi pada wilayah Aceh (pada Peta Rencana), diidentifikasikan dengan istilah: Ditetapkan, untuk penetapan yang ada dalam RTRW Aceh; dan Belum Ditetapkan, untuk penetapan yang belum atau tidak ada pada wilayah Aceh dan/atau pada tingkat RTRW Aceh. Selanjutnya untuk delineasi yang Belum Ditetapkan tersebut akan diidentifikasikan dalam rencana rinci/detail kawasan (Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Aceh), dan RTRW Kabupaten/Kota di Aceh, dengan skala peta yang lebih besar.

Kawasan budidaya yang ditetapkan delineasinya atau yang diidentifikasikan dengan Ditetapkan

dalam RTRW Aceh ini dimaksudkan sebagai ”kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi di Aceh”, sebagaimana yang dimaksudkan dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 23 ayat (1) huruf c.

Kawasan budidaya lainnya yang belum ada delineasinya (diidentifikasikan dengan: Belum Ditetapkan) pada tingkatan RTRW Aceh ini ditetapkan sebagai kegiatan unggulan yang lokasi pengembangannya ditetapkan menurut Kawasan Andalan Aceh berdasarkan Wilayah Pengembangan (WP), sehingga disingkat KAA-WP.

II - 72

1. Kawasan peruntukan hutan produksi (dengan deskripsi tambahan mengenai Hutan Tanaman

Rakyat/HTR dalam Kawasan Hutan Produksi); 2. Kawasan peruntukan hutan rakyat;

3. Kawasan peruntukan pertanian; (dengan pendetailan menurut pertanian tanaman pangan lahan basah, pertanian tanaman pangan lahan kering, hortikultura, perkebunan, dan peternakan);

4. Kawasan peruntukan perikanan;

5. Kawasan peruntukan pertambangan;

6. Kawasan peruntukan industri; 7. Kawasan peruntukan pariwisata;

8. Kawasan peruntukan permukiman (dengan pendetailan menurut permukiman perkotaan dan

permukiman perdesaan);

9. Kawasan peruntukan lainnya (yang tidak atau belum diidentifikasikan dalam RTRW Aceh ini). II.4.1.4.2.2 Rencana Penetapan Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis Provinsi

Berdasarkan kajian atau analisis mengenai pola ruang kawasan budidaya, kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi di Aceh, yang didelineasikan dalam Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Aceh meliputi:

 kawasan hutan produksi, yang terdiri atas hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP);

 kawasan pertanian pangan lahan basah (sawah).

Penetapan kawasan hutan produksi sebagai kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi di wilayah Aceh didasarkan pada pertimbangan bahwa dari letak dan sebaran kawasan hutan produksi tersebut dapat dapat berperan:

 sebagai penyangga atau buffer antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya

lainnya;

 ikut memberikan sumbangan dalam fungsi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

sehingga selaras dengan spirit Aceh Hijau dalam tujuan penataan ruang wilayah Aceh. Penetapan kawasan hutan produksi di wilayah Aceh akan disesuaikan dengan penetapan fungsi kawasan hutan di wilayah Aceh, khususnya untuk hutan produksi, oleh Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan & Perkebunan Aceh.

Sementara penetapan kawasan pertanian pangan lahan basah (sawah) sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis provinsi di Aceh didasarkan pada pertimbangan:

 Untuk mendukung ketahanan pangan nasional umumnya dan Aceh khususnya;

 Untuk mendukung perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Aceh;

 Mengefektifkan peran dan fungsi jaringan irigasi di wilayah Aceh, khususnya yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh.

Penetapan kawasan pertanian pangan lahan basah (sawah) di wilayah Aceh disesuaikan dengan penetapan Daerah Irigasi (DI) dalam wilayah Aceh yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh. Catatan: Untuk Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan

II - 73

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 90-94)